• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kemampuan memahami bacaan melalui media gambar pada siswa kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat Tahun pelajaran 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan kemampuan memahami bacaan melalui media gambar pada siswa kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat Tahun pelajaran 2013/2014"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BACAAN

MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VII-4

SMP DARUSSALAM CIPUTAT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memproleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh:

Habibah Ramadhan (1110013000045)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

(2)
(3)
(4)
(5)

LEMBAR PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Habibah Ramadhan

NIM : 1110013000045

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : “Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan Melalui Media Gambar pada Siswa Kelas VII-4 SMP Darussalam

Ciputat Tahun Pelajaran 2013/2014” Dosen Pembimbing : Drs. Cecep Suhendi, M.Pd.

Dengan ini menyatakan, bahwa

1. Skripsi ini merupakan karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti, bahwa karya ini bukan hasil karya saya sendiri atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya siap menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Januari 2015

Habibah Ramadhan

(6)

ABSTRAK

HABIBAH RAMADHAN. NIM:11100013000045. Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan Melalui Media Gambar pada Siswa Kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat Tahun Pelajaran 2013/2014; Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik dalam membaca menggunakan media gambar terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Darussalam Ciputat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas dengan tujuan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh pendidik mata pelajaran bahasa Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman dalam membaca dengan penggunaan media gambar mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui siklus/pertemuan yang telah dilakukan. Nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus II melalui media gambar mengalami peningkatan dalam memahami bacaan. Pada pratindakan , nilai yang diperoleh 63,67 setelah siklus I meningkat menjadi 78,67. sampai pada siklus II (terakhir) pemahaman peserta didik meningkat menjadi 86,33 > nilai KKM (75).

Kata kunci : memahami bacaan dan media gambar.

(7)

ABSTRACT

HABIBAH RAMADHAN. NIM: 11100013000045. The improvement of reading ability to understanding reading text through pictures of seventh-four (VII-4) students of SMP Darussalam Ciputat years 2013/2014; Language and Literature Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training Syarif Hidayatullah, State Islamic University, Jakarta, 2015.

The objective of this research is to discover the improvement of students’ reading understanding through pictures in learning Bahasa. The research was conducted at SMP Darussalam Ciputat. The writer used Classroom Action Research (CAR) method. CAR was done as a way to overcome problem in the class by giving solution of the problem that face of teachers in teaching Bahasa.

The result of this research shows the improvement of students’ reading

ability to understanding the paragraph through pictures. The improvement can be seen by every cycle in the classroom. The average achievement that was gotten at first cycle through pictures is improving. At the pre-proceeding score, 63,67 after first cycle increase become 78,67, until at second cycle the students’ understanding improve become 89 > score KKM (75).

Keyword : reading and picture.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim

Segala puji serta syukur ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada suri tauladan umat islam Rasullah Muhammad SAW yang telah berhasil membawa manusia ke dalam dunia yang berperadaban.

Skripsi merupakan salah satu tugas wajib mahasiswa sebagai persayaratan untuk menyelesaikan program studi Strata I (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejauh ini penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan pada skripsi ini, yang disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.

Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kendala yang dialami penulis, sehingga tidak mungkin selesai tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dra.Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

2. Dra.Hindun, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk keikhlasan, pengertian, dan kesabaran yang tak henti mengingatkan mahasiswa agar selalu mengerjakan skripsi hingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi hingga selesai.

3. Drs. Cecep Suhendi, M.Pd, sebagai pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses

(9)

perkuliahan berlangsung. Semoga Allah memberikan balasan dan pahala yang berlipat ganda atas ilmu yang telah diberikan dengan ikhlas.

5. Drs. Asnawie selaku kepala SMP Darussalam beserta seluruh guru dan para peserta didik, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

6. Teristimewa buat Ayahanda Munadi, Ibunda Yunani, kakak beserta adik (Komala, Ulfah, Anisa, Yuliana, Hanifah, dan Muflia), serta seluruh keluargaku tercinta. Terimakasih atas kasih sayang, motivasi, materi, dan pengertiannya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan segala keindahan dan kebaikkan berlipat ganda.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan, Lintang Akhlakukarimah, Septiara Lianasari, Papat Fathiyah, Anggeraeni, Anisah Utari, Fahrudin Mualim, Dimas Albiyan, Puguh. A.P, serta Meizar F.I. dan sahabat-sahabat Jurusan PBSI A khususnya angkatan 2010. Terima kasih telah berbagi semangat dan pengalaman,serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga bantuan bimbingan, semangat, do’a dan dukungan yang

diberikan pada penulis di balas oleh Allah S.W.T. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun sebagai bahan perbaikan dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan juga para pembaca serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia pendidikan.

Jakarta, 12 Januari 2015

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ...i

ABSTRAK INGGRIS ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Pembatas Masalah ...6

D. Perumusan Masalah ...6

E. Tujuan Penelitian ...7

F. Manfaat Penelitian ...7

BAB II : LANDASAN TEORI A. Perbedaan Keterampilan dan Kemampuan ...8

1. Keterampilan Membaca ...8

a. Aspek Keterampilan Membaca ...10

b. Mengembangkan Keterampilan Membaca ...11

2. Kemampuan Pemahaman Bacaan ...12

a. Ciri-ciri Kemampuan Memahami Bacaan ...15

b. Proses Pemahaman Bacaan ...16

3. Tujuan Membaca ...17

4. Prinsip dan Strategi Memahami Bacaan ...20

(11)

B. Pengertian Media Pembelajaran ...23

1. Fungsi Media Pembelajaran ...24

2. Macam-macam Media Pembelajaran ...25

3. Media Gambar sebagai Model Pembelajaran ...25

4. Jenis Media Gambar ...26

5. Ciri-ciri Gambar yang Baik ...27

C. Hasil Penelitian yang Relevan ...28

D. Kerangka Pikir ...29

BAB III : METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...31

B. Metode Penelitian ...31

C. Populasi dan Sampel...32

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ...33

E. Teknik Pengumpulan Data ...33

F. Tahap-tahap Penelitian ...34

G. Data dan Sumber Data ...37

H. Teknik Analisis Data ...37

I. Teknik Keabsahan Data ...38

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ...40

1. Gambaran Sekolah ...40

2. Visi SMP Darussalam ...41

3. Misi SMP Darussalam ...42

B. Penelitian Pendahuluan ...42

C. Tindakan Pembelajaran ...43

1. Temuan Penelitian Pembelajaran Pratindakan ...43

2. Temuan Penelitian Pembelajaran Siklus I ...50

(12)

D. Pemeriksaan Keabsahan Data...63 E. Analisis Data ...64 F. Pembahasan Hasil Penelitian ...66

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan ...68 B. Saran ...69

DAFTAR PUSTAKA ...70 LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 : Data ruang kantor 41

4.2 : Ruang Penunjang 41

4.3 : Hasil rata-rata keaktifan peserta didik dalam pembelajaran

pertemuan pratindakan 45

4.4 : Nilai pemahaman bacaan pertemuan pratindakan 47 4.5 : Presentasi tingkat pemahaman bacaan pertemuan pratindakan 49 4.6 : Hasil rata-rata keaktifan peserta didik dalam pembelajaran siklus I 51 4.7 : Nilai pemahaman bacaan pertemuan siklus I 53 4.8 : Presentasi tingkat pemahaman bacaan pertemuan siklus I 55 4.9 : Hasil rata-rata keaktifan peserta didik dalam pembelajaran siklus II 58 4.10 : Nilai Pemahaman bacaan pertemuan siklus II 60 4.11 : Presentasi tingkat pemahaman bacaan pertemuan siklus II 62 4.12 : Data perolehan nilai tes pada akhir siklus 64 4.13 : Hasil rata-rata kehaktifan peserta didik dalam pembelajaran 65

