• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Ajar PENGANTAR AKUNTANSI 2. Etik Sulistyo Dewi, SE, MM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Buku Ajar PENGANTAR AKUNTANSI 2. Etik Sulistyo Dewi, SE, MM"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

5

Buku Ajar

PENGANTAR AKUNTANSI 2

Etik Sulistyo Dewi, SE, MM

(2)

PENGANTAR AKUNTANSI 2

Penulis:

Etik Sulistyo Dewi, SE, MM

(3)

Buku Ajar

PENGANTAR AKUNTANSI 2

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penulisan Buku Ajar Pengantar Akuntansi

2 ini dapat diselesaikan. Buku Ajar Pengantar Akuntansi 2 ini membahas tentang: Akuntansi Kas, Akuntansi Investasi Pada Surat Berharga, Akuntansi Piutang, Akuntansi Persediaan, Akuntansi Aktiva Tetap, Akuntansi Utang Lancar, Akuntansi Utang Jangka Panjang dan Akuntansi Modal.

Buku ini ditujukan kepada mahasiswa, dosen dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari materi Pengantar Akuntansi 2. Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak mengandung kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih apabila pembaca bersedia memberikan kritik saran, sehingga dapat digunakan untuk penyempurnaan pada edisi berikutnya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses terbitnya buku ini. Semoga buku ini bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi pada khasanah ilmu pengetahuan.

Jakarta, 31 Maret 2022

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ……… ii

BAB I. AKUNTANSI KAS A. Pentingnya Pengendalian Intern Terhadap Kas ……….. 1

B. Cara Pengendalian Intern Terhadap Kas ……….. 2

C. Catatan Ganda Kas ……….. 4

D. Laporan Bank ……… 4

E. Laporan Rekonsiliasi Bank ……….. 4

F. Bank Overdraft ……….. 11

G. Kas Kecil ……….. 11

H. Selisih Kas ……….. 13

I. Penyajian Kas di Neraca ……….. 14

BAB II. AKUNTANSI INVESTASI PADA SURAT BERHARGA A. Tujuan Investasi Surat Berharga ……….. 20

B. Pencatatan Investasi Surat Berharga Saham ……….. 22

C. Pencatatan Investasi Surat Berharga Obligasi ……… 23

D. Penilaian Surat Berharga ……….. 29

E. Penyajian Surat Berharga ………. 31

F. Penjualan Kembali Surat Berharga Yang Sudah Dicadangkan Penurunan Nilainya ……… 31

BAB III. AKUNTANSI PIUTANG A. Klasifikasi Piutang ……….. 36

B. Akuntansi Piutang Dagang ……….. 37

C. Piutang Wesel ……….. 43

D. Penyajian Piutang di Neraca ……….. 46

E. Akuntansi Piutang Wesel ………. 49

F. Penyajian Piutang di Neraca ………. 50

(6)

BAB IV AKUNTANSI PERSEDIAAN

A. Arti Penting Persediaan ……… 53

B. Cara Pencatatan Persediaan ………. 54

C. Perhitungan Harga Perolehan Persediaan ……….. 59

D. Kesalahan Dalam Penghitungan Persediaan ………. 66

E. Item Yang Termasuk Persediaan ……… 66

F. Penyajian Persediaan Di Neraca ………. 67

BAB V AKUNTANSI AKTIVA TETAP A. Karakteristik Dan Klasifikasi Aktiva Tetap ……… 75

B. Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap ……… 76

C. Cara-Cara Perolehan Aktiva Tetap ……….. 79

D. Penyusutan Aktiva Tetap ……… 84

E. Pengeluaran Selama Pemakaian Aktiva Tetap ………. 88

BAB VI AKUNTANSI UTANG LANCAR A. Definisi Utang Lancar ……… 93

B. Jenis Utang Lancar ………. 94

C. Utang Kontinjensi ……… 100

D. Penyajian Utang Lancar Di Neraca ……….. 101

BAB VII AKUNTANSI UTANG JANGKA PANJANG A. Karakteristik Utang Obligasi ………. 104

B. Jenis-Jenis Obligasi ………. 106

C. Akuntansi Obligasi ………. 107

BAB VIII AKUNTANSI MODAL SAHAM A. Definisi Dan Jenis Saham ……… 116

B. Menjual Saham Secara Tunai ………. 117

C. Menjual Saham Secara Pesanan ……….. 119

D. Modal Sumbangan ………. 120

E. Dividen………. 120

F. Penyajian Modal Saham Di Neraca ………. 122 DAFTAR PUSTAKA

(7)

BAB I

AKUNTANSI KAS

Tujuan pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami:

A. Pentingnya Pengendalian Intern Terhadap Kas B. Cara Pengendalian Intern Terhadap Kas

C. Catatan Ganda Kas D. Laporan Bank

E. Laporan Rekonsiliasi Bank F. Bank Overdraft

G. Kas Kecil H. Selisih Kas

I. Penyajian Kas di Neraca

Kas merupakan aset yang paling likuid, dan merupakan aset yang pertama kali ada di perusahaan. Kas memiliki tingkat perputaran yang paling tinggi dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Ketika suatu usaha baru didirikan, pemilik menyetorkan modal salah satunya dalam bentuk kas, kemudian kas tersebut dibelikan perlengkapan, peralatan, bahan baku atau barang jadi. Setelah terjadi penjualan barang atau jasa baik secara tunai maupun kredit, maka berikutnya perusahaan akan menerima kas. Terdapat dua kriteria yang harus dipenuhi agar suatu aktiva dapat dinyatakan sebagai kas yaitu:

1. Harus siap digunakan setiap saat untuk membayar semua kewajiban yang ada sekarang,

2. Bebas dari ikatan apapaun yang membatasi penggunaannya untuk membayar utang.

A. Pentingnya Pengendalian Intern Terhadap Kas

Pada perusahaan yang masih kecil, dimana semua aktivitas perusahaan masih dapat dikendalikan oleh pemilik, pengendalian intern terhadap kas belum begitu diperlukan. Sejalan dengan perkembangan

(8)

perusahaan, semakin besar perusahaan, maka transaksi khususnya yang berkaitan dengan kas akan semakin banyak dan semakin beragam.

Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dapat dipisahkan menjadi dua kelompok yakni penerimaan dan pengeluaran kas dari dan untuk kegiatan operasi maupun dari kegiatan non operasi. Penerimaan kas dari operasi misalnya penerimaan dari penjualan tunai, penerimaan piutang, setoran modal oleh pemilik, penerimaan pinjaman dan yang lainnya.

Penerimaan kas yang berasal dari kegiatan non operasi misalnya penerimaan bunga simpanan di bank, penerimaan hadiah dari undian, penerimaan kas dari penjualan aset tetap yang tidak digunakan lagi dan yang lainnya. Pengeluaran kas untuk kegiatan operasi misalnya pembayaran biaya-biaya operasional seperti pembayaran gaji pegawai, pembayaran sewa, pembelian bahan baku, pembelian persediaan barang dan yang lainnya. Sedangkan pengeluaran kas untuk kegiatan non operasi misalnya pembayaran untuk pembayaran sumbangan, pembayaran pajak atas hadiah dan yang lainnya.

Praktik-praktik yang mungkin dilakukan untuk menyelewengkan kas antara lain:

1. Penerimaan kas dari penjualan tunai dicatat lebih rendah dari yang seharusnya.

2. Tagihan yang timbul dari penjualan kredit tidak dicatat

3. Cek untuk kepentingan pribadi dibebankan sebagai biaya perusahaan

4. Lapping atau menunda posting.

B. Cara Pengendalian Intern Terhadap Kas

Kas memiliki karakteristik yang menarik, yang menyebabkannya mudah untuk diselewengkan. Karakteristik tersebut yakni: tidak ada identitas, mudah dibawa/dipindahtangankan karena bentuknya kecil dan ringan serta dapat ditukar sewaktu-waktu menjadi aktiva non kas.

Berdasarkan karakteristik tersebut, maka penting untuk dilakukan pengendalian intern terhadap kas dengan cara:

1. Pengendalian intern atas penerimaan kas

Beberapa cara untuk melakukan pengendalian intern atas penerimaan kas adalah:

(9)

a. Hanya karyawan tertentu saja yang secara khusus ditugaskan untuk menangani penerimaan kas.

b. Melakukan pemisahan tugas antara individu yang menerima kas, mencatat/membukukan penerimaan kas dan yang menyimpan kas.

c. Setiap penerimaan kas harus didukung oleh dokumen.

d. Uang kas hasil penerimaan penjualan harian atau hasil penagihan piutang dari pelanggan harus disetor ke bank.

e. Melakukan pengecekan independen atau verifikasi internal f. Mengikat karyawan yang menangani penerimaan kas dengan

uang pertanggungan.

