• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengeluaran Selama Pemakaian Aktiva Tetap

BAB V AKUNTANSI AKTIVA TETAP

E. Pengeluaran Selama Pemakaian Aktiva Tetap

Aktiva tetap bagi suatu perusahaan belum tentu menjadi aktiva tetap bagi perusahaan yang lain. Sebagai contoh bagi perusahaan percetakan, mesin foto copy merupakan aktiva tetap, sedangkan bagi perusahaan yang menjual mesin foto copy, maka mesin foto copy tersebut merupakan aktiva lancar atau persediaan barang dagangan.Bagi hotel berbintang, spray dan korden mungkin digunakan dalam jangka waktu kurang dari setahun, sehingga keduanya diklasfikasikan sebagai aktiva lancar. Berbeda dengan hotel melati, mungkin kedua benda tersebut digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun sehingga diklasifikasikan sebagai aktiva tetap. Lalu apa karakteristik aktiva tetap?

A. KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI AKTIVA TETAP

Aktiva tetap adalah yang dibeli dengan tujuan untuk dipergunakan secara aktif di dalam operasional perusahaan dalam rangka mencari laba, dan memberikan masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Berdasarkan ada tidaknya wujud fisik, aktiva tetap dibedakan menjadi aktiva tetap berwujud misalnya tanah, gedung, mesin, kendaraan dan yang lainnya, dan aktiva tetap tidak tidak berwujud misalnya paten, trade mark, copyright, franchise dan goodwill. Berdasarkan terbatas tidaknya masa manfaat, aktiva tetap dibedakan menjadi aktiva tetap yang memberikan masa manfaat

terbatas misalnya mesin, kendaraan, gedung dan aktiva tetap yang memberikan masa manfaat tidak terbatas contohnya tanah.

Pembahasan aktiva tetap pada bab ini difokuskan untuk aktiva tetap berwujud.

B. PENENTUAN HARGA PEROLEHAN AKTIVA TETAP

Menurut prinsip akuntansi, aktiva tetap dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan adalah harga beli/faktur ditambah dengan semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai dengan aktiva tetap tersebut siap digunakan dalam kondisi normal.

Harga perolehan diukur dengan kas yang dibayarkan pada suatu transaksi secara tunai. Dalam hal aktiva tidak dibayar dengan kas, maka harga perolehan ditetapkan sebesar nilai wajar dari aktiva yang diperoleh atau aktiva yang diserahkan, yang mana yang lebih layak berdasarkan bukti atau data yang tersedia. Apabila harga perolehan telah ditetapkan, maka harga perolehan tersebut akan menjadi dasar untuk akuntansi selama masa pemakaian aktiva yang bersangkutan.

Biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh aktiva tetap, berbeda-beda antara satu aktiva tetap dengan aktiva tetap yang lain.

Berikut akan dijelaskan biaya-biaya yang menambah harga perolehan aktiva tetap pada tiap-tiap jenis aktiva tetap.

1. Tanah

Harga perolehan tanah terdiri dari: harga beli tunai, biaya balik nama, komisi perantara(kalau ada) dan pajak pembelian. Jika pada saat dibeli tanah dalam kondisi tidak siap digunakan misalnya berbatu, tidak rata, dan ditumbuhi tanaman liar, maka biaya yang dikeluarkan untuk menjadikan tanah siap diisi bangunan, merupakan harga perolehan tanah.

Jika tanah yang dibeli untuk didirikan bangunan, sementara sebelumnya pada tanah tesebut terdapat bangunan tua yang sudah tidak digunakan, maka biaya yang dikeluarkan untuk meratakan bangunan lama juga merupakan penambah harga perolehan. Apabila terdapat beberapa komponen dari bangunan lama yang masih bisa dijual, maka harga jual komponen bangunan lama mengurangi harga perolehan tanah.

Contoh UD Ganen membeli sebidang tanah dengan harga Rp 500.000.000 biaya balik nama yang dikeluarkan Rp 2.000.000, pajak pembelian Rp 2.500.000. Untuk membersihkan tanaman liar dikeluarkan biaya Rp 200.000 dan pembongkaran gudang lama Rp 500.000. Genteng yang merupakan atap gudang dijual seharga Rp 300.000. Harga perolehan tanah yang dibeli UD Ganen adalah:

Harga beli Rp 500.000.000

Biaya balik nama Rp 2.000.000

Pajak pembelian Rp 2.500.000

Pembersihan Rp 700.000+

Total pengeluaran Rp 505.200.000 Hasil penjualan komponen gudang Rp 300.000 – Total harga perolehan Rp 504.900.000 Jurnal untuk mencatat perolehan tanah adalah

Tanah Rp 504.900.000

Kas 504.600.000 2. Gedung

Semua pengeluaran yang berhubungan dengan pembelian atau pembangunan sebuah gedung harus dibebankan pada rekening gedung.

