V -1
BAB IV
KEUANGAN DAERAH DAN
PENGELOLAAN PEMBANGUNAN
5.1. Kebijakan Makro
Lingkungan makro sebagaimana dikenal pada suatu organisasi maupun
perusahaan meliputi empat variable utama, yaitu politik, ekonomi, sosial dan
teknologi. Empat variabel ini secara umum akan berpengaruh terhadap kinerja dan
kebijakan keuangan di daerah.kondisi politik ditandai oleh adanya komitmen
bersama untuk meneruskan pelaksanaan reformasi yang bersamaan dengan
adanya otonomi daerah Komitmen ini berdampak kuat terhadap tata laksana
pemerintah secara luas. Praktek Good Governance menjadi bagian yang harus
dilaksanakan dalam setiap kebijakan , tidak kecuali dalam penyusunan kebijakan
keuangan daerah Kebijakan yang mengikut sertakan unsur masyarakat (grass
root) dalam kebijakan pemerintah daerah telah dianggap sebagai suatu tuntunan
bersama untuk menegakkan pemerintah yang akuntabel.
Variabel ekonomi yang penting yang dipertimbangkan adalah pendapatan
dan pengeluaran.Kondisi dan kebijakan yang mendorong terciptanya dua aspek
ini harus diperhatikan dengan sedemikian rupa sehingga dapat diantisipasi
penggeraknya selama lima tahun kedepan. Kondisi ekonomi Kabupaten Batang
Hari mempunyai permasalahan spesifik di banding dengan daerah lain di Provinsi
Jambi. Kedekatannya dengan ibu kota Provinsi di tambah dengan asesibilitas yang
lancar mengakibatkan transaksi masyarakat sehari-sehari banyak dilaksanakan di
Kota Jambi dari pada dilaksanakan di Kabupaten Batang Hari. Walau harus
dicatat bahwa upaya pemerintah daerah membangun pusat perbelanjaan yang
memadai sehingga telah dimulai sehingga diharapkan pada masyarakat dapat
memilih Muara Bulian (Ibukota Kabupaten Batang Hari) menjadi sebagai tempat
masyarakat berbelanja. Singkatnya dengan dibangunnya fasilitas perbelanjaan
yang lebih baik, maka perputaran uang akan terjadi di Kabupaten Batang Hari
sehingga dengan sendirinya akan tercipta pendapatan melalui suatu proses efek
V -2 pemerintah yang bersamaan dengan stabilnya stabilnya tingkat suku bunga
perbankan telah mendorong investasi swasta khususnya di Muara Bulian
sebagai Ibukota Kabupaten Batang Hari. Upaya Pemerintah Kabupaten Batang
Hari menyediakan dana perangsang untuk masyarakat untuk melaksanakan bisnis
juga patut dicatat karena dapat menciptakan kesempatan peningkatan
pendapatan. Lebih dari itu, bila dilihat dari pengeluaran pemerintah, maka
tergambarkan bahwa pengeluaran terbesar pemerintah, selama lima tahun terakhir
adalah untuk membangun sarana dan prasarana yang diikuti bidang pendidikan
dan kebudayaan.
Sebagaimana sifat dari pada pengeluaran Pemerintah dalam
penyelenggarakan suatu pemerintah tidak dimaksudkan sebagai penggerak utama
pembangunan, akan tetapai sebagai modal inisial yang dapat merangsang
munculnya berbagai bentuk investasi, baik yang bersifat domestik maupun dari
luar. Peran seperti ini semakin sering diingatkan agar pelibatan unsur masyarakat
dan swasta dapat optimal dalam pelaksanan pembangunan. Kondisi sosial
pada hakikatnya akan menjamin penyelanggaraan suatu pemerintahan yang baik.
Hubungan harmonis, tidak mencurigai dan dapat menerima kehadiran para
investor khususnya menjadi modal dalam pembangunan. Modal ini tidak saja
bersifat fasif, menjadi komplemen terhadap kesediaan dana, akan tetapi lebih dari
itu, dimana hubungan sosial yang harmonis yang akhirnya akan dapat
menggerakkan masyarakat berikut pranata sosial kearah pencapaian tujuan
pembangunan. Kondisi seperti ini dikenal dengan modal sosial.Kondisi sosial yang
kondusif dan akhirnya mendorong terlibatnya para investor untuk
mengembangkan usahanya disuatu daerah. Modal sosial yang sering diabaikan
dalam pengalaman pembangunan yang lalu yang diakui sebagai satu kelalaian
karena terlalau memberi perhatian pada ekonomi berupa kapital sesuai degan itu,
maka dalam dalam pelaksanaan otonomi daerah, maka pemerintah daerah wajib
mengidentifikasi dan mengembangkan modal sosial yang berada di wilayahnya.
Ketersediaan teknologi menjadi faktor pencepatan pembangunan yang
kuat, dengan adanya teknologi yang sesuai dengan kebutuhan akan dapat
meningkatkan produktivitas, sementara sumber daya yang digunakan tidak
mengalami perubahan. ketersediaan lahan yang memadai akan tetapai tidak
didukung oleh ketersediaan teknologi yang sesuai akhirnya kurang memberikan
hasil yang makismal. Mengacu pada pengalaman Kabupaten Batang Hari, bahwa
V -3 dengan itu maka teknologi yang di butuhkan segera adalah teknologi dibidang
usaha tani, pengolahan hasil pertanian yang dapat menjamin terbentuknya
pertambahan nilai produksi hasil pertanian masyarakat secara eksplisit Sesuai
dengan ketentuan UU NO 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan
Pembangunan Nasional, salah satu bagian dari RPJM Daerah Kabupaten Batang
Hari adalah urusan mengenai Arah Kebijakan Keuangan Daerah (AKAD). Hal ini
menyangkut hal penting :
1. Menyangkut upaya pemerintah daerah dalam menyediakan dana untuk
mencapai Sasaran pembangunan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif;
2. Menyangkut upaya mengefektifkan segala bentuk pengeluaran Pemerintah
khususnya melalui APBD dengan cara meningkatkan efisiensi makro daerah.
Kedua hal ini menjadi pertimbangan penting dalam melaksanakan otonomi
daerah, karena dengan sifat dari pengelolaan tata pemerintahan yang terlebih
dahulu menetapkan urusan (fungsi), yang kemudian diikuti dengan pembiayaan
yang di kenal dengan “dana mengikuti urusan “ (money follows function). Salah
satu persoalan dalam pelaksanaan otonomi daerah yang krusial pada awal
pelaksanaannya menyangkut urusan uang dan fungsi. Maka tidak heran, ketika
urusan ditetapkan pada akhhirnya sangat mungkin tidak dijamin oleh
ketersediaan dana, Pemerintah tidak dapat mengalokasikan dana yang dibutuhkan
oleh daerah. Persoalan seperti ini mengemuka bila mana otonomi dilihat dari
presfektif penyerahan urusan oleh pemerintah kepemerintah daerah dimana
jaminan ketersediaan dan tidak disiapkan.
Upaya penyediaan para pembiaan pembangunan terkait erat dengan usaha
daerah dan kebajikan pemerintah dalam mengalokasikan dan secara nasional
kepada pemerintah daerah, baik kabupaten maupun provinsi. Sementara itu
upaya mengefektifkan pengeluaran berkaitan dengan perbaikan-perbaikan
ketatakelolaan pengeluaran, baik untuk pengeluaran rutin maupun
pembangunan. Perbaikan ketatakelolaan bukan saja berlaku secara internal, akan
tetapi lebih dari pada itu menyangkut kondisi eksternal. yaitu menyangkut upaya
merperbaiki iklim investasi sehingga swasta dan masyarakat dapat terdorong
berinvestasi disuatu daerah . Hal terakhir ini menjadi penting digaris bawahi,
mengingat fungsi dari pemerintah termasuk pemerintah daerah sesungguhnya
adalah sebagai fasilisator terhadap seluruh aktivitas pembangunan.
