• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI KARYA M. SANUSI - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI KARYA M. SANUSI - Test Repository"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF

K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM

ASY’ARI

KARYA M. SANUSI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

OLEH

NANANG SUGIONO

NIM: 11111182

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Jadikanlah karakter layaknya air,

siapapun, apapun, dan sampai kapanpun

akan terus dibutuhkan

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Orang tuaku tercinta bapak Nasrodin dan ibu Ngadiyem, yang senantiasa

mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan do’a

yang tak pernah putus untuk putra-putranya.

2. Anggota keluargaku yang selalu mendukungku dan selalu memberi

semangat dan membantuku yaitu adikku Muhammad Muchlisun.

3. Bapak Imam Mas Arum M.Pd yang telah sabar membimbing dan

mendo’akan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Teman-temanku PAI E dan angkatan 2011 yang sama-sama berjuang dan

belajar di IAIN Salatiga (khususnya temen-temen Chrysophyllum

Cainito).

5. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah

SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut

setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI).

4. Bapak Imam Mas Arum M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan

waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

5. Ibu Dra.Urifatun Anis, selaku pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

(9)

7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan

mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan

penuh kasih sayang dan kesabaran.

8. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung

dalam penyelesaian skripsi ini

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang

setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga

bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 24 Februari 2016

Penulis,

Nanang Sugiono

(10)

ABSTRAK

Sugiono, Nanang. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku

“Kebiasaan-Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari” karya M. Sansusi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan IlmuKeguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.

Kata kunci: Nilai Pendidikan Karakter

Perilaku anarkisme dan ketidakjujuran marak dikalangan peserta didik, misalnya saja tawuran, menyontek, plagiarisme bahkan sampai menggunakan narokoba membuat semakin merosotnya karakter bangsa. Buku ini mengandung nilai pendidikan karakter yang bisa digunakan acuan untuk mengatasi masalah merosotnya karakter. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah nilai pendidikan karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan

Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi?.

Bagaimanakah implementasi nilai pendidikan karakter dalam buku

Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M.

Sanusi ke dalam kehidupan sehari-hari?.

Penelitian ini adalah literature (kepustakaan), dan ditambah dengan metode wawancara dengan penulis buku melalui email. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati pada sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini, serta wawancara dengan penulis buku mengenai informasi buku yang diteliti. Pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder.

Hasil penelitian ini adalah Nilai Pendidikan Karakter dalam buku

Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim Asy’ari

karya M. Sanusi yaitu disiplin dan taat dalam melakukan ibadah, menghargai perbedaan dan kritis (membenarkan tradisi yang tidak sesuai dengan syariat islam), senang mendendangkan shalawat dan membaca al-qur’an, tanggung jawab terhadap perintah allah swt, tidak membedakan antar sesama, memiliki jiwa kepemimpinan, dermawan, senang melakukan diskusi atau musyawarah, senang bersilaturahim kepada orang lain,senang berorganisasi. Buku tentang

Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M.

Sanusi bisa dijadikan semacam acuan bagi peserta didik dalam melakukan kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-harinya seperti yang dicontohkan

oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari sehingga karakter peserta

didik akan terbentuk ke arah yang lebih baik. Adapun metode yang bisa digunakan oleh orang tua maupun guru dalam mendidik peserta didik adalah metode bercerita, metode teladan, metode mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an, mengajari berdoa langsung mengajar dengan biola, mengajar dengan metode murid bertanya, mengajar secara sorogan dan bandongan.

(11)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 9

E. Metode Penelitian ... 11

F. Penegasan Istilah ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II MENGENAL BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI KARYA M. SANUSI A. Biografi M. Sanusi ... 17

(12)

Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari ... 20

C. Sistematika Penulisan Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari ... 23

D. Karya dari M. Sanusi ... 24

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Nilai Pendidikan Karakter ... 32

B. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari ... 37

C. Metode pembelajaran yang terdapat dalam buku

Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim

Asy’ari karya M. Sanusi ... 48

BAB IV PEMBAHASAN

A. Nilai Pendidikan Karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan

Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya

M. Sanusi ... 53

B. Implementasi Nilai Pendidikan Karakter dalam buku

Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi ... 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Riwayat Hidup Penulis

3. Lembar Konsultasi

4. Daftar wawancara dengan penulis buku melalui email

5. Fotokopi sampul buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting, karena

dengan pendidikan kita menjadi memiliki wawasan yang luas serta bisa

membuat kita mempertanyakan suatu hal. Hal ini yang nantinya membuat

kita menjadi sadar tentang pentingnya pendidikan. Di dalam pendidikan

banyak sekali ilmu-ilmu pengetahuan, baik itu ilmu sains, ekonomi, sosial,

agama, budaya dan sebagainya.

Pendidikan bisa juga memiliki makna yang sempit, yaitu

pengajaran-pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai

pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan

sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar

mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap

tugas-tugas sosial mereka. (Mudyahardjo, 2001:6).

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh

danberkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik,

ranah afektif bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah

psikomotorik akan bermuara pada ketrampilan dan perilaku (Damayanti,

(15)

Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar yang

terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal di

sekolah dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan

optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu/peserta didik,

agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.

(Mudyahardjo, 2001:11).

Pada era sekarang ini, di mana informasi dan teknologi berkembang

sangat cepat sekali memberikan dampak positif bagi kita terutama di

bidang pendidikan, karena memudahkan kita semua untuk lebih mudah

dalam menambah wawasan, mempelajari ilmu pengetahuan guna untuk

menghadapi tantangan zaman. Namun, disatu sisi perkembangan informasi

dan teknologi yang sangat cepat itu bisa dikatakan memberikan dampak

negatif terhadap pertumbuhan karakter bangsa.

.

Di samping itu, perilaku

anarkisme dan ketidakjujuran marak dikalangan peserta didik, misalnya

saja tawuran, menyontek, plagiarisme bahkan sampai menggunakan

narokoba membuat semakin merosotnya karakter bangsa.

Di sisi lain banyak terjadi penyalahgunaan wewenang oleh para

pejabat Negara sehingga korupsi semakin merajalela hampir disetiap

instansi pemerintah. Perilaku-perilaku seperti itu telah menunjukan bangsa

ini telah terbelit oleh rendahnya moral, karakter. Sebagai alternatif yang

bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas

generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan

(16)

Melihat kondisi tersebut, pendidikan karakter menjadi begitu penting

karena dapat mengurangi bahkan mengatasi permasalahan karakter yang

tidak baik yang dilakukan oleh peserta didik maupun para koruptor.

Pendidikan yang merupakan agent of change harus mampu

melakukan perbaikan karakter bangsa kita, karena itu di dalam proses

pendidikan harus ditanamkan pendidikan karakter sehingga mampu

mengemban misi pembentukan karakter sehingga para peserta didik dapat

berpartisipasi dalam menghadapi tantangan kehiduapan di masa

mendatang. Pendidikan karakter tidak sekadar mengajarkan mana yang

benar dan mana yang salah kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu

pendidikan karakter ini menanamkan kebiasaan tentang yang baik sehingga

peserta didik paham, mampu merasakan dan mau melakukan yang baik.

Pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan

akhlak atau pendidikan moral. (Zuchdi, 2012:17).

Islam adalah agama yang memberikan pembelajaran yang tegas

tentang karakter, seperti yang dicontohkan oleh suri teladan kita yaitu

beliau Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil membangun karakter

umat islam menjadi lebih baik. Dalam konsep Islam, karakter mulia

merupakan hasil dari pelaksanaan seluruh ketentuan islam (syariah) yang

didasari dengan fondasi keimanan yang kokoh (aqidah).Di dalam

Al-Qur’an pun telah dijelaskan mengenai pendidikan karakter yang terdapat

(17)

12. dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

(18)

lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha mengetahui.

17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Terdapat nilai pendidikan karakter dalam QS Luqman ayat 12-19

yaitu tentang pandai syukur, iman kepada Allah, berbakti kepada kedua

orang tua, ibadah kepada Allah Swt, tidak boleh sombong, tidak boleh

berbicara keras.

Suri tauladan bagi umat Islam yang utama ialah beliau Nabi

Muhammad SAW, beliau adalah manusia yang memiliki karakter yang

sangat baik tidak ada manusia yang mampu menyamai karakter beliau

karena beliaulah suri teladan seluruh umat Islam di dunia. Namun, di

Indonesia ini kita memiliki dua orang tokoh yang mempunyai karakter

(19)

mereka juga mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan islam,

yaitu K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari. Mereka berdua

adalah tokoh agama Islam yang sangat terkemuka di Indonesia, sampai

mereka mendirikan organisasi Islam yaitu Muhammadiyah oleh K.H.

Ahmad Dahlan dan Nahdlatul Ulama (N.U) oleh K.H. Hasyim Asy’ari.

Mereka berdua mempunyai ilmu pengetahuan yang luas serta

memiliki karakter yang baik dan mulia. Melalui buku yang yang berjudul

Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim

Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi. Penulis buku tersebut hendak

memberikan informasi tentang bagaimana kehidupan kedua tokoh agama

tersebut, bukan sekadar biografi seperti buku-buku lainnya, namun penulis

buku tersebut menjelaskan tetang kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh

kedua tokoh tersebut dari sejak kecil hingga menjadi besar dan menjadi

seorang ulama yang terkemuka serta membawa pengaruh besar terhadap

perkembangan Islam di Indonesia ini khususnya.

Sekilas tentang sosok keduanya, yaitu K.H. Ahmad Dahlan lahir di

kampung Kauman (sebelah barat alun-alun utara) Yogyakarta, pada

tanggal 1 Agustus 1868. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara

(semua saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya) dari seorang aah

yang bernama K.H. Abu Bakar bin Kiai Sulaiman, seorang ulama dan

khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu,

(20)

juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta. Ahmad Dahlan semasa

kecil dikenal dengan nama Muhammad Darwis (Sucipto, 2010: 49).

Merujuk pada buku yang diteliti oleh penulis, dalam kebiasaan K.H.

Ahmad Dahlan tercermin karakter yang baik dan bisa dijadikan contoh

teladan bagi individu maupun peserta didik, misalnya K.H. Ahmad Dahlan

adalah sosok orang yang dalam kesehariannya tidak meninggalkan shalat

dan selalu melakukan shalat berjma’ah, senang bersedekah, hormat dan

patuh kepada kedua orang tuanya, sayang terhadap anak yatim, senang

berdiskusi, senang berorganisasi, gemar mengucap salam, senang

bersilaturahim, tidak membedakan antar sesama, kritis, menghargai

perbedaan.

Kemudian sekilas tentang sosok K.H. Hasyim Asy’ari. Nama

Muhammad Hasyim adalah pemberian orang tuanya, ia lahir dari keluarga

kyai di Jawa pada tanggal 14 Februari 1871 atau 24 Dhul Qi da 1287 di

desa gedang, sekitar dua kilometer jombang timur. Ayahnya Asy'ari adalah

pendiri pesantren Keras di jombang, sementara itu, kakeknya Kyai Usman,

adalah kyai terkenal dan pendiri pesantren Gedangan, yang didirikan pada

kuartal ketiga abad kesembilan belas (Khuluq, 2000:14).

Merujuk pada buku yang diteliti oleh penulis, dalam kebiasaan K.H.

Ahmad Dahlan tercermin karakter yang baik dan bisa dijadikan contoh

teladan bagi individu maupun peserta didik, yaitu suka melerai teman yang

bertengkar, tidak membedakan antar sesama, selalu taat kepada kedua

(21)

senang berdiskusi atau musyawarah, senang berorganisasi, suka berdagang,

senang bersilaturahim.

Melalui penjelasan mengenai kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad

Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari tersebur tercermin karakter yang sangat

baik, sehingga dapat dijadikan contoh teladan dalam membentuk karakter

yang baik bagi peserta didik. Peserta didik dapat meneladani

kebiasaan-kebiasaan kedua tokoh tersebut dan menerapkannya ke dalam kehidupan

sehari-hari.

Dari uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

mengangkat fokus pembahasan tentang pendidikan karakter dengan judul

“NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU

KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H. AHMAD DAHLAN DAN

K.H. HASYIM ASY’ARI KARYA M. SANUSI”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi?

2. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang

terkandung dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad

Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi dalam kehidupan

(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam

buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H

Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi

2. Mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung

dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan

K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi dalam kehidupan sehari-hari

D. Kegunaan Penelitan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara

teroritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat ini memberikan sumbangan pemikiran dan konsep baru

mengenai pendidikan karakter di kalangan praktisi pendidikan maupun

akademisi sebagai bahan acuan dan rujukan. Bisa juga sebagai pijakan

atau acuan para peneliti dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut

terkait nilai-nilai pendidikan karakter. Manfaat lainnya yaitu hasil

laporan penelitian ini nantinya dapat menambah pengetahuan

mengenai konsep baru tentang pendidikan karakter.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

langsung (praktis) bagi segenap pemerhati dan pelaku pendidikan,

(23)

penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

konsep praktis bagi masyarakat secara luas dalam mengatasi

masalah-masalah pendidikan karakter.

a. Manfaat Bagi Guru Pendidikan Agama

1) Menjadi sumber pertimbangan guru dalam menghadapi

masalah kenakalan siswa didik melalui perbaikan karakter

siswa.

2) Menjadi sumber bagi guru dalam bersikap dan berperilaku agar

sesuai dengan tujuan pembelajaran agama.

b. Manfaat Bagi Para Orang Tua

Manfaat penelitian ini juga bisa dipakai oleh para orangtua

siswa diantaranya sebagai berikut:

1) Menjadi pedoman teoritis bagi orang tua untuk menangani

permasalahan kenakalan anak di rumah.

