• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAME TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 2 Rangkasbitung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAME TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 2 Rangkasbitung."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

GAME TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 2

Rangkasbitung)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Magister Program Pendidikan Sejarah

Oleh :

WENY WIDYAWATI BASTAMAN 1103438

PROGRAM PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

GAME TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 2

Rangkasbitung)

Oleh :

WENY WIDYAWATI BASTAMAN

S.Pd UPI Bandung, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Sejarah

© Weny Widyawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

GAME TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI-IPA 3 SMA Negeri 2

Rangkasbitung)

Oleh :

Weny Widyawati Bastaman

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I :

Pembimbing II :

Dr. Erlina Wiyanarti M.Pd

Dr. Encep Supriatna M.Pd

196207181986012001

197601052005011001

Menyetujui

Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Sejarah

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan menjadi hal sangat penting karena penyelanggaraan

pendidikan yang menjadi salah satu syarat penunjang kemajuan Bangsa.

Hasbullah (2008:122) mengemukakan melalui proses pendidikan suatu bangsa

berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang direncanakan, selain itu

pendidikan adalah proses mempersiapkan generasi mendatang agar memiliki

bekal ilmu pengetahuan untuk meneruskan pembangunan Bangsanya. Pengertian

Pendidikan sesuai Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003 pasal 1 menjelaskan bahwa :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.”

Pengertian pendidikan menurut George F Kneller dalam Sarwono

(2008:20) yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki dua arti, yaitu arti

pendidikan secara luas dan sempit antara lain sebagai berikut:

Dalam arti luas pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga pendidikan, seperti sekolah, pendidikan tinggi atau lembaga-lembaga lain.

Berdasarkan pengertian pendidikan di atas maka pendidikan dapat

diartikan sebagai tindakan atau pengalaman untuk mewujudkan suasana proses

pembelajaran yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun

kemampuan fisik individu. Sebagai suatu proses mentransformasikan

(5)

Tujuan utama dalam pendidikan adalah adanya sebuah perubahan menuju

pada arah yang lebih baik, hal tersebut dikarenakan posisi pendidikan itu sendiri

berada pada subjek dalam proses perubahan sosial yang berkaitan erat dengan

fungsi pendidikan sebagai Agent of Change (Sunarto, 2012:193). Tujuan

pendidikan tercantum pula pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 2003 antara

lain:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Agar tujuan pendidikan dapat tercapai maka pembelajaran harus dilakukan

sebaik mungkin. Agar pembelajaran dapat berhasil maka seorang guru perlu

memperhatikan faktor-faktor yang dapat menunjang keberhasilannya seperti

kurikulum, guru, sarana prasarana, dan lingkungan pembelajaran di kelas, yang

tergambar dalam proses pembelajaran. Secara eksplisit dapat dinyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di dalam

kelas antara lain adalah kompetensi guru, metode pembelajaran yang dipakai,

kurikulum, sarana dan prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan

alam, (psiko) sosial dan budaya (Depdiknas, 2003).

Menurut Rivai dan Murni (2010:12-13) dalam bukunya Education

Management metode pendidikan terbaik tergantung dari beberapa faktor yang

perlu dipertimbangkan dan berperan dalam pendidikan, antara lain sebagai berikut

:

a) Cost - efectiveness (efektifitas biaya). b) Materi program yang dibutuhkan. c) Prinsip-prinsip pembelajaran. d) Ketepatan dan kesesuaian fasilitas.

(6)

Pemaparan di atas mengenai faktor yang perlu dipertimbangkan dan

berperan dalam pendidikan peneliti menitik beratkan pada Cost – efectivituveness

atau efektifitas biaya yang akan di keluarkan oleh seorang guru dalam

melaksanakan pembelajaran, berupa media yang membantu dalam proses

pembelajaran, peneliti mencoba memanfaatkan barang-barang yang tidak terpakai.

Hal yang kedua yaitu guru harus memperhatikan materi materi yang akan

disampaikan kepada peserta didik. Pada bagian ketiga adalah bagaimana guru

selalu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Keempat fasilitas yang

digunakan selama proses pembelajaran harus sesuai dengan materi dan dapat

digunakan dengan maksimal. Hal lain yang harus diperhatikan guru adalah

kemampuan dan preferensi instruktur pendidikan, karena hal tersebut akan dapat

menentukan proses pembelajaran yang kemudian dapat memberikan pengaruh

pada hasil belajar peserta didik.

Selain itu Rivai dan Murni (2010: 13) juga berpendapat bahwa dari

beberapa faktor yang berperan di atas menggambarkan keterkaitan antar

faktor-faktor tersebut :

Gambar 1.1

Faktor Yang Berperan Dalam Pendidikan

Sumber : Faktor Yang Berperan Dalam Pendidikan Rivai dan Murni (2010 : 13)

Instruktur

Metode

Peserta

Materi (bahan)

(7)

Keterlibatan semua komponen yang berperan di dalam pendidikan, sama

halnya dengan pentingnya komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran,

baik antara guru dengan peserta didik, atau antara peserta didik dengan peserta

didik lainnya dengan kata lain terjadi interaksi eduktif dalam proses pembelajaran.

Interaksi tersebut dapat dikatakan edukatif jika dalam proses pembelajaran

diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dan disesuaikan dengan rencana

pembelajaran. Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu

ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran (Sardiman, 2003:1).

Secara keseluruhan proses pembelajaran di sekolah terjadi antara guru

dengan peserta didik, hal tersebut merupakan sebuah kegiatan inti dalam

pembelajaran, karena di dalam proses pembelajaran terjadi transformasi ilmu

pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang disampaikan guru kepada peserta

didiknya. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan interaktif

maka dibutuhkan guru yang memiliki kreatifitas yang mampu mengolah

pembelajaran biasa menjadi luar biasa, yang mampu menyampaikan pembelajaran

kepada peserta didik dengan menyenangkan. Karena guru yang baik dapat

melakukan interaksi dalam pembelajaran, dengan mengolah informasi dan

pengetahuan untuk disampaikan kepada peserta didiknya secara baik dan dapat

diterima dengan mudah, selain itu guru kreatif dapat memanfaatkan media yang

ada disekitarnya terlebih guru yang baik dapat menggunakan metode

pembelajaran dengan tepat yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Titik utama dalam pendidikan terdapat pada proses belajar mengajar,

sehingga proses tersebut menjadi penting. Karena pada saat yang bersamaan

terjadi dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar, belajar yang dapat dikatakan

sebagai penyerapan informasi dan pengetahuan baru bagi peserta didik yaitu

bertambahnya informasi dan pengetahuan terhadap suatu mata pelajaran. Selain

itu mengajar dapat diartikan sebuah proses penyampaian materi pembelajaran di

dalam kelas yang menjadi proses transformasi pengetahuan dari guru kepada

(8)

Selain adanya interaksi belajar dan pembelajaran yang terjadi antara guru

dengan peserta didik, kegiatan belajar juga dapat terjadi melalui interaksi antara

peserta didik. Interaksi itu terjadi antara peserta didik dengan pendidik dan peserta

didik dengan peserta didik lainnya, karena hal tersebut berdasarkan paradigma

pendidikan modern bahwa pembelajaran harus berpusat pada peserta didik. Hal

tersebut dapat digambarkan melalui bagan berikut:

Gambar 1.2

Proses Transformasi Pengetahuan

Sumber : Dokumen Pribadi

Agar terjadi interaksi pembelajaran yang baik, maka dibutuhkan guru yang

memiliki kreatifitas. Karena idealnya seorang guru mampu memberikan

pembelajaran yang bermakna, dengan pola penyampaian yang lebih mudah

dipahami peserta didik dan mampu membangun kreatifitas peserta didik. Hal

tersebut dipertegas oleh (Slavin, 2008:8) bahwa guru yang baik adalah guru yang

mencoba untuk membangun keterampilan peserta didik yang sama pada

masa-masa selanjutnya. Seorang guru harus mampu meningkatkan hasil belajar peserta

didik dan juga mampu menumbuhkan aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam

(9)

dalam Suryono dan Hariyanto (2011:188-189) menggambarkan peran guru

sebagai berikut :

1) Memberikan stimulasi kepada peserta didik dengan menyediakan tugas-tugas pembelajaran yang kaya (Rich Learning Task) dan terancang baik untuk meningkatkan perkembangan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial

2) Berinteraksi dengan peserta didik untuk mendorong keberanian, mengilhami, menantang, berdiskusi, berbagi, menjelaskan, menegaskan, merefleksi, menilai dan merayakan perkembangan, pertumbuhan dan keberhasilan.