Pertimbangan seperti ini secara ekspelisit di nyatakan dalam UU NO 32
V -4 pemerintah daerah dalam menciptakan daya saing daerah. Daya saing daerah
dalam ukuran ekonomi akan dapat dilihat dari jumlah investasi yang dilakukan
oleh masyarakat dan investor disatu wilayah. Penyusunan kebijakan keuangan
daerah dimulai dengan penyajian kinerja berbagai variable yang terkait. Ada dua
hal yang menjadi dasar penilaian pengelolaan keungan daerah, Pertama: dari sisi
pengelolaan pendapatan daerah terutama melalui gambaran intensfikasi dan
ekstensifikasi pendapatan daerah, target dan realisasi pendapatan serta
permasalahan dan solusi, Kedua: dilihat dari pegelolaan belanja daerah, yang
terdiri dari kebijakan umum keuangan daerah, target dari pengelolaan belanja
daerah, yang terdiri dari kebijakan umum keuangan daerah, target, dari realisasi
belanja serta permasalahan dan solusi.
5.2. Pengelolaan Pendapatan Daerah
5.2.1. Intensfikasi dan ekstenfikasi pendapatan
Penerimaan daerah yang tercermin dalam anggaran pendapatan daerah
belanja Daerah (APBD) Kabupaten batang Hari di peroleh dari berbagai sumber
diantaranya berasal dari pendapatan asli daerah, berbagai sumber diantaranya
berasal dari pendapatan daerah, berupa sisa lebih perhitungan anggaran tahun
lalu, pajak dan retribusi daerah, daerah hasil persahan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,penerimaan lain-lain, dana
perimbangan seperti bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, dan alokasi
umum dana alokasi khusus dan lain-lain pendapatan sah.
Khusus pendapatan asli Daerah (PAD) Kabupaten batang Hari pada tahun
2005 yaitu sebesar Rp16.039.675.424,00 meningkat menjadi Rp.
16.344.809.785,00 Tahun 2006 atau 1,90 %, sedangkan realisasi pada tahun 2005
yaitu sebesar Rp 22.454.774.103,74 menurun menjadi Rp12.200.684.763,69 pada
pendapatan asli Daerah pada tahun 2006 atau menurun 45,66% menurunnya
realisasi penerimaan pendapatan Asli daerah pada tahun 2006 tersebut terjadi
pada pos retribusi daerah sedangkan pos pajak daerah terjadi
peningkatan.Retribusi daerah terrealisir sebesar Rp.3.523.101.356,50 dari target
Rp. 4.546101.461,00 atau sebesar 77,49 %, hal penambangan rakyat bahan
galian emas (golongan B)dengan peraturan daerah no 1 Tahun 2006, target lain
yang tidak tercapai adalah pada retribusi izin usaha perkebunan (IUP), Retribusi
hasil hutan,pasar keramat tinggi dan bulian Bisnis(BBC) Serta dana Hibah Bank
V -5 Sementara untuk pos pajaknnya daerah pada umumnya melampai target
yang telah di tetetapkan pada tahun 2006 yaitu sebesar 15,22 % sedangkan
pendapatan lainnya yang tidak mencapai target terdiri dari hasil perusahaan
Milik Daerah dan Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yaitu sebesar 0,62 %,
sedangkan penerimaan lain-lain pendapatan asli Daerah terealisir sebesar
Rp.5.444.922.004,46 dari target hasil Rp 9.275.828.324. atau 58,70%.
5.2.2. Target Realisasai Pendapatan
Pada realisasi Pendepatan Asli Daerah, pada tahun 2005 memperlihatkan
hasil realisasi target penerimaan sebesar 40,00% sedangkan tahun 2006
memperlihatkan tidak tercapainya target penerimaan yaitu sebesar 25,35%,
sedangkan perimbangan tahun 2005 realisasinya melampaui target penerimaan
4,27% dan tahun 2006 melampaui target sebesar 49,65%, sedangkan pada 2006
terealisir sebesar 29,75%.
Secara umum gambaran perkembangan dan realisasi pendapatan daerah
Kabupaten Batang Hari Tahun 2005 dan 2006, dapat dilihat dari Tabel 5.1.
Tabel 5.1. :
Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2005-2006
V -6 memperlihatkan realisasi pertumbuhan yang positif. Hal ini tercermin dari hasil
perhitungan selama tahun 2005-2006. Pada tahun 2005 realisasi pajak daerah
sebesar Rp. 1.852.344.629.70,- meningkat menjadi Rp. 2.089.782.912,00,- pada
tahun 2006 atau mengalami pertumbuhan sebesar 12,82%.
Table 5.2 :
Perkembangan Pajak Daerah Kabupaten Batang Hari Tahun 2005-2006
No Pajak
2005 2006 Pertumbuhan
Target Realisasi Target Realisasi T* R*
1 Pajak Hotel 1.188000 3.893.300 4.3893.3000 3..043.000,00 26,9 -12,8 2 Pajak Restoran 15.500.000 10.195.000 18.000.000 18.005.100 16,1 76,6 3 Pajak Hiburan 3.500.000 2.170.000 3.500.000 5.845.000 - 169.4 4 Pajak Reklame 31.900.000 46.801.800 38.000.000 52.004.825 19,1 11,1 5 Pajak Penerangan 910.000.000 1.311.471.929 8000.000.000 1.388.596.625 -12,1 5,9
jalan
6 Pajak pengambilan 382.500.000 386,712.600,70 459.000.000 615.541.362 20 59,2 Galian C
7 Pajak Pengambalin 42.500.000 91.100.000 50.000.000 6.750.000 17.6 -92,6 Galian B
Jumlah 1.387.088.000 1.852.344.629,7 1.372.880.000.0 2.098.782.912 1,00 12,8
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Batang Hari
Ada dua komponen pajak daerah yang memberikan kontribusi cukup besar
pada tahun 2006 antara lain Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengembalian dan
Pengelolaan Bahan Galian C. Untuk Pajak Penerangan Jalan yang ditargetkan
sebesar Rp. 800.000.000,- pada tahun 2006, terealisasi sebesar Rp.
615.541.362,00,- atau 134,10%. Realisasi kedua pajak daerah ini terlepas dari
kesadaran Wajib pajak dalam membayar pajak, disamping itu juga potensi untuk
kedua jenis pajak yang tersebut yang mengalami peningkatan karena
berkembangnya penerangan jalan dan berkembangnya bangunan di Kabupaten
Batang Hari.
