• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Persiapan Penelitian. populasi yang sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Persiapan Penelitian. populasi yang sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

54

A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian

Orientasi kancah penelitian merupakan istilah yang merujuk pada lokasi tempat dilaksanakannya penelitian. Pemahaman mengenai kancah atau lokasi penelitian merupakan salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan. Penentuan tempat penelitian disesuaikan dengan populasi yang sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti.

Penelitian ini mengambil tempat penelitian di Kota Malang. Kota Malang merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 90 km sebelah selatan Surabaya dan merupakan kota terbesar di kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Kota Malang berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, dan seluruh wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Malang. Luas wilayah kota Malang adalah 252,10 km2. Berdasarkan rekapitulasi penduduk Kota Malang Tahun 2013, kota yang memiliki 5 kecamatan dan 57 kelurahan ini berpenduduk sebanyak 883.810 jiwa.

Kota Malang merupakan salah satu kota dengan perkembangan cover

dance K-pop yang cukup pesat di Indonesia. Cover dance K-pop pada

awalnya mulai muncul dan dikenal di Kota Malang pada tahun 2009, ketika dilaksanakannya gathering ELF (everlasting friends) yang merupakan fans

(2)

dari boyband asal Korea Selatan, Super Junior. Gathering ELF pada saat itu merupakan gathering fans K-pop terbesar yang diadakan di Kota Malang. Pada gathering itu tampil beberapa orang yang melakukan cover dance dari

boyband Super Junior. Cover dancer yang tampil tersebut mempunyai nama grup SBSquad, yang kemudian berkembang menjadi sebuah manajemen cover dance dan cover sing K-pop yang bernama SBSquad Entertainment hingga sekarang.

SBSquad rutin melaksanakan beberapa event K-pop setiap tahunnya sejak tahun 2010. Pada event-event K-pop tersebut pasti terdapat penampilan dari cover dance dan juga tidak jarang terdapat cover dance competition. Semakin banyaknya penggemar K-pop dan semakin banyaknya cover dance

competition, maka beberapa manajemen dari cover dance grup mulai

bermunculan antara lain seperti History Maker, Global Seiren Academy, Papi Kuma Entertainment, All Star Management, dan Fox Class Entertainment.

2. Persiapan Alat Ukur

Sebelum melakukan penelitian, hal yang dipersiapkan adalah alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam skala sikap, yaitu skala eksistensi diri, skala harga diri, dan skala penerimaan sosial.

a. Skala eksistensi diri

Skala eksistensi diri digunakan untuk mengukur tingkat eksistensi diri yang dirasakan oleh subjek. Skala eksistensi diri dimodifikasi oleh

(3)

peneliti dari the existance scale Langle dkk.(2003) dengan melakukan alih bahasa. Skala eksistensi diri ini berdasarkan aspek eksistensi diri yang terdiri dari perception, recognition of values, freedom, dan responsibility. Skala eksistensi diri ini terdiri atas 46 aitem, masing-masing terdiri atas 5 aitem favorable dan 41 aitem unfavorable.

Skala eksistensi diri ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4, 3, 2, 1, sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1, 2, 3, 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat eksistensi diri yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya.

b. Skala harga diri

Skala harga diri digunakan untuk mengukur tingkat harga diri yang dirasakan oleh subjek. Skala harga diri disusun oleh peneliti menggunakan aspek-aspek Coopersmith (1967), yang meliputi power, significance, virtue

dan competence. Skala harga diri ini terdiri atas 40 aitem, masing-masing terdiri atas 20 aitem favorable dan 20 aitem unfavorable.

Skala harga diri ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4, 3, 2, 1,

(4)

sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1, 2, 3, 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat harga diri yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya.

c. Skala penerimaan sosial

Skala penerimaan sosial digunakan untuk mengukur tingkat penerimaan sosial yang dirasakan oleh subjek. Skala penerimaan sosial dimodifikasi oleh peneliti dari perceived acceptance scale Brock dkk. (1998) dengan melakukan alih bahasa. Skala penerimaan sosial ini berdasarkan aspek penerimaan sosial yang terdiri dari perceived acceptance of father, perceived acceptance of mother, perceived acceptance of family dan

perceived acceptance of friends. Skala penerimaan sosialini terdiri atas 44 aitem, masing-masing terdiri atas 24 aitem favorable dan 20 aitem

unfavorable.

Skala penerimaan sosial ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4, 3, 2, 1, sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1, 2, 3, 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat penerimaan sosial yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya.

(5)

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Penentuan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah cover dancer boyband dan

girlband Korea yang aktif melakukan kegiatan cover dance minimal setahun, berada dalam rentang usia 18-25 tahun dan berada di Kota Malang saat penelitian dilakukan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik incidental sampling, karena sampel yang representatif dalam penelitian ini diambil secara kebetulan, yaitu mendatangi tempat latihan atau basecamp dari masing-masing dancer cover dan memberikan print out skala pada dancer cover yang ditemui. Roscoe (dalam Sugiyono, 2012), berpendapat bahwa dalam penelitian yang melakukan analisis multivariat (korelasi atau regresi berganda), jumlah minimal anggota sampel adalah 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Penelitian ini memiliki tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung, maka jumlah anggota sampel yang diperlukan adalah sebanyak minimal 30 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 85 orang.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian menggunakan uji-coba terpakai, yaitu skala hanya satu kali disebar dan diuji cobakan kepada responden. Penentuan pengumpulan data dengan cara ini terkait dengan jumlah cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang tidak diketahui dengan pasti jumlah populasinya dan adanya keterbatasan waktu. Uji-coba terpakai

(6)

memiliki kelemahan, diantaranya tidak dapat menghindari aitem-aitem yang kurang jelas maksudnya, tidak dapat memperbaiki aitem yang menghasilkan jawaban yang dangkal, dan tidak dapat menghilangkan aitem yang tidak relevan dengan tujuan penelitian.

Pengumpulan data penelitian dilakukan sejak tanggal 8 Maret 2016 hingga 20 Maret 2016 dengan cara mendatangi tempat latihan atau basecamp

dari masing-masing manajemen atau grup cover dancer boyband dan girlband

Korea yang ada di Kota Malang. Peneliti memberikan print out skala pada

cover dancer yang sesuai dengan kriteria yang ditemui pada saat itu. Peneliti juga menyediakan skala online untuk cover dancer yang tidak dapat ditemui secara langsung. Pada tanggal 20 Maret 2016 peneliti menemui responden dan mengumpulkan data pada acara Love Parade White Day K-pop Cover Competition. Pada acara tersebut terdapat cover dancer competition, sehingga peneliti dapat bertemu responden yang sesuai dengan kriteria. Jumlah respons yang diterima oleh peneliti sebanyak 93. Setelah dilakukan pemeriksaan, sebanyak 85 respons layak dianalisis, sedangkan 8 respons tidak memenuhi kriteria subjek penelitian.