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 : Kerangka pikir 30

3.2 : Siklus kegiatan penelitian tindakan kelas 37 4.1 : Proses kegiatan belajar mengajar pratindakan 45 4.2 : Proses kegiatan belajar mengajar siklus I 51 4.3 : Proses kegiatan belajar mengajar siklus II 57

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pratindakan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Silabus

Hasil belajar siswa pratindakan Hasil belajar siswa siklus I Hasil belajar siswa siklus II

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa penting dikuasai siswa, karena dengan keterampilan berbahasa secara langsung berkaitan dengan para siswa di Sekolah Menengah Pertama. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan memahami bacaan. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik dan benar dapat mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran di kelas.

Seiring perkembangan zaman yang semakin maju siswa lebih terpengaruh dengan adanya internet. Siswa lebih senang memainkan games online seharian dibandingkan dengan membaca. Siswa menganggap membaca itu membuatnya merasa bosan dan jenuh sehingga mereka lebih tertarik berjam-jam di warnet dibandingkan memegang buku atau bacaan lain. Dengan itu pendidik perlu memberikan motivasi kepada siswa untuk membaca dan memperoleh ilmu pengetahuan dari bacaan. Sebab dengan membaca siswa dapat membuka pikiran yang intelektual.

Dalam era globalisasi saat ini perkembangan dibidang (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) IPTEK dan budaya cenderung semakin pesat. Fenomena seperti ini perlu dipahami dan disikapi, dengan berupaya untuk mengejar ketertinggalan dan kekurangan. Untuk itu sumber daya manusia sebagai generasi masa depan perlu dikembangkan kemampuannya antara lain dengan menyediakan informasi yang lengkap, akurat, aktual dan terpercaya melalui dukungan sarana dan prasarana akses membaca, seperti perpustakaan,taman bacaan atau rumah baca. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 4-5 secara eksplisit menyatakan bahwa “salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat”. Dengan demikian, maka pembudayaan ”MEMBACA” merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh siapapun yang ingin maju, berprestasi, dan sukses dalam meningkatkan kemampuan bagi dirinya sendiri.

(17)

Sebab itu sebagai seorang pendidik harus memberikan motivasi kepada siswa dalam membaca, agar terbuka wawasan terhadap ilmu pengetahuan. Dengan membaca seorang dapat meningkatkan apa yang belum ketahui, baik membaca di koran, internet ataupun dalam bacaan yang lainnya. Semakin banyak membaca semakin bertambah juga ilmu pengetahuan yang belum ketahui di luar sana.

Banyak yang memandang membaca membuat jenuh dan mudah bosan, maka dari itu pemerintah harus berupaya agar membaca sebagai suatu kegemaran bagi siswa bukan kejenuhan yang mereka dapat, bahkan dengan membaca seseorang bisa membuat sebagai hobi saat sedang merasakan kejenuhan. Bila merasakan kejenuhan saat menunggu angkutan umum, seperti bis, busway, dan sebagainya dengan membaca seseorang dapat menghilangkan rasa kejenuhan tersebut.

Agar sebagian orang merasa suka terhadap membaca pemerintah harus membuat taman bacaan yang kreatif agar mereka tertarik dan tidak merasa bosan saat mereka membaca. Dengan hal yang seperti itu mereka jadi senang mendatangi taman bacaan, karena di dalam taman bacaan tersebut ada buku-buku bergambar yang tentunya tidak membuat pembaca merasa bosan.

Orang-orang di luar negeri pada saat mereka hendak pergi dalam perjalanan, maupun saat berada di dalam kendaraan umum mereka pun tak sungkan untuk membaca. Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, yang menyatakan bahwa kebudayaan dalam kegemaran membaca dapat dilakukan melalui peran keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat. Untuk itu peran keluarga dan masyarakat dapat diharapkan dalam membudayakan membaca sebagai suatu kegemaran. Pada era global atau era ekonomi kreatif, seorang dituntut tidak hanya cerdas, melainkan juga kreatif dan produktif.

(18)

biasanya di dalam taman bacaan tersebut banyak anak-anak jalanan yang ikut serta karena keterbatasan ekonomi mereka yang kurang mendapatkan pendidikan, dengan adanya taman bacaan tersebut mereka bisa diajarkan membaca, menulis, dan lainnya. Dengan itu taman bacaan ramai dikunjungi oleh orang-orang yang mempunyai tekad yang tinggi untuk bisa membaca agar mereka tidak tertinggal dalam era globalisasi.

Keterampilan berbahasa ada beberapa aspek, yaitu (1) menyimak; (2) berbicara; (3) membaca; (4) menulis. Diharapkan siswa mampu mengungkapkan suatu informasi dan dapat menyampaikannya kepada orang lain dengan baik. Sebab itu, peserta didik harus memiliki keterampilan membaca. Siswa yang kurang terampil dalam membaca akan mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang telah dibacanya.

Keterampilan berbahasa yang baik dan benar sangat penting. Semua itu dimulai dengan dikembangkannya kebiasaan membaca. Sebab itu, perlu latihan membaca untuk mengembangkan potensi siswa dan meningkatkan penalarannya. Dari keempat keterampian berbahasa yang telah diajarkan di sekolah tersebut, diantaranya siswa juga perlu membaca dengan pemahaman agar dapat memperoleh pengetahuan dalam menguasai struktur dan kosata supaya dapat berbahasa dengan jelas.

Setiap hari biasanya orang meluangkan waktu beberapa jam untuk melakukan kegiatan membaca, baik membaca buku maupun membaca koran. Pembaca biasanya juga menandai bacaaannya untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam sehingga pembaca dapat memahami maksud penulis. Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak bersifat langsung namun bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan semakin baik jika pembaca mempunyai kemampuan yang lebih baik.

(19)

menambah pengetahuan tetapi juga menambah wawasan pengalaman dari berbagai sumber sesuai dengan apa yang dibacanya. Dengan membaca siswa juga dapat mempelajari nilai-nilai moral dalam hidup. Maka membaca pemahaman perlu ditingkatkan dan dikuasai siswa agar dapat memahami bacaan.

Proses pemahaman dalam membaca melibatkan dua hal pokok, yaitu pengetahuan yang telah dijumpai oleh pembaca, pengetahuan tentang struktur teks, dan kegiatan menemukan makna. Kegiatan pemahaman dalam bacaan harus menguasai bahasa dan tulisan yang digunakan dalam bacaan yang dibacanya dan mampu menangkap informasi atau isi bacaan tersebut. Untuk dapat memahami isi suatu bacaan dengan baik diperlukan adanya kemampuan membaca pemahaman dengan baik pula.

Untuk memahami sebuah bacaan siswa harus fokus dengan apa yang dibaca agar dapat memahami dengan jelas ide pokok atau gagasan utama, serta adanya beberapa kalimat penjelas yang terdapat dalam bacaan, maka perlu peningkatan pemahaman yang jelas agar siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pendidik.

