• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DENGAN KEPRIBADIAN REMAJA DI DUKUH DONGANTI, DESA NGLEMBU, KEC. SAMBI, KAB. BOYOLALI TAHUN 2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DENGAN KEPRIBADIAN REMAJA DI DUKUH DONGANTI, DESA NGLEMBU, KEC. SAMBI, KAB. BOYOLALI TAHUN 2015 - Test Repository"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DENGAN KEPRIBADIAN REMAJA DI DUKUH DONGANTI, DESA NGLEMBU,

KEC. SAMBI, KAB. BOYOLALI TAHUN 2015

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun oleh

SYAMSUL ARIFIN 114 12 002

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

DEKLARASI

ميحرلا نحمرلا الله مسب

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, … Juli 2015 Penulis,

Syamsul Arifin

NIM. 114 12 002 KEMENTERIAN AGAMA

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:

Nama : SYAMSUL ARIFIN

NIM : 114 12 002

Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, … Juli 2015 Yang Menyatakan,

Syamsul Arifin

NIM. 114 12 002 KEMENTERIAN AGAMA

(5)

v Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari :

Nama : SYAMSUL ARIFIN

NIM : 114 12 002

Fakultas / Progdi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : HUBUNGAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

KELUARGA DENGAN KEPRIBADIAN

REMAJA DI DUKUH DONGANTI, DESA NGLEMBU, KEC. SAMBI, KAB. BOYOLALI TAHUN 2015

Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu'alaikum, Wr, Wb.

(6)

vi

(7)

vii

MOTTO

ِّلَع

ْوَا اوُه

ْمُك َدَلا

َْم ْمُهَّ ن ِاِف

َز ِْرَِي ِنَنَمِل َ ْوُ و وُل

ْمُكِنَن

Didiklah anak-anak kamu, sesungguhnya mereka diciptakan untuk menghadapi zaman yang berbeda dengan zaman kamu ini

(H.R. Bukhari)

“Our parents are the greatest gift in a life”

“orang tua kita adalah anugerah terbesar di dalam sebuah kehidupan” (Katainspirasibijak.blogspot.com – Best Briliant Life Motto Qoutes)

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap mempunyai peran penting dalam hidup-Ku

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta Zainudin & Mulyati tersayang yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kesabaran serta ikhlas-tulus memberikan dukungan dan doa restunya kepada penulis.

2. Keluarga Joko S. dan Siti Mukaromah Fikriyah yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi S1 di IAIN Salatiga.

3. Kakak-kakakku tercinta Zainal Abidin, Hafidudin, Wiwik R., Sri Hastuti, Yayuk E. S., Abdul Rouf Al-Fansuri, Syarif Hidayat, terima kasih atas dukungan, nasehat dan segala macam bantuan baik material / batin.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

ميحرلا نحمرلا الله مسب

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini

adalah “HUBUNGAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA

DENGAN KEPRIBADIAN REMAJA DI DUKUH DONGANTI, DESA NGLEMBU, KEC. SAMBI, KAB. BOYOLALI TAHUN 2015”

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga

(10)

x

berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Progdi PAI IAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita.

7. Bapak Sutoto, SE. selaku Kepala Desa Nglembu, Sambi, Kab. Boyolali yang telah memberikan izin, masukan dan bantuan untuk melakukan penelitian. 8. Bapak S. Ahmadi. selaku Ketua RW. 03 Dukuh Donganti, Nglembu, Sambi,

Kab. Boyolali yang telah keterangan, meluangkan waktunya dan melancarkan terselesaikannya skripsi ini.

9. Bapak M. Roisul Fathoni, S.Ag. selaku Kepala Dukuh Donganti, Nglembu, sambi, Kab. Boyolali yang telah membantu penulis untuk memberikan keterangan dan bantuan data-data.

10. Warga RW. 03 Dukuh Donganti selaku responden yang berkenan membantu penulis dalam melakukan penelitian dalam hal pengisian angket dengan baik. 11. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat semua yang telah membantu

memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

(11)

xi

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal

„alamien.

Boyolali, …. Juli 2015 Penulis,

(12)

xii

ABSTRAK

Arifin, Syamsul. 2015. Hubungan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Dengan Kepribadian Remaja Di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.

Kata Kunci: Pendidikan Akhlak dan Kepribadian Remaja.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: adakah hubungan antara

pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode angket, dokumentasi dan metode analisis data. Subyek penelitian sebanyak 40 responden, menggunakan teknik populasi dan sampel (purposive random sampling). Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data x dan data y.

Data penelitian yang terkumpul di analisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi dengan variabel bebas pendidikan akhlak dalam keluarga dan variabel terikatnya adalah kepribadian remaja. Penelitian ini menggunakan desain uji normalitas. Subjek penelitian sebanyak 40 responden. Data yang terkumpul dari hasil angket dilakukan uji statistik spearman rho (nonparametric correlation) dengan bantuan SPSS Windows Version 16. Selanjutnya dicari taraf signifikansi atau probabilitas [Sig.(2-tailed)] dengan α = 0,05 dan menganalisis t hitung dengan

mencari t tabel menggunakan tabel critical values of the spearman’s ranked

correlation coefficient (rs).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada taraf 5 % = 0,313. Sehingga diperoleh perbandingan berdasar tabel nilai yang diperoleh ialah : 0,219 < 0,313 pada taraf signifikan 5 % (dikarenakan bila rhitung sama dengan atau lebih kecil

dari rtabel sesuai dengan data responden sebanyak 40 orang). Dari analisis data

tersebut maka hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi "ada hubungan yang signifikan antara pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015" ditolak.

Pada taraf 1 % = 0,405 diperoleh perbandingan berdasarkan tabel nilai yang diperoleh ialah : 0,219 < 0,405 maka hipotesis nol (Ho) yang berbunyi : "Tidak ada hubungan positif antara pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015" sehingga Ho diterima.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN DEKLARASI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN... xviii

DAFTAR DIAGRAM ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 10

E. Penegasan Istilah ... 10

F. Metode Penelitian ... 14

(14)

xiv BAB II KAJIAN PUSAKA

A. Tinjauan Tentang Pendidikan Akhlak Dalam

Keluarga ... 22

1. Pengertian Pendidikan, Akhlak dan Keluarga ... 22

a. Pendidikan... 22

b. Akhlak ... 24

c. Keluarga ... 27

2. Dasar, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ... 32

a. Dasar Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ... 32

b. Tujuan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga .... 32

c. Fungsi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga... 35

3. Macam-macam Akhlak ... 38

a. Akhlak al-Karimah... 38

b. Akhlak al-Mazmumah ... 42

4. Metode Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ... 43

B. Tinjauan Tentang Kepribadian Remaja ... 50

1. Kepribadian ... 50

a. Pengertian Kepribadian ... 50

b. Karakter Kepribadian ... 52

c. Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian ... 55

2. Remaja ... 60

a. Pengertian Remaja ... 60

b. Batasan Usia Remaja ... 62

(15)

xv

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAAN

A. Gambaran Umum Dukuh Donganti ... 72 B. Penyajian Data ... 76 BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Pertama ... 87 B. Analisis Kedua ... 93 C. Pembahasan ... 98