2) Menjadi sumber atau pedoman perilaku orang tua sehingga

mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya.

c. Manfaat bagi peserta didik

Manfaat penelitian ini juga bisa dipakai oleh peserta didik,

sebagai contoh teladan, kemudian diterapkan ke dalam kehidupan

sehari-hari dengan melakukan berbagai kebiasaan baik seperti yang

dicontohkan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

(24)

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi pustaka (library

research), karena objek kajian studi difokuskan pada kajian sebuah

buku. Data-data yang terkait dengan analisis pembahasan penelitian

berkaitan dengan biografi, latar belakang pendidikan penulis, dan

berbagai hal yang mungkin berpengaruh pada kondisi penulis, baik

secara langsung atau tidak langsung.

Penelitian Pustaka (library research), yaitu jenis penelitian

yang dilakukan degan menelaah dan menggunakan bahan-bahan

pustaka berupa buku-buku, ensiklopedi, jurnal, majalah, dan sumber

pustaka lainya yang relevan dengan topik atau permasalahan yang

dikaji sebagai sumber datanya (Hadi, 1990: 9).

2. Sumber Data

Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

studi kepustakaan yakni pengumpulan data-data dengan cara

mempelajari, mengutip teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah

literature baik buku, artikel ataupun karya tulis lainnya yang relevan

dengan topik penelitian. Data primernya adalah buku yang berjudul

Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi. Data sekundernya berupa

buku-buku yang relevan dengan bahan penelitian misalnya Pendidikan

(25)

Konsep dan Model dan Pendidikan Karakter, Ilmu Pendidikan dan

masih banyak buku yang lainnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Pengumpulan data penulis lakukan dengan cara membaca

buku-buku sumber, baik primer maupun sekunder. Mempelajari dan

mengkaji serta memahami kajian yang terdapat dalam buku-buku

sumber. Menganalisis untuk diteruskan identifikasi dan

mengelompokkan sesuai dengan sifatnya masing-masing dalam

bentuk per bab.

b. Selain melalui buku-buku sumber baik primer dan sekunder,

penulis dalam mengumpulkan data adalah dengan wawancara atau

interview dengan penulis buku (M. Sanusi) melalui email. Metode

interview atau wawancara yaitu metode yang digunakan sebagai

teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

dan juga apabila peneliti ingin mengetahui tentang hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit

atau kecil. (Sugiono, 2011:137). Penggunaan metode interview

dalam penelitian ini untuk mengetahui lebih jauh informasi

tentang penulis buku (M. Sanusi).

c. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan

(26)

a. Metode Deduktif

Metode deduktif digunakan untuk menganalisis pada bab II

tentang biografi karya-karya penulis, sinopsis buku Kebiasaan-

Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim

Asy’ari, serta sistematika penulisan buku tersebut. Pada bab III

peneliti membahas tentang teori yang berkaitan dengan

pendidikan karakter serta nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan K.H.

Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari yang berada dalam buku

Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H

Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi.

b. Metode Induktif

Berpikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus,

peristiwa-peristiwa yang konkret, kemudian dari

fakta-fakta/peristiwa khusus itu ditarik ke fakta yang bersifat umum

(Sutrisno, 2002:42). Metode induktif digunakan untuk

menganalisis pada bab IV tentang permasalahan yang akan diteliti

yaitu analisis masalah yang bersifat khusus, kemudian diarahkan

pada penarikan kesimpulan yang bersifat umum. Pada bab IV

peneliti membahas tentang nilai-nilai pendidikan karakter ada

dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan

dan K.H. Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi, kemudian

(27)

dalam buku yang diteliti oleh penulis dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

F. Penegasan Istilah

1. Nilai

Nilai adalah suatu penghargaan atau kualitas terhadap sesuatu

atau hal, yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang karena

sesuatu hal itu meyenangkan, memuaskan, menarik, berguna,

menguntungkan, atau merupakan suatu sistem keyakinan (Daroeso,

1986:20).

Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas

dasar pilihannya. Definisi ini dilandasi oleh pendekatan psikologis,

karena itu tindakan dan perbuatannya seperti keputusan benar-salah,

baik-buruk, indah-tidak indah, adalah hasil psikologis. Termasuk ke

dalam wilayah ini seperti hasyrat, sikap, keinginan, kebutuhan dan

motif (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007:44).

2. Pendidikan

Pendidikan adalah pengaruh, bantuan atau tuntutan yang

diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik

(Ahmadi, 1991:71).

Pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan

penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia.

(28)

membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan

yang ada dalam masyarakat (Rokib, 2009:15).

3. Karakter

Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang

khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup

keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Samani, 2013: 41).

Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara

berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,

pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan (Hariyanto, 2011:41).

4. Kebiasaan

Kebiasaan adalah sesuatu yang rutin kita jalankan. Kebiasaan bisa

berupa sesuatu yang riil dan nyata seperti pergi ke tempat

tertentu,duduk di daerah tertentu atau makan jenis maknan tertentu.

Bisa juga berupa pandangan, pola pikir atau perasaan kejiwaan seperti

menghormati orang lain, perasaan terhadap harga harga diri,

kehormatan, memuliakan tamu dan lain sebagainya (Ibrahim,

2006:23).

G. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui secara keseluruhan isi atau materi–materi skripsi ini

secara global, maka penulis perlu merumuskan skripsi inike dalam

beberapa bab, yaitu:

(29)

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode

Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika

Penulisan Skripsi.

BAB II : Biografi, karya-karya penulis, sinopsis buku Kebiasaan-

Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari,

sistematika penulisan buku.

BAB III : Deskripsi tentang gambaran umum buku Kebiasaan-

Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi dan nilai-nilai

pendidikan karakter dalam buku yang berjudul

Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi.

BAB IV : Pembahasan berisi tentang analisis nilai- nilai pendidikan

karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh

M. Sanusi.

(30)

BAB II

MENGENAL BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H.

AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI

KARYA M. SANUSI

A. Biografi M. Sanusi

M. Sanusi lahir pada tanggal 28 Januari 1986 di Sumenep,

Madura. M. Sanusi merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ayah

beliau bernama H. Asy’ari, ibunya bernama Sumadiyah, sedang nama

adik-adiknya adalah Siti Faiqoturrahimah, Insiyah, Jurjis Ardias. M.

Sanusi menempuh pendidikan dasar dan menengah pertama di MI dan

MTS Al-Huda, Desa Gapura Timur, Gapura, Sumenep dan pendidikan

menengah atasnya diselesaikan di MA 1 Annuqayah, Guluk-guluk,

Sumenep, Madura.

Saat ini, penulis berdomisili di Yogyakarta, tepatnya jalan Paris

Km.7, Sewon, Bantul, Yogyakarta dan saat ini penulis belum

menikah.Awal mulai menulis ketika menjadi mahasiswa semester 1

ketika masih kuliah di Universitas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Mulai menulis ke media berupa

artikel dan resensi buku sejak 2005, yang telah dipublikasikan di harian

lokal maupun nasional, seperti Kompas, Seputar Indoneseia, Tempo,

Jawa Pos, Republika, Bisnis Indonesia, Suara Merdeka, Suara Karya,

(31)

Kontan, Koran Jakarta, Balipost, lampung Post, Merapi, Minggu Pagi,

Kedaulatan Rakyat, Surabayapost, Surya, dll.

Buku yang pertama kali ia tulis adalah buku yang berjudul tentang

Nabi Khidir. Buku tersebut ditulis oleh M. Sanusi dan temannya yaitu M.