Apabila gedung dimiliki melalui pembelian, maka harga perolehannya meliputi harga beli, biaya notaris. Jika gedung dibangun sendiri, maka harga perolehannya meliputi semua pengeluaran untuk membuat gedung, termasuk pembuatan saluran listrik dan air, jasa arsitek dan biaya IMB. Jika pembangunan gedung menggunakan dana pinjaman sehingga menimbulkan biaya bunga, maka biaya bunga boleh dibebankan sebagai harga perolehan gedung, namun pembebanan tersebut hanya selama masa konstruksi.

3. Kendaraan

Harga perolehan kendaraan meliputi harga faktur, PPN, biaya pengecetan dan biaya balik nama. Jika terdapat pembayaran pajak kendaraan dan premi asuransi yang dibayar dimuka tidak

merupakan komponen harga perolehan, melainkan dibebankan sebagai biaya operasional pada periode yang bersangkutan.

Contoh: CV WGAH membeli sebuah kendaraan dengan harga Rp 300.000.000, pengeluaran lain yang berhubungan dengan kendaraan PPN Rp 3.000.000, pengecatan Rp 1.000.000, bea balik nama 1.500.000, premi asuransi kecelakaan dibayar dimuka Rp 1.200.000 dan biaya pengurusan STNK Rp 3.500.000. Perhitungan harga perolehan kendaraan adalah sebagai berikut:

Harga faktur Rp 300.000.000

PPN Rp 3.000.000

Pengecatan Rp 1.000.000

Balik nama Rp 1.500.000

Total harga perolehan Rp 302.500.000 Jurnal untuk mencatat harga perolehan kendaraan adalah:

Kendaraan Rp 302.500.000

Pajak kendaraan Rp 3.500.000 Asuransi dibayar dimuka Rp 1.200.000

Kas Rp 307.200.000

4. Mesin

Harga perolehan mesin meliputi harga beli/faktur, PPN, premi asuransi pengangkutan, biaya pemasangan dan biaya uji coba.

Dalam hal uji coba mesin memerlukan pembelian bahan baku, maka harga bahan baku merupakan penambah harga perolehan Jika hasil uji dapat dijual, maka hasil penjualan akan mengurangi harga perolehan.

Jika terjadi kesalahan dalam pemasangan, maka biaya untuk memperbaiki kerusakan karena kesalahan pemasangan tidak boleh menambah harga perolehan mesin dan harus dibebankan sebagai biaya di luar usaha pada periode terjadinya.

Contoh UD Collour membeli mesin cetak Noritsu dengan harga Rp 250.000.000. PPN 10% dari harga faktur, premi asuransi pengiriman Rp 200.000, biaya pemasangan Rp 500.000. Untuk melakukan uji coba cetak dikeluarkan biaya Rp 300.000 dan hasil uji coba dijual dengan harga Rp 150.000. Pada saat pemasangan

karyawan melakukan kecerobohan sehingga timbul kerusakan dan mesin harus direparasi yang menghabiskan biaya Rp 400.000.

Perhitungan harga perolehan mesin dan jurnal untuk mencatat harga perolehan mesin adalah sebagai berikut:

Harga faktur Rp 250.000.000

PPN Rp 25.000.000

Premi asuransi pengiriman Rp 200.000

Biaya pemasangan Rp 500.000

Biaya bahan uji coba Rp 300.000+

Jumlah pengeluaran Rp 276.000.000 Penjualan produk hasil uji coba Rp 150.000 – Total harga perolehan mesin Rp 275.850.000 Jurnal untuk mencatat harga perolehan mesin

Mesin Noritsu Rp 275.850.000 Biaya di luar usaha Rp 400.000

Kas Rp 276.250.000

C. CARA-CARA PEROLEHAN AKTIVA TETAP

Perolehan aktiva tetap memerlukan dana yang relatif besar, oleh karenanya memperoleh aktiva tetap dengan cara tunai relatif barang dilakukan. Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara tunai, maka pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet aktiva tetap sebesar harga perolehan dan mengkredit kas.

