• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020"

Copied!
264
0
0

Teks penuh

(1)

i Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Anna Putri Dika NIM 11150184000074

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

(2)

i

(3)

ii

Bumi Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal 42 Ciputat, oleh Anna Putri Dika, NIM 11150184000074 Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sebagai karya ilmiah yang berhak untuk dijadikan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 07 Mei 2020

Yang Mengesahkan

Pembimbing

Maila Dinia Husni Rahiem, Ph.D.,M.A NIP19780314200604 2 002

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Pembelajaran Mitigasi Bencana Alam Materi Gempa Bumi Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal 42 Ciputat disusun oleh Anna Putri Dika, NIM. 11150184000074, Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 07 Mei 2020

Yang mengesahkan,

Pembimbing

Maila Dinia Husni Rahiem, M. Pd., Ph. D.

NIP. 19780314 200604 2 002

(5)

iv

SURAT UJI REFERENSI

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020

Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul Pembelajaran Mitigasi Bencana Alam Materi Gempa Bumi Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal 42 Ciputat, yang disusun oleh Anna Putri Dika, NIM 11150184000074, Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 07 Mei 2020.

Diuji Oleh, Pembimbing

Maila Dinia Husni Rahiem, Ph.D., M.A NIP. 19780314200604 2 002

(6)

v Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

N a m a : Anna Putri Dika

Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 04 Januari 1997

NIM : 11150184000074

Jurusan / Prodi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Judul Skripsi :Pembelajaran Mitigasi Bencana Alam Materi Gempa Bumi Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal 42 Ciputat

Dosen Pembimbing : Maila Dinia Husni Rahiem, M.Pd., Ph. D.

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqosah

Jakarta, 07 Mei 2020

Mahasiswa Ybs.

Anna Putri Dika NIM.11150184000074 KEMENTERIAN AGAMA

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

FITK No. Revisi: : 01

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

(7)

vi ABSTRAK

Anna Putri Dika (11150184000074), Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Judul Skripsi “Pembelajaran Mitigasi Bencana Alam Materi Gempa Bumi Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal 42 Ciputat”.

Pembelajaran mitigasi bencana alam bagi anak usia dini dapat mengembangkan kesiapsiagaan anak dalam menghadapi bencana. Pembelajaran mitigasi bencana alam memberikan materi tentang prabencana, saat bencana, dan pascabencana. Pada penelitian ini, peneliti fokus pada pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi yang dilakukan oleh guru Kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 42 Ciputat.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun langkah analisis data yang pertama reduksi data, kedua penyajian data penelitian yang dikelompokkan berdasarkan temuan tema dan terakhir adalah kesimpulan atau verifikasi.

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa guru di kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 42 Ciputat: 1) perencanaan pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi pada kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 42 Ciputat merancang RPPH mitigasi bencana alam gempa bumi; 2) pembelajaran mitigasi bencana gempa bumi masuk kedalam tema alam semesta dan sub-tema bencana alam; 3) dilakukan penyampaian informasi prabencana; 4) dilakukan penyampaian informasi saat bencana dan simulasi saat bencana; 5) dilakukan penyampaian informasi Pascabencana dan simulasi pascabencana; 6) penerapan metode pembelajaran untuk mitigasi bencana alam gempa bumi menggunakan metode simulasi, metode bernyanyi, metode bercerita; 7) Penggunaan media pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi menggunakan media gambar, infocus, tas, dan kotak P3K; 8) Penilaian pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi menggunakan Rating Scale.

Penelitian ini berimplikasi pada bidang pendidikan mitigasi bencana, sebagai masukan agar pembelajaran mitigasi bencana dapat diperbaiki rancangan dan metodenya dan agar kemampuan kompetensi guru dalam pengembangan media pembelajaran ditingkatkan lewat program-program pelatihan dan pendampingan bagi guru.

Kata kunci: Pembelajaran Anak Usia Dini, Implementasi Pembelajaran, Pembelajaran Mitigasi, Mitigasi Bencana Alam, Gempa Bumi.

(8)

vii ABSTRACT

Anna Putri Dika (11150184000074), Majoring in Early Childhood Islamic Education, Faculty of Education and Teacher Training. Thesis Title

"Implementation of Earthquake Natural Disaster Mitigation Learning for Early Childhood in Group B at Aisyiyah 42 Ciputat Kindergarten".

Natural disaster mitigation learning for young children can develop children's preparedness in facing disasters. Natural disaster mitigation learning provides material on pre-disaster, during disaster, and post-disaster. In this study, researcher focused on earthquake mitigation. Learning this study aimed to determine how the implementation of earthquake natural disaster mitigation learning conducted by Group B teachers in Ciputat Bustanul Athfal Aisyiyah 42 Kindergarten.

The research method used was the descriptive qualitative method with data collection techniques using observation, interviews, and document analysis. The first step of data analysis was data reduction, and the second was the presentation of research data, which was grouped based on thematic findings, and finally, the conclusion or verification.

The results of this study indicate that group B teachers at Bustanul Athfal Aisyiyah 42 Ciputat Kindergarten: 1) earthquake mitigation lesson planning in group B in Ciputat Bustanul Athfal Aisyiyah 42 kindergarten designed RPPH; 2) earthquake disaster mitigation learning including the theme of the universe and sub- theme of the natural disaster; 3) pre-disaster information; 4) information during a disaster and simulations during a disaster; 5) post-disaster information and post disaster simulations; 6) learning methods for earthquake mitigation used simulation methods, singing methods, storytelling methods; 7) earthquake mitigation learning media using picture media, backpack, infocus, and first aid kit box; 8) earthquake mitigation learning assessment used rating scale.

This work suggests that disaster prevention design and methods of learning should be strengthened in order to enhance the skill of teachers in the advancement of educational media through training programs and teacher mentoring.

Keywords: Early Childhood Learning, Learning Implementation, Mitigation Learning, Natural Disaster Mitigation, Earthquakes.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Pembelajaran Mitigasi Bencana Alam Materi Gempa Bumi Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal 42 Ciputat Tahun Ajaran 2019/2020” dapat diseelsaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh studi jenjang Strata 1 dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Anak Usia Dini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Prof. Dr. Amany Buhanuddin Lubis, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Dr. Siti Khadijah, M.A selaku Ketua Jurusan/Program Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Miratul Hayati, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini.

5. Ratna Faeruz, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik selama belajar di jurusan pendidikan Islam Anak Usia Dini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Maila Dinia Husni Rahiem, Ph.D., M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak membantu selama pembuatan skripsi.

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen khususnya jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan

(10)

ix

pengetahuan yang sangat bermanfaat selama pekuliahan dan membimbing juga memberikan banyak motivasi kepada penulis.

8. Kedua orang tua, ayahanda tercinta Didin Hadi Siswoyo dan Ibunda tersayang Sartika yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis

9. Seluruh teman-teman seangkatan, terutama kelas PIAUD B Angkatan 2015 yang selalu mengisi hari-hari menjadi sangat menyenangkan.

10. Teman-teman satu bimbingan skripsi terutama Khotimatul Husna yang selalu memberikan motivasi dan juga membantu dalam penyelesaian skripsi penulis.