3) Menunjukan manfaat yang diperoleh dari mempelajari dari suatu pokok pembahasan

3) Berperan sebagai seorang yang membantu, seseorang yang memberi penegasan, seseorang yang memberi jiwa dan mengilhami peserta didik dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, rasa antusias, gairah dari seorang pembelajar yang berani mengambil resiko (Risk talking learner), dengan demikian guru berperan sebagai pemberi informasi (Informer), (fasilitator).

Dalam rangka tujuan pendidikan sebagai upaya untuk membentuk siswa

yang memiliki kecakapan, berfikir kreatif, belajar mandiri untuk menjadi warga

Negara yang demokratis, dapat dikembangkan salah satunya melalui pembelajaran

sejarah. Tujuan pendidikan sejarah di SMA menurut (Hasan, 2012 : 7) antara lain

sebagai berikut :

a. Mengembangkan pendalaman tentang peristiwa sejarah terpilih baik lokal maupun nasional

b. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif c. Membangun kepedulian sosial dan semangat kebangsaan d. Mengambangkan rasa ingin tahu, inspirasi, dan aspirasi

e. Mengambangkan nilai dan sikap kepahlawanan dan kepemimpinan f. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi

g. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas, dan mengkomunikasikan informasi.

Agar mendapatkan hasil belajar yang baik maka tidak hanya peserta didik

maka gurupun harus memiliki kemampuan dalam berbagai hal salah satunya

dengan kemampuan dalam penguasaan materi menurut (Kochhar, 2008:393)

kualitas yang harus dimiliki oleh seorang guru sejarah yaitu, guru harus lengkap

dari segi akademis, mampu menguasai materi yang akan disampaikannya,

(10)

sehingga siswa pada saat belajar sejarah akan menjadi pengamat masa kini

mengenai hal-hal yang terjadi disekitarnya, dengan demikian siswa tidak akan

jenuh pada saat membahas peristiwa-peristiwa masa lalu. Selain itu menurut

(Kochhar, 2008:393) gurujsejarah harus menguasai berbagai macam metode dan

teknik pembelajaran sejarah. Suasana belajar yang nyaman yang harus mampu

diciptakan oleh seorang guru adalah tugas lain selain menyampaikan materi

karena jika materi yang disampaikan tidak dapat dicerna siswa maka akan

berdampak pada hasil belajar, dampak lain yang akan mempengaruhi siswa akan

kurang mendapatkan pelajaran nilai-nilai yang terkandung dalam materi

pembelajaran tersebut. Hal ini dipertegas oleh Bahri dan Zain (2006 : 73) bahwa

keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung cara guru

menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya

mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode. Demikian fungsi

penting seorang guru di dalam proses pembelajaran yang dapat memberi pengaruh

terhadap hasil belajar siswanya. Karena menurut (Sanjaya, 2008: 137) metode

adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal. Guru dengan strategi pembelajarannya adalah salah satu faktor

pendukung keberhasilan proses belajar-mengajar. Menurut (Syamsudin, 2009

:155) antara lain :

Guru ialah orang dewasa yang karena jabatannya secara formal selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar (Learning experience) pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber (Learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (Teaching-learning strategy) yang tepat (Appropriate).

Pentingnya seorang guru harus memiliki keterampilan dan kreatifitas dalam

proses pembelajaran, salah satunya karena tingkat kesulitan dan karakteristik

setiap matapelajaran itu berbeda, dan untuk matapelajaran sejarah yang lebih

identik dengan banyaknya hafalan, diungkapkan oleh (Hasan, 2012 : 8) mengenai

materi pembelajaran sejarah sebagai berikut :

(11)

karena materi peristiwa sejarah terjadi pada kurun waktu yang sangat jauh dari kehidupan peserta didik, dan dan oleh kenyataan bahwa materi sejarah berkenan dengan konsep yang sangat tinggi tingkat abstraksinya.

Namun pada saat ini guru disibukkan dengan perangkat pendidikan terlebih

guru mengutamakan proses pembelajaran hanya sebagai proses penyampaian

materi dan peserta didik hanya sebagai penerima materi yang disampaikan oleh

guru. Selain menerima materi peserta didik selalu terpaku pada sumber belajar

berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Proses pembelajaran yang demikian membuat

hasil belajar peserta didik kurang maksimal. Tidak optimalnya strategi guru dalam

proses pembelajaran di kelas menyebabkan banyaknya kemampuan peserta didik

yang belum tergali dengan maksimal.

Mengembangkan seoptimal mungkin kemampuan yang ada dalam diri

peserta didik yang tidak hanya berupa kemampuan kognitif melainkan

kemampuan lainnya yang dimiliki oleh peserta didik yaitu berupa beberapa

kecerdasan yang meliputi kecerdasan Linguistik, kecerdasan intrapersonal,

kecerdasan interpersonal, kecerdasan tersebut terkadang tidak tergali oleh

pembelajaran konfensional saja, namun membutuhkan rangsangan berupa

pembelajaran yang dapat menarik perhatian peserta didik memberi makna dan

pembelajaran yang dapat mengoptimalisasikan kemampuan peserta didik dalam

proses pembelajaran.

Agar dapat memberikan pembelajaran yang dapat mengoptimalisasi

kemampuan peserta didik dapat melalui pembelajaran sejarah, karena

pembelajaran sejarah adalah pembelajaran mengenai kehidupan manusia dari

masa ke masa, yang mempelajari berbagai aspek kehidupan. Dengan belajar

berfikir historis peserta didik akan mampu berfikir secara kronologis dengan

mempelajari masa lampau yang dapat memahami dan menjelaskan proses

perkembangan serta perubahan yang terjadi dalam diri masyarakat Indonesia. Hal

tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran sejarah menurut

(Ismaun, 2005:233) ialah untuk membantu para siswa agar mengembangkan

pemahaman dan wawasan sejarah, yakni:

a. Memahami perilaku manusia masa lampau

(12)

c. Merencanakan keadaan masyarakat yang akan datang secara lebih baik

Pembelajaran sejarah membahas mengenai tiga periode sekaligus yaitu masa

lampau, masa sekarang dan akan datang sebagai konsep waktu dalam

pembelajaran sejarah maka penyajian pembelajaran harus sedemikian baik.

