• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODIFIKASI PENILAIAN KINERJA PELAYANAN JARINGAN IRIGASI - ITS Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MODIFIKASI PENILAIAN KINERJA PELAYANAN JARINGAN IRIGASI - ITS Repository"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS – RC 142501

MODIFIKASI PENILAIAN KINERJA PELAYANAN

JARINGAN IRIGASI

PUGUH BUDI LASWONO NRP. 3114207807

DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. Edijatno DEA

Ir. Theresia Sri Sidharti, MT

PROGRAM MAGISTER

BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

(2)

THESIS – RC142501

MODIFICATION OF ASSESMENT ON THE

IRRIGATION NETWORK SERVICE

PERFORMANCE

PUGUH BUDI LASWONO NRP. 3114207807

SUPERVISOR

Dr. Ir. Edijatno DEA

Ir. Theresia Sri Sidharti, MT

MAGISTER PROGRAM

INFRASTRUCTURE ASSET MANAGEMENT SPECIALITY DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING

FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNINGP SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGY SURABAYA

(3)
(4)
(5)

iii abstrak

MODIFIKASI PENILAIAN KINERJA PELAYANAN JARINGAN IRIGASI

Nama Mahasiswa : Puguh Budi Laswono

NRP : 311 207 807

Pembimbing : Dr. Ir. Edijatno DEA

Co-Pembimbing : Ir. Theresia Sri Sidharti, MT

ABSTRAK

Pelayanan Jaringan Irigasi di Kabupaten Lumajang guna menunjang pembangunan di sektor pertanian untuk mendukung program Kedaulatan Pangan masih belum optimal dan masih muncul permasalahan dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaannya. Untuk meningkatkan kinerja dalam memenuhi kebutuhan pelayanan jaringan irigasi, diperlukan alat untuk menilai kinerja pelayanan jaringan irigasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam menilai kinerja pelayanan jaringan irigasi dengan tiga model, yaitu: model

direct, model indirect dan model all indirect. Acuan yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Pelayanan Jaringan Irigasi ini berbeda dengan standar yang dikeluarkan Kementrian Pekerjaan Umum sebagai acuan untuk menilai indeks Kinerja Jaringan Irigasi. Karena acuan kementrian Pekerjaan Umum masih bersifat menilai keberadaan aset yang ada di dalam jaringan irigasi belum menilai keberfungsian aset jaringan irigasi. Kinerja pelayanan jaringan irigasi ini memodifikasi acuan pada penilaian irigasi modern dan Bench marking Irrigation and Drainage dari Food and Agriculture Organization (FAO), irigasi modern dan Permen PU Nomor 12/PRT/M/2015 dan disusun melalui survei yang diperoleh dari responden sebanyak 50 orang yang terdiri dari Balai Besar Brantas sebanyak 9 orang, Dinas PU Provinsi Jawa Timur sebanyak 20 orang dan Dinas PU Kabupaten Lumajang sebanyak 21 orang.

Aspek penilaian kinerja ini berupa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelayanan jaringan irigasi. Faktor-faktor tersebut antara lain ketersediaan air, kondisi prasarana fisik, manajemen, kelembagaan dan sumber daya manusia. Pengujian kecocokan pengukuran model dengan Structural Equation Modelling

(6)

iv

43.8%, aspek manajemen (X3) sebesar 21.2%, aspek kelembagaan (X4) sebesar 17.7% dan aspek sumberdaya manusia (X5) sebesar 11.7%.

Hasil Pembobotan diimplementasikan ke tiga Daerah Irigasi di Kabupaten Lumajang dengan hasil Kinerja Pelayanan Jaringan Irigasi yakni JI Bondoyudo sebesar 71.27%, JI Tekung sebesar 82.59% dan JI Gubug Domas sebesar 69.44%.

(7)

v

MODIFICATION OF ASSESMENT ON THE IRRIGATION NETWORK SERVICE PERFORMANCE

By : Puguh Budi Laswono

Student Identity Number : 311 207 807

Supervisor : Dr. Ir. Edijatno DEA

Co-Supervisor : Ir. Theresia Sri Sidharti, MT ABSTRACT

Services Irrigation in Lumajang to support development in the agricultural sector to support the Food Sovereignty program is still not optimal and still appear the problems in the implementation of operations and maintenance. To improve performance in meeting the service needs of the irrigation network, the necessary tools to assess service performance of irrigation network.

This study aims to determine the factors that influence the service performance of irrigation network with three models, namely: a model of direct, indirect models and models of all indirect. Benchmark used to determine the factors that affect performance Irrigation Network Services is different from the standards issued by the Ministry of Public Works as a reference for assessing the performance index of Irrigation. Because the reference Ministry of Public Works is still assessing the presence of existing assets in the irrigation network assets not yet assess the functioning of the irrigation network. Service performance of irrigation network is to modify the reference to the assessment of modern irrigation and Bench marking Irrigation and Drainage of the Food and Agriculture Organization (FAO), modern irrigation and Candy Works No. 12 / PRT / M / 2015 and compiled through surveys obtained from the respondents as many as 50 people which consists of the Great Hall of the Brantas as many as nine people, East Java Province Department of Public Works of 20 people and the Department of Public Works Lumajang many as 21 people.

(8)

vi

institutional aspects (X4) amounted to 17.7% and aspects of human resources (X5) amounted to 11.7%.

Weighting results implemented into three irrigation area in Lumajang with the results of the Irrigation Network Service Performance JI Bondoyudo by 71.27%, amounting to 82.59% Tekung JI and JI Gubug Domas by 69.44%.

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Modifikasi Kinerja Pelayanan Jaringan Irigasi”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelas magister teknik, Bidang keahlian Manajemen Aset Infrastruktur, Jurusan Teknik Sipil, Fakutas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Almarhumah Ibu Roro Limaran yang kuhormati dan kusayangi yang selalu memanjatkan doa kepada Allah selama hidup untuk keberhasilan dan kesuksesanku. Dan juga Bapak mertua Rifai yang selalu membantu dan mendoakan selama proses belajar yang tiada henti berkorban dan sabar memberikan dukungan dengan ikhlas. Terima kasih buat kedua orangtuaku atas segala cinta, doa dan perhatian selama ini smoga Allah membalas segala kebaikanmu.

2. Istriku tercinta Elok Rahmawati yang memberikan ijin dan memberikan semangat serta selalu sabar dan berkorban dengan tulus ikhlas untuk keberhasilan dan kesuksesan tugas belajar ini. Dan juga buat anak-anaku Alesha Ayudia Inara dan Afiqah Zahira Faiha yang merelakan perhatian dan kasih sayang dari ayah guna mengikuti tugas belajar ini.

3. Bapak Dr. Ir. Edijatno, DEA dan Ibu Ir. Theresia Sri Sidharti, MT, selaku dosen pembimbing yang penuh kesungguhan dan dedikasi bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan arahan dan petunjuk selama penyusunan tesis.

(10)

viii

5. Seluruh jajaran Badan Pengembangan Sumder Daya Manusia (BPSDM) Kementrian Pekerjan Umum dan Perumahan Rakyat yang telah memberikan beasiswa dan dukungan administrasi untuk mengikuti pendidkan program magister bidang keahlian Manajeman Aset Infrastruktur, Jurusan Teknik Sipil, FTPS ITS.

6. Bapak Bupati Lumajang H. As’at Malik M.Ag dan Bapak kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lumajang Ir. Nugroho Dwi Atmoko yang memberikan ijin untuk mengikuti tugas belajar beasiswa avokasi kementrian PU Pera tahun angkatan 2015.

7. Seluruh dosen dan pengelola program pasca sarjana Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya yang telah memberikan banyak ilmu dan bantuan administrasi selama penyelesaian tugas belajar ini.