Ali Faki AR. Penulis merasa senang dan bangga, bahkan tidak

menyangka ketika mengetahui bahwa bukunya telah terbit di pasaran baik

itu di toko-toko buku, atau di tempat yang lain. Telah banyak pula

karya-karya yang telah dihasilkan oleh penulis, misalnya Kebiasaan-Kebiasaan

Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, Tuntunan

Melamar dan Menikah secara Islami untuk pria dan wanita, Orang Miskin

(Boleh) Sukses Sekolah, Jasad-Jasad yang Harum, Tempatkan Orang

Tuamu di atas Kepala Niscaya Mulia Hidupmu dan masih banyak yang

lainnya. Walau sudah banyak karya dari penulis belum ada buku atau

karya penulis yang menjadi best seller, namun ada buku yang pernah

beberapa kali ada yaitu buku tentang Abu Bakar.

Dalam menulis sebuah buku tidak serta merta penulis dengan

mudah menulis menjadi sebuah buku, akan tetapi penulis juga mengalami

hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan itu antara lain adalah persoalan

membagi waktu untuk menulis dan mengatur mood. Penulis kesulitan

membagi waktu, karena pada saat mulai menulis beliau sedang kuliah di

UIN Yogyakarta dan mengatur kegiatan lainnya, seperti kegiatan

keorganisasian di kampus tersebut, aktif di pesantren dan Yayasan

(32)

meluangkan waktunya untuk menulis disela-sela kegiatannya. Penulis

biasanya menulis pada waktu malam hari setelah kegiatannya selesai.

Selain kesulitan mengatur waktu untuk menulis, penulis juga

mengalami kesulitan dalam mengatur mood. Mengatur mood sangatlah

penting dalam menulis sebuah buku, karena mood yang baik akan

memberikan pikiran positif pada penulis. Dengan pikiran positif penulis

dapat memperoleh banyak inspirasi sehingga dapat berpikir dengan lebih

baik dan menghasilkan karya yang baik pula. M. Sanusi tidak punya cara

khusus dalam mengatur mood, ia hanya memaksakan dirinya untuk

menulis walaupun misal moodnya sedang kurang baik. Penulis tetap

berusaha memaksa pikiran dan fisiknya guna melawan moodnya yang

kurang baik itu untuk tetap menulis sampai akhirnya tulisan selesai.

Latar belakang agama penulis adalah agama Islam dan ia

mengikuti organisasi Islam Nahdlatul Ulama (N.U). Selain aktif di

pesantren dan Yayasan Hasyim Asy’ari di Yogyakarta, penulis juga aktif

di lembaga Media Literacy Circle (MLC), Fakultas Ilmu Sosial dan

Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penulis (M. Sanusi) masih mempunyai keinginan untuk

melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, namun untuk

saat ini ia fokus untuk mencari pengalaman kerja terlebih dahulu dan

sambil mengusahakan beasiswa. Saat ini selain menulis, M. Sanusi

bekerja sebagai editor freelance dan kadang menjadi surveyor di beberapa

(33)

B. Sinopsis Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan

dan K.H. Hasyim Asy’ariKarya M. Sanusi

Buku ini berisi tentang kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan

dan K.H. Hasyim Asy’ari yang sangat inspiratif sehingga bisa

mengispirasi orang-orang yang membaca buku ini. Dalam hal ini, buku

ini tidak lagi menghadirkan tentang biografi-biografi kedua tokoh dan

sejarah perjuangannya. Buku ini lebih mengulas sisi lain dari kedua tokoh

tersebut. Sisi lain di sini adalah perspektif penulis yang berbeda dari

penulis-penulis lain yaitu penulis buku ini (M. Sanusi) menulis tentang

kehidupan sehari-hari K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

dalam menjalani hidup.

Latar belakang yang menginspirasi penulis dalam menulis buku

tentang Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari adalah karena selain menarik bagi penulis buku, kedua

tokoh tersebut adalah pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu

Nahdlatul Ulama yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari dan

Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Selain itu,

penulis juga berkeinginan untuk mengangkat inti dari pokok-pokok

pemikiran kedua tokoh tersebut, tentang bagaimana mereka sebenarnya,

pandangan mereka tentang agama, sosial, dan keilmuan. Mengingat

beliau berdua adalah pendiri dua organisasi keagamaan terbesar di negeri

(34)

Buku ini tidak lagi menyorot tentang biografi-biografi seperti

kebanyakan buku lainnya, tetapi menyorot kebiasaan sehari-hari K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari yang jarang diekspose dan

diketahui orang banyak. Buku ini dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu

bagian pertama membahas tentang kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad

Dahlan. Contoh kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dalam buku ini

misalnya, di mana pada masa kanak- kanak K.H. Ahmad Dahlan dengan

nama panggilan waktu kecil yaitu Darwis, senang bermain dengan teman

sebayanya, bermain bola, layang-layang, dan lain sebagainya. Selain itu

Darwis juga anak yang patuh kepada kedua orang tuanya dan juga pada

agamanya. Misalnya, ketika mau keluar rumah Darwis selalu meminta

izin kepada kedua orang tuanya, suka mengaji pada waktu sore, senang

solat berjama’ah, pergi lebih awal untuk solat jum’at, senang bersekah.

Kebiasaan K.H. Ahamad Dahlan yang lainnya adalah senang berdiskusi,

bersahabat dengan orang besar, gemar mengucap salam, mendendangkan

solawat, senang berorganisasi, senang bersilaturahim, menghargai

perbedaan dan lain sebaginya.

Bagian kedua membahas tentang kebiasaan- kebiasaan K.H.

Hasyim Asy’ari. Contoh kebiasaan-kebiasaan K.H. Hasyim Asy’ari, yaitu

pada masa kanak- kanak K.H. Hasyim Asy’ari selain suka bermain petak

umpet, K.H. Hasyim Asy’ari sudah mulai mengajar di pesantren ayahnya.

K.H. Hasyim Asy’ari suka melerai temannya yang berkelahi, haus ilmu

(35)

senang berpuasa dan sedikit makan, suka membaca dan membeli buku

kemudian menuliskannya kembali, menulis kitab di pagi hari,

membangun silaturahim dengan tetangga, para tokoh agama dan

Negarawan. Selain itu K.H. Hasyim Asy’ari tidak meninggalkan

pekerjaannya sebagai seorang petani, K.H. Hasyim Asy’ari sering pergi

ke sawah dan ladang, sering berdagang kuda setiap pon, melakukan ronda

setiap malam, selain itu juga mengajar para santrinya dengan metode

sorogan dan bandongan dan masih banyak yang lainnya.

Semua tahapan kedua tokoh yang karismatik ini dihadirkan oleh

penulis tanpa terkecuali, mulai dari masa kanak-kanak yang

menyenagkan, menginjak usia dewasa yang penuh semangat hingga

menjadi pribadi yang matang di masa-masa puncak kehidupan keduanya.

