• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN STRES PADA SISWA SMP YANG MENGIKUTI KELAS AKSELERASI DI YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN STRES PADA SISWA SMP YANG MENGIKUTI KELAS AKSELERASI DI YOGYAKARTA"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN STRES

PADA SISWA SMP YANG MENGIKUTI KELAS

AKSELERASI DI YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh : Citra Puspitasari NIM : 059114024

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

(5)

v

Persembahan Terbaik :

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Maret 2011 Penulis

(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN STRES PADA SISWA SMP YANG MENGIKUTI KELAS AKSELERASI DI YOGYAKARTA

Citra Puspitasari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan stres pada siswa SMP yang mengikuti kelas akselerasi di Yogyakarta. Hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara dukungan sosial dan stres.Subjek penelitian dalam penelitian ini berjumlah 30 orang, berusia 12-14 tahun, dan terdaftar sebagai siswa akselerasi. Alat pengumpul data adalah skala dukungan sosial dan skala stres. Pada skala Dukungan sosial diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,937 dari 74 aitem da pada skala Stres diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,904 dari 31 aitem. Data penelitian dianalisis menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Hasil uji asumsi menyatakan bahwa sebaran data yang ada normal dan mempunyai korelasi linear. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah -0,448 dengan p = 0,07 atau p < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara dukungan sosial dan stres pada siswa SMP yang mengikuti kelas akselerasi di Yogyakarta diterima.

(8)

viii

THE CORRELATION BETWEEN SOCIAL SUPPORT AND STRESS TO JUNIOR HIGH STUDENTS IN ACCELERATION CLASSES IN

YOGYAKARTA

Citra Puspitasari

ABSTRACT

This study aimed to determine the relation between social support and stress to junior high students in acceleration classes in Yogyakarta. The hypothesis proposed in this study was that there was a negative relation between social support and stress. The study was conducted on 30 peoples, age 12-14 years old, who registered as students of acceleration. The instrument that has been used to measures the correlation was social support scales and stress scales. Reliability coefficient social support scales was 0,937 of 74 items and reliability coefficient stress was 0,904 of 31 items. The data were analyzed using product moment correlation from Pearson. The result of assumption was a normal curve with linear correlation. The coefficient correlation was -0,448 with p = 0,07 or p < 0,05. According to these results, the hypothesis that there was a negative relation between social support and stress to junior high students in acceleration classes in Yogyakarta was accepted.

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Citra Puspitasari

Nomor Mahasiswa : 059114024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN STRES PADA SISWA SMP YANG MENGIKUTI KELAS AKSELERASI DI YOGYAKARTA

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal 22 Maret 2011 Yang menyatakan

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas kesempatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya yang sederhana ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang terlibat yang memberikan bantuan berupa dorongan, arahan dan data yang penulis butuhkan mulai dari persiapan, tempat dan pelaksanaan penelitian sehingga tersusunnya skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dengan tulus ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang sangat berperan dalam proses pengerjaan skripsi ini dan juga dalam kehidupan penulis :

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas kesempatan yang telah diberikan selama proses studi.

2. Bapak Heri Widodo, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan selama proses penulisan skripsi ini.

3. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si. dan Ibu ML. Anantasari, S.Psi., M.Si. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan akademik selama penulis menempuh studi.

(11)

xi

5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah bersedia membimbing serta membagikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang dapat menjadi pegangan bagi penulis.

6. Para staf karyawan, Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi’, Mas Muji, dan Mas Doni yang telah membantu memberikan fasilitas dan pelayanan terbaik selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

7. Kepala sekolah SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta beserta segenap karyawan yang membantu selama pelaksanaan penelitian.

8. Teman-teman SMP di kelas akselerasi yang bersedia menjadi subyek dalam penelitian ini.

9. Bapak, ibu dan mbak atas doa dan dukungannya yang tak terbatas.

10. Mas Agus dan Mba ida atas segala kebaikan dan kebesaran hati yang tak terbalas.

11. Shodiq Ardiansyah, untuk setiap mimpi, doa, waktu serta dukungan yang terucap maupun tak terucap.

12. Untuk sahabat-sahabatku Alma, Lina, Ray, Sentya, Tiwi yang melengkapi cerita perjalanan persahabatan ini, terimakasih atas dukungan kalian. 13. Untuk Sherly, Andien, Hayu, Yupha, Yani, Avi, Bondan, dan teman-teman

bimbingan lainnya yang selalu berbagi ilmu dan waktunya selama ini. 14. Terima kasih pula kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan

(12)

xii

Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran demi hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Yogyakarta, 22 Maret 2011

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... ... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

BAB II. LANDASAN TEORI ... 9

A. Siswa SMP yang Mengikuti Kelas Akselerasi... .... 9

1. Pengertian Remaja Awal... 9

2. Perkembangan Sosioemosional Remaja Awal... 10

(14)

xiv

B. Stres... ... 13

1. Pengertian Stres... 13

2. Gejala Stres... ... 14

3. Sumber Stres... ... 16

4. Faktor-Faktor yang Mengubah Pengalaman Stres... ... 17

5. Riset Terkait Stres... ... 18

C. Dukungan Sosial... ... 20

1. Pengertian Dukungan Sosial... ... 20

2. Jenis Dukungan Sosial... ... 20

3. Indikator Dukungan Sosial... 22

4. Sumber Dukungan Sosial... ... 22

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial... .... 23

D. Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Stres... .... 24

E. Hipotesis... ... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 29

A. Jenis Penelitian... ... 29

B. Identifikasi Variabel Penelitian... ... 29

C. Definisi Operasional Variabel-Variabel Penelitian... ... 29

D. Subjek Penelitian... ... 30

E. Sampling... ... 31

F. Metode dan Alat Pengambilan Data... ... 31

G. Try out Terpakai... ... 35

H. Kredibilitas Alat Ukur... ... 36

1. Estimasi Validitas... 36

(15)

xv

3. Seleksi Item... ... 36

I. Teknik Analisis Data... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... .... 38

A. Persiapan Penelitian... 38

B. Pelaksanaan Penelitian... 39

C. Data Demografi Subjek Penelitian... ... 40

D. Hasil Penelitian... 41

E. Hasil Teknik Analisis Data... ... 44

1. Uji Asumsi... ... 44

a. Uji Normalitas... ... 44

b. Uji Linearitas... 45

2. Uji Hipotesis... 46

3. Deskripsi Data Penelitian... . 46

4. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Stres... .. 48

5. Sumbangan Jenis Dukungan Sosial Terhadap Stres... .. 49

F. Pembahasan... 50

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 53

A. Kesimpulan... 53

B. Saran... ... 53

DAFTAR PUSTAKA... ... 54

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Blue Print Skala Dukungan Sosial... 32

3.2 Spesifikasi Item-item Skala Dukungan Sosial... ... 33

3.3 Skor Jawaban Pernyataan Skala Dukungan Sosial ... 33

3.4 Spesifikasi Item-item Skala Stres ... 34

3.5 Skor Jawaban Pernyataan Skala Stres... 34

4.1 Data Demografi Subjek Penelitian Berdasarkan Sekolah... .... 40

4.2 Data Demografi Subjek Penelitian Berdasarkan Kelas... 41

4.3 Data Demografi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia... . 41

4.4 Data Demografi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin... 41

4.5 Blue Print Akhir Skala Dukungan Sosial... 42

4.6 Spesifikasi Akhir Item-item Skala Dukungan Sosial... 43

4.7 Spesifikasi Akhir Item-item Skala Stres... .... 44

4.8 Hasil Uji Normalitas ... 45

4.9 Hasil Uji Linearitas ... 46

4.10 Data Teoritis dan Data Empiris... 47

4.11 Hubungan Antara Jenis Dukungan Sosial dan Stres... ... 48

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu memiliki ‘potensi’ untuk mengalami stres. Ada banyak

permasalahan hidup yang dapat menimbulkan stres, mulai dari hal-hal kecil

sampai hal-hal yang berskala besar. Permasalahan sehari-hari atau yang sering

dikenal dengan daily stress, dapat saja memicu seorang individu mengalami stres. Legault (2004) menyebutkan bahwa kata stres memiliki kekuatan menyeramkan

yang dapat menghancurkan hidup seseorang. Hanya saja penilaian individu

terhadap stres berbeda-beda, tergantung pada hasil pengalaman dan persepsinya

terhadap situasi yang menjadi penyebab stres itu sendiri. Seringkali stres juga

muncul karena adanya persepsi yang tidak akurat dari diskrepansi

(ketidaksesuaian) antara tuntutan lingkungan dan sumber daya aktual yang

dimiliki (Gusniarti, 2002).

