• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI SISTEM RESPIRASI KELAS XI MAN 1 TANAH DATAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Oleh:

Martina 14 106 036

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

BATUSANGKAR 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

iii Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2019

Kurang optimalnya guru dalam memilih model pembelajaran dan kurangnya kerjasama yang baik dalam kelompok selama pembelajaran berlangsung menyebabkan kebanyakan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa yang aktif hanya didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berdampak terhadap hasil belajar yang masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh menerapan model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) berbasis nilai IMTAQ pada materi sistem respirasi pada kelas XI MAN 1 Tanah Datar dari segi aktivitas, hasil belajar dan respon siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode true eksperimental. Rancangan penelitian randomized control group posttest only design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MAN 1 Tanah Datar tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 2 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling, sampel yang terpilih adalah kelas XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA 2 sebagai kelas kontrol.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi, tes hasil belajar dan angket respon siswa. Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji-t dengan taraf signifikansi (α) = 0.05.

Penerapan model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) berbasis nilai IMTAQ pada kelas eksperimen berjalan dengan baik karena meningkatnya persentase aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan rata- rata persentase pada pertemuan pertama sebesar 80.17% dengan kriteria sangat aktif dan meningkat pada pertemuan kedua menjadi 93% dengan kriteria sangat aktif. Hasil belajar Biologi siswa kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) berbasis nilai IMTAQ juga lebih baik dari hasil belajar Biologi siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional dengan rata-rata hasil belajar dari kelas eksperimen 76 dan kelas kontrol 68. Siswa memiliki respon sikap yang positif dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) berbasis nilai IMTAQ, ditunjukkan dari hasil skor angket rata-rata yaitu 84.56% dengan kriteria sangat kuat.

Kata Kunci: Accelerated Learning Included by Discovery (ALID), Nilai IMTAQ, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar.

(6)

iv HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

KATA PENGANTAR………... i

ABSTRAK………... iii

DAFTAR ISI……….... iv

DAFTAR TABEL……….... vi

DAFTAR GAMBAR………... viii

DAFTAR LAMPIRAN……… ix

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Identifikasi Masalah………... 6

C. Batasan Masalah……… 6

D. Perumusan Masalah………... 6

E. Tujuan Penelitian………... 7

F. Manfaat dan Luaran Penelitian……….. 7

G. Defenisi Operasional……….. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA………... 10

A. Landasan Teori 1. Hakikat Pembelajaran Biologi……….. 2. Model Pembelajaran Accelerated Learning Included By Discovery (ALID)………. 3. Nilai IMTAQ………. 4. Model Pembelajaran Accelerated Learning Included By Discovery (ALID) Berbasis Nilai IMTAQ……… 5. Aktivitas Belajar ………... 10 12 18 25 28 6. Hasil Belajar……….. 29

7. Sistem Respirasi……… 32

B. Kajian Penelitian yang Relevan………. 41

(7)

v

B. Tempat dan Waktu Penelitian……… 46

C. Rancangan Penelitian………. 46

D. Populasi dan Sampel……….. 47

E. Variabel dan Sumber Data………. 51

F. Prosedur Penelitian……… 53

G. Instrument Penelitian………. 59

H. Teknik Pengumpulan Data………. 67

I. Teknik Analisis Data ………. 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 74

A. Deskripsi Data……… 74

B. Hasil analisis data secara statistik……….. 82

C. Pembahasan………... 83

D. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Penelitian………... 93

BAB V PENUTUP……… 95

A. Simpulan……… 95

B. Implikasi……….... 95

C. Saran……….. 96

DAFTAR PUSTAKA……….. 98 LAMPIRAN

(8)

1

sikap moral anak-anak dikalangan remaja, seperti ucapan yang tidak sopan, tindakan yang tidak terpuji, kurangnya rasa hormat siswa terhadap guru, mencontek, membolos, merokok dan sejumlah besar siswa melakukan tindakan yang tidak mematuhi aturan dan cenderung melakukan hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Kondisi seperti ini menandakan bahwa moral yang sudah didapatkan di sekolah tidak menghasilkan perubahan perilaku siswa, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ialah lingkungan, proses pembelajaran, dan kurangnya perhatian orangtua.

Pendidikan berfungsi sebagai pembentukan pribadi manusia dan juga untuk menciptakan suatu kepribadian manusia yang baik, berakhlak mulia, cerdas dan memiliki kekuatan spiritual keagamaan. Proses pembentukan kepribadian ini tidak akan terlepas dari proses belajar. Usaha untuk menghasilkan generasi cerdas dan berakhlak mulia tidak cukup hanya memberikan pelajaran akademik, melainkan harus ada muatan pengetahuan dan nilai yang diberikan dalam pembelajaran. Itulah sebabnya dalam implementasi pendidikan seharusnya tidak sekedar mendidik seseorang dari sisi intelektualnya, akan tetapi juga kepribadian, etika dan estetika. Menyadari hal tersebut pemerintah sangat serius pada bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik juga akan muncul generasi-generasi yang dapat memajukan dunia pendidikan dimasa yang akan datang.

Hal ini Sesuai dengan UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang menyebutkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(9)

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Artinya untuk menjadikan manusia yang berkarakter; cinta damai, jujur, bertanggung jawab dan baik akhlaknya, merupakan tugas semua pihak bukan hanya tugas dari bidang kajian atau kegiatan tertentu.

Mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut jelas sekali bahwa peran nilai-nilai agama menjadi sangat penting dalam setiap proses pendidikan yang terjadi di sekolah, karena terbentuknya manusia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia tidak mungkin terbentuk tanpa peran dari agama. Peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional tersebut bisa dilakukan melalui mata pelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu dengan cara mengkaitkan nilai-nilai IMTAQ dalam pembelajaran tanpa mengubah kurikulum yang berlaku (Sutisna, Fitriah, & Juanda, 2014, p. 125). Dalam dunia pendidikan banyak mata pelajaran yang membuat siswa berfikir tanggap dan kritis dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran, salah satunya adalah mata pelajaran Biologi.

Pembelajaran Biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan makhluk hidup dan lingkungannya. Pembelajaran tersebut bertujuan untuk memberi pengalaman langsung kepada siswa melalui pengembangan pengetahuan yang menyangkut kerja ilmiah pemahaman konsep, dan aplikasinya (Priyayi, Sajidan, & Prayitno, 2014, p. 2). Biologi merupakan salah satu ilmu yang dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk membangun untuk meningkatkan moral siswa dengan nilai-nilai keagamaan yang terdapat didalamnya dan menuntut siswa untuk mencari tahu makna dan teori-teori dan diajarkan dalam mata pelajaran Biologi.

Berdasarkan karakteristik pembelajaran Biologi yang mempelajari hal- hal yang berkaitan tentang makhluk hidup dan lingkungannya. Pembelajaran akan terasa membosankan dan kurang bermakna jika strategi, metode, pendekatan atau model pembelajaran yang diterapkan kurang tepat dengan materi yang diajarkan. Sehingga minat belajar siswa kurang terhadap

(10)

pembelajaran Biologi. Kurangnya minat belajar siswa dalam pembelajaran disebabkan guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan strategi pembelajaran sangat penting, terutama pada saat mengajar siswa yang berbeda dari segi kemampuan, pencapaian, kecenderungan, dan minat belajarnya (Basri, 2015, p. 24).