Dalam membaca siswa memerlukan pemahaman terhadap pokok pikiran dan mampu memahami informasi apa yang terdapat dalam bacaan tersebut. Sehingga bisa menarik siswa untuk bisa membaca dengan fokus. Dengan demikian siswa dituntut untuk dapat memahami bacaan agar dapat memahami bacaan.

(20)

pertanyaan dengan baik dan tepat. Semakin pendidik memberikan tugas membaca maka siswa dapat terlatih dalam memahami apa yang dibacanya.

Untuk memberikan peningkatan pemahaman kepada siswa, maka kegiatan pembelajaran harus dikemas dan disajikan secara menarik. Tidak sedikit, metode dan cara pembelajaran telah dikembangkan dan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran tidak dapat terlepas dari penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan media merupakan bagian yang harus mendapat perhatian pendidik sebagai fasilotator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pendidik perlu mempelajari bagaimana menetapan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran.

Salah satu media yang dapat digunakan pendidik dalam upaya meningkatkan prestasi membaca peserta didik melalui media gambar. Media gambar diberikan agar siswa dapat memahami sebuah peristiwa yang terdapat dalam gambar, melatih daya tanggap siswa dalam memahami bacaan dengan melihat gambar. Penggunaan media gambar dalam pembelajaran membaca dimaksudkan agar pemahaman peserta didik terhadap isi bacaan. Media gambar ini memancing siswa untuk lebih aktif bertanya dan berpendapat mengenai isi bacaan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menganggap penting untuk

meneliti dengan judul “Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan Melalui

Media Gambar pada Siswa Kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat Tahun Pelajaran 2013/2014”.

(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah – masalah sebagai berikut :

1. Rendahnya hasil belajar siswa

2. Penggunaan media dan metode pembelajaran yang monoton 3. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan 4. Siswa pasif dalam menerima materi pelajaran

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka peneliti membatasi masalah pada “Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan Melalui Media Gambar di kelas VII-4 Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Darussalam Ciputat Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014”.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana meningkatkan kemampuan memahami bacaan melalui media gambar di kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat semester genap tahun pelajaran 2013/2014?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui peningkatan memahami bacaan di SMP Darussalam, sedangkan secara khusus bertujuan untuk

“Mengetahui peningkatan memahami bacaan melalui media gambar di kelas VII-4

SMP Darussalam Ciputat tahun pelajaran 2013/2014.”

(22)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoretis : 1. Guru

Penelitian ini supaya menjadikan penambahan bahan ajar bagi guru dapat memahami sebuah bacaan dengan baik.

2. Peneliti

Penelitian ini juga berguna untuk meningkatkan kemampuan memahami bacaan melalui media gambar.

3. Siswa

Penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan memahami bacaan siswa melalui media gambar.

Manfaat Praktis : 1. Guru

Dengan adanya penelitian ini, guru dapat memberikan motivasi siswa dalam praktik pembelajaran.

2. Peneliti

Peneliti dapat memperoleh solusi yang muncul dalam kaitannya dengan materi membaca di kelas.

3. Siswa

siswa termotivasi untuk gemar dalam membaca.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perbedaaan Keterampilan dan Kemampuan

1. Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi: 1) membaca pemahaman; 2) membaca ekstensif; 3) membaca cepat. Secara praktis, membaca dapat dibedakan menjadi: membaca lisan dan membaca dalam hati. Sebagai suatu keterampilan berbahasa, membaca merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh semua anggota komunitas yang membuka diri dalam cakrawala pemikiran positif, referensial, berpikiran luas multidimensional, dan ke arah depan demi kemajuan kualitas hidup dan kehidupan manusia.

Membaca merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa. “Dalam komunikasi tulisan, lambang bunyi bahasa di ubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf menurut alfabet.”1Membaca merupakan “proses berpikir untuk dapat memahami bacaan. Seorang pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapi melalui proses asosiasi dan

eksperimental, kemudian membuat kesimpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan.”2

Membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa untuk menambah wawasan serta membina daya nalar seseorang. Brigid Smith berpendapat bahwa “reading began to be regarded as a whole language activity in which context, prediction and meaning were as important as the structure of the sentence or the

discrete parts of the words.”3 Artinya “membaca dapat didefinisikan sebagai kegiatan berbahasa secara keseluruhan yang didalamnya terdapat konteks, prediksi, dan makna yang sama pentingnya dengan struktur kalimat atau bagian-bagian dari struktur kata.”

1

Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 74

2

Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi,

(Bandung: UPI PRESS, 2006), h. 80 3

Brigid Smith, Through Writing to Reading; Classroom Strategis for Supportinf Literacy,

(New York: Routledge, 1997), h. 7

(24)

Membaca adalah salah satu proses kejiwaan yang sangat rumit yang berlangsung pada diri pembaca.4 Pada dasarnya pembaca merekonstruksi amanat atau isi yang tersurat dan yang tesurat atau yang tersirat dalam bacaan yang dihadapinya. Kemampuan membaca adalah hasil proses belajar dan pembentukan yang terus menerus. Menurut pendapat para ahli, kemampuan ini bukanlah warisan biologis turun-temurun seperti halnya warna kulit, bentuk rambut, dan ciri-ciri jasmani lainnya.

Menurut Caroline, “reading is a set of skills that involves making sense and deriving meaning from the printed word. In order to read, we must be able

to decode (sound but) the printed word and also comprehend what we read.”5 Artinya: “ membaca adalah seperangkat keterampilan yang meliputi sesuatu yang masuk akal dan kata yang mempunyai makna dari kata yang dicetak. Agar bisa membaca, kita harus mampu mengucapkan kata yang dicetak dan juga mengerti apa yang kita baca. Dengan demikian pembaca harus mampu menyusun makna apa yang tertuang dalam kalimat-kalimat yang demikian oleh penulis, kemudian mengembangkan pengertian-pengertian sesuai dengan kemampuan berpikirnya sendiri serta secara luas dan mendalam dari apa yang telah dibaca.

Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat ahli bahwa dengan keterampilan yang dimiliki seseorang dengan membaca dapat menambah wawasan yang belum diketahuinya, baik membaca buku maupun membaca koran. Keterampilan membaca mempengaruhi kebiasaan dan budaya membaca. Orang yang mempunyai hobi membaca secara reflektif senantiasa meningkatkan kualitas membacanya. Dalam diri seorang akan terbina tata cara yang baik dan benar serta situasional sesuai dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Hobi membaca merupakan suatu kebutuhan batiniah yang senantiasa harus dipenuhi setiap hari sebelum bersangkutan istirahat setelah lelah menjalankan fungsi, peran tanggung jawab, dan kewajibannya berkaitan dengan status, baik struktural atau fungsional sosial.

4

M. Silitonga, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas III SMP Sumatra Utara:

Membaca dan Menulis, ( Jakarta: DEPDIKBUD, 1984), h. 8

5

Caroline T, Linse, Partical English Language Teaching Young Learners, (New York: McGraw-Hill, 2006), h. 69

(25)

Setiap guru bahasa haruslah menyadari dan memahami benar bahwa membaca merupakan keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan kata lain keterampilan membaca mencakup tiga kompenen, yaitu

a) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca;

b) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal;

c) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning.6 Keterampilan A merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang disesuaikan dengan media yang berupa gambar, gambar dalam suatu lembaran, lengkungan-lengkungan, dan garis-garis dalam hubungan-hubungan berpola yang teratur rapi.