5.2.2.2. Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Daerah di Kabupaten Batang Hari diperoleh sebanyak 35 jenis
retribusi pelayanan kesehatan, persampahan/kebersihanpenggantian biaya cetak
KTP, penggantian biaya cetak akta catatan sipil, parkir di tepi jalan umum dan
lain-lain. Apabila dilihat dari pertumbuhan retribusi daerah, secara umum
memperlihatkan realisasi pertumbuhan yang positif. Hal ini tercermin dari hasil
perhitungan selama Tahun 2005-2006. Pada tahun 2005 realisasi retribusi daerah
sebesar Rp. 3.151.201.322,54,- meningkat menjadi Rp. 3.523.101.356.50,- pada
V -7
Tabel 5.3. :
Perkembangan Retribusi Daerah Kabupaten Batang Hari Tahun 2005-2006
No Retribusi
2005 2006 Pertumbuhan
Target Realisasi Target Realisasi T* R*
1 Retribusi pelayanan Kesehatan 1.106.000.000 905.990.100 1.335.449.861 1.144.431425 81,92 85,70
2 Retribusi pelayanan Persampahan/Kebersihan 22.100.000 38.447.500 54.750.000 64.413.500 173,97 117,65
3 Retribusi pelayanan Cetak KTP 26.250.000 20.649.950 21.000.000 26.909.400 78.67 128,84
4 Cetak Akte Capil 67.500.000 65.985.500 60.920.500 78.491.500 97,75 128,84
5 Retribusi pelayananan Parkir Di Tepi
Jalan Umum 1.260.000 10.669.000 18.020.000 16.857.000 846,75 93,55
6 Retribusi Pelayanan Pasar 772.614.100 117.267.700 941.346.000 452.543.900 15,18 48,07
7 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor 52.500.000 73.235.000 57.720.000 90.599.000 139,50 156,96
8 Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran 996.000 1.049.000 1.200.000 600.000 105,32 50,00
9 Retribusi Pengantin Biaya Cetak Peta - - - -
10 Retribusi Jasa Usaha Pemakain Daerah 40.724.600 51.417 .969 43.742.600 75.889.645 126,26 173,49
11 Retribusi Jasa Usaha Terminal 130.000.000 139.268.300 133.260.000 75.823.900 107,13 56,90
12 Retribusi Jasa Usaha Tempat Parkir 12.510.000 13.355.000 20.418.000 31.422.000 106,75 153,89
13 Retribusi Jasa Usaha Penyedotan Kakus 3.500.000 3.591.000 5.160.000 1.700.000 102,60 32,95
14 Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olah raga 4.265.400 4.811.350 7.236.000 4.300.000 112.80 59.43
15 Retribusi Izin Mendiirikan Bangunan 30.000.000 238.111.523 35.200.000 167.052,274,5 793,71 474,58
16 Retribusi Izin Gangguan 8.470.000 13.777.250 10.105.500 116.656.400 162,66 164,83
17 Retribusi Izin Trayek 4.000.000 4.315.000 4.104.000 2.820.000 107,88 68,71
18 Retribusi Izin pengguna Jalan 1.150.000.000 921.057.992 1.150.000.000 605.101.712 80,09 52,62
19 Retribusi Izin Pengguna Jalan 22.500.000 29.490.700 22.800.000 17.085.200 131.07 74,94
20 Retribusi Izin Tempat Usaha 17.325.000 29.775.000 24.500.000 44.200.000 171,86 180,41
21 Retribusi Izin Usaha Angkutan
Kendaraan Bermotor 7.500.000 880.880.000 11.400.000 15.205.000 118,40 133,38
22 Retribusi Jasa hasil Pengamanan Hutan - - - -
23 Retribusi Surat Izin Pemborongan 34.950.000.000 56.800.000,00 41.700.000 80.400.000 162.52 192,81
24 Retribusi Perizinan usaha Industri Dan Perdagangan 8.250.000 7.750.000.00 8.800.000 11.025.000 93,94 125,28
25 Retribusi Izin Tanda Daftar Perusahaan Dan Gudang 6.850.000 5.485.000,00 7.220.000 5.910.000 80,07 81,86
26 Retribusi Wajib Daftar Kesepekatan Kerja Bersama 930.000 3.316.000,00 3.450.000 8.592.000 356,56 249,04
27 Retribusi Kesepakatan Kerja WaktuTertentu 600.000 738.000,00 1.200.000 819.000 123,00 68,25
28 Retribusi Wajib Lapor Ketenaga Kerjaan 5.470.000 3.280.000.00 3.090.000 2.890.000 56,96 93,53
29 Rettribusi Perizinan Ketenaga Kerjaan 2.000.000 2.400.000,00 2,550.000 2.700.000 120,00 81,80
30 Retribusi Uang legas 1.250.000 13.325.000.000 133.000.000 108.798.500 149,61 81,80
31 Retribuzi izin Pendirian Kendaraan Bermotor 1.250.000 1.325000.00 1.200.000 1.100.000 106.00 91,67
32 Retribusi Izin Pemampaatan Air Sungai,Daratan,Air Dan Sungai 2500.000 871.000.00 - 380.000 34,84 -
33 Retribusi Jasa Fasilitas Sungai di Perairan Pedalaman 2000.000 1.587.000,00 3000.000 1.285.000 79,35 42,83
34 Retribusi Dokumen Lelang Pproyek - - 15.500.000 - - -
35 Retribusi CPO 367.059.000 219.408.988,5 367.059.000 367.100.000 59,77 100,01
Jumlah 4.016.874.100 3.151.201.322,54 4.546.101.461 3.523.101.359,5 78,45 77,50
V -8 Pada tahun 2006 terdapat Tujuh komponen retribusi daerah yang
memberikan retribusi daerah yang memberikan kontribusi cukup besar di
Kabupaten Batang Hari antara lain Retribusi Pelayanan Kesehatan dengan
kontribusi sebesar Rp. 1.144.431.425,00,- Penerimaan Hasil Temuan yaitu sebesar
Rp. 709.676.392,70,- retribusi hasil hutan sebesar Rp. 605.101.712,00,-
Retribusi Pelayanan Pasar sebesar Rp. 452.543.900,00,- Retribusi CPO sebesar
Rp. 367.100.000,00,- Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebesar
Rp. 167.052.274,50,- dan Retribusi Uang Leges sebesar Rp. 106.798.500,00,-.
5.2.2.3. Hasil Perusahaan milik Daerah Dan hasil pegelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan.
Realisasi Pendapatan hasil perusahaan milik daerah hasil pengelolaan
kekayaan milik daerah yang dipisahkan yang diperoleh dari bagian laba
Perusahaan milik daerah yaitu Bank Pembangunan daerah (BPD)Jambi berupa
deviden.
Secara rinci target dan realisasi perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah dan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan ini dapat disajikan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. :
Perkembangan Perusahaan Milik Daerah Dan Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Tahun 2005-2006
No Uraian
2005 2006
Target Realisasi Target Realisasi
1 Deviden BPD Jambi 1.141.885.000 1.41.885.000 1.150.000.000 1.1.50.000.000
2 JUMLAH 1.141.885.000 1.041.721.39171 1.142.878.490,73 1.14.878.490,73
Sumber;Pendapatan Daerah Kabupaten Batang Hari, 2007
Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah Pada Tahun Anggaran 2006 tereasilir
sebesar 99,38% lebih tinggi dibandingkan Realisasi pada Tahun 2005 yang hanya
diperoleh sebesar 91,23%. Namun secara Kuantitatif terjadi penurunan, dimana
pada Tahun 2005 Pemerintah Kabupaten Batang Hari memperoleh deviden dari
BPD yaitu sebesar Rp.1.142,878.490,73,- sedangkan pada Tahun 2006 diperoleh
sebesar Rp.1.041.721.391,71,- atau menurun sebesar 8,85%.
V -9
5.2.2.4. Penerimaan Lain-Lain Asli Daerah
Realisasi penerimaan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah pada Tahun 2006
ditargetkan sebesar Rp. 9.275.828.324.00,- terealisasi sebesar
Rp. 5.444.922.004,46,- atau 58,70 % lebih kecil apabila dibandingkan dengan
Tahun 2005 yang terealisasi sebesar Rp. 17.405.090.607,79,- atau 196,48%.
Realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah ini dapat disajikan pada Tabel
5.5.
Tabel 5.5. :
Perkembangan Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Periode 2005-2006.
