• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI AKUNTANSI UTANG LANCAR

B. Jenis Utang Lancar

Pembelian barang dan jasa yang dilakukan secara kredit dengan pembayaran dalam jangka waktu kurang dari satu periode akuntansi akan menimbulkan utang lancar. Jenis utang lancar terdiri dari:

1. Utang wesel

Pembelian secara kredit yang disertai dengan janji tertulis menimbulkan utang wesel. Utang wesel ada yang yang berbunga ada juga yang tidak berbunga. Jika utang wesel tidak berbunga, maka saat jatuh tempo jumlah yang dibayar sebesar nilai nominal utangnya.

a. Utang wesel berbunga

Pada tanggal 1 September 2014 UD Gargitha melakukan pembelian secara kredit dengan menandatangani sebuah wesel bernilai nominal Rp 75.000.000, bunga 13,5% per tahun, jangka waktu 6 bulan. Jurnal yang dibuat untuk mencatat utang wesel tersebut adalah

1 September 2014

Pembelian Rp 75.000.000 Utang wesel Rp 75.000.000 31 Desember 2014

Biaya bunga Rp 3.375.000 Utang bunga Rp 3.375.000 13.5%x4/12xRp 75.000.000

1 Januari 2015

Utang bunga Rp 3.375.000

Biaya bunga Rp 3.375.000 1 Februari saat wesel jatuh tempo Utang wesel Rp 75.000.000 Biaya bunga Rp 5.062.500

Kas Rp 80.062.500

b. Utang wesel tidak berbunga

Jika yang ditandatangani oleh UD Gargitha adalah wesel tanpa bunga, maka perusahaan penjual akan memotong diskonto tertentu. Misalnya pada tanggal 1 September 2014, di tanda

tangani wesel tanpa bunga dalam jangka waktu 6 bulan, maka nilai nominal wesel adalah Rp 80.062.500, namun nilai barang dan jasa yang diserahkan adlah Rp 75.000.000. Diskonto sebesar Rp 5.062.500 adalah bunga selama 6 bulan. Jumlah ini harus dialokasikan selama 6 bulan sejak wesel ditandatangani sampai dengan pelunasan. Untuk tahun 2014, karena waktunya 4 bulan, maka alokasinya hanya Rp 3.375.000 sisanya Rp 1.687.500 untuk tahun 2015. Jurnal yang dibuat oleh UD Gargitha adalah:

1 September 2014

Pembelian Rp 75.000.000

Diskonto utang wesel Rp 5.062.500

Utang wesel Rp 80.062.500

31 Desember 2014

Biaya bunga Rp 3.375.000

Diskonto utang wesel Rp 3.375.000 (mencatat amortisasi diskonto untuk 4 bulan) 1 Februari 2015

Utang wesel Rp 80.062.500

Kas Rp 80.062.500

(mencatat pelunasan utang wesel) 2. Utang pajak

Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah self assesment system yaitu wajib pajak menghitung dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya. Utang pajak yang harus dihitung dan dilaporkan baik bagi wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan adalah:

a. PPN Keluaran

Jika wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan bertindak selaku Pengusaha Kena Pajak (PKP) maka ketika menyerahkan Barang/Jasa Kena Pajak, wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang disebut dengan PPN Keluaran. PPN tersebut kemudian di laporkan dan disetorkan ke kas negara, dimana jumlahnya 10% dari BKP/JKP yang diserahkan.

Contoh PT WGAH menyerahkan BKP kepada pembeli dengan harga Rp 25.000.000 belum termasuk PPN, jurnal untuk mencatat penyerahan BKP tersebut adalah

Kas Rp 27.500.000

Penjualan Rp 25.000.000 Utang PPN Rp 2.500.000

Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, pada saat dilakukan pelaporan PPN maka jurnal yang dibuat adalah

Utang PPN Rp 2.500.000

Kas Rp 2.500.000

b. PPh Badan

Terdapat dua ketentuan pajak penghasilan untuk wajib pajak badan. Bagi wajib pajak badan yang memiliki peredaran bruto se tahun di bawah Rp 4.800.000.000 pertahun maka tarif PPh nya adalah 1% dari peredaran bruto. Sedangkan bagi yang memiliki peredaran bruto Rp 4.800.000.000 ke atas, maka PPh terutangnya dihitung dari Penghasilan Kena Pajak (PKP)nya.

Setelah jumlah pajak terutang diketahui maka jurnal untuk mencatat utang pajak tersebut adalah:

Beban pajak xxx

Utang PPh xxx

Pembayaran utang pajak pada bulan berikutnya dicatat dengan jurnal:

Utang PPh xxx

Kas xxx

c. PPh Karyawan

Utang pajak atas penghasilan karyawan timbul pada saat pembebanan beban gaji. Pada saat perusahaan memperhitungkan beban gaji dan utang pajak atas penghasilan karyawannya, maka jurnal yang dibuat adalah:

Beban gaji dan upah xxx

Utang gaji dan upah xxx Utang PPh karyawan xxx

(jurnal untuk mencatat pembebanan gaji dan upah) Pada saat pembayaran gaji jurnalnya adalah:

Utang gaji dan upah xxx

Kas xxx

(mencatat pembayaran gaji)

Jika pajak penghasilan karyawan yang dipotong disetorkan ke kas negara, maka jurnalnya adalah:

Utang PPh karyawan xxx

Kas xxx

3. Utang dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan kepada pemilik saham.

Dividen terutang pada saat dilakukan pengumuman pembagian dividen. Misalnya pada tanggal 31 Desember 2014, PT WGAH mengumumkan pembagian dividen Rp 2.000 per lembar saham, dengan jumlah saham yang beredar 15.000 lembar. Dividen akan dibayarkan tanggal 1 Februari 2015. Jurnal untuk mencatat pengumuman dan pembayaran dividen adalah sebagai berikut:

31 Desember 2014

Laba ditahan Rp 30.000.000

Utang dividen Rp 30.000.000 1 Februari 2015

Utang dividen Rp 30.000.000

Kas Rp 30.000.000

4. Utang garansi

Utang garansi terjadi ketika perusahaan menjual produk yang disertai dengan jaminan garansi atas produk yang dijual tersebut.

