• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK, PAIR, AND SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) MATERI ENERGI DAN PENGGUNAANYA PADA SISWA KELAS IV DI MI KLERO KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK, PAIR, AND SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) MATERI ENERGI DAN PENGGUNAANYA PADA SISWA KELAS IV DI MI KLERO KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN "

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK, PAIR, AND

SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN

KEAKTIFAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)

MATERI ENERGI DAN PENGGUNAANYA PADA SISWA

KELAS IV DI MI KLERO KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memeperoleh Gelar Sarjana Guru Madrasah

Ibtidaiyah

Oleh:

Muthia Ulfah

(115-13-048)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK, PAIR, AND

SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN

KEAKTIFAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)

MATERI ENERGI DAN PENGGUNAANYA PADA SISWA

KELAS IV DI MI KLERO KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memeperoleh Gelar Sarjana Guru Madrasah

Ibtidaiyah

Oleh:

Muthia Ulfah

(115-13-048)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(3)
(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK, PAIR, AND

SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN

KEAKTIFAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)

MATERI ENERGI DAN PENGGUNAANYA PADA SISWA

KELAS IV DI MI KLERO KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memeperoleh Gelar Sarjana Guru Madrasah

Ibtidaiyah

Oleh:

Muthia Ulfah

(115-13-048)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

viii

Motto

إً ْسُْي ِ ْسُْعْلإ َعَم َّن

إ

ِ

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Al-Insyirah:6)

Allah would never place you in a situation that you

can’t

handle. And now, stop complaining and start doing!

(10)

ix

Skripsi Ini Ku Persembahkan Untuk:

1. Yang paling utama dari segalanya. Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-MU telah memberikanku kekuatan dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tuaku tercintahhh... Yayah dan ibu yang gak pernah capek buat dukungannya baik moral, material, dan spiritual.

3. My little broo.. Adikku tersayang Muhammad Alif Royyan. Walaupun sering berantem kalo ketemu, tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, belum bisa jadi kakak yang baik, baru bisa jadi kakak yang kece haha.

4. My sweetheart calon imam ku yang selalu memberikan doa, cinta, serta semangatnya.

5. Dosen pembimbing skripsiku Peni Susapti, M.Si. terimakasih ya bu... buat bimbingan dan saran-sarannya. Akhirnya selesai juga ini skripsi.

6. My Best Friend‟s Mbk lestari yang selalu kasih dukungan dan semangatnya. Tim Sukses (Tika, Simon, Pristy, Vanda, Otoy) yang gak pernah absen kasih dukungan untuk cepet nyelesain skripsi ini juga gak pernah bosen ngingetin skripsi. Untuk Tim Horee (Zera, Eka, Lila, Arif N, Chintaro, Huda) yang selalu kasih Support dan hiburannya. Makasih kegesrekan dan kegilaannya udah sama-sama 4 tahun terakhir ini. Makasih untuk gak pernah bosen dengerin curhatan yang isinya keluhan gara-gara skripsi gak selesai dan gak nikah-nikah, makasih kesetiaannya dan jangan lupa bahagia.

7. Buat PGMI angkatan 2013, PGMI konsentrasi IPA, temen-temen KKN dan PPL makasih buat kenangan dan tawa kalian.

8. Seluruh Dosen IAIN Beserta Staffnya terimakasih untuk ilmu, pengalaman dan bantuan yang kalian berikan.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK, PAIR, AND SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) MATERI ENERGI DAN PENGGUNAANYA PADA SISWA KELAS IV DI MI KLERO KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2016/2017” ini, adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar akademik sarjana pendidikan dalam bidang Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan dan dosen pembimbing akademik.

3. Peni Susapti, M.Si selaku Ketua jurusan PGMI dan dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiranya guna memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga akhir penyusunan skripsi ini.

4. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moral, material, maupun spiritual.

5. Aynun Mardliyah, S.Pd.I selaku kepala madrasah MI Klero yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

(12)

xi

7. Kepada seluruh siswa kelas IV MI Klero yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

8. Sahabat dan teman–teman yang senantiasa menginspirasi, berjuang bersama-sama dan saling memberikan dukungan.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka tangan yang selebar-lebarnya terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penyusun hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya.

Tengaran, 8 Juni 2017 Penulis,

(13)

xii ABSTRAK

Ulfah, Muthia. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Think, Pair, And Share (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi Energi dan Penggunaanya Pada Siswa Kelas IV di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Peni Susapti, M.Si.

Kata kunci: Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar, Think, Pair, And Share (TPS),

Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar IPA materi energi dan penggunaannya pada siswa kelas IV MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah apakah model pembelajaran Think, Pair, And Share (TPS) dapat meningkatakan hasil belajar dan keaktifan belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi energi dan penggunaanya pada siswa kelas IV di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (action research) sebanyak dua siklus. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melaui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus ada empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, tes, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar mata pelajaran IPA materi energi dan penggunaannya kelas IV MI Klero tahun 2017. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat hasil meningkat dari kondisi awal, ke siklus I dan ke siklus II. Kondisi awal yaitu nilai rata-rata hasil belajar siswa 67,69 atau 53,84% siswa yang tuntas belajar, pada siklus I meningkat menjadi 73,51 atau 73,07% dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 84,6 atau 92,31% siswa tuntas. Pada keaktifan belajar siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus I sebesar 53,68% dan meningkat pada siklus II menjadi 76,31 %.

(14)

xiii DAFTAR ISI

SAMPUL... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 6

1. Hipotesis Tindakan ... 6

(15)

xiv

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

1. Belajar ... 9

2. Hasil Belajar ... 9

3. Keaktifan Belajar ... 9

4. Ilmu Pengetahuan Alam ... 10

5. Kajian Materi Energi dan Penggunaannya ... 10

6. Model Pembelajaran TPS ... 10

G. Metodologi Penelitian ... 11

1. Rancangan Penelitian ... 11

2. Subjek Penelitian ... 12

3. Langkah-Langkah Penelitian... 13

4. Instrumen Penelitian ... 15

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

6. Analisis Data ... 16

H. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar... 19

1. Definisi dan Hakikat Belajar ... 19

2. Definisi Hasil Belajar ... 21

3. Definisi Keaktifan Belajar ... 23

B. Ilmi Pengetahuan Alam (IPA) di SD/MI ... 26

(16)