Karena dewasa ini dalam proses pembelajaran sejarah sering kali peserta didik

merasa jenuh, hal tersebut dikarenakan materi yang harus dipelajari sangat

banyak, dan hanya disampaikan oleh guru tanpa melibatkan peran serta peserta

didik. Hal tersebut pada akhirnya membuat peserta didik kurang memperhatikan

sebab sepanjang pembelajaran hanya duduk mendengarkan, karena metode yang

digunakan hanya metode konvensional. Hal senada diungkapkan oleh

(Wiriaatmadja, 2002:158) menyebutkan bahwa:

Kelemahan-kelemahan yang tampak dalam pembelajaran sejarah adalah kurang mengikut sertakan peserta didik dan membiarkan 'budaya diam' berlangsung di dalam kelas. Kondisi demikian menyebabkan pengajaran sejarah, dan sejarah nasional khususnya, kurang berhasil dalam menggairahkan pembelajaran peserta didik untuk penghayatan nilai-nilai secara mendalam yang ditunjukan dengan pengungkapan ekspresi secara vokal. Faktor lain yang kurang menunjang ialah luasnya cakupan pengajaran lain yang sejenis, dan dukungan buku teks dan bahan bahan bacaan lainnya yang bersifat informatif dari pada merangsang daya nalar dan berfikir kreatif peserta didik

Selama proses pembelajaran siswa tidak bias hanya menjadi pendengar,

harus ada kegiatan aktif berupa partisipasi dalam proses pembelajaran. Peserta

didik dapat melakukan berbagai cara sebagai upaya memberikan proses

pembelajaran yang menyenangkan maka menurut (Mcdonald dan Hershman,

2011 : 205) bahwa elemen penting lainnya untuk membangun api semangat

belajar yang menyala di dalam kelas adalah secara aktif melibatkan siswa dalam

proses pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran yang pasif harus

dirubah dengan menggunakan berbagai variasi dalam metode pembelajaran

sehingga dapat membantu siswa agar menjadi aktif dalam proses pembelajaran,

terlebih dapat menghilangkan efek jenuh dalam proses pembelajaran sejarah

karena menurut (Mcdonald dan Hershman, 2011:205), kebosanan dapat dipastikan

(13)

menarik disertai lembar tugas yang itu-itu juga lebih dari cukup membuat siswa

yang paling baik sekalipun, merasa jenuh. Apalagi untuk siswa yang aktif, yang

pada kondisi biasa pun sulit sekali untuk duduk diam di dalam kelas.

Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan dapat dikemas melalui

kerjasama dalam kelompok ataupun secara klasikal. Sehingga akan menumbuhkan

semangat belajar siswa terhadap pembelajaran sejarah. Karena sejarah memiliki

manfaat bagi peserta didik yaitu sesuai yang diungkapkan oleh Garvey dan Kug

dalam Sjamsuddin (2008:268) yaitu:

1) Memperoleh pengetahuan fakta-fakta sejarah; [Kognitif]

2) Memperoleh pemahaman atau apresiasi peristiwa-peristiwa atau periode-periode atau orang-orang dari masa lalu; [afektif]

3) Mendapatkan kemampuan mengevaluasi dan mengkritik karya-karya sejarah; [keterampilan]

3) Belajar teknik-teknik penelitian sejarah; [keterampilan];

5) Belajar bagaimana menulis sejarah. [ketrampilan] (Garvey and Krug, 1977:2).

Pada bagian pertama menurut Garvey dan Kug (2008) mengenai Belajar

sejarah (Studying History), adalah memperoleh pengetahuan fakta-fakta sejarah;

[Kognitif], dalam proses pembelajaran sejarah banyak fakta yang akan

disampaikan, dan dengan demikian peserta didik akan banyak memiliki

pengetahuan mengenai fakta-fakta tersebut. Banyaknya fakta yang ada pada

materi pembelajaran sejarah maka untuk membantu memudahkan peserta didik

dalam mempelajari materi tersebut, jelas peserta didik sangat membutuhkan

metode pembelajaran yang berbeda. Pada bagian kedua mengenai belajar sejarah

(Studying History), adalah memperoleh pemahaman atau apresiasi

peristiwa-peristiwa atau periode-periode atau orang-orang dari masa lalu, selain dengan

mengetahui fakta sejarah, dalam pembelajaran sejarah peserta didik akan diajak

untuk lebih memiliki rasa menghargai menghormati dan memberikan apresiasi

terhadap peristiwa sejarah dan orang-orang pada masa lalu, banyak pelajaran yang

dapat ditarik dari sebuah peristiwa sejarah dan ada banyak nilai dan semangat

yang dapat dilihat dari tokoh-tokoh pada masa lalu yang dapat dijadikan motivasi

untuk peserta didik belajar, selain itu penyampaian materi yang menarik dan dapat

(14)

dalam proses pembelajaran.

Bagian yang ketiga menjelaskan mengenai belajar sejarah (Studying

History), adalah mendapatkan kemampuan mengevaluasi dan mengkritik

karya-karya sejarah, melihat banyaknya karya-karya yang dihasilkan pada masa lampau dapat

dilakukan sebuah kritik untuk memberikan pemahaman lebih kepada peserta didik

menganalisis sebuah karya, selain dapat memberi pengetahuan tambahan dengan

melihat karya-karya tersebut dapat memotivasi peserta didik untuk mau mencoba

berkarya dengan keahliannya.

Ketertarikan peserta didik terhadap karya tulis masa lampau akan

memberikan semangat kepada peserta didik untuk juga berkarya dalam tulisan dan

memberikan kemampuan kepada peserta didik dengan belajar teknik-teknik

penelitian sejarah dan belajar bagaimana menulis sejarah atau mendorong peserta

didik untuk memulai berkarya melalui tulisan.

Melihat manfaat pembelajaran sejarah yang telah diuraikan berbanding

terbalik dengan kondisi di lapangan, hal tersebut berdasarkan hasil observasi

pra-penelitian yang telah dilakukan peneliti di kelas XI IPA 3 SMAN 2

Rangkasbitung, memperlihatkan kondisi proses pembelajaran yang

memperlihatkan peserta didik kurang antusias dalam mengikuti proses

pembelajaran, hal itu terlihat sepanjang pembelajaran peserta didik menghabiskan

waktu hanya mendengarkan penjelasan guru dan ketika guru memberikan

kesempatan peserta didik untuk bertanya, hanya ada 2 orang peserta didik yang

mengangkat tangannya, dan peserta didik yang lain menjadi pasif. Selain itu hal

yang menjadi perhatian sepanjang proses pembelajaran adalah penggunaan media

yaitu hanya berupa papan tulis dan spidol. Kondisi yang diperoleh pada pra

penelitian menggambarkan pembelajaran sejarah yang belum sesuai dan belum

tepat mengenai tujuan pembelajaran sejarah.

Berkesempatan melakukan interaksi dengan peserta didik setelah

pembelajaran selesai, untuk sedikit mendapatkan kesan dan komentar mereka

terhadap mata pelajaran sejarah setelah mempelajarinya. Peneliti memperoleh

kesan yang diuraikan peserta didik, bahwa sebenarnya pembelajaran sejarah

(15)

keingintahuan peserta didik, namun setelah mengikuti proses pembelajaran

peserta didik selalu merasa bosan dan kurang bersemangat, karena pada akhirnya

pembelajaran sejarah hanya berupa hafalan dan mengerjakan Lembar Kerja Siswa

(LKS). Peserta didik kesulitan dalam menghafal dan memahami materi pelajaran

sejarah sehingga nilai yang diperoleh sering tidak memuaskan.