3. Pelaksanaan Skoring

Data yang terkumpul dan memenuhi kriteria selanjutnya dilakukan skoring atau penilaian pada jawaban masing-masing responden sesuai dengan kriteria skoring yang telah ditentukan. Kriteria skor skala eksistensi diri, skala harga diri, dan skala penerimaan sosial bernilai sama, disesuaikan dengan

(7)

kategori aitem, favorable dan unfavorable. Kriteria skor tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 5

Kriteria Skoring Skala

Kategori Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

4. Validitas dan Reliabilitas

Data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui validitas tiap aitem dan reliabilitas dari ketiga skala penelitian. Uji validitas muka (face validity) dilakukan berdasarkan professional judgment, yang dilakukan oleh pembimbing sebagai pihak yang berkompeten. Selanjutnya, pengujian validitas pada ketiga skala menggunakan teknik pengujian Bivariate Pearson atau yang sering disebut sebagai korelasi

Product Momen Pearson yang menggunakan program Statistical Product and

Service Solution (SPSS) versi 20 untuk mempermudah pengolahan data. Pengujian validitas menggunakan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut (Priyatno, 2008):

a. Jika r hitung r tabel maka aitem-aitem pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

b. Jika r hitung r tabel maka aitem-aitem pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

(8)

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur. Pengujian reliabilitas skala penelitian ini menggunakan formula Cronbach’s

Alpha dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00 (Azwar, 2013). Batasan reliabilitas penelitian ini menggunakan pendapat Sekaran (dalam Priyatno, 2008), yaitu koefisien reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik.

a. Skala eksistensi diri

Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan nilai korelasi antara skor aitem dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (N) = 85, diperoleh nilai r tabel sebesar 0,2133. Hasil perbandingan nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 46 aitem yang dianalisis, terdapat sembilan aitem yang nilainya kurang dari 0,2133, yaitu aitem nomor 2, 3, 5, 7, 23, 26, 34, 36, dan 43, sehingga dapat disimpulkan bahwa aitem tersebut tidak valid. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala eksistensi diri yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(9)

Tabel 6

Distribusi Aitem Skala Eksistensi Diri yang Valid dan Gugur No Aspek Indikator Perilaku

Nomor Aitem

Fav Unfav

Valid Gugur Valid Gugur

1 Perception

Mengumpulkan

informasi yang relevan dan mengenal kondisi dan keadaan dari situasi

- - 19 -

Mempersepsikan objek duniawi sebagaimana adanya (bukan secara esensi, namun dalam pengertian yang dapat dikomunikasikan). - - - 3, 5, 43 Selalu menemukan fakta dan kemungkinan-kemungkinan yang realistis. - - 32, 40,42, 44 - 2 Recognition of values Memahami hubungan kualitatif antar objek duniawi dan antara objek duniawi dengan dirinya sendiri 21 - 12, 14, 27, 33, 35, 41 - Mengembangkan lebih

banyak prioritas tujuan yang bermakna

- 2, 36 4, 11,

13, 45 34

3. Freedom

Sadar dengan pilihan dan konsekuensi yang diambil.

- - 9, 10,

24, 31 - Kemampuan dalam

menentukan sikap terhadap dirinya sendiri dan dunianya. 15 26 17, 18, 28, 46 23 4. Responsibility Menempatkan sebuah keputusan ke dalam tindakan. - - 1, 6, 8, 16, 20, 22, 25, 29, 30, 37, 38, 39 7 2 3 35 6

(10)

Hasil pengujian reliabilitas skala eksistensi diri menunjukkan nilai Alpha sebesar 0,889. Hal ini menunjukkan bahwa skala eksistensi diri dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

b. Skala harga diri

Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan nilai korelasi antara skor aitem dan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (N) = 85, diperoleh nilai r tabel = 0,2133. Hasil perbandingan nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 40 aitem yang dianalisis, terdapat lima aitem yang nilainya kurang dari 0,2133, yaitu aitem nomor 16, 23, 28, 36 dan 39, sehingga dapat disimpulkan bahwa aitem tersebut tidak valid. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala harga diri yang valid dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(11)

Tabel 7

Distribusi Aitem Skala Harga Diri yang Valid dan Gugur No Aspek Indikator Perilaku

Nomor Aitem

Fav Unfav

Valid Gugur Valid Gugur

1 Power

Mempunyai kontrol diri

yang baik 9, 31 - 10, 40 -

Memiliki semangat yang tinggi dalam menjalani kehidupan

8 - 27 -

Mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri.

11, 32 - 7 39

2 Significance

Merasa memperoleh penerimaan dari orang lain.

22, 33 28 6, 12 - Merasa puas dengan

hidup yang dijalani 5, 34 -

4, 21,

35 -

3. Virtue

Bersikap sesuai norma

yang berlaku. 13 23, 36

3, 14,

38 -

Merasa dapat menjadi panutan yang baik untuk orang lain

15, 29 - 20, 24 -

4. Competence

Memiliki perasaan bahwa dirinya berprestasi 2, 19, 30 - 25, 37 16 Mempunyai keyakinan untuk sukses 1, 17 - 18, 26 - 17 3 18 2

Hasil pengujian reliabilitas skala harga diri menunjukkan nilai Alpha sebesar 0,859. Hal ini menunjukkan bahwa skala harga diri dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian. c. Skala penerimaan sosial

Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan nilai korelasi antara skor aitem dan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (N) = 85, diperoleh nilai r tabel = 0,2133. Hasil perbandingan

(12)

nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 44 aitem yang dianalisis, terdapat tiga aitem kurang dari 0,2133, yaitu aitem nomor 13, 17 dan 25, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga aitem tersebut tidak valid. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala harga diri yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8

Distribusi Aitem Skala Penerimaan Sosial yang Valid dan Gugur

No Aspek Indikator Perilaku

Nomor Aitem

Fav Unfav

Valid Gugur Valid Gugur 1. Perceived Acceptance of Father Merasa mendapat kepedulian dan

penghargaan dari ayah.

16,20, 24,28, 36,40 - 4, 8,12, 32 - 2. Perceived Acceptance of Mother Merasa mendapat kepedulian dan penghargaan dari ibu.

