NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF
K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM
ASY’ARI
KARYA M. SANUSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)
OLEH
NANANG SUGIONO
NIM: 11111182
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
MOTTO
Jadikanlah karakter layaknya air,
siapapun, apapun, dan sampai kapanpun
akan terus dibutuhkan
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Orang tuaku tercinta bapak Nasrodin dan ibu Ngadiyem, yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan do’a
yang tak pernah putus untuk putra-putranya.
2. Anggota keluargaku yang selalu mendukungku dan selalu memberi
semangat dan membantuku yaitu adikku Muhammad Muchlisun.
3. Bapak Imam Mas Arum M.Pd yang telah sabar membimbing dan
mendo’akan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Teman-temanku PAI E dan angkatan 2011 yang sama-sama berjuang dan
belajar di IAIN Salatiga (khususnya temen-temen Chrysophyllum
Cainito).
5. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah
SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut
setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Bapak Imam Mas Arum M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
5. Ibu Dra.Urifatun Anis, selaku pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan
penuh kasih sayang dan kesabaran.
8. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penyelesaian skripsi ini
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 24 Februari 2016
Penulis,
Nanang Sugiono
ABSTRAK
Sugiono, Nanang. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku
“Kebiasaan-Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari” karya M. Sansusi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan IlmuKeguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata kunci: Nilai Pendidikan Karakter
Perilaku anarkisme dan ketidakjujuran marak dikalangan peserta didik, misalnya saja tawuran, menyontek, plagiarisme bahkan sampai menggunakan narokoba membuat semakin merosotnya karakter bangsa. Buku ini mengandung nilai pendidikan karakter yang bisa digunakan acuan untuk mengatasi masalah merosotnya karakter. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah nilai pendidikan karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan
Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi?.
Bagaimanakah implementasi nilai pendidikan karakter dalam buku
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M.
Sanusi ke dalam kehidupan sehari-hari?.
Penelitian ini adalah literature (kepustakaan), dan ditambah dengan metode wawancara dengan penulis buku melalui email. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati pada sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini, serta wawancara dengan penulis buku mengenai informasi buku yang diteliti. Pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder.
Hasil penelitian ini adalah Nilai Pendidikan Karakter dalam buku
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim Asy’ari
karya M. Sanusi yaitu disiplin dan taat dalam melakukan ibadah, menghargai perbedaan dan kritis (membenarkan tradisi yang tidak sesuai dengan syariat islam), senang mendendangkan shalawat dan membaca al-qur’an, tanggung jawab terhadap perintah allah swt, tidak membedakan antar sesama, memiliki jiwa kepemimpinan, dermawan, senang melakukan diskusi atau musyawarah, senang bersilaturahim kepada orang lain,senang berorganisasi. Buku tentang
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M.
Sanusi bisa dijadikan semacam acuan bagi peserta didik dalam melakukan kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-harinya seperti yang dicontohkan
oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari sehingga karakter peserta
didik akan terbentuk ke arah yang lebih baik. Adapun metode yang bisa digunakan oleh orang tua maupun guru dalam mendidik peserta didik adalah metode bercerita, metode teladan, metode mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an, mengajari berdoa langsung mengajar dengan biola, mengajar dengan metode murid bertanya, mengajar secara sorogan dan bandongan.
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Kegunaan Penelitian ... 9
E. Metode Penelitian ... 11
F. Penegasan Istilah ... 14
G. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II MENGENAL BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI KARYA M. SANUSI A. Biografi M. Sanusi ... 17
Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari ... 20
C. Sistematika Penulisan Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif
K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari ... 23
D. Karya dari M. Sanusi ... 24
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Nilai Pendidikan Karakter ... 32
B. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari ... 37
C. Metode pembelajaran yang terdapat dalam buku
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim
Asy’ari karya M. Sanusi ... 48
BAB IV PEMBAHASAN
A. Nilai Pendidikan Karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan
Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya
M. Sanusi ... 53
B. Implementasi Nilai Pendidikan Karakter dalam buku
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi ... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Riwayat Hidup Penulis
3. Lembar Konsultasi
4. Daftar wawancara dengan penulis buku melalui email
5. Fotokopi sampul buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting, karena
dengan pendidikan kita menjadi memiliki wawasan yang luas serta bisa
membuat kita mempertanyakan suatu hal. Hal ini yang nantinya membuat
kita menjadi sadar tentang pentingnya pendidikan. Di dalam pendidikan
banyak sekali ilmu-ilmu pengetahuan, baik itu ilmu sains, ekonomi, sosial,
agama, budaya dan sebagainya.
Pendidikan bisa juga memiliki makna yang sempit, yaitu
pengajaran-pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai
pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan
sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar
mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap
tugas-tugas sosial mereka. (Mudyahardjo, 2001:6).
Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh
danberkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik,
ranah afektif bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah
psikomotorik akan bermuara pada ketrampilan dan perilaku (Damayanti,
Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar yang
terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal, dan informal di
sekolah dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan
optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan individu/peserta didik,
agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.
(Mudyahardjo, 2001:11).
Pada era sekarang ini, di mana informasi dan teknologi berkembang
sangat cepat sekali memberikan dampak positif bagi kita terutama di
bidang pendidikan, karena memudahkan kita semua untuk lebih mudah
dalam menambah wawasan, mempelajari ilmu pengetahuan guna untuk
menghadapi tantangan zaman. Namun, disatu sisi perkembangan informasi
dan teknologi yang sangat cepat itu bisa dikatakan memberikan dampak
negatif terhadap pertumbuhan karakter bangsa.
.
Di samping itu, perilakuanarkisme dan ketidakjujuran marak dikalangan peserta didik, misalnya
saja tawuran, menyontek, plagiarisme bahkan sampai menggunakan
narokoba membuat semakin merosotnya karakter bangsa.
Di sisi lain banyak terjadi penyalahgunaan wewenang oleh para
pejabat Negara sehingga korupsi semakin merajalela hampir disetiap
instansi pemerintah. Perilaku-perilaku seperti itu telah menunjukan bangsa
ini telah terbelit oleh rendahnya moral, karakter. Sebagai alternatif yang
bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas
generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan
Melihat kondisi tersebut, pendidikan karakter menjadi begitu penting
karena dapat mengurangi bahkan mengatasi permasalahan karakter yang
tidak baik yang dilakukan oleh peserta didik maupun para koruptor.
Pendidikan yang merupakan agent of change harus mampu
melakukan perbaikan karakter bangsa kita, karena itu di dalam proses
pendidikan harus ditanamkan pendidikan karakter sehingga mampu
mengemban misi pembentukan karakter sehingga para peserta didik dapat
berpartisipasi dalam menghadapi tantangan kehiduapan di masa
mendatang. Pendidikan karakter tidak sekadar mengajarkan mana yang
benar dan mana yang salah kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu
pendidikan karakter ini menanamkan kebiasaan tentang yang baik sehingga
peserta didik paham, mampu merasakan dan mau melakukan yang baik.
Pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan
akhlak atau pendidikan moral. (Zuchdi, 2012:17).
Islam adalah agama yang memberikan pembelajaran yang tegas
tentang karakter, seperti yang dicontohkan oleh suri teladan kita yaitu
beliau Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil membangun karakter
umat islam menjadi lebih baik. Dalam konsep Islam, karakter mulia
merupakan hasil dari pelaksanaan seluruh ketentuan islam (syariah) yang
didasari dengan fondasi keimanan yang kokoh (aqidah).Di dalam
Al-Qur’an pun telah dijelaskan mengenai pendidikan karakter yang terdapat
12. dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Terdapat nilai pendidikan karakter dalam QS Luqman ayat 12-19
yaitu tentang pandai syukur, iman kepada Allah, berbakti kepada kedua
orang tua, ibadah kepada Allah Swt, tidak boleh sombong, tidak boleh
berbicara keras.
Suri tauladan bagi umat Islam yang utama ialah beliau Nabi
Muhammad SAW, beliau adalah manusia yang memiliki karakter yang
sangat baik tidak ada manusia yang mampu menyamai karakter beliau
karena beliaulah suri teladan seluruh umat Islam di dunia. Namun, di
Indonesia ini kita memiliki dua orang tokoh yang mempunyai karakter
mereka juga mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan islam,
yaitu K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari. Mereka berdua
adalah tokoh agama Islam yang sangat terkemuka di Indonesia, sampai
mereka mendirikan organisasi Islam yaitu Muhammadiyah oleh K.H.
Ahmad Dahlan dan Nahdlatul Ulama (N.U) oleh K.H. Hasyim Asy’ari.
Mereka berdua mempunyai ilmu pengetahuan yang luas serta
memiliki karakter yang baik dan mulia. Melalui buku yang yang berjudul
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim
Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi. Penulis buku tersebut hendak
memberikan informasi tentang bagaimana kehidupan kedua tokoh agama
tersebut, bukan sekadar biografi seperti buku-buku lainnya, namun penulis
buku tersebut menjelaskan tetang kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
kedua tokoh tersebut dari sejak kecil hingga menjadi besar dan menjadi
seorang ulama yang terkemuka serta membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan Islam di Indonesia ini khususnya.
Sekilas tentang sosok keduanya, yaitu K.H. Ahmad Dahlan lahir di
kampung Kauman (sebelah barat alun-alun utara) Yogyakarta, pada
tanggal 1 Agustus 1868. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara
(semua saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya) dari seorang aah
yang bernama K.H. Abu Bakar bin Kiai Sulaiman, seorang ulama dan
khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu,
juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta. Ahmad Dahlan semasa
kecil dikenal dengan nama Muhammad Darwis (Sucipto, 2010: 49).
Merujuk pada buku yang diteliti oleh penulis, dalam kebiasaan K.H.
Ahmad Dahlan tercermin karakter yang baik dan bisa dijadikan contoh
teladan bagi individu maupun peserta didik, misalnya K.H. Ahmad Dahlan
adalah sosok orang yang dalam kesehariannya tidak meninggalkan shalat
dan selalu melakukan shalat berjma’ah, senang bersedekah, hormat dan
patuh kepada kedua orang tuanya, sayang terhadap anak yatim, senang
berdiskusi, senang berorganisasi, gemar mengucap salam, senang
bersilaturahim, tidak membedakan antar sesama, kritis, menghargai
perbedaan.
Kemudian sekilas tentang sosok K.H. Hasyim Asy’ari. Nama
Muhammad Hasyim adalah pemberian orang tuanya, ia lahir dari keluarga
kyai di Jawa pada tanggal 14 Februari 1871 atau 24 Dhul Qi da 1287 di
desa gedang, sekitar dua kilometer jombang timur. Ayahnya Asy'ari adalah
pendiri pesantren Keras di jombang, sementara itu, kakeknya Kyai Usman,
adalah kyai terkenal dan pendiri pesantren Gedangan, yang didirikan pada
kuartal ketiga abad kesembilan belas (Khuluq, 2000:14).
Merujuk pada buku yang diteliti oleh penulis, dalam kebiasaan K.H.
Ahmad Dahlan tercermin karakter yang baik dan bisa dijadikan contoh
teladan bagi individu maupun peserta didik, yaitu suka melerai teman yang
bertengkar, tidak membedakan antar sesama, selalu taat kepada kedua
senang berdiskusi atau musyawarah, senang berorganisasi, suka berdagang,
senang bersilaturahim.
Melalui penjelasan mengenai kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad
Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari tersebur tercermin karakter yang sangat
baik, sehingga dapat dijadikan contoh teladan dalam membentuk karakter
yang baik bagi peserta didik. Peserta didik dapat meneladani
kebiasaan-kebiasaan kedua tokoh tersebut dan menerapkannya ke dalam kehidupan
sehari-hari.
Dari uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
mengangkat fokus pembahasan tentang pendidikan karakter dengan judul
“NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU
KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H. AHMAD DAHLAN DAN
K.H. HASYIM ASY’ARI KARYA M. SANUSI”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam
buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi?
2. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang
terkandung dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad
Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi dalam kehidupan
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam
buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H
Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi
2. Mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung
dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan
K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi dalam kehidupan sehari-hari
D. Kegunaan Penelitan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara
teroritis maupun secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat ini memberikan sumbangan pemikiran dan konsep baru
mengenai pendidikan karakter di kalangan praktisi pendidikan maupun
akademisi sebagai bahan acuan dan rujukan. Bisa juga sebagai pijakan
atau acuan para peneliti dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut
terkait nilai-nilai pendidikan karakter. Manfaat lainnya yaitu hasil
laporan penelitian ini nantinya dapat menambah pengetahuan
mengenai konsep baru tentang pendidikan karakter.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
langsung (praktis) bagi segenap pemerhati dan pelaku pendidikan,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
konsep praktis bagi masyarakat secara luas dalam mengatasi
masalah-masalah pendidikan karakter.
a. Manfaat Bagi Guru Pendidikan Agama
1) Menjadi sumber pertimbangan guru dalam menghadapi
masalah kenakalan siswa didik melalui perbaikan karakter
siswa.
2) Menjadi sumber bagi guru dalam bersikap dan berperilaku agar
sesuai dengan tujuan pembelajaran agama.
b. Manfaat Bagi Para Orang Tua
Manfaat penelitian ini juga bisa dipakai oleh para orangtua
siswa diantaranya sebagai berikut:
1) Menjadi pedoman teoritis bagi orang tua untuk menangani
permasalahan kenakalan anak di rumah.