Di sisi lain, buku ini juga penting diketahui oleh publik agar bisa

dipelajari, dijadikan panutan atau contoh bagi semua orang. Harapan dari

penulis buku ini adalah buku ini mampu memberikan tambahan wawasan

tentang kebiasaan kedua tokoh karismatik tersebut, serta bisa

menginspirasi pembaca sehingga mampu mencontoh kebiasaan kedua

tokoh karismatik tersebut dan mampu menerapkan kebiasaan baik dalam

(36)

C. Sitematika Penulisan Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ariKarya M. Sanusi

Sistematika penulisan buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari sama seperti sistematika buku

pada umumnya. Halaman pertama adalah judul buku, kemudian halaman

selanjuntya pengantar penulis di mana dalam pengantar tersebut

dijelaskan latar belakang penulis yang mendorong dalam menulis buku

tersebut. Halaman berikutnya adalah daftar isi yang di bagi menjadi dua

bagian, yaitu bagian satu berisi tentang kebiasaan sehari-hari K.H. Ahmad

Dahlan dan bagian kedua berisi tentang kebiasaan sehari- hari K.H.

Hasyim Asy’ari.

Lebih singkatnya sistematika penulisan buku Kebiasaan-Kebiasaan

Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, yaitu:

1. Halaman Judul

2. Pengantar Penulis

3. Daftar Isi

4. Pembahasan yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu

a. Kebiasaan Sehari-hari K.H. Ahmad Dahlan

b. Kebiasaan Sehari- hari K.H. Hasyim Asy’ari

c. Daftar pustaka

(37)

D. Karya dari M. Sanusi

Beberapa karya dari M. Sanusi yaitu

1. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H Ahmad Dahlan dan K.H

Hasyim Asy’ari

Sekilas tentang buku “Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari” yang ditulis oleh M.

Sanusi menjelaskan bagaimana sosok kedua yang begitu santun,

sopan, taat pada orang tua dan agama, membantu sesama,

memakmurkan masjid dan sebagainya. Bisa dikatakan bahwa

sosok K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari dari kecil

sudah ditanamkan karakter yang baik oleh orang tua mereka,

sehingga bisa juga dijadikan contoh teladan yang baik khususnya

para pengikutnya umumnya untuk semua umat Islam khususnya di

Indonesia. Buku ini mengungkap perjalanan hidup dan

kebiasaan-kebiasaan kedua tokoh yaitu K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari

2. Tuntunan Melamar dan Menikah secara Islami untuk pria dan

wanita

Buku ini mencoba menghadirkan tuntunan cara seseorang

mencari jodoh, melamar, dan menikah secara Islam. Termasuk

dalam hal ini, aspek-aspek yang hendaknya dimiliki oleh setiap

laki-laki dan perempuan saat mencari jodoh, khitbah atau melamar,

(38)

akan tetapi juga mencoba memahami perasaan cita kasih saying di

antara lawan jenis, laki-laki dan perempuan. Melalui Al-Qur’an

dan Hadits serta para ulama, Islam menganggap penting

memberikan panduan tentang cara mencari jodoh, tuntunan

melamar, hingga tata cara melangsungkan pernikahan dengan

detail kepada pemeluknya. Tujuannya adalah untuk memberikan

pengajaran kepada mereka tentang cara yang baik dan tidak baik.

Sedikit contoh dari buku ini mengenai mencari pasangan

dalam Islam, yaitu teguh dalam beragama, penyayang dan subur,

memilih perempuan yang perawan, mengutamakan laki-laki yang

mampu memberi nafkah, mengutamakan yang jauh dari

kekerabatan, dan yang menyenangkan jika dipandang. Serta

kafa’ah (sebanding dalam hal kedudukannya).

3. Orang Miskin (Boleh) Sukses Sekolah

Buku ini mencoba menghadirkan beberapa orang sukses dan

terkenal, yang dulunya orang-orang ini berasal dari keluarga

miskin dengan sarana dan fasilitas terbatas. Mereka orang-orang

sukses yang lebih didahului oleh kegagalan demi kegagalan dalam

misi mereka. Mereka meraih kesuksesan bukan dengan sekejap

mata, akan tetapi dengan rajin belajar dan berusaha dengan keras.

Mereka menyadari proses situ wajib adanya, dan hasil sebagai

(39)

Sebagai contoh, dalam buku menghadirkan sosok Harsisto

yang seorang anak petani bisa memperoleh gelar Profesor Riset

dari Tokyo University. Dia yang yang menjelma menjadi anak

kuliah di ITB, dengan keadaan ekonomi yang sangat kurang, tidak

membuatnya patah semangat dan berusaha dengan susah payah

sampai lulus dan wisuda. Setelah wisuda dia masih mau

melanjutkan kuliahnya sambil bekerja di Lembaga Metalurgi

Nasional (LMN-LIPI) sebagai tenaga honorer, akhirnya mampu

memperoleh gelar Profesor Riset dari Tokyo University.

4. Jasad-Jasad yang Harum

Beberpa fenomena orang menignggal jasadnya harum dan

bahkan utuh sering terjadi. Biasanya orang yang sudah meninggal

apalagi sampai bertahun-tahun tentu saja jasadnya akan terurai

bahkan hancur dan hanya tulang belulang. Akan tetapi ada

beberapa orang khusus yang diberi rahmat oleh Allah swt,

sehingga jasadnya tetap utuh meskipun sudah dikubur selama

bertahun-tahun.

Di dalam buku disebutkan bahwa Kiai Abdullah jasadnya

harum dan utuh setelah 26 tahun dikuburkan. Kiai Abdullah adalah

ulama dan pembimbing masyarakat di wilayah Batu, Ceper,

Tangerang. Sepanjang hidupnya, Kiai Abdullah menghabiskan

waktunya untuk belajar dan mengajar agama. Materi yang

(40)

Al-Quran, serta kitab-kitab lain seperti Jurmiyah, Nahwu, Sharraf,

Fathul Kharib, Fathul Mu’in serta tafsir Jalalain karya Imam

Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyiti. Soal jasad

Kiai Abdullah yang utuh dan mengeluarkan bau ketika jenazah

hendak dipindah dari tempat asalnya, banyak kejadian yang aneh,

alat yang digunakan untuk menghancurkan Mushola di mana

beliau dimakamkan tiba-tiba tidak berfungsi, dan masih banyak

kejadian lainnya.

5. Tempatkan Orang Tuamu di atas Kepala Niscaya Mulia Hidupmu

Buku ini menjelaskan berbagai macam cara berbakti kepada

kedua orang tuan, serta keutamaan dan manfaat bagi seorang anak

yang selalu memuliakan kedua orang tuanya. Selain buku ini

mengetengahkan keutamaan memuliakan dan berbakti kepada

kedua orang tua, buku ini juga menjelaskan mengapa kita harus

berbakti kepada kedua orang tua dan dengan cara apa kita

melakukannya. Buku ini berusaha menekankan kepada pembaca

khususnya begitu pentingnya orang tua dalam kehidupan kita dan

bagaimana kita harus memuliakan dan memperlakukan mereka

dengan cara yang paling baik.

6. Aku Terpaksa Membunuh

Sekilas tentang buku ini, perang adalah alternatif terburuk

dari yang paling buruk. Setiap penentangan terhadap peperangan

(41)

peperangan itu berlatar belakang kepentingan politik dan ekonomi

belaka. Perang selalu menyisakan kehancuran, luka, dan derita

berkepanjangan.

