• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH RETURN ON ASSETS, NET PROFIT MARGIN, DAN CURRENT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN EARNING PER SHARE SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Pada Perusahaan Sub-Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017) - UMBY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH RETURN ON ASSETS, NET PROFIT MARGIN, DAN CURRENT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN EARNING PER SHARE SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Pada Perusahaan Sub-Sektor Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017) - UMBY "

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori 1. Investasi

Pada dasarnya investasi memiliki hubungan dengan aktivitas

konsumsi. Dimana penundaan aktivitas konsumsi pada saat ini dapat

diartikan sebagai investasi untuk aktivitas konsumsi di masa yang akan

datang. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan waktu untuk

produksi yang efisien dimana suatu unit konsumsi yang di tunda sekarang

akan menghasilkan lebih dari satu unit konsumsi di masa mendatang.

Menurut Eduardus Tandelilin (2007: 3) investasi adalah komitmen

atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini,

dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan

datang. Menurut Jogiyanto (2010: 5) mendefinisikan investasi sebagai

penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang

efisien selama periode waktu tertentu.

Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut sebagai investor.

Investor pada umumnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu investor

individual dan investor institusional. Investor individual terdiri daru

individu perorangan yang melakukan aktivitas investasi, sedangkan

investor institusional terdiri dari instansi swasta maupun pemerintah dan

(2)

Menurut Jogiyanto (2010: 7-11) mengklasifikasikan aktivitas

investasi keungan menjadi dua tipe, yaitu:

a. Investasi Langsung

Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktivitas

keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market),

pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market).

Aktiva yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market)

berupa aktiva yang mempunyai risiko gagal kecil, jatuh temponya

pendek dengan tingkat cair yang tinggi. Contoh aktiva ini dapat

berupa Treasure-bill (T-bill) dan sertifikat deposito yang dapat

dinegosiasi. Aktiva yang dapat diperjual-belikan di pasar modal

(capital market) memiliki investasi jangka panjang berupa surat-surat

berharga pendapatan tetap (fixed income securitties) dan saham-saham

(equity securities). Opsi dan futures contract merupakan surat

berharga yang diperdagangkan di pasar turunan (derivative market).

Investasi riil (real assets) merupakan aktiva berwujud atau asset nyata

seperti rumah, tanah emasmesin dan lain-lain. Investasi langsung tidak

hanya dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat

diperjual-belikan, namun dapat juga dilakukan dengan membeli aktiva

keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan berupa tabungan, giro

(3)

b. Investasi Tidak Langsung

Investasi tidak langsung dapat dilakukan dengan membeli

surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi

menyediakan jasa keuangan dengan menjual saham yang dimiliki ke

publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke

dalam portofolionya. Investasi melalui perusahaan investasi

menawarkan keuntungan tersendiri bagi investor. Hanya dengan

modal yang relatif kecil, investor dapat menikmati keuntungan karena

pembentukan portofolio investsinya. Selain itu, dengan membeli

saham perusahaan investasi, seorang investor tidak mebutuhkan

pengetahuan dan pengalaman investasi yang tinggi. Dengan

pembelian tersebut investor dapat membentuk portofolio investasi

yang optimal.

Tujuan dari aktivitas investasi adalah untuk memperoleh

penghasilan dalam jangka waktu tertentu, menambah modal yang

digunakan dalam aktivitas investasi. Namun semua ini dilakukan

dengan tingkat risiko yang dapat ditolerir. Jika semakin besar manfaat

dari investasi itu, maka semakin besar pula tingkat risiko yang

menyertainya dan begitupun sebaliknya.

Dari dua kemungkinan di atas terdapat pilihan bagi investor

individu maupun investor institusional. Secara sederhana dapat

diartikan investasi merupakan aktivitas menempatkan dana pada satu

(4)

mendapatakan penghasilan atau peningkatan nilai dari dana yang

diinvestasikan. Pembelian saham juga dapat diartikan sebagai

investasi, karena saham dapat memberikan penghasilan atau tingkat

pengembalian (return) baik berupa pendapatan deviden (devidend

yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap

harga beli saham (capital gain).

Untuk menarik penjual dan pembeli untuk berpartisipasi, pasar

modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan

likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli

surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika dari

surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara

akurat. Jika pasar modal efisien, harga dari surat berharga juga

mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba dimasa

mendatang serta kualitas dari manajemennya (Eduardus Tandelin,

2001).

2. Pasar Modal

Berkembangnya suatu perusahaan berimplikasi pada bertambahnya

kebutuhan sumber dana yang semakin besar. Oleh sebab itu, perusahaan

harus lebih giat untuk mencari tambahan sumber dana untuk memenuhi

kebutuhan operasi usaha seiring berkembangnya perusahaan. Salah satu

cara mendapatkan sumber dana dari luar perusahaan adalah melalui pasar

(5)

Menurut Samsul (2006: 43) secara umum, pasar modal adalah tempat

atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen

keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Pendapat

hampir sama diungkapkan oleh Nor Hadi (2013: 10) yang mendefinisikan

pasar modal sebagai sarana atau wadah untuk mempertemukan antara

penjual dan pembeli instrumen keuangan dalam jangka investasi. Menurut

Husnan (2005: 3) pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai

instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang dapat

diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

Pasar modal memiliki peranan penting yaitu sebagai tempat

penyaluran dana dari investor (pihak yang kelebihan dana) kepada

perusahaan (pihak yang kekurangan dana) yang sudah go public. Tanpa

adanya pasar modal, maka akses penyaluran dana tersebut kurang efisien.

Sehingga perusahaan harus menanggung sendiri atas modal yang terus

bertambah seiring berkembangnya perusahaan dan pada akhirnya akan

mengganggu kegiatan perekonomian perusahaan. Melalui mekanisme

yang dimiliki pasar modal, pasar modal juga dapat mengalokasikan dana

yang tersedia kepada pihak yang paling produktif yang dapat

menggunakan dana tersebut, sehingga pasar modal juga dapat berfungsi

untuk mengalokasikan dana secara optimal.

Dari sisi investor, pasar modal mempunyai berbagai pilihan untuk

(6)

maka para investor hanya bisa menginvestasikan dana mereka ke lembaga

perbankan (selain alternatif investasi pada real assets). Dengan adanya

pasar modal maka para investor memiliki alternatif investasi sesuai dengan

risiko yang tersedia untuk mereka tanggung dan tingkat keuntungan yang

mereka harapkan.

Menurut Samsul (2006: 45) bentuk instrumen di pasar modal disebut

efek, yaitu surat berharga yang berupa saham, oblogasi, bukti right, bukti

waran, dan produk turunan yang biasa disebut derivative. Contoh produk

derivative di pasar modal adalah indeks harga saham dan indeks kurs

obligasi.