6, 10, 14, 22, 34, 38 - 2, 18, 26, 30 - 3. Perceived Acceptance of Family Merasa mendapat kepedulian dan

penghargaan dari keluarga secara keseluruhan. 7, 11, 23, 27, 31, 35 - 3, 15, 19, 39, 41, 42 - 4. Perceived Acceptance of Friends Merasa mendapat kepedulian dan

penghargaan dari teman-teman. 1, 9, 44 13,17, 25 5, 21, 29, 33, 37, 43 - 21 3 20 0

Hasil pengujian reliabilitas skala penerimaan sosial menunjukkan nilai Alpha sebesar 0,950. Hal ini menunjukkan bahwa skala penerimaan sosial dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

(13)

C. Analisis Data Penelitian

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (harga diri dan penerimaan sosial) dengan variabel tergantung (eksistensi diri). Perhitungan analisis data dilakukan setelah syarat uji asumsi, baik uji asumsi dasar maupun klasik terpenuhi. Uji asumsi dasar terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas, sedangkan uji asumsi klasik terdiri dari uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Perhitungan analisis data dalam penelitian ini menggunakan program Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 20.

1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji normalitas data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan

uji One Sample Kolmonogrov-Smirnov dengan menggunakan taraf

signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05 (Priyatno, 2008). Hasil perhitungan uji normalitas penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:

(14)

Tabel 9 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Eksistensi Diri Harga Diri Penerimaan Sosial N 85 85 85 Kolmogorov-Smirnov Z .487 .606 .591 Asymp. Sig. (2-tailed) .972 .856 .876

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 9, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi eksistensi diri sebesar 0,972, harga diri sebesar 0,856, dan penerimaan sosial sebesar 0,876. Nilai signifikansi ketiga variabel lebih besar dari 0,05 (p-value > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data ketiga variabel penelitian ini berdistribusi normal.

b. Uji linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujian linearitas dalam penelitian ini menggunakan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear jika signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05. Hasil perhitungan uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut:

(15)

Tabel 10

Hasil Uji Linearitas antara Eksitensi Diri dan Harga Diri

ANOVA Table

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 10, diketahui nilai signifikansi (linearity) antara eksistensi diri dan harga diri sebesar 0,000. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p-value < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel eksistensi diri dan harga diri terdapat hubungan yang linear.

Tabel 11

Hasil Uji Linearitas antara Eksistensi Diri dan Penerimaan Sosial

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Eksistensi Diri * Harga Diri Between Groups (Combined) 7271.760 32 227.242 2.436 .002 Linearity 4806.768 1 4806.768 51.526 .000 Deviation from Linearity 2464.992 31 79.516 .852 .679 Within Groups 4851.017 52 93.289 Total 12122.776 84 ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Eksistensi Diri * Penerimaan Sosial Between Groups (Combined) 8893.226 46 193.331 2.275 .005 Linearity 1639.148 1 1639.148 19.287 .000 Deviation from Linearity 7254.078 45 161.202 1.897 .023 Within Groups 3229.550 38 84.988 Total 12122.776 84

(16)

Selanjutnya, pada tabel 11, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (linearity) antara eksistensi diri dan penerimaan sosial sebesar 0,000. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p-value < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel eksistensi diri dan penerimaan sosial terdapat hubungan yang linear.

c. Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya adanya hubungan linear antar variabel bebas dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan nilai variance inflation factor (VIF) (Priyatno, 2008). Menurut Santoso (dalam Priyatno, 2008), pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel lainnya. Hasil uji multikolinearitas disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 12

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Harga Diri .741 1.349 Penerimaan Sosial .741 1.349 a. Dependent Variable: Eksistensi Diri

(17)

Berdasarkan perhitungan pada tabel 12, dapat diketahui nilai

variance inflation factor (VIF) kedua variabel, yaitu harga diri dan penerimaan sosial adalah 1,349 lebih kecil dari 5 (VIF < 5), sehingga dapat disimpulkan bahwa antarvariabel bebas dalam penelitian ini tidak terjadi persoalan multikolinearitas.

d. Uji otokorelasi

Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya otokorelasi dalam model regresi. Uji otokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Priyatno, 2008):

a) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), maka terdapat otokorelasi.

b) Jika DW terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak terdapat otokorelasi.

c) Jika DW terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

(18)

Tabel 13. Hasil Uji Otokorelasi

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson dimension .632a .400 .385 9.422 2.258

a. Predictors: (Constant), Penerimaan Sosial, Harga Diri b. Dependent Variable: Eksistensi Diri

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai DW sebesar 2,258, adapun dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 85, serta k = 2 (k adalah jumlah variabel bebas) diperoleh nilai dL sebesar 1,5995 dan dU sebesar 1,6957 dan nilai (4-dU) adalah sebesar 2,3043. Nilai DW sebesar 2,258 berada pada daerah antara dU dan (4-dU) (1,6957< 2,258< 2,3043), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat otokorelasi.

e. Uji heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas (Priyatno, 2008).

Cara mendeteksi apakah telah terjadi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan membuat plot data antara nilai-nilai prediksi (ZPRED =

Regression Standardized Predicted Value) pada sumbu X dengan nilai residualnya (SRESID = Regression Studentized Predicted Value) pada sumbu Y. Jika dalam plot tidak ada pola yang jelas, seperti

(19)

titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada pola gambar

scatterplot berikut:

Gambar 1.

Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas

B

Berdasarkan pola gambar scatterplot di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda, yaitu hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel bebas

(20)

(X1, X2) dengan variabel tergantung (Y) (Priyatno, 2008). Analisis regresi linear berganda dibantu program Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 20 untuk pengolahan datanya. a. Uji simultan F

Uji simultan F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X1, X2) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung (Y). Prasyarat hasil uji F menunjukkan variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung jika nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan, yaitu p-value <0,05 atau nilai Fhitung> Ftabel. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan) (Priyatno, 2008). Hasil uji F disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 14 Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 4843.527 2 2421.763 27.281 .000a

Residual 7279.250 82 88.771

Total 12122.776 84

a. Predictors: (Constant), Penerimaan Sosial, Harga Diri b. Dependent Variable: Eksistensi Diri

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 27,281 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,000. Nilai Ftabel pada taraf signifikansi 0,05, df 1 (jumlah variabel – 1) = 2, dan df 2

(21)

(n – k – 1) = 82 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel bebas) adalah sebesar 3,11. Nilai Fhitung > Ftabel (27,281 > 3,11) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri.

b. Analisis korelasi ganda (R)