8. Rekan-rekan Dinas Pekerjaan umum Kabupaten Lumajang atas segala motivasi dan dukungannya .

9. Saudaraku karyasiswa program magister bidang keahlian manajemen aset infrastruktur angkatan 2015, jurusan teknik sipil FTSP ITS atas segala kebersamaan, persaudaraan, kekompakan dan dukungannya

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini, akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

(11)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Batasan masalah ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

2.1. Sistem Irigasi ... 5

2.1.1. Jaringan irigasi ... 6

2.1.2. Prasarana Irigasi ... 8

2.1.3. Air Irigasi ... 9

2.1.4. Pengelolaan Irigasi ... 15

2.1.5. kelembagaan Pengelola Irigasi ... 17

2.2. Konsep tentang Pelayanan ... 18

2.2.1. Pengertian Pelayanan ... 18

2.2.2. Jasa Layanan ... 19

2.2.3. Prinsip Dasar Kepuasan Pelanggan ... 19

2.2.4. Aspek Penilai Kinerja Pelayanan Jaringan Irigasi ... 22

2.3. Populasi dan Sampel ... 29

2.3.1. Populasi ... 29

2.3.2. Sampel ... 30

2.3.3. Teknik Sampling ... 31

(12)

x

2.4. SEM PLS ... 35

2.4.1. Konsep SEM PLS ... 35

2.4.2. Model Spesifikasi dengan PLS ... 35

2.4.3. Evaluasi dan Pengukuran Model ... 38

2.5. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

3.1. Lokasi Penelitian ... 41

3.2. Jenis Penelitian ... 41

3.3. Lingkup Penelitian ... 42

3.4. Identifikasi Awal Aspek Kinerja Pelayanan ... 42

3.5. Populasi dan Teknil Pengambilan Sampling ... 42

3.5.1. Populasi dan Sampel ... 42

3.5.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 43

3.5.3. Menentukan Ukuran Sampel ... 43

3.6. Tahap Penelitian ... 44

3.6.1. Tahap Persiapan ... 44

3.6.2. Tahap pengumpulan Data... 44

3.6.3. Perancangan Kuisioner ... 45

3.6.4. Skala Pengukuran ... 50

3.7. Penyusunan Diagram jalur ... 51

3.8. Tahap Analisis ... 52

3.8.1. Analisis Partial Least Square ... 52

3.8.2. Analisis Faktor Konfirmatori ... 53

3.8. Diagram Alir Penelitian ... 54

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1. Evaluasi Kinerja Jaringan irigasi sesuai Permen Pu dan Metode FAO .. 57

4.1.1.Penyusunan Pra Model Evaluasi Kinerja Pelayanan Jaringan Irigasi ... 61

4.2. Pengujian Hipotesis dengan Partial Least Square (PLS) ... 64

4.2. Pengujian Model Pengukuran (Outer Model) ... 65

4.2.1. Pengujian Validitas Model Pengukuran (Outer Model) ... 67

(13)

xi

4.2.3. Perbaikan Model Pengukuran (Outer Model) ... 70

4.3. Pengujian Model Struktural (Inner Model) ... 72

4.4. Pemodelan penilaian kinerja ... 75

4.4.1. Model Direct ... 76

4.4.2. Model Indirect ... 78

4.4.3. Model All Indirect ... 81

4.5. Penyusunan Penilaian Kinerja ... 84

4.6. Implementasi penilaian kinerja layanan jaringan irigasi ... 86

4.6.1. Penilaian kinerja jaringan irigasi Bondoyudo ... 86

4.6.2. Penilaian Kinerja Jaringan Irigasi Tekung... 88

4.6.3. Penilaian Kinerja Jaringan Irigasi Gubug Domas ... 90

BAB V PENUTUP ... 95

5.1. Kesimpulan ... 95

5.2. Saran ... 96

(14)
(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Fungsi Irigasi... 5

Tabel 2.2 Kategori Realisasi Pembagian Air ... 14

Tabel 2.3 Jenis Pemeliharaan Jaringan Irigasi ... 17

Tabel 2.4 Skoring Pengukuran ... 34

Tabel 2.5 Kriteria Penilian Model Partial Least Square ... 38

Tabel 3.16Lokasi Penelitian ... 41

Tabel 3.27Sumber Data ... 45

Tabel 3.38Identifikasi Komponen Kinerja Pelayanan Sistem irigasi ... 46

Tabel 3.49Komponen Kinerja Pelayanan Berdasarkan Variabel ... 48

Tabel 3.510Variabel laten dan Variabel Terukur Tingkat Kinerja pelayanan ... 49

Tabel 4.12 Perbandingan Evaluasi metode Permen Pu dengan Metode FAO ... 58

Tabel 4.2 Variabel laten dan terukur kinerja pelayanan jaringan irigasi ... 69

Tabel 4.3 Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin ... 69

Tabel 4.4 Jumlah responden berdasarkan jenis tingkat pendidikan ... 69

Tabel 4.5 Jumlah responden berdasarkan usia ... 69

Tabel 4.6 Analisis Uji Composite Reliability ... 69

Tabel 4.7 Analisis Nilai R Square ... 72

Tabel 4.814Hasil Uji T ... 74

Tabel 4.915Pembobotan Subvariabel model Direct terkoreksi ... 76

Tabel 4.1016Pembobotan subvariabel Model Indirect terkoreksi ... 79

Tabel 4.1117Pembobotan Sub variable model All Indirect terkoreksi ... 81

Tabel 4.1218Pembobotan variable terkoreksi ... 83

Tabel 4.1319Pembobotan akhir sub variable ... 84

Tabel 4.1420Pembobotan Akhir Variabel ... 86

Tabel 4.1521Data responden JI Bondoyudo ... 87

Tabel 4.1622Hasil Kinerja Pelayanan Jaringan Irigasi Bondoyudo ... 87

Tabel 4.173Data responden JI Tekung... 89

Tabel 4.1824Hasil Penilaian Kinerja Jaringan Irigasi Tekung ... 89

Tabel 4.1925Data Responden JI Gubug Domas ... 90

Tabel 4.2026Hasil Penilaian Kinerja JI Gubug Domas ... 91

Tabel 4.2127Penilaian Kinerja seluruh Sampling ... 92

Tabel 4.2227Penilaian Kinerja 3 DI sesuai dengan Permen PU ... 92

(16)
(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Pelayanan Prima... 28

Gambar 2. 2 Teknik Sampling ... 32

Gambar 3.1 Gambar Jalur Model Kinerja Pelayanan jaringan irigasi ... 52

Gambar 3.24Diagram Alir ... 55

Gambar 4.15Analisis Loading Faktor All Direct ... 67

Gambar 4.26Analisis Loading Faktor Indirect ... 68

Gambar 4.37Analisis Loading Faktor All Indirect ... 68

Gambar 4.48Model Akhir Pengukuran All direct ... 70

Gambar 4.59Model Akhir Pengukuran Indirect... 71

Gambar 4.610Model Akhir Pengukuran All Indirect ... 71

Gambar 4.711Pembobotan sub variabel dan variable model Direct ... 76

Gambar 4.812Pembobotan sub variabel Model Indirect ... 78

(18)
(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Kuesioner 1 ... 99

Kuesioner 2 ... 32

Analisa All Direct ... 129

Analisa Indirect ... 130

Analisa All Indirect ... 131

Data Responden ... 133

Hasil Kuesioner 1 ... 135

Hasil Kuesioner 2 ... 143

(20)
(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sesuai dengan program Pemerintah Republik Indonesia di bawah pimpinan Presiden Jokowi Widodo, Pemerintah mempunyai arah pembangunan sesuai dengan Nawa Cita. Adapun salah satu isi dari Nawa Cita adalah tentang Kedaulatan Pangan. Kedaulatan Pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal yang berkualitas gizi baik dan sesuai secara budaya, diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kedaulatan pangan adalah salah satu upaya rakyat untuk memproduksi pangan secara mandiri dan hak untuk menetapkan sistem pertanian, peternakan, dan perikanan tanpa adanya subordinasi dari kekuatan pasar internasional.