Keterampilan B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di kertas, yaitu gambar-gambar berpola tersebut dengan bahasa, dengan tidak mungkin belajar membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh serta memahami bahasa.

Keterampilan C yang mencakup seluruh keterampilan membaca, pada hakikatnya merupakan keterampilan intelektual, yaitu merupakan kemampuan atau abilitas unsur-unsur bahasa yang formal berupa kata-kata sebagai bunyi, dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut.

a. Aspek-aspek Keterampilan Membaca

Telah diuraikan bahwa membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting membaca, yaitu “keterampilan

bersifat mekanis, dan keterampilan bersifat pemahaman”.7

1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup:

a) Pengenalan bentuk huruf;

6

Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Membaca,

(Bandung:Angkasa,2008), h. 11

7

Ibid,.h. 13

(26)

b) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain);

c) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi . d) Kecepatan membaca ke taraf lambat.

2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup:

a) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, dan retorikal); b) Memahami makna;

c) Evaluasi atau penilaian;

d) Kecepatan membaca fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

b. Mengembangkan Keterampilan Membaca

Dalam melatih keterampilan berbahasa walaupun dalam praktiknya keempay keterampilan tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, namun guru dapat mengfokuskan salah satu di antara empat keterampilan tersebut. Pemfokusan pembelajaran pada salah satu keterampilan ini menyangkut pemilihan materi, metode, dan teknik pembelajaran. Dalam hal pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus membaca, yaitu pembelajaran bahasa Indonesia yang dipusatkan pada melatih keterampilan membaca.

Setiap guru bahasa haruslah dapat membantu serta membimbing para peserta didik untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan membaca, yaitu

1) Memperluas pengalaman para siswa sehingga mereka akan memahami keadaan dan seluk beluk kebudayaan;

2) Mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) dan makna kata-kata baru; 3) Mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang atau simbol;

4) Membantu siswa memahami struktur-struktur (termasuk struktur kalimat yang biasanya tidak begitu mudah bagi pembelajaran bahasa Indonesia)

(27)

5) Mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman kepada siswa; 6) Membantu siswa untuk meningkatkan kecepatan dalam membaca.

2. Kemampuan Pemahaman Bacaan

Membaca pemahaman ini merupakan lanjutan dari membaca dalam hati, membaca tanpa suara dengan tujuan untuk memahami isi bacaan. Ukuran mengetahui pemahaman siswa, dapat dilakukan dengan menugasi siswa untuk mencerikan isi bacaan, atau dengan mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan.

Tarigan mengatakan bahwa pemahaman bacaan merupakan “membaca

dalam hati yang di baginya atas dua bagian”.8

Pertama membaca ekstensi, yakni suatu kegiatan pemahaman bacaan yang tingkat pemahamannya bertaraf relatif rendah. Kedua, membaca intensif, yakni suatu kegiatan membaca dengan teliti dan terperinci yang dilaksanakan dalam kelas terhadap suatu tugas pendek kira-kira dua hingga tiga halaman. Pemahaman bacaan itu ceramah, mencari, menyimpulkan, dan menilai. Jantungnya pemahaman bacaan merupakan “membaca sambil bertanya”, yaitu pertanyaan yang diajukan guru harus dijawab ketika siswa membaca.

Membaca adalah “salah satu proses kejiwaan yang sangat rumit yang berlangsung pada diri pembaca.”9 Pada dasarnya pembaca merekonstruksi amanat atau isi yang tersurat dan yang tersirat dalam bacaan yang dihadapinya. Kemampuan membaca adalah hasil proses belajar dan pembentukan yang terus menerus. Dalam pendapat para ahli, kemampuan ini bukanlah warisan biologis turun-temurun seperti halnya warna kulit, bentuk rambut, dan ciri-ciri jasmani lainnya.

Pemahaman bacaan adalah kegiatan dari proses komunikasi berpikir dalam memindahkan pemikiran penulis dalam pikiran pembaca. Kegiatan seperti itu memerlukan suasana tenang untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi. McWhorter berpendapat bahwa “pemahaman bacaan bukanlah suatu aktivitas

8

Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 89

9

M. Silitonga, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas III SMP Sumatra

Utara: Membaca dan Menulis, ( Jakarta: DEPDIKBUD, 1984), h. 8

(28)

rutin di mana pembaca hanya membuka buku, membaca, dan menutupnya”.10 Membaca yang baik ialah membaca yang melibatkan berbagai macam keahlian yang dilakukan sebelum, selama, dan setelah membaca. Kegiatan yang dilakukan sebelum membaca adalah mengenal isi bacaan, bagaimana materi itu di susun atau diorganisasikan, dan menentukan tujuan dalam membaca.

J. Charlesss Alderson berpendapat bahwa, “reading is necessary we will

look at the multitude of real-world needs for this throughout this book.”11 Artinya “membaca adalah diperlukan bagi kita akan melihat banyaknya kebutuhan dunia nyata di dalam keseluruhan isi buku.” Dengan demikian pembaca harus mampu memahami isi bacaan, yaitu dengan mampu menjawab pertanyaan dari sebuah teks bacaan. Kemudian mengembangkan pengertian-pengertian sesuai dengan kemampuan berpikirnya sendiri serta secara luas dan mendalam dari apa yang telah dibaca.

Dengan membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai hasil belajar peserta didik. Membaca sebagai suatu proses merupakan semua kegiatan dan teknik yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada tujuan melalui tahapan tertentu, sedangkan membaca sebagai hasil belajar merupakan kegiatan membaca suatu bacaan, bukan hanya mencari kata dan gambar secepat mungkin namun untuk mengidentifikasikan, memahami makna, serta mampu menjawab pertanyaan yang terdapat dari bacaan tersebut. Jadi, dalam kegiatan membaca pada hakikatnya, yaitu suatu kegiatan yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalan tulisan, melainkan mampu menghubungkan kata-kata yang tertulis dengan memahami makna dari bacaan.

Untuk memahami secara perinci mengenai apa itu membaca, dalam hal ini akan dikemukakan beberapa pengertian para ahli. Anderson di dalam Alex A dan H. Ahmad mengatakan, “membaca ialah suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata

10Ibid

,.h. 93 11

J Charles Alderson, Assessing Reading, (New York: Cambridge University Press, 2000).h.2

(29)

yang tertulis.”12 Adapun Tarigan di dalam Alex A dan H. Achmad mengatakan, “membaca ialah suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata/ bahasa tulis.”13 Sementara itu, Finochiaro dan Bonomo di dalam Alex A dan H.

Acmad mengatakan bahwa “membaca ialah memetik serta memahami arti atau

makna yang terkandung dalam bahan tertulis.”14 Pendapat lain dikemukakan oleh Lado di dalam Alex A dan H. Achmad mengatakan, “membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya”.15

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahasa dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan beberapa keahlian. Keahlian yang paling mendukung untuk pembaca yang baik ialah memiliki ketajaman pikiran dan pengetahuan kebahasaan dalam hal ini penguasaan semantik dan kemampuan menginterprestasikan bahan bacaan yang sesuai dengan pikiran penulis, serta pembaca dapat memahami apa yang disampaikan penulis dalam hal tersirat maupun tersurat.