2) Menjadi sumber atau pedoman perilaku orang tua sehingga
mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya.
c. Manfaat bagi peserta didik
Manfaat penelitian ini juga bisa dipakai oleh peserta didik,
sebagai contoh teladan, kemudian diterapkan ke dalam kehidupan
sehari-hari dengan melakukan berbagai kebiasaan baik seperti yang
dicontohkan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi pustaka (library
research), karena objek kajian studi difokuskan pada kajian sebuah
buku. Data-data yang terkait dengan analisis pembahasan penelitian
berkaitan dengan biografi, latar belakang pendidikan penulis, dan
berbagai hal yang mungkin berpengaruh pada kondisi penulis, baik
secara langsung atau tidak langsung.
Penelitian Pustaka (library research), yaitu jenis penelitian
yang dilakukan degan menelaah dan menggunakan bahan-bahan
pustaka berupa buku-buku, ensiklopedi, jurnal, majalah, dan sumber
pustaka lainya yang relevan dengan topik atau permasalahan yang
dikaji sebagai sumber datanya (Hadi, 1990: 9).
2. Sumber Data
Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
studi kepustakaan yakni pengumpulan data-data dengan cara
mempelajari, mengutip teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah
literature baik buku, artikel ataupun karya tulis lainnya yang relevan
dengan topik penelitian. Data primernya adalah buku yang berjudul
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi. Data sekundernya berupa
buku-buku yang relevan dengan bahan penelitian misalnya Pendidikan
Konsep dan Model dan Pendidikan Karakter, Ilmu Pendidikan dan
masih banyak buku yang lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data penulis lakukan dengan cara membaca
buku-buku sumber, baik primer maupun sekunder. Mempelajari dan
mengkaji serta memahami kajian yang terdapat dalam buku-buku
sumber. Menganalisis untuk diteruskan identifikasi dan
mengelompokkan sesuai dengan sifatnya masing-masing dalam
bentuk per bab.
b. Selain melalui buku-buku sumber baik primer dan sekunder,
penulis dalam mengumpulkan data adalah dengan wawancara atau
interview dengan penulis buku (M. Sanusi) melalui email. Metode
interview atau wawancara yaitu metode yang digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui tentang hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit
atau kecil. (Sugiono, 2011:137). Penggunaan metode interview
dalam penelitian ini untuk mengetahui lebih jauh informasi
tentang penulis buku (M. Sanusi).
c. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan
a. Metode Deduktif
Metode deduktif digunakan untuk menganalisis pada bab II
tentang biografi karya-karya penulis, sinopsis buku Kebiasaan-
Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim
Asy’ari, serta sistematika penulisan buku tersebut. Pada bab III
peneliti membahas tentang teori yang berkaitan dengan
pendidikan karakter serta nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan K.H.
Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari yang berada dalam buku
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H
Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi.
b. Metode Induktif
Berpikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus,
peristiwa-peristiwa yang konkret, kemudian dari
fakta-fakta/peristiwa khusus itu ditarik ke fakta yang bersifat umum
(Sutrisno, 2002:42). Metode induktif digunakan untuk
menganalisis pada bab IV tentang permasalahan yang akan diteliti
yaitu analisis masalah yang bersifat khusus, kemudian diarahkan
pada penarikan kesimpulan yang bersifat umum. Pada bab IV
peneliti membahas tentang nilai-nilai pendidikan karakter ada
dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan
dan K.H. Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi, kemudian
dalam buku yang diteliti oleh penulis dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
F. Penegasan Istilah
1. Nilai
Nilai adalah suatu penghargaan atau kualitas terhadap sesuatu
atau hal, yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang karena
sesuatu hal itu meyenangkan, memuaskan, menarik, berguna,
menguntungkan, atau merupakan suatu sistem keyakinan (Daroeso,
1986:20).
Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas
dasar pilihannya. Definisi ini dilandasi oleh pendekatan psikologis,
karena itu tindakan dan perbuatannya seperti keputusan benar-salah,
baik-buruk, indah-tidak indah, adalah hasil psikologis. Termasuk ke
dalam wilayah ini seperti hasyrat, sikap, keinginan, kebutuhan dan
motif (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007:44).
2. Pendidikan
Pendidikan adalah pengaruh, bantuan atau tuntutan yang
diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik
(Ahmadi, 1991:71).
Pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan
penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia.
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan
yang ada dalam masyarakat (Rokib, 2009:15).
3. Karakter
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara (Samani, 2013: 41).
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara
berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,
pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan (Hariyanto, 2011:41).
4. Kebiasaan
Kebiasaan adalah sesuatu yang rutin kita jalankan. Kebiasaan bisa
berupa sesuatu yang riil dan nyata seperti pergi ke tempat
tertentu,duduk di daerah tertentu atau makan jenis maknan tertentu.
Bisa juga berupa pandangan, pola pikir atau perasaan kejiwaan seperti
menghormati orang lain, perasaan terhadap harga harga diri,
kehormatan, memuliakan tamu dan lain sebagainya (Ibrahim,
2006:23).
G. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara keseluruhan isi atau materi–materi skripsi ini
secara global, maka penulis perlu merumuskan skripsi inike dalam
beberapa bab, yaitu:
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode
Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika
Penulisan Skripsi.
BAB II : Biografi, karya-karya penulis, sinopsis buku Kebiasaan-
Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari,
sistematika penulisan buku.
BAB III : Deskripsi tentang gambaran umum buku Kebiasaan-
Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi dan nilai-nilai
pendidikan karakter dalam buku yang berjudul
Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh M. Sanusi.
BAB IV : Pembahasan berisi tentang analisis nilai- nilai pendidikan
karakter dalam buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari yang ditulis oleh
M. Sanusi.
BAB II
MENGENAL BUKU KEBIASAAN-KEBIASAAN INSPIRATIF K.H.
AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI
KARYA M. SANUSI
A. Biografi M. Sanusi
M. Sanusi lahir pada tanggal 28 Januari 1986 di Sumenep,
Madura. M. Sanusi merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ayah
beliau bernama H. Asy’ari, ibunya bernama Sumadiyah, sedang nama
adik-adiknya adalah Siti Faiqoturrahimah, Insiyah, Jurjis Ardias. M.
Sanusi menempuh pendidikan dasar dan menengah pertama di MI dan
MTS Al-Huda, Desa Gapura Timur, Gapura, Sumenep dan pendidikan
menengah atasnya diselesaikan di MA 1 Annuqayah, Guluk-guluk,
Sumenep, Madura.
Saat ini, penulis berdomisili di Yogyakarta, tepatnya jalan Paris
Km.7, Sewon, Bantul, Yogyakarta dan saat ini penulis belum
menikah.Awal mulai menulis ketika menjadi mahasiswa semester 1
ketika masih kuliah di Universitas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Mulai menulis ke media berupa
artikel dan resensi buku sejak 2005, yang telah dipublikasikan di harian
lokal maupun nasional, seperti Kompas, Seputar Indoneseia, Tempo,
Jawa Pos, Republika, Bisnis Indonesia, Suara Merdeka, Suara Karya,
Kontan, Koran Jakarta, Balipost, lampung Post, Merapi, Minggu Pagi,
Kedaulatan Rakyat, Surabayapost, Surya, dll.