Peran sektor pertanian dalam perekonomian sangat strategis dan kegiatan pertanian tidak lepas dari pemanfaatan air. Dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan produksi pertanian tanaman pangan, pemerintah Indonesia sampai sekarang telah membangun sarana dan prasarana irigasi baik pembangunan irigasi baru ataupun rehabilitasi dalam rangka menunjang program ketahanan pangan yang telah dicanangkan.

Dalam PP Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang irigasi disebutkan bahwa keberlanjutan sistem irigasi sangat ditentukan oleh:

a. Keandalan air irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan membangun waduk, waduk lapangan, bendungan, bendung, pompa, dan jaringan pembuang yang memadai, mengendalikan mutu air, serta memanfaatkan kembali air pembuang;

b. Keandalan prasarana irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan peningkatan, dan pengelolaan jaringan irigasi yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi;

(22)

2

sistem irigasi yang mendorong keterpaduan dengan kegiatan diversifikasi dan modernisasi usaha.

Salah satu pendekatan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2006 adalah penerapan irigasi modern. Dalam konsep Pelayanan Kinerjayang disepakati oleh Food and Agriculture Organization (FAO) adalah bukan pada modernisasi secara teknis (fisik) tetapi lebih kepada pelayanan irigasi kepada pengguna air. FAO memiliki konsep manajemen yang berorientasi pada pelayanan (Service Oriented Management) (SOM). Ada tiga hal dalam konsep pendekatan SOM yang harus dipertimbangkan, yaitu : air, infrastruktur dan sumber daya manusia (Prabowo, 2010). Sedangkan Renault, D (2010), berpendapat bahwa SOM adalah proses pendekatan manajemen yang fokus pada pengaturan dan pengawasan pelayanan pemberian air, dari pelayanan penyedia ke pelayanan pemakai yang dalam bidang irigasi dikenal dengan pelayanan pemakai air (a service receiver).

Kabupaten Lumajang mempunyai Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Kementrian Pekerjaan Umum melalui Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, kewenangan Pemerintah Provinsi melalui Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Timur dan kewenangan Kabupaten melalui Dinas PU Kabupaten Lumajang. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 tahun 2015 kriteria dan penetapan status daerah irigasi, maka di kabupaten Lumajang Daerah irigasi yang menjadi kewenangan Pusat adalah DI Bondoyudo dengan luasan hanya sebagian saja sebesar 887 Ha, yang kewenangan Pemerintah Provinsi terdapat 5 Daerah Irigasi dengan total luasan 7231 Ha, dan kewenangan Pemerintah Kabupaten Lumajang terdapat 329 Daerah Irigasi dengan total luasnya sebesar 27.579 Hektar.

(23)

3

Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan irigasi modern sudah sesuai pelaksanaan diperlukan penilaian kinerja yang berupa standar penilaian pada jaringan irigasi. Saat ini indikator kinerja irigasi modern yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Kemmentrian PU hanya berupa penilaian fisik masih belum mengarah pada kinerja yang bersifat pelayanan. Untuk itu diperlukan indikator kinerja irigasi yang berorientasi pelayanaan kepada pengguna air, sebagai evaluasi dan monitoring pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di Indonesia. Guna mengevaluasi kinerja pelayanan tersebut maka, dilakukan penelitian tentang “Modifikasi Penilaian Kinerja Pelayanan Jaringan Irigasi”. Penelitian ini untuk mencari atau menyusun indikator yang tepat untuk mengukur kinerja pelayanan jaringan irigasi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang dapat di ambil dan selanjutnya akan dibahas yaitu:

1. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja pelayanan Jaringan Irigasi ?

2. Apa saja parameter atau indikator kinerja pelayanan Jaringan Irigasi dan bobot masing-masing indikator kinerja tersebut?

3. Bagaimana penilaian kinerja DI di Kabupaten Lumajang dengan menggunakan penilaian yang baru?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pelayanan Jaringan Irigasi

2. Menentukan indikator kinerja pelayanan dan bobot masing-masing indikator kinerja pelayanan Jaringan Irigasi

(24)

4 1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui parameter atau indikator kinerja apa saja yang berpengaruh dalam melakukan evaluasi kinerja pelayanan Jaringan Irigasi.

2. Mendapatkan alat ukur penilaian kinerja pelayanan Jaringan Irigasi. 3. Menguji cobakan alat ukur yang baru di Kabupaten Lumajang

1.5. Batasan masalah

Untuk menghindari penelitian yang terlalu luas serta dapat memberikan arah yang baik maka perlu dilakukan pembatasan penelitian. Batasan penelitian ini adalah :

1. Obyek penelitian adalah di Jaringan Irigasi Bondoyudo yang mewakili kewenangan Kementrian PU, Jaringan Irigasi Tekung yang mewakili kewenangan Dinas PU Pengairan Provinsi dan Jaringan Irigasi Gubug Domas yang mewakili kewenangan Dinas PU Kabupaten.

2. Penelitian ini meliputi ketersediaan air, infrastruktur irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelola irigasi,dan sumber daya manusia.

(25)

5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Sistem Irigasi

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Sistem irigasi diartikan sebagai suatu kesatuan elemen-elemen fisik social yang digunakan untuk mendapatkan air dari sumber terkonsentrasi alami dan memfasilitasi mengendalikan gerakan air dari suatu sumber ke lahan atau lahan lain yang diusahakan untuk poduksi pertanian dan tanaman lainnya, dan menyebar ke zona perakaran lahan yang diairi (Vida, 2004).

Sistem irigasi meliputi : prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumberdaya manusia (Permen PU No. 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi). Sistem Irigasi bersigat multi fungsi, mempunyai berbagai fungsi yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna air, mewujudkan sistem irigasi yang harmonis dan berkelanjutan. Adapun fungsi-fungsi irigasi secara jelas dapat diuraikan Sesuai Tabel 2.1. sebagai berikut :

Tabel 2.1. Fungsi Irigasi

No Fungsi Uraian

1 Fungsi Sosial dan Budaya Meningkatkan pendapatan masyarakat Meningkatkan persediaan pangan Mengurangi pengangguran

Meningkatkan solidaritas komunitas Mengurangi kemungkinan konflik sosial 2 Fungsi Konservasi

Lingkungan

(26)

6

No Fungsi Uraian

3 Fungsi Ekonomi Membuka lapangan pekerjaan

Meningkatkan penghasilan masyarakat Mengurangi kemiskinan

Meningkatkan jumlah wiraswasta

Meningkatkan produktivitas lingkungan kota 4 Fungsi Politik Mewujudkan program pemerintah ketahanan

pangan dan kedaulatan pangan Sumber : Permen PU

Daerah Irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapatkan air dari satu Jaringan Irigasi. Berdasarkan kewenangannya maka daerah irigasi dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yakni :

1. Daerah Irigasi dengan luasan 3.000 ha atau lebih, pengelolaannya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat

2. Daerah Irigasi dengan luasan 1.000 ha – 3.000 ha, pengelolaannya menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi.

3. Daerah Irigasi dengan luasan dibawah 1.000 ha, pengelolaannya menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota.

2.1.1. Jaringan irigasi

Jaringan irigasi adalah seluruh bangunan dan saluran yang berfungsi menyalurkan air irigasi dari sumber air lahan pertanian dan membuang kelebihan air pada lahan pertanian. Selain menyalurkan air irigasi dan membuang kelebihan air di petak, eksploitasi jaringan diharapkan dapat memanfaatkan air yang tersedia secara efektif dan efisien, dibagi secara adil dan merata, diberikan ke petak-petak lahan tersier dengan tepat cara, waktu dan jumlah, sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman dan dapat menghindari akibat negatif yang timbul oleh air berlebihan. (Widjiharti, E., et.al, 1997)

(27)

7

1. Jaringan irigasi primer, yaitu bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, dan bangunan pelengkapnya

2. Jaringan irigasi sekunder, yaitu bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya

3. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter serta bangunan pelengkapnya.