11. Sahabat terdekat Uni, Chika, Windia yang selalu membantu, menghibur, memberikan energi positif kepada penulis.

Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Jakarta, 07 Mei 2019

Anna Putri Dika

(11)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

SURAT UJI REFERENSI ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Deskripsi Teoretik Pembelajaran Mitigasi Bencana ... 10

1. Landasan teori ... 10

a. Teori Disaster Awareness Program ... 10

b. Teori Pembelajaran Sosial ... 11

2. Kajian Literatur... 12

a. Definisi Pembelajaran ... 13

b. Definisi Mitigasi Bencana Alam ... 13

c. Definisi Bencana Alam ... 14

d. Bencana Gempa Bumi ... 15

1). Pengertian Gempa Bumi ... 15

2). Mitigasi Bencana Gempa Bumi ... 16

e. Dampak Bencana Alam Bagi Anak-Anak ... 19

(12)

xi

f. Pembelajaram Mitigasi Bencana Alam Untuk Anak Usia

Dini ... 20

B. Penelitian Yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 22

BAB III METODOLOGI PENEITIAN ... 23

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Metode Penelitian ... 24

C. Sumber Data dan Sampel Penelitian ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Teknik Analisis Data ... 29

F. Instrumen Penelitian ... 30

G. Rencana Pengujian Keabsahan Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian ... 39

B. Profile Sekolah ... 39

C. Informasi Partisipan ... 44

D. Paparan Data Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 46

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 100

A. Simpulan ... 100

B. Implikasi ... 100

C. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 107

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Yang Relevan ... 21

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 23

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara ... 31

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Observasi ... 34

Table 4.1 Sarana Prasarana Sekolah... 43

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 24 Gambar 4.2 RPPH kelompok B1 ... 50 Gambar 4.3 RPPH kelompok B2 ... 52 Gambar 4.4 Guru DRS mengkomunikasikan tema alam semesta dan

subtema bencana alam ... 55 Gambar 4.5 Guru R1 mengkomunikasikan tema alam semesta dan

subtema bencana alam ... 56 Gambar 4.6 Guru DRS sedang menjelaskan macam-macam bencana

alam ... 59 Gambar 4.7 Guru R1 melakukan interkasi tanya jawab tentang gempa

bumi ... 59 Gambar 4.8 Guru DRS memberikan motivasi kepada anak didik ... 60 Gambar 4.9 Guru R1 memberikan motivasi kepada anak didik ... 61 Gambar 4.10 Guru DRS menceritakan tentang gempa bumi dengan

gambar ... 63 Gambar 4.11 Guru R1 menceritakan tentang gempa bumi dengan gambar ... 64 Gambar 4.12 Guru DRS menceritakan cara perlindungan diri dengan

bercerita ... 64 Gambar 4.13 Guru R1 menceritakan cara melindungi diri dengan bercerita

... 65 Gambar 4.14 Guru DRS memberikan contoh langsung tentang cara

melindungi diri ... 65 Gambar 4.15 Guru R1 memberikan contoh langsung tentang cara

melindungi diri ... 66 Gambar 4.16 Guru DRS menjelaskan informasi mengenai obat-obatan

P3K kepada peserta didik ... 67 Gambar 4.17 Guru R1 menjelaskan informasi mengenai obat-obatan P3K

kepada peserta didik ... 67

(15)

xiv

Gambar 4.18 Guru DRS menerangkan informasi mengenai tas siaga bencana dan mencontohkan benda yang harus dimasukkan

ke dalam tas siaga bencana ... 68 Gambar 4.19 Guru R1 menerangkan informasi mengenai tas siaga

bencana dan mencontohkan benda yang harus dimasukkan

kedalam tas siaga bencana ... 68 Gambar 4.20 Guru DRS melakukan simulasi saat terjadi gempa bumi

bersama-sama ... 71 Gambar 4.21 Guru R1 mengajak anak untuk melakukan simulasi saat

gempa bumi ... 72 Gambar 4.22 Guru R1 melakukan simulasi saat gempa bumi ... 72 Gambar 4.23 Guru DRS dan anak didik melakukan simulasi pascabencana

berkumpul di lapangan ... 75 Gambar 4.24 Guru DRS dan anak didik melakukan simulasi evakuasi

bencana alam gempa bumi ... 75 Gambar 4.25 Guru DRS dan anak didik melakukan simulasi evakuasi

dalam tenda dan mengajak anak berdoa untuk keselamatan ... 76 Gambar 4.26 Guru R1 dan anak didik melakukan simulasi pascabencana

berbaris untuk berkumpul di lapangan ... 76 Gambar 4.27 Guru R1 dan anak didik melakukan simulasi evakuasi

pascabencana alam gempa bumi ... 77 Gambar 4.28 Guru R1 dan anak didik melakukan simulasi evakuasi dalam

tenda dan mengajak anak berdoa untuk keselamatan ... 77 Gambar 4.29 Mewarnai gambar gempa bumi pada lembar kerja ... 80 Gambar 4.30 Mewarnai gambar gempa bumi pada lembar kerja ... 80 Gambar 4.31 Salah satu siswa laki-laki membaca cerita singkat yang

tertera pada lembar kerja ... 81 Gambar 4.32 Salah satu siswi perempuan membaca cerita singkat yang

tertera pada lembar kerja ... 81 Gambar 4.33 Lembar kerja yang telah diwarnai oleh anak didik kelompok

B1 ... 82

(16)

xv

Gambar 4.34 Guru DRS mengajak anak-anak untuk bernyanyi sesuai pada

lagu “siaga bencana gempa” pada video infocus ... 82

Gambar 4.35 Mewarnai gambar gempa bumi pada lembar kerja ... 83

Gambar 4.36 Mewarnai gambar gempa bumi pada lembar kerja ... 83

Gambar 4.37 Salah satu siswa laki-laki yang membaca cerita singkat yang tertera pada lembar kerja ... 84

Gambar 4.38 Salah satu siswi perempuan yang membaca cerita singkat yang tertera pada lembar kerja ... 84

Gambar 4.39 Lembar kerja yang telah diwarnai oleh anak didik kelompok B2 ... 85

Gambar 4.40 Guru R1 mengajak anak-anak untuk bernyanyi Gerak dan lagu singkat tentang gempa bumi ... 85

Gambar 4.41 Siswa kelompok B2 sedang melakukan gerak dan lagu tentang gempa bumi ... 86

Gambar 4.42 Guru DRS bercerita menggunakan media gambar tak berwarna ... 88 Gambar 4.43 Guru R1 bercerita menggunakan media gambar tak berwarna ... 89

Gambar 4.44 Media sebagai lembar kerja yang telah diwarnai oleh anak ... 89

Gambar 4.45 Guru DRS menggunakan media tas dan media kotak P3K ... 90

Gambar 4.46 Guru R1 menggunakan media tas dan media kotak P3K ... 91

Gambar 4.47 Penilaian kelompok B1 ... 93

Gambar 4.48 Penilaian kelompok B2 ... 95

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat permohonan izin penelitian ... 107

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian ...108

Lampiran 3. Instrumen Wawancara ... 109

Lampiran 4. Pedoman Observasi ... 111

Lampiran 5. Transkip Wawancara ... 115

Lampiran 6. Hasil Observasi ... 177

Lampiran 7. Foto Hasil Pengamatan ... 193

Lampiran 8. Catatan Lapangan ... 215

Lampiran 9. RPPH Guru ... 235

Lampiran 10. Penilaian Guru ... 241

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kondisi geografis, geologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana. Kondisi tersebut membuat negara Indonesia dikenal sebagai laboratorium bencana.(Supertini, E; Kumalasari, N;Andry, D;Susilastuti; Fitrianasari, I; Tarigan, J; Haryanta, A.A; Nugi, 2017)1 Bencana alam beresiko terjadi di Indonesia disebabkan karena Indonesia terletak di antara tiga pertemuan lempeng yaitu lempeng indo-australia yang bergerak ke utara, lempeng eurasia yang bergerak ke selatan, dan lempeng pasifik yang bergerak dari timur ke barat.2 Kondisi tersebut membuat Indonesia menjadi rentan terhadap bencana alam dan membuat Indonesia sebagai daerah tektonik yaitu dapat disebut daerah yang aktif dengan tingkat kegempaan tinggi.3 Oleh sebab itu, gempa bumi sebagai salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Bencana gempa bumi yang terjadi bukanlah suatu bencana yang dapat kita cegah melainkan atas kuasa Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat 22,

َلَِإ ْمُكِسُفْ نَأ ِْفِ َلََو ِضْرَْلْا ِْفِ ٍةَبْيِصُّم ْنِم َباَصَاآَم اَهَأَرْ بَ ن ْنَأ ِلْبَ ق ْنِّم ٍباَتِك ِْفِ

َذ َنِإ ۗ ِللا ىَلَع َكِل ٌرْ يِسَي

﴿ 22

Yaitu artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”4

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2018 s/d 2019 bencana alam yang terjadi di Indonesia sebesar 5,323

1 Eny Supartini, Dkk, Membangun Kesadaran, Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Bencana, (Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2017), h.28.