Menurut Caroline T Linse mendefinisikan “reading comprehension refers to reading for meaning understanding and entertainment”.16 Artinya “ membaca pemahaman mengacu pada membaca untuk memahami makna dan sebagai hiburan”. Definisi tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa pada waktu membaca, si pembaca selain menyuarakan kata-kata juga memahami arti setiap kata sehingga dapat memahami isi bacaan secara keseluruhan.

Ketika membaca, seseorang berusaha memahamai isi pesan penulis yang tertuang dalam bacaan. Pemahaman ini merupakan prasyarat bagi berlangsungnya suatu tindakan membaca. Membaca dikatakan tidak langsung apabila tidak ada pemahaman pada diri pembaca. Dalam buku Jauharoti Alfin, Burn dan Syafie

Caroline T, Linse, Partical English Language Teaching Young Learners, (New York: McGraw-Hill, 2006), h. 71

(30)

mengemukakan dua tingkatan pemahaman bacaan, yaitu “pemahaman literal dan

pemahaman tingkat tinggi”.17

Pemahaman literal berarti mengetahui apa yang dikatakan penulis, juga mengetahui apa yang ditulisnya. Pikiran bertindak sebuah gudang, yang berfungsi memasukkan dan menyimpan apa yang ditulis pengarang. Pada tingkat pengetahuan, siswa mengakui fakta-fakta dan pendukungnya dengan memakai kata-kata yang dipakai pengarang. Siswa mengetahui fakta-fakta (siapa?apa?kapa?di mana?). mereka juga mengetahui detail, ide utama, sekuensi, dan sebab-akibat ketika hal tersebut ditanyakan. Siswa menjawab pertanyaan dengan memakai kata-kata penulis.

Dapat disimpulkan bahwa pemahaman bacaan pada hakikatnya merupakan pemahaman yang harus dimiliki oleh pembaca dari hasil bacaannya yang meliputi ide pokok, detail penting, dan mampu membuat kesimpulan dari apa yang dibaca.

a. Ciri-ciri Kemampuan Memahami Bacaan

Berkenaan dengan proses pemahaman bacaan, Pearson dan Johnson (Nunan, 1992:66-67) menyatakan bahwa inti pemahaman berkaitan dengan satu prinsip yang sederhana, yaitu sebagai upaya membangun jembatan antara yang baru dengan yang sudah diketahui.18 Oleh karenanya, ada beberapa prinsip penting dalam aktivitas memba pemahaman, yaitu

1. Pemahaman merupakan proses aktif, bukan pasif. Adapun aktivitas itu tidak lain daripada menafsirkan apa yang dibaca sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki mengenai topik yang dibacanya. Dengan demikian, pemahaman bukan sekedar masalah merekam secara harfiah tentang apa yang dibaca (mengingat), tetapi mengarah pada menganalisa, menyintesis, mengevaluasi, serta mengaplikasi.

2. Pemahaman memerlukan sejumlah besar pengambilan keputusan atau kesimpulan. Aktivitas ini sudah pasti memerlukan pemikiran yang kritis dan logis sehingga seringkali seorang pembaca kesulitan atau kebingungan terhadap suatu bacaan yang sederhana sekalipun.

17

Jauharoti Alfin, dkk, Bahasa Indonesia I: Edisi I, (Surabaya:Lapis PGMI, 2008), h. 13

18

Nunan, 1992: 66-67

(31)

3. Pemahaman merupakan aktivitas dialog antara pembaca dan penulis. Oleh karenanya, pembaca yang baik tidak hanya menafsirkan apa yang ada dalam bacaan berdasarkan persepsinya sendiri, tetapi harus berupaya memaknainya sepeti yang dimaksud penulisnya sehingga tidak terjadi mis-interprestasi.19

Achadiah juga mengemukakan beberapa ciri pemahaman bacaan, yaitu “(1) pemahaman bacaan merupakan membaca pada tingkat bebas, artinya kegiatan berpikir yang terlihat bersifat individual dan personal; (2) berpusat pada masalah; (3) bersifat analisis; (4) didasarkan atas usaha yang terus menerus untuk menemukan kebenaran; (5) bersifat imajinatif kreatif; (6) terbuka terhadap gagasan terbaik; (7) beberapa pengalaman yang melibatkan diri pembaca; (8) peka terhadap kata dan memiliki perbendaharaan kata yang luas; dan (9) membaca untuk mengingat, bukan

untuk melupakan”.20

Untuk memperoleh bacaan, seorang pembaca memerlukan pengetahuan kebahasaan dan nonkebahasaan. Keluasaan latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca sangat berguna sebagai bekal untuk mencapai keberhasilan membaca. Sebab, pembaca harus mengenali konsep, dan kosakata, serta latar yang terdapat dalam bacaan.

b. Proses Pemahaman Bacaan

Dalam perkembangan pelajaran membaca dikenal tiga pandangan terhadap proses membaca, yaitu (1) pandangan yang menganggap bahwa membaca sebagai proses pengenalan simbol bunyi yang tercetak; (2) pandangan yang mengganggap membaca sebagai proses pengenalan simbol tulis yang tercetak, yang diikuti pemahaman makna tersuratnya; (3) pandangan yang menganggap bahwa membaca tidak hanya merupakan pemahaman dan pengenalan simbol tercetak saja tetapi lebih jauh menganggap membaca sebagai proses pengolahan secara kritis dan kreatif bahan tulis untuk mendapatkan pemahaman.

Siahaan mendefinisikan pemahaman bacaan secara luas adalah “proses mengolah bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, penilaian

19

Kundharu S dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 84-85

20

Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 79.

(32)

terhadap keadaan, dan dampak bacaan”. 21 Pengertian ini sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa sehingga mampu memahami bacaan tetapi dalam kenyataannya kegiatan membaca yang dilakukan sebagian siswa tidak melibatkan proses berpikir. Proses membaca dipandang sebagai usaha menyerap informasi dari bacaan ke dalam ingatan.

Berdasarkan proses yang dilakukan dalam membaca, Achadiah menyatakan bahwa kemampuan memahami bacaan digolongkan dalam tiga jenjang, yaitu “membaca harfiah, membaca antarbaris, dan membaca lintas

baris”. 22

Membaca harfiah, yaitu membaca hanya memahami sebagaimana adanya. Membaca antarbaris, yaitu siswa mampu menarik kesimpulan berdasarkan apa yang dibacanya. Kemampuan ini menuntut adanya kesanggupan berpikir secara kritis, suatu analisis tentang maksud penulis yang sebenarnya. Membaca lintas baris, yaitu melibatkan kemampuan siswa berupa aplikasi dan evaluasi.

3. Tujuan Membaca

Tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yang dibacanya. Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir, terus-menerus, dan berkelanjutan. Membaca pemahaman sebagai suatu proses mempercayai bahwa upaya memahami bacaan sudah terjadi ketika pembaca belum membaca buku apapun.