Buku ini menghadirkan kisah-kisah inspirasional para tokoh

prajurit militer pemberani, tidak saja untuk berperang, yang

menentang peperangan itu sendiri dan perintah komandan mereka.

Dengan cara mereka sendiri, para prajurit ini berjuang untuk

sesuatu yang lebih besar dari apa yang diperjuangkan oleh prajurit

lainnya. Keberanian tindakan dan keputusan mereka membuka

mata dunia tentang arti kemanusiaan. Mereka bukanlah para

pengecut, yang lari dari medan perang!

Justru merekalah para pahlawan kemanusiaan yang

sesungguhnya, yang berjuang untuk kepentingan dan perdamaian

seluruh tentara di dunia. Kisah-kisah mereka tersaji di sini dengan

amat menggetarkan, penuh ketulusan, pendalaman makna

kemanusiaan.

7. Berbagai Terapi Kesehatan Melalui Amalan

Sekilas tentang buku ini, sehat alami sekaligus mendapat

pahala besar, solusinya hanya satu, ibadahlah dengan benar sesuai

yang diperintahkan Allah Swt, dan sesuai dengan apa yang telah

dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Apabila semua ibadah

(42)

Saw, dijamin tubuh Anda akan sehat secara alami dan tidak

membutuhkan biaya.

Dengan gamblang, buku ini memaparkan bagaimana

mekanisme ibadah-ibadah tersebut dalam menjamin kesehatan

pelakunya. Terapi Kesehatan itu yaitu,

a) Terapi Kesehatan dengan Wudhu

b) Terapi Kesehatan dengan Shalat

c) Terapi Kesehatan dengan Puasa

d) Terapi Kesehatan dengan Doa dan Dzikir

e) Terapi Kesehatan dengan Membaca al-Qur’an

f) Terapi Kesehatan dengan Siwak

8. Dzikir Itu Ajib Bukti Bukti Dzikir dapat Menyempu

Buku ini memuat beragam doa keterhindaran dari berbagai

masalah yang acap kali mendera hidup kita, mulai dari berbagai

musibah, penyakit, kegelisahan jiwa, kejahatan, hingga

persoalan-persoalan yang mengganggu dunia usaha, karier, dan rumah

tangga. Bersama buku ini, anda akan dibimbing bagaimana cara

memohon kepada Allah Swt agar segera dapat keluar dari segala

masalah itu. Amalan doa-doa dalam buku ini, insya Allah, akan

mengantarkan anda pada pintu penyelesaian segala permasalahan.

Buku ini menjadi semakin istimewa sebab dilengkapi dengan cara

baca doa dalam tulisan Latin, sehingga akan memudahkan bagi

(43)

buku ini pun dilengkapi dengan terjemah di setiap doanya,

sehingga akan membuat anda semakin khusyuk dalam berdoa

sebab memahami makna setiap kalimatnya.

9. Jalan Jalan Tikus Bisa Umrah Haji

Sekilas tentang buku ini, di mana ada banyak cara menuju

Makkah untuk dapat melaksanakan ibadah haji dan umrah, mulai

dari yang resmi, semi resmi, haji plus, haji turis, hingga jalan tikus.

Jalan tikus? Ya, sebuah cara berangkat haji tanpa modal. Tapi

mungkinkah? Kementerian agama menyatakan tidak boleh.

Pemerintah Arab Saudi juga mengatakan tidak bisa.Tapi, bagi

Anda yang minim modal, jalan tikus menjadi sangat mungkin dan

sangat bisa untuk dilakukan.

Buku ini juga dilengkapi dengan tips mendapatkan tiket

pesawat yang sangat murah, memilih pesawat yang aman,

menghemat biaya di perjalanan, serta dilengkapi dengan doa-doa

seputar haji dan umrah. Buku ini berisi tentang Mengenal Jalan

Tikus; Berangkat Haji dan Umrah Supermurah, Persiapan untuk

Berangkat Haji dan Umrah Melalui Jalan Tikus, Tips Mendapatkan

Paspor dan Dokumen Penting dalam Perjalanan, Tips Mudah

Mendapatkan Tiket Pesawat yang Sangat Murah, Tips Aman

Menunaikan Haji dan Umrah Melalui Jalan Tikus, Doa-Doa

(44)

10. Panduan Lengkap Membagi Harta Waris

Sekilas tentang buku ini, pembagian harta waris perlu

diatur, sebab dengan aturan tersebut, tercipta keadilan dan

kesetaraan di antara para ahli waris. Selain itu, persoalan

pembagian harta waris kerap kali menuai konflik dan pertikaian

antar keluarga yang berujung pada hilangnya nyawa seseorang. Itu

tak lain karena waris bersinggungan dengan persoalan materi dan

hak kepemilikan, yang meniscayakan keadilan dan kesetaraan.

Meskipun demikian, tidak sedikit masyarakat yang merasa

kesulitan membagi harta waris bagi orang-orang yang berhak

menerimanya. Bahkan, hanya kalangan tertentu yang bisa

menangani masalah pembagian harta warisan.

Selain itu, sangat jarang bahkan belum ada buku panduan

mudah tentang pembagian harta warisan. Nah, atas dasar itulah,

buku ini hadir di hadapan anda. Di dalamnya, berisi panduan super

mudah dalam membagi harta waris sesuai dengan ketentuan di

dalam syariat Islam. Sehingga, pertikaian dan perselisihan di

lingkungan keluarga dan kerabat dapat dihindari. Bersama buku

ini, anda mampu memahami secara mudah tentang sebab-sebab

terjadinya waris, tentang orang-orang yang berhak menerima harta

(45)

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Nilai Pendidikan Karakter

1. Nilai

Nilai adalah sesuatu yang yang dinilai positif, dihargai,

dipelihara, diagungkan, dihormati, membuat orang gembira, puas

bersyukur (kepuasan rohani). Kalau seseorang mengambil pilihan dan

ternyata setelah mengalami pilihannya itu ia menjadi gembira, kiranya

ia menemukan nilai bagi dirinya, tetapi sebaliknya kalau seseorang

lalu menjadi murung, sedih, karena pilihannya kiranya ia membuat

suatu pilihan yang keliru (Kaswardi, 1993:8).

Rokeach memberikan batasan (pengertian) tentang nilai, yaitu

keyakinan dasar bahwa suatu modus perilaku atau keadaan akhir

eksistensi yang khas lebih disukai secara pribadi atau social

dibandingkan modus perilaku atau keadaan akhir eksistensi kebalikan

atau lawannya. Dalam pengertian itu, lebih jauh dijelaskan bahwa

nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa

yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai mempunyai atrribut isi dan

intensitas (Budiyono, 2007:71).

Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat

(46)

semakin meningkat sesuai dengan peningkatan daya tangkap dan

pemaknaan manusia sendiri (Thoha, 1996: 62).

2. Pendidikan

Menurut Jhon Dewey dalam buku Pendidikan Karakter

Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, pendidikan adalah

proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan

emosional ke arah alam dan sesama manusia (Muslich, 2011:67).