Satu kesatuan untuk mendapatkan air dari suatu jaringan irigasi disebut Daerah Irigasi. Jaringan irigasi dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1. Jaringan irigasi sederhana, jaringan ini diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut pemakai air yang berlatar belakang sosial sama. Kelemahan dari jaringan ini antara lain, (a) terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang, (b) air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan dibawahnya yang lebih subur, dan (c) bangunan penyadap bersifat sementara sehingga tidak bertahan lama.

2. Jaringan irigasi semi teknis, memiliki bangunan sadap permanen maupun semi permanen yang sudah memiliki bangunan pengambil dan pengukur. Sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur sehingga pengorganisasiannya lebih rumit.

3. Jaringan irigasi teknis, mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap maupun bangunan pembagi sudah mampu mengatur dan mengukur. Terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengkuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier.

(28)

8

yang mengalir. Secara fungsional jaringan irigasi dibedakan empat komponen utama yaitu: bangunan, saluran pembawa, saluran pembuang dan petak yang diairi. (Widjiharti, E., et.al, 1997)

2.1.2. Prasarana Irigasi

Prasarana Irigasi meliputi jaringan irigasi yang dimulai dari pengambilan air, dapat berupa waduk, bending, pompa atau pengambilan bebas sampai saluran dan bangunan pembawa irigasi dan saluran serta bangunan pembuang irigasi. Prasarana irigasi ini juga termasuk bangunan penunjang dan pelengkap di dalam jaringan irigasi termasuk fasilitas yang ada guna menunjang operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.

2.1.2.1. Bangunan pada Jaringan Irigasi

Bangunan irigasi pada jaringan irigasi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: bangunan utama dan bangunan pelengkap.

a. Bangunan Utama

Bangunan utama yaitu bangunan yang digunakan untuk mengambil/bangunan sadap, pengukuran, dan pembagian air, yang terdiri dari :

1) Bangunan pengambilan pada saluran induk yang mempergunakan atau tidak bangunan bendung. Jika diperlukan pembendungan, maka dibangun bendung, dan jika tidak memerlukan pembendungan maka dibangun bangunan pengambilan bebas (free intake)

2) Bangunan sadap, yaitu bangunan yang berfungsi mengalirkan air irigasi dari saluran primer ke saluran tersier atau dari saluran sekunder ke saluran tersier.

3) Bangunan bagi untuk membagi air irigasi dari satu saluran primer ke saluran sekunder.

4) Bangunan ukur, yaitu bangunan yang digunakan untuk mengetahui/ mengukur besarnya debit air yang melalui/ masuk saluran tersebut.

(29)

9

1) Bangunan pembilas, yaitu bangunan yang digunakan untuk membilas endapan angkutan sedimen

2) Bangunan pelimpah samping, yaitu untuk melimpahkan kelebihan debit air ke luar saluran

3) Bangunan silang seperti jembatan, siphon, gorong-gorong, talang dan terowongan.

4) Bangunan untuk mengurangi kemiringan dasar saluran seperti bangunan terjun dan got miring.

5) Bangunan pelengkap lainnya seperti bangunan cuci, minum hewan dan sebagainya (Mawardi, 2007).

Sedangkan saluran pada jaringan irigasi, dibagi menjadi :

a. Saluran Pembawa adalah saluran yang mengalirkan air untuk kepeluan irigasi yang meliputi saluran primeer, saluran sekunder, saluran tersier, saluran kuarter dan saluran suplesi.

b. Saluran Pembuang adalah saluran yang menyalurkan buangan air bekas atau kelebihan air sungai/laut (Mawardi, 2007)

2.1.2.2. Fasilitas pada Jaringan Irigasi

Fasilitias pada jaringan irigasi merupakan aset diluar bangunan irigasi yang mendukung pelaksanaan operasi dan pemeliharaan pada suatu jaringan irigasi. Adapun fasilitas yang ada antara lain :

a. Kantor Pengamat/UPT b. Rumah Dinas PPA/Juru c. Gudang

d. Peralatan untuk pemeliharaan e. Papan Operasi dan ekploitasi

f. Patok kilometer, patok hektometer dan patok sempadan saluran

2.1.3. Air Irigasi

(30)

10

jumlah ketersediaan air irigasi terbatas, ditambah lagi bila terjadi kerusakan daerah aliran sungai.

Pengaturan air irigasi (Permen PU, 2007) adalah kegiatan yang meliputi : 1. Pembagian

Kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam jaringan primer dan/atau sekunder

2. Pemberian

Kegiatan menyalurkan air dalam jumlah tertentu dari jaringan primer atau sekunder ke petak tersier

3. Pemanfaatan/penggunaan air irigasi

Kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier untuk mengairi lahan pertanian pada saat diperlukan

Dalam pembagian air irigasi (permen PU, 2007) terdapat beberapa cara, yakni :

1. Kondisi debit lebih besar dari 70% debit rencana irigasi dari saluran primer dan sekunder dialirkan secara terus menerus (continous flow) ke petak-petak tersier melalui pintu sadap tersier.

2. Kondisi debit 50-70% dari debit rencana air irigasi dialirkan ke petak-petak tersier dilakukan secara rotasi

3. Cara pemberian air terputus-putus (intermitten) dilaksanakan dalam rangka efisiensi penggunaan air pada jaringan irigasi yang mempunyai sumber air dari waduk atau sistem irigasi pompa.

2.1.3.1. Kebutuhan Air Irigasi

Ada dua tingkatan kebutuhan air irigasi sesuai Kepmen PU No. 498/PRT/M/2005 tentang Rasio Pelaksanaan Pembagian Air (RPPA), yakni :

(31)

11

(penguapan), perkolasi, evapotranspirasi dan besarnya curah hujan setempat.

2. Kebutuhan air di pintu utama (bendung), adalah jumlah kebutuhan air irigasi di pintu tersier ditambah kehilangan air irigasi di saluran induk/sekunder. Besarnya kehilangan air ini biasanya ditaksir sebesar 10 – 20% tergantung panjang saluran, jenis tanah dan sebagainya. Nilai kehilangan ini dapat menggunakan nilai prosen (%) atau dalam satuan l/s/km.

2.1.3.2. Rencana dan Pelaksanaan Pembagian Air

Rencana pembagian air (RPA) adalah rencana pemberian air pada setiap pintu ukur tersier dan pintu ukur pada bangunan bagi/pengontrol, selama 1 tahun, berdasarkan Rencana Tata tanam yang telah disepakati oleh Lembaga pengelola irigasi yang berwenang. Rencana pembagian Air dalam operasi jaringan irigasi didasarkan pada:

1. Penentuan rencana tata tanam 2. Perhitungan besarnya RPA

Didalam penyusunan RPA, ranting Dinas Pengairan harus mempertimbangkan masukan dari petani/P3A/GP3A/IP3A mengenai kondisi lapangan (hulu, tengah dan hilir) serta pengalaman yang diperoleh sebelumnya.

RPA akan memudahkan pelaksanaan pembagian air, terlebih dahulu untuk daerah irigasi besar adalah mutlak dan sangat diperlukan, jika debit sungai tersedia cukup dan petani melaksanakan tanam sesuai rencana (waktu dan luas), maka pemberian air adalah sesuai dengan RPA. Jika kemudian terjadi penyimpangan terhadap Rencana Tata Tanam, seperti misalnya : debit sungai mengecil (tak sesuai rencana), petani menanam di luar rencana. Maka dibuat penyesuaian perubahan pemberian air antara lain dengan menggunakan faktor K. Pada daerah irigasi sederhana dan semi teknis, tidak perlu dibuat RPA karena pada jaringan tersebut tidak terdapat alat pengukur debit.