Tugas seorang guru meliputi mendidik, membelajarkan, dan melatih peserta didik melalui proses pembelajaran yang sistematis terencana. Tugas mendidik berarti membantu peserta didik untuk mengembangkan nilai-nilai yang bermanfaaat bagi kehidupan dan masa depan peserta didik sebagai individu dan anggota masyarakat. Tugas membelajarkan berarti memfasilitasi dan memberikan peluang untuk belajar dengan merancang suasana yang kondusif dan mendukung proses belajar peserta didik. Sedangkan tugas melatih berkaitan dengan upaya membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan kebutuhan hidupnya (Jufri, 2013, p. 133).

Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara yang penulis lakukan pada hari Sabtu, 1 September 2018 di MAN 1 Tanah Datar, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) cukup kondusif dan tertata dengan baik. Pada setiap kelasnya memiliki karakter masing-masing, namun masih terdapat suatu masalah yang perlu diatasi, diantaranya: 1) kurangnya kepercayaan diri siswa yang ditandai dengan sedikitnya siswa yang teguh pendirian dalam menjawab soal latihan ataupun pertanyaan yang diajukan, 2) metode diskusi sudah diterapkan, namun metode diskusi hanya didominasi oleh siswa yang aktif, sedangkan siswa yang tidak aktif cenderung tidak dapat menjawab pertanyaan yang di ajukan guru, dan siswa tersebut lebih banyak mengobrol dan tidak memperhatikan temannya yang sedang presentasi, 3) penanaman nilai Iman dan Taqwa (IMTAQ) belum sepenuhnya diberikan oleh guru Biologi di sekolah. Pembelajaran Biologi masih dalam konten materi yang bersifat umum, yang diajarkan, sebenarnya materi Biologi dapat dikaitkan dengan ayat Al-Qur‟an sehingga menambah nilai IMTAQ siswa, sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna, serta akan menambah wawasan

(11)

pengetahuan, keimanan dan ketaqwaan siswa. Pembinaan IMTAQ hanya diandalkan pada bidang studi agama Islam dan belum diterapkan pada semua bidang studi contohnya Biologi, 4) hasil belajar siswa masih rendah, belum seluruhnya siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), hal ini terlihat dari perolehan nilai Ulangan Harian Biologi siswa sebagai berikut:

Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Ulangan Harian Biologi Siswa Kelas XI MIA MAN 1 Tanah Datar Tahun Ajaran 2018/2019

Kelas Jumlah Siswa

Rata- Rata Nilai

Tidak Tuntas

Tuntas

XI MIA 1 16 63.125 75% 25%

XI MIA 2 16 59.375 87.5% 12.5 %

Berdasarkan kenyataan tersebut maka diperlukan suatu model yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT. Pembelajaran berbasisi IMTAQ merupakan salah satu solusi yang membuat suasana proses pembelajaran diarahkan kepada peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan pengembangan berfikir logis untuk menumbuhkan kesadaran siswa pada nilai-nilai moral yang berlaku. Pembelajaran sains berbasis IMTAQ dapat diberikan secara eksplisit maupun implisit. Pembelajaran sains berbasis IMTAQ secara eksplisit adalah mempelajari sains dengan sistem nilai dan moralnya yang dikaitkan dengan ayat Al-Qur‟an. Pembelajaran sains secara implisit adalah menggali sistem nilai dan moral yang dikandung oleh setiap bahan ajarnya dikaitkan dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat untuk dianalogikan dalam kehidupan sehari-hari (Yudianto, 2005, pp. 30-31).

Kegiatan pembelajaran yang bermuatan nilai, tentunya sangat penting dilakukan di sekolah, demi mencapai Tujuan Pendidikan Nasional dan mengatasi berbagai krisis nilai dan moral masyarakat sekarang ini. Menjadi guru yang kreatif, professional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif serta bermuatan nilai (Yudianto, 2005, p. 31). Sehingga untuk membentuk karakter dengan membangun nilai-nilai yang dimiliki siswa tidak begitu sulit, dengan begitu siswa mampu mengenali potensi dalam dirinya

(12)

dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Pembelajaran yang menekankan siswa untuk mengenali potensi dalam dirinya dapat dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai keagamaan dalam proses pembelajarannya, sehingga tujuan pembelajaran yang berpacu pada kurikulum dapat tercapai.

Berdasarkan hal tersebut, penulis menggunakan modifikasi dari model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) ditambah dengan nilai-nilai IMTAQ ke dalam materi pelajaran.

Penerapan model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) berbasis nilai IMTAQ diharapkan dapat meningkatkan iman dan taqwa siswa, menghargai sesama, menimbulkan rasa kepedulian terhadap sesama serta mensyukuri nikmat yang telah diberikan. Dengan demikian siswa akan lebih memahami hakikat hidup dalam bermasyarakat dan siswa akan mudah mengaplikasikan ilmu atau teori yang didapat lewat proses pembelajaran di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran ALID bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang konstruktivis dan humanistik. Siswa dapat belajar dalam lingkungan yang bersifat saintifik dan kolaboratif. Perpaduan kedua model pembelajaran diharapkan dapat sesuai untuk diterapkan dalam kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan mengubah paradigma pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered. Faktor belajar internal maupun eksternal dapat dikelola dengan baik. Selain itu, siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya secara keseluruhan (Priyayi, Sajidan, & Prayitno, 2014, p. 4).

Siswa juga diharapkan dapat memilih kegiatan yang bermanfaat dan meninggalkan yang tidak bermanfaat. Sekolah yang sedikit menanamkan nilai-nilai IMTAQ bisa diperkirakan berpotensi menimbulkan perilaku- perilaku yang meresahkan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut dengan mengambil judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) Berbasis Nilai IMTAQ pada Materi Sistem Respirasi Kelas XI MAN 1 Tanah Datar”.

(13)

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Metode diskusi sudah diterapkan, tetapi belum terlaksana dengan optimal.

2. Kurangnya kepercayaan diri siswa menjawab soal latihan ataupun pertanyaan dalam proses pembelajaran

3. Siswa kurang terlibat atau kurang aktif dalam proses pembelajaran.

4. Kegiatan pembelajaran yang belum mengintegrasikan nilai IMTAQ pada materi Biologi.

5. Hasil belajar Biologi siswa masih rendah. Belum seluruh siswa mampu mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti akan membatasi masalah sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa selama mengikuti pelajaran pada materi sistem respirasi dengan menerapkan model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) Berbasis nilai IMTAQ.

2. Hasil belajar siswa dengan penerapan model Pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) Berbasis nilai IMTAQ pada materi sistem respirasi di kelas XI MAN 1 Tanah Datar.

3. Penelitian ini berfokus pada nilai religius dan nilai sosial siswa dengan penerapan model Pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) Berbasis nilai IMTAQ

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) berbasis nilai IMTAQ pada materi sistem respirasi kelas XI MAN 1 Tanah Datar?

(14)

2. Apakah hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) berbasis nilai IMTAQ pada materi sistem respirasi kelas XI MAN 1 Tanah Datar lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional?

3. Bagaimanakah respon siswa dengan penerapan model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) berbasis nilai IMTAQ pada materi sistem respirasi kelas XI MAN 1 Tanah Datar?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Aktivitas belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) berbasis nilai IMTAQ pada materi sistem respirasi kelas XI MAN 1 Tanah Datar.

2. Perbedaan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) berbasis nilai IMTAQ pada materi sistem respirasi kelas XI MAN 1 Tanah Datar apakah lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui respon siswa dengan penerapan model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) berbasis nilai IMTAQ di kelas XI MAN 1 Tanah Datar.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

a. Menjadi pedoman bagi peneliti sebagai seorang guru khususnya guru Biologi dalam melaksanakan proses pembelajaran dimasa akan datang.

b. Dapat memperoleh pengalaman secara langsung dalam penerapan model pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) berbasis nilai IMTAQ.