2. Pengendalian intern atas pengeluaran kas

Secara garis besar, berikut ini adalah beberapa penerapan prinsip pengendalian internal atas pembayaran kas dengan menggunakan cek:

a. Hanya pejabat tertentu saja yang secara khusus memiliki otorisasi untuk menandatangani cek.

b. Adanya pemisahan tugas antara individu yang menyetujui pembayaran kas, melakukan pembayaran kas, dan yang mencatat/membukukan pengeluaran kas.

c. Menggunakan cek yang telah bernomor urut tercetak, setiap cek harus dilampiri dengan bukti tagihan.

d. Simpanlah blanko cek yang belum terpakai dalam safe deposit box, dan hanya satu orang tertentu saja yang ditunjuk atau memiliki kode akses untuk membukanya.

e. Melakukan pengecekan independen atau verifikasi internal.

Bandingkan antara cek dengan bukti tagihan dan cocokkanlah dengan laporan bank atau rekening koran bulanan.

f. Faktur tagihan (invoices) yang telah dibayat haru segera diberi stempel “Lunas”.

Selain itu cara lain untuk melakukan pengendalian intern atas pengeluaran kas adalah dengan penggunaan sistem voucher. Sistem voucher dirancang untuk membantu dalam pelaksanaan pengasan terhadap pengeluaran kas. Sistem ini menetapkan ketentuan- ketentuan sebagai berikut: (1) Kewajiban perusahaan hanya dapat

(10)

terjadi dari transaksi yang telah disetujui (disahkan) oleh orang yang diberi wewenang oleh perusahaan; (2) prosedur-prosedur yang berkaitan dengan terjadinya kewajiban, yang meliputi verifikasi, pengesahan, dan pencatatan, harus ditetapkan; (3) cek hanya dapat dikleuarkan untuk pembayaran kewajiban yang telah diverifikasi, disahkan, dan dicatat dengan benar; (4) kewajiban harus dicatat pada saat terjadi, dan setiap transaksi pembelian harus diperlakukan sebagai transaksi yang independen. Ketentuan ini harus dipenuhi, meskipun terjadi lebih dari satu transaksi pembelian dari perusahaan yang sama dalam satu bulan atau periode faktur lainnya.

C. Catatan Ganda Kas

Prinsip bahwa semua kas harus disetrokan ke bank dan bahwa pengeluaran kas, kecuali kas kecil harus menggunakan cek dapat dapat meminimalkan jumlah kas diperusahaan. Jumlah kas minimal dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan oleh karyawan dan perampokan oleh pihak luar. Prinsip ini juga memungkinkan dilakukannya rekonsiliasi karena pencatatan kas dilakukan baik oleh perusahaan maupun oleh bank. Dicatatnya kas oleh dua pihak ini dapat menaikkan kualitas pengendalian intern.

D. Laporan Bank

Setiap akhir bulan, giran (pemegang rekening giro) menerima laporan bank. Laporan ini berisi informasi cek-cek yang telah diuangkan, setoran-setoran yang telah diterima, dan saldo harian. Laporan bank juga berisi informasi tentang memo debet dan memo kredit.

Memo debet adalah pengurangan atas rekening giro, selain dari cek yang dikeluarkan oleh giran. Misalnya memo debet untuk biaya bank dan cek kosong. Memo kredit adalah penambahan saldo rekening giro, selain dari setoran langsung giran. Misalnya memo kredit untuk jasa giro dari bank dan setoran pihak lain.

E. Laporan Rekonsiliasi Bank

Jika perusahaan membuka rekening giro di bank, akan terpelihara dua catatan yaitu catatan perusahaan dan catatan bank. Karena keduanya mencatat pos yang sama maka seharusnya dua catatan itu

(11)

menghasilkan saldo yang sama. Namun dalam kenyataannya, dua catatan itu tidak pernah sama, sehingga perlu dilakukan rekonsiliasi.

Penyebab perbedaan saldo tersebut dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Beda waktu pencatatan

Yang dimaksud dengan beda waktu ppencatatan yakni antara pemegang giran dan bank berbeda waktu mencatat transaksi yang sama. Hal ini umumnya terjadi di akhir bulan. Beda waktu pencatatan ini terdiri dari:

a. Setoran dalam perjalanan/deposit intransit, yakni setoran perusahaan yang belum diterima oleh bank, misalnya, karena perusahaan melakukan penyetoran pada sore hari, setelah kegiatan pembukuan bank berhenti. Setoran ini sudah menambah saldi di buku perusahaan, tetapi belum menambah saldo di bank.

b. Cek yang masih beredar/out standing cek, yaitu cek yang sudah dikeluarkan perusahaan tetapi belum dicairkan ke bank oleh penerima cek. Out standing cek ini sudah mengurangi saldo doperusahaan tetapi belum mengurangi saldo di bank.

c. Memo kredit, yaitu penerimaan yang telah diakui dan dicatat oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Termasuk dalam memo kredit ini yaitu pendapatan jasa giro dan penerimaan transferan dari pihak lain.

d. Memo debet, yaitu pengeluaran yang telah diakui dan dicatat oleh bank, namum belum dicatat oleh perusahaan. Termasuk dalam memo debet ini yakni biaya administrasi bank dan cek kosong.

2. Kesalahan pencatatan

Bank atau perusahaan (atau kedua-duanya) telah melakukan kesalahan pencatatan. Sebagai contoh, bank mungkin mengurangi saldo rekening seorang pemegang giro untuk cek yang ditarik oleh pemegang giro yang lain. Sementara itu, pemegang giro mungkin salah mencatat jumlah rupiah cek yang telah diatariknya. Apabila salah satu pihak atau kedua-duanya melakukan kesalahan pencatatan, maka dapat dipastikan bahwa saldo menurut perusahaan tidak akian sama dengan saldo yang tercantum dalam

(12)

laporan bank. Untuk menyamakan saldo tersebut harus dibuat laporan rekonsiliasi bank, setelah laporan rekonsiliasi bank selesai dilanjutkan dengan membuat jurnal penyesuaian dan posting jurnal ke buku besar, sehingga pada buku besar bank yang ada diperusahaan menunjukkan saldo yang sudah sesuai dengan saldo simpanan di bank yang nampak pada laporan rekening koran.

Adapun tahap-tahap dalam menyusun laporan rekonsiliasi bank adalah:

1. Tentukan saldo akhir menurut catatan perusahaan/giran dan saldo akhir menurut catatan bank/rekening koran bank. Saldo ini sudah tentu menunjukkan angka yang tidak sama.

2. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per bank, hal-hal yang tercantum dalam pembukuan perusahaan tetapi tidak tercantum dalam laporan bank.

a. Tambahkan setoran dalam perjalanan/deposi intransit pada saldo per bank. Setoran dalam perjalanan dapat diketahui dengan cara membandingkan antara setoran-setoran yang tercantum dalam laporan bank dengan daftar penerimaan kas yang terdapat dalam pembukuan perusahaan. Setoran dalam perjalanan adalah setoran yang tercantum dalam pembukuan perusahaan, tetapi tidak tercantum sebagai setoran dalam laporan bank pada bulan yang bersangkutan.

Apabila pada bulan yang lalu terdapat setoran dalam perjalanan, maka setoran tersebut akan nampak dalam laporan bank bulan ini. Jika tidak, berarti setoran tersebut telah hilang.

b. Kurangkan cek dalam perjalanan/out standing cek dari saldo per bank. Cek dalam perjalanan dapat diketahui dengan cara membandingkan antara cek-cek yang diuangkan di bank seperti tercantum dalam laporan bank dengan cek-cek yang dikeluarkan perusahaan seperti tercantum dalam jurnal pengeluaran kas. Cek dalam perjalanan adalah cek yang telah dikeluarkan perusahaan tetapi tidak nampak dalam laporan bank, karena penerima cek belum mencairkan cek tersebut ke bank. Pembandingan ini juga merupakan

(13)

pengujian bahwa semua cek yang telah dibayar oleh bank adalah merupakan cek perusahaan yang sah dan telah dicatat dengan benar, baik oleh bank maupun oleh perusahaan. Cek dalam perjalanan sangat umum terjadi, sehigga merupakan hal yang paling sering tercantum dalam suatu laporan bank.

3. Tambahkan atau kurangkan saldo perbuku, hal-hal yang tercantum dalam laporan bank, tetapi tidak tercatat dalam pembukuan perusahaan:

a. Tambahkan saldo pada saldo per buku (a) penerimaan- penerimaan kas langsung melalui bank dan (2) pendapatan bunga atas saldo giro di bank. Kedua hal tersebut akan dapat diketahui dengan cara membandingkan antara setoran- setoran yang tercantum dalam laporan bank dengan penerimaan yang terdapat dalam pembukuan perusahaan.

Kadang-kadang perusahaan belum mencatat kedua hal tersebut, sedangkan bank sudah mencatatnya.

b. Kurangkan dari saldo per buku (a) biaya administrasi bank, (b) biaya pencetakan cek, dan (c) pengurangan yang telah dilakukan oleh bank lainnya (misalnya pengurangan karena adanya pengembalian cek kosong atau cek yang telah lewat waktu). Hal-hal tersebut akan dapat diketahui dengan cara membandingkan pengurangan-pengurangan yang terdapat dalam laporan bank dengan catatan perusahaan dalam jurnal pengeluaran kas. Kadang-kadang hal di atas belum dicatat perusahaan sedangkan bank sudah mencatatnya.