Menurut Daryono dkk (2003), pasar modal mempunyai peranan

penting dalam suatu negara, pada dasarnya mempunyai kesamaan antara

satu negara dengan negara lain. Peranan pasar modal dalam suatu

perekonomian negara adalah :

a. Fungsi tabungan (savings function)

Keinginan menabung dipengaruhi oleh kemungkinan rugi akibat

penurunan nilai mata uang, inflasi, resiko hilang dan lain-lain.

Penabung perlu memikirkan alternatif menabung dalam bentuk lain

yaitu investasi. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal

memberi jalan murah dan mudah, tanpa risiko tinggi untuk

(7)

b. Fungsi kekayaan (wealth function)

Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam

jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut

dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu

tak mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva lain.

c. Fungsi Likuiditas (liquidity function)

Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga bisa

dilikuidasikan, misal modal dengan risiko yang sangat minimal

dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga

dengan biaya relatif murah dan lebih cepat.

d. Fungsi pinjaman (credit function)

Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber

pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari

masyarakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal

untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan murah. Karena,

melihat kenyataan bahwa pinjaman dari bank dunia mempunyai rate

bunga yang tinggi. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang menjual

obligasi dari pasar modal untuk mendapatkan dana dengan bunga

rendah dibandingkan dengan bunga dari bank.

3. Investasi Pasar Modal

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam kegiatan ekonomi

sebab pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi

(8)

perekonomian sebuah negara. Hampir semua negara di dunia ini

mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi

keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan

dan penawaran modal (Sunariyah, 2004). Dalam melaksanakan fungsi

ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana

dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) kepada pihak yang

memerlukan dana (emiten). Dengan menginvestasikan kelebihan dana

yang mereka miliki, pemberi dana berharap akan memperoleh imbalan dari

penyerahan dana tersebut. Bagi peminjam dana, tersedianya dana tersebut

pada pasar modal memungkinkan mereka untuk melakukan kegiatan usaha

tanpa harus menunggu dana yang mereka peroleh dari hasil operasi

perusahaannya (Tendy dkk, 2005).

Dengan meningkatnya investasi, maka kapasitas produksi akan

meningkat, yang berarti menambah barang dan jasa yang diperlukan

masyarakat serta memperluas lapangan kerja. Sektor swasta menjadi lebih

kompetitif dan pasar modal yang maju terutama bagian sekuritasnya

memungkinkan individu, bagaimanapun kecilnya kontribusi mereka,

menikmati kemakmuran karena adanya sektor swasta yang kompetitif

(Jusuf Anwar, 2005).

Salah satu keunggulan utama yang dimiliki pasar modal dibanding

dengan bank yaitu untuk mendapatkan dana sebuah perusahaan tidak perlu

menyediakan jaminan atau agunan dan tidak perlu menyediakan dana

(9)

investor. Walaupun dalam suatu tahun tertentu merugi, maka perusahaan

dapat untuk tidak melakukan pembayaran dividen dan jika sudah

memperoleh laba perusahaan baru akan membayarkan dividennya sesuai

dengan yang tercantum dalam prospektusnya. Itulah keunggulan yang

dinikmati emiten, sedangkan bagi investor yang menginvestasikan

dananya di pasar modal juga dapat memperoleh keuntungan yang tidak

diberikan oleh bank, yaitu berupa pembayaran dividen yang bahkan

mungkin untuk mampu melampui jumlah bunga yang diberikan bank atas

investasi yang sama, sekalipun keuntungan ini juga sering disertai oleh

resiko yang tidak kecil dan capital gain. Jika perusahaan sedang

mengalami kerugian, seringkali investor tidak mendapat hak dividennya

(Jusuf Anwar, 2005).

Investasi selalu mengandung unsur risiko, karena perolehan yang

diharapkan baru akan diterima pada masa yang kan datang, risiko itu juga

timbul karena return yang diterima mungkin lebih besar atau lebih kecil

dari dana yang diinvestasikan (Tendi dkk, 2005). Menurut Tendy dkk

(2005), dengan memiliki saham, investor sebagai pemilik saham dapat

memiliki keuntungan berupa :

a. Dividend Yield

Dividend Yield merupakan bagian laba atau pendapatan yang

ditetapkan oleh direksi dan disahkan oleh Rapat umum pemegang

(10)

sumber dana bagi pembayaran dividen dan manajemen memilih

membayar dividen daripada menahan seluruh laba.

b. Capital Gain

Capital Gain merupakan selisih harga jual dengan harga beli

saham. Jika pemilik menjual sahamnya dengan kurs yang lebih tinggi

dari kurs waktu membeli, maka investor mengalami capital gain.

Namun, apabila pemilik menjual sahamnya dengan kurs yang lebih

rendah dari kurs waktu membeli, maka investor akan mengalami capital

loss.

4. Saham

a. Pengertian Saham

Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya

disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder).

Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai

pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai

pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham

(DPS) (Samsul 2006: 45). Husnan (2005: 303) menyatakan bahwa

saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal, yaitu

hak yang memiliki kertas tersebut untuk meperoleh bagian dari prorpek

atau kekayaan organisasi yang menerbitkan saham tersebut dan

berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan

(11)

perusahaan dan hak pemodal atas perusahaan yang menerbitkan saham

tersebut.

b. Jenis Saham

Ada beberapa sudut pandang yang membedakan jenis-jenis saham.

Nor Hadi (2013: 67-70) membagi jenis saham sebagai berikut:

1) Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka

saham dibedakan menjadi dua yaitu saham biasa (common stock)

dan saham preferen (preferred stock).

a) Saham Biasa (common stock)

Saham biasa adalah saham yang menempatkan

pemiliknya paling akhir terhadap klaim. Pemegang saham

biasa akan mendapatkan keuntungan apabila perusahaan

memperoleh laba. Pemegang saham biasa mendapatkan

prioritas paling akhir dalam pembagian keuntungan (deviden)

dan penjualan aset perusahaan apabila terjadi likuidasi.

Saham biasa (common stock) yang paling banyak

diperdagangkan di pasar modal.

b) Saham Preferen (preferred stock)

Saham preferen merupakan gabungan (hybrid) antara

obligasi dan saham biasa. Artinya disamping memiliki

karakteristik seperti obligasi, juga memiliki karakteristik

seperti saham biasa. Karakteristik obligasi misalnya, saham

(12)

obligasi. Saham preferen biasanya memberikan pilihan

tertentu atas pembagian dividen. Ada pembeli saham preferen

yang menghendaki penerimaan dividen yang besarnya tetap

setiap tahun, adapula yang menghendaki untuk didahulukan

dalam pembagian dividen dan lain sebagainya. Memiliki

karakteristik seperti saham biasa, sebab tidak selamanya

saham preferen bisa memberikan penghasilan seperti yang

dikehendaki pemegangnya.