Buku yang pertama kali ia tulis adalah buku yang berjudul tentang
Nabi Khidir. Buku tersebut ditulis oleh M. Sanusi dan temannya yaitu M.
Ali Faki AR. Penulis merasa senang dan bangga, bahkan tidak
menyangka ketika mengetahui bahwa bukunya telah terbit di pasaran baik
itu di toko-toko buku, atau di tempat yang lain. Telah banyak pula
karya-karya yang telah dihasilkan oleh penulis, misalnya Kebiasaan-Kebiasaan
Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, Tuntunan
Melamar dan Menikah secara Islami untuk pria dan wanita, Orang Miskin
(Boleh) Sukses Sekolah, Jasad-Jasad yang Harum, Tempatkan Orang
Tuamu di atas Kepala Niscaya Mulia Hidupmu dan masih banyak yang
lainnya. Walau sudah banyak karya dari penulis belum ada buku atau
karya penulis yang menjadi best seller, namun ada buku yang pernah
beberapa kali ada yaitu buku tentang Abu Bakar.
Dalam menulis sebuah buku tidak serta merta penulis dengan
mudah menulis menjadi sebuah buku, akan tetapi penulis juga mengalami
hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan itu antara lain adalah persoalan
membagi waktu untuk menulis dan mengatur mood. Penulis kesulitan
membagi waktu, karena pada saat mulai menulis beliau sedang kuliah di
UIN Yogyakarta dan mengatur kegiatan lainnya, seperti kegiatan
keorganisasian di kampus tersebut, aktif di pesantren dan Yayasan
meluangkan waktunya untuk menulis disela-sela kegiatannya. Penulis
biasanya menulis pada waktu malam hari setelah kegiatannya selesai.
Selain kesulitan mengatur waktu untuk menulis, penulis juga
mengalami kesulitan dalam mengatur mood. Mengatur mood sangatlah
penting dalam menulis sebuah buku, karena mood yang baik akan
memberikan pikiran positif pada penulis. Dengan pikiran positif penulis
dapat memperoleh banyak inspirasi sehingga dapat berpikir dengan lebih
baik dan menghasilkan karya yang baik pula. M. Sanusi tidak punya cara
khusus dalam mengatur mood, ia hanya memaksakan dirinya untuk
menulis walaupun misal moodnya sedang kurang baik. Penulis tetap
berusaha memaksa pikiran dan fisiknya guna melawan moodnya yang
kurang baik itu untuk tetap menulis sampai akhirnya tulisan selesai.
Latar belakang agama penulis adalah agama Islam dan ia
mengikuti organisasi Islam Nahdlatul Ulama (N.U). Selain aktif di
pesantren dan Yayasan Hasyim Asy’ari di Yogyakarta, penulis juga aktif
di lembaga Media Literacy Circle (MLC), Fakultas Ilmu Sosial dan
Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penulis (M. Sanusi) masih mempunyai keinginan untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, namun untuk
saat ini ia fokus untuk mencari pengalaman kerja terlebih dahulu dan
sambil mengusahakan beasiswa. Saat ini selain menulis, M. Sanusi
bekerja sebagai editor freelance dan kadang menjadi surveyor di beberapa
B. Sinopsis Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan
dan K.H. Hasyim Asy’ariKarya M. Sanusi
Buku ini berisi tentang kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan
dan K.H. Hasyim Asy’ari yang sangat inspiratif sehingga bisa
mengispirasi orang-orang yang membaca buku ini. Dalam hal ini, buku
ini tidak lagi menghadirkan tentang biografi-biografi kedua tokoh dan
sejarah perjuangannya. Buku ini lebih mengulas sisi lain dari kedua tokoh
tersebut. Sisi lain di sini adalah perspektif penulis yang berbeda dari
penulis-penulis lain yaitu penulis buku ini (M. Sanusi) menulis tentang
kehidupan sehari-hari K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari
dalam menjalani hidup.
Latar belakang yang menginspirasi penulis dalam menulis buku
tentang Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari adalah karena selain menarik bagi penulis buku, kedua
tokoh tersebut adalah pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu
Nahdlatul Ulama yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari dan
Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Selain itu,
penulis juga berkeinginan untuk mengangkat inti dari pokok-pokok
pemikiran kedua tokoh tersebut, tentang bagaimana mereka sebenarnya,
pandangan mereka tentang agama, sosial, dan keilmuan. Mengingat
beliau berdua adalah pendiri dua organisasi keagamaan terbesar di negeri
Buku ini tidak lagi menyorot tentang biografi-biografi seperti
kebanyakan buku lainnya, tetapi menyorot kebiasaan sehari-hari K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari yang jarang diekspose dan
diketahui orang banyak. Buku ini dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu
bagian pertama membahas tentang kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad
Dahlan. Contoh kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dalam buku ini
misalnya, di mana pada masa kanak- kanak K.H. Ahmad Dahlan dengan
nama panggilan waktu kecil yaitu Darwis, senang bermain dengan teman
sebayanya, bermain bola, layang-layang, dan lain sebagainya. Selain itu
Darwis juga anak yang patuh kepada kedua orang tuanya dan juga pada
agamanya. Misalnya, ketika mau keluar rumah Darwis selalu meminta
izin kepada kedua orang tuanya, suka mengaji pada waktu sore, senang
solat berjama’ah, pergi lebih awal untuk solat jum’at, senang bersekah.
Kebiasaan K.H. Ahamad Dahlan yang lainnya adalah senang berdiskusi,
bersahabat dengan orang besar, gemar mengucap salam, mendendangkan
solawat, senang berorganisasi, senang bersilaturahim, menghargai
perbedaan dan lain sebaginya.
Bagian kedua membahas tentang kebiasaan- kebiasaan K.H.
Hasyim Asy’ari. Contoh kebiasaan-kebiasaan K.H. Hasyim Asy’ari, yaitu
pada masa kanak- kanak K.H. Hasyim Asy’ari selain suka bermain petak
umpet, K.H. Hasyim Asy’ari sudah mulai mengajar di pesantren ayahnya.
K.H. Hasyim Asy’ari suka melerai temannya yang berkelahi, haus ilmu
senang berpuasa dan sedikit makan, suka membaca dan membeli buku
kemudian menuliskannya kembali, menulis kitab di pagi hari,
membangun silaturahim dengan tetangga, para tokoh agama dan
Negarawan. Selain itu K.H. Hasyim Asy’ari tidak meninggalkan
pekerjaannya sebagai seorang petani, K.H. Hasyim Asy’ari sering pergi
ke sawah dan ladang, sering berdagang kuda setiap pon, melakukan ronda
setiap malam, selain itu juga mengajar para santrinya dengan metode
sorogan dan bandongan dan masih banyak yang lainnya.