Melihat tantangan berupa materi pembelajaran yang selalu dikenal sebagai

hafalan dan kondisi peserta didik yang kurang bersemangat dalam mengikuti mata

pelajaran sejarah, karena penggunaan media dan metode yang kurang maksimal,

sehingga kondisi kelas menjadi pasif, selain itu hasil belajar peserta didik yang

kurang memuaskan. Hal tersebut menjadi tantangan peneliti untuk melakukan

penelitian. Rasa penasaran dan rasa keingintahuan peserta didik terhadap mata

pelajaran sejarah menjadi modal kuat untuk membantu memperbaiki kualitas

pembelajaran sejarah.

Menyikapi kondisi yang demikian maka peneliti mencoba menyikapi

masalah tersebut dengan teknik dan strategi agar mampu terpecahkan, karena

menurut (Jerolimek, 1977:37) The techniques and strategies to be used in

teaching social studies, therefore, can best be understood by looking at the goals

of the program and the objectives to be achieved. Peneliti mencoba untuk

menerapkan metode lain selain menggunakan metode konvensional, yaitu

menggunakan strategi dalam pembelajaran yaitu, menggunakan Game sebagai

metode pembelajaran aktif, hal ini dipertegas oleh Bahri dan Zain (2006: 73)

bahwa keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung cara

guru menggunakan metode pembelajar, karena suatu strategi pembelajar hanya

mungkin dapat diimpikan melalui penggunaan metode. Menurut Uno dalam

Warsita (2008 : 268) bahwa:

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya diakhir kegiatan belajar.

Banyaknya metode yang berkembang dewasa ini menuntut untuk memilih

(16)

penelitian dapat dipecahkan dan tujuan pembelajaran sejarah dapat tercapai

sehingga peserta didik dapat mengoptimalisasikan kemampuannya melalui proses

pembelajaran, menurut (Kartawidjaja, 1987:13) mengungkapkan bahwa metode

mengajar yang digunakan, apakah sifatnya progresif modern atau

konvensional-tradisional, tergantung kepada keperluan tetapi lebih baik digunakan yang cocok

dengan situasi. Selain itu menurut (Rohani, 2003:118) bahwa metode berfungsi

sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Sebagaimana pula yang diungkapkan

juga oleh Roestiyah (2008: 3) bahwa:

“Bila seorang guru memerlukan beberapa tujuan untuk dicapainya, maka ia

perlu mengenal dan menguasai dengan baik sifat-sifat dari setiap teknik penyajian sehingga ia mampu pula mengkombinasikan penggunaan beberapa teknik penyajian tersebut sekaligus, untuk mencapai beberapa tujuan yang telah dirumuskannya itu, dan tidak terasa kaku antara perubahan

dari teknik yang satu dengan teknik yang lain.”

Solusi untuk memperbaiki kondisi pembelajaran di atas maka peneliti

memilih Game Team Quis sebagai metode pembelajaran. Game Team Quis ini

termasuk kedalam metode pembelajaraan Cooperative Learning. Metode

Cooperative Learning adalah salah satu solusi dalam mengajar, penekankan pada

sikap atau perilaku bersama dan bekerja atau membantu di antara sesama dalam

struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau

lebih. (Karli & Sri, 2002 : 70). Tujuan penggunaan Game Team Quis agar peserta

didik lebih mudah menerima materi pembelajaran dan membantu peserta didik

berperan aktif. Pertimbangan untuk memilih Game Team Quis yang termasuk

kedalam metode Cooperative Learning, karena telah dilakukan beberapa kali

penelitian mengenai Game Team Quis untuk melihat keefektivitasannya.

Van Sickle dan Stahl dalam Solihatin dan Raharjo (2008 : 13)

mengungkapkan hasil penelitannya mengenai metode Cooperative Learning di

beberapa sekolah dasar di Amerika, dari hasil penelitiannya dingkapkan sebagai

berikut :

(17)

Pembelajaran Cooperative Learning sendiri memiliki beberapa macam,

diantaranya adalah Student Team Achivement Division (STAD), Number Head

Together (NHT), Jigsaw, Game’s Team Quiz dan lain-lain. Metode pembelajaran

ini mengajak peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran, dari

beberapa macam type tersebut peneliti memilih menggunakan Game type team

quiz yang dirasa efektif untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Berdasarkan

hasil kajian lapangan pra penelitian dan mengidentifikasi masalah apa saja yang

terjadi pada proses pembelajaran sejarah, maka dari hasil observasi tersebut dapat

disimpulkan bahwa ada dua masalah yang menjadi titik penelitian yaitu kurang

aktifnya peran peserta didik dalam proses pembelajaran dan yang kedua hasil

belajar sejarah kurang memuaskan. Pada proses pembelajaran peserta didik

berpartisipasi secara aktif karena proses pembelajaran akan dibentuk seperti quiz

dengan membagi beberapa kelompok, dalam proses tersebut guru akan

memberikan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik secara personal

dan kelompok. Pada bagian pertama peserta didik akan menjawab setiap

pertanyaan dengan kemampuan sendiri tanpa bantuan teman yang lainnya, pada

game kedua peserta didik akan bekerja secara berkelompok dalam menjawab

pertanyaan, setiap peserta didik harus memiliki pengetahuan mengenai materi

yang akan diajukan harus benar-benar dikuasai oleh peserta didik, karena di dalam

diskusi kelompok peserta didik akan diberi Reward jika mampu menyangga atau

berpendapat. Dengan penggunaan Game dalam metode tersebut peneliti berharap

dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, karena menurut Colin

Rose dan Malcolm J. Nichols dalam Naim (2011 : 179) pembelajaran yang

menyenangkan menjadi sebuah gagasan yang menarik dan relevan untuk

dipertimbangkan, dielaborasi, dan dipraktekkan secara kontekstual sesuai dengan

kondisi yang ada.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Setelah adanya pemaparan mengenai latar bekalang masalah di atas, maka

dalam penelitian ini mengajukan permasalahan rumusan masalah penelitian yakni.

(18)

Berdasarkan deskripsi latar belakang dan rumusan masalah di atas maka

agar penelitian lebih terarah dibatasinya dengan beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi awal pembelajaran sejarah di kelas XI IPA 3

SMAN 2 Rangkasbitung?

2. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Game Team Quiz sebagai

upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam

pembelajaran sejarah?

3. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Game Team Quiz di kelas XI

IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar peserta didik?

4. Bagaimanakah aktifitas dan hasil belajar Game Team Quiz di kelas XI

IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Dapat mendeskripsikan kondisi awal pembelajaran sejarah di kelas XI

IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung

2. Dapat menyusun perencanaan pembelajaran Game Team Quiz sebagai

upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam

pembelajaran sejarah

3. Menganalisis pelaksanaan Game Team Quiz di kelas XI IPA 3 SMAN 2

Rangkasbitung

4. Mengkaji perubahan aktifitas dan hasil belajar Game Team Quiz di kelas

XI IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini berharap akan memberikan manfaat :

1) Bagi peneliti, manfaat dalam penelitian ini, berharap dapat memberikan

(19)

terjadi pada dunia pendidikan dan masalah yang terjadi pada proses

pembelajaran, dengan demikian akan lebih mengembangkan pembelajaran

sejarah

2) Bagi Guru, menjadi solusi dalam variasi metode pembelajaran sejarah di

kelas dan menjadi alternatif dalam memilih metode mengajar. Karena

dalam proses pembelajaran dibutuhkan variasi metode maupun media

pembelajaran. Dengan Game Team Quiz dapat menjadi alternatif

meningkatkan hasil belajar peserta didik serta dapat meningkatkan

keaktifan peserta didik dalam pembelajaran sejarah dan menjadikan

pembelajaran sejarah lebih menarik perhatian peserta didik.