No Uraian
2005 2006 Realisasi (%)
Target Realisasi Realisasi Target 2005 2006
1 Hasil Pendapatan
Devisa Daerah yang tidak Dipisahkan
55.000.000 81.729.830 55.000.000 5.747.500 148,6 10,45
2 Penerimaan Jasa 2.000.000.000 645.360.908,57 2000,000.000 2.027.453.016,03 32,27 103,62
3 Penerimaan
65,324.000 25.762.405,12 65.324.000 709.676.392,70 39,44 1.086,3
7 Setoran Uang
Dokumen Tender
187.500 - 187.500 - - -
8 Penerimaan
Lain-lain
7.363.316.824 16.652.237.464,10 7.145.316.864 2.702.045.095,73 226,15 37,82
Jumlah 9.493.824.324 17.405.090..607,79 9.275.828.32,4 5.444.922.004,46 183,33 58,70
Sumber;Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Batang Hari,2007
5.2.2.5. Dana Perimbangan
Realisasi Pendapatan yang di peroleh dari dan perimbangan terdiri dari
hasil pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Khusus(DAK), Bagi hasil Pajak
Keuangan Provinsi.
Pada Tahun 2005 target Dana Perimbangan di Kabupaten Batang Hari
adalah sebesar Rp.215.710.861.781,90 meningkat menjadi Rp.348.648.705.539,04
V -10 Dana bagi hasil pajak diperoleh dari Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) dan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BHTB) Dan PPh Pasal 21 dan PPh,
PPnDN. Selama Tahun 2006 ketiga jenis pajak ini ditargetkan sebesar
Rp.64.586.558.958,42,-terealisasi sebesar Rp.84.274.882.200,00,-atau 130,48%.
Sedangkan Pendapatan dari Bagi Hasil Bukan Pajak yang terdiri dari,
penerimaan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), iuran tetap (landrent) penerimaan
dari iuran eksploitasi (royalti), penerimaan pungutan hasil perikanan, serta
penerimaan pungutan hasil perikanan, serta penerimaan dari sektor
pertambangan minyak dan gas alam.
Bagi Hasil Bukan Pajak Tahun 2006 ditargetkan sebesar Rp.
14.110.735.993,48,- terealisasi sebesar Rp. 35.991.481.544,00,- atau 255,06%.
Sementara itu untuk Dana Alokasi Umum yang merupakan salah satu unsur
pembiayaan yang diterima Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat, yang sebagin
besar diperuntukan bagi Belanja Pegawai atau (gaji), realisasinya mencapai 100%
dari target sebesar Rp. 206.716.000.000,00,- sedangkan Dana Alokasi Khusus
hanya diperoleh dari dana Alokasi Khusus hanya diperoleh dari dana Alokasi Non
Dana Reboisasi (DAK Non DR) Ditargetkan sebesar Rp. 10.030.000.000,- terealisasi
sebesar Rp.10.030.000.000,- atau 100%.
Secara rinci gambaran mengenai perkembangan Dana Perimbangan tahun
2005 dan tahun 2006 di Kabupaten Batang Hari dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 :
Perkembangan Dana Perimbangan Periode 2005-2006
No Uraian
2005 2006 Realisasi (%)
Target Realisasi Target Realisasi 2005 2006
1 Bagi Hasil Pajak 44.586.558.958,42 57.590.359619,83 64.586.558.958,42 84274,882,200,00 129,17 130,84
2 Bagi Hasil Bukan
Pajak
7, 207,375.993,48 263.592.931,00 14.110335,993,48 35.991.481.544,00 36,60 255
3 Dana Alokasi
Umum
145.487.000.000,00 145.487.000.000,00 206.716.000.000,00 206,716.000.000.00 100,00 100,00
4 Dana Alokasi
Khusus
12.090.000.000,00 12.090.000.000,00 10.030.000,00 10,030.000.00,00 100,00 100,00
5 Bagi Hasil Pajak
Dan Bangunan
6.339.926,830,00 7.109.093.104,27 7.316,552.001,00 11.635.711.795,04 112,13 159.03
Jumlah 215.710.861.781,90 224.914.045.665,10 3302.846.952,90 348.648.075.539,04 104,27 115,156
Sumber;Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Batang Hari,2007
5.2.2.6. Pendapatan Yang Sah.
V -11 Bantuan Dana Hibah Bank Dunia untuk Program Bank Dunia pada program
Health Workfonci and Services Projek (HWS) dan CWSHP, Penerimaan ini
ditargetkan sebesar Rp. 5.401.000.000,- hanya terealisir sebesar Rp.
1.606.966.400,- atau 29,75%.
Tabel 5.7. :
Perkembangan Lain-lain Pendapatan yang sah Periode 2005-2006
Uraian
2005 2006 Realisasi(%)
Target Realisasi Target Realisasi 2005 2006
1 Bantuan Dana
4.098.654.300 1.992.697.407 4.200.000.000 1.606.966.400 119,26 38,26
3 Bantuan Dana Hibah Bank Dunia CWSHP
- - 1.201.000.000 - - 0
Jumlah 14.410.654.300 7.154.697.407 5.401.000.000 1.606.966.400 49,65 29,75
Sumber;Dinas Pendapatan Daerah Batang Hari Daerah Jambi 2007 (diolah)
5.2.2.7. Pembiayaan
Sumber Pembiayaan terdiri dari sumber yang berupa pembiayaan
penerimaan dan pembiayaan pengeluaran Pemerintah Kabupaten Batang Hari
dalam Tahun Anggaran 2006 jumlah anggaran pembiayaan penerimaan daerah
adalah diperoleh dari sisa lebih perhitungan anggaran Tahun 2005 yaitu sebesar
Rp. 43.131.023.089,87,- sedangkan anggaran pembiayaan pengeluaran sebesar
Rp. 13.182.460.650,- berupa penyertaan Modal kepada PDAM Tirta Batang Hari
yaitu sebesar Rp. 1.283.539.000,- serta pembayaran utang pokok yang jatuh tempo
yaitu sebesar Rp. 11.898.921.650,-.
5.2.3. Efektifitas Pengelolaan Keuangan dari sisi Penerimaan
Efektifitas Kinerja pengelolaan Keungan dareh diukur berdasarkan target
dan realisasi penerimaan daerah selama Tahun Anggaran 2006 memperlihatkan
tingkat Efektifitas yang efektif. Hal ini dikarenakan pencapaian penerimaan daerah
ini yang mencapai target yang telah diterapkan, terutama pendapatan dari pajak
daerah yang selama dua tahun ini mencapai over target.Tercapainya target yang
V -12 tingginya kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajibannya mermbayar pajak.
Iuran kinerja yang dikeluarkan Menteri Dalam Negeri mengenai kriiteria
kinerja keuangan daerah, maka dapat dilihat tingkat efektifitas penerimaan daerah
dalam pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Batang Hari sebagai berikut;
Target dan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah(APBD) Kabupaten
Batang Hari sejak Tahun Anggaran 2005 sampai dengan 2006 mengalami
peningkatan, hal ini tercermin dari Realisasi Pendapatan didalam APBD.
Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2005, terealisasi sebesar
103,80%dari target RP.246.161.191.505,90.Kondisi ini mengindikasikan bahwa
peningkatan pandapatan ini menunjukkan tingkat efektifitas yang sangat
signifikan didalam pelaksanaan anggaran ,sedangkan Pendapatan Tahun Anggaran
2006,terealisasi sebesar 11,74% dari target Rp.324.505.656.737,90. Kondisi ini
mengendikasikan bahwa peningkatanpendapaatan ini menunjukkan tingkat
efektifitas yang cukup signifikan di dalam pelaksanaan.