(15)

2. Bagi siswa

Meningkatkan minat dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran yang aktif dan berpusat pada siswa.

3. Bagi guru

Penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memvariasikan model pembelajaran yang akan diterapkan saat mengajar disekolah.

4. Bagi sekolah

Penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha peningkatan mutu pendidikan terutama dalam pembelajaran Biologi dimasa yang akan datang.

G. Definisi Operasional

1. Model Pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID)

Model pembelajaran ALID merupakan perpaduan antara model pembelajaran accelerated learning dan discovery untuk saling melengkapi kelebihan dan kekurangan dari masing-masing model pembelajaran.

Model pembelajaran ALID bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang bersifat kontruktivis dan humanistik, sehingga siswa dapat belajar dalam lingkungan yang bersifat saintifik dan kolaboratif.

2. IMTAQ

IMTAQ merupakan wahana yang akan mengarahkan dunia pendidikan menuju target yang dituju, yakni menciptakan generasi beriman dan berilmu yang mampu bersaing dan beriman kepada Allah SWT. Pembinaan pendidikan berbasis IMTAQ bisa dilakukan oleh guru Biologi, dengan menanamkan nilai-nilai IMTAQ dalam pembelajaran.

Dengan pendidikan berbasis IMTAQ diharapkan peserta didik memiliki sifat dan akhlak/moral yang baik.

(16)

3. Pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) Berbasis Nilai IMTAQ

Pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) Berbasis Nilai IMTAQ yang peneliti maksud adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan materi Biologi dengan nilai-nilai ke islaman yang merujuk pada kandungan Al-Quran.

4. Aktivitas Siswa

Aktivitas Belajar adalah segala kegiatan atau aktivitas yang menjadi prinsip atau asas yang sangat penting yang diberikan pada peserta didik dalam situasi belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam melihat peningkatan aktivitas belajar siswa digunakan lembar observasi yang akan diisi oleh pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang diamati yaitu visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, mental activities, dan emotional activities.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa setelah ia mendapatkan pengalaman belajarnya baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Hasil belajar yang didapatkan oleh siswa merupakan sebuah tolak ukur sebagai pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan dalam proses pembelajaran. Hasil belajar yang akan diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif dan afektif siswa.

6. Sistem Respirasi

Pernapasan merupakan serangkaian pengambilan oksigen melalui alat pernapasan dan pengeluaran sisa oksidasi yang berupa karbon dioksida dan uap air. Pernapasan meliputi proses inspirasi dan ekspirasi.

Inspirasi adalah pemasukan udara luar ke dalam tubuh melalui alat pernapasan. Ekspirasi merupakan pengeluaran udara pernapasan dari alat pernapasan.

(17)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Hakikat Pembelajaran Biologi.

Pembelajaran adalah seluruh mekanisme dan proses belajar yang dilaksanakan oleh para pendidik terhadap peserta didik dengan melibatkan seluruh komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Disamping itu, pembelajaran dapat diartikan sebagai pengambilan manfaat dari semua objek belajar yang berguna untuk meningkatkan sikap dan mental kehidupan manusia secara intelektual, emosional, dan spiritual (Basri, 2015, p. 21). Gagne menyatakan pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa yang ada diluar diri peserta didik dan dirancang serta dimanfaatkan untuk memudahkan proses belajar.

Dalam pembelajaran guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pengelola sumber dan fasilitas belajar untuk peserta didik (Jufri, 2013, p. 40)

Pembelajaran merupakan sebuah usaha memengaruhi seseorang baik dari segi emosi, intelektual dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Dengan pembelajaran diharapkan dapat memudahkan peserta didik dalam proses pembelajaran dengan guru sebagai fasilitator yang melibatkan unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi sebagai sumber belajar serta terjadi pada lingkungan belajar yang telah didesain secara khusus sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Prinsip dasar pembelajaran adalah mengembangkan potensi anak didik (kognitif, afektif, psikomotor atau dalam paradigma baru dikenal dengan istilah kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan skill) secara optimal. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains (Lufri, 2007, p. 2).

(18)

Pembelajaran Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan makhluk hidup dan lingkungannya. Pembelajaran sains bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa melalui pengembangan pengetahuan yang menyangkut kerja ilmiah, pemahaman konsep, dan aplikasinya. Produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, generalisasi, teori, dan hukum-hukum, sedangkan proses sains meliputi serangkaian kegiatan ilmiah yang akan membentuk sikap ilmiah (Priyayi, Sajidan, &

Prayitno, 2014, p. 2)

Pembelajaran Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan penguatan sikap, keterampilan, pengetahuan, dan nilai serta tanggung jawab sebagai seorang warga negara kepada lingkungan, masyarakat, bangsa, negara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga Biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran Biologi di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.

Mata pelajaran IPA/Biologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Membentuk sikap positif terhadap Biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

b. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain.

c. Mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan meguji hipotesis melalui percobaan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

d. Mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Biologi.

(19)

e. Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip Biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.

f. Menerapkan konsep dan prinsip Biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.

g. Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan (Sari, 2010, p. 135).

Berikut ini beberapa alasan yang dikemukakan, tentang pentingnya mempelajari Biologi:

a. Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk menafsirkan ayat-ayat alqur‟an yang berhubungan dengan makhluk hidup.

b. Untuk mengetahui lebih banyak tentang diri manusia sendiri dan bumi yang dihuninya. Dengan mempelajari alam semesta (beserta isinya) membuat manusia mengetahui dan memahami kebesaran Allah serta makin bertakwa kepada-Nya.

c. Manusia bisa menjawab masalah-masalah yang melibatkan prinsip- prinsip Biologi dan kesejahteraannya (Sari, 2013, p. 51).

2. Model Pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID)

a. Model Pembelajaran Accelerated Learning (AL)

Accelerated pada dasarnya berarti semakin bertambah cepat.

Learning didefinisikan sebagai sebuah proses perubahan kebiasaan yang disebabkan oleh penambahan keterampilan, pengetahuan, atau sikap baru. Jika digabungkan pembelajaran cepat berarti “mengubah kebiasaan dengan meningkatkan kecepatan” (Russell, 2012, p. 5).

AL merupakan model pembelajaran yang memiliki ciri cenderung luwes, gembira,mementingkan tujuan, bekerjasama, manusiawi, multi indrawi, bersifat mengasuh, mementingkan aktivitas serta melibatkan mental emosional dan fisik. AL mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan menyenangkan bagi siswa dengan

(20)

mengakomodasi berbagai gaya belajarsiswa (Priyayi, Sajidan, &

Prayitno, 2014, p. 3).

Salah satu prinsip dari AL, adalah pentingnya belajar melalui kerjasama kelompok secara kolaboratif. Hal tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga siswa dapat belajar lebih cepat dan dapat terjadi pemerataan konsep antar siswa.

Suasana belajar lebih menyenangkan dapat tercipta dan tejadi interaksi yang aktif antar guru dengan siswa sehingga pembelajaran dapat berlangsung efektif. Salah satu alasan utama mengapa Accelerated Learning (AL) membantu manusia untuk belajar lebih cepat dan efisien karena AL menghargai perbedaan preferensi proses pembelajaran individu (Russell, 2012, p. 5).

Pembelajaran AL dapat meningkatkan kemampuan kognitif, memori, dan prestasi belajar siswa. Berbagai teknik untuk belajar cepat secara kreatif dan cara meningkatkan memori juga menjadi salah satu tahapan dalam model pembelajaran ini. Namun, adanya kebebasan pembelajaran dalam AL belum mengarahkan siswa pada kegiatan belajar yang mengembangkan karakteristik pembelajaran Biologi sebagai sains (Priyayi, Sajidan, & Prayitno, 2014, p. 3).