2 Dedi Hermon, Geografi Bencana alam, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h.1.

3 A. Wirma, Dkk, Analisis Rekahan Gempa Bumi dan Gempa Bumi Susulan Dengan Menggunakan Metode Omori, Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika jilid 8 no 3, 2012, h. 263

4 Al-Qur’an surat Al-Hadid ayat 22

(19)

kejadian, dengan korban jiwa 5,084 meninggal dan hilang, 22,595 luka-luka, 11,068,274 menderita dan mengungsi. Bencana alam yang terjadi dalam kurun waktu 2018 s/d 2019 akhirnya mengakibatkan dampak lainnya antara lain kerusakan rumah, kerusakan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan peribadatan.5

Begitu banyaknya bencana alam yang telah terjadi dalam kurun waktu 1 tahun ini. Termasuk data yang didapatkan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan terjadinya 673 bencana gempa bumi di bulan Agustus 2019. Diantaranya ada 3 gempa merusak antara lain: Gempa Selatan Banten, Gempa Banyuwangi, dan Gempa Kaki Gunung Kidul.

Peristiwa bencana alam gempa tersebut terjadi dengan kekuatan Magnitudo 4,0- 6.9 skala ritcher yang mengakibatkan banyak kerugian materil.6

Ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi bencana bisa menyebabkan kerugian bidang infrastruktur seperti reruntuhan bangunan meski tergantung pada daya tahan bangunan, bidang ekonomi seperti harta benda masyarakat yang terkena bencana akan hilang, sulitnya mendapatkan asupan makanan dan minuman, pakaian layak pakai dan sebagainya. Hal lain dari dampak terjadinya bencana adalah terganggunya kondisi psikologis seseorang dan anak-anak menjadi korban bencana yang paling rentan menunjukkan bahwa anak belum mengetahui bagaimana cara menyelamatkan dirinya dari ancaman bencana.

Kerugian yang disebabkan dari peristiwa bencana alam tergantung pada kemampuan seseorang untuk menangani bencana. Sebuah penelitian tentang pengurangan risiko bencana telah menetapkan bahwa melalui pembelajaran yang efektif dapat membantu anak untuk mengidentifikasi, dan membuat keputusan mengurangi risiko bencana.7 Langkah-langkah pengurangan risiko bencana tersebut diperlukan agar anak memiliki sikap mengantisipasi bencana (self awarenes) dan dapat mengambil keputusan untuk dapat menyelamatkan diri sendiri.

5 Badan Nasional Penanggulangan Bencana, (http://bnpb.cloud/dibi/tabel1a), 2019, diakses tanggal 01 Agustus 2019 jam 15.00

6 CNBC Indonesia, BMKG: Terjadi 673 Gempa di Agustus 2019, 3 Gempa Merusak, (www.cnbcindonesia.com) , diakses tanggal 13 Desember 2019 jam 17.00

7 Priscilla T Apronti, Dkk, Education For Disaster Risk Reduction (DRR): Linking Theory with Practice in Ghana’s basic Schools, Jurnal Sustainability, ISSN 2071-1050, 2015, h. 9161.

(20)

Pendidikan mitigasi bencana sudah diterapkan di negara Jepang dan Philipina sejak di bangku sekolah dan masuk pada kurikulum nasional.8 Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan penting untuk penanggulangan bencana supaya bagaimana menjadikan risiko bencana itu menjadi nol yaitu dengan kegiatan pencegahan untuk melatih kewaspadaan bencana menjadi meningkat hingga membentuk sikap kewaspadaan serta menanamkan nilai-nilai kesiapsiagaan bencana pada diri siswa yang dapat dimasukkan pada pembelajaran di sekolah. Kegiatan dalam pembelajaran mitigasi bencana setidaknya dapat memberikan gambaran kepada anak-anak tentang langkah- langkah yang harus dilakukan apabila ada bencana alam datang.

Untuk meningkatkan kemampuan menghadapi ancaman bencana penting ditanamkan sejak dini. Sebagaimana yang tertera pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Arti penting mitigasi bencana dapat dilakukan secara formal melalui jalur pendidikan sesuai ketentuan pemerintah.(Suhardjo, 2015) 9

Berdasarkan observasi awal banyak anak yang belum mengetahui soal mitigasi bencana, sehingga menyebabkan mereka masih takut ketika bencana itu datang dan tidak tahu cara menyelamatkan dirinya. Beberapa sekolah yang telah peneliti observasi seperti TK ABA 56, TK M, TK TH yang ada di Ciputat belum menerapkan pendidikan mitigasi bencana yang dituangkan dalam suatu kegiatan pembelajaran mitigasi bencana di sekolah. Hanya sekedar pengenalan bencana alam nya saja. Dalam rangka pendidikan mitigasi bencana diperlukan kesadaran semua pihak, dan penanganan secara holistik. Pengenalan mitigasi bencana alam untuk anak usia dini diawali dengan pemberian materi yang sederhana. Misalnya mengajari anak agar tidak panik, memotivasi anak agar tidak takut, menjelaskan tentang bencana apa saja yang bisa terjadi, mengenal

8 Annisa DP, Pentingnya Pendidikan Untuk Penanggulangan dan Darurat Bencana, 2018, (https://nasional.kompas.com), diakses tanggal 30 Juni 2019 jam 19.00

9 Dradjat Suhardjo, Arti Penting Pendidikan Mitigasi Bencana Dalam Mengurangi Resiko Bencana, Yogyakarta, Cakrawala Pendidikan, 2015, h.184.

(21)

identitas diri dan keluarga terdekat, bagaimana cara menyelamatkan diri, dan simulasi berlindung.10

Pengetahuan pengurangan resiko bencana perlu diajarkan sedini mungkin di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga. Penting bagi orang tua dan guru menjelaskan pada anak ketika mengetahui apa yang terjadi untuk kemudian mempraktikkannya, sehingga setiap anak menjadi lebih baik menangkap materi dan mampu menangani keadaan darurat.

Orang tua dan guru perlu mendiskusikan masalah bencana yang akan menimpa anak sambil melakukan kegiatan yang menarik kegiatan yang mengundang minat anak agar mau belajar. Memilih kegiatan yang dapat menimbulkan rasa keingintahuan yang tinggi sehingga akan tertarik mengetahui bagaimana cara melindungi diri, dan menumbuhkan kerjasama antara anak dan orang tua sehingga anak tidak merasa takut mempelajari bencana karena sudah tahu solusinya pada kegiatan tersebut. Diantaranya, orang tua dan guru dapat mengenalkan anak tentang Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), mengajarkan bagaimana cara meminta bantuan dan kapan membutuhkan pertolongan, mengajarkan dan membantu anak caranya menghafal nomor telepon keluarga agar bisa dihubungi jika terpisah dengan keluarga dari bencana, menceritakan kepada anak tentang cara kerja petugas bencana, polisi, Palang Merah Indonesia (PMI), guru, petugas pemadam kebakaran dan tetangga.11 Sayangnya persiapan menghadapi bencana alam sejak dini belum dilakukan seutuhnya di lingkungan sekolah oleh guru maupun di lingkungan keluarga oleh orang tua.