Berikut ini ada beberapa tujuan membaca yang dikemukakan menurut Anderson antara lain

a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian atau fakta-fakta ( reading for details or facts).

b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau

21ibid,.

h. 79 22 Ibid,.

h.80

(33)

yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya ( reading for main ideas).

c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita (reading for main ideas). d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan

seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, dan kualitas-kualitas para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

e. Membaca untuk menemukan apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading ro evaluate). g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah,

bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atai mempertentangkan (reading to compare or contrast).23

Ada beberapa pengembangan tujuan dalam membaca antara lain:

a. Penyesuaian antara kecepatan membaca dengan tujuan yang ingin dicapai dan taraf kesulitan bahan. Penyesuaian ini menghasilkan berbagai jenis membaca, yaitu membaca survei, membaca selintas, dan pemahaman bacaan.

b. Pengamatan bacaan. Pengamatan ini mencakup kegiatan memerhatikan kesanggupan untuk kecepatan membaca dengan tujuan dan kesulitan bacaan, mengenai kebutuhan akan pemahaman melalui penjelasan tujuan,

23

Alex. A dan H. Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 75-76

(34)

konsep, serta keperluan untuk membaca ulang. Kegiatan lain yang tekstual, fonemik, struktural, serta daftar kata untuk memahami kata-kata. c. Pengembangan pemahaman.

d. Kegiatan latihan keterampilan dasar yang mencakup diskusi, membaca lebih lanjut, dan menulis.24

Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir, terus-menerus, dan berkelanjutan. Membaca pemahaman sebagai suatu proses mempercayai bahwa upaya memahami bacaan sudah terjadi ketika peserta didik belum membaca buku apapun. Kemudian, pemahaman itu menapaki tahapan yang berbeda dan terus berubah saat baris demi baris, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf dari bacaan mulai dibaca. Selanjutnya, pemahaman bacaan itu akan mencapai tahapan yang lain ketika peserta didik sampai pada bagian terakhir bacaan itu, yakni ketika menutup buku, novel atau yang lainnya.

Penetapan tujuan membaca bagi peserta didik harus memenuhi dua syarat, yaitu “(1) menggunakan pernyataan yang jelas tepat tentang apa yang harus diperhatikan atau dicari oleh siswa ketika membaca, dan (2) memberikan gambaran yang mudah ditangkap oleh siswa tentang apa yang semestinya mampu mereka lakukan setelah selesai membaca.”25

Ketika peserta didik membaca suatu bacaan, tujuan sebenarnya bukan untuk mencari kata dan gambar secepat mungkin namun untuk mengidentifikasi dan memahmi makna dari suatu bacaan tersebut seefisien mungkin dan kemudian mentransfer informasi ini ke dalam memori jangka panjang dalam otak peserta didik.

(35)

menemukan harta karun akan tinggi karena peserta didik tidak membuang waktunya untuk menyelami area danau yang tidak ada apa-apanya.

Jika tujuan membaca telah ditetapkan oleh pendidik, peserta didik akan berpikir keras untuk memperoleh tujuan membaca mereka. Cara merumuskan tujuan membaca yang ditujukan oleh pendidik akan menjadi model bagi peserta didik setiap saat membaca, yaitu merumuskan tujuan lebih dahulu, baru kemudian menyesuaikan strategi membaca yang paling dianggap sesuai.

4. Prinsip dan Strategi Memahami Bacaan

a. Prinsip Membaca Pemahaman

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan membaca. Menurut Mc. Laughin dan Allen, prinsip-prinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling mempengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan berikut ini.

1) Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.keseimbangan kemahiran adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.

2) Keseimbangan kemahiran adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.

3) Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa. 4) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

5) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.

6) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkatan kelas.

7) Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.

8) Mengikutsertakan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman. 9) Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.

(36)

10)Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.26

b. Strategi Pemahaman Bacaan

Keberhasilan memahami bacaan dalam membaca pemahaman bukanlah persoalan mudah. Perlu suatu kiat atau strategi untuk dapat mencapainya. Strategi yang digunakan bergantung pada masing-masing pembaca dan pada guru dalam upaya memilih strategi yang tepat. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu pembaca teks dan konteks.

Dalam teori membaca dikenal beberapa strategi membaca. Pada dasarnya, strategi membaca menggambarkan bagaimana pembaca memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut.

Model membaca sangat berkaitan dengan proses membaca. Para ahli membaca mencari penjelasan yang lebih terinci mengenai proses membaca dan penjelasan teoretisnya mengenai hal tersebut. Model-model proses membaca memurut Harjasujana dapat dikelompokkan ke dalam tiga klasifikasi model, yakni:

1. Model Membaca Bawah- Atas (MMBA) atau bottom-up

Pada MMBA struktur-struktur yang ada dalam teks itu dianggap sebagai unsur yang mencerminkan peran utama. Struktur-struktur yang ada dalam pengetahuan sebelumnya merupakan hal sekunder. Sebaliknya, MMAB beranggapan bahwa struktur-struktur yang ada dalam pengetahuan sebelumnya memainkan peran utama, sedangkan struktur-struktur yang ada dalam teks merupakan unsur sekunder.

Strategi pemahaman bawah atas umunya digunakan dalam pembelajaran membaca awal. Mula-mula siswa memproses simbol-simbol grafis secara bertahap kemudian dia harus mengenali huruf, memahami rangkaian huruf menjadi kata, merangkai kata menjadi frasa dan kalimat. Kemudian membentuk teks. Strategi ini juga digunakan pembaca apabila teks dihadapi agak sulit. Kesulitan yang ditemui bisa menyangkut masalah bahasa, bisa pula isi teks. Seseorang pembaca yang sulit memahami isi teks, misalnya karena banyak

26

(37)

mengandung kata sulit, pembaca dapat menggabungkan kata-kata itu menjadi frasa, selanjutnya pemahaman atas frasa itu digunakan untuk memahami kalimat, dan isi keseluruhan teks.

2. Model Membaca Atas-Bawah (MMAB) atau top-down

Dalam MMAB kompetensi kognitif dan kompetensi bahasa mempunyai peran pertama dan utama dalam penyusunan makna dari materi cetak. Kebanyakan model MMBA ini berpijak pada teori psikolinguistik, yakni pandangan tentang interaksi antara pikiran dan bahasa. Kegiatan memba itu merupakan proses yang meliputi penggunaan isyarat kebahasaan yang dipilih dari masukkan yang diperoleh melalui persepsi membaca. Pemilihan itu dilakukan dengan kemampuan memperkirakan atau menerka. Ketika informasi itu diproses, terjadilah keputusan-keputusan sementara untuk menerima, menolak atau mungkin memperhalus masukan tersebut. Berlainan dengan MMAB, MMBA menggunakan informasi grafis ini hanya untuk mendukung hipotesis mengenai makna yang sudah terbentuk ketika alat visual menangkap lambang-lambang cetak. Kata-kata tidak dapat diserap daerah pandangan mata jika tidak cocok dengan isyarat-isyarat semantik dan sintaksis yang sedang diproses oleh pembaca dan perkiraan (hipotesis) yang dibuatnya.

Strategi-strategi untuk membuat prakiraan yang didasarkan pada penggunaan isyarat semantik dan sintaksis, memungkinkan pembaca untuk memahami materi dan mengantisipasi apa yang akan tampak selanjutnya di dalam materi cetak yang sedang dibacanya itu validitas prakiraan itu dicetak melalui penggunaan strategi-strategi konfirmasi. Jika prakiraan itu tidak cermat, maka digunakanlah strategi mengkoreksi yang didalamnya terjadi pemrosesan isyarat tambahan untuk mencari makna bacaan.

3. Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) atau interactive27

Model Membaca Timbal-Balik (MMTB) mereaksi dua model membaca sebelumnya. Menurut model ini proses membaca tidak menunjukkan suatu proses yang linear, tidak menunjukkan kegiatan yang berurut berlanjut, melainkan proses

27

Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2006), h. 91

(38)

timbal balik secara simultan. Pada suatu saat MMBA berperan dan pada saat lain MMAB yang berperan. Para penganut MMTB percaya bahwa pemahaman itu tergantung pada informasi grafis atau visual dan informasi nonvisual atau informasi yang sudah tersedia dalam pikiran pembaca.

B. Pengertian Media Pembelajaran

“Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk Jamak dari kata

“Madiam”, yang berarti perantara atau pengantar.”28

Demikian, media dapat diartikan sebagai wadah penyalur informasi atau penyalur pesan kepada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media merupakan alat bantu proses belajar mengajar untuk membantu tugas pendidik dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan kepada peserta didik. Setiap materi pelajaran mempunyai tingkat kesulitan yang bervariasi dan untuk membantu menyederhanakan tingkat kesulitan tersebut diperlukan media pembelajaran sebagai alat bantu, seperti: globe, grafik, gambar, dan lain lain.

Yudhi Munadi, berpendapat bahwa media pembelajaran dapat dipahami “sebagai sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.”29 Sedangkan Sadiman menyatakan bahwa media pembelajaran, yaitu “segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat, serta perhatian siswa agar proses belajar terjadi.”30 Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau perantara menyalurkan informasi kepada peserta didik untuk dapat memahami pembelajaran dan dapat meningkatkan proses belajar yang terjadi.

28

Taufik, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Inti Prima, 2010), h. 102 29

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada(GP) Press, 2012), h.8

30

Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas

Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 207

(39)

Seorang pendidik merupakan perantara atau penyalur pesan ajar yang disampaikan kepada peserta didik. Bila pesan tersebut telah disampaikan pendidik dan siswa belum memahaminya, maka bisa dikatakan bahwa komunikasi dalam pembelajaran itu kurang/tidak efektif, hendaknya pendidik berusaha untuk melakukan usaha-usaha tercapainya tujuan dalam komunikasi tersebut, diantaranya dengan menyediakan media lain untuk dijadikan sumber belajar oleh peserta didik.

1. Fungsi Media Pembelajaran

Fungsi utama dalam media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan pada kemampuan merekam, menyimpan, dan mentransportasikan suatu peristiwa atau objek dalam menyampaikan pesan yang mampu mempengaruhi keadaan lingkungan belajar yang efektif. Gambar sebagai alat peraga tidak saja berfungsi sebagai alat peraga, tetapi memiliki fungsi-fungsi tertentu didalamnya. Hal tersebut disebabkan karena fungsi media dalam pembelajaran adalah sebagai informasi untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam menerima informasi.

Media belajar adalah media yang mengefektifakan proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Anggani Sudono, mengemukakan fungsi media pembelajaran sebagai berikut.

a. Memberikan kesempatan berasosiasi kepada anak untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan alat, buku, narasumber atau tempat.

b. Meningkatkan perkembangan anak dalam berbahasa melalui komunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar.31

Menggunakan alat seperti gambar, potret, slide, grafik, video, atau media yang lainnya. Menyaksikan benda atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau dengan penggunaan media gambar peserta didik dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda atau peristiwa sejarah. Sementara itu, grafik merupakan representasi simbol dan artistik sesuatu objek atau situasi.

31

Taufik, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Inti Prima, 2010), h.80

(40)

2. Macam-macam Media Pembelajaran

Ada beberapa media yang sering digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Hastuti di dalam Novi Resmini berpendapat bahwa “media pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media visual yang tidak

diproyeksikan dan media visual yang diproyeksikan.”32

Yang termasuk media visul yang tidak diproyeksikan, yaitu

a. Media yang digunakan siswa sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang pendidik sampaikan.

b. Media dapat memunculkan permasalahan untuk di kaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya

c. Media sebagai sumber belajar bagi siswa.

Media sebagai sumber belajar, yaitu manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Di antara media pendidikan,

“gambar/foto merupakan media yang paling umum dipakai”33

media gambar adalah media yang mempunyai bahasa yang umum, yang dapat dimengerti oleh siswa.

3. Media Gambar sebagai Model Pembelajaran

Kranzler mengemukakan bahwa “some student are auditory learners,

other are tactile, and most are visual learnes. Approximately 65 percent of all

people are visual learnes who relate most effectively.”34artinya “sebagian peserta

didik merupakan belajar dengan audio, dan kebanyakan dari mereka adalah belajar dengan menggunakan visual. Hampir 65 persen yang mempunyai gaya

belajar visual biasanya lebih efektif.” Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

media gambar, kriteria pemilihan media di singgung bahwa media digunakan harus sesuai dengan taraf berpikir anak. Demikian pula dalam pembelajaran membaca pemahaman di sekolah. Penggunaan media gambar dirasakan sangat tepat menarik isi kesimpulan dari gambar tesebut, kemudian dapat memahami isi

32

Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas

Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 206

33

Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Garfindo Persada, 1986), h. 29 34

Timothy Gangwer, Visual Impact, Visual Teaching, ( Singapore: Corwin Press, 2009),h. 17

(41)

bacaan dan menjawab pertanyaan dalam bacaan. Gambar yang dimaksud di sini berupa foto, lukisan/gambar, dan sketsa (gambar bergaris). Fungsi utama dalam

media gambar, yaitu “sebagai sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan,

merangsang pikiran dan membantu meningkatkan penugasan siswa terhadap

hal-hal yang abstak, atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas”.35

Berkaitan dengan penggunaan media gambar. Oemar Hamaik, mengemukakan bahwa “penggunaan media gambar untuk menafsirkan dan menarik kesimpulan, dengan penggunaan media gambar dapat menyatakakan

dalam gambar itu mengandung cerita tertentu.”36

. Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah cara atau data upaya dalam memahami suatu bacaan sehingga dengan mudah dapat menjawab pertanyaan dari bacaan tersebut.

4. Jenis-Jenis Media Gambar

Ada beberapa jenis media gambar untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa.

a. Gambar jadi b. Gambar garis c. Strip story d. Fotografi37

a. Gambar jadi, yaitu materi pelajaran yang memerlukasn visualisasi dalan bentu ilustrasi yang dapat diperoleh dari sumber yang ada. Gambar-gambar tersebut biasanya di dapat dalam majalah, reklame/iklan, bookles, brosur, dan lain sebagainya yang memenuhi kebutuhan pembelajaran pendidik.

b. Gambar garis berupa sketsa biasanya penggunaan media tersebut dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk mendorong pengungkapan gagasan siswa secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia biasanya

35

Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas

Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 209

36

Oemar Hamaik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), h. 64 37

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997),h. 113-127

(42)

digunakan dalam materi dongeng yang berisi gambar, teks atau medial simbol yang mengingatkan siswa yang berhubungan dengan gambar itu.

c. Strip story dapat digunakan untuk mata pelajaran hadis, kisah nabi. Dalam teknik strip story bertujuan untuk mempermahir peserta didik dalam menyusun kalimat atau ayat-ayat menjadi satu untaian dalam surah.

d. Fotografi, penggunaan media gambar dengan foto karena dapat diperoleh dengan mudah untuk digunakan secara efektif sebagai media pembelajaran, berupa majalah, brosur, surat kabar, dan buku-buku.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan gambar jadi yang berupa foto suatu iklan dalam majalah, yaitu gambar yang dapat mempengaruhi siswa untuk memahami dengan isi bacaan, dengan menggunakan foto iklan siswa dapat menjawab pertanyaan dalam bacaan tersebut.