Semua tahapan kedua tokoh yang karismatik ini dihadirkan oleh
penulis tanpa terkecuali, mulai dari masa kanak-kanak yang
menyenagkan, menginjak usia dewasa yang penuh semangat hingga
menjadi pribadi yang matang di masa-masa puncak kehidupan keduanya.
Di sisi lain, buku ini juga penting diketahui oleh publik agar bisa
dipelajari, dijadikan panutan atau contoh bagi semua orang. Harapan dari
penulis buku ini adalah buku ini mampu memberikan tambahan wawasan
tentang kebiasaan kedua tokoh karismatik tersebut, serta bisa
menginspirasi pembaca sehingga mampu mencontoh kebiasaan kedua
tokoh karismatik tersebut dan mampu menerapkan kebiasaan baik dalam
C. Sitematika Penulisan Buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ariKarya M. Sanusi
Sistematika penulisan buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari sama seperti sistematika buku
pada umumnya. Halaman pertama adalah judul buku, kemudian halaman
selanjuntya pengantar penulis di mana dalam pengantar tersebut
dijelaskan latar belakang penulis yang mendorong dalam menulis buku
tersebut. Halaman berikutnya adalah daftar isi yang di bagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian satu berisi tentang kebiasaan sehari-hari K.H. Ahmad
Dahlan dan bagian kedua berisi tentang kebiasaan sehari- hari K.H.
Hasyim Asy’ari.
Lebih singkatnya sistematika penulisan buku Kebiasaan-Kebiasaan
Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, yaitu:
1. Halaman Judul
2. Pengantar Penulis
3. Daftar Isi
4. Pembahasan yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu
a. Kebiasaan Sehari-hari K.H. Ahmad Dahlan
b. Kebiasaan Sehari- hari K.H. Hasyim Asy’ari
c. Daftar pustaka
D. Karya dari M. Sanusi
Beberapa karya dari M. Sanusi yaitu
1. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H Ahmad Dahlan dan K.H
Hasyim Asy’ari
Sekilas tentang buku “Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H.
Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari” yang ditulis oleh M.
Sanusi menjelaskan bagaimana sosok kedua yang begitu santun,
sopan, taat pada orang tua dan agama, membantu sesama,
memakmurkan masjid dan sebagainya. Bisa dikatakan bahwa
sosok K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari dari kecil
sudah ditanamkan karakter yang baik oleh orang tua mereka,
sehingga bisa juga dijadikan contoh teladan yang baik khususnya
para pengikutnya umumnya untuk semua umat Islam khususnya di
Indonesia. Buku ini mengungkap perjalanan hidup dan
kebiasaan-kebiasaan kedua tokoh yaitu K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.
Hasyim Asy’ari
2. Tuntunan Melamar dan Menikah secara Islami untuk pria dan
wanita
Buku ini mencoba menghadirkan tuntunan cara seseorang
mencari jodoh, melamar, dan menikah secara Islam. Termasuk
dalam hal ini, aspek-aspek yang hendaknya dimiliki oleh setiap
laki-laki dan perempuan saat mencari jodoh, khitbah atau melamar,
akan tetapi juga mencoba memahami perasaan cita kasih saying di
antara lawan jenis, laki-laki dan perempuan. Melalui Al-Qur’an
dan Hadits serta para ulama, Islam menganggap penting
memberikan panduan tentang cara mencari jodoh, tuntunan
melamar, hingga tata cara melangsungkan pernikahan dengan
detail kepada pemeluknya. Tujuannya adalah untuk memberikan
pengajaran kepada mereka tentang cara yang baik dan tidak baik.
Sedikit contoh dari buku ini mengenai mencari pasangan
dalam Islam, yaitu teguh dalam beragama, penyayang dan subur,
memilih perempuan yang perawan, mengutamakan laki-laki yang
mampu memberi nafkah, mengutamakan yang jauh dari
kekerabatan, dan yang menyenangkan jika dipandang. Serta
kafa’ah (sebanding dalam hal kedudukannya).
3. Orang Miskin (Boleh) Sukses Sekolah
Buku ini mencoba menghadirkan beberapa orang sukses dan
terkenal, yang dulunya orang-orang ini berasal dari keluarga
miskin dengan sarana dan fasilitas terbatas. Mereka orang-orang
sukses yang lebih didahului oleh kegagalan demi kegagalan dalam
misi mereka. Mereka meraih kesuksesan bukan dengan sekejap
mata, akan tetapi dengan rajin belajar dan berusaha dengan keras.
Mereka menyadari proses situ wajib adanya, dan hasil sebagai
Sebagai contoh, dalam buku menghadirkan sosok Harsisto
yang seorang anak petani bisa memperoleh gelar Profesor Riset
dari Tokyo University. Dia yang yang menjelma menjadi anak
kuliah di ITB, dengan keadaan ekonomi yang sangat kurang, tidak
membuatnya patah semangat dan berusaha dengan susah payah
sampai lulus dan wisuda. Setelah wisuda dia masih mau
melanjutkan kuliahnya sambil bekerja di Lembaga Metalurgi
Nasional (LMN-LIPI) sebagai tenaga honorer, akhirnya mampu
memperoleh gelar Profesor Riset dari Tokyo University.
4. Jasad-Jasad yang Harum
Beberpa fenomena orang menignggal jasadnya harum dan
bahkan utuh sering terjadi. Biasanya orang yang sudah meninggal
apalagi sampai bertahun-tahun tentu saja jasadnya akan terurai
bahkan hancur dan hanya tulang belulang. Akan tetapi ada
beberapa orang khusus yang diberi rahmat oleh Allah swt,
sehingga jasadnya tetap utuh meskipun sudah dikubur selama
bertahun-tahun.
Di dalam buku disebutkan bahwa Kiai Abdullah jasadnya
harum dan utuh setelah 26 tahun dikuburkan. Kiai Abdullah adalah
ulama dan pembimbing masyarakat di wilayah Batu, Ceper,
Tangerang. Sepanjang hidupnya, Kiai Abdullah menghabiskan
waktunya untuk belajar dan mengajar agama. Materi yang
Al-Quran, serta kitab-kitab lain seperti Jurmiyah, Nahwu, Sharraf,
Fathul Kharib, Fathul Mu’in serta tafsir Jalalain karya Imam
Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyiti. Soal jasad
Kiai Abdullah yang utuh dan mengeluarkan bau ketika jenazah
hendak dipindah dari tempat asalnya, banyak kejadian yang aneh,
alat yang digunakan untuk menghancurkan Mushola di mana
beliau dimakamkan tiba-tiba tidak berfungsi, dan masih banyak
kejadian lainnya.