(32)

12

pada umumnya debit yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan air yang diperlukan. Apabila debit tersedia (Qt) lebih kecil dari debit yang dibutuhkan (Qb) maka untuk pemerataan, keadilan dan efisiensi air irigasi, pemberian diatur secara giliran meliputi :

1. Bangunan utama/bendung dalam keadaan biasa dilakukan operasi seperti pedoman operasi bending (lihat SNI 03-1731, Tata cara Keamanan bendungan), pintu pengambilan dan penguras diatur sesuai dengan kebutuhan pelayanan penyediaan air dan pengurasan sedimen secara berkala.

2. Bangunan bagi dan sadap diatur tinggi muka air di saluran/bangunan dengan mengoperasikan pintu-pintu/skot balok

3. Contoh pelaksanaan pembagian air untuk 4 blok tersier dilaksanakan dengan cara :

a) Jika debit yang tersedia Qt> 75% Qb, maka pembagian air dilaksanakan secara kontinyu

b) Jika debit yang tersedia Qt= 50% - 75% Qb, maka dilakukan pembagian air secara giliran di dalam petak tersier.

c) Jika debit yang tersedia Qt= 25% - 50% Qb, maka dilakukan pembagian air secara giliran antar petak tersier

d) Jika debit yang tersedia Qt<25% Qb, maka dilakukan pembagian air secara giliran antar petak sekunder.

Pelaksanaan giliran dan lama waktunya berdasarkan keadaan tanaman, luas areal dan tersedianya air. Kesepakatan antar P3A/GP3A/IP3A dan komisi irigasi sangat diperlukan dalam menentukan giliran pembagian air.

Dalam pelaksanaan operasi pembagian air digunakan dengan perhitungan faktor K=debit yang tersedia dibagi debit yang dibutuhkan di pintu tersier atau :

k = (2.1)

(33)

13

Rencana pembagian air dengan faktor k dengan periode 15 harian dengan mempergunakan data-data luas tanam, kebutuhan air, debit sungai 2 mingguan dan rencana pembagian air dihitung dalam blanko operasi irigasi.

1. Untuk melaksanakan RPA dengan faktor k maka pintu-pintu di atur dan di ukur debit yang dialirkan sesuai faktor k yang ditetapkan. Informasi debit dituliskan dalam papan operasi tersier/bangunan bagi/bendung.

2. Secara periodik debit yang dialirkan dilakukan pengecekan realisasinya dan rencananya sehingga dapat dihitung rasio pelaksanaan pembagian air (RPPA) dalam keadaan baik, sedang dan kurang.

3. Perhitungan faktor K diperbaiki kembali jika terjadi perubahan debit yang tersedia di sumber air, selanjutnya pembagian air disesuaikan dengan faktor K yang baru.

Pada saat pembagian air, dilakukan upaya agar saluran tetap dalam keadaan terisi air dan tidak dilakukan pengeringan total, yaitu dengan jalan menutup pintu-pintu air di sebelah hilir agar tetap terdapat genangan air di saluran. Kekeringan total yang cukup lama pada saluran dapat mengakibatkan retakan-retakan pada dasar/tubuh saluran sehingga menimbulkan bocoran dan longsoran pada saat saluran diairi kembali.

Pemantauan terhadap pelaksanaan pembagian air dilakukan sebagai berikut :

1. Pemantauan perlu dilakukan secara periodik (misal 5 harian) oleh GP3A/IP3A dengan petugas irigasi sebagai pendamping.

2. Observasi lapangan dapat diarahkan pada masalah :

a. Ketersersedian air irigasi (termasuk curah hujan) untuk memperkirakan debit yang tersedia pada waktu 2 minggu kedepan b. Operasi pintu dan pengukuran debit dalam rangka membagi air

seusai rencana pembagian air yang telah ditetapkan (RPPA)

c. Pernyataan petani daerah hulu, tengah dan hilir tentang tingkat kepuasannya menerima air

(34)

14

3. Untuk operasi pintu dan pengukuran debit air ditingkat jaringan sekunder/primer, GP3A/IP3A dengan didampingi petugas pengairan perlu memeriksa angka “Rasio Pelaksanaan Pembagian Air” (RPPA) yaitu perbandingan debit yang diukur pada waktu pengecekan (Qp) dengan debit rencana (Qr)

RPPA = (2.3)

Dengan :

RPPA : Rasio Pelaksanaan Pembagian Air Qp : Debit Pengecekan/Riil

Qr : Debit Rencana

Hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tata tanam merupakan masukan bagi evaluasi operasi pintu dan penyaluran debit airnya. Kategori Realisasi Pembagian Air berdasarkan angka RPPA dijelaskan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kategori Realisasi Pembagian Air

Nilai RPPA Kategori Realisasi Pembagian Air >0,75 -1,25 Baik (mendekati/sesuai rencana) 0,40 – 0,75 Sedang (terjadi pada musim kemarau) 1,25 – 1,40 Sedang (terjadi pada musim hujan) < 0.40 atau > 1,40 Kurang baik (ada masalah)

Sumber : kepmen PU no. 498/KPTS/M/2005

Pada kasus penyimpangan realisasi tata tanam jauh dari RTTD dan RTTG, komisi irigasi mengevaluasi pelaksanaan operasi dari hasil RPPA dan hasil evaluasi tata tanam untuk dasar penyesuaian pembagian airnya.

(35)

15

Banyaknya konflik memperebutkan air irigasi juga merupakan indikator yang perlu dipantau secara periodik dan dievaluasi pada setiap akhir tanam atau akhir tahun.

3.1.3.3. Penyusunan Rencana Tata Tanam

Rencana tata tanam Global disusun setiap tahun oleh juru Pengairan bersama petani (P3A/GP3A). Mekanisme penyusunan adalah sebagai berikut :

1. HIPPA mengusulkan rencana luas tanam per petak tersier, menggunakan formulir, diserahkan kepada GP3A yang merekap seluruh usulan P3A dan diajukan ke Juru pengairan

2. Pada minggu pertama bulan berikutnya, UPTD membuat rencana tanam

3. Pada minggu kedua bulan yang sama, Dinas Pengairan bersama Induk P3A menyusun tata tanam

4. Pada minggu ketiga bulan yang sama, panitia irigasi membuat surat keputusan tentang rencana pola tata tanam

Setelah RTTG disetujui komisi irigasi, UPTD bersama P3A menyusun RTTD per petak tersier dalam satu Daerah irigasi sebagai penjabaran dari RTTG yang mencantumkan luas dan jenis tanaman serta tanggal mulai tanam, keperluan tanam lain-lain untuk setiap golongan tanaman, sehingga diketahui jumlah areal tanam keseluruhan dan tanggal awal pengolahan tanah untuk musim hujan dan musim kemarau. Data-data yang harus tersedia untuk menyusun RTTD adalah :

1. Inventarisasi petak-petak tersier 2. Inventarisasi luas dan batas desa

3. Inventarisasi desa-desa dalam petak tersier

2.1.4. Pengelolaan Irigasi

(36)

16

rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.

2.1.4.1. Operasi

Operasi jaringan irigasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air irgasi dengan kriteria tepat jumlah, waktu dan durasi. Di dalam peraturan menteri Pekerjaan Umum nomor 12/PRT/M/2015 tentang Ekploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, kegiatan operasional jaringan irigai secara rinci meliputi :

1. Pekerjaan pengumpulan data (data debit, data curah hujan, data luas tanam, dll)

2. Pekerjaan kalibrasi alat pengukur debit

3. Pekerjaan membuat rencana penyediaan air tahunan, pembagian dan pemberian air tahunan, rencana tata tanam tahunan, rencana pengeringan, dll

4. Pekerjaan melaksanakan pembagian dan pemberia air (termasuk pekerjaan membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan pintu).

5. Pekerjaan mengatur pintu-pintu air pada bendung berkaitan dengan datangnya debit sungai banjir

6. Pekerjaan mengatur pintu kantong lumpur untuk menguras endapan kantong lumpur

7. Koordinasi antar instansi terkait

8. Monitoring dan evaluasi kegiatan operasional jaringan irigasi

2.1.4.2. Pemeliharaan

(37)

17

pengamanan jaringan irigasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan perbaikan darurat.