4. Hitunglah saldo per bank dan saldo per buku/perusahaan yang telah disesuaikan. Kedua saldo tersebut harus sama.

5. Buatlah jurnal penyesuaian dengan menyesuaian hal-hal penyebab perbedaan saldo yang terdapat pada bagian saldo menurut perusahaan.

6. Perbaiki semua kesalahan yang terdapat dalam pembukuan perusahaan, dan sampaikan pemberitahuan ke bank jika bank telah melakukan kesalahan.

Contoh Laporan Rekonsiliasi Bank

(14)

Pada tanggal 1 Oktober 2014, PT. WGAH membuka rekening giro di Bank BNI dengan setoran mula-mula Rp 40.000.000.

Saldo menurut PT. WGAH pada akhir Oktober menunjukkan angka Rp 5.051.000 sedangkan menurut BNI saldonya Rp 5.278.000. Setelah dilakukan prosedur rekonsiliasi, diketahui bahwa perbedaan saldo di atas disebabkan oleh hal-hal berikut:

1. Setoran dalam perjalanan Rp 860.000 2. Cek yang masih beredar Rp 820.000

3. Jasa giro yang diberikan bank Rp 8.000 dan biaya bank Rp 10.000

4. Cek sebesar Rp 211.000 yang diterima perusahaan dari PT.

Karuna ternyata dananya tidak mencukupi.

5. Bank berhasill menagihkan wesel nominal Rp 500.000.

Terhadap jumlah ini dibebankan biaya tagih Rp 20.000 Berdasarkan informasi diatas diminta buatlah:

1. Laporan rekonsiliasi bank 2. Jurnal penyesuaian

3. Buku besar bank BNI pada pencatatan PT WGAH

(15)

1. Laporan Rekonsiliasi Bank

PT WGAH

LAPORAN REKONSILIASI BANK PER 31 OKTOBER

2. Ayat jurnal penyesuaian

Menurut laporan rekonsiliasi bank di atas, saldo kas yang benar adalah Rp.

5.318.000. Prosedur rekonsiliasi bukanlah prosedur untuk membetulkan rekening bank dan rekening lainnya di buku besar. Oleh karena itusaldo rekening-rekening setelah rekonsiliasi tersebut masih tetap menunjukkan saldo-saldo semula. Untuk membetulkan saldo-saldo buku perusahaan kita harus membuat jurnal penyesuaian dan mempostingnya ke rekening-rekening yang bersangkutan. Adapun data untuk membuat jurnal penyesuaian adalah Saldo menurut PT WGAH 5.051.000 Saldo menurut BNI 5.278.000

Ditambah Ditambah

Penagihan wesel 480.000 Setoran dalam perjalanan 860.000+

Jasa giro 8.000+

Jumlah penambah 488.000+

Jumlah 5.539.000 Jumlah 6.138.000

Dikurangi: Dikurangi:

Cek kosong 211.000 Cek beredar 820.000-

Biaya bank 10.000 –

Jumlah pengurang 221.000 -

Saldo perusahaan yang benar 5.318.000 Saldo bank yang benar 5.318.000

======== ========

(16)

laporan rekonsiliasi bank khususnya penyesuaian di bagian saldo menurut perusahaan. Jurnal-jurnal penyesuaian yang dibuat yaitu:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

31 Okt 2014 Bank BNI Biaya Bank

Piutang wesel

(mencatat penerimaan piutang wesel dikurangi biaya tagih)

480.000 20.000

500.000

31 Okt 2014 Bank BNI

Pendapatan jasa giro (mencatat penerimaan jasa giro)

8.000

8.000

31 Okt 2014 Piutang PT Karuna Bank BNI

(mencatat penerimaan piutang dari PT Karuna ternyata cek dari PT Karuna kosong)

211.000

211.000

31 Okt 2014 Biaya bank Bank BNI

10.000

10.000

Jumlah 729.000 729.000

(17)

c. Buku Besar Bank BNI di PT WGAH

Tanggal Keterangan Debet Kredit Saldo

31 Okt 2014 Saldo sebelum rekonsiliasi 5.051.000 31 Okt 2014 Penerimaan piutang wesel 480.000 5.531.000 31 Okt 2014 Pendapatan jasa giro 8.000 5.539.000 31 Okt 2014 Cek Kosong PT Karuna 211.000 5.328.000

31 Okt 2014 Biaya bank 10.000 5.318.000

F. Bank Overdraft

Bank overdraft terjadi ketika pemilik rekening giro/giran mengeluarkan cek atau bilyet giro melebihi saldo rekeningnya di bank. Saldo overdraft pada salah satu rekening di bank disajikan sebagai utang lancar di neraca.

G. Kas Kecil

Salah satu cara pengendalian internal kas adalah segera menyetorkan ke bank semua penerimaan dan jika terjadi pengeluaran kas sebaiknya menggunakan cek/bilye giro. Namun untuk pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil misalnya untuk membeli perangko, vas bunga, alas meja, biaya sosial dan biaya lainnya (yang jumlahnya relatif kecil) penggunaan cek tidak efektif.

Alasan perlu dibentuknya sebuah dana kas kecil adalah bahwa pembayaran-pembayaran yang jumlahnya relatif kecil ini, yang sering terjadi, mungkin pada akhirnya juga dapat menjadi suatu jumlah tertentu yang cukup signifikan jika ditotal. Oleh sebab itu agar pengeluaran- pengeluaran ini juga tetap dimonitor dengan baik maka pengendalian internal mutlak diperlukan, caranya adalah dengan membentuk sistem dana kas kecil.

Untuk membentuk suatu kas kecil, perusahaan harus menaksir jumlah kas yang diperlukan untuk suatu jangka waktu tertentu, misalnya keperluan seminggu atau sebulan. Berikutnya perusahaan mengeluarkan

(18)

cek dan menguangkannya ke bank untuk mengisi dana kas kecil tersebut.

Atas pengeluaran cek ini dibuat jurnal sebagai berikut:

Kas kecil xxx

Bank xxx

Dana kas kecil dikelola oleh seorang petugas yang disebut pemegang kas kecil. Pemegang kas kecil inilah yang bertanggungjawab atas penyimpanan dan pemakaian kas kecil. Setiap pemakaian kas kecil akan mengurangi jumlah kas kecil dan menambah jumlah bukti pengeluaran kas dalam peti kas. Apabila kas kecil hampir habis, maka harus segera diisi kembali. Untuk melakukan pengisian kembali pemegang kas kecil harus menunjukkan bukti-bukti pemakaian kas kecil dan menukarkannya ke kasir perusahaan. Kasir akan membubuhkan cap “Telah Dibayar” pada setiap lembar bukti pemakaian kas kecil. Selanjutnya kasir mengeluarkan cek dan menyerahkannya kepada pemegang kas kecil untuk segera diuangkan. Setelah cek diuangkan maka jumlah saldo kas kecil kembali seperti semula.

Pada saat terjadi pemakaian kas kecil, perusahaan belum mencatat transaksi tersebut, tetapi pemegang kas kecil menyimpan bukti pengeluarannya. Jika kas kecil diisi kembali dan kasir mengeluarkan cek untuk mengisinya, maka pada saat itu dibuat jurnal dengan mendebet rekening biaya-biaya dan mengkredit rekening Bank. Pengoperasian kas kecil seperti diuraikan di atas disebut dengan imprest system/sistem dana tetap. Terdapat empat kegiatan pada manajemen kas kecil dengan sistem dana tetap yaitu:

1. Pembentukan kas kecil

Kasir PT WGAH menyerahkan cek senilai Rp. 500.000 kepada pemegang dana kas kecil. Dana tersebut diperkirakan untuk membiayai pengeluaran dalam jumlah kecil selama dua minggu.

Transaksi tersebut dijurnal

Dana Kas Kecil Rp 500.000

Bank Rp 500.000

2. Menggunakan dana kas kecil

Sampai dengan minggu kedua dana kas kecil yang terpakai sejulah Rp 240.000, untuk pemakaian dana kas kecil tidak terdapat penjurnalan,

(19)

melainkan hanya pencatatan memorial yang dibuat oleh pemegang kas kecil dan mengumpulkan bukti pemakaian kas kecil.

3. Mengisi kembali dana kas kecil

Pada awal minggu ketiga ketika dilakukan pengisian dana kas kecil, pemegang kas kecil akan menyerahkan bukti pemakaian kas kecil kepada kasir dan menyerahkan dana sebesar Rp 240.000. Pengisian kembali kas kecil tersebut di buatkan jurnal sebagai berikut:

Biaya-biaya Rp 240.000

Kas/bank Rp 2400.000

Dengan dilakukan pengisian kembali jumlah saldo kas kecil tetap sejumlah Rp 500.000, selain itu, penjurnalan atas pengisian kembali dimaksudkan untuk mengakui biaya-biaya yang terjadi dan menyajikannya pada laporan laba/rugi dan menunjukkan jumlah kas kecil yang akan dilaporkan di Neraca.

4. Penyesuaian

Dalam hal tidak dilakukan pengisian kembali kas kecil pada akhir periode, maka perlu dibuat jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian ini untuk mengakui biaya sejak pengisian sebelumnya sampai akhir periode. Misalnya pada contoh diatas tidak dilakukan pengisian kas kecil sampai dengan akhir periode, maka jurnal yang dibuat adalah:

Biaya-biaya Rp 240.000

Kas Kecil Rp 240.000

Dengan jurnal penyesuaian ini maka jumlah kas kecil yang dilaporkan di Neraca adalah sebesar Rp 260.000 (Rp 500.000- Rp 240.000).