5. Tempatkan Orang Tuamu di atas Kepala Niscaya Mulia Hidupmu
Buku ini menjelaskan berbagai macam cara berbakti kepada
kedua orang tuan, serta keutamaan dan manfaat bagi seorang anak
yang selalu memuliakan kedua orang tuanya. Selain buku ini
mengetengahkan keutamaan memuliakan dan berbakti kepada
kedua orang tua, buku ini juga menjelaskan mengapa kita harus
berbakti kepada kedua orang tua dan dengan cara apa kita
melakukannya. Buku ini berusaha menekankan kepada pembaca
khususnya begitu pentingnya orang tua dalam kehidupan kita dan
bagaimana kita harus memuliakan dan memperlakukan mereka
dengan cara yang paling baik.
6. Aku Terpaksa Membunuh
Sekilas tentang buku ini, perang adalah alternatif terburuk
dari yang paling buruk. Setiap penentangan terhadap peperangan
peperangan itu berlatar belakang kepentingan politik dan ekonomi
belaka. Perang selalu menyisakan kehancuran, luka, dan derita
berkepanjangan.
Buku ini menghadirkan kisah-kisah inspirasional para tokoh
prajurit militer pemberani, tidak saja untuk berperang, yang
menentang peperangan itu sendiri dan perintah komandan mereka.
Dengan cara mereka sendiri, para prajurit ini berjuang untuk
sesuatu yang lebih besar dari apa yang diperjuangkan oleh prajurit
lainnya. Keberanian tindakan dan keputusan mereka membuka
mata dunia tentang arti kemanusiaan. Mereka bukanlah para
pengecut, yang lari dari medan perang!
Justru merekalah para pahlawan kemanusiaan yang
sesungguhnya, yang berjuang untuk kepentingan dan perdamaian
seluruh tentara di dunia. Kisah-kisah mereka tersaji di sini dengan
amat menggetarkan, penuh ketulusan, pendalaman makna
kemanusiaan.
7. Berbagai Terapi Kesehatan Melalui Amalan
Sekilas tentang buku ini, sehat alami sekaligus mendapat
pahala besar, solusinya hanya satu, ibadahlah dengan benar sesuai
yang diperintahkan Allah Swt, dan sesuai dengan apa yang telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Apabila semua ibadah
Saw, dijamin tubuh Anda akan sehat secara alami dan tidak
membutuhkan biaya.
Dengan gamblang, buku ini memaparkan bagaimana
mekanisme ibadah-ibadah tersebut dalam menjamin kesehatan
pelakunya. Terapi Kesehatan itu yaitu,
a) Terapi Kesehatan dengan Wudhu
b) Terapi Kesehatan dengan Shalat
c) Terapi Kesehatan dengan Puasa
d) Terapi Kesehatan dengan Doa dan Dzikir
e) Terapi Kesehatan dengan Membaca al-Qur’an
f) Terapi Kesehatan dengan Siwak
8. Dzikir Itu Ajib Bukti Bukti Dzikir dapat Menyempu
Buku ini memuat beragam doa keterhindaran dari berbagai
masalah yang acap kali mendera hidup kita, mulai dari berbagai
musibah, penyakit, kegelisahan jiwa, kejahatan, hingga
persoalan-persoalan yang mengganggu dunia usaha, karier, dan rumah
tangga. Bersama buku ini, anda akan dibimbing bagaimana cara
memohon kepada Allah Swt agar segera dapat keluar dari segala
masalah itu. Amalan doa-doa dalam buku ini, insya Allah, akan
mengantarkan anda pada pintu penyelesaian segala permasalahan.
Buku ini menjadi semakin istimewa sebab dilengkapi dengan cara
baca doa dalam tulisan Latin, sehingga akan memudahkan bagi
buku ini pun dilengkapi dengan terjemah di setiap doanya,
sehingga akan membuat anda semakin khusyuk dalam berdoa
sebab memahami makna setiap kalimatnya.
9. Jalan Jalan Tikus Bisa Umrah Haji
Sekilas tentang buku ini, di mana ada banyak cara menuju
Makkah untuk dapat melaksanakan ibadah haji dan umrah, mulai
dari yang resmi, semi resmi, haji plus, haji turis, hingga jalan tikus.
Jalan tikus? Ya, sebuah cara berangkat haji tanpa modal. Tapi
mungkinkah? Kementerian agama menyatakan tidak boleh.
Pemerintah Arab Saudi juga mengatakan tidak bisa.Tapi, bagi
Anda yang minim modal, jalan tikus menjadi sangat mungkin dan
sangat bisa untuk dilakukan.
Buku ini juga dilengkapi dengan tips mendapatkan tiket
pesawat yang sangat murah, memilih pesawat yang aman,
menghemat biaya di perjalanan, serta dilengkapi dengan doa-doa
seputar haji dan umrah. Buku ini berisi tentang Mengenal Jalan
Tikus; Berangkat Haji dan Umrah Supermurah, Persiapan untuk
Berangkat Haji dan Umrah Melalui Jalan Tikus, Tips Mendapatkan
Paspor dan Dokumen Penting dalam Perjalanan, Tips Mudah
Mendapatkan Tiket Pesawat yang Sangat Murah, Tips Aman
Menunaikan Haji dan Umrah Melalui Jalan Tikus, Doa-Doa
10. Panduan Lengkap Membagi Harta Waris
Sekilas tentang buku ini, pembagian harta waris perlu
diatur, sebab dengan aturan tersebut, tercipta keadilan dan
kesetaraan di antara para ahli waris. Selain itu, persoalan
pembagian harta waris kerap kali menuai konflik dan pertikaian
antar keluarga yang berujung pada hilangnya nyawa seseorang. Itu
tak lain karena waris bersinggungan dengan persoalan materi dan
hak kepemilikan, yang meniscayakan keadilan dan kesetaraan.
Meskipun demikian, tidak sedikit masyarakat yang merasa
kesulitan membagi harta waris bagi orang-orang yang berhak
menerimanya. Bahkan, hanya kalangan tertentu yang bisa
menangani masalah pembagian harta warisan.
Selain itu, sangat jarang bahkan belum ada buku panduan
mudah tentang pembagian harta warisan. Nah, atas dasar itulah,
buku ini hadir di hadapan anda. Di dalamnya, berisi panduan super
mudah dalam membagi harta waris sesuai dengan ketentuan di
dalam syariat Islam. Sehingga, pertikaian dan perselisihan di
lingkungan keluarga dan kerabat dapat dihindari. Bersama buku
ini, anda mampu memahami secara mudah tentang sebab-sebab
terjadinya waris, tentang orang-orang yang berhak menerima harta
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Nilai Pendidikan Karakter
1. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang yang dinilai positif, dihargai,
dipelihara, diagungkan, dihormati, membuat orang gembira, puas
bersyukur (kepuasan rohani). Kalau seseorang mengambil pilihan dan
ternyata setelah mengalami pilihannya itu ia menjadi gembira, kiranya
ia menemukan nilai bagi dirinya, tetapi sebaliknya kalau seseorang
lalu menjadi murung, sedih, karena pilihannya kiranya ia membuat
suatu pilihan yang keliru (Kaswardi, 1993:8).