Brikut ini keunggulan-keunggulan Accelerated Learning (AL):

Tabel 2.1 Keunggulan-Keunggulan Accelerated Learning (AL)

Penerima Keuntungan

Pembelajar individual

- Mampu belajar lebih banyak dan cepat - Memiliki ingatan lebih baik

- Mampu mentransfer pembelajaran kedalam kerja dengan lebih baik

- Meningkatkan kepercayaan diri

- Meningkatkan kemampuan untuk melakukan inovasi

- Meningkatkan gairah belajar Fasilitator

pembelajaran

- Peningkatan proses belajar dikelas - Pembelajaran yang antusias

- Kemampuan untuk benar-benar membantu perusahaan dan stafnya

- Mengurangi konflik di kelas

(21)

- Mengurangi “no-shows”

- Perjalanan tanpa henti dalam proses peningkatan proses pembelajaran

- Meningkatkan kegembiraan dikelas Perusahaan - Pekerja yang lebih fleksibel

- Pekerja yang lebih inovatif

- Peningkatan pada kemampuan mengatasi masalah

- Para pekerja bersekutu dengan perusahaan (Sumber : Russeli, 2012, p. 12)

b. Model Pembelajaran Discovery

Model pembelajaran discovery merupakan salah satu model pembelajaran konstruktivis yang memberi peluang kepada siswa untuk mencari dan menemukan sendiri konsep dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Siswa didorong untuk mampu menggali, mendapatkan data-data konkret, mengolah informasi yang diperoleh serta menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang ada.

Siswa dapat bekerja secara aktif untuk memperoleh pengetahuan yang bermakna bagi dirinya melalui kegiatan berdasarkan metode ilmiah.

Pembelajaran discovery dapat memberdayakan hasil belajar secara keseluruhan baik dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan (Priyayi, Sajidan, & Prayitno, 2014, p. 3).

Model pembelajaran discovery learning memiliki skenario pembelajaran untuk memecahkan masalah yang mereka dapatkan sendiri. Dalam proses pemecahan masalah, siswa menggunakan pengalaman mereka yang telah dialami atau yang lebih dikenal sebagai konstruktivis. Dari permasalahan yang telah didapatkan melalui hasil observasi, dirasa penting untuk peneliti dalam melakukan perbaikan terhadap hasil belajar siswa, baik pada segi kognitif, afektif, maupun psikomotornya (Pangaribowo, Keliat, Sastrodihardjo, & Hutangoal, 2017, p. 48).

Namun, model pembelajaran discovery yang dilakukan pada kelas dengan jumlah siswa terlalu banyak akan menyulitkan guru untuk mengontrol kegiatan siswa. Siswa yang memiliki kemampuan

(22)

pemahaman tinggi akan lebih mendominasi dan lebih cepat menguasai konsep. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan pemahaman rendah akan semakin tertinggal. Selain itu, pembelajaran discovery menuntut adanya persiapan mental siswa untuk dapat mengikuti pembelajaran dengan baik (Priyayi, Sajidan, & Prayitno, 2014, p. 3).

Kelemahan dari model discovery yaitu bahwa model discovery dikembangkan berdasarkan asumsi siswa sudah memiliki kesiapan pikiran dalam belajar. Akibatnya, siswa yang kurang pandai akan mengalami kesulitan untuk berpikir dan mengungkapkan hubungan antar konsep, baik tertulis atau lisan sehingga dapat menimbulkan frustasi. Pembelajaran ini kurang memperhatikan aspek emosi siswa.

Implementasi discovery juga sering memerlukan waktu yang panjang karena siswa dituntut untuk memperoleh konsep secara mandiri (Priyayi, Sajidan, & Prayitno, 2014, p. 3).

c. Model Pembelajaran Accelerated Learning Included By Discovery (ALID)

Model pembelajaran ALID merupakan alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan. Model ini dikembangkan dengan memadukan model pembelajaran discovery dan accelerated learning untuk saling melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing (Priyayi, 2016, p. 30). Model pembelajaran ALID adalah salah satu model pembelajaran yang disesuaikan untuk pembelajaran sains dan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan (Khasanah & Utami, 2016, p. 35).

Perpaduan model pembelajaran dilakukan dengan mengintegrasikan sintak model accelerataed learning (AL) dan model pembelajaran discovery menjadi sintak pembelajaran ALID.

Perpaduan kedua model pembelajaran diharapkan dapat sesuai untuk diterapkan dalam kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan mengubah paradigma pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered. Faktor belajar internal maupun eksternal dapat

(23)

dikelola dengan baik. Selain itu, siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya secara keseluruhan (Priyayi, Sajidan, & Prayitno, 2014, p.

3).

Model pembelajaran ALID bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang konstruktivis dan humanistik, yaitu pembelajaran yang memberikan peluang pada siswa untuk menemukan konsep dan memecahkan permasalahan dengan potensi siswa secara utuh sehingga pembelajaran lebih bermakna. Siswa dapat belajar dalam lingkungan yang bersifat saintifik dan belajar melalui kerjasama kelompok (kolaboratif) (Khasanah & Utami, 2016, p. 31).

Sintak model pembelajaran ALID secara rinci dijabarkan sebagai berikut (Priyayi, Sajidan, & Prayitno, 2014, pp. 6-8)

a) Self Concept

Tahap self concept merupakan tahap orientasi dalam pembelajaran ALID. Orientasi yang dimaksud merupakan kegiatan awal yang bertujuan untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Tahap ini diimplementasikan dengan adanya lembar self concept. Siswa diminta untuk menuliskan identitas, motto, hal-hal positif yang ada pada diri siswa dan tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru memotivasi siswa dan membentuk konsep diri yang positif pada diri siswa.

b) Stimulation

Kegiatan dalam sintak stimulation bertujuan untuk meningkatkan ketertarikan siswa terhadap materi pembelajaran.

Pada tahap ini guru menghadapkan siswa pada sesuatu yang menarik perhatian siswa. Guru tidak memulai pelajaran begitu saja, melainkan memperhatikan aspek perasaan dan emosi siswa. Guru memiliki tantangan untuk merangsang minat siswa, menarik dan

(24)

mempertahankan perhatiannya, mengusahakan agar siswa mau mempelajari materi-materi yang menjadi tujuan pembelajaran.

c) Problem Statement

Kegiatan yang dilakukan antara lain dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan stimulasi yang diberikan guru. Cooperstein berpendapat bahwa pembelajaran yang bersifat konstruktivis biasanya diawali dengan pertanyaan-pertanyaan, sebuah kasus atau permasalahan. Siswa bekerja memecahkan masalah dan guru berperan hanya ketika dibutuhkan agar siswa memiliki pemahaman yang benar.

d) Exploration

Eksplorasi menjadi tahap yang penting untuk mempersiapkan pembelajaran siswa. Kegiatan ini dilakukan untuk mempersiapkan otak menjadi familiar terhadap materi pembelajaran. Tahap eksplorasi dihubungkan dengan pengetahuan awal siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dibangun sebelumnya melalui konsep awal. Konsep awal yang dimiliki siswa berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari sangat penting untuk membantu siswa dalam menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi dan memecahkan suatu permasalahan.

e) Data Collecting

Data collecting (mengumpulkan data) adalah aktivitas menjaring dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, studi pustaka.