xv

D. Model Pembelajaran Think, Pair, and Share ... 37

1. Definisi Model TPS ... 37

2. Cara Pelaksanaan Model Pembelajaran TPS ... 40

3. Kelebihan dan Kelemahan Model TPS ... 41

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran TPS ... 44

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Klero ... 47

1. Identitas Sekolah ... 47

2. Letak Geografis MI Klero ... 48

3. Sejarah Singkat Berdirinya MI Klero... 48

4. Keadaan Gedung MI Klero ... 49

5. Keadaan Guru MI Klero ... 50

6. Keadaan Siswa MI Klero ... 50

7. Kurikulum MI Klero ... 52

B. Subjek Penelitian ... 53

C. Pelaksanaan Penelitian ... 53

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 54

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil ... 72

1. Deskripsi Hasil Kondisi Awal (Pra-Siklus) ... 72

2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 75

(17)

xvi

B. Pembahasan ... 87

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 89

2. Hasil Penelitian Siklus II ... 93

3. Rekapitulasi Ketuntasan Gabungan ... 96

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Guru MI Klero Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 50

Tabel 3.2 Data Keadaan Siswa MI Klero 2016/2017 ... 51

Tabel 3.3 Data Keadaan Siswa IV MI Klero ... 51

Tabel 3.4 Pembagian Jam Pengajaran Madrasah Ibtidaiyah ... 52

Tabel 4.1 Perolehan Hasil Rata-rata Kondisi Awal Siswa ... 73

Tabel 4.2 Hasil Presentase Kondisi Awal Nilai Siswa ... 74

Tabel 4.3 Hasil Performansi Guru Siklus I ... 76

Tabel 4.4 Perolehan Hasil Rata-rata Siklus I ... 78

Tabel 4.5 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 80

Tabel 4.6 Hasil Performansi Guru Siklus II ... 81

Tabel 4.7 Perolehan Hasil Rata-rata Siklus II ... 84

Tabel 4.8 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 86

Tabel 4.9 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa... 87

Tabel 4.10 Rekapitulasi Ketuntasan Siklus I ... 89

Tabel 4.11 Rekapitulasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 90

Tabel 4.12 Rekapitulasi Performansi Guru Siklus I... 90

Tabel 4.13 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ... 93

Tabel 4.14 Rekapitulasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 94

Tabel 4.15 Rekapitulasi Performansi Guru Siklus II ... 94

Tabel 4.16 Rekapitulasi Ketuntasan Gabungan ... 96

Tabel 4.17 Rekapitulasi Gabungan Keaktifan Siswa ... 97

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas ... 15

Gambar 2.1 Contoh Benda Bergesek ... 31

Gambar 2.2 Panel Surya ... 34

Gambar 2.3 Kincir Angin ... 35

Gambar 2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ... 35

Gambar 2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ... 36

Gambar 4.1 Digram Hasil Prosentase Kondisi Awal Nilai Siswa ... 74

Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ... 79

Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ... 85

Gambar 4.4 Diagram Peningkatan Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 96

Gambar 4.5 Diagram Rekapitulasi Gabungan Antara Siklus I dan Siklus II ... 98

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Absensi Siswa Siklus I ... 106

Lampiran 2 Daftar Absensi Siswa Siklus II ... 107

Lampiran 3 Daftar Nama Pasangan Belajar Siklus I Dan Siklus II ... 108

Lampiran 4 Daftar Nama Siswa Pra Siklus... 109

Lampiran 5 RPP Siklus I ... 110

Lampiran 6 Rubrik Penilaian I Siklus I... 120

Lampiran 7 Rubik Penilaian II Siklus I... 121

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa I Siklus I ... 122

Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa II Siklusi I ... 124

Lampiran 10 Soal Evaluasi Siklus I ... 125

Lampiran 11 Daftar Nilai Pasangan Siklus I... 126

Lampiran 12 Lembar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 127

Lampiran 13 RPP Siklus II ... 129

Lampiran 14 Rubrik Penilaian Siklus II... 137

Lampiran 15 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 138

Lampiran 16 Soal Evaluasi Siklus II ... 140

Lampiran 17 Daftar Nilai Pasangan Belajar Siswa Siklus II ... 141

Lampiran 18 Lembar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II... 142

Lampiran 19 Deskriptor Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran ... 144

(21)

xx

Lampiran 21 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 150

Lampiran 22 Lembar Observasi Performansi Guru Siklus I ... 153

Lampiran 23 Lembar Observasi Performansi Guru Siklus II ... 156

Lampiran 24 Dokumentasi Kegiatan ... 159

Lampiran 25 Biografi Penulis ... 162

Lampiran 26 Daftar Satuan Kredit Kegiatan (SKK) ... 163

Lampiran 27 Surat Tugas Pembimbing Skripsi ... 166

Lampiran 28 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 167

Lampiran 29 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 168

Lampiran 30 Lembar Konsultasi Skripsi ... 169

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak sekali konsep-konsep IPA yang dikembangkan oleh anak-anak berasal dari kehidupan sehari-hari. Walaupun dikatakan bahwa konsep-konsep sains pada anak-anak merupakan sebuah pengalaman pribadi, tidak dapat dipungkiri bahwa proses interaksi dengan teman, guru, dan sistem pendidikan juga telah mempengaruhi konsepsi sains pada anak-anak. Oleh karena itu, IPA merupakan ilmu yang terkonstruksi secara personal dan sosial berlandaskan pendekatan konstruktivisme.

Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang dikembangkan oleh manusia yang tidak lain adalah makhluk Allah SWT. Al-Quran adalah kalam Allah yang disampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman hidup/petunjuk bagi manusia. Sebagai ilmu yang dikembangkan manusia, ilmu pengetahuan tentu secara tersurat maupun tersirat sudah ada di dalam Al-Quran itu sendiri. Allah berfirman:

َقَلَخ ۡىِذَّلا َكِّبَر ِن ۡساِب ۡاَزۡق ِِ

Artinya: “(1) Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.(2)

(23)

Ayat-ayat ini merupakan ayat-ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan, yang merupakan permulaan rahmat dan nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Salah satu kenikmatan tersebut adalah ilmu, yang dengan adanya ilmu tersebut, manusia dimuliakan dan dihormati. Ilmu pengetahuan merupakan keistimewaan Adam atas para malaikat, di mana Allah mengajarkan nama-nama benda yang nama-nama tersebut tidak diketahui oleh malaikat. Dalam ayat ini Allah menyatakan megajarkan ilmu kepada manusia melalui perantaraan Qalam. Berdasarkan fakta bahwa ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dengan Al-Qur‟an, penulis berusaha mengintregrasikan ayat Al-Qur‟an dalam pembelajaran IPA yang diharapkan mampu meningkatkan ketaqwaan serta rasa syukur atas apa yang dianugerahkan aoleh Tuhan Yang Maha Esa.