Rokeach memberikan batasan (pengertian) tentang nilai, yaitu
keyakinan dasar bahwa suatu modus perilaku atau keadaan akhir
eksistensi yang khas lebih disukai secara pribadi atau social
dibandingkan modus perilaku atau keadaan akhir eksistensi kebalikan
atau lawannya. Dalam pengertian itu, lebih jauh dijelaskan bahwa
nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa
yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai mempunyai atrribut isi dan
intensitas (Budiyono, 2007:71).
Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat
semakin meningkat sesuai dengan peningkatan daya tangkap dan
pemaknaan manusia sendiri (Thoha, 1996: 62).
2. Pendidikan
Menurut Jhon Dewey dalam buku Pendidikan Karakter
Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, pendidikan adalah
proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional ke arah alam dan sesama manusia (Muslich, 2011:67).
Suhartono (2008:43) mengatakan bahwa pendidikan memiliki
arti secara luas dan sempit. Menurut sudut pandang luas, pendidikan
adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya
minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan
sesuatu hal yang telah diketahui itu. Keadaan seperti itu berlangsung
di dalam jenis dan bentuk lingkungan sosial sepanjang kehidupan.
Selanjutnya, setiap jenis dan bentuk lingkungan itu mempengaruhi
pertumbuhan individu dalam hal potensi-potensi fisis, spiritual,
individual, sosial, dan religius sehingga menjadi manusia seutuhnya,
manusia yang menyatu dengan jenis dan sifat khusus lingkungan
setempat.
Suhartono (2008:46) menurut pendekatan dari sudut pandang
sempit, pendidikan merupakan seluruh kegiatan yang direncanakan
serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di lembaga pendidikan
sekolah. Pendidikan diartikan sebagai sistem persekolahan. Dalam hal
diselenggarakan oleh institusi persekolahan (shcool education) untuk
membimbing dan melatih peserta didik agar tumbuh kesadaran
tentang esksitentsi kehidupan dan kemampuan menyelesaikan setiap
persoalan kehidupan yang selalu muncul.
Pendidikan merupakan proses perbaikan, penguatan, dan
penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan
yang ada dalam masyarakat (Rokib, 2009:15).
3. Karakter
Helen G. Douglas mengatakan bahwa karakter tidak
diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan
hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran,
tindakan demi tindakan (Hariyanto, 2011:41).
Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak
sering kali tidak jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Dalam bahasa
Jawa dikenal istilah “Kacang ora ninggal lanjaran” (Pohon kacang
panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu temaptnya
melilit dan menjalar) (Samani, 2011:43).
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara
berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,
pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan (Hariyanto, 2011:41).
4. Pendidikan Karakter
Dalam buku Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan
Praktik, Pitchard mendefinisikan karakter adalah sesuatu yang
berkaitan dengan kebiasaan hidup individu yang bersifat menetap dan
cenderung positif (Zuchdi, 2011:27).
Menurut Ratna Megawangi dalam buku “Pendidikan
Karakter”, mendefinisikan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah
usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga mereka dapat berkontribusai yang positif kepada
lingkungannya. Definisi lain dari Fakry, pendidikan karakter adalah
sebuah proses tranformasi nilai-nilai kehidupan untuk
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut ada
tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses tranformasi nilai-nilai, 2)
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, 3) menjadi satu dalam
perilaku (Kesuma, 2012:5).
Menurut Lickona pendidikan karakter akan meningkatkan
kognitif, afektif, dan perilaku dan perilaku manusia yang lebih
yang lahir didasari oleh nalar dan pemikiran (yang tepat). Pendidikan
karakter yang baik, ideal disebut sebagai pendidikan karakter luhur.
Konsep ini mencakup makna etik dan etiket sekaligus. Artinya,
pendidikan karakter adalah nilai, aturan baik buruk yang harus
diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari (Endraswara, 2013:3).
Pendidikan karakter juga dapat didefiniskan sebagai
pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good
character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan
nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam
hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya
dengan Tuhannya (Samani, 2013:44).
5. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-niali yang
baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan, karena itu
tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin
dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan (Tirtarahardja, 2008:37).
Kesuma (2012:9) tujuan pertama pendidikan karakter adalah
memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu
sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah
maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Tujuan
kedua pendidikan karakter adalah mengkoreksi perilaku peserta didik
sekolah. Tujuan ketiga dalam pendidikan seting sekolah adalah
membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter bersama.
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan ahklaq mulia peserta didik
secara utuh, terpadu, dan seimbang (Muslich, 2011:81).
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut UUSPN No.20
tahun 2003 Bab 2 Pasal 3: pendidikan nasional adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, berujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab
(Kesuma, 2011:6).
B. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari
Merujuk pada buku Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad
Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi ini dijelaskan bahwa
sosok K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari mempunyai karakter
kebiasaan-kebiasaan mereka berdua. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter dalam
kebiasaan-kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari
sebagai berikut:
1. Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H. Ahmad Dahlan
a. Tidak membedakan antar sesama
Kebiasaan Dahlan berkawan dengan orang-orang biasa dan dari kalangan keluarga miskin sejak kecil menjadikan dirinya selalu mawas diri. Lebih dari itu, kebiasaan pergaulan yang melampaui srata social ketika itu, menjadikan dirinya sebagai sosok yang diidolakan dan dibanggakan. Tidak hanya bagi keluarganya, bahkan bagi teman-teman sepermainan dan masyaratakat sekitarnya. Kebiasaan Dahlan bergaul dengan kalangan sastra bawah menjadi modal utama dikemudian hari dalam berperilaku lebih bijak dan menghargai orang-orang tidak mampu (Sanusi, 2013;81).
b. Berpikir Kritis
K.H. Ahmad Dahlan mempunyai kebiasaan memandang maksura. Maksura ialah tempat khusus untuk sujud yang terkenal. Menurut masyarakat itu hal yang biasa, namun menurut K.H. Ahmad Dahlan hal itu sangat aneh. Secara tidak langsung ini sama saja dengan adanya sistem kastanisasi dalam beragama. Tidak hanya tentang
maksura, Darwis (K.H. Ahmad Dahlan), pemuda Kauman itu juga pernah bertanya tentang slametan, ruwatan, nyadran, dan padusan.
Kebiasaan mengamati yang ‘aneh-aneh’ dan berpikir kritis ini
berlanjut hingga Darwis dewasa (Sanusi, 2013:3).