f) Data Processing

Data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru

(25)

tentang alternatif jawaban atau penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis. Pada tahap ini siswa melakukan diskusi dan kerjasama kolaboratif dengan teman sekelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan. Interaksi dengan orang-orang di lingkungan sekitar dapat menstimulasi dan mendorong pertumbuhan.

g) Trigerring Your Memory

Triggerring your memory adalah kegiatan yang dilakukan siswa untuk memudahkan siswa mengingat konsep yang telah diperoleh. Tahap trigerring your memory menjadi penerapan perlunya kode ganda untuk dapat mengingat informasi lebih baik dengan berbagai teknik memori.

h) Exhibiting What You Know

Exhibiting what you know berarti kegiatan mempresentasikan konsep-konsep yang telah diperoleh pada tahapan sintak pengumpulan dan pemprosesan data. Setiap kelompok belajar diberi waktu untuk mempresentasikan apa yang telah mereka ketahui dan peroleh, sedang kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan mengungkapkan ide-ide maupun gagasannya.

i) Reflection

Sintak reflection merupakan tahap terakhir dalam pembelajaran ALID. Kegiatan pada tahap ini terdiri kegiatan menyimpulkan hasil pembelajaran dan evaluasi. Refleksi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai indikator yang diberikan dan mengetahui hambatan apa saja yang dialami dalam pembelajaran untuk menjadai perbaikan.

3. Nilai IMTAQ

a. Pengertian Nilai IMTAQ

Integrasi nilai dalam pembelajaran/pendidikan merupakan proses bimbingan melalui suri tauladan pendidikan yang berorientasikan pada

(26)

penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya mencakup nilai- nilai agama, budaya, etika dan estetika menuju pembentukan peserta didik yang memiliki kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan Negara. Pendidikan nilai mengantarkan peserta didik mengenali, mengembangkan, dan menerapkan nilai-nilai, moral, dan keyakinan agama, untuk memasuki budaya zamannya (Adisusilo, 2012, p. 70).

Menurut Haedar Nasir dalam (Komariah, Azmi, & Gloria, 2015, p. 3) Iman dalam Bahasa Arab artinya “at-tasdiqu bil qalbi”, yang artinya membenarkan dengan (dalam) hati. Secara syariat, iman berarti

“memadukan ucapan dengan pengakuan hati dan perilaku”. Adapun pengertian iman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kepercayaan yang berkenaan dengan agama atau keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab dan sebagainya. Menurut (Majid & Andayani, 2012, p. 93) iman yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah. Jadi tidak cukup kita hanya percaya adanya Allah, melainkan harus meningkat menjadi sikap mempercayai kepada adanya Tuhan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya.

Iman bagi orang-orang yang berilmu merupakan suatu kepercayaan bahwa alam dan isinya di alam semesta ini ada yang menciptakan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Melalui suatu keyakinan yang tergambarkan oleh Iman ini akan melahirkan sikap hidup manusia yang seimbang dan harmoni, sebab melalui iman maka manusia tidak hanya mengandalkan akalnya, namun juga mengandalkan hatinya, sebab kepercayaan merupakan suatu unsur yang ada dihati. Ilmu yang disertai iman akan ditindaklanjuti dan dicerminkan melalui perbuatannya.

Ada aspek lain yang harus beriringan dengan Iman, diantaranya adalah Taqwa. Taqwa secara harfiah berarti takut, hati-hati, mawas diri dan waspada. Pengertian taqwa secara umum ialah sikap yang sadar

(27)

penuh bahwa Allah selalu mengawasi kita, kemudian kita berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhai Allah, dan menjauhi atau menjaga diri dari dari sesuatu yang tidak diridhainya (Majid & Andayani, 2012, p. 93).

Deskripsi iman dan taqwa di atas hanyalah memperjelas bahwa pentingnya pendidikan dalam konteks keislaman dan moralitas adalah terbinanya hubungan vertikal disamping secara manusiawi dan sosial.

Maka sebuah konsep pendidikan atau pembinaan yang dilandasi keimanan dan ketakwaan, bukan hanya menghasilkan output yang memiliki tanggung jawab sosial (pribadi, masyarakat, bangsa) namun juga memiliki tanggung jawab moral kepada Tuhan.

Menurut Sabda dalam (Maielfi, Ratnawulan, & Usmeldi, 2012, p.

3) IMTAQ merupakan gambaran karakteristik nilai-nilai keagamaan (keislaman) yang harus dimiliki oleh setiap muslim. IMTAQ merupakan urusan yang berkaitan dengan nilai, kepercayaan, pemahaman, sikap, perasaan dan perilaku yang bersumber dari Alquran dan Hadist.

Pembelajaran sains berbasis IMTAQ dapat diberikan secara eksplisit maupun implisit. Pembelajaran sains berbasis IMTAQ secara eksplisit adalah mempelajari sains dengan sistem nilai dan moralnya yang dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Qur‟an untuk melegitimasinya.

Pembelajaran sains secara implisit adalah menggali sistem nilai dan moral yang dikandung oleh setiap bahan ajarnya dikaitkan dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat untuk dianalogikan dalam kehidupan sehari-hari (Yudianto, 2005, pp. 30-31).

Berdasarkan berbagai pandangan dan latar belakang di atas, penerapan pembelajaran berbasis IMTAQ ke dalam proses pembelajaran Biologi diharapkan dapat membuka cakrawala berpikir siswa agar lebih bersemangat untuk memotivasi diri dalam belajar Biologi sehingga dapat meningkatkan IMTAQ untuk senantiasa belajar dari hukum alam (ayat-ayat Allah yang tercipta atau tersirat dalam

(28)

ilmu pengetahuan alam) dan ayat-ayat Allah yang tersurat dalam kitab suci, agar kita senantiasa berusaha menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Setiap orang beragama semestinya dalam mengamalkan ajaran Agamanya secara menyeluruh (kaffah), termasuk pula dalam penyelenggaraan pembelajaran atau Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah berpedoman kepada ajaran Agama (Yudianto, 2005, p. 32).

Dari pemaparan diatas dapat di simpulkan betapa kuatnya Pegaruh iman dan takwa yang mampu melahirkan akhlak dan moral yang luhur dalam kehidupan manusia, seperti jujur, adil dalam segala situasi, diucapkan kebenaran walaupun terasa sangat berat, ditegakkan kebenaran sekalipun berakibat merugikan dirinya dan keluarganya, bersikap adil terhadap lawan sebagaimana bersikap adil di tengah- tengah kawan, masih banyak lagi norma-norma luhur yang dicetuskan oleh kekuatan iman. Oleh karena sangat patut sekali apabila dinyatakan bahwa iman dan takwa adalah kunci pengalaman nilai-nilai luhur.

b. Karakteristik Pembelajaran berbasis IMTAQ

Karakteristik yang berkembang dalam pembelajaran berbasis IMTAQ adalah bagaimana siswa yang menerima pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang dijadikan sebagai indikator agar dapat mencapai tujuannya. Pentingnya peranan nilai yang dimiliki oleh siswa ditujukan agar siswa dapat mencari jati diri dan berusaha untuk melepaskan diri dari lingkungannya dengan kehidupan yang nyata dan mandiri. Karakteristik tersebut dapat dicirikan dengan adanya perubahan sikap dan perilaku menjadi lebih baik.

Nilai IMTAQ merupakan nilai dasar yang dianggap penting dalam pengintegrasian ilmu sains, khususnya dalam pembelajarannya.

Prisnsip dasar yang terdapat didalamnya dapat dijadikan sebagai sebuah literatur atau pedoman dalam membentuk perilaku yang ada didalam dunia pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran.