(24)

pembelajaran IPA yang baik adalah sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, evaluator, dan katalisator dalam pembelajaran, serta pengontrol konsep IPA yang dipahami peserta didik.

(25)

siswa dan materi yang diajarkan, sehingga sebagian siswa kurang mempelajari mata pelajaran IPA. Menurut observasi awal yang dilakukan di MI Klero, rendahnya nilai siswa pada materi energi dan penggunaannya masih banyak siswa yang nilainya dibawah KKM yaitu 70. Jika dipresentasikan, diperoleh hasil sebanyak 53,84% siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan sedangkan 46,15% belum, dan pandangan siswa saat ini terhadap mata pelajaran IPA memang kurang baik, mereka berpandangan bahwa pembelajaran IPA itu sulit, tegang, bosan dan banyak PR. Hal ini disebabkan karena guru kurang dapat mengkomunikasikan materi IPA yang bersifat kaku tersebut agar dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh para siswa.

Berdasarkan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar IPA dikarenakan pembelajaran yang kurang menarik, kurang bermakana, dan juga model, teknik, dan sumber belajar yang digunakan oleh guru selama proses pembelajaran kurang cocok digunakan dalam pembelajaran IPA yang tidak hanya menekankan hafalan informasi yang diperolehnya, melainkan menekankan pada pemahaman informasi yang diperolehnya. Seorang guru harus lebih kreatif dalam memilih model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran yang akan diajarkan agar tercipta suasana belajar yang kondusif dan dapat tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.

(26)

Share (TPS). Model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk mengemukakan pendapat dan juga dapat menghargai pendapat temannya. Model pembelajaran Think, Pair, and Share (TPS) memberikan kepada siswa waktu untuk berfikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain untuk bertukar pendapat dan pemahaman mereka. Hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran dan membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Menyadari kenyataan di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna mengkaji peningkatan hasil dan keaktifan

belajar, dengan judul: “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK,

PAIR, AND SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

DAN KEAKTIFAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) MATERI ENERGI DAN PENGGUNAANYA PADA SISWA KELAS IV DI MI KLERO KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN AJARAN 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah model pembelajaran TPS dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 2016/1017?

(27)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV di Mi Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 2016/1017

2. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar IPA pada siswa kelas IV di Mi Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun ajaran 2016/1017

D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir serta

mempertimbangkan konsep yang ada, maka “ Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Tps (Think Pair And Share) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar IPA Pada Materi Energi dan Penggunaanya Pada Siswa Kelas IV di MI Klero Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017”.

2. Indikator Keberhasilan

(28)

a. Secara Individu

Adanya peningkatan hasil belajar IPA materi energi dan penggunaannya mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) lebih dari 70.

b. Secara Klasikal

1) Ketuntasan peserta didik secara klasikal dalam materi energi dan penggunaannya mencapai presentase ≥85% peserta didik mencapai KKM.

2) Indikator keberhasilan keaktifan belajar siswa yaitu nilai rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal dalam mengikuti model

pembelajaran TPS ≥75%.

E. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dilakukan pada intinya untuk dapat memecahkan suatu masalah yang diteliti dan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Mengembangkan teori teori yang sudah ada tentang model pembelajaran TPS.

b. Menambah wacana pengetahuan di bidang penelitian tindakan kelas. c. Sebagai bahan bacaan, koleksi, dan refrensi di bidang keguruan,

(29)

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

1) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA 2) Meningkatkan penguasaan belajar siswa dalam pembelajaran IPA 3) Meningkatkan keatifan belajar siswa dalam pembeljaran IPA

4) Tumbuhnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA, bahwa pembelajaran IPA terasa mudah dan menyenangkan.

b. Bagi Guru

1) Guru dapat lebih teliti dalam menerapkan model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan pembelajaran IPA

2) Menambah wawasan dan kemampuan guru dalam berinovasi dalam pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Menambah wawasan dan informasi juga masukan yang terkait dengan peningkatan prestasi melalui model pembelajaran TPS

d. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaan model pembelajaran yang praktis dan menyenangkan bagi siswa.

e. Bagi Pengambil Kebijakan

(30)

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan pemahaman pembaca, maka diperlukan definisi operasional untuk menjelaskan kata kunci dalam penelitian ini.

1. Belajar

Belajar bisa terjadi dalam semua aspek kehidupan. Belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu (Rahman, 2014:24). Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman (Baharuddin, 2008:12). Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan tingkah laku yang disadari, kontinu, positif, permanen dan mencakup seluruh potensi manusia, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono, 2011:5). Yang harus diingat hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil belajar tidak dapat dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Hasil belajar dipenelitian ini adalah nilai tes.

3. Keaktifan Belajar

(31)

kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan siswa belajar. Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.

4. Ilmu Pengetahuan Alam

IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakterstik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan, atau kejadian, dan hubungan sebab akibatnya (Wisudawati, 2014:22). Saat ini objek kajian IPA menjadi semakin luas, meliputi konsep IPA, proses, nilai, ranah sikap, aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari. Dan kreativitas. Belajar IPA berarti belajar kelima objek tersebut. Dapat disimpulkan bahwa IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini.

5. Kajian Materi Energi dan Penggunaannya

Energi didefinisikan oleh ilmuwan sebagai kemampuan melakukan kerja. Energi yang sering kita temui sehari-hari antara lain energi panas yang sering disebut dengan energi kalor, energi gerak, energi listrik, energi gravitasi bumi, dan energi pegas. Energi juga digunkan manusia untuk membantu dalam kehidupan sehari-harinya.

6. Model Pembelajaran Think, Pair, and Share (TPS)

(32)

“think” mengharuskan siswa untuk berhenti dan menata pikiran meraka.

Komponen “pair” dan “share” mendorong siswa untuk membandingkan dan

membedakan pemahaman mereka dengan orang lain, dan untuk melatih dahulu tanggapan mereka dalam situasi dengan resiko rendah sebelum mengutarakannya ke hadapan umum bersama seluruh kelas. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif.

G. Metodologi Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas atau dikenal dengan sebutan PTK. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas (Basrowi, 2008:25). Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah (Taniredja 2010:15). Menurut Hopskins penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian tindakan yang bersifat praktis sebab, penelitian ini menyangkut kegiatan yang dipraktikan guru sehari-hari.