Stres dapat terjadi pada siapapun. Stres juga rentan dialami oleh para siswa

menengah pertama yang tergolong sebagai remaja. Hal ini disebabkan karena

siswa tengah memasuki tahapan masa remaja yang merupakan masa peralihan

antara masa anak-anak dan masa dewasa. Masa peralihan ini ditandai dengan

adanya perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk

hubungan baru dalam rangka mengekspresikan perasaan seksual (Santrock, 1995).

Dengan kata lain, di usia ini remaja tengah sibuk dalam membina relasi dengan

(19)

dikemukakan oleh Havighurst (dalam Hurlock, 1997) bahwa salah satu tugas

perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja adalah mencapai hubungan

baru yang lebih matang dengan teman sebaya pria maupun wanita. Remaja, lebih

tepatnya remaja awal juga tengah mengalami kebingungan terhadap perubahan

diri dan posisi mereka dalam kelompok sosial (Santrock, 2005). Di sisi lain,

remaja juga memiliki tanggung jawab akademik. Kondisi inilah yang memicu

adanya benturan-benturan dalam diri remaja yang jika tidak terselesaikan dengan

baik dapat menimbulkan stres. Seseorang yang mengalami stres akan terganggu

fungsi kehidupannya sehari-hari Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya

produktivitas (Hawari, 2001).

Stres juga dapat dialami para remaja yang tercatat sebagai siswa

akselerasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indriasari (dalam Assaat, 2007) di

salah satu sekolah di Jakarta, menemukan bahwa para siswa berbakat yang

mengikuti program akselerasi cenderung mengalami stres meskipun dalam tingkat

yang sedang. Reni dalam artikelnya di sebuah Majalah Parents Guide Online

(“Kelas Percepatan”, 2010) juga menambahkan bahwa siswa akselerasi cenderung

akan mengalami peningkatan stres pada awal dan akhir program.

Sejak awal, siswa yang berminat mengikuti program akselerasi harus

memenuhi beberapa kualifikasi tertentu yang tergolong lebih sulit dibanding

siswa kelas reguler. Berbeda dengan siswa reguler, siswa akselerasi harus

melewati serangkaian persyaratan administratif mulai dari persyaratan akademis,

psikologis sampai dengan persetujuan anak dan orang tua. Persyaratan tersebut

(20)

kesulitan beradaptasi dengan sistem belajar di kelas akselerasi yang lebih cepat.

Persyaratan psikologis juga telah menjadi salah satu prasyarat wajib dalam

menyeleksi calon siswa kelas akselerasi dengan harapan mengetahui kreativitas

dan sejauh mana komitmen siswa terhadap tugas. Hanya saja pada kenyataannya,

segala persyaratan yang ada kurang mendapat penanganan lebih dalam hal

pemeliharaan psikologis siswa. Sekalipun siswa telah berhasil melewati

serangkaian persyaratan, tidak berarti siswa akan berada dalam kondisi yang sama

selama siswa menempuh pendidikan di kelas akselerasi.

Departemen Pendidikan Nasional (2002) menjelaskan definisi program

akselerasi sebagai salah satu program layanan pendidikan yang diberikan bagi

siswa yang memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa untuk dapat

menyelesaikan pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan. Dengan

kecerdasan siswa yang tergolong di atas rata-rata atau bahkan superior, siswa

akselerasi dianggap mampu untuk menanggung tanggung jawab akademis yang

lebih dibanding siswa lain. Mereka dituntut untuk selalu menunjukkan hasil

belajar yang optimal dalam bidang akademik. Guru bahkan seringkali menuntut

siswa untuk cepat mengerti dan menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Belum

lagi adanya penambahan tugas-tugas yang benar-benar menguras otak dan tenaga

siswa. Lebih lanjut, siswa dituntut untuk memenuhi standar nilai yang ditetapkan

oleh pihak sekolah. Jika nilai yang diperoleh di bawah standar nilai yang telah

ditetapkan, mereka tidak bisa meneruskan belajar di kelas akselerasi. Dengan kata

(21)

tuntutan yang diterima ini tentu saja dapat memicu munculnya stres pada siswa

yang bersangkutan.

Terlepas dari permasalahan seputar akademis, siswa akselerasi cenderung

mengalami kesulitan dalam berinteraksi baik di lingkungan sekolah maupun di

lingkungan sekitar. Dengan adanya dorongan bagi siswa berprestasi secara

akademis, maka hal ini akan mengurangi waktu untuk aktivitas yang sesuai bagi

usianya (Gunarsa, 2004). Lebih lanjut, Gunarsa mengungkapkan bahwa anak yang

sangat berbakat dalam bidang akademis mengalami kesulitan sosial dan emosional

dua kali lebih banyak daripada anak yang tidak berbakat. Sebagian besar siswa

akselerasi mengalami kesulitan untuk meluangkan waktu di luar jam sekolah

dengan berbagai alasan, seperti capek, banyak tugas dan lain-lain karena mereka

harus mengikuti jadwal dan materi pelajaran yang padat dengan banyaknya

tugas-tugas.

Berbagai permasalahan yang muncul menimbulkan ketakutan dan

ketidaknyamanan dalam diri siswa. Seperti pernyataan salah satu orang tua murid

dalam suatu blog (“Kelas Akselerasi”, 2008), yang menyatakan bahwa dari 21

siswa akselerasi di sekolah tempat anaknya menuntut ilmu, hanya satu siswa yang

berencana untuk kembali melanjutkan pendidikan di kelas akselerasi. Hal ini

disebabkan karena para siswa merasa enggan untuk mengulangi situasi penuh

tekanan selama berada di kelas akselerasi baik dalam bidang akademis maupun

dalam bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Siswa mengaku bosan

dengan pekerjaan rumah yang menumpuk dan kegiatan belajar yang terus

(22)

harus mereka terima. Padatnya materi pelajaran yang harus mereka terima tersebut

semakin mengurangi waktu siswa untuk bermain sekaligus bersosialisasi dengan

teman-teman sebaya mereka. Dengan sedikitnya waktu bagi para siswa untuk

membaur dengan teman-teman sebayanya, siswa menjadi cenderung lebih suka

menyendiri. Permasalahan lain yang muncul yakni siswa-siswi akselerasi tidak

mendapat pengakuan sebagai teman satu angkatan oleh teman-teman yang masuk

bersamaan ke sekolah tersebut dengan alasan waktu kelulusan mereka berbeda.

Begitu pula dengan para siswa angkatan atas yang juga menolak mengakuinya

dengan alasan para siswa-siswi akselerasi masih lebih kecil dibanding mereka.

Lebih lanjut, pengakuan muncul dari salah satu wali murid yang

dicantumkan dalam suatu blog (Permanasari, 2010). Beliau merasa kebingungan

karena mendapati putrinya menangis ketakutan saat hendak memasuki jenjang

sekolah menengah atas. Hal ini terjadi karena sang putri yang diketahui memiliki

kecerdasan di atas rata-rata menyelesaikan masa pendidikan lebih cepat dibanding

teman-teman sebayanya. Pendidikan di sekolah dasar yang seharusnya ditempuh

selama enam tahun, dihemat menjadi lima tahun. Sekolah menengah pertama

cukup dijalaninya selama dua tahun. Dengan penghematan waktu yang dilalui, ia

berhasil lulus sekolah menengah pertama pada usia dua belas tahun. Ia mengaku

merasa tertekan karena kelak harus belajar bersama siswa-siswi yang berusia jauh

di atas dirinya.