3) Bagi Peserta didik, dapat dengan mudah menerima pembelajaran sejarah.

Dengan metode atau cara belajar yang lebih menarik dan dapat

memotivasi peserta didik untuk belajar sejarah sehingga akan memberikan

peningkatan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran sejarah.

E. Klarifikasi Konsep

Berdasarkan pemaparan yang tercantum pada rumusan masalah, maka

dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang menjadi fokus penelitian, yaitu

yang pertama pembelajaran Game Team Quiz, aktivitas belajar dan hasil belajar

belajar peserta didik. Dengan demikian agar variabel yang akan diteliti dapat

diukur, diobservasi dan dapat diujikan, maka variabel tersebut harus di

klarifikasikan terlebih dahulu secara operasional, sebagai berikut :

1) Game Team Quis adalah salah satu permainan kuis yang dibawa kedalam

pembelajaran, game yang berada didalam pembelajaran memiliki kriteria dan

tujuan sama dengan metode Cooperative Learning, sehingga Game team quis

ini menjadi bagian dari metode pembelajaraan Cooperative learning.

Menurut Isjoni (2009: 6) tujuan utama dalam penerapan metode Cooperative

Learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama

dengan teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapatnya

(20)

merupakan proses untuk menentukan nilai belajar peserta didik melalui

kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar, setelah peserta didik

melakukan proses pembelajaran, setelah itu dilakukannya tes untuk mengetahui

hasil belajar yang didapatkan peserta didik selama proses pembelajaran.

3) Aktifitas belajar, menurut Hanafiah dan Suhana (2009:23) menjelaskan

pentingnya aktivitas dalam proses belajar yaitu :

Aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambah ( Added Value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut ini yaitu :

1) Peserta didik memiliki kesadaran (Awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal (Driving Force) untuk belajar sejati.

2) Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral. 3) Peserta didik belajar menurut minat dan kemampuannya.

3) Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis dikalangan peserta didik.

5) Pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

6) Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya

F. Kerangka Berfikir

Dari hasil pemaparan klarifikasi konsep mengenai pembelajaran Game

Team Quiz untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik

kelas XI IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung, dengan demikian untuk dapat

memahami maka perlu adanya pengembangan kerangka berfikir atau paradigma

(21)

Gambar 1.3 Kerangka Berfikir

KERANGKA BERFIKIR YANG DIKEMBANGKAN

Masalah Pembelajaran Sejarah

a. Pembelajaran bersifat teacher

centered

b. Cenderung berbentuk faktual dan hafalan c. Suasanya proses

pembelajaran kurang ideal d. Mementingkan

hasil belajar dari pada proses e. Siswa merasa

jenuh dan bosan f. Hasil Belajar siswa

kurang maksimal

HASIL

Peningkatan hasil belajar siswa Peningkatan aktivitas siswa di dalam kelas

Metode Cooperative

Learning Type Team Quiz

Proses belajar Mengajar

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan gambaran yang tercantum dalam permasalahan yang diangkat

dalam penelitian ini, maka metode penelitian yang disesuaikan dengan permasalah

yang akan dipecahkan. Sesuai dengan dua permasalahan yang diperoleh dari hasil

pra penelitian di lapangan, peneliti menemukan dua hal yang menurut peneliti

harus diperbaiki. Permasalahan yang pertama menyangkut aktivitas siswa yang

pasif saat proses belajar dan mengajar, yang kedua hasil belajar siswa dinilai

kurang memuaskan, hasil ujian harian siswa nyaris dapat di katakan kurang

sempurna, siswa yang mampu mendapatkan nilai sesuai KKM (kriteria ketuntasan

minimum) sangatlah sedikit.

Menyikapi masalah yang melingkupi ruang-ruang kelas dan berada di

lingkungan sekolah dan terdapat dalam proses pembelajaran di kelas, peneliti

memilih Penelitian Tindakansebagai jalan pemecahan masalah tersebut.

Penelitian tindakan (Action research) adalah sebuah penelitian yang dilakukan di

kelas oleh Arikunto (2008 : 2) bahwa penelitian tindakan kelas atau Action

Research sebagai metode yang tepat untuk digunakan, melalui ide baru dan

memperbaiki kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran. Kemmis dalam

Yatim, (1996:40) mengemukakan bahwa:

Penelitian tindakan merupakan upaya menguji cobakan ide-ide kedalam praktek untuk memperbaiki atau merubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Selanjutnya Kemmis dan Taggart mengartikan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif-diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan sosial mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktek ini dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-praktek ini.

Hal yang akan terlebih dahulu dilakukan adalah dengan mengamati keadaan

atau situai pembelajaran di kelas, melihat masalah-masalah yang terkait mengenai

dengan segala kegiatan di kalas. Dengan demikian peneliti akan lebih mengetahui

(23)

kelas, dalam metode penelitian tindakan dapat di lakukan secara bertahap.

Diungkapkan oleh Elliot dalam Kunandar (2008:43) penelitian tindakan sebagai

kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk

memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut.

Adanya beberapa hal yang kurang dan membutuhkan perbaikan yang terkait

dalam proses pembelajaran, maka penelitian tindakan kelas dipilih untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran

kooperatif, menurut Ebbut dalam Hopkins dalam Kunandar (2008 : 43) yaitu :

Penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajara, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Penelitian tindakan adalah sebuah cara yang dilakukan oleh suatu kelompok

atau oleh perseorangan, yang memiliki masalah dan mencoba menggunakan ide

baru untuk memperbaiki atau menangulangi masalah yang ada. Menurut Elliot

dalam Sanjaya (2010: 25) penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial

dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis,

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajari pengaruh yang

ditimbulkannya.

Menginginkan adanya suatu perubahan terhadap proses belajar yang hanya

mengedepankan penyampaian materi tanpa memberikan pananaman nilai-nilai

dalam pembelajaran yang pada akhirnya memberikan peningkatan pada aktivitas

dan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran kooperatif. Menurut Sukardi

(2007: 211-212) mengemukakan bahwa penelitian tindakan memiliki beberapa

karakteristik yang penting, yang ada dalam penelitian tersebut Antara lain:

1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.

2. Peneliti memberikan perlakuan/treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti. 3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk

siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri yang intensif.

(24)

untuk melakukan Restrospeksi (kaji ulang) terhadap tindakan yang telah diberikan dan implikasinya yang muncul pada subjek yang diteliti sebagai akibat adanya penelitian tindakan.

Menurut Suhardjono (2008: 57) bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti (atau

dilakukan oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di

sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau

peningkatan proses dan praktis pembelajaran. Untuk melakukan penelitian

tindakan kelas maka seorang guru berusaha memperbaiki pembelajaran atau guru

berusaha meningkatkan pembelajaran yang sudah ada. Sesuai yang diungkapkan

oleh Mc. Taggart dalam Supardi (2008: 105) ada beberapa hal yang perlu

dipahami tentang penelitian tindakan kelas antara lain:

1) PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran.

2) PTK adalah partisipatori, melibatkan seorang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan praktinya sendiri.

3) PTK dikembangkan melalui suatu Self-reflective spiral; a spriral of cycles of planning, acting, observing, reflecting, the re-planning.

4) PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk mengkaji praktik pembelajaran dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan.

5) PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam seluruh tahapan PTK.