(33)

pemahaman baru tentang belajar mengajar untuk kepentingan sekolah secara menyeluruh. Pengertian kelas dalam PTK tidak hanya terbatas pada kelas yang sedang aktif melangsungkan proses belajar mengajar di dalam suatu ruangan tertutup saja, tetapi juga terjadi ketika siswa sedang karya wisata (study tour), di laboratorium, di kebun, di masyarakat, dan berbagai tempat lainnya (Kunandar, 2008:66).

Peneliti menggunakan PTK karena penelitian ini memiliki manfaat yang banyak diantaranya sebagai inovasi pembelajaran, peningkatan profesionalisme guru atau pendidik, memperbaiki dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

2. Subyek Penelitian

(34)

3. Langkah – langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam empat siklus, dan setiap siklus meliputi perencanaan (planing), tindakan (action), pengamatan (observasi), dan refleksi (reflection). Adapun langkah-langkah penelitian tersebut sebagai berikut:

a. Perencanaan

Tahap perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yaitu secara jelas dapat dimengerti masalah yang akan diteliti.

2) Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan melatar belakangi PTK.

3) Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat pernyataan.

4) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotisis tindakan.

5) Menemukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta berbagai instrumen pengumpulan data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan.

6) Membuat secara rinci rancangan tindakan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:

(35)

b) Menyiapkan materi

c) Membuat rencana pelaksanaan pembelajarana d) Membuat lembar soal

e) Memberi instrumen penilaian berupa lembar observasi kegiatan guru. b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah menerapkan rancangan atau sekenario pembelajaran yang sudah direncanakan pada tahap satu, kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan yaitu pendahuluan, inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) dan penutup.

c. Pengamatan

Pengamatan merupakan tahap pengumpulan data yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam proses belajar-mengajar. Pengamatan bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa.

Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil, tes, kuis, presentase, dan nilai tugas) dan data kuantitatif yang menggambarkan keaktivan siswa, antusias siswa selama proses pembelajaran.

d. Refleksi

(36)

Gambar 1.1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a. Pedoman Observasi

Pedoman observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung kegiatan peserta didik dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA pokok bahasan energi dan penggunaannya.

perencenaan

Pelaksanaan Siklus I

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

(37)

b. Soal tes

Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran IPA pokok bahasan energi dan penggunaannya dengan model pembelajaran Think, Pair, and Share (TPS). Tes ini berisi pertanyaan-pertanyaan berupa lisan maupun tulisan yang berhubungan dengan materi yang diajarkan.

c. Pedoman dokumentasi

Pedoman ini berisi dokumen-dokumen nilai hasil yang diperoleh sebelum pelaksanakan tindakan dan sebelum membuat RPP.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi

Dalam setiap siklus peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA pokok bahasan energi dan penggunaannya.

b. Tes

Tes digunakan untuk mengamati tingkat hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran IPA. Pada setiap siklus pendidik memberikan tes tertulis untuk mengukur kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi. c. Dokumentasi

(38)

6. Analisis Data

Setelah data terkumpul lengkap, maka selanjutnya adalah menganalisis data tersebut untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian yang telah di lakukan. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisa data berupa prosentase sebagai berikut

a. Penilaian tes (Purwanto,1994:102) : x100

Ket:

S : nilai yang diharapkan

R : jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N : skor maksimum dari tes tersebut

b. Penilaian rata-rata

Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh oleh siswa, kemudian membagi dengan jumlah siswa tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata.

Penilaian rata-rata dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

X= ∑ ∑

Dengan :

∑ = jumlah nilai keseluruhan siswa ∑ = jumlah siswa

= Nilai rata-rata

(39)

P = ∑

Ket:

P = jumlah nilai dalam persen d. Aktivitas Belajar Siswa

Keterangan

P = Prosentase

∑ =Skor keseluruhan yang diperoleh siswa

Sn = Jumlah siswa Sm = Skor maksimal (Yonny, 2010:176)

H. Sistematika Penulisan Laporan

Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca dalam mengikuti uraian penyajian data penelitian ini, maka akan penulis paparkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Pada bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematikan penulisan.

(40)

BAB III Pelaksanaan Penelitian. Pada bab ini berisi gambaran umum MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dan prosedur pelaksanaan penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini berisi hasil penelitian meliputi deskripsi persiklus dan pembahasan.

(41)

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Dan Aktivitas Belajar

1. Definisi Dan Hakikat Belajar

Pada esensinya, belajar dilakukan oleh semua makhluk hidup. Untuk manusia, belajar adalah proses untuk mencapai berbagai kemampuan, ketrampilan serta sikap. Mulai dari bayi hingga remaja, seseorang akan terus belajar. Seseorang akan belajar ketika dihadapkan pada suatu masalah. Masalah merupakan stimulus atau perangsang bagi seseorang yang datang dari lingkungan (Sriyanti, 2013:17). Ketika dewasa, diharapkan individu akan mahir dengan tugas-tugas kerja tertentu serta ketrampilan fungsional yang lain. Hakikat belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar dan terus menerus melalui bermacam-macam aktivitas dan pengalaman guna memperoleh pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang lebih baik. Perubahan tersebut bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan dalam hal pemahaman, pengetahuan, perubahan sikap, tingkah laku dan daya penerimaan.

(42)

suatu situasi tertentu yang berulang-ulang dalam suatu situasi. Belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu (Rahman, 2014:24). Mengingat begitu pentingnya aktivitas belajar bagi perkembangan individu, banyak ahli yang berusaha mengembangkan masalah belajar ini dari berbagai aspek. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman (Baharuddin, 2008:12). Menurut Crow and Crow belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan, dan menyesuaikan dengan situasi baru. Menurut paradigma behavioristik, belajar merupakan transmisi pengetahuan dari expert ke novice, sedangakan menurut paham konstruktivistik, belajar merupakan hasil konstruksi sendiri sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan belajar (Daryanto, 2013:2). Menurut Cronbach belajar adalah perubahan prilaku sebagai hasil dari pengamatan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri yang tetap. Belajar dapat terjadi dalam semua aspek kehidupan.

(43)

kontinu, positif, permanen dan mencakup seluruh potensi manusia, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan tersebut, diharapkan juga akan membantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Definisi Hasil Belajar

Proses belajar dan hasil belajar merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Belajar dapat dipandang dari dua subjek, yaitu guru dan siswa. Dari segi siswa belajar dialami sebagai suatu proses, sedangkan dari segi guru proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal.

Hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono ,2011:5). Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang meliputi kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Rahman, 2014:31). Hasil belajar adalah prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan (Mulyasa, 2009:212).

(44)

behavioral. Untuk memudahkan sistematikanya dapat kita gunakan penggolongan perilaku menurut bloom dalam kawasan-kawasan kognitif, afektif dan psikomotor dengan menyadari sepenuhnya bahwa mungkin sekali ada jenis perubahan atau hasil belajar itu yang sukar untuk dimasukkan secara tegas kepada salah satu diantaranya.

Perubahan hasil belajar memiliki tiga ciri;

a. Perubahan intensional, perubahan yang terjadi dalam diri individu dilakukan dengan sengaja dan disadari

b. Perubahan itu positif dan aktif, perubahan harus bermanfaat dan perubahan yang terjadi haruslah dari hasil usahanya sendiri.

c. Perubahan itu efektif dan fungsional, perubahan yang terjadi harus bermakna dan relatif permanen dan siap dibutuhkan setiap saat.

Yang harus diingat hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil belajar tidak dapat dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

(45)

a. Faktor Eksternal

Dalam proses belajar di sekolah, faktor eksternal berarti faktor-faktor yang berada di luar diri siswa. Faktor-faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor nonsoial dan faktor sosial.

1) Faktor nonsosial

Faktor nonsosial merupakan kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di masyarakat. Aspek fisik tersebut bisa berupa peralatan sekolah, sarana belajar, gedung, dan ruang belajar, kondisi geografis sekolah dan rumah, iklim dan cuaca, jarak rumah ke sekolah, sarana transportasi yang tersedia dan sejenisnya.

2) Faktor sosial

Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilah menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (termasuk teman pergaulan).

b. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang adal dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.

1) Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. 2) Faktor psikologis antara lain tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat,

(46)

3. Definisi Keaktifan Belajar

Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat atau sibuk. Sehingga keaktifan belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sadirman, 2011:98). Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangatlah penting, karena prinsip belajar adalah berbuat. Berbuat untuk merubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan (Sardiman, 2009:95). Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Hasil dari aktivitas tersebut berupa perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang terus-menerus berfungsi, maksud pengalaman-pengalaman baru itu tidak bersifat statis ( Kastolani, 2014: 68). Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran keaktifan siswa merupakan proses yang berkesinambungan, seseorang yang memiliki keaktifan belajar yang tinggi akan cenderung kuat meningkatkan hasil belajarnya secara maksimal kareana didorongnya keinginan yang kuat untuk meningkatkan kemampuan yang diwujudkan dalam kesungguhan belajar.

(47)

yang akan diperbuat oleh anak didik. Guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir dan berbuat (Slameto, 2010:36). Dalam aktivitas pembelajaran, proses belajar-mengajar ini tidak sekedar guru menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melaikan penanaman sikap dan nilai serta keterampilan pada diri siswa yang sedang belajar ( Rahman, 2014:49).

Berikutnya Paul D. Dierich (Hamalik, 2003:172) mengemukakan –bahwa aktivitas belajar diklasifikasikan menjadi delapan kelompok, yaitu:

a. Kegiatan-kegiatan visual, meliputi membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan, meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan- kegiatan mendengarkan, meliputi mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis. Meliputi menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

(48)

f. Kegiatan-kegiatan metrik, meliputi melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dam berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental, meliputi merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional, meliputi minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar berarti suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk menimbulkan adanya perubahan prilaku. Keaktifan belajar merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam semua proses pembelajaran. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukannya adanya aktivitas. Tanpa aktivitas proses belajar-mengajar tidak dapat berlangsung dengan baik. Namun, guru memiliki kewajiban untuk menyediakan bahan materi kemudian siswa yang mengolah sendiri materi tersebut. Selain materi guru juga menciptakan situasi untuk menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan oleh siswa dalam belajar.

B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD/MI

(49)

(IPA) adalah suatu pengetahuan teori yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas, khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (ahmadi, 2000:2). IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang gejala alam. (Depdiknas 2006)

bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan”.

IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakterstik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan, atau kejadian, dan hubungan sebab akibatnya (Wisudawati, 2014:22). Saat ini objek kajian IPA menjadi semakin luas, meliputi konsep IPA, proses, nilai, ranah sikap, aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari. Dan kreativitas. Belajar IPA berarti belajar kelima objek tersebut. Dapat disimpulkan bahwa IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini.

(50)

banyaknya peristiwa yang terjadi di alam, kompetensi siswa dalam pengetahuan tentang alam sekitar juga harus selalu berkembang. Melalui pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan nantinya siswa memiliki sikap ilmiah (kritis, sistematis, dan selalu ingin tahu), mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menguasai, dan memahami pengetahuan-pengetahuan IPA yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan memiliki bekal ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Adapun tujuan pembelajaran Sains di sekolah dasar menurut (Sri Sulistiyorini, 2007: 40) yaitu:

1. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat.

2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam

kehidupan sehari-hari.

5. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.

(51)

Berdasarkan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan IPA di SD bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep IPA dan keterkaitannya serta mampu mengembangkan sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan Pencipta-Nya.

C. Materi Energi Dan Penggunaannya

Energi merupakan suatu konsep yang sulit untuk dimengerti, karena tidak memiliki bentuk fisik akan tetapi akibatnya dapat kita lihat, kita rasakan tentang apa yang telah kita kerjakan. Energi didefinisikan oleh ilmuwan sebagai kemampuan melakukan kerja. Bunyi dari hukum kekekalan energi adalah : "Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, energi

hanya dapat berubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain”. Energi yang

sering kita temui sehari-hari antara lain energi panas yang sering disebut dengan energi kalor, energi gerak, energi listrik, energi gravitasi bumi, dan energi pegas.

Energi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. Energi adalah tenaga, atau gaya untuk melakukan sesuatu. Dalam pengertian sehari-hari energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan.