Tabel 5.8
Kriteria Efektifitas Pengelolaan Keuangan Daerah Periode 2005-2006
Tahun Efektiftas (%) Kriteria
2005 103,80 Sangat Efektif
2006 112,74 Sangat Efektif
Sumber;Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Batang Hari,2007(diolah)
Berdasarkan tabel diatas yang mengambarkan mengenai efektifitas
pengelolaan keuangan Daerah di Kabupaten Batang Hari selama Periode
2005-2006, menunjukkkan bahwa, tingkat efektifitas pengelolaan keuangan daerah
Provinsi Jambi sangat efektif. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pengelolaan
Keungan Daerah di Kabupaten Batang Hari 2006 sangat efektif, hal ini sesuai
dengan kriteria yang dikemukakan Departemen Dalam Negeri melalui Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor: 090.900 Tahun 1990, yang menyatakan Persantase
Kinerja Keuangan antara 80% sampai dengan 90% cukup efektif, antara 90%
sampai dengan 100% dikatakan efektif dan diatas 100% dikatakan sangat efektif.
Dilihat dari kriteria tersebut,maka selama Periode 2005-2006, tingkat
efektifitas pengeloaan Keuangan Daerah di Kabupaten Batang Hari dapat dikatakn
sangat efektif, karena nilai persentasenya diatas 100%. Kondisi ini menunjukkan
V -13 berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dari segi efektifitas
penerimaan daerah atau realisasi penerimaan yang dicapai melampaui target yang
telah ditentukan dan disepakati sebelumnya. Seperti pajak dan retribusi daerah
yang pencapaiannya melampaui dari target yang telah ditentukan, sehingga dapat
menutupi jenis penerimaan lainnya yang tidak mencapai target.
5.2.4. Permasalahan dan Solusi
Kontribusi Penerimaan Daerah Sendiri (PDS) yang terdiri dari Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan sisa perhitungan anggaran tahun lalu, memberikan
kontribusi yang terus meningkat secara positif, walaupun perkembangannya
berfluktuasi meningkat, akan tetapi masih kecil apabila dibandingkan dengan
ketergantungan daerah ini terhadap Pemerintah Pusat, walaupun tingkat
ketergantungan daerah ini terhadap Pemerintah Pusat setiap tahunnya mengalami
penurunan secara presentase, akan tetapi secara normal bantuan yang diterima
Pemerintah Daerah Kabupaten Batang Hari terus meningkat dalam jumlah yang
cukup besar. Hal ini mencerminkan bahwa sumber pembiayaan daerah ini masih
mengharapkan dari Pemerintah Pusat, karena objek pajak dan Retribusi Daerah
yang ada di Kabupaten Batang Hari sangat terbatas sebagai sumber pendapatan
daerah.
Untuk itu, perlu dilakukan pengoptimalan pemamfaatan potensi objek pajak
yang ada dengan perluasan dan peningkatan pelayanan terhadap objek
pajak.selain itu pencarian objek pajak yang ada dengan perluasan dan peningkatan
pelayanan terhadap objek pajak. Selain itu pencarian objek pajak baru yang
pontensial juga harus dilakukan terus menerus dalam rangka usaha ekstentifikasi
pendapatan daerah.
5.3. Pengelolaan Belanja Daerah 5.3.1. Kebijakan Umum Keuangan Daerah
Ada dua sumber pembiyaan yang memengang peranan penting dalam
keuangan daerah di Kabupaten Batang Hari; Pertama; sumber pembiayaan yang
berasal dari Aggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)Kabupaten Batang
Hari,yang pelaksanaannya ditetapkan melalui peraturan Daerah setiap Tahunnya.
Kedua; sumber pembiayaan yang bersasal dari Anggaran Pendapatan Belanja dan
V -14 AnggaranPendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Batang Hari dan
pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah (APBN) yang merupakan instrument
dalam menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan yang
terkait dengan kebijakan pendapatan maupun Belanja Daerah, harus mengacu
pada aturan yang melandasinya, baik Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Keputusan Menteri, Peraturan Daerah maupun Keputusan Kepala Daerah.
Anggaran Dan Pendapatan Belanja Daerah(APBD) Kabupaten Batang Hari,
yang merupakan rencana keuangan pemerintah daerah, disamping
menggambarkan perkiraan pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan
pembangunan daerah dalam satu tahun tertentu, juga menggambarkan
sumber-sumber penerimaan daerah untuk menutupi pengeluaran yang dimaksud.
5.3.2. Target Dan Realisasi
Dilihat dari realisasi Belanjan Tahun Anggaran 2006, di dalam Anggaran
dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Batang Hari terealisir sebesar Rp.
304.692.847.368,50,- dari target Rp. 354.454.219.177,77,- atau 85,96%.
Belanja Daerah terdiri dari Belanja Aparatur Daerah dan Belanja
pelayanan Publik(pengeluaran rutin pengeluaran pembangunan)
memperlihatkan efesiensi yang signifikan, artinya terjadi penghematan dalam
pelaksanaan belanja Sebesar 14,04%.
5.3.2.1. Belanja Aparatur Daerah.
Secara Umum aparatur daerah terdiri dari Belanja Administrasi Umum
(BAU), Belanja Operasi dan Pemeliharaan(BOP)dan Belanja Modal, Belanja
aparatur adalah merupakan belanjan rutin seperti belanja
pegawai/personalia(gaji), belanja barang dan jasa,belanja perjalanan dinas dan
belanja pemeliharaan yang digunakanuntuk menunjang kelancaran
penyelanggaraan pemerintahan.
Realisasi Belanja Aparatur Daerah (pengeluaran rutin) selama 2006 adalah
sebesar 83,11% atau terjadi penghematan sebesar Rp.16.500.177.742,11 atau
16,89%.
Perkembangan Target Realisasi Belanja Daerah memperlihatkan
kecenderungan Penghematan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.9.
V -15
Tabel 5.9
Target Dan Realisasi belanja Aparatur Daerah Kabupaten Batang Hari Periode 2005-2006
Tahun
Belanja Aparatur Darerah %
Target Realisasi Realisasi
2005 77.554.070.956,00 68,251.114.117,00 80,00
2006 97.694.060.785,61 81.193.883.043,50 83,11
Sumber; Bagian Keuangan Setda Kabupaten Batang Hari, 2007
Kondisi ini mengindikasikan bahwa, anggaran yang telah dialokasikan
dalam pengeluaran tidak mesti habis atau nihil, akan tetapi dapat dilakukan
berbagai efisiensi terhadap pengeluaran yang benar-benar bermamfaat dan
dibutuhkan, dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan dan
pembangunan daerah.Dengan demikian sisa hasil belanja tersebut dapt dijadikan
pemasukan bagi penerimaan daerah, untuk kemudian dialokasikan lagi pada
berbagai kegiatan pada tahun yang akan datang.
Secara keseluruhan, belanja tidak melebihi anggaran dari program-program
yang telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan sasarannya. Hal ini
tercapai karena dilakukannya pengendalian dalam pengelolaan keuangan daerah.