2) Ditinjau dari cara peralihan

a) Saham atas unjuk (bearer stock) artinya dalam saham

tersebut tidak tertulis nama pemilik. Saham ini sangat mudah

dipindah tangankan (dialihkan) kepemilikan (seperti uang)

sehingga memiliki likuiditas yang lebih tinggi.

b) Saham atas nama (registered stock) merupakan saham yang

ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dan peralihannya

melalui prosedur tertentu.

3) Ditinjau dari kinerja perdagangan

a) Saham unggulan atau biasa disebut blue chip stock,

merupakan saham biasa dari perusahaan yang memiliki

reputasi yang tinggi, sebagai leader dari industri sejenis,

memiliki pendapatan yang stabil, dan konsisten dalam

(13)

b) Saham Pendapatan (income stock), saham dari emiten yang

memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari

rata-rata dividen yang dibayar pada tahun sebelumnya.

Emiten ini biasanya mampu menghasilkan pendapatan yang

tinggi dan dengan teratur memberikan dividen tunai.

c) Saham pertumbuhan (growth stock/well-known) merupakan

saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan

yang tinggi dan menjadi leader di industri sejenis. Saham

sejenis ini biasanya memiliki price earning (PER) yang

tinggi. Selain itu, terdapat juga growth stock (lesser known)

yaitu saham dari emiten yang tidak berperan sebagai leader

di industri namun memiliki ciri growth stock. Umumnya

saham ini berasal dari daerah dan kurang terkenal dikalangan

emiten.

d) Saham spekulatif (speculative stock) saham dari emiten yang

tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari

tahun ke tahun. Namun emiten saham ini memiliki potensi

penghasilan pendapatan di masa datang, meskipun

penghasilan tersebut belum dapat dipastikan.

e) Saham siklikal (counter cyclical stock) saham yang tidak

terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi

bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi saham ini tetap

(14)

f) Saham bertahan (devensive/countercyclical stock) adalah

saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro

maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi

(kemerosostan) ekonomi harga saham ini bertahan tinggi dan

mampu memberikan dividen tinggi, sebagai akibat

kemampuan emitennya mendapatkan penghasilan yang tinggi

pada kondisi resesi sekalipun.

c. Keuntungan dan Risiko Kepemilikan Saham

Pada dasarnya semua bentuk investasi mengandung peluang

keuntungan dan potensi kerugian atau risiko disisi lain. Seperti

tabungan dan deposito di bank memiliki risiko yang kecil karena

tersimpan aman di bank, namun kelemahannya adalah mempunyai

peluang keuntungan yang kecil dibandingkan dengan investasi saham.

Investasi di bidang properti misalnya rumah atau tanah, semakin lama

harganya akan semakin tinggi, namun memiliki likuiditas yang kecil.

Sedangkan jika berinvestasi emas, kita akan bergantung pada fluktuatif

harga emas. Begitu juga dengan investasi saham, mempunyai potensi

keuntungan dan risiko sesuai dengan prinsip investasi yaitu high risk

high return, low risk low return. Semakin tinggi potensi keuntungan

yang akan terjadi, maka semakin tinggi pula risiko kerugian yang

mungkin terjadi, demikian pula sebaliknya. Khusus untuk investasi

saham, peluang keuntungan yang mungkin akan terjadi antara lain:

(15)

Menurut Nor Hadi (2013: 76) dividen merupakan

keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham yang

bersumber dari kemampuan emiten untuk mencetak laba bersih dari

operasinya. Laba bersih yang dimaksud adalah pendapatan bersih

setelah pajak (income after tax). Pembagian dividen berdasarkan

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen yang dibagikan

emiten kepada pemegang saham dapat berupa dividen tunai (cash

dividend) yang berarti setiap pemegang saham diberikan dividen

berupa uang tunai. Dividen juga dapat dibagikan dalam bentuk

dividen saham (stock dividend) yang berarti setiap pemegang

saham diberikan saham baru dengan proporsi tertentu.

b) Keuntungan Modal (capital gain)

Menurut Nor Hadi (2013: 72) capital gain merupakan

keuntungan yang diperoleh investor dari selisih harga jual dengan

harga beli (harga jual lebih tinggi daripada harga beli). Kerugian

investasi dalam bentuk saham yaitu apabila investor menjual saham

pada harga yang lebih rendah dari pada harga saat membeli saham

yang dinamakan capital loss. Menurut Nor Hadi (2013: 72) capital

loss merupakan kerugian yang dialami oleh para investor dari

selisih harga beli dengan harga jual (harga beli lebih tinggi dari

pada harga jual). Dan apabila emiten mengalami kerugian, maka

para pemegang saham tidak akan menerima dividen di akhir

(16)

saham yaitu risiko likuidasi, dimana emiten dinyatakan bangkrut

oleh pengadilan atau dibubarkan. Dalam hal ini para pemegang

saham mendapat prioritas pengembalian paling akhir setelah semua

kewajiban emiten terpenuhi. Jika terdapat sisa setelah memenuhi

kewajiban, maka sisa tersebut akan dibagikan kepada seluruh

pemegang saham secara proporsional.

5. Harga Saham

a. Pengertian Harga Saham

Setiap investor yang melakukan investasi saham memiliki tujuan

yang sama, yaitu mencari keuntungan atas investasi tersebut. Salah

satu keuntungan investasi saham adalah mendapatkan capital gain

yang berasal dari selisih harga saat membeli saham dengan harga saat

menjual saham, dimana harga saham saat dijual lebih tinggi dibanding

harga saham saat dibeli. Harga saham dipengaruhi oleh permintaan

dan penawaran terhadap saham itu sendiri di pasar modal, sehingga

harga saham memiliki keterkaitan dengan pasar suatu saham. Semakin

banyak investor yang ingin membeli saham suatu perusahaan

(permintaan), sedangkan sedikit investor yang ingin menjual saham

tersebut (penawaran) maka harga saham tersebut akan semakin tinggi.

Begitu pun sebaliknya, jika semakin tinggi investor ingin menjual

saham tersebut (penawaran), sedangkan semakin sedikit investor yang

ingin membeli saham (permintaan) maka akan berdampak pada

(17)

Pada umumnya kinerja sebuah perusahaan akan berpengaruh pada

harga saham perusahaan tersebut. Semakin baik kinerja suatu

perusahaan maka semakin tinggi laba usaha yang akan diperoleh dan

para pemegang saham turut menikmati keuntungan dari penghasilan

perusahaan, sehingga banyak investor yang ingin memiliki saham

perusahaan tersebut sehingga harga saham akan naik.