Oleh karena itu, siswa akselerasi membutuhkan lingkungan yang mampu

menurunkan ketidaknyamanan dalam proses belajar sehingga mereka mampu

(23)

mereka dihadapkan pada lingkungan sekitar yang tampak kurang mendukung dan

kurang bersahabat maka akan sulit bagi para siswa untuk belajar dan beradaptasi

dalam menangani perasaan-perasaan yang muncul akibat dari problematika sosial

maupun akademis. Singkatnya, siswa sebagai remaja diharuskan untuk

memusatkan diri pada kegiatan belajar sekaligus menjalankan tugas

perkembangannya dalam bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.

Terlepas dari permasalahan tersebut, stres dapat terjadi karena banyak

faktor. Smet (1994) menyebutkan beberapa faktor di antaranya yakni variabel

dalam kondisi individu, karakteristik kepribadian, variabel sosio-kognitif,

dukungan sosial, dan strategi coping.

Salah satu faktor yang mempengaruhi stres adalah dukungan sosial.

Dukungan sosial merupakan sebuah cara untuk menunjukkan perasaan positif

berupa kasih sayang, kepedulian dan penghargaan yang diperoleh seseorang.

Gottlieb (dalam Smet, 1994) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi

atau nasehat verbal atau non verbal, saran, bantuan nyata, atau tingkah laku yang

diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan individu di dalam lingkungan

sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan

keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Adanya

dukungan sosial juga berperan penting dalam perkembangan dan penyesuaian diri

untuk keberhasilan siswa selama duduk di bangku sekolah.

Dukungan sosial dapat diberikan dalam berbagai bentuk, di antaranya

dukungan emosional, penghargaan, informasi, dan instrumental. Dukungan yang

(24)

dengan dukungan sosial yang tinggi memiliki pikiran yang lebih positif terhadap

berbagai situasi sulit bila dibandingkan dengan individu yang memiliki dukungan

sosial yang rendah. Sesuai konteksnya, siswa tidak akan merasa khawatir ketika

menghadapi suatu masalah karena merasa memiliki orang-orang yang bersedia

membantunya setiap saat. Dengan demikian, siswa dapat mengikuti pelajaran

dengan baik tanpa merasa tertekan dan stres. Dengan keyakinan itu pula siswa

dapat memusatkan diri pada kegiatan belajar sekaligus dapat menjalankan tugas

perkembangannya dalam bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.

Berdasarkan pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti apakah

ada hubungan antara dukungan sosial dan stres pada siswa SMP yang mengikuti

kelas akselerasi di Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara dukungan sosial dan stres pada siswa SMP yang mengikuti kelas

akselerasi di Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara dukungan sosial dan stres pada siswa SMP yang mengikuti kelas

akselerasi di Yogyakarta. Lebih lanjut, penelitian ini juga bertujuan untuk

melihat dukungan mana yang memberikan sumbangan terbesar pada stres

(25)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini antara lain :

1. Secara Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

mengenai kepada masyarakat pada umumnya serta menambah khasanah

ilmu psikologi khususnya masukan bagi ilmu psikologi sosial serta

psikologi pendidikan.

2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi, khususnya

penelitian yang berhubungan dengan dukungan sosial dan stres.

b. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa SMP yang

mengambil program akselerasi, yang merasa mengalami stres untuk

mengatasi dampak yang ditimbulkan dengan mencari dukungan

orang-orang di sekitarnya.

c. Bagi Orang tua dan Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru maupun orang tua

dalam menangani anak-anaknya dengan memberikan dukungan untuk

(26)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Siswa SMP yang Mengikuti Kelas Akselerasi

Siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) tergolong ke dalam

kategori remaja awal.

1. Pengertian Remaja Awal

Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Santrock (2003)

mendefinisikan remaja sebagai periode perkembangan transisi dari masa

anak-anak hingga masa awal dewasa yang mencakup perubahan biologis,

kognitif, dan emosional.

Menurut Hurlock (1997), istilah adolescence memiliki arti yang luas yaitu mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Lebih

lanjut, ia menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimulai saat anak matang secara

seksual dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.

Menurut Monks, Knoer, & Haditono (1999), remaja adalah individu

yang berusia 12-21 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari

masa anak-anak ke dewasa dengan pembagian 12–15 tahun masa remaja

awal, 15–18 tahun masa remaja madya, dan 18–21 tahun masa remaja

(27)

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa remaja awal adalah individu yang berusia 12-15 tahun

yang sedang mengalami masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa.

2. Perkembangan Sosioemosional Remaja Awal

Pada masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa ini,

remaja mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang dalam berbagai

konteks sosial yang meliputi keluarga dan teman-teman sebaya, pacar, dan

sekolah (Santrock, 2002). Pencarian identitas juga menjadi salah satu hal

yang cukup menempati area sentral dalam perkembangan mereka.

Permasalahan yang biasa terjadi pada remaja dalam keluarga yakni

terkait masalah otonomi dan attachment antara remaja dengan orang tua. Hal ini disebabkan karena remaja tengah berusaha untuk dapat mengetahui

sejauh mana otonomi dirinya. Monks dkk (2006) menambahkan bahwa

pada masa ini, remaja secara umum mengalami dua macam gerak dalam

perkembangan sosialnya yakni gerakan memisahkan diri dari orang tua

dan gerakan menuju ke arah teman-teman sebayanya. Lebih lanjut Monks

menjelaskan bahwa gerakan tersebut merupakan suatu reaksi terhadap

status interim anak muda. Hal ini memunculkan diskrepansi yang besar

antara “kedewasaan” jasmani dengan ikatan sosial dengan orang tua pada

remaja.

Pada masa remaja awal, kelompok teman sebaya dan hubungan

(28)

Papalia (dalam Alanda dkk, 2007) juga menjelaskan bahwa intensitas dan

pentingnya persahabatan, seperti menghabiskan waktu bersama

teman-teman merupakan kemungkinan yang paling besar terjadi dalam masa

remaja dibandingkan pada masa-masa kehidupan lainnya. Persahabatan

yang erat membantu siswa SMP menghadapi tekanan-tekanan yang

dihadapi pada masa remaja.

Rosenblum & Lewis (dalam Santrock, 2005) menjelaskan secara

lebih spesifik bahwa masa remaja awal merupakan masa ketika emosi

remaja naik turun secara lebih sering. Remaja menjadi sering merajuk,

tidak tahu bagaimana mengekspresikan perasaannya secara tepat, atau

memproyeksikan perasaan tidak senang kepada orang lain. Perubahan emosi

adalah pengalaman yang normal dialami oleh setiap siswa SMP dan bertambah

ketika siswa merasa bingung terhadap perubahan diri mereka dan posisi mereka

dalam kelompok sosial (Santrock, 2005). Santrock juga menyatakan bahwa

perubahan emosi yang ekstrim pada masa remaja awal kemungkinan disebabkan

oleh aktivitas hormonal, tetapi beberapa peneliti lain menyatakan bahwa

pengaruh hormonal relatif lebih kecil dan menyatakan bahwa gejolak emosi yang

terjadi pada remaja lebih karena disebabkan oleh adanya faktor stres lain yakni

seperti stres, pola makan, aktivitas seksual, dan hubungan sosial (Santrock,

2005).

3. Siswa Akselerasi

Akselerasi merupakan salah satu program pendidikan yang ditujukan

(29)

siswa-siswi lain. Colangelo (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan bahwa

istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery) dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai model pelayanan, pengertian akselerasi menunjuk pada masuk taman

kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas dan

mengikuti pelajaran tertentu pada kelas yang lebih tinggi.

Siswa yang tertarik mengikuti program akselerasi harus memenuhi

beberapa kualifikasi tertentu yang tergolong lebih sulit dibanding siswa

reguler seperti persyaratan akademis, psikologis, informasi data subjektif,

kesehatan fisik, dan kesediaan calon siswa dan persetujuan orang tua. Pada

persyaratan akademis, persyaratan diambil dari yang diperoleh dari skor

rata-rata nilai Rapor, Nilai Ujian Nasional, serta Tes Kemampuan

Akademis dengan nilai sekurang-kurangnya 8,00. Pada persyaratan

Psikologis, hasil diperoleh dari pemeriksaan psikologis meliputi tes

kemampuan intelektual umum, tes kreativitas, dan keterikatan pada tugas.