Analisis korelasi ganda (R) digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tergantung secara serentak. Nilai koefisien korelasi ganda (R) pada model summary

menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel bebas secara serentak terhadap variabel tergantung. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah (Priyatno, 2008). Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut (Sugiyono, 2012):

(22)

Tabel 15

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Hasil analisis korelasi ganda (R) untuk penelitian ini dapat dilihat pada output model summary berikut:

Tabel 16

Hasil Analisis Korelasi Ganda

Hasil analisis korelasi ganda yang disajikan dalam outputmodel

summary menunjukkan nilai koefisien R sebesar 0,632. Berdasarkan

pedoman interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (2012), nilai koefisien tersebut berada pada rentang 0,60 – 0,799, yang menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate dimension0

1 .632a .400 .385 9.422

(23)

c. Analisis determinasi (R2)

Analisis determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel tergantung (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel bebas dalam penelitian ini mampu menjelaskan variasi variabel tergantung. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung. Sebaliknya, R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung adalah sempurna (Priyatno, 2008).

Hasil analisis determinasi untuk penelitian ini dapat dilihat pada

output model summary berikut:

Tabel 17

Hasil Analisis Determinasi

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai R2 (R Square) sebesar 0,400 atau 40%. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh variabel bebas (harga diri dan penerimaan sosial) terhadap variabel tergantung (eksistensi diri) sebesar 40% atau variabel bebas (harga diri dan penerimaan sosial) mampu menjelaskan variabel tergantung (eksistensi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

dimension0 1 .632a .400 .385 9.422

(24)

diri) sebesar 40%. Sedangkan sisanya sebesar 60% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang ringkasan data-data penelitian (Priyatno, 2008). Deskripsi data penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 18 Deskriptif Data Empirik

Tabel 19

Deskriptif Data Penelitian

Skala N Data Hipotetik M SD Data Empirik M SD Skor Min Skor Maks Skor Min Skor Maks ED 85 37 148 92.5 18.5 72 133 102.27 12.013 HD 85 35 140 87.5 17.5 73 122 97.95 9.921 PS 85 41 164 102.5 20.5 61 155 118.60 20.479 Keterangan:

ED: Eksistensi Diri PS :Penerimaan Sosial HD: Harga Diri

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Eksistensi Diri 85 61 72 133 102.27 12.013

Harga Diri 85 49 73 122 97.95 9.921

Penerimaan Sosial 85 94 61 155 118.60 20.479

(25)

Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 22, selanjutnya dilakukan kategorisasi responden secara normatif untuk memberikan interpretasi skor pada skala eksistensi diri, harga diri dan penerimaan sosial. Kategorisasi yang digunakan adalah kategori jenjang, tujuannya untuk menempatkan individu dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2013). Kontinum ini akan dibagi menjadi lima kategori pada tiap skala, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kategorisasi responden pada tiap variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 20

Kategorisasi Responden Penelitian

Variabel Kategorisasi Norma Jumlah Responden

Frek % Eksistensi Diri Sangat Rendah 37 X < 59,2 - - Rendah 59,2 X < 81,4 5 5,88% Sedang 81,4 X < 103,6 38 44,71% Tinggi 103,6 X < 125,8 41 48,23% Sangat Tinggi 125,8 X 148 1 1,18% Harga Diri Sangat Rendah 35 X < 56 - - Rendah 56 X < 77 3 3,53% Sedang 77 X < 98 39 45,88% Tinggi 98 X < 119 40 47,06% Sangat Tinggi 119 X 140 3 3,53% Penerimaan Sosial Sangat Rendah 41 X < 65,6 2 2,35% Rendah 65,6 X < 90,2 3 3,53% Sedang 90,2 X < 114,8 34 40% Tinggi 114,8 X < 139,4 29 34,12% Sangat Tinggi 139,4 X 164 17 20%

(26)

Berdasarkan tabel kategorisasi di atas, maka penjelasan untuk tiap kategorisasi skala adalah sebagai berikut:

a. Eksistensi diri

Hasil analisis kategorisasi variable eksistensi diri menunjukkan bahwa 5,88% cover dancer dalam penelitian ini memiliki tingkat eksistensi diri yang rendah, 44,71% memiliki tingkat eksistensi diri yang sedang, 48,23% memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi, dan 1,18% memiliki tingkat eksistensi diri yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum cover dancer boyband

dan girlband Korea dalam penelitian ini memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi.

b. Harga diri

Hasil analisis kategorisasi variabel harga diri menunjukkan bahwa 3,53% cover dancer dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang rendah, 45,88% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 47,06% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, dan 3,53% memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum cover dancer boyband dan girlband Korea dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang tinggi.

c. Penerimaan sosial

Hasil analisis kategorisasi variabel penerimaan sosial menunjukkan bahwa 2,35% cover dancer dalam penelitian ini memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat rendah, 3,53% memiliki tingkat penerimaan

(27)

sosial yang rendah, 40% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang, 34,12% memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi dan 20% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum cover dancer boyband dan

girlband Korea dalam penelitian ini memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang.

4. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif

Sumbangan relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE) memberikan informasi mengenai besarnya sumbangan pengaruh tiap variabel prediktor terhadap variabel kriterium dalam model analisis regresi. Sumbangan relatif menunjukkan besarnya sumbangan suatu variabel prediktor terhadap jumlah kuadrat regresi, sedangkan sumbangan efektif menunjukkan besarnya sumbangan suatu variabel prediktor terhadap keseluruhan efektifitas garis regresi yang digunakan sebagai dasar prediksi. Hasil penghitungan menunjukkan:

a) SR harga diri dengan eksistensi diri adalah sebesar 94,18% dan SR penerimaan sosial dengan eksistensi diri sebesar 5,82%.

b) SE harga diri dengan eksistensi diri sebesar 37,67% dan SE penerimaan sosial dengan eksistensi diri sebesar 2,33%.

c) Total sumbangan efektif harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri sebesar 40% ditunjukkan oleh nilai determinasi ( ) sebesar 0,40.

(28)

5. Analisis Tambahan

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi tentang keterangan jenis kelamin dan lamanya responden menjadi cover dancer. Sebagai data pelengkap, peneliti juga melakukan analisis tambahan dengan melakukan kategorisasi berdasarkan jenis kelamin dan lamanya menjadi cover dancer. Subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 34 cover dancer laki-laki dan 51 cover dancer perempuan. Sedangkan menurut lamanya menjadi

cover dancer, terdapat rentang satu hingga enam tahun. Setelah dilakukan kategorisasi, dilakukan penghitungan t-test untuk mengetahui adanya perbedaan jenis kelamin dan lamanya menjadi cover dancer pada tiap variabel. Selain itu, peneliti juga memasukkan uji korelasi parsial sebagai analisis tambahan.

a. Uji korelasi parsial

Uji korelasi parsial dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dengan mengendalikan atau membuat tetap variabel lainnya yang dianggap berpengaruh. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah (lihat tabel 18 dan 19). Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun) (Priyatno, 2008).