Selain dengan cara tunai, beberapa cara untuk memperoleh aktiva tetap adalah:

1. Pembelian Gabungan

Ketika perusahaan melakukan pembelian, kadang terjadi pembelian dilakukan untuk beberapa jenis aktiva tetap secara bersamaan dengan harga beli tunggal. Dalam hal seperti itu, penentuan harga perolehan masing-masing aktiva tetap dilakukan dengan cara mengalokasikan total harga perolehan ke masing- masing harga perolehan aktiva tetap. Pengalokasian total harga

perolehan ke masing-masing aktiva dapat menggunakan taksiran harga pasar tiap aktiva tetap.

Contoh PT Anan membeli aktiva tetap yang terdiri dari gedung, kendaraan dan mesin secara gabungan (lump sum) sebesar Rp 4.000.000.000. Menurut estimasi apraiser nilai pasar masing- masing aktiva tetap adalah gedung Rp 3.500.000.000, kendaraan Rp 300.000.000 dan mesin Rp 350.000.000. Pengalokasian harga perolehan gabungan ke masing-masing aktiva tetap dilakukan dengan cara sebagai berikut:

% Perhitungan Alokasi Harga Perolehan (Rp)

Gedung 3.500.000.000 84.34 84.34%x4.000.000.000 3.373.600.000 Kendaraan 300.000.000 7.23 7.23%x4.000.000.000 289.200.000 Mesin 350.000.000 8.43 8.43%x4.000.000.000 337.200.000

Total 4.150.000.000 100 4.000.000.000

Jurnal untuk mencatat harga perolehan aktiva tetap tersebut adalah:

Gedung Rp 3.373.600.000 Kendaraan Rp 289.200.000 Mesin Rp 337.200.000

Kas Rp 4.000.000.000

2. Pembelian Kredit

Pembelian aktiva tetap secara kredit dilakukan dengan alasan ketidaktersediaan kas dalam jumlah besar. Mengingat nilai aktiva tetap yang dibeli secara kredit dalam jumlah yang relatif besar, untuk menjamin kepastian pembayaran, pembeli biasanya akan mendandatangani wesel bayar, yang secara spesifik menyebutkan persyaratan mengenai penyelesaian kewajiban. Bunga atas pembelian kredit tidak termasuk harga perolehan aktiva, melainkan dicatat sebagai biaya bunga pada periode berjalan.

CV Ananta membeli sebuah mesin pada tanggal 2 Januari 2015 dengan harga Rp 300.000.000, pembayaran pertama 20% dan sisanya diangsur selama 5 tahun dengan bunga 11% flat pertahun.

Jurnal untuk mencatat pembelian mesin tersebut adalah:

Tanggal 2 Januari 2015

Mesin Rp 300.000.000

Kas Rp 60.000.000

Utang usaha Rp 240.000.000

Tanggal 2 Februari 2015 (pembayaran angsuran pertama) Utang usaha Rp 4.000.000

Biaya bunga Rp 2.200.000

Kas Rp 6.200.000

Untuk bulan selanjutnya setiap tanggal 2 selalu dibuat jurnal yang sama sampai dengan utang usaha tersebut lunas.

Pembelian secara kredit tidak selamanya menyebutkan bunga secara eksplisit. Bunga bisa juga dinyatakan secara implisit atau include di dalam harga perolehan mesin.

Contoh

Sebuah peralatan memiliki harga tunai Rp 150.000.000, namun jika dibeli secara kredit, kontrak pembelian kredit mewajibkan pembeli membayar uang muka 30% dan sisanya boleh diangsur dengan angsuran per bulan Rp 3.000.000 selama 5 tahun.

Jurnal untuk mencata pembelian peralatan adalah:

Peralatan Rp 225.000.000

Utang usaha Rp 180.000.000

Kas Rp 45.000.000

Pembayaran angsuran pertama pada bulan berikutnya Utang usaha Rp 3.000.000

Biaya bunga Rp 1.250.000*

Kas Rp 4.250.000

*(Rp 225.000.000-Rp 150.000.000) : 60 bulan 3. Sewa Guna Usaha

Sewa guna usaha sering juga disebut dengan leasing merupakan cara memperoleh aktiva tetap dengan melakukan sewa namun

pada akhir masa kontrak pihak yang menyewakan atau lessor memberikan penyewa atau lessee hak opsi untuk membeli aktiva tetap tersebut(capital lease).