Pada persyaratan informasi data subyektif, nominasi diperoleh dari diri

sendiri (self nomination), teman sebaya (peer nomination), orangtua

(parent nomination), dan guru (teacher nomination) sebagai hasil dari

pengamatan dari sejumlah ciri-ciri keberbakatan. Pada kesehatan fisik

siswa ditunjukkan dengan surat keterangan sehat dari dokter dan

persyaratan yang terakhir yakni ialah adanya kesediaan calon siswa dan

(30)

Dari prasyarat yang ada, siswa akselerasi juga harus memenuhi

standar nilai yang ditetapkan oleh pihak sekolah selama mereka duduk di

kelas akselerasi agar mereka bisa berhasil menyelesaikan pendidikan

hingga tamat. Jika nilai yang diperoleh dibawah standar nilai yang telah

ditetapkan, mereka tidak bisa meneruskan belajar di kelas akselerasi.

Dengan kata lain, siswa tersebut dikembalikan ke kelas reguler.

Terlepas dari persyaratan administratif tersebut, siswa akselerasi

memiliki beberapa karakteristik menonjol yang menyertai sebagian besar

siswa. Beberapa karakteristik tersebut di antaranya yakni memiliki

dorongan berprestasi yang tinggi, perfeksionis, individualis serta memiliki

kemampuan verbal yang tinggi (“Karakteristik”, 2010). Karakteristik yang

mereka miliki ini menyebabkan anak-anak mengalami loncatan

perkembangan, tidak sinkronnya perkembangan kognitif, emosional, dan

fisik, cara berpikir yang berbeda dengan anak-anak lainnya, cara

merasakan dunia yang berbeda (“Taklukan Anak”, 2004)

B. Stres

1. Pengertian Stres

Stres adalah sebuah kata sederhana yang tidak asing lagi diucapkan

sehari-hari oleh setiap orang. Stres dialami oleh setiap individu tanpa

memandang usia dan status sosial. Stres merupakan suatu keadaan

tertekan, baik secara fisik maupun psikologis (Chaplin, 1997). Dalam

(31)

individu terhadap keadaan atau kejadian yang mengancam dan

mengganggu kemampuannya untuk menangani.

Sarafino (1990) juga menyatakan bahwa stres adalah kondisi yang

disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan,

menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari situasi

yang bersumber pada sistem biologis, psikologis, dan sosial dari

seseorang. Stres muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan yang melebihi

kemampuan individu untuk memenuhinya. Seseorang yang tidak bisa

memenuhi tuntutan kebutuhan, akan merasakan suatu kondisi ketegangan

dalam diri. Ketegangan yang berlangsung lama dan tidak ada

penyelesaian, akan berkembang menjadi stres.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa stres merupakan

suatu kondisi individu yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungan,

menyebabkan adanya suatu tekanan dan mempengaruhi aspek fisik,

kognitif, emosi, dan perilaku.

2. Gejala Stres

Menurut Sarafino (1990) gejala stres dapat dibagi menjadi 2 aspek,

yaitu:

a. Aspek biologis berupa segala reaksi fisik terhadap stres. Gejala fisik

yang dialami individu antara lain dapat berupa peningkatan detak

jantung maupun nafas, sakit kepala, gangguan pencernaan, gangguan

(32)

b. Aspek psikososial berupa segala reaksi psikis terhadap stres. Gejala

psikis tersebut dikelompokkan menjadi 3 gejala, yakni:

i. Gejala Kognisi

Tingkat stres yang tinggi dapat mengganggu ingatan dan perhatian

individu selama melakukan aktivitas kognitif. Bentuk dari gejala

kognisi di antaranya yakni adanya gangguan daya ingat, perhatian,

dan konsentrasi.

ii. Gejala Emosi

Emosi cenderung menyertai stres dan individu sering

menggunakan keadaan emosi mereka untuk mengevaluasi stres.

Proses penilaian individu terhadap stimuli yang diamati dapat

mempengaruhi pengalaman stres dan emosinya. Hal ini tentu saja

mengakibatkan adanya ketidakstabilan emosi dalam diri individu.

Indidu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala seperti

mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu,

merasa sedih dan depresi.

iii. Gejala Perilaku Sosial

Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain.

Dalam beberapa situasi stres, seseorang dapat menjadi kurang

sosialisasi maupun kurang perhatian serta menjadi lebih tidak

bersahabat maupun kurang sensitif terhadap orang lain. Kondisi stres

(33)

cenderung negatif sehingga dapat menimbulkan masalah dalam

hubungan interpersonal.

3. Sumber stres

Sumber stres pada remaja menurut Needlman (2004) dibagi menjadi

5, yaitu:

a. Faktor biologi

Adanya perubahan pada tubuh remaja membuat remaja cenderung

menganggap bahwa setiap orang selalu memperhatikan mereka. Jerawat

maupun hal-hal yang terkait dengan tubuh dapat menjadi sumber stres.

Pada waktu yang sama remaja berkutat dalam kesibukan-kesibukan

seputar sekolah, tugas-tugas sekaligus sosialisasi. Hal tersebut berbanding

terbalik dengan meningkatnya kebutuhan biologis remaja untuk

beristirahat (tidur). Hasilnya menunjukkan bahwa kurangnya waktu

istirahat pada remaja juga merupakan salah satu sumber stres.

b. Faktor keluarga

Sebagian besar sumber stres pada remaja disebabkan oleh hubungan

mereka dengan orang tua. Hal ini disebabkan karena setiap remaja harus

berusaha untuk melewati perjuangan dalam waktu yang tidak sedikit untuk

kebutuhan akan memiliki dan diperhatikan sekaligus kebutuhan akan

(34)

c. Faktor sekolah

Tekanan akademik akan meningkat selama masa sekolah dan

sekalipun orang tua mengetahui bahwa dibutuhkan perjuangan untuk dapat

menghindari kegagalan. Hal ini bisa saja terjadi pada para siswa yang

dianggap mampu secara akademis, yang merasakan tekanan terbesar.

d. Faktor teman sebaya

Stres yang disebabkan oleh teman sebaya cenderung meningkat

selama masa sekolah menengah pertama. Remaja yang kurang diterima

pada masa ini mengalami konsekuensi seperti isolasi, harga diri rendah,

dan stres. Harga akan sebuah pengakuan dari lingkungan teman-teman

sebaya membuat remaja terlibat dengan rokok, alcohol, dan obat-obatan

terlarang. Untuk beberapa remaja, zat-zat tersebut mereka anggap berguna

untuk membantu meringankan stres.

e. Faktor lingkungan sosial

Remaja pada umumnya belum memiliki lingkungan sosial yang luas.

Pada waktu yang sama, banyak remaja mengetahui bahwa mereka

mewarisi segala permasalahan yang lebih luas seperti perang, polusi,

pemanasan global, serta ketidakjelasan ekonomi yang menjadi sumber

stres.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres

Smet (1994) mengungkapkan beberapa faktor yang dapat mengubah

(35)

a. Variabel dalam kondisi individu meliputi umur, tahap kehidupan, jenis

kelamin, temperamen, faktor-faktor genetik, inteligensi, pendidikan,

suku, kebudayaan, status ekonomi, kondisi fisik

b. Karakteristik kepribadian meliputi introvert-ekstravert, stabilitas emosi

secara umum, tipe A, kepribadian hardiness, locus of control,

kekebalan, ketahanan

c. Variabel sosial-kognitif: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan

sosial, kontrol pribadi yang dirasakan

d. Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima,

integrasi dalam jaringan sosial

e. Strategi coping

5. Riset Terkait Stres

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Indriasari (dalam

Assaat, 2007) di salah satu sekolah di Jakarta, ditemukan bahwa para

siswa berbakat yang mengikuti program akselerasi cenderung mengalami

stres meskipun dalam tingkat yang sedang. Selain itu, ada pula penelitian

yang menunjukkan bahwa reaksi stres muncul pada anak usia sekolah

karena adanya tuntutan-tuntutan yang berhubungan dengan

kegiatan-kegiatan yang padat dan membutuhkan banyak waktu. Iswinarti dan

Haditono (1999) menyatakan bahwa korelasi negatif antara tingkat stres

dan prestasi akademik disebabkan karena kemungkinan pada tahap

(36)

dewasa sehingga stres yang dialami dapat menyebabkan prestasi belajar

menurun.