BAB V PENUTUP

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Penduduk Menurut Umur ... 73

Tabel 3.2 Klasifikasi Penduduk Menurut Pendidikan ... 73

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 74

Tabel 3.4 Daftar Responden ... 76

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrument Penelitian ... 77

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrument Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ... 79

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrument Kepribadian Remaja ... 80

Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas Pernyataan Angket ... 81

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga . 82 Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Kepribadian Remaja ... 82

Tabel 3.11 Hasil Jawaban Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ... 83

Tabel 3.12 Hasil Jawaban Angket Kepribadian Remaja ... 85

Tabel 4.1 Statistic Frekuensi Jawaban Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ... 87

Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ... 88

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga ... 92

Tabel 4.4 Statistic Frekuensi Jawaban Angket Kepribadian Remaja .. 93

(17)

xvii

(18)

xviii

DAFTAR BAGAN

(19)

xix

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Pendidikan

Akhlak Dalam Keluarga ... 92 Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Kepribadian

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian (balasan) Lampiran 5 Kisi-kisi Instrument Penelitian

Lampiran 6 Angket Penelitian

Lampiran 7 Gambaran Umum Dukuh Donganti (dari Kepala Desa Nglembu) Lampiran 8 Gambaran Umum Dukuh Donganti (dari Ketua RW. 03)

Lampiran 9 Scale Uji Validitas Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga dan Kepribadian Remaja

Lampiran 10 Tabel Jawaban Angket Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga dan Kepribadian Remajadari responden.

Lampiran 11 Case Processing Summary, Descriptives, Tests of Normality, Correlations Spearman's rho (spss 16 for windows).

Lampiran 12 Critical Values of the Spearman‟s Ranked Correlation Coefisien (rs)

Lampiran 13 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 14 Dokumentasi

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring zaman yang semakin bergulir dalam arus modernisasi dan globalisasi yang penuh tantangan dengan arus multidimensi. Berbagai fenomena kerusakan moral atau akhlak terjadi ditengah masyarakat kita. Beberapa tahun ini Bangsa Indonesia terjangkit berbagai krisis dalam segala bidang baik aspek ekonomi, sosial, budaya, moralitas, politik dan lain-lain, yang pada hakikatnya adalah berawal dari krisis akhlak. Maraknya tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, perilaku asusila, pergaulan bebas yang menjamur kepedesaan serta penyakit lainnya yang itu semua karena disebabkan oleh merosotnya moral bangsa (Samani, 2007:99).

Pendidikan adalah proses sepanjang masa yang terus menerus selalu dibutuhkan manusia dalam menapaki kehidupan di dunia demi mencapai kebahagiaan hakiki. Mengutip pendapat Haris Supratno, menyatakan

“pendidikan merupakan investasi jangka panjang bagi keluarga maupun

Negara yang sangat bermakna, pendidikan yang bermakna merupakan upaya membantu anak didik untuk memperdayakan potensi yang dimilikinya, sebagai bekal hidup di masa akan depan, untuk memperoleh kebahagian hidup

(22)

2

bersih, berkemauan keras, cita-cita besar, dan memiliki akhlak yang tinggi serta luhur. Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam (Daradjat, 2006:30). Pencapaian suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.

Proses kependidikan dalam Islam mengacu pada empat potensi tersebut dan ini menjadi tujuan fungsional pendidikan Islam sehingga tercapai tujuan akhir pendidikan yaitu manusia yang mukmin, mukhsin, dan mukhlisin, muttaqin yang berakhlak mulia. Selanjutnya Ibnu Sina menyatakan dalam buku perbandingan pendidikan Islam karangan Ali Al-Jumbulati bahwa pendidikan Islam sangat memperhatikan segi akhlak yang menjadi fokus perhatian dari seluruh para pemikiran filsafat pendidikan yaitu mendidik anak dengan menumbuhkan kemampuan beragama yang benar. Oleh karena itu pendidikan agama menjadi landasan utama bagi pencapaian tujuan pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak adalah segala-galanya serta kehidupan manusia adalah bergantung pada akhlak (tiada kehidupan tanpa akhlak).

(23)

3

kemajuan moral akhlak. Perilaku remaja yang cenderung lekas marah, kurang hormat terhadap orang tua, bersikap kasar, kurang disiplin dalam beribadah, menjadi pemakai obat-obatan, terjerumus dalam perilaku sex bebas serta perilaku yang menyimpang lainnya telah melanda sebagian besar kalangan remaja. Keluarga (terutama orang tua) sebagai orang terdekat merupakan faktor utama untuk membantu para remaja dalam menghadapi krisis akhlak sebagaimana yang dikemukakan di atas. Pendidikan akhlak berupa bimbingan, arahan, nasehat, disiplin yang berlandaskan nilai-nilai ajaran agama Islam harus senantiasa ditanamkan dan dikembangkan orang tua terhadap para remaja dalam kehidupan keluarga.

(24)

4

anak dan khususnya remaja. Dari arus komunikasi dan informasi tanpa batas tersebut maka sudah tidak dapat dihindarkan lagi dampak negatif yang ditimbulkan (Muhaimin, 2002:78).

Sebagaimana contoh perilaku remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015, antara lain: banyak ditiru anak-anak remaja usia pelajar adalah cara berpakaian ketika waktu sekolah, yang kurang disiplin, baju jarang dimasukkan, itu semua dilakukan karena seringnya anak didik menonton tayangan film atau sinetron-sinetron tentang pelajar yang sudah tidak memperhatikan etika-etika ketimuran, kurang sopan/tidak menghormati orang yang lebih tua dari usianya. Sebenarnya masih banyak lagi masalah-masalah yang menimbulkan kenakalan remaja antara lain berupa, tawuran antar pelajar yang semua itu terjadi dikarenakan pengaruh dari minum-minuman keras, pada saat ini kalau kita lihat ketika ada suatu pesta atau pentas seni, pasti tidak ketinggalan dengan huru-hara anak muda yang semuanya itu kadang mereka masih duduk di dalam bangku sekolah.

(25)

5

Dalam realitas sosial, masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa adanya krisis akhlak atau moral yang menimpa anak dan remaja disebabkan oleh kurangnya penghayatan terhadap nilai-nilai agama, karena apabila akidah dan akhlaknya kuat, akan mampu mengendalikan tingkah laku yang hanya merugikan serta bertentangan dengan kehendak dan pandangan masyarakat. Maka jelaslah bahwa tanpa pendidikan akidah dan penanaman akhlak yang benar kepribadian anak dan remaja tidak akan terarah bahkan berdampak pada meningkatnya kenakalan anak dan remaja yang hanya akan membuat mereka terpuruk dalam kesia-siaan hidup dan kehidupan.