Upaya peningkatan pengendalian dilakukan dengan memperketat prioritas
kebutuhan dan penghematan biaya (efisensi anggaran) dengan tetap mengacu pada
prnsip-prinsip disiplin anggaran. Rincian lebih lanjut atas Belanja Aparatur Daerah
(Rutin) disajikan pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10. :
Target dan Realisasi Belanja Aparatur Daerah Kabupaten Batang Hari Tahun 2006
No Belanja Aparatur Daerah Belanja Aparatur Daerah(Rp.) Realisasi
%
Target Realisasi
1 Belanja Administrasi Umum 72.879.445.243,00 59.641.737.912,5 81,84
2 Belanja Operasi dan Pemeliharaan 11.070.413.143.143,97 9.484.564.090,00 85,66
3 Belanja Modal 13.744.202.398,64 12.067581.041,00 87,80
JUMLAH 97.694.060.785,61 81.193.883.043,50 83,11
V -16 Realisasi belanja Aparatur Daerah (rutin) yang paling besar terdapat pada
belanja modal yaitu 87,80% atau sebesar Rp. 12.067.581.041.00,- kurang dari
target sebesar Rp. 13.744.202.398.64,- yang diperuntukkan bagi Belanja sarana
dan prasarana penunjang pemeliharaan pemerintahan. Kemudian diikuti oleh
realisasi belanja operasi dan pemeliharaan yaitu sebesar Rp. 9.484.564.090,00,-
atau 86,66% dari target sebesar Rp. 11,070.413.143.143.97.- dan realisasi belanja
administrasi umum sebesar Rp. 59.641.737.912,50,- atau 81,84% dari target
sebesar Rp. 72.876.445.243,00,- namun secara kuantitatif proporsi belanja
terbesar adalah belanja administrasi Umum (BAU) yaitu sebesar
Rp. 59.641.737.912,5 sebab alokasi belnja ini diperuntukkkan pada belanja gaji
pegawai/personalia.
5.3.2.2. Belanja Pelayanan Publik
Belanja Pelayanan publik atau yang lebih dikenal dengan belanja
pembangunan sebagai pelaksanaan kebijakan program pembangunan tahunan.
selamaTahun Anggaran 2006 target dan realisasi dari belanja pelayanan pelayanan
public (pengeluaran pembangunan) mengalami penurunan 90,90% pada Tahun
2005 menjadi 87,00% pada Tahun 2006 seperti yang tercermin pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11. :
Target dan Realisasi Belanja Pelayanan Batang Hari Periode 2005-2006
Tahun Belanja Pelayanan Publik (Rp.) %
Realisasi
Target Realisasi
2005 193.920.273.320,93 256.760.158.392,16 90,90
2006 176.322.620.761,00 223.498.964.325,00 87,00
Sumber;Bagian Keuangan Setda Kabupaten Batang Hari, 2007.
Realisasi Belanja Pelayanan Publik (belanja pembangunan) yang
terakumulasi dalam setiap jenis belanja, selama Tahun 2006 memperlihatkan
realisasi efisien, namun secara umum tidaklah mengganggu pelaksanaan kegiatan
fisik di lapangan.
Adapun rincian target dan realisasi belanja pelayanan publik yang di rinci
V -17
Tabel 5.12. :
Target dan Realisasi Belanja Negara Pelayanan Publik Kabupaten Batang Hari
1 Belanja administrasi Umum 111.484.841.357 101.814.386.921 9130
2 Belanja Operasi dan Pemeliharaan
43.986.499.540 31637.174.168 7190
3 Belanja Modal 80.668.665.844.85 73337.980.886 90,90
4 Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
17686.000.000 16.709.422.350 94,50
5 Pengeluaran Tidak Tersangka 2.930.151.650,31 - -
Jumlah 256.760.158.392,16 223.498964.325 87,00
Sumber; Bagian Keuangan Setda Kabupaten Batang Hari, 2007
Berdasarkan Tabel 5.12. bahwa ada lima jenis Belanja pelayanan publik
antara lain belanja admininistrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan,
belanja modal, belanja bagi hasil dan bantuan dana yang tidak tersangka. Secara
umum, realisasi pelaksanaan belanja Publik terealisasi sebesar Rp.
223.498.964.3625,- atau 87% dan target Rp. 256.760.158.392,16,-.
Sedangkan secara prosentase dan nominal realisasi pengeluaran belanja
administrasi umum merupakan yang paling besar yaitu Rp. 101.814.386.921,-
diikuti dengan belanja modal yaitu pada urutan kedua yaitu sebesar Rp.
73.337.980.886,-.
5.3.3. Pembiayaan
Dalam Tahun Anggaran yang beda 2006 pembiyaaan yang beda terdiri dari
pembiyaan penerimaan dan Pengeluaran Daerah,Perincian lebih lanjut tentang
jumlah dan pembiayaan daerah adalah realisasi jumlah pembiayaan penerimaan
dareh dalm Anggaran 2006 yang diperoleh dari realisasi sisa lebih
perhitunganTahun Anggaran 2005 yaitu sebesar Rp.42.131.023.089,87,
Sedangkan realisasi pembiayaan pengeluaran yaitu berupa penyertaan modal
kepada PDAM tirta batang Hari sebesar Rp.1.283.539.000,-dan pembayaran
V -18
5.3.4. Efesiensi Pengelolaan Keungan Dan Sisa Pengeluaran.
Dilihat dari hasi sisi pengeluaran daerah yang tergambar dalam belanja
APBD Kabupaten Batang Hari selama Tahun 2006, memperlihatkan adanya
penghematan. Kondisi yang mengindikasikan bahwa selama periode tersebut telah
terjadi efisiensi belanja daerah. Gambaran mengenai efisiensi belanja aparatur
daerah (pengeluaran rutin) maupun belanja daerah pelayanan publik (pengeluaran
pembangunan) dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13. :
Efisiensi Pengelolaan Pengeluaran Daerah Periode 2005-2006
Tahun Realisasi Penerimaan
Realisasi Efisiensi
BAD BPP R* P*
2005 254.513.517.165.,84 68.251.114.171.,00 176.322.620.761,00 26,82 69,28
2006 362.455.726.702,73 81.193.883.043,50 223.498.964.325,00 22,40 6166
*R= efisiensi Belanja Aparatur Daerah (BAD) P* Efisiensi Belanja Pelayanan Publik (BPP)
Berdasarkan Tabel 5.13. diatas dapat diketahui efisiensi pengelolaan
keuangan daerah di provinsi Jambi selama periode 2005-2006, baik dari sisi
Belanja Aparatur Daerah maupun dari sisi Belanja Pelayanan Publik, yang
pengukurannya dilakukan berdasarkan perbandingan antara realisasi penerimaan
daerah realisasi Belanja Aparatur Daerah dan Belanja Pelayanan Publik.
Secara rinci mengenai kinerja pengelolaan keungan daerah dapat disajikan
dalam Tabel 5.14.
Tabel 5.14. :
Kriteria Efisiensi Pengelolaan Pengeluaran Daerah Periode 2005-2006
Tahun
Efisiensi(%) Kriteria
R* P* R* P*
2005 26,82 69,28 Sangat Efisien Efisien 2006 24,40 61,66 Sangat Efisien Efisien
Sumber;Bagian Keuangan Setda Kabupaten Batang Hari,2007(diolah)
Secara rata-rata pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Batang Hari
selama periode 2005-2006,dilihat dari sisi Belanja Aparatur Daerah dan Belanja
V -19 pelayanan publik. Pada Tahun 2006 belanja Aparatur daerah tingkat efisiensi
pengelolaan keuangan daerah 22,40%, lebih kecil dibandingkan tingkat efisiensi
Pada Tahun 2005 yang berkisar 26,82%, yang berarti dikatagorikan dalam tingkat
efisien.Sedangkan untuk belanja pelayanan publik pada Tahun 2006 sebesar
61,66% lebih kecil dibandingkan dengan Tahun 2005 yang hanya 69,28% dari sisi
tingkat efisiensinya dikatagorikan pada efisien.
Kondisi ini mencerminkan bahwa dalam pengelolaan keuangan daerah di
Kabupaten Batang Hari selama periode tersebut telah mampu melakukan
berbagai penghematan dan menekan berbagai pengeluaran yang bermamfaat bagi
kepentingan masyarakat didaerahn ini. Keberhasilan ini bukan saja hasil kerja
orang-perorang yang melakukan pengelolaan keuangan daerah,akan tetapi juga
dilakukan oleh semua elemen terkait, mulai dari Aparatur yang mengelola belanja
sampai pada DPRD Kabupaten Batang Hari serta masyarakat.