Tabel 2.3 Jenis Pemeliharaan Jaringan Irigasi

No Pemeliharaan Kegiatan

1 Pengamanan Jaringan Irigasi

Upaya menjaga kondisi dan fungsi jaringan irigasi

2 Pemeliharaan Rutin Usaha mempertahankan kondisi dan fungsi jaringan irigasi yang dilaksanakan secara rutin, setiap waktu

3 Pemeliharaan berkala Usaha mempertahankan kondisi dan fungsi jaringan irigasi yang dilaksanakan secara berkala

4 Pemeliharaan Darurat Kegiatan penanggulangan yang berupa perbaikan dan bersifat darurat akibat suatu bencana agar saluran dan/atau bangunan dapat segera berfungsi

Sumber : Permen PU,2015

2.1.5. kelembagaan Pengelola Irigasi 2.1.5.1. Komisi Irigasi

Komisi Irigasi yang berada dalam jaringan irigasi berdasarkan letak jaringan irigasi , terdiri dari :

1. Komisi Irigasi Provinsi

Komisi irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil pemerintah daerah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, wakil pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi irigasi kabupaten/kota yang terkait 2. Komisi Irigasi Antar Provinsi

(38)

18

pemakai air, dan wakil pengguna jaringan irigasi di suatu daerah irigasi lintas provinsi

3. Komisi Irigasi Kabupaten/Kota

Komisi irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil pemerintah daerah kabupaten/kota, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah irigasi, dan wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten/kota

2.1.5.2. Dinas/Institusi Pemerintah 2.1.5.3. Petani Pemakai Air (P3A)

Kelembagaan irigasi petani pemakai air pada jaringan irigasi terdiri dari : 1. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah kelembagaan pengelola

irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah layanan/petak tersier atau desa yang dibentuk secara demokratis oelh petani pemakai air termasuk lemabga okal pengelola irigasi.

2. Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) adalah kelembagaan sejumlah P3A yang bersepakat bekerjasama memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder, gabungan beberapa blok sekunder atau satu daerah irigasi.

3. Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) adalah kelembagaan sejumlah GP3A yang bersepakat bekerjasama untuk memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok primer, gabungan beberapa blok primer atau satu daerah irigasi. (Permen PU NO 33/PRT/PRT/M2007 tentang pedoman pemberdaaan P3A)

2.2. Konsep tentang Pelayanan 2.2.1. Pengertian Pelayanan

(39)

19

daerah dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang/jasa baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan (Sianipar, 1999).

2.2.2. Jasa Layanan

Jasa layanan adalah setiap tindakan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Sehingga produk jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun non fisik

Jasa berbeda dengan barang, jika barang merupakan objek atau benda, maka jasa adalah perbuatan, kinerja atau usaha. Barang bisa dimiliki maka jasa hanya bisa dikonsumsi. Ada empat karakteristik yang membedakan jasa dengan barang.

1. Intangbility artinya bahwa jasa tidak berwujud tidak dapat disentuh meskipun sebagian besar jasa dapat berkaitan.

2. Inseparablity, artiya antara proses produksi dan konsumsi pada dasarnya berjalan secara bersamaan. Hasil dari jasa sangat dipengaruh oleh interaksi antara penyedia dan pengguna jasa

3. Variability, artinya jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non standar output. Variasi bisa dalam bentuk kualitas atau jenis tergantung kepada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan, ada 3 faktor yang menyebabkan variabilitas jasa, yaitu kerjasama atau partisipasi, moral atau motivasi dan beban kerja,

4. Perish ability artinya bahwa jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama atau tidak dapat disimpan.

2.2.3. Prinsip Dasar Kepuasan Pelanggan

(40)

20

Benchmarking adalah sebagai proses pengukuran suatu produk, pelayanan dan praktek bisnis yang dilakukan secara terus- menerus dengan menggunakan pesaing terkuat atau perusahaan terkemuka sebagai pembanding

Baik buruknya kualitas jasa pelayanan sangat tergantung penilaian pengguna terhadap jasa yang dirasakan dalam kontek yang diharapkan. Jadi kualitas jasa dapat didefinisikan sebagai tingkat ketidaksesuaian antara yang diharapkan dengan yang dirasakan. Kepuasan pengguna jasa adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan yang diharapkan.

Adapun sepuluh faktor utama yang menentukan kualitas jasa (Parasuraman, 1985) adalah :

1. Reliability, mencakup dua hal pokok yaitu konsistensi (performance) dan kemampuan untuk bisa dipercaya (depandbility)

2. Responsiveness, yaitu kecepatan atau kesiapan karyawan dalam membantu menangani atau melayani keluhan

3. Competence, artinya kemampuan, ketrampilan, dan pengetahuan yang dimiliki karyawan agar dapat memberikan jasa sesuai dengan yang diinginkan pengguna jasa.

4. Access, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. Hal ini berarti pengelola jasa mudah dihubungi dengan saluran komunikasi yang memadai.

5. Courtesy, meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian dan keramahan 6. Communication, merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk

menyampaikan informasi kepada pengguna jasa atau masukan dari pengguna jasa

7. Credibility, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan perusahaan seperti reputasi, prestasi dan sebagainya

8. Security, artinya hal-hal yang berhubungan dengan rasa aman dan bahaya resiko atau keragu-raguan

(41)

21

10. Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitasi fisik (gedung, kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan yang digunakan)

Selanjtunya oleh Parasuraman (1985) telah melakukan berbagai penelitian terhadap beberapa jenis jasa dan berhasil mengidentifikasi lima dimensi karakteristik yang digunakan oelh pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan, yaitu :

1. Tangibles (bukti langsung) yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi

2. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang dijanjikan

3. Responsiveness (daya tangkap), yaitu kemampuan keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap

4. Empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan

5. Confidence (keyakinan), pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau “assurance”.

(42)

22

2.2.4. Aspek Penilai Kinerja Pelayanan Jaringan Irigasi

Sedangkan untuk melakukan evaluasi atau penilaian pelayanan jaringan irigais diperlukan adanya parameter atau indikator yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur penilaian. Aspek-aspek yang dijadikan parameter penilaian ada berbagai macam. Sesuai Better Practice Guide on Strategic and Operational Management of asst by Public sector entities yang dibuat oleh ANAO (Australian National Audit Office) bahwa indikator kinerja dari suatu aset dapat dilihat dari 3 aspek yaitu :

1. Fungsi

Kesesuaian dengan tujuan, menjelaskan sejauh mana tingkat kesesuaian suatu aset dengan kegiatan yang didukungnya.

2. Operasional

Pentingnya operasional mencerminkan seberapa banyak pengguna aset tergantung pada aset untuk memenuhi kebutuhan pelayanan. Dalam menetukan tingkat pentingnya operasional, perlu adanya pertimbangan tentang ketersediaaan aset alternatif dengan segera, dan konsekuensi dari kegagalan

3. Penggunaan

Bagian yang penting dari penentuan relevansi aset untuk kebutuhan bisnis adalah bagaimana intensif aset tersebut digunakan.

Sedangkan menurut FAO, ada tiga indikator utama untuk mengukur kinerja jaringan irigasi, yakni :

1. Layanan pengiriman

Dalam tujuan pelayanan disini termasuk sistem operasi dan kinerja pembiayaan.