Dari beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh pengaruh era globalisasi tersebut, maka bimbingan dan pendidikan yang sangat efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah bimbingan yang dilakukan dalam keluarga. Keluarga dalam hal ini adalah orang tua yang mana merupakan peletak dasar dan utama bagi pendidikan selanjutnya serta orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak (Jalaludin, 1996:78). Menjadi hal yang tidak boleh dilupakan pula bahwa dalam mendidik anak, seorang pendidik hendaknya memahami perkembangan siswanya yang meliputi perkembangan fisik, motorik, intelligensi, sensoris, linguistis dan emosional serta yang paling urgen yaitu spiritualnya (Awwad, 1999:22). Manusia yang dilahirkan adalah dalam keadaan fithrah, terdiri atas : kecerdasan, kemampuan, potensi, watak, dan motif. Menurut Al-Ghazali yang dikutip dalam buku Zainuddin, dkk

(26)

6

orang tuanya, hatinya suci bagaikan jauhar yang indah sederhana dan bersih,

suci dari segala goresan dan bentuk, Ia masih menerima segala apa yang

digoreskan kepadanya dan cenderung kepada setiap hal yang ditujukan

kepadanya”.

Setiap anak berpotensi untuk menjadi cerdas secara emosional, intelektual maupun spiritualnya, karena secara fitri manusia dibekali kecerdasan oleh Allah SWT dalam rangka mengaktualisasikan dirinya sebagai hamba (Abdun) dan Khalifatullah di bumi. Selanjutnya, manusia mempunyai banyak kesempatan untuk dapat mengembangkan kecerdasannya secara optimal. Dalam konteks ini, peran pendidik sebagai orang tua kedua dari anak sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan anak. Seperti disebutkan diatas bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci, dalam hal ini Nabi Muhammad Saw bersabda:

ِدْبَع ُنْب َةَهَلَس وُبَأ ِنَِرَ بْخَأ ِّيِرْىُّملا ْنَع ُسُنوُي اَنَرَ بْخَأ َِّللَّا ُدْبَع اَنَرَ بْخَأ ُ اَدْبَع اَنَ ثَّدَح

اَبَأ َّ َأ ِنَْحمَّرلا

َن ْنِن اَن َمَّلَسَو ِوْيَلَع َُّللَّا ىَّلَص َِّللَّا ُلوُسَر َلاَو, َلاَو ُوْنَع َُّللَّا َيِضَر َةَرْ يَرُى

ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلوُي َّلاِإ ٍدوُلْو

.ِوِناَسِّجَُيُ ْوَأ ِوِناَرِّصَنُ يَو ِوِناَدِّوَهُ ي ُهاَوَ بَأَف

Juz 5:144, Juz 14:447, Juz 20:265)

)

Artinya: “Dari Abu Hurairah berkata bahwasanya Nabi SAW bersabda :

Semua anak-anak dilahirkan suci (fitrah), tetapi ibu bapaknyalah

yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi”. (Shaheh

Bukhari, maktabas-as-syamila)

(27)

7

sama-sama bertanggung jawab penuh demi masa depannya terutama dalam pembentukan kecerdasan (fitrah) baik intelligensi, emosional, terlebih lagi spiritual.

Dalam ajaran Islam pendidikan kearah akhlak muslim adalah wajib yang dilaksanakan oleh orang tua dan keluarga kepada remaja itu sendiri. Hal ini terkandung dalam QS. Al–Tahrim ayat 6, yang berbunyi:

neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan”(Departemen Agama RI, 1989:951).

Di dalam ayat tersebut Allah memerintahkan supaya setiap orang mukmin berusaha menghindari dirinya dan keluarganya dari api neraka, ini bermakna setiap mukmin harus berakhlak Islami yaitu mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri seorang muslim. Demikian juga orang mukmin tersebut harus membina keluarganya termasuk anak-anaknya supaya berakhlak muslim. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan dan berkembang menjadi dewasa (Daradjat, 1996:35). Bentuk isi dan cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian setiap-tiap manusia.

(28)

8

pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan sehat serta jasmani, rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, nampak sekali bahwa tujuan tersebut erat dengan nilai-nilai agama. Sementara pendidikan di Indonesia lebih menekankan aspek kognitifnya saja sehingga yang terjadi adalah dekadensi moral yang menjamur dikalangan anak-anak, remaja maupun dewasa dan terjadi ketimpangan ketiga aspek (kognitif, afektif, psikomotorik). Padahal masih ada nilai-nilai tertinggi yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya sebagai kebutuhan naluri manusia yaitu kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual yang perlu ditanamkan dalam implementasi kurikulum pendidikan nasional bertujuan utamanya adalah mempersiapkan generasi baru yang nantinya dapat menginternalisasikan moral, budi pekerti (akhlak) yang baik dan sekaligus mampu menginternalisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Inilah objektivikasi kecerdasan spiritual dalam praktek kehidupan sehari-hari (Samani, 2007:108).

Berdasarkan latar belakang di atas memandang betapa pentingnya pendidikan akhlak anak, maka penulis tertarik untuk membahas lebih dalam tentang hal tersebut. Sehingga penulis mengambil judul skripsi yaitu “Hubungan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Dengan Kepribadian

Remaja Di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali

(29)

9

B. Rumusan Masalah

Dalam rangka mengetahui jawaban penelitian perlu merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang penulis teliti, sebagai berikut :

1. Bagaimana pendidikan akhlak dalam keluarga di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Donganti, Kab. Boyolali Tahun 2015?

2. Bagaimana kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Donganti, Kab. Boyolali Tahun 2015?

3. Adakah hubungan yang signifikan pendidikan akhlak dalam keluarga

dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Donganti, Kab. Boyolali Tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mencapai hasil yang baik, maka peneliti menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian, sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui pendidikan akhlak dalam keluarga di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015.

2. Untuk mengetahui bentuk kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015.

(30)

10

D. Kegunaan Penelitian

Setelah adanya data dan informasi yang diperoleh dari penelitian tentang pentingnya pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja, maka harapan peneliti dari penelitian ini agar berguna bagi:

1. Kami sendiri sebagai peneliti, agar hidup kami penuh dengan kebarokahan dan bermakna.

2. Para orang tua/keluarga dalam rangka menanamkan akhlak yang baik sejak dini bagi anak-anaknya yang menginjak usia remaja.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam penulisan skripsi ini, perlu penulis jelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul di atas. Istilah-istilah tersebut adalah :

1. Pendidikan Akhlak

(31)

11

pendidikan itu adalah "Suatu kebutuhan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia atau pendidikan itu sebuah alat untuk meloncat, yang bertujuan untuk memulyakan manusia".