Suhartono (2008:43) mengatakan bahwa pendidikan memiliki

arti secara luas dan sempit. Menurut sudut pandang luas, pendidikan

adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya

minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan

sesuatu hal yang telah diketahui itu. Keadaan seperti itu berlangsung

di dalam jenis dan bentuk lingkungan sosial sepanjang kehidupan.

Selanjutnya, setiap jenis dan bentuk lingkungan itu mempengaruhi

pertumbuhan individu dalam hal potensi-potensi fisis, spiritual,

individual, sosial, dan religius sehingga menjadi manusia seutuhnya,

manusia yang menyatu dengan jenis dan sifat khusus lingkungan

setempat.

Suhartono (2008:46) menurut pendekatan dari sudut pandang

sempit, pendidikan merupakan seluruh kegiatan yang direncanakan

serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di lembaga pendidikan

sekolah. Pendidikan diartikan sebagai sistem persekolahan. Dalam hal

(47)

diselenggarakan oleh institusi persekolahan (shcool education) untuk

membimbing dan melatih peserta didik agar tumbuh kesadaran

tentang esksitentsi kehidupan dan kemampuan menyelesaikan setiap

persoalan kehidupan yang selalu muncul.

Pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan

penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia.

Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia untuk

membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan

yang ada dalam masyarakat (Rokib, 2009:15).

3. Karakter

Helen G. Douglas mengatakan bahwa karakter tidak

diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan

hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran,

tindakan demi tindakan (Hariyanto, 2011:41).

Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak

sering kali tidak jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Dalam bahasa

Jawa dikenal istilah “Kacang ora ninggal lanjaran” (Pohon kacang

panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu temaptnya

melilit dan menjalar) (Samani, 2011:43).

Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang

khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup

(48)

Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara

berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,

pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan (Hariyanto, 2011:41).

4. Pendidikan Karakter

Dalam buku Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan

Praktik, Pitchard mendefinisikan karakter adalah sesuatu yang

berkaitan dengan kebiasaan hidup individu yang bersifat menetap dan

cenderung positif (Zuchdi, 2011:27).

Menurut Ratna Megawangi dalam buku “Pendidikan

Karakter”, mendefinisikan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah

usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan

dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga mereka dapat berkontribusai yang positif kepada

lingkungannya. Definisi lain dari Fakry, pendidikan karakter adalah

sebuah proses tranformasi nilai-nilai kehidupan untuk

ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi

satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut ada

tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses tranformasi nilai-nilai, 2)

ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, 3) menjadi satu dalam

perilaku (Kesuma, 2012:5).

Menurut Lickona pendidikan karakter akan meningkatkan

kognitif, afektif, dan perilaku dan perilaku manusia yang lebih

(49)

yang lahir didasari oleh nalar dan pemikiran (yang tepat). Pendidikan

karakter yang baik, ideal disebut sebagai pendidikan karakter luhur.

Konsep ini mencakup makna etik dan etiket sekaligus. Artinya,

pendidikan karakter adalah nilai, aturan baik buruk yang harus

diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari (Endraswara, 2013:3).

Pendidikan karakter juga dapat didefiniskan sebagai

pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good

character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan

nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam

hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya

dengan Tuhannya (Samani, 2013:44).

5. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-niali yang

baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan, karena itu

tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada

segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin

dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan (Tirtarahardja, 2008:37).

Kesuma (2012:9) tujuan pertama pendidikan karakter adalah

memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu

sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah

maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Tujuan

kedua pendidikan karakter adalah mengkoreksi perilaku peserta didik

(50)

sekolah. Tujuan ketiga dalam pendidikan seting sekolah adalah

membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat

dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter bersama.

Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada

pencapaian pembentukan karakter dan ahklaq mulia peserta didik

secara utuh, terpadu, dan seimbang (Muslich, 2011:81).

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut UUSPN No.20

tahun 2003 Bab 2 Pasal 3: pendidikan nasional adalah

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, berujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab

(Kesuma, 2011:6).

B. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

Merujuk pada buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad

Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi ini dijelaskan bahwa

sosok K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari mempunyai karakter

(51)

kebiasaan-kebiasaan mereka berdua. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter dalam

kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

sebagai berikut:

1. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan

a. Tidak membedakan antar sesama

Kebiasaan Dahlan berkawan dengan orang-orang biasa dan dari kalangan keluarga miskin sejak kecil menjadikan dirinya selalu mawas diri. Lebih dari itu, kebiasaan pergaulan yang melampaui srata social ketika itu, menjadikan dirinya sebagai sosok yang diidolakan dan dibanggakan. Tidak hanya bagi keluarganya, bahkan bagi teman-teman sepermainan dan masyaratakat sekitarnya. Kebiasaan Dahlan bergaul dengan kalangan sastra bawah menjadi modal utama dikemudian hari dalam berperilaku lebih bijak dan menghargai orang-orang tidak mampu (Sanusi, 2013;81).

b. Berpikir Kritis

K.H. Ahmad Dahlan mempunyai kebiasaan memandang maksura. Maksura ialah tempat khusus untuk sujud yang terkenal. Menurut masyarakat itu hal yang biasa, namun menurut K.H. Ahmad Dahlan hal itu sangat aneh. Secara tidak langsung ini sama saja dengan adanya sistem kastanisasi dalam beragama. Tidak hanya tentang

maksura, Darwis (K.H. Ahmad Dahlan), pemuda Kauman itu juga pernah bertanya tentang slametan, ruwatan, nyadran, dan padusan.

Kebiasaan mengamati yang ‘aneh-aneh’ dan berpikir kritis ini

berlanjut hingga Darwis dewasa (Sanusi, 2013:3).

Salah satu hal yang menjadi kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan sejak kecil adalah suka merenungi tradisi masyarakat. Bagi K.H. Ahmad Dahlan, tradisi sosial yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Kauman sudah melampaui sosial-keagamaan tidak serta merta dapat diubah begitu saja. Butuh perenungan dan ajakan yang pelan-pelan (Sanusi, 2013:47)

.

c. Suka mengaji setiap sore di Masjid

(52)

terlalu mengherankan ketika ia mengaji di Masjid Gedhe Kaumanmenjadi satu-satunya anak yang paling pintar (Sanusi, 2013:34).

d. Senang shalat berjama’ah

Shalat berjama’ah merupakan hal yang paling disenangi K.H.

Ahmad Dahlan. Kalau tidak ada halangan yang memang berat, ia

selalu melaksanakan shalat berjma’ah. Kebiasaan tersebut tidak

dating begitu saja. Kiranya sudah dipupuk semenjak ia masih kanak-kanak. Kebiasaan ayahnya mengajak Darwis kecil (K.H.

Ahmad Dahlan) ke masjid untuk shalat berjama’ah secara tidak

langsung telah mendarah daging bagi pembentukan karisma dan sufisme K.H. Ahmad Dahlan di masa-masa selanjuntya.