Menurut Tandelilin (2007: 19) harga saham merupakan harga

yang terjadi di pasar saham, yang akan sangat berarti bagi perusahaan

karena harga tersebut menentukan besarnya nilai perusahaan. Harga

saham merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam

pengelolaan perusahaan. Sehingga semakin tinggi harga saham yang

ada di pasar atas suatu perusahaan tertentu, maka dapat diartikan

perusahaan tersebut dapat mengelola aktiva dengan baik.

b. Macam-macam Harga Saham

Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin (2001: 117)

mengelompokkan harga saham di pasar modal menjadi beberapa

macam. Macam-macam harga saham antara lain:

1. Previous price adalah harga suatu saham pada penutupan hari

sebelumnya di pasar saham.

2. Opening price adalah harga saham pertama kali di saat

pembukaan sesi satu perdagangan.

3. Highest price adalah harga tertinggi suatu saham yang pernah

(18)

4. Lowest price adalah harga terendah suatu saham yang pernah

terjadi sepanjang periode perdagangan hari tersebut.

5. Last price adalah harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.

6. Change price adalah harga yang menunjukkan selisih antara

opening price dan last price.

Harga saham dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:

a) Harga Nominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang

ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang

dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting

saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan

nilai nominal.

b) Harga Perdana

Harga ini merupakan harga pada waktu harga saham

tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana

biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan

emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham

emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk

menentukan harga perdana.

c) Harga Pasar

Harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi

kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari

(19)

saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi di sini tidak lagi

melibatkan emiten dari penjamin emisi, harga ini yang disebut

harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar benar

mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi

di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negoisasi harga investor

dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan

di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Harga saham selalu mengalami fluktuaktif, pergerakan baik

kenaikan maupun penurunan harga saham. Harga saham di pasar

modal dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran terhadap saham

tersebut. Semakin banyak orang yang membeli suatu saham, maka

harga saham tersebut cenderung mengalami kenaikan. Demikian

sebaliknya, apabila semakin banyak orang yang menjual saham suatu

perusahaan, maka harga saham perusahaan tersebut akan cenderung

mengalami penurunan. Menurut Samsul (2006: 271) contoh variabel

yang mempengaruhi harga saham antara lain, yaitu: (1) pengumuman

pembagian dividen tunai; (2) pengumuman stock split; (3)

pengumuman right issue; (4) pengumuman saham bonus atau saham

dividen; (5) pengumuman waran; (6) rencana merger atau akuisisi; (7)

rencana transaksi benturan kepentingan; (8) perubahan variabel makri

(20)

politik nasional; (11) january effect; (12) insider informasi; (13)

perubahan siklus ekonomi melalui leading information.

Menurut Arifin (2007: 15), faktor-faktor yang menjadi pemicu

fluktuasi pada harga saham adalah:

1) Kondisi fundamental emiten

Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung

dengan kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten

maka semakin baik pengaruhnya terhadap kenaikan harga

saham. Untuk mengetahui kondisi emiten dalam posisi baik atau

buruk, maka kita bisa melakukan pendekatan analisis rasio

keuangan.

2) Hukum permintaan dan penawaran

Faktor hukum permintaan dan penawaran berada pada urutan

kedua setelah faktor fundamental, karena begitu investor tahu

kondisi fundamental perusahaan, tentunya mereka akan

melakukan transaksi baik menjual atau membeli saham

perusahaan tersebut. Transaksi inilah yang akan mempengatruhi

fluktuaktif harga saham.

3) Tingkat suku bunga Bank Indonesia (SBI)

Suku bunga ini penting untuk diperhitungkan, karena pada

umumnya investor saham selalu mengharapkan hasil investasi

(21)

kondisi fundamental perusahaan, karena hampir semua

perusahaan yang terdaftar di bursa mempunyai pinjaman bank.

4) Valuta asing

Dalam perekonomian global dewasa ini, hampir tidak ada satu

pun negara yang dapat menghindari perekonomian negaranya

dari pengaruh pergerakan valuta asing, khususnya terhadap US

dollar. Ketika dolar naik maka para investor akan

berbondong-bondong menjual sahamnya untuk ditempatkan di bank dalam

bentuk dolar, otomatis harga saham akan menurun.

5) Dana asing di bursa

Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing maka ada

kecenderungan transaksi saham sedikit banyak tergantung pada

investor asing tersebut.

6) Indeks harga saham gabungan (IHSG)

Sebenarnya indeks harga saham gabungan lebih mencerminkan

kondisi keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi, dan

menjadi ukuran kenaikan atau penurunan harga saham.

7) News and rumors

Yang dimaksud news and rumors disini adalah semua berita

(22)

Menurut Alwi (2008: 87), faktor-faktor yang mempengaruhi

harga saham yaitu:

1. Faktor Internal

a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti

pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan

produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk,

dan laporan penjualan.

b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti

pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

c. Pengumuman badan direksi manajemen (management board

of director announcement) seperti perubahan dan pergantian

direktur, manajemen, dan struktur organisasi.

d. Pengumuman pengambilan diversifikasi, seperti laporan

merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh

pengakusisian dan diakuisisi.

e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti

melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan

penutupan usaha lainnya.

f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements),

seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti

peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir

(23)

(DPS), Price Earning Ratio (PER), Net Profit Margin

(NPM), Return On Assets (ROA), dan lain-lain.

2. Faktor Eksternal

a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga

tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai

regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh

pemerintah.

b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan

karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan

tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements),

seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume

atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaan

trading.

d. Gejola politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga

merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya

pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.

e. Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.

6. Analisis Sekuritas

Analisis sekuritas dapat digunakan untuk memprediksi harga saham

yang akan datang. Analisis sekuritas ini sangat penting bagi para investor

(24)

yang akan datang, selain itu analisis sekuritas juga berguna bagi investor

untuk menentukan membeli atau menjual saham.

Menurut Husnan (2005: 307) teknik analisis yang digunakan dalam

penilaian harga saham ada dua, yaitu analisis fundamental dan analisis

teknikal.

a. Analisis Fundamental (Fundamental Analysis)

Menurut Husnan (2005: 307) analisis fundamental adalah teknik

yang mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang

dengan cara mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang

mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan menerapkan

hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga

saham. Analisis fundamental mempelajari aspek-aspek fundamental

seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, kebijakan deviden,

kekayaan, biaya, dan evaluasi manajemen perusahaan yang

diperkirakan akan mempengaruhi harga saham.