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2007:263) disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan kepribadiannya melalui upaya pengajaran dan latihan.

Akhlak secara bahasa artinya tabiat, perangai, adat istiadat, sedangkan secara istilah akhlak adalah hal-hal berkaitan dengan sikap, perilaku, dan sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan makhluk lain dan dengan Tuhannya (Depag RI, 1983:104). Sedangkan menurut Imam al-Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang mendalam/berakar/menyatu benar dalam jiwa/hati yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa difikirkan dan dipertimbangkan terlebih dahulu (Saputra, 2005:52). Dari beberapa definisi diatas dapatlah disimpulkan bahwa pengertian pendidikan akhlak adalah suatu proses yang bermaksud menumbuh-kembangkan fitrah (kemampuan dasar) manusiawi dengan dasar-dasar akhlak, keutamaan perangai, tabiat agar dimiliki dan diterapkan dalam diri manusia menjadi adat kebiasaan.

2. Keluarga

(32)

12

pendidikan umumnya menyatakan pendidikan di lembaga ini merupakan pendidikan pertama dan utama. Dikatakan demikian karena di lembaga ini anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Di samping itu, pendidikan di sini (keluarga) mempunyai pengaruh yang dalam terhadap kehidupan peserta didik di kemudian hari, karena keluarga secara umum merupakan tempat, di mana anak didik menghabiskan sebagian besar waktunya sehari-hari. (Zakaria, 2000: 99).

Keluarga adalah satu-satunya situasi yang pertama dikenal anak, baik prenatal maupun postnatal. Dan ibulah yang pertama kali dikenalnya. Kedekatan ibu dengan anaknya terutama pada masa-masa bayi adalah sesuatu yang alamiah, yang dimulai dari proses reproduksi sampai dengan penyusuan dan pemeliharaan bayi. (Fuaduddin TM, 1999:22).

3. Kepribadian Remaja

(33)

13

Remaja adalah masa berlangsung mulai umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan (Shaw dan Costanzo, 1985)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan hubungan pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja adalah bimbingan atau bantuan kepada anak/remaja dalam rangka pengembangan potensi dan mengubah diri menjadi berakhlak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam dalam satuan terkecil dimana peran orang tua sangat dibutuhkan.

Adapun indikator-indikator dalam penelitian, sebagai berikut: 1. Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga

a. Penerapan ibadah

b. Penerapan kejujuran dalam bertindak c. Penerapan keadilan

d. Kebijaksanaan dalam penyelesaian suatu masalah e. Kesabaran dalam menghadapi berbagai hal

(34)

14 2. Kepribadian Remaja

a. Pelaksanaan Ibadah dalam kehidupan sehari-hari. b. Kebijaksanaan dalam bertindak

c. Kesopanan dalam berbuat/tingkah laku d. Kerajinan menuntut ilmu

e. Kebersihan diri sendiri dan lingkungan f. Mampu mengontrol diri

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Ditinjau dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), adapun pendekatan yang digunakan

adalah metode pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Sutrisno Hadi (2000:301), metode diskriptif adalah penelitian untuk memecahkan

masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan data dan selanjutnya menginterpretasikan data tersebut sehingga diperoleh informasi gejala yang sedang berlangsung sebagai pemecahan aktual.

Penelitian ini dikonsentrasikan untuk menjelaskan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan dan dapat mengkomunikasikan lebih dari yang dapat dikatakan dengan bahasa yang proposional. Sebagaimana pendapat Rulam Ahmadi “studi kasus membangun tentang pengetahuan

(35)

15 2. Instrumen Penelitian

Pada dasarnya alat pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian kuantitatif adalah manusia (responden), baik dari peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain. Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen sekaligus pengumpul data yang bertindak sebagai

participant observation (pengamat berperan aktif), maka kehadiran peneliti sangat penting untuk mengadakan penyesuaian diri dengan hal-hal yang terjadi di lapangan. Selain itu hanya manusialah yang dapat berhubungan dengan responden dan mampu untuk memahami dengan kaitan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan (Moleong, 2002:5).

Dalam penelitian ini status peneliti diketahui oleh informan atau responden. Peneliti bersifat terbuka dan menampakkan bahwa dirinya adalah seorang peneliti yang sedang melakukan penelitian serta mengharap ada respon dari responden. Adapun cara yang digunakan adalah dengan menggunakan angket.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah keluarga di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai dengan September 2015.

4. Sumber Data

(36)

16

b. Sumber data sekunder yang dapat diperoleh dari para remaja dan tokoh masyarakat di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali Tahun 2015.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara holistik integrative relevan dengan fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi :

a. Metode Angket

Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis, 2002:67). Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk mengetahui hubungan pendidikan akhlaq dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali tahun 2015.

b. Metode Interview

Interview atau wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang sistematis kepada para responden. Wawancara bermakna tahapan cara interview (pewawancara) dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan (Hadi, 2000:196).

(37)

17

akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015.

c. Metode Observasi

Observasi sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki (Hadi, 2000:136). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data seperti: letak geografis, keadaan lingkungan, metode yang digunakan dalam pendidikan akhlak dalam keluarga.

d. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertentu, majalah, dokumen dan peralatan untuk memperoleh data, metode yang digunakan untuk mencari data tentang Dukuh donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali dan perubahan yang dilakukan, struktur organisasi serta data lain yang berhubungan dengan masyarakat Dukuh donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015.

6. Teknik Analisis Data

(38)

18

menggunakan uji statistic spearman rho, uji ini dipakai karena skala data yang dikumpulkan berbentuk ordinal (Arikunto, 2002).

Adapun rumus korelasi product moment dan uji statistic spearman rho, sebagai berikut: (Arikunto, 1995: 207)

a) Rumus korelasi product moment:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y

xy = Produk dari variabel x dan y x = Pendidikan akhlaq dalam keluarga y = Kepribadian remaja

N = Jumlah responden

(39)

19 7. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ada beberapa tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti, antara lain :

a. Kegiatan administrasi yang meliputi pengajuan ijin operasional dari IAIN Salatiga untuk melakukan penelitian kepada tokoh masyarakat dan keluarga di Dukuh Donganti, Desa Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015.

b. Memilih jumlah orang untuk menjadi key informan dan informan. c. Melakukan observasi lapangan dan informan sehingga langsung

mendapat data.

d. Meminjam dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk kelengkapan data penelitian.

e. Penyajian data dengan susunan dan urutan-urutan yang memungkinkan dan memudahkan untuk dilakukan pemaknaan.

f. Mereduksi data dengan cara membuat data-data yang lemah atau menyimpang setelah mulai tampak adanya kekurangan data sebagai akibat proses reduksi. Selanjutnya direncanakan untuk mengumpulkan data.

G. Sistematika Pembahasan

(40)

20 BAB I : PENDAHULUAN.

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA.