Pada observasi awal di beberapa TK seperti TK BMS, TK SAB mulai menerapkan pendidikan mitigasi bencana, tetapi yang peneliti dapatkan belum banyak materi mitigasi bencana alam yang ingin diajarkan pada pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi. Kondisi yang terlihat pada sekolah tersebut

10 Sonny Tumbelangka, Jika Ada Kurikulum Bencana, Maka Apa Saja Yang Harus Diajarkan, 2019, (https://www.BBC.News), diakses pada 08 September 2019 jam 16.00

11 Hadi Utomo, dkk., Pedoman Standar Layanan Kesiapan Keluarga hadapi Bencana.

(Jakarta: Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia), 2018, h.19-20.

(22)

adalah guru belum mengetahui bagaimana cara menyampaikan kepada anak didik supaya pesan yang disampaikan sampai kepada anak. Sekolah tersebut baru memulai mengenalkan pengetahuan bencana alam gempa bumi dengan bercerita terkait apa itu gempa bumi dan cara melindungi dirinya saja. Padahal materi mitigasi bencana alam gempa bumi dapat disampaikan terkait persiapan menghadapi bencana alam, pertolongan/bantuan, cara melindungi diri, dan evakuasi.12 Kurikulum mitigasi bencana tingkat PAUD dapat dikembangkan sesuai tingkatan usia anak. Pelaksanaan pengetahuan pada pembelajaran mitigasi bencana bisa dijadikan langkah awal membangun masyarakat sadar bencana.13 Memperoleh pengetahuan mitigasi bencana tentu bermanfaat bagi anak-anak sewaktu-waktu bencana itu datang. Dimulai dari pendidikan mitigasi bencana sejak dini melalui penerapan pembelajaran mitigasi bencana di sekolah formal diharapkan dapat terwujud masyarakat yang tangguh dalam menghadapi bencana.

Diantara kesuksesan pendidikan mitigasi bencana menurut laporan liputan 6 berhasil dilakukan oleh 3.000 siswa sekolah dasar dan menengah di Kota Kamaishi, Jepang. Ketika gempa berkekuatan 9 skala ritcher mengguncang, para siswa sekolah dasar dan sekolah menengah keluar dari gedung sekolah dan berlari menuju tempat yang lebih tinggi. Dijelaskan bahwa siswa yang lebih tua membantu siswa yang lebih muda untuk evakuasi sehingga bersama-sama mencapai lokasi yang aman. Sementara tsunami sudah merendam sekolah mereka.14 Dari kejadian tersebut membuat harapan bagi banyak orang. Sebuah harapan bahwa respon cepat para siswa sekolah dasar dan sekolah menengah di Kamaishi tersebut adalah dari hasil pendidikan mitigasi bencana di sekolahnya.

Bagaimana sekolah tersebut bisa memberikan pembelajaran mitigasi bencana mencakup pentingnya melindungi diri, tetapi juga mampu mendorong anak

12 Ika Afianita S, Fitria Nucifera, Widyana Riasasi, Tingkat Pengetahuan Bencana Gempa Bumi Siswa Taman Kanak-Kanak Kibar Tamanan Kabupaten Bantul, Proising Seminar Nasional ISSN: 2580-8796. h. 243.

13 Aldila Rahma, Implementasi Program Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Melalui Pendidikan Formal, Jurnal Varia Pendidikan, Vol.30, No.1, Juli 2018, h 3.

14 Citra Dewi, Kisah di Balik 3.000 Siswa yang Selamat dari Tsunami Jepang, 2016, (https://m.liputan6.com), diakses pada tanggal 17 Juli 2019 jam 20.00

(23)

untuk inisiatif dan pengembangan sikap yang benar dalam menangani bencana.

Hal tersebut bisa didapatkan oleh anak dengan diterapkannya berbagai macam metode dan kegiatan yang dilakukan di kelas.

Berdasarkan observasi di beberapa TK di Ciputat yang sudah saya temui guru Kurang melibatkan anak-anak pada kegiatan pembelajaran mitigasi bencana gempa bumi membuat anak-anak merasa kesulitan dalam memperoleh pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pokok pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan keadaan tersebut, membuat para guru harus berinovasi terhadap cara mengajarnya juga media yang digunakan agar dapat mempermudah prosesnya kegiatan belajar mengajar sehingga anak-anak lebih tertarik untuk mempelajari mitigasi bencana tersebut.

Pembelajaran di PAUD lebih baik menekankan pada kegiatan yang bervariasi, semakin banyak vaiasi kegiatan yang anak lakukan maka semakin banyak anak akan belajar. Anak akan memperoleh pengetahuan lebih banyak dari pengalaman melakukan berbagai aktivitas. Sesuai dengan salah satu ciri anak usia dini, yaitu anak sebagai individu yang aktif, maka kegiatan di sekolah juga harus beragam dan lebih bervariasi, karena apabila aktivitas lebih menekankan pada penjelasan guru akan sedikit sekali pengetahuan yang dibentuk atau diperoleh oleh anak, untuk usia anak yang belum dapat berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama.15 Pembelajaran yang bersifat hanya mendengarkan saja membuat anak-anak jenuh dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajarannya.

Anak-anak perlu dihadapkan pada berbagai kegiatan yang sangat beragam.

Kegiatan bervariasi dapat memperkaya ide dan wawasan anak tentang segala sesuatu, dapat mempermudah anak untuk membentuk pengetahuan. Seorang guru tidak bisa hanya mengandalkan kegiatan rutin saja, hal tersebut akan membuat anak menjadi kehilangan semangat, motivasi untuk belajar, serta kehilangan rasa ingin tahu. Sebelum anak menciptakan karya atau gagasan baru,

15 Mukhtar Latif, dkk., Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2013), h.31.

(24)

diawali oleh sikap rasa ingin tahunya terhadap sesuatu. Mereka pada umumnya sangat terpengaruh melihat hal baru yang menakjubkan. Mereka dapat melihat, dan mengamati dengan detail benda-benda disekitarnnya. Seorang pendidik yang memahami kondisi ini, terus mengembangkan potensi anak dalam mempelajari hal baru termasuk bencana alam.16

Sementara itu pelaksanaan pembelajaran mitigasi bencana di sekolah diperuntukkan untuk seluruh tingkatan mulai dari tingkat TK, SD, SMP sampai SMA.17 Namun, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum membuat program mitigasi bencana untuk tingkat TK. Menurut beberapa sumber yang peneliti baca Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membuat program mitigasi bencana mulai dari Sekolah Dasar (SD). Salah satunya seperti dikutip dari jurnal pelatihan mitigasi bencana kepada anak usia dini, proses pelaksanaan pelatihan mitigasi bencana kepada anak usia dini dilakukan di SDN 1 Tiogolele dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Program pelatihan mitigasi bencana tersebut dilakukan di SD kelas 1,2,3 sampai kelas 6. Dari pelatihan tersebut menunjukkan bahwa anak-anak dapat memahami materi mitigasi bencana yang disampaikan dengan cara menonton film sehingga anak-anak sudah mengerti apa yang harus dilakukan agar dapat mempertahankan diri dari dampak bencana.18

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) menjelaskan bahwa pendidikan mitigasi bencana yang dimasukkan ke dalam kurikulum tidak berupa mata pelajaran khusus dengan maksud agar tetap ada keterlibatan antara orang tua, guru, masyarakat juga lembaga terkait. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (mendikbud) meyakini bahwa secara teknis pendidikan mitigasi bencana di sekolah dapat dilakukan seluwes mungkin dan memanfaatkan waktu

16 Yeni Rachmawati, dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Keativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h.31, 38 dan 39.