(29)

IMTAQ dapat dijadikan sebagai sebuah sarana yang dapat menjadikan suatu pendidikan dapat maju dan berkembang dalam mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri yang melingkupi perkembangan kemajuan sebuah negara, sebab sebuah negara dapat dilihat maju dan berkembang apabila pendidikan dinegara tersebut sangat dinilai baik dengan berbagai prestasi-prestasi penting yang dihasilkan oleh nilai yang telah teraplikasikan dalam proses pendidikan tersebut, oleh karenanya melalui pengaplikasian nilai dalam pembelajaran pun sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter-karakter siswa menjadi lebih baik lagi. Pembentukan karakter siswa tersebut akan bergantung pada bagaimana cara siswa dalam menghargai dirinya sendiri untuk menjadi pribadi yang berakhlakul karimah.

Apabila IMTAQ dikaitkan dengan pembelajaran Biologi dinilai sangat menguntungkan sebab penerapan nilai IMTAQ ini akan memancing nilai-nilai keagamaan bagi kepribadiannya, khususnya adalah kesadaran diri untuk meyakini ketuhanan. Menurut Sabda dalam (Maielfi, Ratnawulan, & Usmeldi, 2012, p. 3) IMTAQ merupakan gambaran karakteristik nilai-nilai keagamaan (keislaman) yang harus dimiliki oleh setiap muslim. IMTAQ merupakan urusan yang berkaitan dengan nilai, kepercayaan, pemahaman, sikap, perasaan dan perilaku yang bersumber dari Alquran dan Hadist.

Penerapan nilai-nilai karakter keagamaan dapat diterpakan pula oleh seluruh guru, sebab pada hakikatnya guru adalah pencetak karakter siswa dan sebagai subjek utama untuk mengintegrasikan nilai- nilai tersebut dalam pembelajaran. Dalam Penerapanya akan memiliki suatu implikasi sosial dan moral yang sangat luas terhadap siswa.

Karena melalui pembelajaran sains yang berbasis IMTAQ maka dapat meningkatkan pemahaman pribadi siswa terhadap integrasi nilai agama Islam dan sains. Pengembangan program pembelajaran sains berbasis IMTAQ perlu dirumuskan secara jelas bagaimana nilai-nilai Islam dalam program dan praktek pembelajarannya dalam semua

(30)

aspek pembelajarannya yang akan menghasilkan kesadaran diri siswa bahwa ilmu merupakan satu komponen dalam sumber Islam dan bersumber dari wahyu Allah Swt. Sebab Ilmu pada hakikatnya akan membawa manusia pada kebaikan yang berumber pada Allah serta dengan begitu akan membentuk akhlak yang mulia.

Menurut Ari Ginanjar Agustian dalam (Majid & Andayani, 2012, p. 43) menyodorkan pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk kepada sifat-sifat mulia Allah, yaitu Al- Asma Al-Husna. Sifat-sifat dan nama-nama mulia Tuhan inilah sumber inspirasi setiap karakter yang bisa diteladani dari nama-nama Allah itu.

Berikut adalah nilai karakter yang berkaitan dengan IMTAQ : 1) Religius

Nilai religius berorientasi pada nilai keimanan sebagai dasar segala pemikiran dan tindakan yang berhubungan kepada kesadaran akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat Asma Al-Husna lainnya. Nilai keimanan ini dapat meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Yudianto, 2005, p. 49).

2) Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan kesadaran yang muncul dari dalam diri sendiri untuk menjalankan suatu amanah, tugas atau kewajiban, sebab manusia hidup di dunia tidak terlepas dari tanggung jawab. Islam berpandangan bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawabannya kelak oleh Allah. Tanggung jawab memiliki cakupan yang luas, sebab tanggung jawab tidak hanya pada diri sendiri, keluarga, tetangga, teman sejawat, masyarakat luas, namun sikap tanggung jawab juga harus kita miliki selaku makhluk yang diciptakan dimuka bumi ini untuk menjalankan amanahnya untuk menaati setiap perintah Allah dan menjauhi laranganNya.

(31)

3) Adil

Keadailan atau adil merupakan suatu makna “tidak berat sebelah atau tidak memihak”, sedangkan keadilan berarti sifat, perbuatan, perlakuan dan keadilan yang adil. Keadilan memang tidak mudah diwujudkan, oleh karenanya pertama-tama harus ada nilai kejujuran yang bertumpu pada kebenaran sebagai dasar dari tingkah laku atau tindakan para pelakunya untuk senantiada berbuat dan menegakkan keadilan.

4) Jujur

Jujur merupakan salah satu sifat baik, orang yang ingin maju mutlak harus memiliki sifat jujur. Dalam belajar siswa harus memiliki sikap tersebut, sebab dengan bersikap jujur terhadap diri sendiri, maka seorang siswa tidak akan berani untuk mencontek, sebab dengan mencontek siswa tersebut berarti telah membohongi dirinya sendiri dengan ketidak mampuannya.

5) Disiplin

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia disiplin adalah tata tertib atau ketaatan akan suatu peraturan. Umar bin Khattab saat menjadi Khalifah tidak bersedia ditemui anaknya yang bernama Abdullah bin Umar saat di ruang kerjanya. Hal tersebut mengartikan bahwa kedisiplinan Umar bin Khattab dalam menjalankan tugas kenegaraannya memiliki perilaku yang disiplin, sebab keberadaannya dikantor adalah untuk kepentingan umat, maka yang patut ia dahulukan adalah kepentingan umat, bukannya kepentingan keluarganya, walaupun hal tersebut sangat mendesak dan berkaitan dengan persoalan keluarganya. Kedisiplinan akan lahir dari kesadaran diri, bukannya dari keterpaksaan.

6) Sopan

Sopan merupakan sikap menghargai orang lain. Berpriaku sopan santun terhadap orang tua, saudara, teman, dan guru, dan menghindarkan diri dari perilaku tidak sopan.

(32)

7) Kerjasama

Kita hidup di dunia ini butuh bantuan orang lain, karena kita tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Begitu juga didalam pembelajaran, kita butuh kerjasama dengan teman untuk melakukan sebuah pekerjaan. Tapi kerjasama yang dimaksud disini adalah kerjasama dalam kebaikan.

4. Model Pembelajaran Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) Berbasis Nilai IMTAQ

Pembelajaran sains bernuansa IMTAQ dapat diberikan secara eksplisit maupun implisit. Pembelajaran sains bernuansa IMTAQ secara eksplisit adalah mempelajari sains dengan sistem nilai dan moralnya dikaitkan dengan dalil-dalil ajaran agama, seperti dikaitkan dengan ayat- ayat Al-Quran yang relevan. Adapun pembelajaran sains bernuansa IMTAQ secara implisit adalah menggali sistem nilai dan moral yang dikandung oleh setiap bahan ajarnya dikaitkan dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat untuk dianalogikan dalam kehidupan manusia (Yudianto, 2005, pp. 30-31).

Nilai-nilai yang perlu dibangun dan dikembangkan adalah nilai keimanan atau tauhid kepada Allah. Nilai-nilai ini bersumber dari Al- Qur‟an yang sangat kaya dengan nilai (Nursa‟adah, Gloria, & Juanda, 2014, p. 117). Dalam penelitian ini peneliti akan melihat nilai religius dan nilai sosial siswa. Nilai sosial terdiri dari 6 indikator yaitu tanggung jawab, keadilan, kejujuran, disiplin, kesopanan dan kerjasama. Nilai religius berorientasi pada nilai keimanan sebagai dasar segala pemikiran dan tindakan yang berhubungan kepada kesadaran akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat Asma Al-Husna lainnya. Nilai keimanan ini dapat meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Yudianto, 2005, p. 49).