(52)

pembentukan bumi, bersifat internal (Hasan, 2015:3). Sebagian besar sumber energi yang kita gunakan saat ini berasal dari matahari, baik fosil (batubara, gas dan minyak bumi) maupun yang terbarukan (tenaga air, surya, angin, gelombang laut dan biomassa). Sementara, sisa-sisa bara api proses pembentukan bumi yang bersifat internal tersebut kelak muncul ke permukaan menjadi energi panas bumi (geotermal). Namun sebagian besar dari sumber daya ini bersifat terbatas dalam jangka menengah, baik karena mereka pada akhirnya akan habis maupun karena penggunaannya dalam skala besar yang tidak berkelanjutan. Inilah sebabnya mengapa konversi materi menjadi energi dalam suatu proses yang terkendali yang pernah terjadi secara alami selama pembentukan dan evolusi alam semesta adalah merupakan tujuan penting untuk menjamin kemajuan dan kelangsungan kehidupan umat manusia.

Selanjutnya, secara terperinci energi dapat dibedakan atas butir-butir sebagai berikut, dan perlu diketahui energi dapat diubah dari suatu bentuk kebentuk yang lain.

1. Energi Panas

Energi panas juga sering disebut sebagai kalor. Pemberian panas pada suatu benda dapat menyebabkan kenaikan suhu benda itu ataupun bahkan terkadang dapat menyebabkan perubahan bentuk, perubahan ukuran, atau perubahan volume benda tersebut.

(53)

pakaian, dan lain-lain. Energi panas juga memiliki sumber, sumber energi panas diantaranya:

a. Matahari

Matahari adalah sumber energi utama di bumi. Matahari menghasilkan energi cahaya dan panas. Cahaya matahari membuat bumi terang pada siang hari, membantu tumbuhan memasak makanan, membuat baju basah menjadi kering, dimanfaatkan petani untuk menjemur padi, dan dimanfaatkan nelayan untuk menjemur ikan.

b. Api

(54)

c. Gesekan Benda

Gambar 2.1 Contoh Benda Bergesek

Gesekan dari dua benda dapat menimbulkan panas. Panas timbul karena gesekan yang terus menerus, makin kasar permukaan benda yang digesekan, makin cepat pula panas yang timbul. Contoh gesekan benda yaitu pada ban mobil, ketika mobil berjalan ban mobil bergesekan dengan jalan, sehingga ban mobil menjadi panas.

Panas tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan keberadaannya. Keberadaan panas dapat dibuktikan dengan cara menyentuh leher atau kening dengan punggung tangan pasti dapat merasakan panas atau hangatnya kening atau leher. Selain itu energi panas juga dapat berpindah. Berpindahan panas dapat berpindah secar konduksi, konveksi, dan radiasi.

(55)

secara langsung. Contohnya adalah tangan terasa panas jika di dekatkan ke api, keringnya pakaian karena sinar matahari.

2. Energi Bunyi

Bunyi timbul karena adanya getaran. Setiap getaran benda yang dapat menghasilkan bunyi dinamakan sumber bunyi. Getaran adalah gerakan bolak-balik yang melalui titik setimbang. Jarak getaran pada saat bolak-bolak-balik disebut amplitudo. Makin besar amplitudo, makin keras bunyi yang di dengar. Perambatan bunyi dapat didengar melalui zat perantara. Zat perantara tersebut berupa benda gas, benda padat, dan benda cair.

a) Perambatan bunyi melalui benda gas

Udara merupakan benda gas yang mengisi sebagian besar bumi. Udara menjadi perantara bunyi ketika berkomunikasi. Dimanapun kita berada kita dapat berkomunikasi. Bahkan dalam jarak yang cukup jauh. Dapat dilakukan, asal suaranya dikeraskan. Perambatan bunyi melalui udara adalah perambatan yang sangat cepat menyampaikan bunyi.

b) Perambatan bunyi melalui benda padat

(56)

ketanah maka gerakan benda yang berjarak jauh dapat diketahui keberadaannya.

c) Perambatan bunyi melalui benda cair

Perambatan bunyi melalui benda cair dapat dibuktikan dengan menumbukan batu ke air. Dengan dilemparnya batu ke air maka dapat terdengar bunyi tumbukan batu tersebut

Banyaknya getaran dalam satu detik disebut frekuensi dan frekuensi itu sendiri dibagi menjadi 3 bagian yaitu Infrasonik, Audiosonik, dan Ultrasonik. Selain mengalami perambatan, bunyi mengalami pemantulan. Dalam pemantulan bunyi terdapat istilah gaung dan gema. Gaung adalah bunyi pantul yang datang sebelum bunyi asli selesai dikirim. Contoh gaung adalah ketika kamu berada di ruangan yang sempit, kemudian mengeluarkan suara. Suara yang kita keluarkan tidak terdengar jelas karena terganggu bunyi pantul suara tersebut. Gema adalah bunyi pantul yang muncul setelah bunyi asli selesai. Contohnya, jika kamu berteriak, misalnya di daerah pegunungan, setelah beberapa saat, terdengar kembali teriakanmu berteriak. Bunyi tersebut sebetulnya adalah bunyi pantul yang baru sampai di telingamu.

3. Energi Alternatif

(57)

a. Energi matahari

Gambar 2.2 Panel Surya

(58)

b. Energi angin

Gambar 2.3 Gambar Kincir Angin

Di negara belanda memanfaatkan energi angin untuk menggerakkan kincir. Kincir digunakan untuk pembangkit listrik, selain itu juga kincir angin digunakan untuk mengolah hasil ladang, memompa air penggerak kapal layar, menjalankan mesin penggiling jagung dan pompa air, berolahraga (paralayang, terjun payung, dll), menghasil listrik. Alat yang menghasilkan listrik dari tenaga angin disebut aerogenerator.

c. Energi air

Gambar 2.4 Gambar PLTA

(59)

turbin. Pemutaran turbin tersebut digunkan untuk memutar generator penghasil listrik.

d. Energi Panas Bumi

Gambar 2.5 Gambar PLTU

Panas bumi dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. Pembangkit listrik tenaga panas bumi biasa disebut PLTU. Proses pengelolahan panas bumi menjadi listrik yaitu uap panas dari dalam bumi dialirkan kepermukaan melalui pipa, lalu uap panas dialirkan ke turbin melalui pipa sehingga turbin berputar.

Keuntungan dan kerugian sumber energi alternatif a. Keuntungan penggunaan energi alternative

1) Tidak akan habis jika dipakai terus menerus 2) Energi yang dihasilkan sangat besar

3) Tidak mencemari lingkungan b. Kerugian penggunaan energi alternatif

1) Membutuhkan biaya yang besar untuk memanfaatknnya.

2) Untuk mengubah energi alternatif menjadi energi yang dapat digunakan, membutuhkan teknologi tinggi.