5.3.5. Permasalahan Dan Solusi
Dalam Belanja daerah, permasalahan yang masih dirasakan adalah
perubahan-perubahan aturan pengelolaan keuangan seperti perubahan Keppres 80
pada Tahun 2003 serta penyesuaian pengelolaan keuangan berdasarkan
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002. Sehingga waktu yang tersisa tidak cukup
merealisasikan sejumlah kegiatan fisik. Hal inilah yang menjadi salah satu
penyebab tidak tercapainya target belanja daerah. Namun demikian, tidak
tercapainya target belanja daerah bukan berarti bahwa Pemerintah Batang Hari
tidak mampu melaksanakan kegiatan sebagaiman mestinya, tatapi hal tersebut
juga disebabkan oleh berbagai efisiensi terhadap pengeluaran yang benar-benar
bermanfaat dibutuhkan dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas
pemerintahan dan pembangunan daerah. Dengan demikian sisa hasil pengeluaran
tersebut dapat dijadikan pemasukan bagi penerimaan daerah, untuk kemudian
dialokasikan lagi pada berbagai kegiatan pada tahun yang akan datang.
5.4. Aspek Keuangan Daerah Dalam Pelaksaaan Rencana
Sumber-sumber pembiayaan yang diperlukan dalam rangka pembangunan
bisa berasal dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten
atau, Bantuan Luar Negeri, Swasta, dan Swadaya Masyarakat.
Sumber pendapatan pemerintah kabupaten dapat dikelompokkan kedalam
V -20
subsidi pemerintah, instansi yang lebih tinggi dan pendapatan daerah. Sedangkan
penerimaan pembangunan berasal dari subsidi pemerintah atau instansi yang
lebih tinggi dan pinjaman daerah.
Gambar 5.1. :
Aspek Keuangan Pemerintah Daerah
Sumber dana yang potensial bagi kabupaten adalah Pendapatan Asli daerah
(PAD), mengingat hanya sektor inilah sumber dana yang bisa ditingkatkan lebih
lanjut. Dalam pembiayaan pembangunan kota, selain mengandalkan Pendapatan
Asli Daerah juga harus diupayakan agar masyarakat terus berpartisipasi
membiayai pembangunan kotanya.
Pendapatan Pemerintah Kabupaten Batang Hari, sumber-sumbernya secara
umum berasal dari :
a.
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu.b.
Pendapatan Asli Daerah, yang meliputi : Pajak Daerah.
Retribusi Daerah.
Hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
V -21 c. BBaaggiiHHaassiillPPaajjaakkaattaauuBBuukkaannPPaajjaakkyyaannggtteerrddiirriiddaarriippooss--ppooss::
Sumbangan.
Bantuan.
d. PPeenneerriimmaaaannPPeemmbbaanngguunnaannyyaannggmmeelliippuuttii::
Pinjaman Pemerintah Daerah.
Pinjaman untuk Badan Usaha Milik Pemerintah.
a. Perjanjian Penerusan Pinjaman (SLA)
SLA (Subsidiary Loan Agreement) terdiri atas dana dari Bank Dunia, ADB dan berbagai sumber dana bilateral yang dipinjam oleh Pemerintah Indonesia
dengan jaminan mengikat dalam mata uang asing. Dana-dana ini dipinjamkan ke
PEMDA atau BUMD dalam satuan uang rupiah dengan tingkat bunga yang
disubsidi. Dalam SLA tersedia bagi PEMDA dan BUMD untuk digunakan dalam
pembiayaan investasi prasarana perkotaan terpadu, dengan adanya program P3KT
sejak pertengahan tahun 1980 dan telah menjadi sumber utama dari pinjaman
Pemda atau BUMD. SLA dimaksudkan untuk mendorong PEMDA atau BUMD agar
lebih tertarik dan memiliki pengalaman dalam menggunakan pendekatan ” Pay as
you use ”. Selanjutnya SLA secara berangsur akan berkurang sehingga tingkat suku bunga akan mendekati tingkat suku bunga pusat.
b. Rekening Pembangunan Daerah (RPD)
Mekanisme RPD diperkenalkan sebagai Rekening Departemen Keuangan
yang dimaksudkan untuk memberikan alternatif sumber dana jangka panjang
yang lebih luas untuk proyek-proyek PEMDA dan BUMD. Pinjaman RPD lebih
cepat dan fleksibel untuk proyek individu dan berpotensi mendatangkan
penghasilan (cost recovery). Bagaimana pun, karena alokasi dari dana RPD masih terbatas dan terkait dengan anggaran tahunan, akan memakan waktu kurang lebih
2 tahun untuk menjamin pembiayaan melalui RPD.
RPD dilayani melalui anggaran negara atau APBN, dari pinjaman Pemerintah
Indonesia baik dari sumber dana bilateral maupun multirateral dan dari
pembayaran kembali SLA. Dana-dana ini kemudian dipinjamkan kepada Pemda
atau BUMD dalam
V -22
c. Kerjasama Pemerintah – Swasta
Adalah suatu bentuk partisipasi pihak swasta dalam bidang penyediaan
prasarana perkotaan dan pelayanan yang memerlukan investasi sektor swasta
dalam jumlah besar (misalnya BOO, BOT, konsesi dan perjanjian penyewaan
peralatan atau leasing). Metode ini melibatkan biaya modal tertinggi dikarenakan
menggunakan gabungan modal dan dana pinjaman berdasarkan tingkat bunga
pasar. Hal ini menyebabkan tingginya biaya modal dibandingkan sumber-sumber
lain walaupun ini mungkin akan lebih dari cukup untuk mengimbangi peningkatan
efisiensi pelaksanaan proyek oleh pihak swasta melalui perbaikan teknologi dan
kemampuan manajemen yang berorientasi bisnis.
d. Obligasi Pendapatan
Meskipun masih dalam tahap uji coba, obligasi pendapatan masuk dalam
salah satu program yang diperkenalkan kepada PEMDA dan BUMD. Obligasi
adalah instrumen hutang yang dapat diterbitkan oleh PEMDA dan BUMD secara
langsung kepada investor pasar modal berdasarkan aturan, prosedur dan
pengawasan dari BAPEPAM. Obligasi memuat persyaratan pinjaman dari investor
pasar modal kepada PEMDA atau BUMD, termasuk jumlah obligasi, tingkat bunga,
jadwal pembayaran kembali, jaminan, dan lain-lain yang dapat disesuaikan untuk
investasi proyek tertentu. Jika suku bunga obligasi berada pada nilai pasar, nilai
jual untuk obligasi berada pada nilai pasar, nilai jual untuk obligasi berada
dibawah biaya modal baik untuk Kerjasama Pemerintah - Swasta atau pinjaman
komersil. Secara umum suku bunga obligasi sangat bersaing dalam tingkat suku
bunga pinjaman untuk penerbitan obligasi dalam jumlah cukup besar, karena
langsung berhubungan dengan investor, sehingga akan memotong fungsi Bank
komersial sebagai pihak penengah dalam proses tersebut. Ini cukup penting di
Indonesia dimana marjin Bank komersial cukup tinggi. Waktu yang diperlukan
untuk penyiapan pembiayaan obligasi berkisar antara 6 bulan sampai 1 tahun bagi
PEMDA atau BUMD yang memiliki kemampuan untuk meminjam dengan proyek
yang dinilai layak atau feasible.
e. Peminjam Komersial
Peminjam komersial, khususnya yang berasal dari Bank Pembangunan
Daerah (BPD) sudah cukup dikenal oleh PEMDA atau BUMD untuk menutupi
V -23 pengambilan yang tinggi, seperti penyambungan air di kompleks perumahan
mewah. Tingkat bunga yang tinggi dan masa yang pendek menjadikan peminjam
komersil untuk proyek investasi besar kurang layak, kecuali sebagai instrumen
jangka pendek yang menjembatani sampai pembiayaan jangka panjang dapat
diperoleh.