6) PTK adalah proses belajar yang sistematis, dalam proses tersebut menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan.

7) PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktik mereka (Guru).

8) PTK memerlukan gagasan dan asumsi kedalam praktik untuk mengkaji secara sistematis bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis tindakan).

9) PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang pekerjaan kita terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kristis dalam analisis.

Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian

yang menginginkan adanya suatu perubahan terhadap subjek yang diteliti.

(25)

siswa melalui metode pembelajaran kooperatif.

B. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Dalam proses penelitian maka sangat dibutuhkan suatu teknik atau cara

bagaimana data tersebut dapat terkumpul yang kemudian dapat diolah untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan, menurut (Supriatna, 2012:111) teknik adalah

suatu cara oprasional yang sering kali bersifat rutin, mekanis, atau spesialistis

untuk memperoleh dan menangani data dalam penelitian. Dengan demikian pola

dan tata langkah prosedural itu dilaksanakan dengan cara-cara oprasional dan

teknis yang lebih rinci, cara-cara itulah yang mewujudkan teknik (Supardan,

2008:32). Di bawah ini adalah teknik penelitian untuk mengumpulkan data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain :

1. Teknik Observasi

Pemilihan teknik pengumpulan data yang pertama adalah pengumpulan data

dengan menggunakan metode observasi, Menurut (Syaodih, 2007 : 220)

Observasi (Observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung. Nasuition dalam Supriatna (2012:112) observasi adalah

dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan

data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Metode observasi dilakukan karena dalam penelitian tindakan kelas, peneliti

mengamati aktivitas pada proses pembelajaran, mengamati apa saja yang

dilakukan siswa dan guru pada saat pembelajaran di dalam kelas, selama proses

pembelajaran kooperatif. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh

Stainback dalam Supriatna (2012 :112) bahwa dalam observasi partisipatif,

peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka

ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.

Observer mencatat semua kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dan

guru sedari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran, memperhatikan

aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran apakah peserta didik pada

(26)

2. Teknik Wawancara

Wawancara atau interview (Interview) merupakan salah satu bentuk

pengumpulan data yang banyak digunakan pada penelitian kualitatif. Wawancara

dilakukan secara lisan dan bertatap muka. Dalam pengumpulan data dan

kuantitatif, dengan menggunakan wawancara peneliti terlebih dahulu

mempersiapkan, apa saja yang akan ditanyakan pada saat pelaksanaan wawancara

hal tersebut dilakukan agar terstruktur dengan baik. peneliti harus memiliki

hubungan baik dengan narasumber, agar dalam pelaksanaan wawancara

narasumber dapat dengan leluasa memberikan komentarnya atau jawabannya atas

apa yang peneliti tanyakan.

Teknik pengumpulan data melalui wawancara diperlukan untuk

memperoleh data berupa kesan peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran

kooperatif. Memperhatikan bagaimana kesan peserta didik selama proses

pembelajaran juga dapat menjadi bahan evaluasi dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian peneliti akan lebih mengerti hal apa saja yang dapat membantu

peserta didik lebih nyaman dan senang mengikuti proses sesudah pembelajaran

kooperatif tersebut. Sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan dapat

membantu peserta didik untuk berperan serta dalam proses pembelajaran dan

membantu dalam memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

3. Pengumpulan Data dengan Dokumentasi

Metode yang ketiga adalah studi dokumenter (Documentari study), suatu

teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik, Syaodih, (2007 :

221). Metode dokumentasi seperti halnya gambar dapat digunakan untuk

mengabadikan bagaimana proses pembelajaran dengan penerapan metode

kooperatif. Mengumpulkan semua data yang telah diperoleh baik data berupa

evaluasi hasil belajar siswa ataupun data berupa pengamatan dalam proses

pembelajaran, sehingga melalui data-data tersebut mampu memperoleh

kesimpulan mengenai bagaimana pengaruh sesudah pembelajaran kooperatif

(27)

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada sekolah SMA Negeri 2 Rangkasbitung,

responden yang diambil terbatas yaitu terfokus pada siswa kelas XI – IPA 3,

dengan jumlah peserta didik sebanyak 41 peserta didik, terdiri dari jumlah peserta

didik laki-laki sebanyak 17 orang dan peserata didik perempuan sebanyak 24

orang. Sekolah yang dituju adalah salah satu sekolah yang terakreditas A, dengan

sarana dan prasarana yang menunjang. Lokasi sekolah yang berada di daerah

perbukitan menjadikan lingkungan sekolah memiliki suasana yang tenang, dengan

demikian memungkinkan terjadinya pembelajaran yang lebih nyaman sebagai

salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam pembelajaran yakni terciptanya

lingkungan sekolah yang aman dan nyaman. Sekolah yang ditunjuk oleh peneliti

terletak di Jl. Siliwangi Pasir Ona Rangkasbitung, beberapa potensi di lingkungan

sekolah yang diharapkan mendukung program sekolah :

a) Tanggung jawab dan loyalitas yang besar dari guru dan staf dalam

melaksanakan tugasnya.

b) Sarana dan prasarana yang ada seperti : Perpustakaan, Laboratorium IPA,

Laboratorium Bahasa, Mesjid, Komputer, Lapangan Olah Raga.

c) Peran serta aktif dari orang tua siswa terhadap kegiatan sekolah.

d) Perhatian berbagai instansi terkait terhadap sekolah

e) Peran serta pengurus dan anggota Komite Sekolah

D. Prosedur dan Langkah-Langkah Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu harus

memperhatikan hal apa saja yang akan dilakukan, sehingga hasil yang diinginkan

sesuai dengan apa yang akan di harapkan. Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja

(2009:96) terlebih dahulu perhatikan hal-hal berikut :

1) Tugas utama pendidikan adalah mengajar di kelas, dan kegiatan penelitian hendaknya tidak menganggu tugas ini

2) Teknik-teknik pengumpulan data yang di gunakan sebaiknya jangan terlalu menyita waktu.

3) Metode penelitian ini sebaiknya dapat diandalkan untuk dapat digunakan sebagai kemampuan dalam menyusun hipotesis kerja dan selanjutya menyusun strategi dalam menyusun persoalan.

(28)

kelas dan memerlukan penyelesaian

5) Memperhatikan prosedur etisnya sehingga tidak dilanggar

6) Jangan menghilangkan perspektif, harus ingat akan tujuan utama penelitian ini

Dengan demikian sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu penelitili

melakukan studi pendahuluan, antara lain sebagai berikut :

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan adalah kegiatan yang dilakukan peneliti sebagai

langkah awal untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Dalam studi pendahuluan terdapat beberapa hal yang harus dilakukan antara lain

sebagai berikut :

a) Kajian Literatur

Pada tahap pertama dalam studi pendahuluan peneliti terlebih dahulu

melakukan kajian literature. Dalam kajian literature peneliti melakukan kajian

terhadap teori dan konsep yang akan menjadi pondasi awal dalam penelitian dan

menjadi langkah awal dalam studi pendahuluan ke lapangan. Bahan literature

yang dapat mendukung penelitian ini adalah mengenai pembelajaran sejarah dan

metode yang digunakan selama proses pembelajaran sejarah, aktivitas dan hasil

belajar peserta didik. Teori yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

yaitu teori konstruktivisme, yang melandasi pemikiran bahwa konstruktivisme

menurut Suryono dan Haryanto (2011:105) bahwa pengetahuan bukan sesuatu

yang Given dari alam karena hasil kontak manusia dengan alam, tetapi

pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif manusia itu sendiri.

b) Studi Dokumentasi

Tahap yang kedua adalah studi dokumentasi, beberapa hal yang dilakukan

pada tahap dokumentasi adalah dengan menelaah perangkat pembelajaran berupa

kurikulum pembelajaran sejarah, hal tersebut dilakukan untuk menentukan sub

pokok bahasan yang akan digunakan setiap tindakan penelitian, karena setiap

materi belum tentu cocok untuk menggunakan pembelajaran kooperatif

c) Administrasi

Tahapan ini adalah tahapan ketiga saat peneliti telah menyelesaikan tahapan

(29)

peneliti memerlukan tahapan administrasi yaitu berupa surat menyurat yang akan

dilakukan pada instansi yang sangkutan yaitu SMAN 2 Rangkasbitung yang

dijadikan objek penelitian. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu

melakukan studi pra penelitian yang dilakukan untuk menemukan data yang

dibutuhkan dalam mempertajam masalah apa saja yang akan dikaji dalam

penelitian tersebut, untuk melihat apa yang dibutuhkan dan apa yang harus

diperbaiki.