17 Abdul Latip, Pentingnya Penerapan Pendidikan Mitigasi Bencana di Sekolah, 2018, (https://Kompasiana.com), diakses pada tanggal 20 September 2019 jam 21.00

18 Putra Aditya, Pelatihan Mitigasi Bencana Kepada Anak Anak Usia Dini, Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan , Vol. 3, No.2, Mei 2014, h. 118

(25)

yang cukup.19 Oleh karena itulah salah satu TK di Ciputat terutama di tempat peneliti teliti para guru nya menumpahkan ide untuk membuat program pembelajaran mitigasi bencana alam terkhususkan bagi bencana alam gempa.

Hal ini dilakukan di sekolah mereka karena kepedulian dan keyakinan guru di TK tersebut yang ingin membuat anak-anak sadar akan bencana terutama untuk bencana alam gempa bumi. Dikarenakan bencana alam gempa bumi adalah bencana yang paling sering terjadi. Keadaan tersebut membuat sebagian anak- anak sudah pernah merasakan sensasi bagaimana gempa itu terjadi.

Mengakibatkan berbahaya bagi orang dewasa dan juga anak-anak. Tekad itulah yang membuat pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi di sekolah tersebut tetap berjalan untuk memberikan bekal kepada anak usia dini. Meski belum ada kerjasama dengan lembaga terkait.

Adapun untuk memaksimalkan pengetahuan anak tentang mitigasi bencana alam gempa bumi salah satu nya yaitu melalui kegiatan pembelajaran bisa dilakukan pada pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi di kelas.

Lemahnya pemahaman anak-anak tentang mitigasi bencana alam gempa bumi di sekolah lebih disebabkan oleh diantaranya pesan yang disampaikan media pembelajaran kurang efektif dalam membantu anak untuk memahami mitigasi bencana dan tidak mengasah sikap anak. Terlebih untuk mengurangi dampak negatif atas terjadinya bencana gempa bumi, maka sekolah ikut andil dalam pencegahannya melalui pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi di sekolah. Berdasarkan penjelasanan diatas, maka peneliti akan meneliti

“Pembelajaran Mitigasi Bencana Alam Materi Gempa Bumi Kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal 42 Ciputat” sebagai solusi pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi bagi anak yang sebelumnya belum pernah ada penelitian tentang ini.

19 Pengelola Web kemendikbud, Siswa Indonesia Akan Dibekali Pendidikan Mitigasi Bencana, 2018, (https://www. Kemendikbud.go.id), diakses pada tanggal 22 September 2019 jam 16.30

(26)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang maka dituliskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Gempa bumi menjadi salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia 2. Anak usia dini menjadi korban bencana alam gempa bumi yang paling

rentan

3. Adanya pengurangan risiko bencana dapat membantu anak untuk membentuk sikap siap siaga

4. Pembelajaran mitigasi bencana gempa bumi belum intensif dilakukan 5. Keterlibatan lembaga pendidikan berperan sangat penting pada

terlaksananya pembelajaran mitigasi bencana

C. Pembatasan Masalah

Peneliti membatasi masalah yang akan dibahas. Maka penelitian ini hanya terfokus dan dibatasi pada proses pembelajaran mitigasi bencana alam materi gempa bumi yang dilakukan oleh guru kelompok B di TK Aisyiyah 42 Ciputat.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah “bagaimana pembelajaran mitigasi bencana alam materi gempa bumi yang dilakukan oleh guru kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 42 Ciputat?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelajaran mitigasi bencana alam materi gempa bumi yang dilakukan oleh guru kelompok B di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 42 Ciputat.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang tua, guru, siswa, sekolah, pembuat kurikulum/kebijakan pendidikan.

Adapun manfaatnya diuraikan berikut ini:

(27)

1. Bagi Orang tua:

a. Penelitian ini diharapkan membangkitkan kesadaran orang tua bahwa pendidikan mitigasi bencana alam sangat penting bagi anak

b. Meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua dan anak dalam menangani bencana alam gempa bumi

c. Meningkatkan rasa tanggung jawab orang tua dalam menanamkan rasa kepedulian anak terhadap mitigasi bencana alam gempa bumi

2. Bagi Guru:

a. Menambah wawasan mengenai pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi untuk anak usia dini

b. Menambah informasi pengetahuan ilmiah mengenai pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi untuk anak usia dini

c. Memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang dalam memberikan pengajaran tentang mitigasi bencana alam gempa bumi untuk anak usia dini

3. Bagi Siswa:

a. Membantu meningkatkan minat belajar mengenai mitigasi bencana alam gempa bumi

b. Membantu meningkatkan kemampuan anak untuk memahami mitigasi bencana alam gempa bumi

c. Membantu meningkatkan rasa kepedulian terhadap alam dan melakukan segala hal berkaitan dengan mitigasi bencana alam gempa bumi

4. Bagi Sekolah:

a. Menjadi harapan dapat dijadikan sebagai masukan dalam pembelajaran mengenai mitigasi bencana alam gempa bumi

b. Memberikan pengetahuan dalam dunia pendidikan terutama pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi untuk anak usia dini dalam penerapannya di sekolah.

c. Memberikan suasana belajar yang nyaman dan mudah dalam membantu pemahaman siswa mengenai mitigasi bencana alam gempa bumi

5. Bagi Pembuat Kurikulum/Kebijakan Pendidikan:

(28)

a. Menjadi referensi dalam meningkatkan mutu pendidikan perihal pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi

b. Mengubah beberapa komponen kurikulum dalam pembuatan kurikulum pembelajaran mengenai mitigasi bencana alam gempa bumi untuk anak usia dini

c. Menuntut siswa lebih aktif dalam memperdalam pemahaman mengenai mitigasi bencana alam gempa bumi

(29)

12

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoretik Pembelajaran Mitugasi Bencana

Pada bagian ini peneliti akan membahas deskripsi teoritik dan landasan teori dari penelitian ini.

1. Landasan Teori

Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori disaster awareness program dan teori pembelajaran sosial. Berikut adalah penjelasan mengenai kedua teori tersebut:

a. Teori Disaster Awareness Program

Dikutip dari salah satu jurnal international menurut Karanchi, program kesadaran bencana itu penting untuk mengembangkan kesadaran risiko bencana. Mengembangkan keterampilan yang relevan untuk mengatasi bencana tersebut sehingga individu tersebut dapat meminimalisir bahaya yang ditimbulkan dari bencana. Mengembangkan kemampuan diri yang cukup untuk menghadapi ancaman bencana.20

Ada pengetahuan yang dikembangan dalam program kesadaran bencana, dan anak-anak adalah yang paling utama mendapatkan hak pengetahuan dari program kesadaran bencana ini. Apabila terjadi korban jiwa pada bencana alam gempa bumi menunjukkan ketidaktahuan orang tersebut dalam melindungi dirinya karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Oleh sebab itu, program kesadaran bencana ini dilakukan sejak dini agar anak-anak minimal dapat menyelamatkan diri mereka sendiri.

Maka dari itu dibutuhkan edukasi mengenai mitigasi bencana untuk anak usia dini.