Dalam penelitiannya, Assaat (2007) menyatakan bahwa persepsi

siswa terhadap program akselerasi dengan stres di bidang akademis

memiliki korelasi negatif. Korelasi tersebut menunjukkan bahwa semakin

baik persepsi siswa terhadap pelaksanaan program akselerasi, semakin

rendah stresnya di bidang akademis. Sebaliknya jika semakin buruk

persepsi siswa terhadap pelaksanaan program akselerasi, semakin tinggi

stres di bidang akademis yang dialaminya.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Anggoro (2010) menyatakan

bahwa ada hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan tingkat

stres pada siswa kelas akselerasi. Subjek dalam penelitian ini adalah

siswa-siswi SMU akselerasi. Dari penelitian tersebut diperoleh korelasi negatif

sebesar 0,368. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswi akselerasi ternyata

mengalami stres. Situasi stres terjadi karena adanya ketidakmampuan

untuk memenuhi harapan guru maupun orang tua, tekanan persaingan di

sekolah, kebutuhan untuk diterima yang berlebihan serta ketidakmampuan

dalam menyesuaikan diri pada lingkungan baru (Royanto dalam Anggoro,

2010). Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa siswa dengan dukungan

sosial yang tinggi akan mempunyai pikiran lebih positif terhadap situasi

penuh tekanan dibandingkan dengan siswa yang memiliki tingkat

(37)

C. Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan sosial didefinisikan oleh Gottlieb (dalam Smet, 1994)

sebagai informasi atau nasehat verbal atau non verbal, saran, bantuan

nyata, atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab

dengan individu di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa

kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau

berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.

Lebih lanjut lagi Sarason (1983) mengatakan bahwa dukungan sosial

dijelaskan sebagai eksistensi atau ketersediaan orang lain yang dapat

diandalkan, yang peduli, bernilai dan mencintai seorang individu. Senada

dengan Sarason, Johnson dan Johnson (1991) menyatakan dukungan sosial

sebagai keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk dimintai

bantuan, dorongan, dan penerimaan apabila individu mengalami kesulitan.

Berdasarkan uraian di atas maka dukungan sosial didefinisikan

sebagai persepsi individu terhadap suatu bentuk hubungan antara individu

tersebut dengan lingkungan sekitarnya yang dapat mempengaruhi kondisi

individu secara umum.

2. Jenis Dukungan Sosial

Untuk menjelaskan konsep dukungan sosial, sebagian besar penelitian

sepakat untuk membedakan jenis-jenis dukungan yang berlainan. Taylor

(38)

a. Dukungan emosional

Dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap orang yang bersangkutan (umpan balik, penegasan).

Dukungan ini menyediakan rasa nyaman, ketentraman hati, perasaan

memiliki, dan perasaan dicintai di saat mengalami stres.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan ini terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif

untuk orang tersebut, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan

atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan

orang-orang lain, seperti misalnya orang-orang yang kurang mampu

atau lebih buruk keadaannya (menambah penghargaan diri). Jenis

dukungan ini membantu individu dalam membangun penghargaan

terhadap diri, kompeten, dan merasa dihargai.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan ini mencakup bantuan langsung seperti kalau orang

memberikan pinjaman uang kepada orang atau membantu dengan

meringankan tugas-tugas di saat seseorang mengalami stres.

d. Dukungan Informatif

Dukungan ini mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk,

(39)

3. Indikator Dukungan Sosial

Dukungan sosial diklasifikasi dengan indicator-indikator sebagai

berikut :

a. Emosional : Dukungan berupa perhatian, kepedulian, rasa cinta, empati,

motivasi.

b. Penghargaan : Dukungan berupa penghargaan positif kepada individu

yang bersangkutan, mendengarkan pendapat, saran, keyakinan yang

diungkapkan individu.

c. Instrumental : Dukungan berupa bantuan materi/uang, barang-barang,

waktu, maupun kehadiran.

d. Informatif : Dukungan berupa pemberian nasehat, petunjuk, alternatif,

saran, yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan.

4. Sumber Dukungan Sosial

Sumber dukungan sosial yang berarti bagi seseorang belum tentu

berarti bagi orang lain. Peran pemberi maupun penerima dukungan akan

sangat berarti dalam menentukan efektivitas pengaruh dukungan sosial.

Johnson dan Johnson (1991) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat

berasal dari orang-orang penting yang dekat (significant others) bagi individu yang membutuhkan bantuan.

Kumolohadi (2001) menyebutkan bahwa sejumlah orang yang

(40)

pernyatan tersebut, Gore (Suparmi, dkk, 2009) menyatakan dukungan

sosial lebih sering didapat dari relasi yang terdekat, yaitu keluarga atau

sahabat.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa sumber

dukungan berasal dari orang-orang yang memiliki kedekatan relasi di

antaranya orang tua, saudara/kerabat, teman akrab, maupun sahabat.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Reis (dalam “Apa itu”, 2009) mengungkapkan ada tiga faktor yang

mempengaruhi penerimaan dukungan sosial pada individu, yakni:

a. Keintiman

Dukungan sosial lebih banyak diperoleh dari keintiman daripada

aspek-aspek lain dalam interaksi sosial, semakin intim seseorang maka

dukungan yang diperoleh akan semakin besar.

b. Harga Diri

Individu dengan harga diri memandang bantuan dari orang lain

merupakan suatu bentuk penurunan harga diri karena dengan menerima

bantuan orang lain diartikan bahwa individu yang bersangkutan tidak

mampu lagi dalam berusaha.

c. Keterampilan Sosial

Individu dengan pergaulan yang luas akan memiliki keterampilan

(41)

pula. Sedangkan, individu yang memiliki jaringan individu yang kurang

luas memiliki keterampilan sosial rendah.

D. Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Stres

Dukungan sosial merupakan suatu bentuk komunikasi yang bersifat positif

disertai rasa suka, rasa percaya dan respek yang sangat berarti yang diberikan oleh

orang lain bagi kehidupan subjek (Toifur & Prawitasari, 2003). Dukungan sosial

menjadi salah satu aspek kehidupan manusia yang sangat penting, mengingat

manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan satu sama lain.

Dukungan sosial diklasifikasi oleh House (dalam Sarafino, 1990) ke dalam

empat aspek, yakni dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dan dukungan informasi.

Dukungan emosional merupakan ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap orang yang bersangkutan (umpan balik, penegasan). Dukungan

ini dapat ditunjukkan dengan mendengarkan secara hati-hati apa yang dikatakan

individu dan mencoba untuk mengerti apa yang dirasakannya pertama dan yang

paling penting adalah memberi dukungan kepada individu dan menciptakan rasa

aman untuknya (Ikawati & Ikaputra, 2007). Rasa aman muncul dalam diri

individu karena individu merasa terlindungi dengan hadirnya orang lain di sekitar

mereka. Begitu pula ketika individu merasa dicintai, mereka cenderung merasa

diterima oleh orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, individu tidak akan

merasa sendiri karena individu merasa memiliki orang-orang yang mendukung

(42)

Cohen dan Wills (dalam Ikawati & Ikaputra, 2007) menemukan bukti bahwa

dukungan yang diberikan oleh orang-orang yang dekat dalam kehidupan individu,

pada saat menghadapi situasi yang menekan sangat berpengaruh pada

meningkatnya fungsi adaptif individu, yang pada akhirnya dapat meningkatkan

kesejahteraan psikologis individu. Dengan kata lain, ketika individu merasa

sejahtera secara psikologis maka ia terbebas dari perasaan tertekan (stres).

Dukungan lain yang diberikan yakni, dukungan penghargaan yang

diberikan dalam bentuk umpan balik, perbandingan sosial, dan afirmasi atau

penguatan. Secara langsung, hal ini memberi pengaruh langsung pada

pemeliharaan kesehatan individu. Lebih lanjut, individu yang memperoleh

dukungan akan bersikap terbuka. Mereka cenderung akan mudah mengungkapkan

perasaan maupun informasi kepada seseorang yang dekat dengannya sehingga

ketika mereka merasa memiliki masalah, mereka dapat membagi masalah tersebut

dan mendapatkan umpan balik yang diperlukan untuk menghadapi stres dan

tekanan.