2. Kegiatan Observasi

Kagiatan observasi dilakukan dalam proses pembelajaran dengan

memperhatikan kegiatan pembelajaran sejarah dengan menerapkan pembelajaran

kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dan membantu peserta

didik untuk lebih aktif dalam prose pembelajaran. Pada prosedur penelitian

tindakan kelas, setiap siklus terdiri dari tahapan-tahapan pelaksanaan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Dalam satu siklus ada empat tahapan yang harus dilalui

antara lain sebagai berikut.

1. Perencanaan (Planing)

Tahapan pertama adalah perencanaan Menurut (Suharjono, 2008:75)

tahapan ini berupa penyusunan rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa,

mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan

dilakukan. Sebagaimana yang telah diungkapkan pula oleh (Arikunto, 2008 : 17)

dalam tahapan ini penjelasan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa,

dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, dengan tahapan ini diharapkan

pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan dapat tersusun dengan baik dengan

direncanakan terlebih dahulu pada tahap ini.

Dalam penelitian ini, perencanaan dimulai dengan melakukan identifikasi

masalah pada lokasi, selanjutnya dilakukan perencanaan pembelajaran

berdasarkan analisa masalah yang diperoleh dari lokasi, beberapa tahapan pada

perencanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menentukan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian.

b. Melakukan pengamatan pra-penelitian terhadap kelas yang akan

(30)

c. Meminta kesediaan guru mata pelajaran sejarah untuk menjadi mitra

dalam melakukan penelitian mengamati proses pembelajaran yang

akan dilaksanakan di kelas subjek penelitian.

d. Membuat kesepakatan dengan mitra atau guru mata pelajaran sejarah

untuk menentukan waktu pelaksanaan penelitian dimulai.

e. Mendiskusikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses

pembelajaran

f. Menyusun silabus dan rencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP)

yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

g. Menentukan alat evaluasi, untuk mengukur peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa.

h. Mendiskusikan dengan guru mitra mengenai bagaimana meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran

kooperatif terhadap mata pelajaran sejarah.

i. Menyusun rencana untuk mengevaluasi terhadap

kekurangan-kekurangan yang terdapat pada penelitian sebelumnya.

j. Merencanakan pengolahan data yang didapatkan selama penelitian

dilaksanakan.

2. Tindakan (Action)

Tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan yang dilakukan secara

sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktik yang cermat dan

kebijaksanaan menurut (Kunandar, 2008 : 72). Tahap pelaksanaan atau kegiatan

inti pada proses penelitian ini, tahapan sangat penting dan memerlukan kerjasama

berbagai pihak terkait dalam proses penelitian ini, tindakan dilaksanakan

berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya, dalam tahap

pelaksanaan ini dilakukan dalam beberapa siklus di mana hasil yang akan

diperoleh sudah menemui titik jenuh. Beberapa tahapan pada proses tindakan

(Action) adalah sebagai berikut :

1) Pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran sejarah dengan

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode

(31)

sesuai dengan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2) Menerapkan pembelajaran kooperatif sebagai meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa melalui terhadap mata pelajaran sejarah.

3) Melaksanakan evaluasi untuk melihat pembelajaran kooperatif untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode terhadap

mata pelajaran sejarah dengan optimal

3) Menerapkan alat observasi yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa

pada saat proses pembelajaran sejarah

5) Mendiskusikan proses pembelajaran sesuai dengan pengamatan mitra.

6) Melakukan evaluasi terhadap kekurangan-kekurangan yang terdapat pada

proses pembelajaran

7) Melakukan pengolahan data yang diperoleh setelah melaksanakan

penelitian.

3. Pengamatan (Observation)

Menurut Suharjono (2008: 78) mengemukakan bahwa peneliti (atau guru

apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua

hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

Tahapan kegiatan pada proses observasi adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan dilakukan pada kelas XI IPA 3 SMAN 2 Rangkasbitung

sebagai kelas yang dijadikan subjek penelitian

b. Pengamatan mengenai penerapan metode pembelajaraan kooperatif tipe tim

kuis sebagai upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa

c. Mengamati kemampuan guru dalam dalam proses pembelajaran sejarah.

4. Refleksi (Reflection)

Dalam proses penelitian tindakan kelas tahapan yang terakhir adalah tahap

refleksi, mengingat suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam

observasi. Menurut Kunandar (2008 : 75) Pada tahapan ini peneliti dan mitra

mengingat semua penelitian yang berlangsung dari awal hingga akhir dan

mengevaluasi untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang. Dalam tahap ini,

(32)

memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang pada tindakan sebelumnya.

Peneliti dan mitra mengevaluasi seluruh kegiatan pembelajaran atau proses

penelitian, hasil refleksi digunakan untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam

upaya mencapai tujuan penelitian (Natawidjaja, 2008 : 165). Tahapan kegiatan

refleksi adalah sebagai berikut :

a. Peneliti, mitra dan siswa mengevaluasi proses pembelajaran yang telah

berlangsung dengan menerapkan metode kooperatif tipe tim kuis, sebagai

upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

sejarah

b. Membuat kesimpulan kegiatan terhadap proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan, apakah penelitian diteruskan pada tahap selanjutnya atau

dihentikan.

Model penelitian tindakan kelas (PTK) yang digunakan dalam penelitian

adalah seperti yang dikemukakan oleh Kemmis (1983). Kemmis mengemukakan

proses penelitian tindakan dalam bentuk spiral, yang artinya adalah siklus yang

tidak pernah terputus. Model yang dikembangkan oleh kemmis dapat

diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart

(33)

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas, instrumen utama Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) adalah peneliti sendiri Human Instrumen. Karakter yang harus

dimiliki oleh seorang Human Instrumen menurut Lincoln dan Guba dalam

Wiriaatmadja (2009:96-97) anatara lain sebagai berikut :

a. Responsif terhadap berbagai petunjuk baik yang bersifat perorangan maupun yang bersifat lingkungan

b. Adaptif dengan mampu mengumpulkan berbagai informasi mengenai banyak faktor pada tahap yang berbeda-beda secara simultan.

c. Menekankan aspek holistik, karena manusialah dengan mampu segera menempatkan dan menyimpulkan kejadian yang membingungkan di atas kedalam posisinya secara keseluruhan.