Salah satu hal yang menjadi kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan sejak kecil adalah suka merenungi tradisi masyarakat. Bagi K.H. Ahmad Dahlan, tradisi sosial yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Kauman sudah melampaui sosial-keagamaan tidak serta merta dapat diubah begitu saja. Butuh perenungan dan ajakan yang pelan-pelan (Sanusi, 2013:47)
.
c. Suka mengaji setiap sore di Masjid
terlalu mengherankan ketika ia mengaji di Masjid Gedhe Kaumanmenjadi satu-satunya anak yang paling pintar (Sanusi, 2013:34).
d. Senang shalat berjama’ah
Shalat berjama’ah merupakan hal yang paling disenangi K.H.
Ahmad Dahlan. Kalau tidak ada halangan yang memang berat, ia
selalu melaksanakan shalat berjma’ah. Kebiasaan tersebut tidak
dating begitu saja. Kiranya sudah dipupuk semenjak ia masih kanak-kanak. Kebiasaan ayahnya mengajak Darwis kecil (K.H.
Ahmad Dahlan) ke masjid untuk shalat berjama’ah secara tidak
langsung telah mendarah daging bagi pembentukan karisma dan sufisme K.H. Ahmad Dahlan di masa-masa selanjuntya.
Kesenganan shalat berjma’ah bagi K.H. Ahmad Dahlan lebih besar
dibandingkan kesenangan seseorang terhadap barang berharganya (Sanusi, 2013:37).
e. Pergi lebih awal untuk shalat Jum’at
Sebagaimana kebiasaan-kebiasaan baik yang lain, pergi lebih awal
untuk awal untuk shalat jum’at telah dipraktikkan oleh K.H.
Ahmad Dahlan semenjak belum baligh. Ia selalu diajak bapaknya pergi ke masjid, begitu pula ketika hari jum’at. Kebiasaan yang diajarkan kepada Darwis ini tidak serta merta diikuti begitu saja. Sebagaimna halnya anak kecil pada umumnya, kadang malas untuk
melakukan apa yang menjadi “kewajiban” seseorang yang sudah
baligh (Sanusi, 2013:42).
f. Selalu meminta izin ketika keluar rumah
Praktik meminta izin keluar rumah biasanya Dahlan lakukan pada saat keluar rumah, baik untuk mengaji, bermain, atau sekadar pergi ke rumah sanak familinya di sekitar Kauman (Sanusi, 2013:57).
g. Senang bersedekah
h. Belajar pada lingkungan keluarga
Kebiasaan lain K.H. Ahmad Dahlan ketika masih kecil ialah senang belajar pada orang-orang hebat di lingkungan keluarganya. Di samping mengaji kepada Kiai Kamaludiningrat, Dahlan kecil juga belajar pada banyak tokoh di kampong Kauman yang juga masih ada hubungan kekeluargaan dengannya. Pendidikan merupakanhal yang tak dapat dipisahkan dari keluarga Dahlan (Sanusi, 2013:66).
i. Senang berdiskusi
Kebiasaan berdiskusi telah dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan sejak dirinya masih belia, karena ayahnya orang terpandang tidak sulit bagi Dahlan kecil untuk mengikuti rangkaian rapat atau musyawarah. Dari kebiasaan tersebut, Dahlan secara tidak langsung dapat mengamati bagaimana orang lain mengemukakan pendapatnya. Inilah yang menjadi landasan sosiologis ketika menjadi Kiai besar dan bertemu dengan orang-orang besar (Sanusi, 2013:72).
j. Bersahabat dengan orang besar
Muhammad Darwis memliki kebiasaan selalu bersahabat dengan orang-orang besar dan orang-orang baik di lingkungannya. Walaupun ia tidak pilih kasih dalam berinteraksi dengan siapa pun, namun bagi Darwis bershabat akrab dengan orang-orang besar akan menjadikan dirinya besar dan terus bersemangat menjadi orang besar dengan ilmunya. Kebiasaan bersahabat dengan orang besar Darwis lakukan hingga dirinya menjadi Ahmad Dahlan (Sanusi, 2013:77).
k. Sayang terhadap anak yatim
l. Gemar mengucap salam
Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan ketika berpapasan dengan orang lain di jalan ialah mengucapkan salam. Assalamu’alaikum (aku berdoa semoga keselamatan selalu menyertaimu), begitulah kata salam yang acap kali diucapkan oleh K.H. Ahmad Dahlan kepada masyarakat atau orang lain yang berpapasan dengannya. Kebiasaan baik tersebut dibawa ke mana-mana dan dalam kondisi apa pun (Sanusi, 2013:114).
m. Mendendangkan shalawat
Inilah yang menjadi kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan sehari-hari. Ia sangat senang mendendangkan shalawat atau mengirimkan shalawat kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Dalam keadaan apa pun, K.H. Ahmad Dahlan biasanya tak pernah lupa untuk bershalawat. Kebiasaan tersebut ia lakukan ketika ia membuka pengajian, baik di langgarnya sendiri atau di luar Yogyakarta (Sanusi, 2013:122).
n. Terbiasa bermuhasabah
K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang yang sangat hati-hati dalam kehiduapan sehari-harinya. Kebiasaan sehari-hari yang K.H. Ahmad Dahlan lakukan serba berdasarkan pemikiran matang. Walaupun bertindak tegas dan praktis, K.H. Ahmad Dahlan biasanya terlebih dahulu berpikir dampak positif dan negatifnya dari sebuah persoalan. Kebiasaan muhasabah (intropeksi) merupakan suatu hal yang sering dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Apalagi, sehabis shalat tahajjud, biasanya ia akana menyempatkan beberapa saat untuk melakukan intropeksi (Sanusi, 2013:125).
o. Senang bersilaturahim
p. Senang berorganisasi
Semangat K.H. Ahmad Dahlan adalah semangat berorganisasi. Kebiasaan K.H. Ahmad Dahlan sebagai seorang yang berilmu dan aktif adalah mengikuti berbagai organisasi kepemudaan. Bahkan, sebelum ia sepenuhnya berjhidmat membangun Muhammadiyah, ia aktif dibeberapa organisasi elite pribumi. Senang berorganisasi barangkali menjadi salah satu napas dakwah K.H. Ahmad Dahlan mempunyai rasa gamang atau getir menghadapi segala sesuatu (Sanusi, 2013:147).
r. Menghargai perbedaan
Menghargai perbedaan menjadi cara pandang K.H. Ahmad Dahlan dalam kehidupan sehari-hari pada masa-masa awal perjuangannya mendirikan gerakan tajdid, ia sangat menghargai keputusan Kiai Kamaludiningrat yang tidak menghendaki perubahan arah kiblat. Walaupun begitu, hal itu tidak lepas dari genggamannya K.H. Ahmad Dahlan. Ia tetap berusaha memberikan pemahaman yag baik kepada masyarakat, perihal beragama yang benar. Atas usaha kesabarannya tersebut akhirnya masyarakat Kauman, bahkan di seluruh Nusantara, dapat menerimnya dengan tangan lapang (Sanusi, 2013:158).
g. Tidak mengkultuskan makam