4. Pertukaran

Aktiva tetap bisa juga diperoleh dengan cara ditukar yang kadang- kadang disertai dengan penambahan pembayaran atau disebut dengan tukar tambah. Menurut PSAK No 16 menyatakan bahwa harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai wajar aktiva tetap yang dilepas atau diperoleh, mana yang lebih andal. Jika nilai wajar/harga pasar baik aktiva lama maupun aktiva baru tidak dapat ditentukan, maka nilai buku aktiva lama bisa digunakan sebagai dasar pencatatan. Dalam hal terjadi laba atau rugi pertukaran aktiva tetap, maka menurut PSAK No 16, laba atau rugi pertukaran aktiva tetap hanya terjadi pada pertukaran aktiva tetap tidak sejenis, sedangkan pada aktiva tetap sejenis tidak terjadi laba/rugi pertukaran karena harga perolehan aktiva tetap yang baru adalah jumlah yang tercatat dari aktiva tetap lama yang dilepaskan. Pertukaran aktiva tetap sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang memiliki sifat dan fungsi yang sama. Sedangkan pertukaran aktiva tetap tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang memiliki sifat dan fungsi yang tidak sama, misalnya truk ditukar dengan mesin atau gedung.

5. Penerbitan sekuritas

Perusahaan dapat menerbitkan saham untuk ditukarkan dengan tanah, gedung, mesin atau peralatan, dengan mencatat aktiva tetap tersebut sebesar harga pasar dari aktiva tetap atau surat berharga mana yang lebih andal. Contoh Perusahaan memperoleh peralatan dengan menerbitkan 100.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar. Harga pasar saham saat terjadi pertukaran adalah Rp 1.250 per lembar. Saat itu perusahaan sulit menentukan nilai pasar peralatan secara objektif. Jurnal untuk

mencatat perolehan peralatan adalah:

Peralatan Rp 125.000.000

Modal saham Rp 100.000.000 Agio saham Rp 25.000.000 6. Konstruksi (bangun) sendiri

Ada beberapa alasan perusahaan membuat atau membangun sendiri aktiva tetap yang diperlukan, diantaranya mengoptimalkan kapasitas atau tenaga kerja yang menganggur, menginginkan aktiva tetap yang lebih berkualitas dan melakukan penghematan.

Harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri meliputi semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka membangun aktiva tetap tersebut, termasuk biaya bunga jika pembangunan menggunakan dana pinjaman dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Biaya bunga terhitung mulai ketika pengeluaran pertama kali dilakukan atas proyek dan berlanjut seiring berjalannya proses kontruksi sampai aktiva tetap selesai dibangun dan siap digunakan dalam kondisi normal.

b. Tingkat suku bunga yang akan digunakan dalam menghitung besarnya bunga adalah tingkat suku bunga khusus untuk konstruksi.

c. Jika periode kontruksi meliputi lebih dari satu periode akuntansi, maka akumulasi pengeluaran juga mencakup kapitalisasi bunga tahun sebelumnya.

d. Bunga maksimum yang dapat dikapitalisasi adalah sebesar total bunga yang terjadi selama periode berjalan, atau total bunga selama masa kontruksi.

7. Donasi

Menurut prinsip akuntansi aktiva dicatat sebesar harga perolehannya. Namun dalam hal aktiva tetap diperoleh dari donatur maka harga perolehannya akan sangat kecil. Dalam hal ini harga pasar aktiva tetap dapat dipakai sebagai dasar pencatatan aktiva tetap tersebut. Misalnya CV Ananta memperoleh donasi berupa mesin dan peralatan dari pemerintah dengan harga pasar

masing-masing Rp 75.000.000 dan Rp 10.000.000. Jurnal untuk mencatat perolehan aktiva tetap tersebut adalah:

Mesin Rp 75.000.000 Peralatan Rp 10.000.000

Modal sumbangan Rp 85.000.000 D. PENYUSUTAN AKTIVA TETAP

Penyusutan aktiva tetap merupakan alokasi secara periodik dan sistematis dari harga perolehan aktiva tetap selama periode yang memperoleh masa manfaat aktiva tetap tersebut. Penyusutan terjadi ketika aktiva tetap telah digunakan dan merupakan beban pada periode di mana aktiva tetap tersebut digunakan. Penyusutan dilakukan karena masa manfaat dan potensi aktiva tetap semakin berkurang. Pengurangan nilai aktiva tetap tersebut dibebankan menjadi biaya secara bertahap selama masa manfaatnya. Jadi, beban penyusutan adalah pengakuan atas penggunaan manfaat potensial dari suatu aktiva tetap. Sifat beban penyusutan secara konsep tidak berbeda dengan beban yang mengakui pemanfaatan atas premi asuransi ataupun sewa dibayar dimuka selama periode berjalan.