Kesenganan shalat berjma’ah bagi K.H. Ahmad Dahlan lebih besar

dibandingkan kesenangan seseorang terhadap barang berharganya (Sanusi, 2013:37).

e. Pergi lebih awal untuk shalat Jum’at

Sebagaimana kebiasaan-kebiasaan baik yang lain, pergi lebih awal

untuk awal untuk shalat jum’at telah dipraktikkan oleh K.H.

Ahmad Dahlan semenjak belum baligh. Ia selalu diajak bapaknya pergi ke masjid, begitu pula ketika hari jum’at. Kebiasaan yang diajarkan kepada Darwis ini tidak serta merta diikuti begitu saja. Sebagaimna halnya anak kecil pada umumnya, kadang malas untuk

melakukan apa yang menjadi “kewajiban” seseorang yang sudah

baligh (Sanusi, 2013:42).

f. Selalu meminta izin ketika keluar rumah

Praktik meminta izin keluar rumah biasanya Dahlan lakukan pada saat keluar rumah, baik untuk mengaji, bermain, atau sekadar pergi ke rumah sanak familinya di sekitar Kauman (Sanusi, 2013:57).

g. Senang bersedekah

(53)

h. Belajar pada lingkungan keluarga

Kebiasaan lain K.H. Ahmad Dahlan ketika masih kecil ialah senang belajar pada orang-orang hebat di lingkungan keluarganya. Di samping mengaji kepada Kiai Kamaludiningrat, Dahlan kecil juga belajar pada banyak tokoh di kampong Kauman yang juga masih ada hubungan kekeluargaan dengannya. Pendidikan merupakanhal yang tak dapat dipisahkan dari keluarga Dahlan (Sanusi, 2013:66).

i. Senang berdiskusi

Kebiasaan berdiskusi telah dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan sejak dirinya masih belia, karena ayahnya orang terpandang tidak sulit bagi Dahlan kecil untuk mengikuti rangkaian rapat atau musyawarah. Dari kebiasaan tersebut, Dahlan secara tidak langsung dapat mengamati bagaimana orang lain mengemukakan pendapatnya. Inilah yang menjadi landasan sosiologis ketika menjadi Kiai besar dan bertemu dengan orang-orang besar (Sanusi, 2013:72).

j. Bersahabat dengan orang besar

Muhammad Darwis memliki kebiasaan selalu bersahabat dengan orang-orang besar dan orang-orang baik di lingkungannya. Walaupun ia tidak pilih kasih dalam berinteraksi dengan siapa pun, namun bagi Darwis bershabat akrab dengan orang-orang besar akan menjadikan dirinya besar dan terus bersemangat menjadi orang besar dengan ilmunya. Kebiasaan bersahabat dengan orang besar Darwis lakukan hingga dirinya menjadi Ahmad Dahlan (Sanusi, 2013:77).

k. Sayang terhadap anak yatim

(54)

l. Gemar mengucap salam

Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan ketika berpapasan dengan orang lain di jalan ialah mengucapkan salam. Assalamu’alaikum (aku berdoa semoga keselamatan selalu menyertaimu), begitulah kata salam yang acap kali diucapkan oleh K.H. Ahmad Dahlan kepada masyarakat atau orang lain yang berpapasan dengannya. Kebiasaan baik tersebut dibawa ke mana-mana dan dalam kondisi apa pun (Sanusi, 2013:114).

m. Mendendangkan shalawat

Inilah yang menjadi kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan sehari-hari. Ia sangat senang mendendangkan shalawat atau mengirimkan shalawat kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Dalam keadaan apa pun, K.H. Ahmad Dahlan biasanya tak pernah lupa untuk bershalawat. Kebiasaan tersebut ia lakukan ketika ia membuka pengajian, baik di langgarnya sendiri atau di luar Yogyakarta (Sanusi, 2013:122).

n. Terbiasa bermuhasabah

K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang yang sangat hati-hati dalam kehiduapan sehari-harinya. Kebiasaan sehari-hari yang K.H. Ahmad Dahlan lakukan serba berdasarkan pemikiran matang. Walaupun bertindak tegas dan praktis, K.H. Ahmad Dahlan biasanya terlebih dahulu berpikir dampak positif dan negatifnya dari sebuah persoalan. Kebiasaan muhasabah (intropeksi) merupakan suatu hal yang sering dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Apalagi, sehabis shalat tahajjud, biasanya ia akana menyempatkan beberapa saat untuk melakukan intropeksi (Sanusi, 2013:125).

o. Senang bersilaturahim

(55)

p. Senang berorganisasi

Semangat K.H. Ahmad Dahlan adalah semangat berorganisasi. Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan sebagai seorang yang berilmu dan aktif adalah mengikuti berbagai organisasi kepemudaan. Bahkan, sebelum ia sepenuhnya berjhidmat membangun Muhammadiyah, ia aktif dibeberapa organisasi elite pribumi. Senang berorganisasi barangkali menjadi salah satu napas dakwah K.H. Ahmad Dahlan mempunyai rasa gamang atau getir menghadapi segala sesuatu (Sanusi, 2013:147).

r. Menghargai perbedaan

Menghargai perbedaan menjadi cara pandang K.H. Ahmad Dahlan dalam kehidupan sehari-hari pada masa-masa awal perjuangannya mendirikan gerakan tajdid, ia sangat menghargai keputusan Kiai Kamaludiningrat yang tidak menghendaki perubahan arah kiblat. Walaupun begitu, hal itu tidak lepas dari genggamannya K.H. Ahmad Dahlan. Ia tetap berusaha memberikan pemahaman yag baik kepada masyarakat, perihal beragama yang benar. Atas usaha kesabarannya tersebut akhirnya masyarakat Kauman, bahkan di seluruh Nusantara, dapat menerimnya dengan tangan lapang (Sanusi, 2013:158).

g. Tidak mengkultuskan makam

Referensi

Dokumen terkait

Di salah satu hutan lebat tumbuhlah bermacam-macam po- hon kecil maupun besar di samping semak belukar yang sukar di- tembusi oleh manusia yang ingin lalu di

Pandangan hidup Ambika mencerminkan mentalitasnya sebagai perempuan. Pandangan tersebut merupakan representasi pandangan hidup yang paternalistis dan feodal ² bahwa

Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan mengeksplor tanggapan mengenai praktik kartu kredit syariah dalam hal ini aplikasi iB Hasanah Card dari berbagai sudut

Demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja (Ha) 1 diterima dan (Ha) 2 ditolak, atau dengan kata lain Ha (1) : Ada Hubungan Menonton Tayangan FTV Sinema Wajah

Likuiditas Terhadap Struktur Modal dan Kebijakan Dividen yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2010-2014 ” bertujuan sebagai salah satu persyaratan yang harus

Based on the synthetic data in Figure 1, next order p, q order, ARMA model parameter. and variance o' are estimated by using the

Infrastruktur merupakan modal awal yang menjadi titik fokus kami dalam membangun konektivitas antar wilayah untuk menciptakan rantai perekonomian baru di

Karena memiliki tubuh yang sehat merupakan salah satu dambaan setiap orang, karena kekayaan tidak akan dapat kita nikmati apabila tubuh tidak sehat, sehingga