20 Lailatul Nuraini, dkk, An Innovation of Disaster Mitigation Based on Physics Learning Using Earthquake Media Model in Improving Students Scientific Literacy and Disaster Awarness, CISAK journal, 2013, h.3

(30)

b. Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran social ini dikemukakan dalam jurnal International Conference on Education and Technology. Isi dari teori tersebut, menurut Bandura teori pembelajaran sosial adalah suatu kombinasi antara teori pembelajaran behavioris dengan penguatan kognitif dan psikologi. Proses pembelajarannya berpusat pada penguatan, dan terjadi langsung dalam berinteraksi dengan lingkungan hidup. Melalui pembelajaran sosial ini seseorang akan belajar mengkondisikan pada situasi mandiri dan kesadaran untuk mau mengubah diri dan ramah terhadap lingkunngan. Rencana kesiapsiagaan bencana dapat dikembangkan dengan metode partisipatif dan dipahami oleh semua anggota untuk tampil percaya diri dalam mengembangkan kemampuan mereka untuk mengambil tindakan efektif dalam situasi bencana. Pada akhirnya dengan adanya teori ini seseorang akan memiliki persepsi bahwa bencana bukan sesuatu yang harus ditakuti tetapi dapat dihadapi. Pasti ada bencana yang dapat ditangani lebih siap dan lebih responsif.21

Prinsip dasar belajar menurut teori pembelajaran sosial Bandura ini, bahwa yang dipelajari individu adalah proses mengamati, meniru perilakuan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar.(Ainiyah, 2017)22

Dari penjelasan teori tersebut, apabila pembelajaran sosial ini dilakukan pada diri anak usia dini anak akan lebih menyerap informasi dengan dilakukan proses penguatan pada kognitif dan tingkah lakunya melakukan contoh langsung saat praktik mitigasi bencana alam. Apabila di sekolah guru dengan anak-anak di kelas dapat berpartisipasi melakukan praktik mitigasi bencana alam tersebut atau dirumah orang

21 Muhammad Rais, Amiruddin, Disaster Mitigation Education Model Based Social Learning Theory, International Conference on Education and Technology, ISBN: 978-602-9075- 05-2, 2015. h. 1-162

22 Qurrotul Ainiyah, Social Learning Theory dan perilaku agresif anak dalam keluarga, Jurnal Ilmu Syar’iah dan Hukum, Vol.2, Nomor 1, Januari-Juni 2017, h. 96

(31)

tua juga dapat berpartisipasi dengan anak-anaknya melakukan kegiatan tersebut. Selain itu, memberikan pengetahuan mengenai bencana alam yang lebih rentan terjadi pada lingkungan tempat tinggal dengan cara yang dapat menstimulasi kognitifnya. Hal tersebut dapat mengurangi rasa kekhawatiran anak karena telah meraih informasi, dan mengembangkan sikap kesadaran diri untuk dapat melindungi dirinya dari bencana.

Kedua teori ini menjadi landasan penelitian, karena dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. Hubungan dan manfaat kedua teori ini terhadap penelitian ini adalah pentingnya penerapan pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi bagi anak usia dini karena didalamnya terdapat pengetahuan yang dapat anak pelajari agar dapat berkembang kemampuan sikap siap siaga jika sewaktu-waktu bencana alam gempa bumi datang dalam diri anak tersebut. Minimal anak tersebut dapat melindungi dirinya sendiri, dengan begitu korban bencana alam gempa bumi dapat terminimalisir dengan adanya pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi. Mewujudkan semua itu, guru berperan aktif dalam pelaksanaan pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi. Mengasah rasa keingin tahuan anak mengenai mitigasi bencana alam gempa bumi guru dapat memulai dan menstimulasinya melalui kemampuan berpikirnya atau dapat disebut penguatan kognitif. Diseimbangkan dengan penguatan tingkah laku yaitu guru dapat mengajak anak untuk melakukan praktik-praktik gerakan secara langsung seperti memberikan contoh usaha apa yang harus dilakukan saat menyiapkan diri sebelum bencana datang, gerakan melindungi diri ketika bencana gempa bumi datang, dan sebagainya.

2. Kajian Literatur

a. Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan tentang definisi pembelajaran, definisi mitigasi bencana alam, definisi bencana alam, pengertian bencana gempa bumi dan mitigasi bencana gempa bumi, dampak bencana alam bagi anak-anak, pembelajaran mitigasi bencana

(32)

alam gempa bumi untuk anak usia dini, Berikut adalah uraian mendetilnya:

b. Definisi Pembelajaran

Pembelajaran biasanya diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (dituruti) ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”

menjadi kata “pembelajaran” yang mempunyai arti sebagai suatu proses, perbuatan, perencanaan suatu rangkaian strategi dalam cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.23

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses yang mengatur lingkungan yang ada di sekitar peserta didik. Sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan proses belajar dan agar peserta didik dapat belajar dengan baik dan teratur.(Pane & Darwis Dasopang, 2017)24

Pengertian lain menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membantu siswa dalam belajar, antara guru dengan siswa saling bertukar informasi, bagaimana belajar dapat terjadi proses pemerolehan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik.(Sunhaji, 1970)25

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran seperti diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi pembelajaran adalah terjadinya suatu proses belajar yang sedang berlangsung antara pengajar dan pembelajar untuk mencapai suatu tujuan. Menghasilkan suatu perubahan sikap, perubahan tingkah laku, perubahan kemampuan berpikir dan lain-lain yang dapat menjadi keberhasilan bagi pembelajar sesuai yang diharapkan.

c. Definisi Mitigasi Bencana Alam

23 Nurfuadi, M.pd, Profesionalisme Guru, (Purwekerto, STAIN Press, 2012), h. 133

24 Aprida Pane, Belajar dan Pembelajaran, Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol 03 No. 2 Desember, 2017. h. 337.

25 Sunhaji, Konsep Manajemen Kelas dan Implikasinya Dalam Pembelajaran, Jurnal Kependidikan, Vol. II No. 2 November, 2014. h. 34

(33)

Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam meliputi kegiatan seperti memberikan penyuluhan, kegiatan yang dapat membantu menyadarkan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan sebelum bencana terjadi untuk meminimalisir dampak disebabkan oleh bencana.(Dennis & Dkk, 2016)26

Mitigasi bencana alam adalah upaya untuk mengkaji agar dapat meminimalkan dampak kerugian akibat kejadian-kejadian bencana, baik kerugian materil maupun moril. Mitigasi bencana harus bersifat tuntas, memberikan penyadaran agar kemampuan menghadapi ancaman bencana meningkat. Oleh karena itu, masyarakat yang hidup pada kawasan bencana dituntut untuk dapat bersikap proaktif, baik pada masa prabencana, masa kejadian bencana, maupun pada masa pascabencana.(Nurjanah & Dkk, 2012)27

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mitigasi bencana alam adalah suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan dalam menghadapi bencana, pada saat sebelum bencana, ketika bencana, dan setelah bencana. Sehingga timbul sikap-sikap kesiapsiagaan bencana agar terminimalisir dampak yang menyebabkan bencana.

d. Definisi Bencana Alam 1. Definisi bencana alam

Definisi bencana alam adalah suatu serangkaian peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba, sehingga menyebabkan hilangnya korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan. Disebabkan oleh ulah manusia namun peristiwa bencana alam yang terjadi karena alam diluar kemampuan manusia.28

Bencana alam merupakan bencana yang bersifat alami terjadi akibat terganggunya keseimbangan komponen-komponen

26 Dennis F. Niode dkk, Geographical Information System (GIS) untuk Mitigasi Bencana Alam Banjir di Kota Manado, Jurnal Teknik Elektrodan Komputer, Vol. 5 No. 2 ,2016. h. 14.

27 Nurjanah, Dkk, Manajemen Bencana, (Bandung:Penerbit alfabeta), 2012. h. 12

28 Ibid. Nurjanah, Dkk, h. 13

(34)

alam atau terjadi karena gejala alam tanpa campur tangan manusia.