Pada hari kerja pertama periode berikutnya jurnal penyesuaian di ata dibuatkan jurnal pembali sebagai berikut:

Kas Kecil Rp 240.000

Biaya-biaya Rp 240.000 H Selisih Kas

Yang dimaksud dengan selisih kas adalah perbedaan fisik uang dengan bukti pendukung. Hal ini terjadi karena sulitnya mencari uang receh.

Jika selisih kas menguntungkan dimana fisik uang lebih banyak dari bukti pendukung maka akan diakui sebagai pendapat di luar usaha, sedangkan sebaliknya jika fisik bukti pendukung lebih banyak dari fisik

(20)

uang maka akan diakui sebagai biaya di luar usaha dan rekening lawannya adalah kas kecil. Apabila jumlah selisih kas material, hal ini mungkin disebabkan oleh hal lain diluar kesulitan mencari uang receh.

Kondisi tersebut harus disampaikan kepada manajemen dan dicari penyebabnya agar bisa dilakukan tindakan korektif dan preventif.

I Penyajian Kas di Neraca

Penyajian aktiva lancar dalam neraca disusun berdasarkan tingkat likuditasnya. Kas lebih lancar dibandingkan piutang, piutang lebih lancar dibandingkan dengan persediaan dan seterusnya. Jadi kas merupakan aktiva lancar yang paling lancar.

Karena kas merupakan aktiva yang paling lancar yang dimiliki perusahaan, maka kas disajikan pertama/paling atas. Kas terdiri dari kas di bank, kas diperusahaan dan kas kecil. Sedangkan setara kas adalah investasi yang sangat likuid yang dapat dikonversi menjadi uang kas dalam jangka waktu yang sangat segera biasanya kurang dari 3 bulan (90 hari). Investasi ini pada awalnya sengaja dilakukan perusahaan dengan maksud untuk mendapatkan pendapatan dari uangnya kas yang menganggur. Contoh dari setara kas ini adalah sertifikat deposito yang diterbitkan bank, surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki peringkat kredit yang baik (commercial paper), obligasi atau surat utang yang diterbitkan perusahaan, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah/negara.

Rangkuman

1. Pengendalian intern terhadap kas penting dilakukan karena kas merupakan aktiva lancar yang paling mudah diselewengkan, hal tersebut karena kas memiliki karakteristik sebagai berikut:

a.Bentuknya kecil, mudah dipindahtangankan dan bobotnya ringan

b. Tidak ada identitas siapa pemiliknya

2. Pengendalian intern terhadap kas, dilakukan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas.

3. Pembuatan catatan ganda kas di perusahaan dan di bank merupakan salah satu cara pengendalian intern terhadap kas.

(21)

4. Jika perusahaan memiliki rekening giro di bank, maka pada setiap akhir periode perusahaan akan menerima laporan bank atau laporan rekening koran. Saldo catatan kas akhir periode di bank menurut versi rekening koran dengan saldo catatan kas di perusahaan tidak pernah sama, dan untuk menyesuaikan catatan tersebut dibuat laporan rekonsiliasi bank.

5. Terdapat dua penyebab perbedaan saldo kas di bank dengan saldo kas menurut catatan bank yakni: (1) beda waktu pencattan dan (2)kesalahan pencatatan.

6. Bank overdraft terjadi ketika pemilik rekening giro/giran mengeluarkan cek atau bilyet giro melebihi saldo rekeningnya di bank.

7. Terdapat dua cara untuk menyelenggarakan kas kecil yakni sistem dana tetap (imprest sistem) dan sistem berubah-ubah (fluktuatif sistem). Untuk tujuan pengendalian intern terhadap kas, metode dana tetap lebih baik digunakan.

8. Yang dimaksud dengan selisih kas adalah perbedaan fisik uang dengan bukti pendukung.

9. Di Neraca kas disajikan pada urutan pertama karena kas merupakan aktiva lancar yang paling lancar.

Bahan diskusi

1. Bagaimana pengendalian internal atas penerimaan kas dilakukan?

2. Bagaimana cara pengendalian internal atas pembayaran kas yang menggunakan cek?

3. Bagaimana kas disajikan di neraca?

4. Apa yang dimaksud dengan laporan rekonsiliasi bank dan apa tujuan dibuat laporan rekonsiliasi bank?

5. Mengapa selisih kas dicatat ke dalam rekening

pendpatan/biaya non operasional?

(22)

Latihan soal

1. Pada waktu memeriksa kas PT WGAH anda menemukan kas kecil Rp 2500 (Imprest system). Perusahaan mengadakan pengisian kembali tanggal 15 Januari (sekarang 31 Desember). Dari jumlah kas kecil tersebut menurut perusahaan Rp 1.850 dikeluarkan sebagai biaya, sedangkan menurut pemeriksaan hanya Rp 1.250 dikeluarkan sebagai biaya. Dan pengeluaran lainnya tidak ada buktinya.

Diminta buatlah jurnal-jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi yang berhubungan kas kecil di PT WGAH 2. Sebutkan termasuk kelompok kas atau non kas kah, item-

item berikut:

a. NSF checks b. Saving account c. Postage stamp d. Postdated checks e. US $ 100

f. Cash on hand

g. Cash on sinking fund h. Travel advanced i. Bank overdraft j. Traveller’s checks

3. PT Bintang menyetor kasnya ke bank mandiri setiap hari dalam rekening gironya. Setiap pengeluaran yang jumlahnya relatif besar (diluar penggunaan kas kecil) selalu menggunakan cek. Berikut ini informasi yang berguna untuk menyusun laporan rekonsiliasi bank.

a. Saldo kas di bank mandiri per buku PT Bintang pada awal Desember adalah Rp 432.000.000

b. Penerimaan kas selama bulan Desember Rp 1.000.000.000

c. Pengeluaran kas selama bulan Desember Rp 532.000.000

d. Deposit intransit bulan Desember Rp 250.000.000 e. Out standing check bulan Desember Rp 235.600.000

(23)

f. Memo debet dari bank untuk biaya bulan Desember Rp 23.400.000

g. Memo kredit dari bank untuk jasa giro Rp 3.200.000

h. Cek PT Lintang sebagai setoan ke PT Bintang langsung disetor ke bank Mandiri sebesar Rp 67.800.000

i. Setoran UD. Bintang sbesar Rp 137.600.000 oleh bank mandiri dicatat sebagai setoran PT Bintang.

j. Cek CV Sintang dicatat sebagai cek PT Bintang oleh bank Mandiri sebesar Rp 117.500.000

k. Cek sebesar Rp 96.000.000 oleh kasir PT Bintang dicatat sebesar Rp 69.000.000 cek ini untuk membayar utang dagang ke PT Gemilang

l. Menurut rekening giro saldo PT Bintang di bank Mandiri per 31 Desember Rp 926.300.000

Diminta buatlah:

a. Laporan rekonsiliasi bank per 31 Desember b. Buatlah jurnal penyesuaian

4. Pada tanggal 2 Januari 2015 anda menemukan bukti-bukti kas kecil sebagai berikut:

Uang kertas dan koin Rp 15.160

Kas bon pegawai Rp 45.000

Amplop berisi tiket sepak bola

yang ditonton oleh staf Rp 30.000 Voucher untuk servis printer Rp 40.000

Materai Rp 18.000

Voucher untuk telepon Rp 65.000

Cek mundur untuk tanggal 15 Jan 2015 Rp 5.000.000

NSF Cheks Rp 7.000.000

Pegawai menukar cek Rp 9.900.000

Jumlah seluruh kas dan bukti Rp 400.400 Jumlah kas kecil pada buku kas kecil Rp 400.000 Buatlah jurnal yang diperlukan untuk mengakui biaya dan melakukan koreksi atas selisih kas

(24)

5. PT Gargita membuka rekening giro di Mega pada tanggal 1 Februari 2015. Berikut ini informasi yang berkaitan dengan giro tersebut. Laporan bank untuk bulan Februari sebagai berikut:

Bank Mega

Jl. Tibung Sari Nomor1 Dalung Badung

Laporan Giro Nomor 721020 Atas nama PT Gargita

Untuk Bulan Februari 2015 (dlm Rp)

Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo

1 Setoran awal - 100.000.000 100.000.000

5 Setoran - 75.000.000 175.000.000

7 Cek No 0010 40.000.000 - 135.000.000 10 Cek No 0011 53.000.000 - 82.000.000

20 Setoran - 100.000.000 182.000.000

24 Cek No 0014 25.000.000 - 157.000.000 25 Cek No 0013 30.000.000 - 127.000.000

27 Setoran - 140.000.000* 267.000.000

28 Cek No 0016 70.000.000 - 197.000.000 28 Biaya bank 12.000.000 - 185.000.000

28 Jasa giro - 15.000.000 200.000.000

*Jumlah ini adalah setoran CV. Gargita yang keliru dicatat oleh Bank sebagai setoran PT. Gargita.