Penerapan model Accelerated Learning Included by Discovery (ALID) berbasis nilai IMTAQ dilakukan dengan mengkaitkan materi sistem respirasi dengan nilai-nilai ke-Islaman, yang merujuk pada

(33)

kandungan Al-Quran. Model pembelajaran ALID berbasis nilai IMTAQ diawali dengan menyajikan sebuah permasalahan melalui gambar tentang materi sistem respirasi dan dikaitkan dengan nilai IMTAQ dengan cara meneladani sifat-sifat Allah yaitu Asma AL-Husna yang diketahui oleh siswa. Kemudian mengaitkan materi yang dipelajari dengan ayat Al- Qur‟an sehingga terkandung pemahaman bahwa setiap individu memiliki kecenderungan dan kemampuan untuk mempercayai adanya sang Maha Pencipta serta mematuhi segala perintah-Nya. Sehingga siswa lebih mengenali materi yang akan dipelajari. Siswa memahami konsep-konsep sistem respirasi dengan cara mengumpulkan data, mengolah data, melakukan diskusi secara berkelompok, mempresentasikan hasil diskusi dan memberikan kesimpulan.

Penerapan model ALID berbasis nilai IMTAQ diharapkan terbentuknya siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Dengan meningkatnya keimanan dan ketakwaan siswa, tentu akan berpengaruh pada perbuatannya setiap hari, orang yang beriman dan bertaqwa akan sebisa mungkin menjaga perilakunya agar tidak menyimpang dari ajaran agama. Dengan penerapan model ALID berbasis nilai IMTAQ dapat kita jadikan benteng moral untuk segera mengentas krisis moral yang sudah lama melanda bangsa ini terlebih pada generasi muda.

Tabel 2.2 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Model ALID Berbasis Nilai IMTAQ

No Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Pendidik meminta peserta

didik untuk menuliskan identitas, motto dan tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran pada lembar self concept yang disediakan

Peserta didik mengerjakan lembar self concept yang diberikan (Tahap 1 Self Concept)

(34)

2. Pendidik meminta peserta didik mengamati gambar organ sistem pernapasan untuk merangsang minat dan perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran

Peserta didik mengamati gambar yang ditampilkan oleh guru (Tahap 2 Stimulation)

3. Pendidik menyampaikan nilai IMTAQ kepada peserta didik berdasarkan gambar yang tampilkan dengan meneladanii Asma Al-Husna

Peserta didik mendengarkan penjelasan guru

4. Pendidik memberikan sains religius pada peserta didik, yaitu dengan memberikan penjelasan melalui ayat Al- quran

Peserta didik mendengarkan penjelasan guru

5. Pendidik meminta peserta didik untuk bertanya sesuai dengan gambar yang telah diamati untuk mengembangkan pengetahuan peserta didik

Peserta didik bertanya sesuai dengan gambar yang diamati (Tahap 3 Problem Statement)

6. Pendidik meminta peserta

didik menyampaikan

pendapatnya tentang konsep sistem pernapasan yang diketahuinya dan peserta didik dapat mengaitkannya dengan nilai IMTAQ

Peserta didik menyampaikan pendapatnya tentang konsep sistem pernapasan yang diketahuinya dan peserta didik dapat mengaitkannya dengan nilai IMTAQ (Tahap 4 Exploration)

7. Pendidik meminta peserta

didik mengumpulkan

informasi yang dibutuhkan sesuai dengan soal-soal yang ada pada LKPD

Peserta didik secara berkelompok mengumpulkan informasi sesuai dengan soal yang ada pada LKPD (Tahap 5 Data Collecting)

8. Pendidik membimbing peserta didik melakukan diskusi dengan teman kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada LKPD dan menuliskan hasilnya pada LKPD

Peserta didik berdiskusi dengan teman kelompoknya dan menuliskan hasil diskusi pada LKPD (Tahap 6 Data Processing)

9. Pendidik meminta peserta didik menuliskan keyword dari yang telah dipelajari pada LKPD

Peserta didik menulis keyword dari yang telah dipelajari pada LKPD (Tahap 7 Trigerring Your Memory)

10. Pendidik meminta setiap kelompok mempresentasikan

Peserta didik mempersentasikan hasil diskusinya secara

(35)

hasil diskusinya dan kelompok lain mengajukan pertanyaan

bergantian dan kelompok lain mengajukan pertanyaan (Tahap 7 Exhibiting What You Know) 11. pendidik bersama peserta didik

menyimpulkan hasil

pembelajaran tentang sistem respirasi dan peserta didik dapat mengaitkannya dengan nilai IMTAQ (Tahap 9 Reflection)

Peserta didik bersama pendidik

menyimpulkan hasil

pembelajaran tentang sistem respirasi dan peserta didik dapat mengaitkannya dengan nilai IMTAQ (Tahap 9 Reflection)

5. Aktivitas Belajar

Siswa (peserta didik) adalah suatu organisme yang hidup, dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing-masing siswa tersebut terdapat

„prinsip aktif‟ yakni keinginan berbuat dan bekerja sendri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikan atau pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan berkembang kearah tujuan tertentu (Hamalik, 2015, p. 89).

Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Hamalik, 2015, p. 90).

Paul B. Diedrich membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok sebagai berikut: (Daradjat, 1995, p. 138)

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

(36)

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

6. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Burton hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi, kemampuan, dan keterampilan (Lufri, 2007, p. 10). Sedangkan Gagne menyatakan hasil belajar adalah kemampuan yang dapat teramati dalam diri seseorang dan disebut kapabilitas (Jufri, 2013, p. 58). Jadi hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa setelah ia mendapat pengalaman belajarnya baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Hasil belajar yang didapatkan oleh siswa merupakan sebuah tolak ukur sebagai pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan dalam proses pembelajaran.

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian atau hasil belajar

(37)

tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui tercapai dan tidaknya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi siswa dan bagaimana siswa mencapainya.

b. Klasifikasi Hasil Belajar

Gagne, Benyamin S. Bloom (1964) adalah salah seorang ahli pendidikan yang pahamnya banyak dipergunakan oleh kalangan pendidik secara luas. Bloom mengelompokkan hasil belajar kedalam tiga ranah atau domain yaitu:

1) Ranah kognitif

Ranah kognitif meliputi penguasaan konsep, ide, pengetahuan faktual, dan berkenan dengan keterampilan- keterampilan intelektual. Kategori umum domain kognitif sebagai berikut:

a) Pengetahuan (Knowlwdge) b) Pemahaman (Comprehension) c) Aplikasi (Application)

d) Analisis (Analysis) e) Sintesis (Synthesis) f) Evaluasi (Evaluation) 2) Ranah afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap atau nilai. Dalam ranah afektif terdiri atas lima jenjang, yaitu:

a) Penerimaan (Receiving) b) Merespons (Responding) c) Menilai (Valuing)

d) Mengorganisasi (Organization)

e) Internalisasi Nilai (Characterization by value) (Jufri, 2013, pp.

66-67).

(38)

3) Ranah psikomotor

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar yang diekspresikan dalam bentuk keterampilan menyelesaikan tugas- tugas manual dan gerakan fisik atau kemampuan bertindak. Hasil belajar dalam ranah ini juga mencakup aspek sosial seperti keterampilan berkomunikasi dan kemampuan mengoperasikan alat-alat tertentu.