Pada bab II ini penulis akan mengemukakan tinjauan teoritis tentang: Pertama, tinjauan pendidikan akhlak dalam keluarga meliputi pengertian pendidikan akhlak, tujuan pendidikan akhlak dan cara pendidikan akhlak bagi anak/remaja. Kedua, tinjauan kepribadian remaja yang meliputi tentang pengertian kepribadian remaja, aspek-aspek kepribadian remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian remaja, dan metode pembentukan kepribadian bagi anak. Ketiga, tinjauan pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap kepribadian remaja yang meliputi langkah-langkah pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap kepribadian remaja, metode pendidikan akhlak dalam keluarga terhadap kepribadian remaja dan peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian remaja.

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

(41)

21

geografis, keadaan penduduk, struktur organisasi dan data hasil uji coba/try out angket: uji validitas dan uji reliabilitas, hasil penskoran angket pendidikan akhlaq dalam keluarga.

BAB IV : ANALISIS DATA

Dalam bab ini berisi tentang analisis data yang terkumpul sehingga diketahui tentang pendidikan akhlaq dalam keluarga dan kepribadian remaja Dukuh Donganti, Desa. Nglembu, Kec. Sambi, Kab. Boyolali Tahun 2015.

BAB V : PENUTUP

(42)

22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga

1. Pengertian Pendidikan, Akhlak dan Keluarga

Sebelum penulis membahas dan menjelaskan pengertian pendidikan akhlak dalam keluarga, terlebih dahulu disini penulis memberikan pengertian secara terpisah dari ketiga istilah tersebut yaitu pendidikan, akhlak dan keluarga.

a. Pendidikan

Istilah pendidikan berasal dari kata ”didik” dengan mendapat

awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti perbuatan, hal,

cara. Istilah pendidikan ini juga berasal dari bahasa Yunani yaitu

“pedagogis” dengan arti bimbingan yang diberikan kepada anak yang

kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan istilah

education” yang berarti bimbingan atau perkembangan. Dan dalam

bahasa Arab disebut “tarbiyah (ةيبرت)” yang berarti pendidikan.

Menurut Abdur-Rahman An-Nahlawi kata at-tarbiyah (ةيبرّتلا) berasal dari kata, yaitu :

Pertama : raba-yarbu, (اوبري- ابر) yang artinya bertambah dan tumbuh. Kedua : rabiya--yarba, (ىبري- يبر) yang artinya menjadi besar

Tiga : rabba- yarubbu, (ا ْوُّبُري - ب َر) yang artinya memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara (An-Nahlawi,

(43)

23

Arti pendidikan secara etimologi “paedagogie” berasal dari

bahasa yunani, terdiri dari kata “pais”, artinya anak dan “ again”,

diterjemahkan membimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak (Rohani dan Ahmadi, 1991:64). Sedangkan

menurut Ngalim Purwanto (2000:11) bahwa “Pendidikan ialah segala

usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk

memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan”.

Ahmad D. Marimba (1989:19), memberikan definisi

pendidikan adalah “bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani menuju kearah kepribadian utama/terbentuknya kepribadian utama”.

Sedangkan Rama Yulis (1998:1), memberi pengertian

pendidikan adalah “segala usaha orang dewasa dalam pergaulan

dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani

menuju kearah kedewasaan”.

Amir Dalen Indrakusuma (1973:27), juga mendefinisikan

istilah pendidikan sebagai “segala bantuan yang diberikan dengan

sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaniyah

untuk mencapai tingkat dewasa”.

Dengan memahami definisi-definisi pendidikan di atas ditemukan unsur- unsur yang terkandung dalam pendidikan sebagai berikut :

(44)

24

2) Bahwa usaha itu dilakukan secara sadar.

3) Bahwa usaha itu dilakukan oleh orang-orang yang merasa bertanggung jawab terhadap kehidupan anak.

4) Bahwa usaha itu selalu menuju kearah tujuan tertentu.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan teratur yang diberikan oleh orang dewasa untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan yaitu terbentuknya kepribadian yang utama dalam, jasmani dan rohani anak untuk mencapai ke tingkat kedewasaan.

b. Akhlak

Akhlak menurut pendekatan etimologi perkataan akhlak berasal dari bahasa arab akhlaq (

قلاخا

) bentuk jamak dari al- khuluq (

قل خ لا

) yang berarti tabiat, budi pekerti, tingkah laku, tabiat. Kata akhlak mempunyai segi-segi persesuaian dengan khalqun yang artinya kejadian serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluq yang berarti yang diciptakan (Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, 2004:1).

Definisi akhlak di atas muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi antara khaliq (pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai

hablumminallah. Dari produk hamlumminallah yang verbal biasanya lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan

(45)

25

AR dan Hasanuddin Sinaga, 2004:2). Dari kata akhlak itu sendiri dapat dipahami bahwa akhlak itu sangat erat kaitannya dengan khaliq dan makhluk, memang tuntutan akhlak itu harus menjalin hubungan erat antara lain yaitu manusia terhadap Allah, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam sekitarnya. Manusia yang tidak bisa menjalin hubungan baik dengan tiga sasaran tersebut maka belum dapat dikatakan manusia yang berakhlak.

Secara terminologi ada beberapa pendapat tentang pengertian akhlak, antara lain: menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika sifat itu melahirkan perbuatan yang baik menurut akal dan syariat, maka disebut akhlak yang baik dan bila lahir darinya perbuatan yang buruk, maka disebut akhlak yang buruk.

(46)

26

tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan Tuhan-Nya dan dengan segala yang terdapat dalam kehidupan ini yaitu alam lingkungan.

2) Menurut Amin (1991:63), akhlak adalah kebiasaan kehendak, yang berarti bila kehendak itu dibiasakan, maka kebiasaan itu akan disebut sebagai akhlak.

Dalam hal ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka suatu perbuatan disebut akhlak jika memenuhi beberapa syarat, yaitu:

a) Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang sehingga tertanam kuat dalam jiwa.

b) Perbuatan itu bisa timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau lebih dahulu sehingga benar-benar merupakan suatu kebiasaan (Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 2003:102).

Menurut Abuddin Nata (2009:6) bahwa perbuatan itu dapat disebut akhlak (khususnya akhlak yang baik) apabila perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena mengharapkan pujian dari orang lain.

Istilah akhlak itu sendiri masih bersifat netral, belum menunjuk kepada perbuatan yang baik atau buruk. Namun apabila akhlak itu disebut tersendiri, tidak dirangkai dengan sifat tertentu

maka yang dimaksud adalah akhlak yang baik. Misalnya “anak itu berakhlak baik“ maka maksudnya adalah bahwa anak itu memang

(47)

27

3) Elizabeth B. Hurlock (1978:386), menyatakan:

Behaviour which may be called “Have Morality” not only

conforms to social standards but also is carried out voluntarily.