(25)

Menurut catatan PT Gargita saldo di Bank Mega per 28 Februari adalah Rp 75.000.000 dengan rician sebagai berikut:

Setoran awal Rp. 100.000.000

Ditambah: Setoran tambahan

Setoran tanggal 4 Rp 75.000.000 Setoran tanggal 19 Rp 100.000.000 Setoran tanggal 28 Rp 50.000.000 +

Jumlah setoran Rp 225.000.000+

Saldo sebelum penarikan Rp 325.000.000 Dikurangi: penarikan cek-cek

Cek Nomer 0010 Rp 40.000.000 Cek Nomer 0011 Rp 35.000.000 Cek Nomer 0013 Rp 30.000.000 Cek Nomer 0014 Rp 25.000.000 Cek Nomer 0015 Rp 40.000.000 Cek Nomer 0016 Rp 70.000.000 Cek Nomer 0017 Rp 10.000.000+

Jumlah penarikan Rp 250.000.000 –

Saldo kas di Bank per 28 Februari Rp 75.000.000 Diminta buatlah: Laporan rekonsiliasi bank dan jurnal penyesuaian Catatan:

1. Jika terdapat perbedaan angka untuk setoran atau cek antara catatan perusahaan dengan bank maka anggaplah kesalahan dilakukan oleh perusahaan.

2. Cek no 0012 dibatalkan

(26)

BAB II

AKUNTANSI

INVESTASI PADA SURAT BERHARGA

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan memahami:

A. Tujuan Investasi Surat Berharga

B. Pencatatan Investasi Surat Berharga Saham C. Pencatatan Investasi Surat Berharga Obligasi D. Penilaian Surat Berharga

E. Penyajian Surat Berharga

F. Penjualan Kembali Surat Berharga Yang Sudah Dicadangkan Penurunan Nilainya

Jika perusahaan memiliki kas yang menganggur dalam jumlah material, maka biasanya kas tersebut digunakan untuk berinvestasi dalam surat berharga jangka pendek. Investasi tersebut biasanya berupa pembelian surat berharga saham dan obligasi dengan jangka waktu kurang dari tiga bulan.

Suatu investasi dalam surat berharga dikatakan sebagai investasi jangka pendek jika memiliki ciri-ciri:

1. Jangka waktu penanamannya kurang dari tiga bulan (90 hari) 2. Mampu menghasilkan laba (Profitable)

3. Mempunyai harga pasar yang relatif stabil 4. Dapat dijual setiap saat (marketable) A. Tujuan Investasi Surat Berharga

Tujuan utama dilakukannya investasi surat berharga jangka pendek adalah untuk mengoptimalkan pengelolaan kas. Jika diuraikan secara rinci tujuan perusahaan melakukan investasi dalam surat berharga adalah:

1. Untuk memperoleh pendapatan bunga dari investasi obligasi atau dividen dari investasi saham (termasuk keuntungan dari selisih harga jangka pendek); banyak perusahaan yang tidak puas dengan tingkat

(27)

suku bunga yang rendah yang ditawarkan oleh deposito bank sehingga perusahaan lebih memilih atau beralih ke alternatif investasi lain (investasi obligasi dan saham) dengan menerima tingkat risiko yang lebih tinggi pula. Jika investor melakukan investasi dalam saham perusahaan akan mendapatkan dividen dan atau keuntungan dari selisih harga jangka pendek (capital gain) bukan untuk mempengaruhi atau mengendalikan perusahaan investee. Jika investor berinvestasi dalam obligasi maka akan diperoleh bunga/kupon.

2. Sebagai antisipasi atau untuk menjamin bahwa perusahaan tetap dapat melanjutkan kegiatan operasionalnya meskipun dalam kondisi yang sulit (resei ekonomi); nanti pada saat keadaan perekonomian kurang menguntungkan, investasi ini akan segera dicairkan. Jadi, investasi dilakukan untuk memberikan perusahaan ketersediaan sumber dana yang dapat ditarik kembali pada saat diperlukan.

3. Memanfaatkan kelebihan kas yang tidak terpakai dalam kegiatan operasional perusahaan sebagai hasil dari puncak penjualan musiman; kelebihan kas yang terjadi selama penjualan musiman akan lebih menguntungkan bagi perusahaan apabila diinvestasikan dalam bentuk sekuritas (obligasi dan saham) dibanding disimpan di bank.

Nanti, begitu saat penjualan musiman tiba kembali maka investasi ini akan dicairkan dan dananya akan dipakai untuk membeli persediaan barang dagangan.

4. Untuk menjamin tersedianya bahan mentah, mempengaruhi dewan komisaris, atau untuk mendiversifikasi produk yang ditawarkan;

sebagai contoh adalah perusahaan pembuat helm yang menyerahkan pekerjaan pengecatannya kepada sebuah perusahaan khusus, sehingga untuk menjamin kesinambungan dari kontrak pekerjaan pengecatan ini maka perusahaan pembuat helm tersebut mungkin akan membeli 20% hingga 50% kepemilikan saham di perusahaan pengecatan tersebut. Dalam hal ini berarti bahwa alasan perusahaan melakukan investasi dalam saham adalah untuk mempengaruhi perusahaan investee.

5. Untuk mengendalikan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dari perusahaan lain; dalam hal ini perusahaan induk menguasai lebih dari

(28)

50% kepemilikan saham di perusahaan anak, di mana perusahaan induk melalui investasinya tersebut bermaksud bukan lagi hanya sekedar untuk memperoleh dividen ataupun mempengaruhi perusahaan anak melainkan lebih dari itu, yaitu ingin mengendalikan seluruh aktivitas di perusahaan anak.

B. Pencatatan Surat Berharga Saham

Pembelian surat berharga (saham dan obligasi) di debet sebesar harga perolehannya. Harga perolehan merupakan harga faktur ditambah dengan biaya pembelian meliputi komisi, pajak dan materai.

1. Pembelian surat berharga saham

Pembelian surat berharga saham dicatat dengan mendebet surat berharga saham sebesar harga perolehannya. Cara penentuan harga perolehan adalah dengan mengalikan jumlah lembar saham yang dibeli dengan harga perlembar dikalikan kurs kemudian hasilnya ditambah dengan biaya pembelian misalnya biaya komisi dan materai.

Contoh Pada tanggal 27 September PT Unilever membeli 2.000 lembar saham PT Gudang Garam dengan harga Rp 11.000 per lembar. Kurs beli saat itu 105% dan biaya pembelian Rp 2.500.000.

Jurnal yang dibuat oleh PT Unilever untuk mencatat transaksi pembelian saham tersebut adalah

Surat berharga – Saham Rp 25.600.000

Kas Rp 25.600.000

Perhitungan

2.000 lembar x Rp 11.000 x 105% = 23.100.000

Biaya pembelian = 2.500.000

Harga perolehan 2.000 lembar saham = 25.600.000 2. Penerimaan dividen kas

Yang dimaksud dengan dividen kas adalah dividen dalam bentuk uang tunai yang diterima oleh perusahaan yang berinvestasi dalam surat berharga saham. Selain dividen kas masih ada dividen lainnya yakni

(29)

property dividen yakni dividen dalam bentuk aktiva selain kas. Selain itu ada juga dividen yang diterima dalam bentuk saham.

Dengan menggunakan contoh soal di atas, jika PT. Gudang Garam membagikan dividen kepada pemegang saham dengan dividen per lembar adalah Rp 5.000 maka jurnal penerimaan kas yang dibuat oleh PT Unilever adalah:

Kas Rp 10.000.000

Pendapatan dividen Rp 10.000.000 3. Penjualan kembali

Jika obligasi yang telah dibeli kemudian dijual kembali, maka pencatatannya dilakukan dengan mengkredit rekening surat berharga sebesar harga perolehan yang dijual. Selisih harga jual bersih/penerimaan kas bersih dan harga perolehan merupakan keuntungan atau kerugian.

Misalnya, surat berharga saham PT Gudang Garam yang dibeli pada tanggal 27 September dijual sebanyak 1.500 lembar pada tanggal 30 November dengan harga jual bersih perlembar Rp 13.500. Jurnal untuk mencatat penjualan ini adalah:

Perhitungan (dalam Rp):

Harga jual bersih 1.500 lembar x Rp 13.500 =20.250.000 Harga perolehan 1.500 lbr (1.500/2.000X25.600.000 =19.200.000-

Laba penjualan 500 lembar saham 1.050.000

Jurnal: 30 November

Kas 20.250.000

Surat berharga saham PT G G 19.200.000

Laba penjualan 1.050.000

Laba rugi yang timbul dari penjualan surat berharga dalam laporan L/R dikelompokkan dalam laba atau rugi di luar usaha.

(30)

C. Pencatatan Surat Berharga Obligasi 1. Pembelian surat berharga obligasi

Pembelian obligasi dicatat dengan mendebet rekening surat berharga obligasi sebesar harga perolehan. Harga perolehan diperoleh dengan cara mengalikan kurs dengan jumlah lembar dikalikan harga perlembar kemudian hasilnya ditambahkan dengan biaya pembelian.

Contoh soal

PT Makmur pada tanggal 1 April 2013 membeli 25.000 lembar obligasi PT Sejahtera dengan nilai nominal Rp 15.000 per lembar.