Analisis fundamental dalam penelitian ini difokuskan pada

kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan akan menunjukan

prestasi perusahaan, jika kinerja keuangan perusahaan bagus maka akan

berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan tersebut dan

sebaliknya. Dimana dari kinerja keuangan perusahaan akan didapat

informasi berupa laporan keuangan yang akan dianalisis guna

memprediksi harga saham yang akan datang. Dari laporan keuangan

(25)

menganalisis rasio keuangan. Melalui analisis rasio keuangan akan

diperoleh gambaran kondisi keuangan perusahaan dan hasil operasional

yang telah dicapai perusahaan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa

dalam penelitian ini mencoba untuk mengangkat pengaruh rasio-rasio

keuangan perusahaan terhadap harga saham perusahaan tersebut.

b. Analisis Teknikal (Technical Analysis)

Husnan (2005: 341) analisis teknikal merupakan upaya untuk

memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati

perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu.

Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah harga saham

mencerminkan informasi yang relevan, bahwa informasi tersebut

ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yang lalu, dan perubahan

harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan

berulang.

7. Analisis Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Jumingan (2006: 4) laporan keuangan pada dasarnya

merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi

dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut Sofyan (2011: 105)

laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha

suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut

(26)

perusahaan pada suatu waktu tertentu dan operasinya selama beberapa

periode yang lalu.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa laporan keuangan dapat

memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan dalam

menjalankan operasional perusahaan selama periode tertentu. Laporan

keuangan juga sebagai hasil akhir dari kegiatan akuntansi selama satu

periode pada suatu perusahaan. Laporan keuangan memiliki banyak

manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap data keuangan

perusahaan yang bersangkutan seperti pemilik perusahaan, kreditur,

investor, lembaga pemerintah dan masyarakat umum lainnya.

Sofyan (2011: 107-119) menggolongkan laporan keuangan ke

dalam 3 (tiga) jenis yaitu:

1. Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi

keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva,

kewajiban dan modal pada saat tertentu. Laporan ini bisa disusun

setiap saat dan merupakan opname situasi posisi keuangan pada saat

itu.

2. Laporan laba/rugi menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba/rugi

suatu perusahaan pada periode akuntansi tertentu.

3. Laporan arus kas menggambarkan bagaimana perusahaan

mendapatkan sumber dana untuk kegiatan operasional perusahaan

dan bagaimana perusahaan menggunakan dana-dana tersebut dalam

(27)

b. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan disajikan oleh manajemen operasi yang

dikuasainya. Laporan keuangan merupakan hasil akhir kegiatan

akuntansi secara periodik dan disusun berdasarkan data keuangan yang

relevan. Meskipun demikian, agar laporan keuangan dapat dipahami

oleh berbagai pihak maka diperlukan analisis laporan keuangan. Dari

hasil analisis laporan keuangan diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan secara

umum. Kasmir (2010: 68) menjelaskan beberapa tujuan dan manfaat

bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode

tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah

dicapai perusahaan dalam beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi

kekurangan perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu

dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan

perusahaan saat ini.

5. Untuk menilai kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran

(28)

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan lain

yang sejenis dengan hasil yang telah dicapai.

c. Teknik Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan pada dasarnya untuk mengetahui

kondisi kinerja perusahaan, apakah dalam kondisi baik atau buruk.

Sofyan (2011: 215) menyebutkan beberapa teknik analisis laporan

keuangan sebagai berikut:

1) Metode Komparatif

Metode ini digunakan untuk memanfaatkan angka-angka

laporan keuangan dan membandingkannya dengan angka-angka

laporan keuangan lainnya. Perbandingan ini dapat dilakukan

melalui perbandingan laporan keuangan secara horizontal yaitu

membandingkan laporan keuangan dari tahun ke tahun,

perbandingan vertikal dengan membandingkan unsur-unsur yang

ada dalam laporan keuangan satu periode, perbandingan dengan

perusahaan yang terbaik, perbandingan dengan angka-angka

industri yang berlaku (Industrial Norm) dan perbandingan dengan

budget (anggaran perusahaan).

2) Trend Analysis

Analisis ini harus menggunakan teknik perbandingan

laporan keuangan beberapa tahun dan dari sini digambarkan

(29)

itu perlu dibantu oleh pengetahuan statistik misalnya menggunakan

linear programming, rumus chi square, rumus y = a + bx.

3) Common Size Financial Statement (Laporan bentuk awam),

Metode ini merupakan metode analisis yang menjadikan laporan

keuangan dalam bentuk presentasi. Presentasi itu biasanya

dikaitkan dengan suatu jumlah yang dinilai penting, misalnya asset

untuk neraca, penjualan untuk laba rugi.

4) Metode Index Time Series.

Metode ini dihitung dengan indeks dan digunakan untuk

mengkonversikan angka-angka laporan keuangan. Biasanya

ditetapkan tahun dasar yang diberi indeks 100. untuk menghitung

indeks maka digunakan rumus sebagai berikut:

Indeks = 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐿𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑋 100 %

5) Rasio Laporan Keuangan

Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara

pos-pos tertentu dengan pos-pos lain yang memiliki hubungan signifikan.

Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan antara pos

tertentu dengan pos lainnya. Adapun rasio keuangan yang sering

digunakan yaitu, rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio

profitabilitas, rasio aktivitas, rasio produktivitas.

6) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas

Analisis sumber dan penggunaan kas dilakukan dengan

(30)

dibandingkan dan dilihat mutasinya. Setiap mutasi mempengaruhi

pos lainnya.

8. Rasio Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Dalam mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan

kinerjanya, analis keuangan perlu melakukan pemeriksaan atas berbagai

aspek kesehatan keuangan perusahaan. Dengan menggunakan alat

analisis laporan keuangan, terutama bagi pemilik usaha dan

manajemen, dapat diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan

keuangan dan kemajuan perusahaan. Alat yang sering digunakan

selama pemeriksaan adalah rasio keuangan. Menurut Kasmir (2010:

104) rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka

yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka

dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu

komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar

komponen yang ada di antara laporan keuangan.

b. Penggolongan Rasio Keuangan

Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan

menggunakan rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa

rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan

arti tertentu. Setiap laporan keuangan yang dibentuk memiliki tujuan

(31)

(2009: 76) menggolongkan rasio keuangan berdasarkan ruang lingkup

dan tujuan menjadi lima kategori:

1. Rasio likuiditas, yaitu rasio yang menyatakan kemampuan

perusahaan dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajiban yang

jatuh tempo. Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu:

a. Rasio lancar (current ratio)

Current Ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas

yang bertujuan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya

dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rasio ini sering disebut

dengan rasio modal kerja yang menunjukkan jumlah aktiva

lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk

merespon kebutuhan-kebutuhan bisnis dan meneruskan kegiatan

bisnis hariannya.