Beban penyusutan merupakan beban yang tidak memerlukan pengeluaran kas, karena beban ini merupakan pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi beban selama masa manfaat aktiva tetap tersebut dengan jurnal:

Beban penyusutan aktiva tetap xxx Akumulasi penyusutan aktiva tetap xxx

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya penysutan aktiva tetap adalah:

1. Harga perolehan aktiva tetap

Merupakan semua pengeluaran yang terjadi dalam rangka memperoleh aktiva tetap sampai dengan aktiva tetap tersebut siap digunakan dalam kondisi normal.

2. Nilai residu atau nilai sisa

Merupakan estimasi nilai realisasi pada saat aktiva tetap tersebut tidak dipakai lagi. Besarnya estimasi nilai residu

tergantung pada kebijakan manajemen mengenai penghentian aktiva tetap tersebut.

3. Umur ekonomis

Merupakan periode waktu di mana perusahaan dapat menggunakan aktiva tetap tersebut tanpa harus mengeluarkan biaya perbaikan secara material. Umur ekonomis berbeda dengan umur teknis. Umur teknis bisa lebih lama daripada umur ekonomis. Meskipun secara teknis aktiva tetap masih dapat digunakan, namun jika aktiva tetap tersebut harus sering di reparasi dengan mengeluarkan biaya yang material maka dapat dinyatakan bahwa aktiva tetap tersebut masih memiliki umur teknis tetapi tidak memiliki umur ekonomis.

Jenis-jenis metode penyusutan aktiva tetap terdiri dari:

1. Metode atas dasar waktu a. Metode garis lurus

Jumlah beban penyusutan pada tiap periode selalu sama.

Rumus untuk menghitung beban penyusutan adalah:

Harga perolehan-Nilai residu Penyusutan =

Umur ekonomis

Misal Awal tahun 2015 Klinik Wiweka membeli peralatan medis seharga Rp 65.000.000 peralatan tersebut diperkirakan memiliki umur ekonomis 5 tahun dengan nilai residu Rp 5.000.000.

Besarnya penyusutan per tahun= (65.000.000-5.000.000): 5 = Rp 12.000.000. Besarnya penyusutan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 selalu sama sebesar Rp 12.000.000 sedangkan jumlah akumulasi penyusutan meningkat, dan nilai buku semakin menurun. Besarnya nilai penysutan, akumulasi penyusutan dan nilai buku nampak sebagai berikut.

Akhir 2015 12.000.000 12.000.000 53.000.000 2016 12.000.000 24.000.000 41.000.000 2017 12.000.000 36.000.000 29.000.000 2018 12.000.000 48.000.000 17.000.000 2019 12.000.000 60.000.000 5.000.000 b. Metode jumlah angka tahun

Metode jumlah angka tahun mendasarkan pada suatu pemikiran yang menyatakan bahwa biaya yang berkaitan dengan penggunaan aktiva tetap sebagian besar disebabkan oleh dua hal yaitu pemeliharan dan penyusutan aktiva tetap.

Secara normal biaya pemeliharaan besar kecil pada tahun awal dan membesar pada tahun berikutnya. Metode ini menginginkan biaya periodik yang berkaitan dengan aktiva tetap realati stabil selama umur ekonomisnya, sehingga untuk mengimbangi biaya pemeliharaan yang semakin lama semakin besar, maka beban penyusutan besar pada tahun awal dan mengecil pada tahun berikutnya.

Langkah perhitungan penyusutan dengan metode jumlah angka tahun adalah:

1). Masing-masing tahun diberi angka yang bobotnya sebesar sisa umur aktiva pada tahun yang bersangkutan. Misalnya aktiva tetap yang umur ekonomisnya 5 tahun, tahun pertama diberi angka 5, tahun kedua angka 4 dan seterusnya. Angka-angka ini disebut angka tahun.