“Tingkah laku yang boleh dikatakan sebagai moral yang

sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat

tetapi juga harus dilaksanakan dengan sukarela”.

Tingkah laku dalam pengertian Hurlock mengandung adanya kesukarelaan atau keikhlasan, hampir sama dengan pengertian akhlak yaitu tanpa pertimbangan dan pemikiran. Akan tetapi tolok ukur dari definisi Hurlock hanya pada standar sosial, sehingga tingkah laku disini tidak dapat disebut dengan akhlak, akan tetapi hanya sebatas moral dan etika. Karena pada dasarnya akhlak harus memenuhi adanya kebenaran secara aqliyah ataupun syar’iyyah, sedangkan moral dan etika hanya sebatas ukuran manusia.

c. Keluarga

Untuk mengetahui pengertian keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini, sebelumnya peneliti akan memberikan sedikit gambaran pengertian keluarga baik dari sudut pandang yuridis, sosiologis dan paedagogi.

1) Tinjauan yuridis formal

(48)

28

adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Pujosuwarno, 1994:11).

2) Sudut pandang paedagogi

Secara paedagogi keluarga diartikan sebagai lembaga pertama dan utama dengan dialami seseorang dimana proses belajar yang terjadi tidak berstruktur dan pelaksanaanya tidak terikat oleh waktu (Joesoef, 1992:64).

3) Sudut pandang sosiologis

Secara sosiologis keluarga diartikan sebagai unit terkecil atau umat kecil yang memiliki pimpinan dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta kewajiban bagi amsing-masing anggotanya (Shihab, 1993:255).

Berkaitan dengan penelitian ini, maka pengertian keluarga yang dimaksud adalah dari perspektif paedagogi. Sebab dalam hal ini peran keluarga sebagai pendidik pertama dan utama bagi anaknya dalam membimbing dan membina generasi mendatang, terutama dalam pendidikan akhlak.

Secara tradisional keluarga adalah merupakan suatu unit sosial yang terkecil dalam masyarakat dan merupakan suatu sendi dasar dalam organisasi sosial masyrakat. Istilah keluarga juga mempunyai

arti “sanak saudara, kaum kerabat, atau kaum kerabat yang bertalian

(49)

29

Sedangkan menurut Hasan Langgulung (1978:346), keluarga dalam pengertian yang sempit adalah merupakan suatu unit sosial yang terdiri seorang suami dan seorang istri atau dengan kata lain keluarga adalah perkumpulan yang halal antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang bersifat terus-menerus dimana yang satu merasa tentram dengan yang lain sesuai dengan yang ditentukan agama dan masyrakat. Dan ketika kedua suami istri dikaruniai anak maka anak itu menjadi unsur utama ketiga pada keluarga tersebut di sampimg dua unsur sebelumnya.

Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga merupakan unit pertama dan istitusi pertama dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak dimana hubungan-hubungan di dalamnya bersifat langsung.

Berdasarkan pada definisi pendidikan, akhlak dan keluarga tersebut, maka yang dimaksud pendidikan akhlak dalam keluarga adalah usaha bimbingan, pengarahan dan atau latihan dengan membiasakan anak didik agar terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan terpuji dan menjauhi perbuatan-perbuatan tercela, yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak, sehingga anak memperoleh sikap dan pengetahuan dari pengalamannya sehari-hari baik secara sadar atau tidak diperoleh dari keluarga.

(50)

30

adalah aplikasi dari konsep dalam hubungannya dengan sikap dan perilaku sehari-hari. Dalam kaitan ini Nabi saw bersabda:

يننن ؤلما لهكا : مّلس و ويلع الله ىّلص الله لوسر لاو : لاو ونع الله يضر ةريرى بيا نع

)ىذنترلا هاو ر( اقلخ مهنسحا انايُا

Artinya : Dari Abu Hurairah r.a berkata: bahwa Rasulullah saw telah bersabda: orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (Syeikh Islam Muhyidin Abi Zakaria Yahya bin Syarif An Nawawi, Riyadus Shalihin, t.th:304).

Tampak jelas bagaimana erat hubungan antara keimanan seseorang dengan ketinggian akhlaknya. Dalam memberikan analisisnya tentang akhlak yang berhubungan dengan pembentukan kepribadian, Jalaluddin (2001:179)

mengutip dari Abdullah Darras mengemukakan bahwa: “pendidikan

akhlak berfungsi sebagai pemberi nilai-nilai Islam”.

Adanya nilai-nilai Islam itu dalam sikap dan perilaku seseorang maka terbentuklah kepribadiannya. Pendidikan akhlak adalah dasar dari pembentukan watak dan kepribadian. Watak itu terbentuk melalui proses pembentukan kebiasaan dan pengertian serta merupakan perpaduan yang meliputi bakat, pendidikan, pengalaman dan alam sekelilingnya, yang menyatakan diri dalam segala rupa tingkah laku. Kepribadian adalah suatu kesatuan fungsianal antara fisik dan psikis atau jiwa dan raga dalam diri individu yang membentuk karakteristik atau ciri khas unik yang terwujud di dalam tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya sebagai bentuk penyesuaian dengan lingkungan.

(51)

31

laku atau organisasai kepribadian melingkupi kerja rohani dan kerja ragawi dalam kesatuan kepribadian. Penegasan bahwa pendidikan akhlak itu merupakan dasar pembentukan watak dan kepribadian, adalah telah digariskan oleh Nabi Muhammad saw dalam sabdanya:

ّ اولاا :مّلس و ويلع الله ىّلص الله لوسر تعسم :لاواههنع الله يضر رِشن نب اهعّنلا نع

بلقلا يىو ّلاا دسلجا رئ اس دسف تدسف اذ او دسلجا رئاس حلص اذاف ةغضن دسلجا فى

)يراخبلا او ر(

Artinya : Dari Nu’man bin Basyir ra. Berkata, saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda: Ingatlah bahwa sesungguhnya di dalam tubuh itu terdapat segumpal darah, jika ia dalam keadaan baik maka baik pulalah keadaan seluruh tubuh, dan jika buruk keadaannya maka buruklah keadaan seluruh tubuh, ketahuilah bahwa segumpal darah ialah hati (Shahih Bukhari, Juz I:28).

Pengertian yang dapat diambil dari hadits nabi tersebut di atas bahwa keadaaan individu itu menentukan keadaan wataknya, keadaan budi individu itu dalam keadaan baik, maka wataknya serta pekertinya baik, sebaliknya kalau budinya dalam keadaan buruk, maka wataknya akan buruk pula. Jadi pembentukan watak itu merupakan suatu keharusan demi menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Dan yang menjadi dasar pembentukan watak adalah mendidik akhlak.