5.5. Prioritas Pembangunan
Pengembangan kawasan rencana didasarkan pada sektor dan sub sektor yang
perlu diprioritaskan pelaksanaannya. Ditinjau terhadap urgensi dan tingkat
permasalahannya, prioritas rencana pembangunan disusun berdasarkan urutan
sebagai berikut :
1. Pembangunan Mendesak ;
Yaitu pembangunan sektor dan sub sektor guna menanggulangi masalah utama
yang menyebabkan masalah lainnya. Bila tidak segera ditanggulangi akan
menimbulkan masalah lebih besar dan semakin sulit diatasi.
2. Pembangunan yang Diprioritaskan ;
Yaitu pembangunan sektor dan sub sektor yang diharapkan dapat
menggerakkan mekanisme percepatan pertumbuhan dan perkembangan sektor
utama wilayah dan kawasan rencana yang berdampak positif. Hal ini meliputi
perdagangan, fasilitas pendidikan, kesehatan dan perhubungan.
3. Pembangunan Strategis :
Yaitu pembangunan sektor dan sub sektor penting yang memberikan implikasi
struktural dalam jangka panjang sesuai dengan tujuan pembangunan
masyarakat adil dan makmur. Hal ini meliputi fasilitas, penertiban penggunaan
tanah dan bangunan, pengadaan utilitas yang memadai, dan lain-lain.
4. Pembangunan Pelengkap
Y
Yaaiittuuppeemmbbaanngguunnaannsseekkttoorrddaannssuubbsseekkttoorryyaannggttiiddaakkbbeerrssiiffaattkkeebbuuttuuhhaannddaassaarr,,
t
teettaappiiddiippaannddaannggppeerrlluuuunnttuukkddiibbaanngguunnsseessuuaaiiddeennggaannkkeemmaammppuuaannddaannppootteennssii
w
wiillaayyaahh.. HHaal l iinnii mmeelliippuuttii,, ffaassiilliittaass rreekkrreeaassii,, ppeemmbbaanngguunnaann ppuussaatt kkeeggiiaattaann
o
ollaahhrraaggaaddaannppeemmbbaanngguunnaannppuussaattkkeeggiiaattaannmmaassyyaarraakkaatt..
5.6. Indikasi Program Pembangunan
Indikasi program pembangunan adalah penetuan prioritas pelaksanaan
pembangunan dalam suatu tahapan pembangunan. Urutan atau prioritas
V -24
a) Adanya keterbatasan dana pembangunan yang tersedia pada setiap tahap
pembangunan.
b) Adanya komponen kawasan yang mempunyai efek ganda cukup besar untuk
mengarahkan perkembangan wilayah perencanaan sesuai dengan struktur
yang direncanakan, misalnya jaringan jalan.
c) Jumlah ambang batas penduduk yang ada untuk mendukung keberadaan
suatu komponen pengembangan, macam dan jenis fasilitas pelayanan
lingkungan.
Tidak semua fasilitas yang direncanakan akan dibangun, karena ada
beberapa dasar pertimbangan dalam penentuan program yang akan dilaksanakan.
Pertimbangan tersebut antara lain:
Adanya keterbatasan dana yang tersedia
Adanya prasarana yang sudah terbangun atau telah ada sebelumnya yang
masih bisa dimanfaatkan
Adanya permasalahan yang sifatnya mendesak untuk dilaksanakan
Berdasarkan pertimbangan diatas maka dapat disusun urutan prioritas
pelaksanaan pembangunan sebagai berikut:
1. Pembangunan mendesak
a) Pengamanan pada kawasan perencanaan untuk menghindari
berdirinya bangunan baru yang tidak sesuai dengan perencanaan.
Terutama pada kawasan-kawasan kritis (misalnya di sepanjang
sempadan sungai, dibawah jalur SUTT).
b) Pembebasan lahan untuk pembangunan jaringan jalan terutama jalan
penghubung antar kawasan
2. Pembangunan yang diprioritaskan
a) Peningkatan fungsi jalan dan pembangunan jalan baru beserta fasilitas
penunjangnya
b) Sasaran pembangunan baru diarahkan pada kawasan strategis
c) Penetapan batas lahan sempadan sungai, DAMIJA, DAWASJA
3. Pembangunan strategis
Pengembangan sistem fasilitas dan utilitas kawasan perencanaan
Penertiban tanah dan bangunan
Pengadaan fasilitas pelayanan terutama pada pusat unit lingkungan
V -25
Penyediaan pelayanan jaringan utilitas terutama pada kawasan baru
5.7. Aspek Kelembagaan
Penyelenggaraan pembangunan di wilayah perencanaan tentunya tidak
dapat berjalan dan dikelola oleh suatu badan usaha atau lembaga pemerintah saja,
namun juga melibatkan masyarakat maupun swasta. Keikutsertaan badan atau
lembaga lain akan mampu membawa dampak positif terhadap pelaksanaan,
pengelolaan dan pengawasan program pembangunan agar mencapai hasil yang
lebih optimal. Adanya lembaga atau organisasi yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pembangunan tersebut perlu didukung oleh mekanisme kerja dan
penugasan yang terkoordinir dalam rangkaian proses perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian pembangunan.
Mekanisme pengaturan dalam proses pemanfaatan ruang atau perijinan
akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana tata
ruang. Perijinan pemanfaatan ruang dalam kegiatan pembangunan di wilayah
perencanaan berada dibawah kewenangan Bupati, akan tetapi dalam
pelaksanaannya akan dibantu oleh Dinas atau Instansi terkait dengan
pengendalian pembangunan.
5.8. Peran Serta Masyarakat
Setelah Rencana ini disahkan melalui Keputusan Bupati atau Peraturan
Daerah (PERDA), maka RIPJM Bidang PU / Cipta Karya ini siap diimplementasikan
dan menjadi dokumen perencanaan yang harus dijadikan pegangan acuan bagi
masyarakat dan Pemerintah Kabupaten dalam melakukan berbagai kegiatan
pembangunan di kawasan perencanaan. Untuk memperoleh efektifitas dalam
implementasi RIPJM Bidang PU / Cipta Karya, maka dibutuhkan peran serta
masyarakat, baik dalam pelaksanaan maupun pengendaliannya.
Dalam hal ini pengertian masyarakat adalah orang per orang (individu),
keluarga, lembaga yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
perguruan tinggi dan pengusaha. Peran serta masyarakat dalam penataan jaringan
jalan, tidak hanya diwujudkan dalam kegiatan penyampaian aspirasi dan informasi
pada tahap penyusunan RIPJM Bidang PU / Cipta Karya.
Peran serta masyarakat tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk sebagai
berikut :
V -26
2. Melakukan persiapan-persiapan untuk mendukung upaya mewujudkan
rencana penataan kawasan seperti yang termuat dalam RIPJM Bidang PU /
Cipta Karya.
3. Memanfaatkan RIPJM Bidang PU / Cipta Karya sebagai acuan atau pedoman
dalam melakukan kegiatan pembangunan fisik.
4. Memanfaatkan RIPJM Bidang PU / Cipta Karya sebagai pedoman dalam
melakukan kegiatan investasi.
5. Melakukan kontrol terhadap berbagai bentuk pembangunan fisik yang
dilakukan di wilayah perencanaan.
6. Memenuhi ketentuan pembangunan yang termuat dalam dokumen RIPJM