Kurs obligasi 105%. Biaya pembelian Rp 6.500.000. Bunga obligasi 14% dibayar tiap 31 Maret dan 30 September. Pembelian obligasi ini dicatat sebagai berikut:

Perhitungan(dalam Rp):

Kurs 105% x 25.000 x Rp 15.000 = 393.750.000

Biaya pembelian = 6.500.000+

Harga perolehan = 400.250.000

Jurnal

Surat Berharga Obligasi PT Sejahtera 400.250.000

Kas 400.250.000

2. Penerimaan bunga

Penerimaan bunga atas pembelian obligasi dicatat dengan mengkredit rekening pendapatan bunga. Jumlah pendapatan bunga dihitung dengan cara mengalikan periode bulan, sejak tanggal pembelian sampai dengan tanggal pembayaran bunga kemudian dibagi 12 (jika persentase bunga tahunan), dikalikan dengan jumlah lembar dikalikan harga perlembar dikalikan dengan persentase bunga. Pada tanggal 30 September PT Makmur akan memperoleh pendapatan bunga atas pembelian obligasi PT Sejahtera.

Jumlah pendapatan bunga yang diterima PT Makmur pada tanggal 30 September dihitung sebagai berikut:

6/12 x 25.000 x Rp 15.000 x 14% =Rp 26.250.000

(31)

Jurnal pada tanggal 30 September Kas Rp 26.250.000

Pendapatan bunga Rp 26.250.000 3. Penjualan kembali

Jika obligasi tersebut dijual kembali, maka jurnal yang dibuat untuk mencatat penjualan kembali obligasi tersebut adalahdengan mengkredit rekening surat berharga obligasi sebesar harga perolehan yang terjual. Selisih antara harga jual bersih dengan harga perolehan dicatat dalam rekening laba atau rugi di luar usaha. Misalnya pada tanggal 2 Oktober 2014 seluruh obligasi terjual dengan harga jual bersih Rp 415.000.000

Jurnal yang dibuat pada tanggal 2 Oktober adalah

Kas Rp 415.000.000

Surat Berharga-Obligasi PT Sejahtera Rp 400.250.000 Laba penjualan surat berharga Rp 14.750.000 4. Transaksi jual beli obligasi tidak pada tanggal bunga

Penjualan maupun pembelian obligasi yang dilakukan pada tanggal yang tidak sama dengan tanggal bunga menimbulkan istilah bunga berjalan. Bunga berjalan adalah bunga yang timbul jika tanggal penjualan atau pembelian obligasi tidak bersamaan dengan tanggal pembayaran bunga. Lamanya bunga berjalan adalah tanggal bunga terakhir sebelum tanggal transaksi penjualan atau pembelian sampai dengan tanggal transaksi penjualan atau pembelian tersebut.

a. Pembelian

Misalnya, pada tanggal 1 April PT Gemilang membeli 5.000 lembar obligasi PT Senandung, dengan nominal Rp 10.000 per lembar.

Kurs obligasi 110%. Biaya pembelian Rp 2.500.000. Bunga obligasi 14% dibayar tiap 1 Mei dan 1 November. Perhitungan harga perolehan investasi dan jumlah kas yang dibayar oleh PT Gemilang adalah sebagai berikut:

Perhitungan harga perolehan 5.000 lembar obligasi PT Senandung:

(32)

Kurs 110% x 5.000 lbr X Rp 10.000 = 55.000.000

Biaya pembelian = 2.500.000 +

Harga perolehan = 57.500.000

Bunga berjalan 5 bulan (1 Nov-1 Apr)

5/12x14%x5.000xRp 10.000 = 2.917.000 + Kas yang dikeluarkan PT Gemilang = 60.417.000

Bunga berjalan yang dibayar tidak boleh diperlakukan sebagai penambah harga perolehan investasi, melainkan hanya sebagai pengurang pendapatan bunga. Terdapat dua cara mencatat bunga berjalan yakni dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan pendekatan neraca.

1). Jurnal untuk mencatat pembelian obligasi pada tanggal 1 April dan penerimaan bunga pada tanggal 1 Mei adalah sebagai berikut:

Jurnal pembelian 1 April

Surat Berharga Obligasi PT S Rp 57.500.000

Pendapatan bunga Rp 2.917.000

Kas Rp 60.417.000

Jurnal penerimaan bunga 1 Mei Kas Rp 3.500.000

Pendapatan bunga Rp 3.500.000*

6/12 x 5.000 lbr x Rp 10.000 x 14%

Jika kedua jurnal diposting, maka rekening pendapatan bunga akan bersaldo Rp 583.000. Jumlah ini tepat dengan perhitungan bunga selama satu bulan bagi PT Gemilang (1/12x 5.000 lembar x Rp 10.000 x 14%)

2). Pendekatan Neraca

Jika menggunakan pendekatan neraca untuk mencatat bunga berjalan yang timbul pada saat pembelian obligasi, maka jurnal pembelian dan penerimaan bunga dicatat sebagai berikut:

Surat berharga obligasi PT S Rp 57.500.000

(33)

Piutang bunga Rp 2.917.000

Kas Rp 60.417.000

Ketika menerima bunga untuk pertama kalinya yakni pada tanggal 1 Mei, jurnal yang dibuat sebagai berikut:

Kas Rp 3.500.000

Piutang bunga Rp 2.917.000 Pendapatan bunga Rp 583.000

Apabila dua jurnal di atas diposting, maka rekening Piutang Bunga bersaldo nol dan rekening Pendapatan bunga bersaldo kredit Rp 2.917.000. Jadi, dengan pendekatan mana pun untuk mencatat bunga berjalan, pendapatan bunga akan selalu sama yaitu Rp 2.917.000

Penerimaan bunga pada tanggal-tanggal penerimaan bunga berikutnya dilakukan dengan mendebet kas dan mengkredit rekening pendapatan bunga.

b. Penjualan

Selisih antara harga perolehan dengan harga jual yang terjadi pada saat penjualan investasi sementara obligasi diakui sebagai kerugian atau keuntungan. Bunga berjalan tidak boleh diperhitungkan di dalam menentukan kerugian atau keuntungan penjualan obligasi.

Misalnya pada tanggal 1 Juli 1.000 lembar obligasi PT Senandung dijual dengan harga jual bersih Rp 14.000.000. Jurnal yang dibuat oleh PT Gemilang untuk mencatat penjualan surat berharga obligasi tersebut adalah sebagai berikut:

Jurnal penjualan tanggal 1 Juli

Kas 14.233.300

Surat berharga obligasi PT S 11.500.000

Pendapatan bunga 2.500.000

Laba penjualan surat berharga 233.300

(34)

Perhitungan

Harga jual bersih 1.000 lembar 14.000.000 Harga perolehan 1.000 lembar:

(1.000/5.000)xRp 57.500.000 11.500.000 Laba penjualan obligasi 2.5000.00

Harga jual bersih 14.000.000

Bunga berjalan 2 bulan (1 Mei – 1 Juli)

2/12x14%x 1.000 lembarXRp 10.000 233.300+

Kas yang diterima PT Gemilang 14.233.300 c. Penyesuaian bunga berjalan di akhir periode

Masih menggunakan contoh soal PT Gemilang yang membeli surat berharga obligasi PT Senandung, setelah pada tanggal 1 Juli surat berharga obligasi PT Senandung dijual sebanyak 1.000, dengan asumsi sampai dengan tanggal 31 Desember tidak terjadi lagi transaksi penjualan surat berharga obligasi PT Senandung, maka akan terdapat sisa 4.000 lembar surat berharga obligasi PT Senadung yang masih di pegang oleh PT Gemilang. Pada tanggal 31 Desember, disaat PT Gemilang melakukan proses tutup buku, namun tanggal tutup buku tidak bersamaan dengan tanggal penerimaan bunga (karena tanggal pembayaran bunga tiap 1 Mei dan 1 November) maka hak bunga dalam 1 bulan (1 November-31 Desember) perlu dibuatkan jurnal penyesuaian.

Besarnya bunga berjalan adalah 2/12x14%x4.000lembarxRp 10.000= Rp 933.300

Jurnal penyesuaian bunga berjalan tanggal 31 Desember Piutang bunga Rp 933.300

Pendapatan bunga Rp 933.300

Pada tanggal 2 Januari periode berikutnya dibuatkan jurnal pembalik, tujuannya adalah untuk mempermudah pencatatan penerimaan bunga tanggal 1 Mei periode berikutnya.. Jurnal pembalik yang dibuat tanggal 2 Januari adalah:

(35)

Pendapatan bunga Rp 933.300

Piutang bunga Rp 933.300

Jika tidak terjadi penjualan obligasi sampai dengan tanggal 1 Mei, pendapatan bunga yang diterima tanggal 1 Mei adalah 6/12x14%x4.000 lembar x Rp 10.000 = Rp 2.800.000, jurnal yang dibuat

Kas Rp 2.800.000

Pendapatan bunga Rp 2.800.000 D. Penilaian Surat Berharga

Menurut konsep biaya historis, menyatakan bahwa aktiva, utang modal dan biaya dicatat sebesar harga perolehannya. Dengan menggunakan konsep ini, investasi dalam surat berharga dicatat sebesar harga perolehannya. Namun menurut PSAK No. 13 menyebutkan:

“Investasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus dicatat dalam neraca pada nilai terndah antara biaya dan nilai pasar”.