Dukungan lain yang juga dapat diberikan yakni dukungan informasi dan

dukungan instrumental. Pada dasarnya kedua dukungan ini berbeda, namun

memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dalam membantu individu dalam

memecahkan masalah. Dukungan instrumental ditujukan kepada seseorang dalam

bentuk bantuan langsung berupa jasa maupun barang-barang, sedangkan

dukungan informasi diberikan dalam bentuk nasehat, petunjuk, maupun informasi

(43)

individu menjadi tidak berlarut-larut ketika berhadapan dengan suatu masalah.

Hal ini mengurangi dampak terjadinya situasi yang menekan (stres).

Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan

sosial memiliki hubungan dengan stres. Seorang siswa yang merasa dicintai dan

dihargai oleh orang-orang di sekitarnya memiliki kemampuan untuk mereduksi

stres dengan baik. Dalam hal ini, kemampuan tersebut dapat terpenuhi melalui

dukungan sosial yang diberikan oleh orang-orang yang berarti dalam hidup

individu. Sebaliknya, seorang siswa yang merasa tidak memperoleh dukungan

dari orang-orang di sekitarnya, akan kesulitan dalam menghadapi berbagai

tekanan yang akan muncul. Dalam hal ini, siswa tidak merasa terdukung untuk

mengembangkan dirinya. Gambar berikut merupakan bagan yang menunjukkan

(44)

Gambar 2.1

Dinamika Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Stres

(45)

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Ha: Ada hubungan

negatif antara dukungan sosial dan Stres pada siswa SMP yang mengikuti kelas

akselerasi di Yogyakarta. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah

stres pada siswa SMP kelas akselerasi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah

(46)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

korelasional kuantitatif yang merupakan tipe penelitian yang berbentuk

hubungan dari dua variabel atau lebih (Azwar, 1999). Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui kaitan antara dua variabel yaitu dukungan sosial dan

stres pada siswa akselerasi.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel bebas : Dukungan sosial

Variabel tergantung : Stres

C. Definisi Operasional Variabel-variabel Penelitian

1. Dukungan Sosial

Dukungan sosial didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap suatu

bentuk hubungan antara individu tersebut dengan lingkungan sekitarnya

yang dapat mempengaruhi kondisi individu secara umum. Dukungan sosial

diungkapkan menggunakan skala dukungan sosial yang disusun berdasarkan

(47)

Skor total yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya dukungan

sosial. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, semakin tinggi dukungan

sosial. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor total rendah yang

diperoleh semakin rendah pula dukungan sosial.

2. Stres

Stres merupakan merupakan suatu kondisi individu yang merupakan

hasil interaksi dengan lingkungan, menyebabkan adanya suatu tekanan dan

mempengaruhi aspek fisik, kognitif, emosi, dan perilaku. Stres diungkapkan

dengan menggunakan skala stres yang disusun berdasarkan gejala stres

menurut Sarafino (1998) yaitu aspek biologis dan aspek psikososial.

Skor total yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya stres.

Semakin tinggi skor total yang diperoleh, semakin tinggi stres. Begitu pula

sebaliknya, semakin rendah skor total rendah yang diperoleh semakin

rendah pula stres.

D. Subjek Penelitian

Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah:

a. Remaja awal (12-15 tahun)

b. Terdaftar sebagai siswa SMP yang mengikuti kelas akselerasi

(48)

E. Sampling

Sampling penelitian dalam penelitian ini sebagian menggunakan purposive sampling dan sebagian lainnya menggunakan incidental sampling. Pada

purposive sampling, sampel penelitian telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian. Pada incidental sampling, teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan. Apabila orang yang ditemui tersebut kebetulan cocok

sebagai sumber data (Sugiyono, 2008).

F. Metode dan Alat Pengambilan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan skala model

Likert. Pernyataan yang digunakan dalam skala merupakan skala terstruktur.

Pada skala ini, jawaban sudah disediakan dan subjek hanya memilih satu

jawaban yang sesuai dengan kondisi diri subjek.

Adapun skala yang digunakan dalam masing-masing variabel dalam

variabel ini adalah :

1. Skala Dukungan Sosial

Skala dukungan sosial untuk skala penelitian ini terdiri dari 80 butir

pernyataan yang terdiri dari 40 pernyataan favorable dan 40 pernyataan

unfavorable. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dilihat dari tabel 3.1

berikut.

Penyusunan skala dukungan sosial disusun berdasarkan indikator yang

nampak dalam jenis-jenis dukungan sosial seperti yang dikemukakan oleh

(49)

a. Dukungan emosional

b. Dukungan informasi

c. Dukungan instrumental

d. Dukungan penghargaan

Tabel 3.1

Blue Print Skala Dukungan Sosial

No Jenis Indikator Jumlah %

Favorabel Unfavorabel

1 Dukungan Emosional

a. Adanya perhatian b. Kepedulian

a. Pemberian nasehat, petunjuk, alternatif,

a. Bantuan materi/uang b. Barang-barang c. Memberikan waktu d. Kehadiran

10 10 20 25

4 Dukungan Penghargaan

a. Penghargaan positif kepada individu yang bersangkutan

b. Mendengarkan pendapat, saran, keyakinan yang diungkapkan individu

10 10 20 25

(50)

Tabel 3.2

Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Dukungan Sosial

Jenis No item Jumlah

Favourable Unfavorable

1. Dukungan Emosional a. Adanya perhatian b. Kepedulian

2. Dukungan Informasi Pemberian nasehat, petunjuk, alternatif, saran, yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan

5,11,21,22,31,38, 46,62, 67,74

2,7,14,35,39,44,54,

60,65,76 20

3. Dukungan Instrumental a. Bantuan materi/uang b. Barang-barang c. Memberikan waktu d. Kehadiran

6,15,16,24,32,40, 45,56,69,80

10,17,26,36,49,52,

59,64,72,78 20

4. Dukungan Penghargaan a. Penghargaan positif kepada individu yang bersangkutan

b. Mendengarkan pendapat, saran,

Skor jawaban untuk pernyataan favorable dan unfavourable dapat dilihat

pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Skor Jawaban Pernyataan Skala Dukungan Sosial

(51)

2. Skala Stres

Skala stres untuk skala penelitian ini terdiri dari 35 butir pernyataan

yang terdiri dari pernyataan favorable. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat

dilihat dari tabel 3.4 sebagai berikut

Tabel 3.4

Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Stres

Gejala Favorable Total Bobot

Gejala Biologis 3,4,8,9,13,14,18,19,23,24,28,29,33,34 14 14 40% 40% Gejala

Emosional 1,6,11,16,21,26,31 7 20%

- Aspek

Skor jawaban untuk pernyataan favorable dapat dilihat pada tabel 3.5

berikut.

Tabel 3.5

Skor Jawaban Pernyataan Skala Stres

Jawaban

(52)

G. Try Out Terpakai

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data penelitian terpakai (tryout

terpakai) sehingga penelitian hanya dilakukan satu kali. Hal ini didasarkan

pada alasan berikut:

a. Alasan Teoritis

Hadi (2005) dalam jurnalnya menyatakan bahwa penelitian terpakai

atau uji coba terpakai merupakan uji coba yang hasilnya sekaligus

digunakan sebagai data penelitian yang dianalisis. Penelitian uji coba

terpakai memiliki kelebihan dalam hal lebih singkatnya waktu pelaksanaan.

Model penelitian ini lebih menjanjikan untuk keperluan skripsi ataupun tesis

yang waktu penyelesaiannya sangat terbatas. Hadi mengungkapkan bahwa

gangguan yang timbul dari pertanyaan-pertanyaan butir yang tidak sahih

serta waktu yang lama untuk menjawab metodologi dapat

dipertanggungjawabkan karena kondisi itu dialami secara merata oleh

semua subjek, asalkan jumlah butir cadangan tambahan mengambil waktu

yang masih proposional.

b. Alasan Praktis

Alasan utama peneliti menggunakan data terpakai karena keterbatasan

jumlah subjek penelitian. Dalam hal ini, dari sekian banyak Sekolah

Menengah Pertama yang ada di Yogyakarta hanya dua sekolah yang

memiliki program akselerasi. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk

(53)

H. Kredibilitas Alat Ukur

1. Estimasi Validitas

Validitas alat ukur adalah seberapa jauh kemampuan alat ukur tersebut

dapat mengukur aspek yang ingin diukur (Azwar, 2003). Oleh karena itu

alat ukur dikatakan valid apabila memberikan hasil pengukuran yang sesuai

dengan yang dimaksud dan tujuan diadakannya pengukuran.