(60)

D. Model Pembelajaran Think, Pair, And Share

1. Definisi Model TPS

Think, Pair, and Share (TPS) adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberikan siswa waktu untuk berfikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain (Shohimin, 2013:208). Think, Pair, and Share (TPS) adalah diskusi kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Strategi ini memperkenalkan gagasan tentang wait or think time (waktu „tunggu

dan berfikir‟) pada elemen interaksi pembelajaaran kooperatif yang saat ini

menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respons siswa terhadap pertanyaan.

Pembelajaran kooperatif model Think, Pair, and Share (TPS) ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk ataupun mengelompokan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman. Kesempatan untuk melatih komentar terlebih dahulu seperti bersama teman yang menjadi pasangan cenderung dapat meningkatkan kualitas kontribusi siswa dan biasanya akan meningkatkan kesediaan dan kesiapan untuk berbicara dalam kelompok yang lebih besar.

(61)

meminta siswa membentuk pasangan dengan teman mereka. Think, Pair, and Share (TPS) adalah teknik yang efektif digunakan, terutama sebagai

pemanasan sebelum melakukan diskusi kelas. Komponen “think”

mengharuskan siswa untuk berhenti dan menata pikiran meraka.

Komponen “pair” dan “share” mendorong siswa untuk membandingkan

dan membedakan pemahaman mereka dengan orang lain, dan untuk melatih dahulu tanggapan mereka dalam situasi dengan resiko rendah sebelum mengutarakannya ke hadapan umum bersama seluruh kelas. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif.

Manfaat TPS antara lain:

a. Memungkinkan siswa dapat bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.

b. Mengoptimalkan partisipasi siswa.

(62)

Keterampilan sosial dalam proses pembelajaran TPS antara lain (Shohimin, 2014:209) :

a. Keterampilan sosial siswa dalam berkomunikasi meliputi dua aspek. a) Aspek bertanya

Aspek bertanya meliputi keterampilan sosial siswa dalam hal bertanya kepada teman dalam satu kelompoknya ketika ada materi yang kurang dimengerti serta bertanya pada diskusi kelas.

b) Aspek menyampaikan ide atau pendapat

Meliputi keterampilan siswa menyampaikan pendapat saat diskusi kelompok serta berpendapat (memberikan tanggapan atau sanggahan) saat kelompok lain presentasi.

b. Keterampilan sosial aspek bekerja sama

Keterampilan sosial pada siswa pada aspek yang bekerja sama meliputi keterampilan sosial siswa dalam hal bekerja sama untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru.

c. Keterampilan sosial aspek menjadi pendengar yang baik

Keterampilan sosial siswa pada aspek menjadi pendengar yang baik, yaitu keterampilan dalam hal mendengarkan guru, teman dari kelompok lain saat sedang presentasi maupun saat teman dari kelompok lain berpendapat. d. Komponen pembelajaran kooperatif tipe TPS

(63)

2. Cara Pelaksanaan Model Pembelajaran Think, Pair, and Share

Think, Pair, and Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara gamblang untuk memberi siswa lebih banyak waktu untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Misalkan seorang guru baru saja menyelesikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu tugas dan guru menginginkan siswa memikirkan lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Untuk itu guru dapat menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Tahap I: Thinking (berfikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau soal yang berhubungan dengan pelajaran. Selanjutnya siswa diminta untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau soal tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. Tahap berfikir menuntut siswa untuk lebih tekun dalam belajar dan aktif mencari refrensi agar lebih mudah dalam memecahkan masalah atau soal yang diberikan guru.

b. Tahap II: Pairing (berpasangan)

(64)

menyampaikan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain dalam kelompok serta mampu bekerja sama dengan orang lain.

c. Tahap III: Sharing (berbagi)

Pada tahap akhir ini, guru meminta kepada pasangan siswa yang ada diminta untuk berbagi hasil pemikiran yang telah dibicarakan bersama pasangannya masing-masing kepada seluruh kelas. Tahap berbagi menuntut siswa untuk mampu mengungkapkan pendapatnya secara bertanggung jawab, serta mampu memepertahankan pendapat setelah disampaikannya.

Model pembelajaran Think, Pair, and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model TPS

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini adalah kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Think, Pair, and Share (Kurniasih, 2016:58)

a. Kelebihan model TPS

(65)

1) Model ini dengan sendirinya memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

2) Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran

3) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok 4) Adanya kemudahan interaksi semua siswa

5) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya

6) Antara sesama siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk berdiskusi sebelum disampaikan di depan kelas

7) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa dapat diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas

8) Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta saling membantu dalam kelompok kecil

9) Pemecahan masalah dapat dilakukan secar langsung. Dan siswa dapat memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

10)Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memeperoleh kesempatan untuk –memikirkan materi yang diajarkan

(66)

12) Keaktifan siswa meningkat, karena kelompok yang dibentuk tidak gemuk, dan masing-masing siswa dapat dengan leluasa mengeluarkan pendapat mereka

13) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang mereka dapatkan menyebar pada setiap anak

14) Memudahkan guru dalam memantau siswa pada proses pembelajaran

15) Pelaksanaan model pembelajaran ini menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya 16) Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan

17) Proses pembelajaran akan dinamis, karena konsep pembelajaran ini juga menuntut siswa untuk aktif mencari permasalahan dan menemukan jawabannya.

18) Dengan pembelajaran TPS ini dapat diminimalisir peran sentral guru, sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru 19) Hasil belajar lebih mendalam, karena model pembelajaran TPS siswa dapat

(67)

20) Meningkatkan sistem kerjasama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima

b. Kelemahan Model TPS

Model pembelajaran TPS memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah

1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor 2) Lebih sedikit ide yang muncul

3) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah 4) Menggantungkan pada pasangan

5) Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa yang tidak mempunyai pasangan

4. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Thing, Pair, and Share (TPS)

Langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran tipe think, pair and share

terdiri dari lima langkah yaitu: a. Tahap Pendahuluan

(68)

b. Tahap Think (Berfikir Secara Individual)

Proses think, pair, and share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini siswa diberi batasan waktu “think time” oleh guru untuk memikirkan jawaban secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

c. Tahap Pairs (Berpasangan Dengan Teman Sebangku)

Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa memulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jwaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersamaan.