(29)

Hasil uji korelasi parsial pada penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 21

Hasil Uji Korelasi Eksistensi Diri dengan Harga Diri

Berdasarkan tabel di atas, nilai korelasi antara variabel eksistensi diri dengan variabel harga diri yang diperoleh dengan mengendalikan variabel penerimaan sosial adalah sebesar 0,553 (p-value 0,000< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara eksistensi diri dengan harga diri jika tingkat penerimaan sosial tetap. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, artinya semakin tinggi tingkat harga diri, maka semakin meningkatkan eksistensi diri. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel eksistensi diri dengan variabel harga diri.

Correlations

Control Variables Harga

Diri

Eksistensi Diri Penerimaan Sosial Harga Diri Correlation 1.000 .553

Significance (2-tailed) . .000 Df 0 82 Eksistensi Diri Correlation .553 1.000 Significance (2-tailed) .000 . Df 82 0

(30)

Tabel 22

Hasil Uji Korelasi Eksistensi Diri dengan Penerimaan Sosial

Berdasarkan tabel di atas, nilai korelasi antara variabel eksistensi diri dengan variabel penerimaan sosial yang diperoleh dengan mengendalikan variabel harga diri adalah sebesar 0,071 (p-value 0,522> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi hubungan antara eksistensi diri dengan penerimaan sosial jika tingkat harga diri tetap. Nilai signifikansi lebih dari 0,05 menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel eksistensi diri dengan variabel penerimaan sosial.

b. Eksistensi diri

1). Kategorisasi skala eksistensi diri berdasarkan jenis kelamin

Kategorisasi pada skala eksistensi diri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi tingkat eksistensi diri. Kategorisasi skala eksistensi diri berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut:

Correlations

Control Variables Eksistensi

Diri

Penerimaan Sosial Harga

Diri

Eksistensi Diri Correlation 1.000 .071

Significance (2-tailed) . .522 Df 0 82 Penerimaan Sosial Correlation .071 1.000 Significance (2-tailed) .522 . Df 82 0

(31)

Tabel 23

Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Eksistensi Diri Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Kategorisasi Frekuensi Persentase (%) Perempuan (N=51) Sangat Rendah 0 0 Rendah 4 7,84 Sedang 22 43,14 Tinggi 25 49,02 Sangat Tinggi 0 0 Laki-laki (N=34) Sangat Rendah 0 0 Rendah 1 2,94 Sedang 16 47,06 Tinggi 16 47,06 Sangat Tinggi 1 2,94

Berdasarkan kategorisasi responden perempuan pada skala eksistensi diri, dapat diketahui bahwa sebanyak 7,84% perempuan memiliki tingkat eksistensi diri yang rendah, 43,14% memiliki tingkat eksistensi diri yang sedang, dan 49,02% memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden laki-laki pada skala eksistensi diri menunjukkan bahwa sebanyak 2,94% memiliki tingkat eksistensi diri yang rendah, 47,06% memiliki tingkat eksistensi diri yang sedang, 47,06% memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi, dan 2,94% memiliki tingkat eksistensi diri sangat tinggi. Secara umum, responden laki-laki dan perempuan memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi.

(32)

Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 24

Hasil Uji Perbedaan Eksistensi Diri Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin

Berdasarkan data pada tabel 24, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,831 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat eksistensi diri berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar 0,143 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,887. Nilai thitung < ttabel (0,143 < 1,989) dan p-value > 0,05 (0,887> 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat eksistensi diri pada responden laki-laki dan perempuan.

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error Difference Ed Equal variances assumed .046 .831 .143 83 .887 .382 2.675 Equal variances not assumed .142 68.87 9 .888 .382 2.697

(33)

2). Kategorisasi skala eksistensi diri berdasarkan lamanya menjadi cover dancer

Responden dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan lamanya menjadi cover dancer boyband dan girlband Korea. Pengelompokan ini didasarkan pada data responden yang diperoleh, yaitu menjadi cover dancer selama 1-6 tahun, sehingga peneliti membagi lamanya menjadi cover dancer menjadi dua kelompok, yaitu responden dengan menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan 4-6 tahun. Kategorisasi eksistensi diri responden berdasarkan lamanya menjadi cover dancer disajikan pada tabel berikut:

Tabel 25

Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Eksistensi Diri Berdasarkan Lamanya Menjadi Cover Dancer

Lamanya Menjadi

Cover Dancer Kategorisasi Frekuensi

Persentase (%) 1-3 tahun Sangat Rendah 0 0 Rendah 5 9,43 Sedang 23 43,4 Tinggi 25 47,17 Sangat Tinggi 0 0 4-5 tahun Sangat Rendah 0 0 Rendah 0 0 Sedang 15 46,875 Tinggi 16 50 Sangat Tinggi 1 3,125

Berdasarkan kategorisasi responden yang menjadi cover dancer

selama 1-3 tahun pada skala eksistensi diri, dapat diketahui bahwa sebanyak 0% (tidak ada) responden memiliki tingkat eksistensi diri yang sangat rendah dan sangat tinggi, 9,43% memiliki tingkat eksistensi diri

(34)

yang rendah, 43,4% memiliki tingkat eksistensi diri yang sedang, serta 47,17% memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden yang menjadi cover dancer selama 4-6 tahun pada skala eksistensi diri menunjukkan bahwa sebanyak 0% (tidak ada) memiliki tingkat eksistensi diri yang sangat rendah dan rendah, 46,875% memiliki tingkat eksistensi diri yang sedang, 50% memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi, dan 3,125% memiliki tingkat eksistensi diri yang sangat tinggi. Secara umum, responden yang menjadi cover dancer

selama 1-3 tahun dan 4-6 tahun memiliki tingkat eksistensi diri yang tinggi.

Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 26

Hasil Uji Perbedaan Eksistensi Diri Berdasarkan Kategorisasi Lamanya Menjadi Cover Dancer

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error Difference eksistensi diri Equal variances assumed 2.554 .114 -1.781 83 .079 -4.728 2.655 Equal variances not assumed -1.893 77.557 .062 -4.728 2.498

(35)

Berdasarkan data pada tabel 26, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,114 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi

cover dancer selama 4-6 tahun adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat eksistensi diri berdasarkan lamanya menjadi cover dancer. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar -1,781 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,079. Nilai thitung < ttabel (-1,781<1,970) dan p-value > 0,05 (0,079>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat eksistensi diri pada responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi

cover dancer selama 4-6tahun. c. Harga Diri

1). Kategorisasi skala harga diri berdasarkan jenis kelamin

Kategorisasi pada skala harga diri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi tingkat harga diri. Kategorisasi skala harga diri berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut:

(36)

Tabel 27

Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Harga Diri Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Kategorisasi Frekuensi Persentase (%) Perempuan (N=51) Sangat Rendah 0 0 Rendah 2 3,92 Sedang 21 41,18 Tinggi 27 52,94 Sangat Tinggi 1 1,96 Laki-laki (N=34) Sangat Rendah 0 0 Rendah 1 2,94 Sedang 18 52,94 Tinggi 13 38,23 Sangat Tinggi 2 5,88

Berdasarkan kategorisasi responden perempuan pada skala harga diri, dapat diketahui bahwa sebanyak 3,92% perempuan memiliki tingkat harga diri yang rendah, 41,18% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 52,94% memiliki tingkat harga diri yang tinggi dan 1,96% memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden laki-laki pada skala harga diri menunjukkan bahwa sebanyak 5,88% laki-laki memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi, 38,23% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, 52,94% memiliki tingkat harga diri yang sedang, dan 2,94% memiliki tingkat harga diri yang rendah. Secara umum, responden laki-laki memiliki tingkat harga diri yang sedang dan perempuan memiliki tingkat harga diri yang tinggi.

(37)

Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 28

Hasil Uji Perbedaan Harga Diri Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin

Berdasarkan data pada tabel 28, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,966 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat harga diri berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar -0,98 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,922. Nilai thitung < ttabel (-0,98<1,989) dan p-value > 0,05 (0,922> 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat harga diri pada responden laki-laki dan perempuan.

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Differen ce harga diri Equal variances assumed .002 .966 -.098 83 .922 -.216 2.210 Equal variances not assumed -.097 69.832 .923 -.216 2.219

(38)

2). Kategorisasi skala harga diri berdasarkan lamanya menjadi cover dancer

Responden dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan lamanya menjadi cover dancer boyband dan girlband Korea. Pengelompokan ini didasarkan pada data responden yang diperoleh, yaitu menjadi cover dancer selama 1-6 tahun, sehingga peneliti membagi lamanya menjadi cover dancer menjadi dua kelompok, yaitu responden dengan menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan 4-6 tahun. Kategorisasi harga diri responden berdasarkan lamanya menjadi

cover dancer disajikan pada tabel berikut: Tabel 29

Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Harga Diri Berdasarkan Lamanya Menjadi Cover Dancer

Lamanya Menjadi

Cover Dancer Kategorisasi Frekuensi

Persentase (%) 1-3 tahun Sangat Rendah 0 0 Rendah 3 5,66 Sedang 24 45,28 Tinggi 26 49,06 Sangat Tinggi 0 0 4-5 tahun Sangat Rendah 0 0 Rendah 0 0 Sedang 15 46,875 Tinggi 14 43,75 Sangat Tinggi 3 9,375

Berdasarkan kategorisasi responden yang menjadi cover dancer

selama 1-3 tahun pada skala harga diri, dapat diketahui bahwa sebanyak 0% (tidak ada) responden memiliki tingkat harga diri yang sangat rendah dan sangat tinggi, 5,66% memiliki tingkat harga diri yang rendah, 45,28%

(39)

memiliki tingkat harga diri yang sedang, serta 49,06% memiliki tingkat harga diri yang tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden yang menjadi

cover dancer selama 4-6 tahun pada skala harga diri menunjukkan bahwa

sebanyak 0% (tidak ada) memiliki tingkat harga diri yang sangat rendah dan rendah, 46,875% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 43,75% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, dan 9,375% memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi. Secara umum, responden yang menjadi

cover dancer selama 1-3 tahun memiliki tingkat harga diri yang tinggi dan 4-6 tahun memiliki tingkat harga diri yang sedang.

Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 30

Hasil Uji Perbedaan Harga Diri Berdasarkan Kategorisasi Lamanya Menjadi Cover Dancer

Berdasarkan data pada tabel 30, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,320 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error Differen ce harga diri Equal variances assumed 1.000 .320 -1.582 83 .117 -3.483 2.201 Equal variances not assumed -1.622 70.625 .109 -3.483 2.148

(40)

cover dancer selama 4-6tahun adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat harga diri berdasarkan lamanya menjadi cover dancer. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar -1,582 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,117. Nilai thitung < ttabel (-1,582<1,970) dan p-value > 0,05 (0,117>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat harga diri pada responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi

cover dancer selama 4-6tahun. d. Penerimaan Sosial

1). Kategorisasi skala penerimaan sosial berdasarkan jenis kelamin

Kategorisasi pada skala penerimaan sosial dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi tingkat penerimaan sosial. Kategorisasi skala penerimaan sosial berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut:

(41)

Tabel 31

Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Penerimaan Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Kategorisasi Frekuensi Persentase (%) Perempuan (N = 51) Sangat Rendah 1 1,96 Rendah 1 1,96 Sedang 22 43,14 Tinggi 18 35,29 Sangat Tinggi 9 17,65 Laki-laki (N = 34) Sangat Rendah 1 2,94 Rendah 2 5,88 Sedang 12 35,29 Tinggi 11 32,35 Sangat Tinggi 8 23,53

Berdasarkan kategorisasi responden perempuan pada skala penerimaan sosial, dapat diketahui bahwa sebanyak 1,96% perempuan memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat rendah, 1,96% memiliki tingkat penerimaan sosial yang rendah, 43,14% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang, 35,29% memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi, dan 17,65% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden laki-laki pada skala penerimaan sosial menunjukkan bahwa sebanyak 2,94% laki-laki memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat rendah, 5,88% memiliki tingkat penerimaan sosial yang rendah, 35,29% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang, 32,35% memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi dan 23,53% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi. Secara umum, responden laki-laki dan perempuan memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang.

(42)

Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 32

Hasil Uji Perbedaan Penerimaan Sosial Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin

Berdasarkan data pada tabel 32, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,720 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat penerimaan sosial berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar 0,243 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,809. Nilai thitung < ttabel (0,243 < 1,989) dan p-value > 0,05 (0,809> 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat penerimaan sosial pada responden laki-laki dan perempuan.