Menurut Sutrisno (2009: 216), Current Ratio adalah rasio

keuangan yang membandingkan antara aktiva lancar yang

dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Dengan kata

lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk

menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.

Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk

mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu

perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan current ratio

yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu memenuhi

(32)

lancar, sehingga dari sisi pemegang saham memiliki

kepercayaan terhadap kemampuan perusahaan yang memiliki

tingkat current ratio yang tinggi. Namun nilai Current Ratioy

yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitasnya.

Pengukuran rasio likuiditas pada penelitian ini dapat dilakukan

dengan menilai rasio lancar (Current Ratio).

Current Ratio = 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑋 100%

Keterangan:

Current asset = Aktiva lancar

Current liabilitas = Kewajiban lancar

Aktiva lancar meliputi : kas, surat berharga, piutang, dan

persediaan. Utang lancar atau hutang jangka pendek meliputi :

utang pajak, utang bunga, uang wesel, utang gaji, dan utang

jangka pendek lainnya. Semakin besar jumlah aktiva yang

dimiliki oleh perusahaan, maka semakin besar prosentase yang

terdapat di perusahaan tersebut, sehingga kemampuan

perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya

semakin besar. Demikian juga sebaliknya, jika jumlah hutang

lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar daripada jumlah

aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, maka semakin kecil

prosentase yang terdapat di perusahaan tersebut maka

kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka

(33)

b. Rasio cepat (quick ratio)

Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan

perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan,

dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan

dalam perhitungan quick ratio karena persediaan merupakan

komponen aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya.

Quick ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar

yang lebih likuid yaitu : kas, surat-surat berharga, dan piutang

dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek

(Martono, 2003: 56). Jadi rumusnya :

𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟−𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 × 100%

Jika terjadi perbedaan yang sangat besar antara

quick ratio dengan current ratio, dimana current ratio

meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti terjadi

investasi yang besar pada persediaan. Rasio ini menunjukkan

kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi

hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka

rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak

mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan

sehat (Harahap, 2002: 302).

2. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang menngambarkan sampai seberapa

efisien perusahaan menggunakan aset-asetnya secara efektif. Yang

(34)

a. Rasio perputaran aktiva (total asset turnover)

Total Asset Turnover ratio merupakan rasio yang

mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan

dengan melihat jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap

aktiva (Kasmir, 2014: 157). Total Assets Turnover (TATO)

dapat menunjukan seberapa efisiennya dana yang tertanam

dalam keseluruhan aktiva perusahaan digunakan untuk

mendapatkan penghasilan. Dengan begitu secara otomatis

menunjukan kinerja perusahaan tersebut baik, dan nantinya

harga sahamnya juga akan tinggi. Hal ini tentunya akan

menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya

dalam bentuk saham dalam perusahaan yang bersangkutan

Rumus untuk menghitung TATO sebagai berikut:

TATO = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑋 100%

b. Rasio perputaran aktiva tetap (fixed asset turnover ratio)

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan

menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki

perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas

perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi

rasio ini berarti semakin efektif proporsi aktiva tetap tersebut.

Pada beberapa industri seperti industri yang mempunyai

(35)

diperhatikan. Perputaran aktiva tetap dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap

dalam mendapatkan penghasilan. Semakin tinggi tingkat

perputarannya semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya

(Sutrisno, 2001: 253).

c. Rasio perputaran piutang (receivables turnover ratio)

Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang

yang dikumpulkan dalam satu tahun. Rasio ini mengukur

kualitas piutang dan efisiensi perusahaan dalam pengumpulan

piutang dan kebijakan kreditnya. Rasio ini biasanya digunakan

dalam hubungan dengan analisis terhadap modal kerja, karena

memberi ukuran seberapa cepat piutang perusahaan berputar

menjadi kas. Angka jumlah hari piutang, menggambarkan

lamanya suatu piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan).

Semakin lama jangka waktu pelunasannya, semakin besar pula

resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang (Prastowo dan

Juliaty, 2002). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Rasio ini mengukur efektivitas peng elolaan piutang.

Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif

(36)

d. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio)

Seperti halnya perputaran piutang, rasio ini juga

menggambarkan likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara

mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual

persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.

Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin

tingginya persediaan berputar dalam satu tahun. Hal ini

menandakan efektivitas manajemen persediaaan. Sebaliknya,

jika perputaran persediaan rendah menunjukkan pengendalian

atas persediaan kurang efektif (Hanafi dan Halim, 2000: 80).

Rumus perhitungannya adalah :

𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan.

Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif

pengelolaan persediaanya (Sutrisno, 2001: 251).

e. Average Collection Period

Average Collection Period bertujuan untuk mengukur

efisiensi pengelolaan piutang dagang yang menunjukkan umur

tagihan rata-rata piutang dagang selama setahun (dalam satuan

hari). Jika menghasilkan angka yang semakin kecil maka

menunjukkan hasil yang semakin baik, begitu pun sebaliknya.

Average Collection Period dapat dihitung menggunakan rumus

(37)

Average Collection Period = 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 360 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡

3. Rasio rentabilitas/profitabilitas, yaitu rasio keuangan yang

menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Yang termasuk dalam rasio ini adalah:

a. Gross Profit Margin (GPM)

Rasio gross profit margin (GPM) mencerminkan atau

menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah

penjualan, atau bila rasio ini dikurangkan terhadap angka

100% maka akan menunjukan jumlah yang tersisa untuk

menutup biaya operasi dan laba bersih. Data gross profit

margin dari beberapa periode akan dapat memberikan

informasi tentang kecenderungan gross profit margin yang

diperoleh dan bila dibandingkan standar rasio akan diketahui

apakah margin yang diperoleh perusahaan sudah tinggi atau

sebaliknya. Rumus GPM adalah Tandelilin (2001) :

𝐺𝑃𝑀 = 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 × 100%

b. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin merupakan salah satu rasio

profitabilitas yang digunakan untuk mengukur laba bersih

dibandingkan dengan penjualan. Net Profit Margin atau sering

juga disebut dengan sales margin digunakan untuk melihat

berapa perbandingan laba yang bisa dihasilkan dengan penjual

(38)