Utang garansi dicatat pada periode terjadinya penjualan dengan mendebet akun biaya garansi dan mengkredit akun utang garansi.

Misalnya Tahun 2014 Ganendra elektrik menjual 2.000 unit barang-barang elektronik dengan harga rata-rata Rp 250.000 per unit. Harga jual ini meliputi garansi satu tahun untuk suku cadang.

Di perkirakan bahwa 2% produk akan rusak dengan menggunakan biaya reparasi Rp 40.000 per unit. Di tahun penjulan perusahaan telah menerima klaim garansi sebanyak 10 buah produk dan mereparasinya dengan biaya sebesar Rp 400.000. Tanggal 31 Desember 2014, perusahaan perlu menaksir biaya garansi yang mungkin dikeluarkan di tahun 2015 yang berasal dari penjualan tahun 2014. Perhitungannya sebagai berikut:

Penjualan 2.000 unit

Persentase taksiran yang rusak 2%

Jumlah taksiran yang rusak 40 unit Jumlah unit rusak yang sudah direparasi 10 unit Jumlah unit yang akan direparasi 30 unit Taksiran biaya reparasi per unit Rp. 40.000 Taksiran utang garansi Rp 1.200.000 Jurnal yang dibuat oleh Ganendra Elektrik adalah:

Tahun 2014

Kas Rp 500.000.000

Penjualan Rp 500.000.000

(mencatat penjualan 2.000 unit produk dengan harga Rp 250.000 per unit)

Biaya garansi Rp 400.000

Persediaan suku cadang/utang gaji Rp 400.000 (mencatat biaya garansi yang telah terjadi)

31 Desember 2014

Biaya garansi Rp 1.200.000 Utang garansi Rp 1.200.000 (mencatat taksiran utang garansi)

Pada laporan laba rugi tahun 2014 besarnya biaya garansi yang dilaporkan adalah Rp 1.600.000 yang merupakan bagian dari biaya pemasaran.

Tahun 2015, realisasi klaim garansi bisa jadi lebih kecil atau lebih besar dari yang diperkirakan. Selisih biaya garansi yang sesungguhnya dengan yang diperkirakan dicatat dalam akun keuntungan atau kerugian atas biaya garansi.

5. Pendapatan diterima dimuka

Penerimaan kas sebelum barang/jasa diserahkan menimbulkan utang yang disebut pendapatan diterima dimuka.

Misalnya hotel atau penginapan yang menerima uang muka sebelum tamunya menggunakan fasilitas perusahaan. Demikian juga dengan perusahaan furniture atau konveksi ataupun jenis usaha lainnya, mungkin menerima pembayaran dimuka sebelum barang/jasa diserahkan. Pencatatan atas penerimaan pendapatan dimuka dan penyelesaiannya adalah sebagai berikut:

a. Apabila perusahaan menerima pembayaran dimuka dari pembeli, maka dijurnal dengan mendebet Kas dan mengkredit Pendapatan diterima dimuka

b. Apabila barang atau jasa telah diserahkan maka dijurnal dengan mendebet Pendapatan diterima dimuka dan mengkredit Pendapatan.

Contoh Tanggal 12 April 2014, UD Ananta Furniture menerima pesanan 500 buah meja belajar dengan harga Rp 75.000 per buah. Pelanggan membayar uang muka pada tanggal tersebut 10% dari nilai pesanan. Tanggal 12 Mei pesanan diserahkan dan UD Ananta menerima pelunasan dari pelanggan. Jurnal yang dibuat oleh UD Ananta Furniture adalah:

12 April 2014

Kas Rp 3.750.000

Pendapatan diterima dimuka Rp 3.750.000*

12 Mei 2014

Kas Rp 33.750.000

Pendapatan diterima dimuka Rp 3.750.000

Pendapatan Rp 37.500.000

Atau

Pendapatan diterima dimuka Rp 3.750.000

Pendapatan Rp 3.750.000

Kas Rp 33.750.000

Pendapatan Rp 33.750.000

*500 unitxRp 75.000 = Rp 37.500.000

DP 10% = Rp 3.750.000 -

Jumlah diterima saat pelunasan = Rp 33.750.000

6. Bagian dari utang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun ini Kebutuhan perusahaan akan dana dalam jumlah yang besar, dapat dipenuhi dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan meminjam uang di bank dalam bentuk kredit jangka panjang dengan jangka waktu lebih dari satu tahun.

Bagian dari utang jangka panjang yang jatuh tempo tiap tahunnya merupakan utang jangka pendek atau utang lancar.

Misalkan Klinik wiweka meminjam uang di BNI sejumlah Rp 100.000.000 dengan jangka waktu 5 tahun. Pembayaran pokok pinjaman Rp 20.000.000 disertai dengan bunga merupakan utang lancar.