2. Dasar, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga

a. Dasar Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga

(52)

32

kemulyaan hidup manusia pada dasarnya sangat ditentukan oleh akhlak manusia itu sendiri. Sebaliknya kerusakan atau kehancuran kehidupan manusia dan lingkungan sangat ditentukan oleh akhlak manusia pula. Itulah sebabnya pentingnya akhlak untuk dijaga dengan baik agar kehidupan ini tidak punah atau lenyap. Dengan demikian

Artinya: “dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung” (Departemen Agama RI, 1996:451)

b. Tujuan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga

Tujuan disyariatkannya akhlak adalah agar setiap orang berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku (tabiat), berperangai atau beradat istiadat yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam (Aziz, 2003:101).

Menurut Amin (1991:63), manusia dijadikan oleh Allah agar berakhlak baik, bertindak tanduk yang baik terhadap sesama makhluk dan terhadap Allah, adalah karena Allah hendak menjadikan manusia makhluk yang tinggi, yang sempurna dan membedakannya dari makhluk-makhluk lainnya. Sedangkan menurut Muhammad (1979:346), tujuan akhlak adalah kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.

(53)

33

1) Membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan.

2) Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.

(54)

34

disalah gunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana dimuka bumi.

5) Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahyakan dirinya.

6) Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal dan haram. Karena yang berperan dan berfungsi pada diri masing-masing manusia adalah elemen syahwat (nafsu) nya yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya di atas malaikat (http://zhebaulil.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-manfaat-mempelajari.html, diakses pada senin,tanggal 25 Mei 2015 jam 11.00 WIB).

(55)

35

c. Fungsi Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga.

Keluarga adalah tempat yang mula-mula dikenal oleh seorang anak, didalam keluargalah semua ajaran agama dan segala pendidikan dimulai dan dikenalkan. Pengalaman ajaran kehidupan terutama sekali ajaran agama harus dimulai dari orang tua sendiri sebagai pendidik pertama dan utama kemudian barulah keluarga yang terdekat dan sesudah itu anggota masyarakat lainnya termasuk pendidikan formal dalam sekolah. Maryulis Syamsuddin (1987:71), memberikan

penjelasan bahwa “di dalam rumah tangga mulailah diletakkan dasar-dasar pendidikan, anak dibiasakan patuh, berbudi luhur, berdisiplin, pandai menempatkan diri, sebagai hamba Allah SWT dan pandai

bergaul dengan masyarakat”.

(56)

36

Hal tersebut bertandaskan atas sabda Rasul SAW

لوي لاا دولون نن ان

)ملسن هاور( وناسجيُ وا ونارّصنيوا ونادّوهي هاوباف ةرطفلا ىلع د

Artinya: “Tidaklah seorang anak yang lahir itu kecuali dalam

keadaan fitrah, Kedua orang tuanyalah yang menjadikan

anak tersebut beragama Yahudi, Nasroni atau Majusi”

Dari hadist nabi tersebut di atas dapat di ambil pengertian bahwa pendidikan dalam keluraga sangat penting, selaku mereka para orang tua tahu bahwa anak dilahirkan ke dunia dalam keadaan fitrah. Allah telah meletakkan fitrahnya kepada anak dan menciptakan orang tua. Mereka sebagai pelindung dan pembimbing. Sekaligus tauladan, agar mereka dapat terbentuk dengan baik sebagaimana fitrah yang diciptakannya.

Oleh sebab itu juga Islam sangat menganjurkan keluarga agar menjadi tempat pengasuhan yang tenang bagi anak dan menjadi tempat pemberi pengaruh besar dalam Lapangan Pendidikan. Atau lebih singkatnya Keluarga merupakan unit pertama yang mempengaruhi kehidupan seseorang sebab di dalam keluargalah manusia mula-mula digembleng untuk mengarungi kehidupan.

(57)

37

1. Keluarga dibentuk untuk memberikan keturunan (reproduksi) yang merupakan tugas suci agama yang diberikan kepada manusia. Transisi pertama terjadi melalui fisik.

2. Keluarga mengharuskan untuk bertaggung jawab dalam bentuk pemeliharaan yang harus diselenggarakan demi kesejahteraan keluarga, dan anak-anak.

3. Pre-ferensi, adalah fungsi selanjutnya, karena hidup adalah “just a matter of choice”, maka orang tua harus mampu memberikan

preferensi yang terbaik untuk anggota keluarga, terutama anaknya (jalan mana yang harus ditempuh dalam kehidupan anak).

4. Pewarisan nilai kemanusiaan, yang dikemudian hari dapat membuat manusia yang cinta damai, anak sholeh yang suka mendoakan kepada orang tua secara teratur mengembangkan kesejahteraan sosial dan ekonomi umat manusia, yang mampu menjaga dan melaksanakan hak asasi kemanusiaan yang adil dan beradab yang mampu menjaga kwalitas moralitas lingkungan hidup.

(58)

38

dalam keluarga dapat mencapai sukses dan jangan sampai melengahkan pendidikan keluarga ini.

3. Macam-Macam Akhlak

a. Akhlak Al-Karimah

Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Akhlak terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya. Sebagai hamba Allah, yang harus dilakukan manusia kepada Tuhan-nya dan juga merupakan realisasi dari akhlaknya kepada Allah sebetulnya banyak sekali, namun yanga dipandang perlu sesuai dengan pembahasan kali ini adalah :

a) Beriman kepada Allah, dalam hal ini termasuk didalamnya mencakup 6 hal yaitu yang biasa disebut dengan rukun iman. b) Taat, yakni melaksanakan perintah dan sekalipun menjauhi

larangannya.

(59)

39

d) Taubat dan istigfar, kita harus bahwa manusia tidak lepas dari dosa dalam keadaan terjerumus kedalam perbuatan ini, hendaknya manusia segera mengingat Allah, menyesali perbuatannya yang salah, mohon ampun (istighfar) serta kembali (taubat) dengan sebenar-benarnya.

2) Akhlak terhadap diri sendiri

Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Contohnya: Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan hindarkan perbuatan yang tercela.

Setiap manusia mempunyai kewajiban moral terhadap dirinya sendiri, yaitu antara lain :

a) Memelihara kerapian diri, b) Memelihara kesucian diri, c) Berlaku tenang,

d) Menambah pengetahuan,

e) Menambah disiplin pribadi (Ya‟qub, 1993:99). 3) Akhlak terhadap sesama manusia

(60)

40

baik kepada saudara karena ajaran agama Islam berjasa dalam ikut serta mendewasaan kita dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya (Ardani, 2005:49-57).

4) Akhlak terhadap lingkungan sekitar

Manusia merupakan makhluk Allah yang mulia karena Allah telah memberikan rasa kasih sayang kepadanya dan dibekali dengan akal. Dengan demikian, manusia adalah lebih mulia dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya. Dengan kemuliaan manusia maka Allah memberikan tugas kepadanya untuk menjadi kholifah diatas bumi.