Net Profit Margin yang tinggi menandakan adanya

kemampuan perusahaan yang tinggi untuk menghasilkan laba

bersih pada pendapatan tertentu begitu juga sebaliknya. Net

Profit Margin menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba bersih yang memiliki hubungan dengan

pendapatan perusahaan yang akan datang, yang nantinya akan

bermanfaat dalam memprediksi pertumbuhan laba bagi

perusahaan. Hal ini tentu berdampak pada peningkatan nilai

perusahaan. Prastowo (2011: 97) mengungkapkan bahwa

rationet profit margin mengukur rupiah laba yang dihasilkan

oleh setiap satu rupiah penjualan. Semakin besar Net Profit

Margin, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif

sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk

menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini

dihitung dengan formula sebagai berikut:

Net Profit Margin = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 x 100%

c. Return on Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) merupakan salah satu rasio

profitabilitas yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja

perusahaan. Menurut Harahap (2007: 156) ROE digunakan

untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi

para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa

(39)

saham. ROE diukur dalam satuan persen. Tingkat ROE

memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga

semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar, karena

besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang

akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan

tertarik untuk membeli saham tersebut, dan hal itu

menyebabkan harga pasar saham cenderung naik.

Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROE adalah

rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang

diperoleh dari pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh

pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara

laba bersih dengan total modal. Angka ROE yang semakin

tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa

tingkat pengembalian investasi makin tinggi. Adanya

pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang

semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan

keuntungan yang diperoleh perusahaan, sehingga akan

meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah

manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk

saham. Rasio ini berguna untuk mengetahui efisiensi

manajemen dalam menjalankan modalnya, semakin tinggi

ROE berarti semakin efisien dan efektif perusahaan

(40)

atas modal yang diinvestasikannya terhadap perusahaan lebih

baik serta dapat memberi pengaruh positif bagi harga

sahamnya di pasar. Salah satu alasan utama perusahaan

beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi

para pemegang saham, ukuran dari keberhasilan pencapaian

alasan ini adalah angka ROE berhasil dicapai. Semakin besar

ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham.

Return On Equity (ROE) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Return On Equity = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 x 100%

d. Return on Assets (ROA)

Selain Net profit margin rasio profitabilitas dapat dihitung

dengan Return On Assets (ROA). Menurut Brigham dan

Houston (2006: 109), Return on Asset merupakan rasio untuk

mengukur tingkat pengembalian aktiva. Rasio ini dihitung

dengan membandingkan laba setelah beban bunga dan dan

pajak dengan total aktiva. Menurut Kasmir (2010: 202), Return

On Assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return)

atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan dengan

tingkat return on assets yang tinggi akan menarik minat

investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan

(41)

menghasilkan laba yang tinggi dan pada akhirnya akan

berdampak positif terhadap nilai dividen yang akan diterima

oleh pemegang saham perusahaan tersebut. Dengan banyaknya

investor yang tertarik terhadap saham perusahaan tersebut,

maka akan berpengaruh terhadap harga saham di pasar modal.

Semakin banyak investor yang ingin membeli saham

perusahaan tersebut, maka harga saham perusahaan akan

cenderung mengalami kenaikan. Pengukuran rasio

profitabilitas pada penelitian ini dapat dilakukan dengan

menilai pengembalian aktiva (Return On Assets). Rumus yang

digunakan untuk mengukur ROA adalah sebagai berikut:

Return On Assets = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑋 100%

e. Operating Profit Margin (OPM)

Operating profit margin (OPM) merupakan perbandingan

antara laba usaha dan penjualan. Menurut Syamsuddin (2009:

61) operating profit margin merupakan rasio yang

menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang

diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan.

Disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebut

yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan

dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban financial berupa

bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa

(42)

margin makan akan semakin baik pula operasi suatu

perusahaan. Cara menghitungnya adalah dengan rumus :

𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 × 100%

f. Return On Investment (ROI)

Return on investment (ROI) merupakan rasio yang

mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam

menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva

yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009: 63).

Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu

perusahaan. Return on investment merupakan rasio yang

menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan

bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008: 63). Menurut

Munawir (2007: 89), Return On Investment (ROI) merupakan

bentuk dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan yang berasal dari keseluruhan dana pada aktiva

yang digunakan untuk operasional perusahaan. Return On

Investment (ROI) dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROI = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 (𝐸𝐴𝑇)

𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑋 100%

4. Rasio solvabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Yang

(43)

a. Debt to Assets Ratio (DAR)

Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan besar kekayaan

perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Asset perusahaan yang

terlalu banyak berasal dari hutang akan menciptakan risiko

bagi perusahaan karena apabila perusahaan menggunakan

semakin banyak hutang untuk membiayai aktivitasnya akan

berpengaruh, semakin besarnya kewajiban perusahaan baik

dalam bentuk kewajiban tetap dan bunga, dilain sisi hutang

juga mampu membangun kesempatan untuk meningkatkan

kinerja perusahaan. Debt to Asset Ratio (DAR) dapat

dirumuskan sebagai berikut:

DAR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 (𝑑𝑒𝑏𝑡)

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑋 100%

b. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas

yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa

bagian dari modal sendiri (ekuitas) yang digunakan untuk

membayar hutang. Debt to Equity Ratio merupakan indikator

struktur modal dan risiko finansial, yang merupakan

perbandingan antara hutang dan modal sendiri. Bertambah

besarnya Debt to Equity Ratio suatu perusahaan menunjukkan

(44)

terserap untuk melunasi kewajiban perusahaan (Purwanto dan

Haryanto, 2004).

Menurut Darsono (2005), Debt to Equity Ratio adalah

rasio yang menunjukkan persentase penyedia dana oleh

pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi

rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan

oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar

kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin

baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka panjangnya.

Secara matematis Debt to Equity ratio dapat dirumuskan

sebagai berikut (Toto Prihadi, 2010) :

𝐷𝐸𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡

Keterangan:

Total Debt = Total hutang

Total Equity = Total ekuitas

Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menutup sebagian atau seluruh

hutang-hutangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek

dengan dana yang berasal dari total modal dibandingkan

besarnya hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan

semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar

(45)

digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan

semakin besar pula jumlah kewajibannya (Prihantoro, 2003).

c. Long-Term Debt To Equity Ratio

Long-Term Debt To Equity Ratio bertujuan untuk

mengukur hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. LTD

Equity Ratio dapat dihitung dengan rumus:

LTD Equity Ratio = 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

5. Rasio nilai pasar, yaitu rasio yang menunjukkan informasi penting

perusahaan yang diungkap dalam basis per saham, seperti:

a. Earning Per Share (EPS)

Earning per share (EPS) adalah Rasio yang banyak

diperhatikan oleh calon investor, sebab informasi EPS

merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan

dapat menggambarkan prospek earning perusahaan dimasa

depan. Rasio Earning Per Share (EPS) digunakan untuk

mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai

keuntungan bagi para pemilik perusahaan. Menurut Darmadji

dan Fakhruddin (2008), Earning Per Share (EPS)

menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar

dalam setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai Earning Per

Share (EPS) maka semakin besar laba dan kemungkinan

(46)

Pada umumnya perhitungan Earning Per Share (EPS)

menggunakan data laporan keuangan akhir tahun, akan tetapi

juga dapat menggunakan laporan keuangan pertengahan tahun.