Validitas yang digunakan dala penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas ini didasarkan estimasi profesional mengenai alat ukur dengan

tujuan pembuatannya (Azwar, 2003).

2. Estimasi Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran yang

dapat diandalkan atau merupakan indeks keajegan yaitu seberapa jauh alat

ukur tersebut memberikan hasil pengukuran yang ajeg bila dilakukan dua

kali atau lebih pengukuran terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang

sama pada waktu yang berbeda. Teknik reliabilitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah formulasi koefisien Alpha dari Cronbach. Nilai reliabilitas skala akan memuaskan apabila koefisien Alpha mencapai 0,900 (Azwar, 2003).

3. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan dengan cara menguji karateristik

masing-masing item yang menjadi bagian tes setelah uji coba alat ukur. Seleksi item

dilakukan untuk mengoreksi apakah item-item yang telah ditulis dengan

(54)

dengan baik untuk mengukur suatu atribut tertentu (Azwar, 1999). Apabila

terdapat item yang tidak memenuhi syarat, maka tidak dapat disertakan

dalam skala penelitian. Salah satu pengukuran kualitas item yang baik

adalah dengan melihat konsistensi antara item dan tes secara keseluruhan

atau sering disebut dengan korelasi item total. Pengujian reliabilitas dan

validitas hanya dapat dilakukan terhadap item-item yang telah teruji dan

terpilih (Azwar, 1999). Azwar menyebutkan bahwa sebagai kriteria

pemilihan berdasarkan koefisien korelasi total, digunakan batasan (rix) ≥ 0,3. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,3 daya

pembedanya dianggap memuaskan.

I. Teknik analisis Data

Analisis data yang dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya hubungan

antar dua variabel. Setelah data terkumpul dianalisis menggunakan uji korelasi

dengan taraf signifikansi sebesar 0,05. Proses analisis data penelitian

(55)

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

Penelitian dilakukan di dua sekolah yang berbeda, di SMP

Muhammadiyah 2 Yogyakarta dan di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Subjek yang

diambil dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi yang duduk di kelas akselerasi.

Pengambilan data dilakukan dengan metode yang berbeda. Sebelum penelitian

melakukan penelitian di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta, peneliti meminta

ijin secara langsung kepada Majelis Dikdasmen PDM Kota Yogyakarta dengan

membawa surat ijin penelitian dengan nomor surat 102c/D/KP/Psi/USD/X/2010.

Surat ijin tersebut kemudian ditindaklanjuti dan peneliti memperoleh tembusan

surat pengantar penelitian untuk diberikan kepada Kepala Sekolah SMP

Muhammadiyah 2 Yogyakarta dengan nomor surat 641/REK/III.4/2010. Dengan

demikian peneliti mendapatkan ijin resmi dari pihak yang bersangkutan untuk

kepentingan penelitian. Setelah itu pihak kepala sekolah menyerahkan proses

penelitian ini kepada Guru BK sehingga peneliti berhubungan secara langsung

dengan Guru BK tersebut untuk menentukan waktu penelitian. Sementara di SMP

Negeri 5 Yogyakarta, penelitian dilakukan secara informal dengan cara

membagikan skala kepada subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria penelitian

secara langsung tanpa mengurus ijin kepada sekolah yang terkait. Oleh karena itu,

(56)

siswi kelas akselerasi di SMP Negeri 5 Yogyakarta untuk menentukan waktu

pelaksanaan dengan menanyakannya kepada beberapa pihak terkait.

B. Pelaksanaan Penelitian

Secara keseluruhan, penelitian dilakukan sejak Bulan Desember 2010

sampai dengan Bulan Januari 2011. Penelitian awal dilakukan di SMP Negeri 5

Yogyakarta selama beberapa kali dimulai dari tanggal 9 – 14 Desember 2010.

Sebelum memberikan skala, peneliti memastikan bahwa subjek sudah sesuai

dengan kriteria penelitian serta meminta kesediaan subjek untuk mengisi skala.

Peneliti kemudian memberikan dua buah skala dan sebuah bolpoin sebagai

cinderamata. Sebelum mulai mengerjakan, peneliti meminta subjek untuk

membaca instruksi atau petunjuk pengerjaan. Setelah memahami instruksi, subjek

dipersilahkan untuk mulai mengisi skala.

Selanjutnya, penelitian dilakukan pada tanggal 11 Januari 2011 di SMP

Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti secara

langsung yaitu dengan menyebarkan kedua skala tersebut pada siswa-siswi kelas

akselerasi di kelas. Agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas,

maka peneliti melakukan penelitian pada waktu pelajaran Bimbingan Konseling.

Dari satu kelas, ada 28 eksemplar yang dapat dibagikan dan terkumpul. Semua

skala dapat dianalisis karena semua item diisi atau tidak ada jawaban yang

kosong. Hal ini karena peneliti langsung mengoreksi jawaban subjek sehingga

apabila ada jawaban yang kosong, peneliti dapat meminta subjek untuk

(57)

buku yang terdiri dari dua skala yaitu skala dukungan sosial dan skala stres.

Peneliti membuat buku skala sebanyak 30 eksemplar dan mempersiapkan 20

bolpoin sebagai cinderamata. Setelah itu, peneliti merencanakan waktu penelitian

yang disesuaikan dengan waktu pelajaran Bimbingan Konseling. Ketika

melakukan penelitian, peneliti sebelumnya memperkenalkan diri dan maksud

kedatangan terlebih dahulu. Setelah itu peneliti membagikan skala dan satu buah

bolpoin untuk masing-masing anak. Setelah setiap anak mendapatkannya, peneliti

membacakan instruksi atau petunjuk pengerjaannya. Peneliti juga mengingatkan

subjek untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada. Setelah subjek merasa jelas

dan tidak ada pertanyaan, peneliti mempersilahkan subjek untuk mulai

mengerjakan.

C. Data Demografi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja putra dan putri yang memiliki

rentang usia 12-14 tahun. Berikut ini merupakan tabel data demografi subjek

berdasarkan pembagian sekolah, kelas, usia, dan jenis kelamin berikut ini.

Tabel 4.1

Data Demografi Subjek Penelitian Berdasarkan Sekolah

Kategori Keterangan Jumlah Prosentase

Sekolah SMP

Muhammadiyah 2

14 46,67 %

SMP Negeri 5 16 53,33 %

(58)

Tabel 4.2

Data Demografi Subjek Penelitian Berdasarkan Kelas

Kategori Keterangan Jumlah Prosentase

Kelas a. VII 12 40 %

b. VIII 4 13,33%

c. IX 14 46,67%

Total 30 100%

Tabel 4.3

Data Demografi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Kategori Keterangan Jumlah Prosentase

Usia a. 12 tahun 12 40 %

b. 13 tahun 13 43,33%

c. 14 tahun 5 16,67%

Total 30 100%

Tabel 4.4

Data Demografi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Kategori Keterangan Jumlah Prosentase

Jenis Kelamin a. Laki-laki 17 56,67%

b. Perempuan 13 43,33%

Total 30 100%

D. Hasil Penelitian

a. Uji Reliabilitas Dukungan Sosial

Pengujian kesahihan butir dilakukan peneliti dengan menggunakan

program SPSS versi 16. Terdapat 6 item yang gugur dari 80 item yang ada, yaitu

3 item dari aspek dukungan instrumental, 2 item dari aspek dukungan

penghargaan, dan 1 item dari aspek dukungan informasi. Jadi keseluruhan jumlah

(59)

Tabel 4.5

Blue Print Akhir Skala Dukungan Sosial

No Jenis Indikator %

Favorabel Unfavorabel

1 Dukungan Emosional

a. Adanya perhatian b. Kepedulian

a. Pemberian nasehat, petunjuk, alternatif, saran, yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan

9 10 25,68

3 Dukungan Instrumental

a. Bantuan materi/uang b. Barang-barang c. Memberikan waktu d. Kehadiran

8 9 22,97

4 Dukungan Penghargaan

a. Penghargaan positif kepada individu yang bersangkutan

b. Mendengarkan pendapat, saran, keyakinan yang diungkapkan individu

8 10 24,32

(60)

Tabel 4.6

Tabel Spesifikasi Akhir Item-Item Skala Dukungan Sosial

Jenis No item Jumlah

Favourable Unfavorable

1. Dukungan Emosional a. Adanya perhatian b. Kepedulian

2. Dukungan Informasi Pemberian nasehat, petunjuk, alternatif, saran, yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan

11,21,22,31,38,46, 62,67,74

2,7,14,35,39,44,54,

60,65,76 19

3. Dukungan Instrumental a. Bantuan materi/uang b. Barang-barang c. Memberikan waktu d. Kehadiran

6,16,32,40,45,56, 69,80

10,26,36,49,52,59,

64,72,78 17

4. Dukungan Penghargaan a. Penghargaan positif kepada individu yang bersangkutan

b. Mendengarkan pendapat, saran,

b. Reliabilitas skala dukungan sosial yang diolah menggunakan SPSS dengan

menggunakan teknik alpha pada 80 item sebesar 0,962. Kemudian setelah

dilakukan pengguguran menjadi 74 item diperoleh alpha sebesar 0,937.

c. Uji Reliabilitas Item Stres

Pengujian kesahihan butir dilakukan peneliti dengan menggunakan

program SPSS versi 16. Terdapat 4 item yang gugur dari 35 item yang ada, yaitu

(61)

aspek biologis. Jadi keseluruhan jumlah item berjumlah 31. Berikut tabel 4.7 yang

merupakan tabel spesifikasi akhir item stres yang sahih.

Tabel 4.7

Tabel Spesifikasi Akhir Item-Item Skala Stres

Gejala Favorable Total Bobot

Gejala Biologis 3,4,8,9,13,14,19,23,24,28,29,

33,34 13 13 41,94% 41,94% Gejala Psikososial

18 58,06%

- Aspek Kognisi 5,10,15,20,25,30,35 7 22,58% - Aspek

Emosional 1,6,11,16,26 5 16,13%

- Aspek Perilaku

sosial 2,7,12,22,27,32 6 19,35%

Total 31 31 100%

d. Reliabilitas skala stres yang diolah menggunakan SPSS dengan menggunakan

teknik alpha pada 35 item sebesar 0,897. Kemudian setelah dilakukan

pengguguran menjadi 31 item diperoleh alpha sebesar 0,904.

E. Hasil Teknik Analisis Data

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk mengetahui normal tidaknya

penyebaran data dari masing-masing variabel penelitian. Uji normalitas

menggunakan teknik One Sample Kolmogorov – Smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu p > 0,05 maka sebaran tersebut normal, sedangkan jika p <

(62)

Hasil dari pengujian yang telah diperoleh dalam analisis

menunjukkan bahwa skor dukungan sosial memiliki sebaran normal dengan

nilai K-S Z = 0,409 dan p = 0,996 (p > 0,05). Pada skor stres, menunjukkan

sebaran normal dengan nilai K-S Z = 0,819 dan p = 0,514 (p > 0,05). Hasil

perhitungan yang lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 4.8 berikut ini,

sedangkan hasil selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas

Variabel Nilai K S-Z P Keterangan

Dukungan sosial 0,409 0,996 p > 0,05 (Normal)

Stres 0,816 0,514 p > 0,05 (Normal)

Dari hasil uji normalitas di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

data yang akan diteliti adalah normal sehingga data tersebut dapat

digunakan untuk penelitian. Data yang dikatakan normal berarti daya yang

diperoleh dapat untuk dilakukan analisis selanjutnya untuk mendapatkan

hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas merupakan pengujian garis regresi antara variabel

bebas dengan variabel tergantung. Uji linieritas berguna untuk melihat

apakah sebuah garis lurus dapat ditarik dari sebaran data variabel-variabel

penelitian. Hubungan antara kedua variabel penelitian dikatakan linier jika p

< 0,05 dan hubungan antara kedua variabel penelitian dikatakan tidak linier

jika p > 0,05.

Analisis data untuk variabel dukungan sosial dan stres menghasilkan

(63)

hubungan variabel-variabel tersebut adalah linier. Hasil uji linieritas tersebut

dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini dan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran.

Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas

Variabel F P

Dukungan sosial dan stres 27,208 0,014

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis data, koefisien korelasi antara variabel

dukungan sosial dan stres pada siswa SMP kelas akselerasi sebesar rxy

Hasil koefisien determinan R

= -0,448

dengan nilai p = 0,007 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan

negatif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dan stres pada siswa

SMP kelas akselerasi. Hal tersebut berarti semakin tinggi dukungan sosial yang

diperoleh para siswa SMP kelas akselerasi, maka semakin rendah

kecenderungan stres pada siswa SMP kelas akselerasi, dan sebaliknya semakin

rendah dukungan sosial yang diperoleh para siswa SMP kelas akselerasi, maka

semakin tinggi kecenderungan stres pada siswa SMP kelas akselerasi. 2

= 0,2 menunjukkan kontribusi variabel

dukungan sosial terhadap stres pada siswa SMP kelas akselerasi sebesar 20%,

sedangkan sisanya (80%) dipengaruhi oleh variabel lainnya.

3. Deskripsi Data Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan uji tambahan guna mengetahui apakah

(64)

yang rendah. Berikut adalah tabel yang berisi tentang data mean teoritis dan

mean empiris skala dukungan sosial dan skala stres.

Tabel 4.10

Data Teoritis dan Data Empiris

Variabel N T SD P Mean

Teoritis Empiris Dukungan sosial

30 30,835 12,339 0,00 185 234,53 Stres 46,907 27,385 0,00 77,5 69,47

Nilai P pada skala dukungan sosial sebesar 0,00. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan empiris

pada skala dukungan sosial. Mean teoritis adalah rata-rata skor pada alat ukur

penelitian. Mean teoritis diperoleh dari angka titik tengah skor alat ukur

penelitian. Mean empiris adalah rata-rata skor dalam penelitian. Skala

dukungan menunjukkan mean empiris 234,53 lebih tinggi dibandingkan mean

teoritis 185. Hal tersebut menunjukkan subjek penelitian pada kenyataannya

memiliki dukungan sosial yang lebih tinggi.

Nilai P pada skala Stres sebesar 0.00. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan empiris pada skala

Stres. Skala Stres menunjukkan mean empiris 69,47 lebih rendah dibandingkan

mean teoritis 77,5 Hal tersebut menunjukkan subjek penelitian pada

Gambar

Gambar 2.1 Dinamika Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Stres
Tabel 3.1 Blue Print Skala Dukungan Sosial
Tabel Spesifikasi Item-Item Skala Dukungan SosialTabel 3.2
Tabel Spesifikasi Item-Item Skala StresTabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul “Penelitian Korelasi tentang Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas Tinggi SD

Üò Ø«¾«²¹¿² ¿²¬¿®¿ Õ»³¿¬¿²¹¿² Û³±-· ¼¿² Ü«µ«²¹¿² ͱ-·¿´ Ñ®¿²¹ Ì«¿. ¼»²¹¿² л²§»-«¿·¿² ͱ-·¿´ п¼¿

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul : Hubungan Antara Gaya Kognitif Dan Tingkat Perkembangan Konsep Geometri Berdasarkan Teori Van Hiele Siswa Kelas

Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat pendapat atau karya yang ditulis. atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah (Skripsi) yang saya tulis dengan judul KAJIAN NEW MEDIA MOTIF, POLA PENGGUNAAN STICKER LINE, DAN KEPUASAN PENGGUNA DI

Saya membuat rangkuman ringkasan dari materi pelajaran Saya mencoba menghubungkan apa yang saya baca dengan apa yang sudah saya ketahui Saya memiliki tempat khusus untuk belajar

Hasil penelitian menunjukan ada hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dan stres akademik pada siswa akselerasi di Pondok Pesantren Amanatul Ummah

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul “Analisis Tingkat Kecemasan dalam Pembelajaran Senam Lantai Guling Belakang (Back Roll) Siswa Kelas VIII SMP