2. Efisiensi Produksi

Mengukur efisiensi air irigasi yang digunakan dalam pertanian sampai dengan panen dan pembenihan

3. Kinerja lingkungan

(43)

23

Adapun indikator kinerja dari metode FAO sesuai tabel dibawah ini. Tabel 2.4. Indikator kinerja Metode FAO

Domain Indikator kinerja Data yang dibutuhkan

Kinerja

Layanan

pengiriman

Volume tahunan total air irigasi pengiriman (m3/ tahun)

Total penyaluran air diukur setiap hari untuk pengguna air

Penyaluran air irigasi tahunan per unit daerah perintah (m3 /Ha)

Jumlah inflow air diukur setiap hari untuk sistem irigasi Layanan total wilayah perintah dengan sistem irigasi

Penyaluran air irigasi tahunan per unit daerah irigasi (m3 /Ha)

Jumlah inflow air diukur setiap hari untuk sistem irigasi Luas tanaman irigasi tahunan Sistem utama efisiensi

penyaluran air

Total penyaluran air diukur setiap hari untuk pengguna air

Jumlah inflow air diukur setiap hari untuk sistem irigasi

Pasokan air relatif tahunan

Jumlah inflow air diukur setiap hari untuk sistem irigasi

(44)

24

Domain Indikator kinerja Data yang dibutuhkan

Pasokan irigasi relatif tahunan

Jumlah inflow air diukur setiap hari untuk sistem irigasi Total volume periodik / harian kebutuhan air irigasi (kebutuhan air tanaman kurang tidak termasuk curah hujan efektif), termasuk kerugian perkolasi untuk tanaman padi

Kapasitas penyaluran air Kapasitas kanal utama saat

Bulan puncak kebutuhan air irigasi Keamanan pasokan hak Hak air sistem

10 tahun pola ketersediaan aliran air minimal

Finansial Rasio cost recovery Total pendapatan yang

dikumpulkan dari pengguna air Manajemen total, operasi dan pemeliharaan (MOM) biaya Biaya pemeliharaan

untuk rasio pendapatan

Total belanja pemeliharaan Total pendapatan yang

dikumpulkan dari pengguna air Biaya MOM Total per

satuan luas (US $ / ha)

Manajemen total, operasi dan pemeliharaan

Luas perintah dilayani oleh sistem Total biaya per orang

yang dipekerjakan di atas air

pengiriman (US $ / orang)

(45)

25

Domain Indikator kinerja Data yang dibutuhkan

Kinerja pengumpulan pendapatan

Total pendapatan yang

dikumpulkan dari pengguna air Total pendapatan layanan karena Jumlah staf per satuan

luas (orang / ha)

Total jumlah personel MOM dipekerjakan

Luas perintah dilayani oleh sistem Rata-rata pendapatan per

meter kubik irigasi air yang disediakan (US $ / m3)

Total pendapatan yang

dikumpulkan dari pengguna air Total penyaluran air diukur setiap hari untuk pengguna air

Produktif

efisiensi

Total produksi pertanian kotor tahunan

(ton)

Total tonase diproduksi di bawah setiap tanaman

Nilai tahunan total produksi pertanian (US $)

Total tonase tahunan setiap tanaman

Harga pasar tanaman Output per daerah

dilayani Unit (US $ / ha)

Total tonase tahunan setiap tanaman

Harga pasar tanaman

Luas perintah dilayani oleh sistem Output per satuan luas

irigasi (US $ / ha)

Total tonase tahunan setiap tanaman

Harga pasar tanaman

Luas tanaman irigasi tahunan Output per satuan

pasokan irigasi (US $ / m 3 )

Total tonase tahunan setiap tanaman

Harga pasar tanaman

(46)

26

Domain Indikator kinerja Data yang dibutuhkan

Output per satuan air yang dikonsumsi (US $ / m3 )

Total tonase tahunan setiap tanaman

Harga pasar tanaman

Total volume air yang dikonsumsi oleh tanaman (ETC)

Kinerja

Lingkungan

Kualitas air: Salinitas (mmhos / cm)

Konduktivitas listrik yang dikumpulkan secara berkala sampel air irigasi

Jumlah inflow air diukur setiap hari untuk sistem irigasi Konduktivitas listrik yang dikumpulkan secara berkala sampel air drainase

Total outflow air drainase diukur setiap hari dari sistem irigasi Kualitas air: Biologi (mg

/ liter)

Beban biologis yang dikumpulkan secara berkala sampel air irigasi Jumlah inflow air diukur setiap hari untuk sistem irigasi

Beban biologis yang dikumpulkan secara berkala sampel air drainase Total outflow air drainase diukur setiap hari dari sistem irigasi Kualitas air: Kimia (mg /

liter)

Beban kimia yang dikumpulkan secara berkala sampel air irigasi Jumlah inflow air diukur setiap hari untuk sistem irigasi

(47)

27

Domain Indikator kinerja Data yang dibutuhkan

Rata-rata kedalaman muka airtanah (m)

Pengukuran kedalaman muka airtanah periodik

Perubahan mendalam airtanah dari waktu ke waktu (m)

Pengukuran kedalaman muka airtanah periodik selama periode 5 tahun

Keseimbangan garam (ton)

Pengukuran periodik kandungan garam dari air irigasi

Pengukuran periodik kandungan garam air drainase

Sumber FAO

Di Indonesia untuk bidang sumberdaya air, indikator kinerja infrastruktur di bidang irigasi sesuai dengan Permen PU no 12 tahun 2015, terdiri dari 6 aspek yaitu :

1. Kondisi Prasarana Fisik

Mulai dari bangunan utama, saluran, jalan inspeksi dan kantor dinas 2. Produktivitas tanam

Pemenuhan kebutuhan air irigasi, realisasi luas tanam dan produktivitas tanam padi

3. Sarana Penunjang

Kondisi peralatan OP, alat transportasi, alat kantor dan alat komunikasi 4. Organisasi personalia

Penyusunan tugas dan tanggungjawab personil pelaksana OP dan susunan organisasinya

5. Aspek dokumentasi

Adanya buku data daerah irigasi, peta dan gambar jaringan OP 6. Kondisi P3A

(48)

28

Namun Pemerintah saat ini sedang melaksanakan perkembangan irigasi modern. Maksud dari irigasi modern adalah mewujudkan sistem pengelolaan irigasi dalam memenuhi tingkat layanan (level of sevices) irigasi yang telah ditetapkan sebelumnya secara efektif, efisien dan berkesinambungan guna meningkaatkan produktivitas pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani. Indikator dalam Pelayanan Kinerjaadalah sebagai berikut :

1. Peningkatan efisiensi irigasi 2. Pengurangan biaya OP

3. Peningkatan pengembalian biaya OP (OM cost recovery) 4. Peningkatan keberlanjutan pembiayaan (financial sustainbility) 5. Berkurangnya perselisihan pengguna air

6. Berkurangnya kerusakan lingkungan (environment degradation)

Menurut Surjadi (2009) hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat, karena itu pengembangan kinerja pelayanan publik senantiasa menyangkut tiga unsur pokok pelayanan publik, yakni : unsur kelembagaan penyelenggara pelayanan, proses pelayanan serta sumberdaya manusia pemberi layanan. Pelayanan public yang prima dapat dinilai dari proses dan produk layanannya. Aspek proses meliputi Kelembagaan, SDM aparatur, mekanisme serta sarana dan prasara yang digunakan dalam proses, Sedangkan aspek produk layanan menyangkut jenis, kualitas, dan kuantitas produk layanan, sebagaimana kerangka pikir layanan prima pada gambar berikut :

Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Pelayanan Prima

PELAYANAN

PRODUK PROSES

SARPRAS MEKANISME SDM

KELEMBAGAAN

JENIS

KUANTITAS

KUALITAS PELAKSANAAN

PERATURAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN

KEPUASAN

(49)

29

Dari penjelasan tersebut diatas maka untuk kinerja pelayanan jaringan irigasi memodifikasi dari irigasi modern, permen PU no 12 tahun 2015 dan menurut FAO dengan memperhatikan prinsip pelayanan publik, secara garis besar dalam mengevaluasi kinerja pelayanan jaringan irigasi maka aspek yang dapat berpengaruh terhadap kinerja adalah :

1. Ketersediaan air (produk) 2. Prasarana fisik (proses) 3. Manajemen (proses) 4. Kelembagaan (proses)

5. Sumber Daya Manusia (proses) 2.3. Populasi dan Sampel

2.3.1. Populasi

Populasi diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian. Elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis. Populasi merupakan himpunan semua hal yang ingin diketahui. Dapat berupa kumpulan semua kota, semua wanita, semua perusahaan.