Rusak atau tidaknya lingkungan sekitar tergantung dari perilaku manusia. Apabila akhlak serta kewajibannya sebagai kholifah diatas bumi dilakukan dengan baik maka ketenangan serta ketentraman masyarakat akan menjadi kenyataan dlam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pula sebaliknya, kalau semua kewajiban serta akhlak tersebut tidak dilaksanakan dalam artian tidak beriman dan bertaqwa dengan sebenarnya maka kerusakan yang akan terjadi sebagai hasil dari perbuatannya.

(61)

41

mengaruniakan kepadanya keutamaan yang tidak dapat terbilang dan karunia kenikmatan yang tidak bisa dihitung banyaknya, semua itu perlu disyukurinya dengan berupa berzikir dengan hatinya. Sebaiknya dalam kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan dan santun menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapt tyerhindar dari perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa adalah yang terpenting dan pertama yang harus dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang dapat mengotori dan merusaknya. Karena manusia adalah makhluk sosial maka ia perlu menciptakan suasana yang baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak yang baik.

b. Akhlak Al-Mazmumah

Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:

1) Berbohong, ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

2) Takabur (sombong), ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat.

(62)

42

4) Bakhil atau kikir, ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain (Ardani, 2005:57-59).

Sebagaimana diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud pengamalannya di bedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak yang tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik maka itulah yang dinamakan akhlak yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk maka itulah yang dinamakan akhlak yang tercela.

4. Metode Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga

Metode pendidikan yang dimaksud disini adalah cara yang digunakan dalam upaya mendidik (Ilyas, 1996:31). Jadi metode pendidikan akhlak adalah cara yang dilakukan dalam upaya mendidik akhlak. Menurut Abdur Rahman an-Nahlawi (1992:282-284), metode pendidikan yang dapat digunakan adalah metode hiwar (percakapan), metode kisah, metode amtsal (perumpamaan), metode teladan, metode pembiasaan diri dan pengalaman, metode pengambilan pelajaran dan peringatan, metode targhib dan tarhib (janji dan ancaman).

(63)

43

kebiasaan, metode penyaluran kekuatan, metode mengisi kekosongan, metode hikmah suatu peristiwa.

Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa metode pendidikan akhlak yang dapat digunakan:

a. Metode Keteladanan

Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan sebagainya (Aly, 1999: 178). Keteladanan merupakan metode yang paling baik dalam rangka bimbingan orang tua kepada anaknya. Setiap anak yang akan menjalani proses kehidupannya, mereka memerlukan keteladanan yang baik dan saleh. Keteladanan dapat diperoleh dari orang tuanya. Manusia itu memiliki kebutuhan psikologis untuk menyerupai dan mencontoh orang yang dicintai dan dihargainya (Badawi, 2002:13). Apabila anak dibesarkan dengan bimbingan akhlak yang baik dari orang tua serta lingkungan muslim yang baik, maka ia akan mendapatkan banyak contoh atau keteladanan yang baik untuk perkembangan jiwanya (Tarazi, 2001:165). Yang berarti bahwa orang tua haruslah dapat memberi contoh yang baik bagi anaknya. Kedudukan orang tua merupakan sentral figur bagi anak-anaknya. Apabila orang tua memberi contoh yang kurang baik dalam perilakunya, maka seorang anak akan sulit berbuat yang baik.

(64)

44

pada semua kata yang mereka ajarkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Baqarah ayat 44 :

Artinya: “mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,

sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah

kamu berpikir?” (Q. S. Al-Baqarah: 44).

Dari ayat di atas jelas bahwa dengan memberi teladan yang baik kepada anak maka secara tidak langsung orang tua juga harus berlaku yang baik. Dengan demikian keteladanan yang diberikan orang tua pada anak-anaknya akan sangat menentukan keberhasilan orang tua dalam membimbing anak-anaknya. Dan metode inilah yang paling efektif untuk membimbing anaknya. Orang tua tidak hanya memberikan bimbingan secara lisan malainkan juga langsung memberikan contoh kepada anak-anaknya.

b. Metode Kisah

Di antara sistem pendidikan yang masyhur dan terbaik adalah dengan bentuk kisah atau cerita. Kisah itu mampu menyentuh jiwa jika didasari oleh ketulusan hati yang mendalam. Dan kisah itu juga mampu mempengaruhi seseorang yang membacanya atau mendengarnya, hingga dengan itu dia tergerak hatinya untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kejelekan. Peranan kisah dalam pembentukan akhlak itu sudah dikenal sejak dahulu, dan

(65)

45

artinya dalam kehidupan manusia dalam sisi akhlak dan jiwa (Ilyas, 1996:41). Hal ini karena penyampaian kisah yang indah biasanya itu sangat dalam artinya sebagaimana Al-Qur‟an menyebutkan peranan kisah sebagai suatu pelajaran akhlak :

Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan

rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS. Yusuf:111)

Dalam Islam banyak kisah para nabi yang dapat dipetik pelajaran moral yang dipaparkan melalui metode cerita. Sebagai contoh, kisah nabi Nuh, nabi Ibrahim, nabi Yunus, nabi Musa, kisah penyembelihan nabi Ismail dan lain-lain. Dari kisah-kisah tersebut, orang tua menceritakan kepada anak-anaknya dengan metode yang sangat berkesan dan dengan ungkapan-ungkapan yang sederhana sehingga anak dapat menyerap dengan baik dan dapat menerapkan dalam kehidupannya (Santhut, 1998:85).

c. Metode Nasehat

Gambar

Gambar 1. Aspek-Aspek Kepribadian
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Daftar Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

aan het (- werk) melakukan (-pekerjaan) gezocht dicari huishouding (de) rumah tangga geboden ditawarkan. prettige yang menyenangkan neem … op

Penelitian dengan menggunakan model TPB dilakukan pula oleh Laksono (2011), penelitian yang dilakukan dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

Hal ini ditunjukkan oleh nilai konduktivitas proton tertinggi sebesar 1.2377 × 10 -3 S/cm yang hampir mendekati nilai konduktivitas proton membran Nafion sebesar 8.2000 × 10 -2

meningkatkan kecerdasan kinestetik anak melalui kegiatan gerak

16 Dalam penelitian ini sumber data primer diambil dari hasil angket siswa. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan untuk suatu maksud yang

Gaya (style) yaiku cara ngandharake bab kanthi cara tartamtu, saengga apa.. Saka andharan mau, bisa diarani yen stilistika salah sawijine ilmu kang ngandharake

 Pendekatan penelitian atau metode penelitian yang dipilih kurang tidak dengan topik penelitian dan rumusan masalah.  Penjabaran langkah-langkah pengumpulan data

Judul skripsi ini adalah “ PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS SANTO FRANSISKUS ASISI ”. Judul ini dipilih berdasarkan