Yang dimaksud biaya dalam hal ini adalah harga perolehan dan nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu investasi dalam pasar yang aktif.

Penilaian surat berharga dengan harga terendah antara harga perolehan/cost dengan harga pasar/market disebut juga dengan metode COMWIL (Cost Or Market Which Ever Is Lower).

Apabila harga pasar surat-surat berharga yang dimiliki ternyata lebih rendah dari harga perolehannya dengan selisih yang material, tidak penurunan tersebut tidak bersifat sementara, maka surat berharga yabg dicantumkan dalam aktiva lancar dalam neraca tidak boleh melebihi harga pasarnya. Di sini akan diakui adanya kerugian yang belum terjadi.

Jumlah kerugian yang diakui adalah sebesar selisih dari harga perolehan dengan harga pasarnya pada tanggal neraca. Pencatatan kerugian yang diakui dilakukan dengan mendebet rekening rugi penurunan nilai surat berharga dan kreditnya cadangan penurunan nilai surat berharga. Rugi penurunan nilai surat berharga termasuk dalam kelompok rugi di luar usaha dalam laporan laba rugi, sedangkan cadangan penurunan nilai surat berharga akan di cantumkan di dalam neraca mengurangi rekening

(36)

surat berharga. Apabila terjadi penjualan surat berharga yang sudah diturunkan nilainya maka laba rugi penjualan dihitung dengan membandingkan harga jual dengan harga perolehan yang baru (sesudah dikurangi cadangan penurunan nilai surat berharga). Cara yang lebih rendah antara harga perolehan atau harga pasar dapat diterapkan kepada surat-surat berharga dengan dua cara:

1. Diterapkan kepada jumlah keseluruhan surat berharga 2. Diterapkan kepada masing-masing elemen surat berharga.

Sebagai contoh penerapan cara-cara di atas misal diketahui data investasi surat berharga PT WGAH pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut (dlm Rp):

Keterangan Harga

Perolehan

Harga pasar

COMWIL masing- masing SB 10.000 lbr obligasi PT Karuna 50.000.000 45.000.000 45.000.000 10.000 lbr saham preferent PT

Nadia, 13%

60.000.000 65.000.000 60.000.000 20.000 lbr saham biasa PT Sasa 40.000.000 47.000.000 40.000.000

Jumlah 150.000.000 157.000.000 145.000.000

Jika metode comwil diterapkan kepada keseluruhan surat berharga, maka dibandingkan antara Rp 150.000.000 dengan Rp 157.000.000 yang lebih rendah adalah harga perolehannya, sehingga di neraca investasi surat berharga disajikan dengan harga Rp 150.000.000 sehingga kerugian yang diakui adalah sebesar Rp 7.000.000

Jika metode comwil diterapkan kepada masing-masing elemen surat berharga, maka nilai surat berharga di neraca disajikan dengan harga Rp 145.000.000, sehingga kerugian yang diakui adalah sebesar Rp 5.000.000 (Rp 150.000.000-Rp 145.000.000).

Misalnya comwil diterapkan kepada keseluruhan surat berharga, jurnal yang dibuat pada tanggal 31 Desember untuk mengakui kerugian penurunan surat berharga adalah:

Rugi penurunan surat berharga Rp 5.000.000

Cadangan penurunan nilai surat berharga Rp 5.000.000

(37)

E. Penyajian Surat Berharga

Di dalam neraca surat berharga disajikan sebagai aktiva lancar, jika menggunakan metode comwil, surat berharga disajikan sebesar harga perolehannya dikurangi dengan cadangan penurunan nilai surat berharga. Masih menggunakan contoh investasi PT WGAH (comwil secara keseluruhan) surat berharga disajikan dengan nilai Rp 150.000.000 dikurangi cadangan penurunan nilai surat berharga Rp 5.000.000 sehingga nilai bersihnya Rp 145.000.000.

F. Penjualan Kembali Surat Berharga Yang Sudah Dicadangkan Penurunan Nilainya

Jika surat berharga yang sudah dicadangkan penurunan nilainya kemudian dijual, maka cadangan penurunan nilai surat berharga ini akan dihapuskan.

Misalnya tanggal 2 Januari 2015 semua surat berharga PT WGAH dijual dengan harga jual bersih Rp 175.000.000, penjualan surat berharga tersebut di jurnal sebagai berikut:

Kas Rp 175.000.000

Cadangan penurunan nilai surat berharga Rp 5.000.000

SB Obligasi PT Karuna Rp 50.000.000

SB Saham Preferm PT Nadia Rp 60.000.000 SB Saham Biasa PT Sasa

Laba penjualan SB

Rp 40.000.000 Rp 30.000.000

Laba penjualan surat berharga sebesar Rp 30.000.000 dihitung dengan cara sebagai berikut:

Harga jual Rp 175.000.000

Harga perolehan Rp 150.000.000 Cadangan penurunan Rp 5.000.000 -

Nilai bersih Rp 145.000.000-

Laba penjualan Rp 30.000.000

Apabila tahun 2015 surat berharga dijual tidak sekaligus, maka akan timbul masalah menghitung penurunan nilai untuk tiap jenis surat berharga, terutama bila perhitungannya untuk keseluruhan jumlah surat

(38)

berharga. Dalam hal penurunan nilai dihitung untuk keseluruhan surat berharga, dan penjualan surat berharga itu tidak sekaligus, maka tiap kali terjadi penjualan surat berharga tidak dilakukan penyesuaian pada rekening cadangan penurunan nilai. Rekening cadangan ini baru akan disesuaikan pada akhir periode.

Misalnya tanggal 1 Februari 2015 dijual 10.000 lembar obligasi PT Karuna dengan kurs 110 dan biaya penjualan Rp 1.500.000, perhitungan dan jurnal penjualan obligasi PT Karuna adalah sebagai berikut:

Harga kurs (110/100)x 10.000 lbr X Rp 5.000 = Rp 55.000.000

Biaya penjualan Rp 1.500.000

Harga jual bersih Rp 53.500.000

Harga perolehan Rp 50.000.000

Laba penjualan Rp 3.500.000

Jurnal penjualan

Kas Rp 55.000.000

SB obligasi PT Karuna Laba penjualan

Rp 50.000.000 Rp 3.500.000

Dengan jurnal seperti di atas, rekening cadangan penurunan nilai surat berharga tidak berubah saldonya, yaitu masih sebesar Rp 5.000.000.

Saldo in terbawa sampai dengan tanggal 31 Desember 2015. Pada akhir tahun 2015 dilakukan perbandingan antara harga perolehan dan harga pasar surat berharga yang dimiliki, sehingga dapat diketahui berapa besar penurunan nilainya. Jumlah penurunan nilai ini dibandingkan dengan saldo rekening cadangan penurunan nilai surat berharga, dan rekening ini disesuaikan dengan penurunan nilai tanggal 31 Desember 2015.

Misalnya tanggal 31 Desember 2015 harga perolehan surat berharga Rp 100.000.000 sedangkan harga pasarnya Rp 88.000.000.

Penurunan nilai yang terjadi sebesar Rp 12.000.000 sedangkan saldo cadangan penurunan yang tersedia dalah Rp 5.000.000, maka jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:

Rugi penurunan nila surat berharga Rp 7.000.000

Cadangan penurunan nilai surat berharga Rp 7.000.000

(39)

Rangkuman

1. Suatu investasi dalam surat berharga dikatakan sebagai investasi jangka pendek jika memiliki ciri-ciri: (1)jangka waktu penanamannya kurang dari tiga bulan (90 hari), (2) mampu menghasilkan laba (Profitable) (3)mempunyai harga pasar yang relatif stabil (d)dapat dijual setiap saat (marketable).

2. Tujuan Investasi Surat Berharga adalah:

a. Untuk memperoleh pendapatan bunga dari investasi obligasi atau dividen dari investasi saham.

b. Sebagai antisipasi atau untuk menjamin bahwa perusahaan tetap dapat melanjutkan kegiatan operasionalnya.

c. Memanfaatkan kelebihan kas yang tidak terpakai dalam kegiatan operasional perusahaan sebagai hasil dari puncak penjualan musiman.

d. Untuk menjamin tersedianya bahan mentah.

e. Untuk mengendalikan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dari perusahaan lain.

3. Pencatatan pembelian investasi surat berharga dilakukan dengan mendebet surat berharga sebesar harga perolehannya.

4. Pembelian surat berharga obligasi dimana tanggal pembelian tidak bersamaan dengan tanggal pembayaran bunga akan menimbulkan bunga berjalan.

5. Menurut PSAK No. 13, nvestasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus dicatat dalam neraca pada nilai terndah antara biaya dan nilai pasar.

6. Jika surat berharga yang sudah dicadangkan penurunan nilainya kemudian dijual, maka cadangan penurunan nilai surat berharga ini akan dihapuskan.