Populasi dalam penelitian dapat pula diartikan sebagai keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Unit analisis adalah unit/satuan yang akan diteliti atau dianalisis. Berikut beberapa pengertian tentang populasi.

1. Pengertian Populasi menurut para ahli

a) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono. 2005 : 90).

b) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian

c) Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang diteliti

d) Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas

(50)

30

2. Populasi berdasarkan jenisnya

a) Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitif sehingga dapat dihitung jumlahnya.

Contoh ; Jumlah penduduk Kota Padang sebesar 2.500.000jiwa b) Populasi Tak Terbatas (Tak Terhingga)

Populasi tak terbatas yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan batas-batasnya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.

Contoh : Meneliti beberapa liter pasang surut air pada bulan purnama

3. Populasi berdasarkan sifatnya

a) Populasi homogen : Sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama dan tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif; b) Populasi heterogen : Sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau

keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya secara kualitatif dan kuantitatif.

Menentukan Populasi dibantu oleh 4 faktor, yaitu: isi, satuan,cakupan (scope), dan waktu.

Contoh : Suatu penelitian tentang pendapatan keluarga petani di Kabupaten Jombang tahun 2005, maka populasinya dapat ditetapkan dengan 4 faktor sebagai berikut.

Isi  Semua keluarga petani

Satuan  Petani penggarap/pemilik tanah Cakupan (scope) Kabupaten Jombang Waktu  tahun 2005

2.3.2. Sampel

(51)

31

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Menurut Sugiyono, sampel adalah sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Keuntungan dalam menggunakan sampel yaitu: memudahkan peneliti, penelitian lebih efisien, lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, serta penelitian lebih efektif.

1. Syarat sampel yang baik a) Akurasi atau ketepatan

yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah populasi.

b) Presisi

Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi. Presisi=standard error, Nilai rata-rata populasi dikurangi nilai rata-rata sampel

2.3.3. Teknik Sampling

(52)

32

Dari gambar tersebut terlihat bahwa teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability sampling dan Nonprobability Sampling.

Gambar 2. 2 Teknik Sampling

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Jenis-jenis Probability sampling:

a) Simple Random Sampling

Simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (sejenis).

Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak, dsb.

Probability Sampling Non Probability Sampling

1. Simple random sampling

2. Proportionate stratified

random sampling

3. Disporpotionate stratified

random sampling

4. Area (cluster) sampling

(sampling menurut daerah)

1. Sampling sistematis

2. Sampling kuota

3. Sampling Insidental

4. Purposive Sampling

5. Sampling jenuh

6. Snowball sampling

(53)

33

b) Proportionate Stratified Random Sampling

ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional. Dilakukan ini apabila ada anggota populasi yang tidak sejenis (heterogen).

c) Disproportionate stratified random sampling

ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi ada sebagian data yang kurang proporsional pembagiannya. Dilakukan ini apabila anggota populasi heterogen.

d) Area sampling

ialah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah atau daerah geografis yang ada.

2. Non Propability Sampling

Adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Jenis-jenis Non Probability Sampling a) Sampling Sistematis

Adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

b) Sampling Kuota

Adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. c) Sampling insidental

Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

d) Sampling Purposive

(54)

34

lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.

e) Sampling Jenuh

Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

f) Snowball Sampling

Adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.

2.3.4. Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehngga alat ukur tersebut bila digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2010)

Skor jawaban setiap pertanyaan yang disediakan 5 (lima) pilihan jawaban, dapat dijelaskan dalam tabel 2.1. seperti berikut :

Tabel 2.5 Skoring Pengukuran

Skala pengukuran Skor

Sangat baik/sangat setuju/selalu /sangat positif diberi skor 5 Baik/setuju/sering/positi diberi skor 4 Cukup/ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3 Tidak baik /tidak setuju/hamper tidak pernah/negatif diberi skor

2

(55)

35 2.4. SEM PLS

2.4.1. Konsep SEM PLS

Structural Equation Modeling (SEM) dengan Partial Least Squares (PLS) dikembangkan pertama kali oleh Wold sebagai metode umum untuk menstimasi path model yang menggunakan konstruk laten dengan multiple indicator. Pendekatan PLS adalah distribution free (tidak mengamsusikan data berdistribusi tertentu, dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval dan rasio). PLS merupakan factor indeterminacy metode analisis yang powerful karena tidak mengamsusikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil

Oleh Karena PLS menggunakan iterasi algoritma yang terdiri dari seri analisis ordinary least squares maka persoalan identifikasi model tidak menjadi masalah untuk model recursive, juga tidak mengamsumsikan bentuk ditribusi tertentu untuk skala ukuran variable. PLS dimaksudkan untuk causal predictive analysis dalam situasi kompleksitas yang tinggi dan dukungan teori yang rendah.

Tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk mendapatkan nilai variabel laten untuk tujuan prediksi. Estimasi parameter yang didapatkan dengan PLS dikategorikan menjadi tiga. Kategori pertama adalah Weight, kedua mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variable laten dan blkk indikatornya (loading), dan yang ketiga adalah berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten.

Menganalisa model dengan PLS ini dibantu dengan software PLS yakni SMART PLS dan PLS GRAPH. Aplikasi ini dijalankan dengan operasi windows dan sudah pada SMART PLS versi 3.00 sampai dengan saat ini.

2.4.2. Model Spesifikasi dengan PLS

(56)

36

variabel laten dengan indikator atau variable manifestnya (measurement model), dan (3) weight relation yang digunakan mengestimasi variabel laten.

2.4.2.1. Inner Model

Inner model yang kadang disebut juga dengan inner relation, structural model dan substantive theory menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini :

ε = βo +βε +Γξ + δ (2.4)

Dimana ε menggambarkan vektor endogen (dependen) variabel laten, ξ adalah vektor variabel residual (unexplained variance). Oleh karena PLS didesain untuk model recursive, maka hubungan antar variabel laten, setiap variabel laten dependen ε, atau sering disebut causal chain system dari variable laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut :

εj = Σi βji εi + Σi γjb ξb + δj (2.5)

Dimana βji dan γji adalah koefisien jalur yang menghubungkan prediksi endogen dan variable laten eksogen ξ dan ε sepangjang range indeksi dan b dan δj adalah

inner residual variable.

2.4.2.2. Outer Model

Outer model sering juga disebut outer relationatau measurement model

mendefinisikan hubungan setiap blok indikator dengan variabel latennya. Blok dengan indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut :

x = Λxξ + εx (2.6)

Gambar

Tabel 2.1. Fungsi Irigasi
Tabel 2.4. Indikator kinerja Metode FAO
Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Pelayanan Prima
Gambar 2. 2 Teknik Sampling
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh antara kultur organisasi dan kepemimpinan kepala

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rakhmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang (PKL)

Organisasi proyek adalah suatu sistem hubungan kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat pada suatu proyek pembangunan dalam mengatur pelaksanaan berbagai

Oleh karena itu, pengolahan kotoran sapi menjadi Trichokompos dan urine sapi menjadi uripon-pon diupayakan untuk menjadi suatu usaha bagi kelompok Tani Teratai

Unsur penunjang dalam kegiatan PBK adalah Penasehat Berjangka (analisis pasar berjangka dan komoditi yang diperdagangkan yang bertugas memberikan nasehat kepada

Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan kegiatan kegiatan Bakti Sosial dapat dilaksanakan dengan baik dan mencapai sasaran yang diharapkan, maka perlu adanya laporan

KDRT terhadap istri adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi, termasuk

Menguraikan besaran masalah yang dihadapi atau tantangan yang harus diselesaikan melalui pengembangan kawasan eks transmigrasi, dengan membandingkan antara