(dalam buku Dedi Hermo berjudul Geografi Bencana Alam).29 Sedangkan berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 disebutkan bahwa bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.30

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mempunyai dampak besar bagi lingkungan, kersusakan lingkungan dan mengakibatkan korban jiwa yang tidak sedikit jumlah angka kematiannya. Namun, bencana alam juga dapat terjadi disebabkan karena ulah manusia atau aktivitas manusia yang serakah serta kurangnya manajemen keadaan darurat.

e. Bencana Gempa Bumi 1. Pengertian gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran asli yang berasal dari energi di dalam bumi, menciptakan gerakan yang merambat ke permukaan bumi akibat pergerakan lempeng bumi dan bergeser dengan keras.(Arief, 2010)31

Gempa bumi adalah getaran sementara yang dihasilkan oleh energi yang dikeluarkan dari bumi memiliki kecepatan sehingga energi tersebut dapat menyebar ke segala arah dari pusat sumbernya dengan skala kuat ataupun skala lemah.(Sukandarrumidi, 2010)32 Bencana gempa bumi merupakan salah satu bencana yang tidak bisa diprediksi dan ditentukan kapan akan terjadi, namun dapat

29 Dedi Hermo, op. cit., h. 1.

30 Linda Tondobala, Pendekatan Untuk menentukan Kawasan Rawan Bencana Di Pulau Sulawesi, (Manado: Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 40-52, 2011), h. 40.

31 Arief Mustofa Nur, Gempa Bumi, Tsunami dan Mitigasinya, LIPI Kebumen: Jurnal Geografi, Vol. 7 No. 1 Januari. 2010. h. 67

32 Prof. Ir. Sukandarrumidi, Bencana Alam dan bencana Anthropogene, (Yogyakarta, kanisius, 2010), h. 43

(35)

diprediksi berdasarkan data-data rekaman historis (misal data BMKG, USGS) dapat juga diestimasi berdasarkan data pergerakkan lempeng yang direkam dari citra satelit. (Rosyida et al., 2019)33 Dapat disimpulkan dari ketiga pendapat definisi gempa bumi tersebut bahwa gempa bumi adalah bencana alam yang datang secara tiba-tiba yang memiliki getaran / gelombang pada permukaan bumi akibat pergeseran lempeng bumi dan dapat terjadi selama beberapa saat. Namun, kekuatan gempa bumi dapat diukur seiring kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hanya saja bencana alam gempa bumi tidak dapat dicegah kedatangannya.

2. Mitigasi bencana gempa bumi a) Sebelum gempa bumi

Hal pertama yang harus dilakukan prabencana adalah mengenali daerah tempat tinggal kita termasuk kepada tingkat kerawanan gempa bumi seperti apa ringan, sedang, atau sangat rawan. Misalnya tempat tinggal yang berada di sekitar wilayahnya terdapat gunung-gunung berapi, di daerah luas hamparan tanah, atau diperkotaan yang terdapat gedung- gedung tinggi. Kedua, dapat menyiapkan rencana menyelamatkan diri apabila gempa bumi terjadi seperti melakukan latihan simulasi yang dapat bermanfaat dalam melindungi diri dari reruntuhan bencana gempa bumi seperti merunduk, melindungi kepala, atau menempatkan diri dibawah kolong meja. Serta menyiapkan tas siaga bencana yang berisi obat-obatan, air mineral, makanan, pakaian, sejumlah uang, dan alat-alat keamanan. Selain itu menyiapkan pula alat pemadam kebakaran.(Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2017)34 Ketiga, memperhatikan letak pintu rumah, atau tangga darurat

33 Ainun Rosyida, Ratih Nurmasari, Suprapto, Analisis Perbandingan Dampak Kejadian Bencana Hidrometerologi dan Geologi Di Indonesia Dilihat Dari Jumlah Korban Dan Kerusakan, Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Vol. 10, No. 1. 2019, h. 17

34 BNPB, Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana, Edisi 2017, h. 21

(36)

ketika berada di dalam gedung, mengetahui tempat paling aman untuk berlindung. Tak lupa menyiapkan daftar nomer telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempa bumi.

Untuk rumah tinggal perlu dilakukan persiapan rutin, diantaranya: perabotan seperti lemari diatur menempel pada dinding dengan cara dipaku atau diikat untuk menghindari jatuh, roboh atau bergesar saat gempa, menyimpan bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kebakaran, selalu mematikan air, gas, dan listrik apabila sedang tidak digunakan.35

b) Saat gempa bumi

Walaupun terjadi gempa bumi dan situasi buruk hendaklah tetap tenang, hati-hati, dan jangan panik. Getaran akan terasa beberapa saat. Dalam jangka waktu tersebut kita harus mengupayakan keselamatan diri dan keluarga. Caranya berusaha dalam keadaan berhati-hati mengambil tas siaga bencana yang sudah disiapkan, melindungi kepala dengan bantal, tas, buku, helm, berlindung dibawah meja, mengindari kaca, bingkai, lilin, atau lemari. Tetap waspada pada reruntuhan dan retakan bangunan. Apabila sedang memasak segera matikan kompor dan perlatan listrik lainnya agar tak terjadi kebakaran. Berdiri di dekat pintu, bila ada kesempatan dan sudah aman berlari ke rumah atau gedung ke tempat yang lebih luas atau pergi ke lapangan terbuka. Jauhi tiang listrik, pohon, atau gedung yang mungkin akan roboh. Apabila masih didalam gedung dapat dilakukan melalui tangga darurat dan jangan menggunakan eskalator dan lift.36 Apabila berada diluar ruangan jangan menyebabkan kepanikan, ikuti arahan petugas

35 Sunarjo, M. Taufik Gunawan Dkk, Gempa Bumi edisi Populer, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Puslitbang.bmkg.go.id, 2012. 22 Desember 2019. h. 175-176

36 Op.cit. BNPB, h. 22

(37)

keamanan atau satpam. Jika dalam kendaraan, turun, keluar dari mobil dan menjauh dari kendaraan. Jika ada di daerah pantai jauhi segera dan berlari menuju ke tempat yang lebih tinggi, jika berada di pegunungan hindari daerah yang mungkin terjadi longsor.37

c) Sesudah gempa

Pascabencana apabila masih berada di dalam bangunan segera berjalan pergi dengan teratur. dengan menggunakan tangga darurat. Tidak disarankan menggunakan lift atau menggunakan ekskalator karena lebih rentan resiko ketika sedang menyelematkan diri. Mengecek diri sendiri jika ada luka agar dapat dilakukan upaya P3K. Segera meminta bantuan jika terluka parah kepada orang-orang di sekitar kita. Mengecek area sekitar gempa mewaspadai kebakaran, kebocoran gas, atau hal lain yang sekiranya mencelakakan. Tetap waspada gempa susulan. Jangan masuk atau mendekati bangunan yang sudah retak atau rusak karena gempa sewaktu-waktu dapat muncul kembali dan dapat menyebabkan bangunan menjadi runtuh.