(69)

e. Tahap Penghargaan

Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap

think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair

(70)

47

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Dalam bagian ini penulis ingin paparkan lokasi dilaksanakan penelitian ini. Hal ini penulis pandang perlu karena untuk menghindari persepsi yang salah tentang lokasi penelitian yang nantinya juga sangat berpengaruh pada analisis data yang akan dilakukan. Secara garis besar lokasi peneltian dapat penulis sampaikan sebagai berikut :

1. Identitas Sekolah

Nama Madrasah : MI Klero

Yayasan Penyelenggara : Lembaga YASPINAMAT

NSM : 11123322011

Status : Terakreditasi B

Alamat : Dsn. Ngadirno, Ds. Klero, Kec. Tengaran, Kab. Semarang

Kode pos : 50775

Status Madrasah : Swasta Tahun Berdirinya : 1980

(71)

2. Letak geografis MI Klero Tengaran

MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Adapun batasan-batasannya adalah sebagai berikut:

a. Sebelah timur dengan batas pekarangan rumah milik bapak Asmuri b. Sebelah selatan dengan batas pekarangan rumah milik bapak Untung c. Sebelah barat dengan batas jalan kampung

d. Sebelah utara dengan batas jalan utama Dusun Ngadirno

3. Sejarah Berdirinya Mi Klero Tengaran

Madrasah Ibtidaiyah Klero berdiri pada tahun 1980 yang didirikan oleh suatu yayasan di bawah naungan Kementrian Agama. Para tokoh pendirinya adalah tokoh masyarakat setempat, diantaranya:

a. Bp. Asmuri

b. Bp. KH. Mahmudi c. Bp. Darmo

MI Klero Kecamatan Tengran Kabupaten Semarang didirikan masyarakat sekitar dengan tujuan agar peserta didik dapat melaksanakan syariat agama Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan baik.

Adapun Visi dan Misi dari MI Klero Kecamatan Tengran Kabupaten Semarang adalah berikut :

(72)

Misi Madrasah

a. Mewujudkan peningkatan kualitas tamatan

b. Membentuk generasi yang bertqwa, mandiri, hormat, dan satun. c. Membentuk generasi muda yang cerdas, kreatif, dan cinta almamater d. Meningkatkan prestasi kerja yang dilandasi semangat kekeluargaan e. Menciptakan keseimbangan intelektual dan emosional serta spiritual

dalam mewujudkan situasi kondusif ke arah terwujudnya tujuan pendidikan nasional

4. Keadaan Gedung MI Klero

Jumlah gedung MI Klero sudah layak dan memadai sebagai salah satu sarana pendidikan. MI Klero telah memiliki gedung yang meliputi:

a. Tujuh lokal kelas untuk kelas I-VI dengan ukuran 7x6 m²

b. Satu lokal ukuran 7x6 m² terbagi menjadi ruang kepala sekolah dan ruang guru

c. Satu ruang perpustakaan d. Halaman sekolah

e. Tempat ibadah

f. Satu lokal tempat wudhu dengan 10 kran air

g. Dua lokal WC dan kamar mandi untuk siswa, dan 1 untuk guru ukuran 4x3 m²

(73)

5. Keadaan Guru

Jumlah guru yang mengajar di MI Klero seluruhnya ada 9 guru. Selain bertugas secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar para guru juga bertanggung jawab terhadap progam kerja ekstra kulikuler.

Untuk lebih jelasnya mengenai data guru MI Klero dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Data Guru MI Klero Tahun Pelajaran 2016/2017

No Nama Tempat Tanggal Lahir L/P Ijazah

1. Aynun Mardliyah Kab. Smg 31 Juli 1980 P S1/PAI 2. Budi Hatanto Kab. Smg 28 Nov1979 L SI/PAI 3. Sri Martini Kab. Smg 23 maret1980 P SI/PAI 4. Siswanti Kab. Byl 23 Sep 1984 P SI/PAI 5. Rofik Anwari Kab. Smg 4 Juli 1976 L SI/PAI 6. Muhammad Syafi‟i Kab. Smg 26 Sep 1975 L SI/PAI 7. Siyamti Kab. Byl 12 Juni 1982 P SI/PAI 8. Arwidatul Rahmawati Kab. Smg 11 Agus 1985 P S1/PGMI 9. Afidatun Kab. Smg 30 April 1985 P S1/TBI

6. Keadaan Siswa

(74)

Tabel 3.2

Data Keadaan Siswa MI Klero Tahun Pelajaran 2016/2017

Kelas Jumlah Peserta Didik Jumlah

L P

Berikut penulis sajikan data tentang daftar nama peserta didik yang menjadi subjek dalam penelitian ini, yaitu kelas IV yang berjumlah 27 orang.

Tabel 3.3

Data Keadaan Peserta Didik Kelas IV MI Klero

No NIS Nama Tempat , Tanggal Lahir L/P

Gambar

Gambar 1.1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas.
Gambar 2.1 Contoh Benda Bergesek
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menduduki peperiksaan kategori yang lebih tinggi, calon-calon mestilah memegang perakuan kekompetenan terkini sekurang- kurangnya 1 tahun dengan sekurang-kurangnya 1

Hasil uji hipotesis menggunakan uji t dua sampel independen dengan SPSS 16 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan proses sains

Jika Dua Unsur Dapat Membentuk Lebih Dari Dua Jenis Senyawa, Dan Jika Massa Salah Satu Unsur Dalam Senyawa –Senyawa Itu Sama.. Pernyataan Diatas Merupakan Definisi Dari

Sesuai surat Kepala BKN nomor K.26-30N.131-9/74 tanggal 30 Oktober 2017 tentang Penyampaian Hasil SKD CPNS BPKP, peserta SKD CPNS BPKP yang memenuhi nilai ambang batas dapat

Kegiatan Rintisan Rumah Pintar dilakukan dalam bentuk penataan kelembagaan, peningkatan sarana dan prasarana, pembelajaran dan/atau pelatihan, serta pendampingan. Kegiatan yang

Gambar 12d adalah tampialn saat aplikasi dan perangkat keras telah memulai penghitungan langkah kaki dan apa bila sistem measuki mode hemat daya maka akan muncul

RSIA KENARI GRAHA MEDIKA Dapat memberikan pelayanan Rawat Inap tidak hanya untuk Ibu dan Anak tetapi juga untuk Laki - Laki dan Perempuan Dewasa (selain kasus kebidanan). RS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LESSON STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI SMP TERBUKA KANDANG HAUR INDRAMAYU.. Universitas Pendidikan Indonesia