Dalam implementasinya, laba per lembar saham dihitung

dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata

tertimbang dari jumlah lembar saham biasa yang beredar

sepanjang tahun. Jumlah rata-rata diperlukan dalam

perhitungan karena jumlah saham yang beredar selama satu

tahun tidak selalu tetap (berubah).

Rasio rendah berarti manajemen tidak menghasilkan

kinerja yang baik dengan memperhatikan

pendapatan-pendapatan yang diperoleh. Rasio tinggi berarti perusahaan

sudah mapan. Earning per share merupakan laba bersih yang

siap dibagikan kepada pemegang saham dengan jumlah lembar

saham perusahaan (Tandelin, 2010). Earning per share yang

tinggi maka dividen yang akan diterima investor akan semakin

tinggi. Dividen yang diterima investor merupan daya tarik bagi

investor/calon investor yang akan menanamkan dananya

kedalam perusahaan tersebut. Daya tarik tersebut memberi

dampak pada calon investor/investor untuk lebih meningkatkan

kepemilkan saham tersebut. Jika earning per share

meningkat/tinggi maka permintaan atas saham perusahaan

(47)

perusahaan di pasar modal cenderung meningkat. Dengan

meningkatnya harga saham perusahaan, maka return saham

yang akan diperoleh investor juga akan semakin tinggi. Jika

nilai earning per share naik maka harga saham juga

mengalami kenaikan (Darmidji dan Fakhruddin, 2006).

Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Earning Per Share = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

b. Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) mengindikasikan besarnya

rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu

rupiah earning perusahaan (Tandelilin, 2010: 375). Harahab

(2007: 311) menjelaskan Price Earnig Ratio (PER) yang tinggi

menunjukan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di

masa yang akan datang cukup tinggi. Price Earnig Ratio

(PER) juga merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham

perusahaan. Price Earnig Ratio (PER) berguna dalam

bagaimana pasar dapat menghargai kinerja perusahaan yang

ditujukan dalam besarnya laba per sahamnya. Semakin tinggi

Price Earnig Ratio (PER) maka semakin besar pula harga

saham. PER merupakan hubungan antara harga pasar saham

dengan EPS.

Dengan begitu semakin tinggi PER menunjukan semakin

(48)

investor untuk menanamkan modal. Bertambahnya investor

maka EPS juga meningkat karena tingkat pengembalian modal

untuk setiap satu lembar saham pun juga tinggi. Hal ini akan

memberikan dampak positif bagi harga saham dan dapat

menarik minat para investor.

PER = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟

𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 X 100%

c. Price To Book Value Ratio (PBV)

Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan

aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham

dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih

adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai

buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan

jumlah saham yang beredar (Jogiyanto, 2003: 82). Secara

matematis Price to Book Value dapat dirumuskan sebagai

berikut (Toto Prihadi, 2010) :

𝑃𝐵𝑉 = 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒

Keterangan:

Price per share = Harga per saham

Book value per share = Nilai buku per saham

Price to Book Value adalah angka rasio yang menjelaskan

seberapa kali seorang investor bersedia membayar sebuah

(49)

aktifitasnya berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio

PVB mencapai di atas satu (>1), yang menunjukkan bahwa

nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin

besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para

pemodal (investor) relatif dibandingkan dengan dana yang

telah ditanamkan di perusahaan.

d. Dividend Per Share (DPS)

Dividend Per Share bertujuan untuk mengukur jumlah

dividen per lembar sahamnya. Dividend Per Share (DPS)

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

DPS = 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

e. Dividen Payout Ratio (DPR)

Dividen Payout Ratio (DPR) bertujuan untuk mengukur

perbandingan dividen terhadap laba perusahaan yang

menunjukkan besarnya laba yang akan dibayarkan kepada

pemegang saham dalam bentuk dividen. Dividen Payout Ratio

(DPR) dapat diukur dengan menggunakan rumus seperti

berikut ini:

DPR = 𝐷𝑃𝑆

𝐸𝑃𝑆 𝑋 100%

f. Book Value Per Share (BVS)

Book Value Per Share bertujuan untuk mengukur

(50)

saham. Book Value Per Share dapat di ukur menggunakan

rumus berikut:

BVS = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 𝐻𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟′𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 − 𝑃𝑟𝑒𝑓𝑓𝑒𝑟𝑒𝑑 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝐶𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛

Gambar

Tabel 1. Penelitian Sebelumnya
Gambar 1.   Kerangka Pemikiran Pertama
Gambar 2.   Kerangka Pemikiran Kedua

Referensi

Dokumen terkait

Dalam metode Kredit Pemilikan Rumah (KPR), ada perbedaan antara penyetoran maupun pelaporan yang diatur dalam peraturan perpajakan dengan cara penyetoran maupun

Mereka menemukan hubungan yang jelas antara tingginya paparan testosteron terlihat dari panjang jari manis yang lebih panjang daripada jari telunjuk dengan nilai uji matematika yang

Dalam rangka menstimulan dan menjaring ide-ide kreasi dan inovasi masyarakat serta menunjang pengembangan wilayah melalui penemuan Teknologi Tepat Guna (TTG) berbasis kearifan

 Panen dilakukan setelah berumur + 25 hari setelah tanam, dengan cara mencabut tanaman sampai akarnya atau memotong pada bagian pangkal tanaman sekitar 2 cm di

anggota koperasi mengalami perkem- bangan sebanyak 240.395 orang atau 0,88 persen. Gambaran rinci perkembangan jumlah anggota disajikan pada tabel-3.. Hal tersebut dapat

Namun pada era milenial saat ini hijrah justru lebih diartikan dengan perubahan seseorang dari yang sebelumnya buruk menjadi ke arah yang lebih baik atau

hukum perpajakan dengan tegas, dapat memberikan diklat khusus tentang perpajakan dalam meningkatkan Sumber daya Manusia/aparatur pajak yang profesional, dan

atau tidaknya pelatihan bagi karyawan, dan membuat sebuah laporan akhir dengan judul “ PENYELENGGARAAN PROGRAM PELATIHAN DAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR DIREKSI PT