5. Ciri-ciri Gambar yang Baik

Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah yang memiliki ciri-ciri, yaitu:

a. Cocok dengan tingkat umur serta kemampuan siswa

Gambar yang dimaksud, yaitu gambar yang sederhana. Dengan gambar yang sederhana dalam warna, dan mampu menimbulkan pesan tertentu. Jangan sampai siswa menjadi binggung dan tak tertarik pada gambar tersebut, sehingga dalam penggunaan media gambar harus sesuai dengan tingkat kemampuan siswa agar kegiatan pembelajaran dapat efektif.

b. Memberikan kesan kuat dan menarik perhatian

Dalam memilih media gambar yang baik hendaknya pendidik dapat memperoleh tanggapan yang tepat tentang objek dalam gambar, misalnya, gambar pada majalah, surat kabar, dan sebagainya.

c. Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami.

Gambar yang sederhana, seperti dalam iklan dalam sebuah minuman yang hanya memperlihatkan botol minuman dengan aneka rasa dapat menarik perhatian pembaca dan siswa yang membaca pun dapat dengan mudah memahami isi bacaan tersebut.

(43)

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai peningkatan kemampuan memahami bacaan melalui media gambar telah banyak dilakukan. Banyaknya penelitian mengenai kemampuan memahami bacaan melalui media gambar dapat dijadikan salah satu bukti bahwa memahami bacaan menarik untuk diteliti. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya, yaitu

Penelitian yang dilakukan oleh Eka Maulani Sari, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jakarta “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Paragraf Argumentasi melalui Metode Membaca Kritis: Penelitian Tindakan Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nurul Falah Cadas”. Rumusan masalah yang diangkat, yaitu meneliti penggunaan metode membaca kritis dalam meningkatkan pemahaman paragraf argumentasi. Hasil yang diperoleh adalah dengan menggunakan metode membaca kritis pemahaman paragraf argumentasi peserta didik meningkat. Hal ini dibuktikan pada hasil rata-rata belajar peserta didik siklus I 64,6, sedangkan pada siklus II kemampuan peserta didik meningkat mencapai 73,97.

Penelitian yang dilakukan Lailatur Royha, mahasiswa Jurusan Kependidikan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

judul “Peningkatan Kemampuan Memahami Bacaan dengan teknik Membaca

Nyaring Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Rumah Pendidikan Islam Tahun Pelajaran 2012/2013”. Rumusan masalah yang diangkat, yaitu meneliti peningkatan kemampuan memahami bacaan melalui teknik membaca nyaring. Hasil yang diperoleh adalah dengan menggunakan teknik membaca nyaring pemahaman dalam membaca peserta didik meningkat. Hal ini dibuktikan pada hasil rata-rata belajar peserta didik siklus 66,5, sedangkan pada siklus II kemampuan memahami bacaan meningkat 77,1.

Penelitian yang dilakukan Yuyun Khoerunisa, mahasiswa Jurusan Kependidikan Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “ Penggunaan Media Gambar dalam Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan pada Kelas I Madrasah Ibtidaiyah Adda’wah Parungkuda Sukabumi

Tahun Pelajaran 2011/2012”. Rumusan masalah yang diangkat, yaitu

(44)

peningakatan kemampuan menulis permulaan dengan penggunaan media gambar. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan media gambar dalam kemampuan menulis meningkat. Hal ini dibuktikan pada hasil rata-rat belajar peserta didik siklus I 66,6, sedangkan pada siklus II kemampuan menulis permulaan melalui media gambar meningkat 83,3.

Ketiga penelitian tersebut mempunyai kesamaan dengan penelitian yang saya lakukan, yakni sama-sama meneliti tentang pemahaman siswa tetapi penelitian pertama menggunakan metode membaca kritis sebagai pengukur pemahaman siswa, penelitian ini juga dilakukan di semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 di Mts Nurul Falah dengan objek 20 siswa, sedangkan penelitian yang saya lakukan dilaksanakan di semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Darussalam Ciputat dengan objek penelitian 30 siswa. Penelitian kedua menggunakan teknik membaca nyaring sebagai alat ukur memahami bacaan, penelitian ini dilaksanakan pada Madrasah Ibtidaiyah Rumah Pendidikan Islam Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan objek 33 siswa, sedangkan penelitian yang saya lakukan menggunakan media gambar sebagai pemicu motivasi siswa untuk membaca, dan penelitian dilakukan di SMP Darussalam tahun pelajaran 2013/2014 dengan objek penelitian 30 siswa. Penelitian ketiga meneliti kemampuan menulis permulaan melalui media gambar, penelitian ini dilakukan di MI Adda’wah tahun pelajaran 2011/2012 dengan objek penelitian 36 siswa, sedangkan penelitian yang saya lakukan, yaitu peningkatan memahami bacaan sebagai pemicu, dan dilaksanakan di SMP Darussalam tahun pelajaran 2013/2014 dengan objek penelitian 30 siswa.

D. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah didefinisikasi sebagai masalah yang penting. Dengan demikian kerangka berpikir adalah suatu konsep yang dapat memberikan gambaran dan arah yang hendak dituju dalam penelitian.

(45)

melakukan kegiatan membaca. Pada setiap pertemuan peneliti menerapkan untuk memahami bacaan yang berupaya meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Metode Ceramah

Peran serta minimal siswa

Situasi belajar kurang kondusif

Tingkat pemahaman siswa

rendah

Penerapan memahami bacaan dengan media gambar

Siswa aktif dalam

pembelajaran Siswa belajar

kondusif

Pemahaman siswa meningkat Metode inkuiri

Gambar

Tabel
Gambar                                                                                              Halaman
gambar. Oemar
gambar maupun elektronik.”43
+7

Referensi

Dokumen terkait

bekerja dengan waktu kerja 0,88 detik sesuai dengan arus gangguan

38. Dalam setahun terakhir siswa memperoleh pengalaman belajar yang dapat menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara dan tanah air Indonesia.

Borneo, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan bahwa penyediaan data inventory bertujuan untuk memudahkan administrasi gudang dalam melakukan proses input

Ada suatu kesulitan yang dihadapi oleh penulis pada touching switch ini , kesulitan tersebut adalah bila touhing switch ini dihubungkan dengan komputer untuk mempermudakan

Pemberian antibiotik pre operasi kurang tepat karena antibiotik diberikan terlalu awal, sebab cefotaxim mencapai kadar puncak di serum setelah 30 menit, sehingga

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan unsur intrinsik cerita rakyat “Timun Emas”, (2) mendeskripsian hubungan antara tokoh, tema, latar, alur, dan amanat da- lam

Masyarakat (dalam hal ini orang tua siswa SD Muhammadiyah Bekonang) setelah mengikuti dialog interaktif menjadi tahu dan paham akan kewajibannya sebagai orang tua, anggota

Pada hari ini senin tanggal delapan bulan juni tahun dua ribu lima belas, mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB,Pokja III.A Unit Layanan Pengadaan Kordinator Pengadilan