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Differenc e penerimaan social Equal variances assumed .130 .720 .243 83 .809 1.108 4.560 Equal variances not assumed .240 67.599 .811 1.108 4.621

(43)

2). Kategorisasi skala penerimaan sosial berdasarkan lamanya menjadi

cover dancer

Responden dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan lamanya menjadi cover dancer boyband dan girlband Korea. Pengelompokan ini didasarkan pada data responden yang diperoleh, yaitu menjadi cover dancer selama 1-6 tahun, sehingga peneliti membagi lamanya menjadi cover dancer menjadi dua kelompok, yaitu responden dengan menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan 4-6 tahun. Kategorisasi penerimaan sosial responden berdasarkan lamanya menjadi cover dancer disajikan pada tabel berikut:

Tabel 33

Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Penerimaan Sosial Berdasarkan Lamanya Menjadi Cover Dancer

Lamanya Menjadi

Cover Dancer Kategorisasi Frekuensi

Persentase (%) 1-3 tahun Sangat Rendah 2 3,77 Rendah 2 3,77 Sedang 21 39,62 Tinggi 17 32,07 Sangat Tinggi 11 20,75 4-5 tahun Sangat Rendah 0 0 Rendah 1 3,125 Sedang 13 40,625 Tinggi 12 37,5 Sangat Tinggi 6 18,75

Berdasarkan kategorisasi responden yang menjadi cover dancer

selama 1-3 tahun pada skala penerimaan sosial, dapat diketahui bahwa sebanyak 3,77% responden memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat rendah, 3,77% memiliki tingkat penerimaan sosial yang rendah,

(44)

39,62% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang, 32,07% memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi, dan 20,75% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden yang menjadi cover dancer selama 4-6 tahun pada skala penerimaan sosial menunjukkan bahwa sebanyak 0% (tidak ada) memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat rendah, 3,125% memiliki tingkat penerimaan sosial yang rendah, 40,625% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang, 37,5% memiliki tingkat penerimaan sosial yang tinggi, dan 18,75% memiliki tingkat penerimaan sosial yang sangat tinggi. Secara umum, responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan 4-6 tahun memiliki tingkat penerimaan sosial yang sedang.

Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 34

Hasil Uji Perbedaan Penerimaan Sosial Berdasarkan Kategorisasi Lamanya Menjadi Cover Dancer

Independent Samples Test Levene's Test for

Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Differenc e penerimaan social Equal variances assumed 1.147 .287 .089 83 .929 .411 4.612 Equal variances not assumed .093 73.64 5 .926 .411 4.432

(45)

Berdasarkan data pada tabel 34, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,287 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi

cover dancer selama 4-6 tahun adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat penerimaan sosial berdasarkan lamanya menjadi cover dancer. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar 0,089 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,929. Nilai thitung < ttabel (0,089< 1,970) dan p-value > 0,05 (0,929> 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat penerimaan sosial pada responden yang menjadi cover dancer selama 1-3 tahun dan responden yang menjadi cover dancer selama 4-6 tahun.

3). Kategori skala penerimaan sosial ditinjau dari aspeknya

Eksistensi diri ditinjau dari empat aspek penerimaan sosial, yaitu untuk mengetahui aspek penerimaan sosial mana yang memiliki pengaruh paling besar terhadap eksistensi diri dengan melihat nilai beta pada setiap aspek. Keempat aspek tersebut adalah perceived acceptance of father, perceived acceptance of mother, perceived acceptance of family, dan perceived acceptance of friends. Hasil analisis beta aspek kepuasan pernikahan disajikan pada tabel berikut:

(46)

Tabel 35.

Hasil Analisis Beta Aspek Penerimaan Sosial

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Correlations B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part

1 (Constant) 62.504 8.698 7.186 .000 PAdad .115 .233 .063 .493 .624 .320 .055 .048 PAmom .019 .388 .010 .049 .961 .203 .005 .005 PAfam .111 .323 .076 .342 .733 .277 .038 .033 PAfriends 1.295 .358 .417 3.613 .001 .479 .375 .351 a. Dependent Variable: ED

Berdasarkan tabel 35, diketahui nilai koefisien beta paling besar adalah nilai beta aspek perceived acceptance of friends, yaitu sebesar 0,417 dengan nilai signifikansi 0,001 (p-value < 0,05). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa aspek penerimaan sosial yang memiliki pengaruh paling besar pada eksistensi diri pada cover

dancer boyband dan girlband Korea adalah aspek perceived

acceptance of friends atau penerimaan teman.

D. Pembahasan

Hipotesis dalam penelitian dengan judul hubungan antara harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband

Korea di Kota Malang ini dapat diterima. Terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri pada cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang. Hasil tersebut ditunjukkan melalui

(47)

hasil uji hipotesis yang ditunjukkan oleh nilai pada uji F sebesar 27,281 yang lebih besar dari yaitu 3,11 ( = 27,281 > ), dengan

signifikansi 0,000 (p < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, variabel harga diri dan variabel penerimaan sosial secara bersama-sama memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel eksistensi diri.

Selain itu, kategori yang dibentuk antara variabel harga diri dan penerimaan sosial termasuk dalam kategori kuat. Penggolongan ke dalam kategori kuat diperoleh dari hasil perhitungan korelasi ganda yang menunjukkan angka koefisien R sebesar 0,632. Hal ini berarti bahwa terjadi korelasi signifikan yang kuat dan positif antara variabel harga diri dan penerimaan sosial dengan eksistensi diri. Sehingga semakin tinggi harga diri dan penerimaan sosial pada cover dancer boyband dan girlband Korea, semakin tinggi pula eksistensi diri yang dimiliki, begitu pula sebaliknya.

Harga diri mempunyai andil dalam pemenuhan eksistensi diri seseorang, Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2007) yang menyebutkan bahwa harga diri disebut juga kelangsungan hidup dari jiwa yang merupakan sarana bagi pertumbuhan eksistensi seseorang. Harga diri dalam hal ini merujuk pada evaluasi keseluruhan atas diri seorang individu (Santrock, 2007). Individu yang memiliki harga diri tinggi berarti individu yang memandang dirinya positif. Semakin tinggi harga diri seseorang maka ia akan semakin sadar terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan memandang kelebihan-kelebihan tersebut lebih penting dari kelemahannya. Sebaliknya, individu dengan harga diri rendah cenderung memfokuskan diri terhadap kelemahan dirinya dan memandang dirinya secara

(48)

negatif (Baron & Byrne dalam Aditomo, 2004). Dari pernyataan di atas, individu yang mempunyai harga diri yang tinggi akan lebih menyadari akan potensi-potensi yang dimilikinya, sehingga ia akan berusaha untuk mengembangkannya. Menurut Binswanger dan Boss (dalam Brouwer, 1987), eksistensi diri dapat diartikan sebagai pengungkapan potensi-potensi bawaan yang dengan kebebasannya, manusia dapat memilih mana yang ingin direalisasikannya. Jadi, dapat dikatakan bahwa bila seseorang mampu mengevalusai secara positif kedeluruhan dirinya serta menyadari dan mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya, maka semakin tinggi harga diri yang dimilikinya dan semakin tinggi pemenuhan eksistensi dirinya.