Bahan Diskusi

1. Apa yang dimaksude dengan investasi pada sekuritas utang dan sekuritas ekuitas?

2. Apa tujuan perusahaan melakukan investasi pada sekuritas utang dan sekuritas ekuitas?

(40)

3. Bagaimana pencatatan pembelian investasi pada sekuritas utang dan sekuritas investasi?

4. Apa yang dimaksud dengan bunga berjalan?

5. Bagaimana perlakuan bunga berjalan?

6. Bagaimana penilaian surat berharga?

7. Apa yang disebut dengan metode COMWIL?

8. Jika di kaitkan dengan prinsip akuntansi, prinsip yang manakah yang mendasari comwil tersebut?

Latihan soal

1. PT Ganendra mempunyai kebijakan penanaman kas yang menganggur ke dalam surat berharga sejak tahun 2011. Empat tahun sejak 2011 terdapat saldo harga pokok dan harga pasar surat berharga yang dimiliki PT Ganendra sebagai berikut:

Akhir tahun Harga Pokok (Rp) Harga Pasar (Rp)

2011 10.000.000 10.500.000

2012 15.500.000 13.000.000

2013 14.000.000 11.000.000

2014 20.000.000 21.250.000

Diminta:

Buatlah jurnal untuk menyesuaikan nilai surat berharga setiap akhir tahn selama empat tahun, jika:

a. PT Ganendra menggunakan metode market b. PT Ganendra menggunakan metode comwil

2. PT Wiweka menanamkan kas yang sementra menganggur pada surat berharga, sejak tahun 2012 dengan perincian sebagai berikut:

Saham PT Ena 40.000 lembar @ Rp 9.150 = Rp 36.600.000 Saham PT Wahyu 5.000 lbr @ Rp 2.600 = Rp 13.000.000 Obligasi PT Leo 3.000 lbr @Rp 10.000 = Rp 30.000.000 +

Jumlah Rp 79.600.000

Saham PT Wahyu di jual pada akhir tahun 2014 dengan harga jual Rp 11.500.000. Harga pasar surat berharga tersebut selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 (dlm Rp)adalah sebagai berikut:

(41)

Jenis surat berharga 2012 2013 2014

Saham PT Ena 39.000.000 31.800.000 34.500.000

Saham PT Wahyu 12.000.000 10.900.000 -

Obligasi PT Leo 31.000.000 31.500.000 30.100.000 Diminta:

Buatlah jurnal-jurnal yang berhubungan dengan surat berharga tersebut selama 3 tahun pemilikan dan penyajiannya di dalam laporan Neraca setiap akhir tahun apabila perusahaan menggunakan metode:

a. Harga pokok b. Comwil c. Harga pasar

3. PT Ananta selalu mencantumkan nilai surat berharga pada neraca dengan metode comwil. Pada tanggal 31 Desember 2013 nilai surat berharga tampak pada Neraca sebagai berikut:

Surat berharga (harga pokok) Rp 214.500.000 Cadangan penurunan nilai SB Rp (11.800.000) Rp 202.700.000 Keterangan terhadap surat berharga sebagai berikut:

Jenis Surat Berharga Lembar/nominal Harga Pokok (Rp)

Harga Pasar (Rp)

Saham PT Tara 40.000 102.500.000 90.000.000

Saham PT Nara 15.000 25.500.000 22.500.000

Obligasi PT Flow 12% per th Rp 850.000 86.500.000 90.200.000

Jumlah 214.500.000 202.700.000

Pada tanggal 30 Juni 2013 saham PT Nara di jual dengan harga pasar Rp 20.000.000. Pada tanggal 31 Desember 2014 nilai saham PT Tara Rp 2.100 per lembar dan obligasi PT Flow bernilai 96% dari nilai nominalnya.

Diminta : buat jurnal penjualan saham dan penyesuaian di akhir tahun 2014.

(42)

BAB III

AKUNTANSI PIUTANG

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami:

A. Klasifikasi Piutang

B. Akuntansi Piutang Dagang C. Piutang Wesel

D. Akuntansi Piutang Wesel E. Penyajian Piutang di Neraca

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan adalah dengan melakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit menimbulkan piutang.

Piutang merupakan klaim terhadap pihak lain untuk membayar sejumlah tertentu pada periode tertentu akibat dari penyerahan barang atau jasa pada periode sebelumnya.

A. Klasifikasi Piutang

Pada PSAK No. 9, Paragraf 07e, piutang diklasifikasikan menjadi:

1. Piutang usaha, merupakan piutang akibat penyerahan barang atau jasa yang berasal dari kegiatan utama perusahaan.

Memiliki saldo normal disebelah debet, diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu relatif pendek.

2. Piutang lain-lain, piutang yang tidak berasal dari kegiatan utama perusahaan misalnya piutang bunga, piutang dividen, piutang pajak dan piutang karyawan.

Berdasarkan tingkat formalitasnya, piutang usaha dibedakan menjadi piutang dagang dan piutang wesel.

Piutang dagang, timbul sebagai akibat penyerahan barang dagangan atau penjualan barang dagangan secara kredit.

Umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga di neraca dikelompokkan sebagai aktiva lancar.

(43)

Piutang wesel, merupakan piutang yang disertai dengan perjanjian tertulis, sehingga dikatakan bersifat lebih formal dibandingkan dengan piutang dagang. Karena jangka waktunya kurang dari satu tahun maka piutang wesel juga dikelompokkan sebagai aktiva lancar.

B. Akuntansi Piutang Dagang

Penilaian piutang menyangkut masalah penentuan nilai piutang yang harus disajikan di dalam laporan keuangan, yang meliputi:

1. Pengakuan piutang mula-mula

Piutang timbul pertama kali ketika penjualan dilakukan atau pada saat penghasilan (revenue) diakui. Dengan demikian ketepatan pengakuan penjualan akan berakibat pada kesempatan pengakuan piutang mula-mula. Ada tiga cara melakukan pengakuan penjualan yang berpengaruh terhadap pengakuan jumlah piutang mula-mula yaitu:

a. Metode kotor

Mengakui jumlah piutang sebesar penjualan tanpa dipengaruhi oleh potongan yang akan diberikan. Apabila ternyata debitur mengambil potongan, maka akan diakui sebagai pengurang jumlah penjualan, bukan sebagai pengurang jumlah piutang.

b. Metode bersih

Mengakui jumlah piutang setelah dikurangi potongan penjualan. Apabila ternyata potongan penjualan tidak dimanfaatkan oleh debitur, maka akan mengakibatkan timbulnya kelebihan pembayaran atas jumlah piutang.

Kelebihan tersebut dicatat sebagai penghasilan lain-lain atau penghasilan di luar usaha.

c. Metode cadangan

Mengakui jumlah sebesar jumlah sebelum dikurangi potongan, tetapi penjualan diakui sebesar jumlah setelah dikurangi potongan penjualan. Selisih antara pengakuan piutang dengan penjualan dicatat sebagai cadangan

potongan penjualan.

(44)

Contoh soal:

1) Pada tanggal 1 Desember 2014, PT. Hitankara menjual barang dengan syarat 2/10, n/30 dengan harga Rp 6.000.000, pencatatan piutang dengan menggunakan metode kotor, bersih dan cadangan nampak sebagai berikut (dlm Rp):

Metode kotor Metode bersih Metode cadangan

Piutang 6.000.0000 Penjualan 6.000.000

Piutang 5.880.000 Penjualan 5.880.000 Keterangan

Penjualan kotor 6.000.000

Pot 2% 120.000

Piutang bersih 5.880.000

Piutang 6.000.000 Cad pot penj 120.000 Penjualan 5.880.000

2) Pada tanggal 8 Desember 2014 diterima pelunasan piutang dari penjualan tanggal 1 Oktober sebesar Rp 3.000.000 dan terjadi penjualan sebesar Rp 3.5000.000. Pencatatan penerimaan piutang dan penjualan tanggal 8 Oktober dengan menggunakan ketiga metode disajikan sebagai berikut:

Pencatatan penerimaan pembayaran piutang

Metode kotor Metode bersih Metode cadangan

Kas 2.940.000 Pot Penj 60.000

Piutang 3.000.000

Kas 2.940.000 Piutang 2.940.000

Kas 2.940.000

Cadangan pot penj 60.000 Piutang 3.000.000 Keterangan

Penerimaan piutang 3.000.000 Potongan 2% 60.000 Kas diterima 2.940.000

Keterangan

Piutang yang dikredit 50%x5.880.000=

2.940.000

Cadangan pot penjualan yang dibatalkan 50%x120.00=60.000

Pencatatan penjualan Rp 3.500.000

Metode kotor Metode bersih Metode cadangan

Piutang 3.500.000 Penjualan 3.500.000

Piutang 3.430.000 Penjualan 3.430.000

Piutang 3.500.000

Cad pot penj 70.000 Penjualan 3.430.000 Penjualan kotor 3.500.000

Pot 2% 70.000

Penjualan bersih 3.430.000

Cadangan pot penjualan 2%x3.500.000=70.000 3). Pada tanggal 20 Desember 2014, diterima pelunasan saldo piutang dari penjualan tanggal 1 Oktober 2014 sebesar Rp 3.000.000

Referensi

Dokumen terkait