Callahan membagi ranah psikomotorik menjadi 4 kelompok, yaitu:

a) Gerakan (movement) b) Manipulasi (manipulating)

c) Komunikasi (communication of ide)

d) Mengkreasi (creating) (Jufri, 2013, pp. 60-69) c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perbuatan harus mealui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan dari luar individu.

1) Faktor Lingkungan

a) Sosial, adapun lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut.

b) Non sosial, faktor luar yang bukan merupakan faktor manusia diantaranya cuaca, waktu, kondisi tempat dan sebagainya.

2) Kondisi Fisiologis

a) Kondisi fisik, adalah orang yang belajar pasti membutuhkan badan yang sangat dan kuat. Orang yang badannya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta kelelahan, tidak bisa belajar dengan efektif.

b) Kondisi panca indera, adalah keadaan fungsi jasmani tertentu yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar terutama fungsi panca indera, karena panca indera bisa diumpamakan sebagai

(39)

pintu gerbang masuknya pengaruh dari luar kedalam diri seseorang yang sedang belajar.

3) Psikologis

a) Minat, adanya minat terhadap objek yang dipelajari akan mendorong orang untuk mempelajari sesuatu dan mencapai hasil belajar yang maksimal.

b) Motivasi, motivasi belajar seseorang akan menentukan hasil belajar yang dicapainya,

c) Intelegensi, merupakan modal utama dalam melakuakan aktivitas belajardan mencapai hasil belajar yang maksimal.

d) Memori, kemampuan untuk merekam, menyimpan dan mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari akan sangat membantu dalam proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik (Khodijah, 2014, pp. 59-60).

7. Sistem Respirasi

Pada dasarnya pernapasan merupakan serangkaian pengambilan oksigen melalui alat pernapasan dan pengeluaran sisa oksidasi yang berupa karbon dioksida dan uap air. Pernapasan meliputi proses inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah pemasukan udara luar ke dalam tubuh melalui alat-alat pernapasan. Ekspirasi merupakan pengeluaran udara pernapasan dari alat pernapasan (Bakhtiar, 2011, p. 149).

Sistem pernapasan pada manusia memiliki beberapa fungsi yaitu:

1) Mengambil oksigen (O2) dari atmosfer kedalam sel-sel tubuh.

2) Melepaskan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh ke atmosfer.

3) Merupakan jalur untuk pengeluaran air dan panas.

4) Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengubah jumlah CO2 dan H2CO2 sebagai penghasil ion H+.

5) Memungkinkan berbicara, menyanyi, atau pembentukan vokal lainnya.

6) Merupakan sistem pertahanan terhadap benda asing yang terhirup.

(40)

7) Mengeluarkan, memodifikasi, mengaktifkan, menginaktifkan berbagai bahan yang mengalir melewati sirkulasi paru-paru.

8) Meningkatkan aliran balik vena akibat aktivitas pernapasan.

9) Sebagai indra penciuman, yang dilakukan oleh organ pernapasan hidung (Irnaningtyas, 2013, p. 289).

a. Alat Pernapasan 1) Hidung

Hidung merupakan saluran udara yang pertama dan memiliki dua lubang yang dipisahkan oleh sekat hidung. Di sini rambut hidung menyaring partikel kotoran, debu, atau serangga kecil.

Selanjutnya, udara dihangatkan, dilembapkan agar oksigen terlarut, dan dibersihkan sekali lagi oleh mukus (lendir) yang terdapat di permukaan dinding rongga hidung (Bakhtiar, 2011, p. 151).

2) Faring (Tekak)

Meskipun faring merupakan tempat bertemunya saluran pencernaan (esofagus), dari mulut ke lambung dengan saluran udara (trakea, dari hidung ke paru-paru), tidak terdapat masalah yang menyebabkan makanan salah masuk ke tenggorokan atau udara masuk ke kerongkongan, sebab terdapat mekanisme refleks yang mengatur penyalurannya (Bakhtiar, 2011, p. 151).

3) Laring (Pangkal Tenggorokan)

Dari faring, udara melewati laring. Laring adalah saluran udara yang terletak dari bagian depan faring hingga bagian bawah trakea. Ketika menelan, epiglotis pada laring menutup dan ketika bernapas epiglotis membuka. Oleh karena itu, sulit sekali seseorang menelan makanan sambil bicara. Laring juga menghasilkan suara pada saat udara dihembuskan dari paru-paru.

Suara yang merupakan getaran udara muncul dari getaran pita suara yang melintang pada lubang laring, dibantu oleh mulut dan lidah. Dalam (QS. Al-Qiyamah : 26) kita bisa lihat bagaimana deskripsi tentang dekatnya Allah dengan manusia :

(41)











“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan (QS. Al-Qiyamah:26)”

Allah SWT menasehati hamba-hamba-Nya dengan menyebutkan keadaan orang yang sedang dijemput kematian, dan apabila ruh telah sampa di kerongkongan, maka penderitaan semakin berat dan dicarilah segala cara dan sebab untuh menyembuhkan dan mengistirahatkan .

Ayat di atas semakna dengan firman Allah dalam Surat Al- Waqi‟ah ayat 83-87 yaitu:

























































„‟Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?‟‟

4) Trakea

Trakea merupakan saluran lanjutan dari laring Trakea terdiri atas susunan cincin-cincin tulang rawan. Cincin-cincin ini memungkinkan trakea tetap mempertahankan bentuknya. Dinding trakea dilapisi oleh epitel berlapis banyak palsu bersilia. Epitel ini menyekresikan lendir di dinding trakea. Lendir ini berfungsi menahan benda asing yang masuk, sebelum akhirnya dikeluarkan dengan gerakan silia yang terdapat pada membran sel epitel (Ferdinand P & Ariebowo, 2009, p. 120).

Gambar

Tabel  1.1  Persentase  Ketuntasan  Ulangan  Harian  Biologi    Siswa  Kelas  XI MIA MAN 1 Tanah Datar Tahun Ajaran 2018/2019
Tabel 2.1 Keunggulan-Keunggulan Accelerated Learning (AL)
Tabel  2.2  Aktivitas  Guru  dan  Siswa  dalam  Model  ALID  Berbasis  Nilai IMTAQ
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Proses Pembelajaran Biologi
+7

Referensi

Dokumen terkait

The Local Health Financing Scheme (Jamkesda) in the Transition Time to (Jamkesda) in the Transition Time to the Universal Health Coverage:?. A Story from

Hal ini dapat terlihat dari 20 orang siswa yang mengikuti tes kemampuan komunikasi matematis di kelas kontrol 8 orang siswa sudah mampu dalam menggunakan

Jenis informasi dan pengetahuan yang harus dipelajari oleh siswa tidak berpijak dari kebutuhan siswa, baik itu dari segi pengembangan bakat maupun dari minat

Berdasarkan hasil analisis angket respon siswa terhadap kemudahan pembelajaran menggunakan modul penemuan terbimbing, diperoleh bahwa : 1 Siswa sangat setuju bahwa modul

Fenomena ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui pengaruh perubahan indeks bias udara pernapasan terhadap perubahan suhu, kelembaban relatif, dan tekanan pada proses

Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim papain dilakukan untuk mengetahui suhu optimal yang terjadi pada papain murni dan papain yang telah terimmobilisasi matriks

3 CONTENT OF ORNAMENTAL HORTIKULTURA ORNAMENTAL HORTICULTURE FLORICULTURE CUT-FLOWER ORCHID FLORISTRY ARBORICULTURE SHRUBS / VASE WOODY PLANTS LANDSCAPE HORTICULTURE DESIGN /

Ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu (1) Penilaian autentik memiliki hubungan yang signifikan dengan pemahaman siswa,