Salah satu masalah utama pada eksistensi diri seseorang terletak pada orang lain. Manusia secara konstan berada dalam relasi dengan manusia lain yang menjadikan keberadaan dirinya (Misiak & Sexton, 2005). Senada dengan Misiak dan Sexton, Heidegger (dalam Bastaman, 1996) menyatakan bahwa, alles dasein ist mitsein yang berarti bahwa mengada sebagai pribadi (being person) selalu berarti mengada bersama pribadi lain (being with other person). Pernyataan diatas mengungkapkan bahwa dalam pemenuhan eksistensi, manusia tidak akan lepas dari peran orang lain. Penerimaan dan penolakan dalam lingkungan sosial mempunyai pengaruh kuat terhadap sikap, perasaan, pikiran, perbuatan dan penyesuaian diri seseorang. Penerimaan sosial bagi seseorang adalah adanya rasa berharga dan berarti serta dibutuhkan oleh kelompoknya (Sinthia, 2011). Oleh karena itu bersama dengan adanya harga diri, penerimaan dalam lingkungan sosial mempunyai pengaruh kuat terhadap pemenuhan eksistensi diri seseorang.

(49)

Cover dancer boyband dan girlband Korea yang memiliki harga diri yang tinggi disertai juga dengan tingginya penerimaan sosial yang diterima dari orang-orang disekitarnya akan memiliki eksistensi diri yang tinggi. Hal ini ditandai dengan perasaan bahwa hidupnya bermakna dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bermakna pula, dalam hal ini adalah kegiatan cover dance. Selain itu, ketika eksistensi diri terpenuhi, maka akan tinggi pula mental health dan well-being

(Yalom dalam Brouwers & Tomic, 2012) serta akan terhindar dari existential

vacuum yang merupakan manifestasi dari kebosanan dalam menjalani hidup

(Frankl, 1964).

Berdasarkan hasil perhitungan sumbangan hubungan variabel bebas (harga diri dan penerimaan sosial) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (eksistensi diri), diperoleh R square sebesar 0,400 atau 40%. Ini berarti, variabel eksistensi diri dapat dijelaskan oleh variabel harga diri dan penerimaan sosial sebesar 40%. Sedangkan sisanya, 60% eksistensi diri dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain di luar penelitian ini.

Berdasarkan hasil penghitungan kategorisasi skala eksistensi diri dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini memiliki tingkat eksistensi diri pada kategori tinggi dan bahkan tidak ada satupun yang tergolong dalam kategori sangat rendah. Perincian kategorisasi adalah sebagai berikut, sebanyak 5 orang atau 5,88% responden memiliki eksistensi diri yang rendah, 38 orang (44,71%) memiliki eksistensi diri yang sedang, 41 orang (48,23%) memiliki eksistensi diri yang tinggi, dan 1 orang (1,18%) memiliki eksistensi diri yang sangat tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar cover dancer boyband dan

(50)

girlband Korea di Kota Malang memiliki tingkat eksistensi diri pada kategori tinggi, meskipun demikian jumlah cover dancer boyband dan girlband Korea yang mempunyai eksistensi diri dengan kategori tinggi belum mencapai setengah dari jumlah responden yang diteliti.

Hasil penghitungan kategorisasi pada skala harga diri mempunyai rincian sebagai berikut, sebanyak 3 orang atau 3,53% responden memiliki harga diri yang rendah, 39 orang (45,88%) memiliki harga diri yang sedang, 40 orang (47,06%) memiliki harga diri yang tinggi, 3 orang lainnya atau sebesar 3,53% responden memiliki harga diri yang sangat tinggi dan tidak ada yang masuk dalam kategori sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar cover dancer boyband

dan girlband Korea di Kota Malang memiliki tingkat harga diri pada kategori tinggi.

Kategorisasi skala penerimaan sosial menghasilkan rincian sebagai berikut, sebanyak 2 orang atau 2,35% responden memiliki penerimaan sosial yang sangat rendah, 3 orang (3,53%) memiliki penerimaan sosial yang rendah, 34 orang (40%) memiliki penerimaan sosial yang sedang, 29 orang (34,12%) memiliki penerimaan sosial yang tinggi, dan 17 orang lainnya atau sebesar 20% responden memiliki penerimaan sosial yang sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar cover dancer boyband dan girlband Korea di Kota Malang memiliki tingkat penerimaan sosial pada kategori sedang.

Dilihat dari hasil perhitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif variabel harga diri dan penerimaan sosial terhadap eksistensi diri menunjukkan bahwa harga diri lebih dominan dalam mempengaruhi eksistensi diri daripada

Gambar

Tabel 9  Hasil Uji Normalitas
Tabel 13.  Hasil Uji Otokorelasi
Tabel 14  Hasil Uji F
Tabel 18  Deskriptif Data Empirik

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Elangovan dkk melaporkan bahwa walaupun menggunakan dializer yang luas, kec epatan aliran darah dan aliran dialisat yang tinggi penderita berat badan ³80 kg

Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan

Secara periodik, sistem administrasi PT.(Persero) Bank Rakyat Indonesia Cabang Pembantu Unit Keera harus di teliti atau di periksa oleh pihak yang bebas dari tugas rutin yaitu

emampuan menilai isi dan penataan bacaan secara kritis dilakukan melalui aktifitasaktifitas mempertimbangkan, menilai, dan menentukan keputusan. =aranya, antara lain

Setelah tahap analisis sistem lama selesai dilakukan dan mendapat kesimpulan bahwa sistem lama masih terdapat kelemahan-kelemahan, maka diperlukan pembangunan sistem

artinya program kontrol disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan

Secara umum, penelitin ini bertujuan untuk memeroleh gambaran tentang: Manajemen Pengembangan Human Capital Tenaga Kependidikan Menuju Perguruan Tinggi Unggul, di lingkungan