d. Pengembangan berbasis pengetahuan, hanya manusia yang dapat sekaligus berfikir yang tidak dingkapkan (tacit knowledge) dalam menyusun proposisi, sementara sadar bahwa situasi yang dihadapi memerlukan lebih dari sekedar pengetahuan proposisi karena harus memahami apa yang dirasakan subyek yang diteliti, simpati dan empati yang tidak diungkapkan, harapan yang tidak diucapkan, dan berbagai kebiasaaan sehari-hari yang tidak pernah diperhatikan, yang jutru menyumbangkan kedalam dan kekayaan kepada penelitian

e. Memproses dengan segera, sang penelitilah yang mampu segera memproses data ditempat, membuat generalisasi yang menguji hipotesis di dalam situasi yang dengan sengaja diciptakan.

f. Klarifikasi dan kasimpulan iya juga yang memiliki kemampuan unik untuk membuat kesimpulan di tempat, dan langsung meminta klarifikasi, pembetulan, atau elaborasi kepada subyek yang diteliti.

g. Kesempatan eksplorasi terutama terhadap jawaban-jawaban dari subyek yang diteliti yang tidak lazim, ayau mengandung kalainan (idiosinkretik), yang sepertinya tidak berguna atau tidak bisa dikoding sehingga data tersebut diabaikan atau dibuang. Peneliti sebagai Human Instrumen justru bisa mengeksplorasi respon-respon demikian, menguji validitasnya, bahkan mungkin mencapai pemehaman yang lebih tinggi dari pada yang dapat dicapai oleh penelitian biasa.

Untuk mendapatkan data dari keterampilan sosial siswa pada pra penelitian

maupun pada saat pelaksanaan penelitian berlangsung

1. Catatan Lapangan (Field Note)

Catatan lapangan (Field Note), adalah salah satu instrumen yang diperlukan

dalam penelitian tindakan kelas. Menurut Sanjaya (2010: 98) mengemukakan

(34)

terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru. Catatan harian berguna

untuk melihat perkembangan tindakan serta perkembangan siswa dalam

melakukan proses pembelajaran. Catatan lapangan dalam penelitian ini akan

menuliskan hal apa saja yang terjadi selama proses pembelajaran dengan

menerapkan metode pembelajaran kooperatif. Setiap hasil file note akan

membentu peneliti dalam proses pengumpulan data dan informasi yang

dibutuhkan.

Penggunaan catatan lapangan dilakukan untuk mencatat hal-hal yang

penting yang berkaitan dengan proses penelitian atau pada saat kegiatan

berlangsung. Pada catatan lapangan yang ditulis adalah berupa kegiatan

wawancara yang dilakukan dengan guru atau pun wawancara yang dilakukan

dengan siswa. Pada saat penelitian atau tepatnya pada saat tindakan berlangsung

di dalam kelas, dengan demikian penggunaan catatan lapangan peneliti dapat

melihat kelemahan dan kekurangan apa saja yang didapatkan dalam proses

penelitian.

Hasil catatan lapangan dapat digunakan sebagai bahan refleksi dan diskusi,

yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra. Hal tersebut akan menjadi referensi

tindak lanjut pada tindakan selanjutnya. Seperti apa yang diungkapkan oleh Goetz

dan LeCompte dalam Wiriaatmadja (2009: 125) bahwa catatan dari kategori

pertama merupakan dasar dari data pengamatan atau observasi, karena itu dicatat

seakurat mungkin. Pada penelitian ini, peneliti dibantu oleh seorang rekan yang

mengamati proses pembelajaran, peneliti memilih rekan tersebut untuk mengamati

semua kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran yang kemudiang

dituangkan kedalam Field note, rekan peneliti dianggap sudah cukup mampu

dalam membantu peneliti selama proses penelitian berlangsung.

2. Wawancara

Menurut Denzin dan Goetz dan LeCompte dalam Wiriatmadja (2009 : 117)

wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada

orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal

yang dipandang perlu. Dengan cara ini peneliti dapat memperoleh data yang

(35)

pelajaran sejarah melalui pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah

Pelaksanaan wawancara peneliti menggunakan pedoman wawancara, hal

tersebut bertujuan agar dalam pelaksanaan wawancara sesuai dan terstruktur.

Bentuk wawancara yang digunakan peneliti yaitu wawancara terstruktur,

wawancara terstruktur adalah apabila anda sebagai pewawancara sudah

mempersiapkan bahan wawancara terlebih dahulu (Kunandar, 2008 : 159).

Subjek wawancara adalah siswa, namun tidak semua peserta didik yang

terlibat dalam proses pembelajaran sejarah dengan penerapan metode ini

diwawancarai, tapi peneliti hanya mewawancara beberapa orang siswa yang

dianggap dapat mewakili suara siswa lainnya. Alasan peneliti memilih wawancara

sebagai instrumen penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana tanggapan

siswa terhadap mata pelajaran sejarah sebelum menerapkan pembelajaran

kooperatif sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran sejarah, dan setelah menerapkan pembelajaran Game team quiz

sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

sejarah. Menurut Wiriaajmadja (2009:118) ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam melakukan wawancara, anata lain :

a. Bersikaplah sebagai pewawancara yang simpatik, yang berperhatian dan pendengar yang baik, tidak berperan terlalu aktif, untuk menunjukan bahwa anda menghargai pendapat anak.

b. Bersikaplah netral dalam relevansinya dengan pelajaran. Janganlah anata menyatakan pendapat anda sendiri tentang hal itu, atau mengomentari pendapat anak. Upayakan jangan menunjukan sikap terheran-heran atau tudak menyetujui terhadap apa yang dinyatakan atau ditunjukan anak. c. Bersikap tenang tidak terburu-buru atau ragu-ragu, dan anak akan

menunjukan sikap yang sama

d. Mungkin anak yang di wawancarai merasa takut kalau-kalau mereka menunjukan sikap atau gagasan yang salam menurut anda. Yakinkanlah anak, bahwa pendapatnya penting bagi anda. Bahwa apa yang mereka fikirkan penting bagi anda, bahwa wawancara ini bukan tes atau ujian. e. Secara khusus perhatikan bahasa yang anada gunakan untuk wawancara,

Gambar

Gambar 1.1 Faktor Yang Berperan Dalam Pendidikan
Gambar 1.2 Proses Transformasi Pengetahuan
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart

Referensi

Dokumen terkait

distress, karakteristik dari komite audit dalam setiap perusahaan pun menjadi hal yang penting dalam hal menjauhkan perusahaan dari financial distress3. Untuk menciptakan

Pada umumnya, analisis transmisi harga vertikal dilakukan terhadap harga- harga komoditas yang sama, namun demikian, analisis transmisi harga vertikal juga dapat dilakukan

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor : 08/Ba-HPL/Pws PL II/BM/PUTR/V/2017 Tanggal, 29

Kita diberi kesempatan mengeluarkan sebagian dari bahan makanan kita untuk saudara-saudara kita yng berhak menerimanya lewat zakat fitrah. Di samping makna solidaritas yang

Pembahasan tentang proses pembangunan tidak dapat dan tidak boleh jauh dari besar dan mendesaknya berbagai masalah yang mengancam masyarakat

Metode sintesis sitronelal dapatdilakukan dengan katalis homogen, namun katalis homogen tidak dapat digunakan kembali untuk melakukan reaksi siklisasi yang dilanjutkan dengan

Hasil penelitian memperlihatkan hasil bah- wa keluarga penderita yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar (85%) bekerja, secara umum pekerjaan ini berhubungan dengan

Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan antidiabetik oral pasien diabetes melitus dengan komplikasi gagal ginjal kronik sebagian besar sudah sesuai dengan