Evakuasi tempat-tempat pengungsian biasanya sudah diatur oleh pemerintah daerah. Dengan membawa tas siaga bencana membawa barang-barang secukupnya tetap dengarkan arahan informasi. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang, dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar jangan mudah terpancing oleh isu yang tidak benar. Kita dapat memperoleh informasi yang benar dari pihak berwenang, polisi atau petugas pemerintah daerah setempat. Tak lupa berdoa oleh Tuhan Yang Maha Esa demi keamanan dan keselamatan kita semuanya.38

37 Op.cit, Sunarjo, M. Taufik Gunawan Dkk, h. 177

38 Ibid, Sunarjo, M. Taufik Gunawan Dkk, h. 178-179

(38)

f. Dampak Bencana Alam bagi Anak-Anak

Dikutip dari jurnal internasional statistik tentang bencana dari pemerintah dan organisasi internasional menunjukkan bahwa wanita, anak-anak, orang tua, dan orang cacat adalah yang paling terkena dampak. Anak-anak menjadi tingkat korban yang paling tinggi karena kelemahan fisik mereka, kebutuhan mereka, dan ketergantungan mereka terhadap orang lain.39

Kehebatan dari suatu bencana alam memiliki banyak dampak bagi anak-anak yang menanggung akibat lebih berat. Bencana alam dapat mempengaruhi anak-anak melalui banyak hal. Sebuah bencana alam bisa menyebabkan kerusakan sekolah sehingga dapat mengganggu aktivitas pendidikan. Bencana alam bisa merusak fasilitas perawatan kesehatan sehingga mengurangi ketersediaan medis. Bencana alam dapat menyebabkan anak-anak atau anggota keluarga dapat terluka dan meninggal dapat juga tertular oleh berbagai wabah penyakit. Bencana alam dapat menghilangkan harta benda. Keluarga menjadi rendah penghasilan untuk memenuhi sandang pangan dan papan.

Semua dampak negatif tersebut dapat menyebabkan anak-anak stress dan trauma, yang dapat diperburuk hanya dengan menyaksikan tekanan orang tua mereka. Dampak lain terhadap anak-anak adalah situasi bencana alam seperti itu dapat menyebabkan mental anak menjadi bermasalah. Bahkan anak-anak dapat dilecehkan, dieksploitasi, dan terlantar oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab pada lokasi bencana. Beberapa peneliti telah memeriksa dampak itu, dampak pada anak-anak juga bervariasi di setiap negara. Tergantung bagaimana kondisi sosial ekonomi, kondisi institusi lokal, dan realitas politik.40

39 Priscilla T Apronti, Dkk, Education For Disaster Risk Reduction (DRR): Linking Theory with Practice in Ghana’s basic Schools, Jurnal Sustainability, ISSN 2071-1050, 2015, h. 9161.

40 Carolyn Kousky, Impacts Of Natural Disasters On children, Vol.28/No.1/Spring 2016, h.76.

(39)

g. Pembelajaran Mitigasi Bencana Alam Gempa Bumi Untuk Anak Usia Dini

Anak-anak dapat secara aktif mengikuti kegiatan pembelajaran mitigasi bencana alam. Metode yang dilakukan dalam pengimplementasian pembelajran mitigasi bencana alam harus sangat selektif karena mengajarkan mitigasi bencana alam kepada anak usia dini tidaklah mudah. Menurut Izadkha, berpendapat metode pembelajaran mitigasi bencana alam dapat melalui kegiatan “simulasi”

seperti “latihan simulasi gempa”. Kegiatan simulasi tersebut dapat memberikan efek positif kepada anak. Pembelajaran mitigasi gempa bumi melalui kegiatan simulasi dapat membantu anak belajar mengontrol perasaannya, lebih sedikit rasa takut dalam menghadapi gempa bumi, dan lebih percaya diri. Dalam hal kesiapan psikologis, telah terbukti bahwa anak-anak yang menerima pembelajaran mitigasi gempa bumi mampu menunjukkan tingkat kecemasan normal. Serta tertanam kepada anak sikap bertindak dengan tepat sesuai prosedur yang diajarkan dan sikap ingin membantu teman-teman mereka.

Rasa takut dalam menghadapi bencana alam gempa bumi lebih dialami oleh anak yang lebih tua bahkan dewasa. Hal tersebut mendukung pandangan bahwa belajar untuk menghadapi dan mengatasi ketakutan terhadap gempa bumi paling baik dicapai dengan anak-anak usia dini bahkan sebelum masuk sekolah. Kegiatan simulasi gempa bumi dapat membantu anak untuk menggambarkan atau membayangkan secara grafis dengan jelas tentang keadaan atau situasi gempa bumi41

Guru berperan dalam menyajikan dan menyampaikan materi untuk anak agar bisa menunjang minat mereka dalam belajar. Cara dimana guru berinteraksi dengan anak-anak mempengaruhi sejauh mana mereka meningkatkan kesadaran anak-anak tentang masalah bencana.

41 Y.O. Izadkhah, M.Hosseini, Earthquake Disaster Planning In Nurserry Schools, National Conference on Earthquake Engineering, 2006, San Fancisco, California, USA. h, 3

(40)

Guru juga harus mempunyai pengetahuan yang mencakup berbagai hal penting seputar manajemen bencana. Misalnya, pengenalan bencana, bencana yang sering muncul di lingkungan, tanda-tanda bencana, antisipasi bencana, cara menghadapi bencana, cara menyelamatkan diri dari bencana. Ada banyak cara untuk meningkatkan pengetahuan anak tentang bencana melibatkan penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan proses berpikir. Pengetahuan guru sangat dibutuhkan pada proses belajar mengajar karena itu akan menjadi role model untuk anak- anak.42 Adapun metode lain yang baik yang dapat digunakan untuk pembelajaran mitigasi bencana alam gempa bumi di sekolah adalah dengan games dan kegiatan hiburan lainnya seperti kegiatan menyanyikan lagu gempa. Dari kegiatan simulasi, games, dan bernyanyi berguna untuk membantu anak bersiap untuk mitigasi sebelum bencana, saat bencana, dan sesudah bencana gempa bumi.43

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian ini dimaksud untuk mengkaji hasil penelitian yang relevan dengan penelitian penulis. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diantaranya sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Yang Relevan

No Ringkasan & Hasil Penelitian Persamaan & Perbedaan 1 Nama Peneliti dan Asal PT: Asmi Ulfa

Latifah, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Judul Penelitian: Penyelenggaraan Pendidikan Mitigasi Bencana Pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Aisyiyah Tegalsari Bantul Yogyakarta

Ringkasan: Aspek yang diteliti dalam penelitian ini meliputi perencanaan,

Persamaan: Menggunakan tempat penelitian di nama sekolah yang sama yaitu sekolah Aisyiyah, dan menggunakan data implementasi pembelajaran.

Perbedaan: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi fenomenologi sedangkan penelitian peneliti menggunakan metode kualitatif saja. Penelitian ini menggunakan seluruh aspek pendidikan mitigasi bencana sedangkan

42 Yeni Solfiah, Dkk, The Knowledge of Early Childhood Education Teachers About Natural Disaster Management, Journal Of Islamic Early Childhood Education, Vol.2, No. 1 April 2019. h, 162

43 Ibid, Y.O. Izadkhah, M.Hosseini,h. 4

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Berpikir ......................................................................
Gambar 4.18   Guru  DRS  menerangkan  informasi    mengenai  tas  siaga  bencana dan mencontohkan benda  yang  harus dimasukkan
Gambar 2.1  Pembelajaran Mitigasi  Bencana Alam Gempa
Tabel 3.1  Jadwal Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pendekatan visual yang akan dibuat dalam konsep perancangan multimedia interaktif tata cara Ibadah Haji untuk anak, bersifat memberikan pembelajaran kepada

[r]

[r]

Single-mode dapat membawa data dengan bandwidth yang lebih besar dibandingkan dengan multi-mode fiber optik, tetapi teknologi ini membutuhkan sumber cahaya dengan

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya, dalam usaha memenuhi

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan wacana baru dalam bidang psikologi pendidikan terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan siswa ditinjau

KADISOBO PAROKI SANTO YOSEPH MEDARI”. Penulis memilih judul tersebut berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kurangnya minat kaum muda untuk ikut terlibat ambil