2).Jumlahkan angka-angka tahun pada point 1, yakni 5+4+3+2+1= 15

3). Penyusutan masing-masing-masing tahun adalah dengan mengalikan “depreciable cost” dengan angka pecahan.

Angka pecahan tersebut, pembilangnya adalah angka tahun pada tahun yang bersangkutan dan penyebutnya

adalah jumlah angka tahun.

Dengan menggunakan peralatan medis yang dimiliki oleh klinik wiweka, maka tabel perhitungan penyusutannya adalah sebagai berikut: Jumlah 15/15 60.000.000

2. Metode atas dasar satuan produksi

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva tetap yang diperoleh diharapkan dapat memberikan jasa dalam bentuk hasil unit produksi tertentu. Metode ini memerlukan suatu estimasi mengenai total unit produk yang dapat dihasilkan oleh aktiva tetap. Harga perolehan-Nilai residu

Tarif penyusutan per unit =

Taksiran jumlah produk

Dengan cara ini jumlah beban penyusutan tiap periode berubah- ubah sesuai dengan produk yang dihasilkan.

Contoh sebuah mesin cetak yang dibeli pada Januari 2015 dengan harga perolehan Rp 50.000.000, diakhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan laku dijual dengan harga Rp 5.000.000.

Taksiran hasil cetakan yang mampu dihasilkan selama umur ekonomisnya adalah 2.500 unit.

Rp 50.000.000-5.000.000 Tarif penysutan per unit = ---

2.500

= Rp 18.000 per unit

Misalnya, jumlah produk yang dihasilkan tiap tahun adalah

sebagai berikut:

Tahun 2015 = 700 Tahun 2016 = 500 Tahun 2017 = 600 Tahun 2018 = 400 Tahun 2019 = 300

Beban penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai buku mesin cetak selama umur ekonomisnya adalah:

Akhir Jumlah 2.500 45.000.000

E. PENGELUARAN SELAMA PEMAKAIAN AKTIVA TETAP

Selama masa pemakaian aktiva tetap, perusahaan mungkin melakukan pengeluaran-pengeluaran untuk reparasi rutin, penambahan, atau perbaikan.

Reparasi rutin adalah pengeluaran untuk mempertahankan agar aktiva tetap beroperasi dengan efisien dan dapat mencapai masa pemakaian yang diharapkan. Biaya reparasi rutin umumnya tidak begitu besar jumlahnya, tetapi terjadi berulang-ulang selama umur ekonomi aktiva tetap. Biaya ini dibebankan sebagai pengeluaran pendapatan/revenue expenditure selama umur ekonomis aktiva tetap dengan cara mendebet akun biaya pemeliharaan aktiva tetap pada periode terjadinya pengeluaran rutin tersebut.

Penambahan dan perbaikan adalah pengeluaran untuk meningkatkan efisiensi operasi, kapasitas produksi, atau menambah umur ekonomis aktiva tetap. Pengeluaran ini umumnya dalam jumlah relatif besar namun jarang terjadi. Pengeluaran untuk penambahan dan perbaikan akan meningkatkan investasi perusahaan dalm fasilitas

produksi, sehingga disebut pengeluaran modal/capital expenditure.

Perlakuan akuntansinya berbeda-beda tergantung pada sifat pengeluarannya.

Penambahan, biasanya mengakibatkan bertambah besarnya fasilitas fisik dan kapasitas produksi. Penambahan dicatat dengan mendebet akun aktiva yang mengalami penambahan. Misalnya terjadi penambahan garasi pada suatu gedung, maka pengeluaran tersebut dicatat dengan mendebet akun gedung.

Perbaikan, bisa diperlakukan dalam berbagai macam bentuk.

Kadang-kadang suatu perbaikan merupakan penggantian suatu subbagian dari suatu aktiva produktif dengan unit yang baru.

Misalnya gedung yang dulunya menggunakan kap dari kayu karena sudah lama, maka diganti dengan kap baja ringan.

Pengeluaran untuk perbaikan harus didebet ke akun aktiva yang bersangkutan. Contoh UD Ganendra melakukan perbaikan untuk mobil box yang dipakai sebagai armada keliling. Perbaikan besar berupa turun mesin ini, mengeluarkan biaya Rp 10.000.000 mengakibatkan penambahan umur ekonomis mobil tersebut.

Pengeluaran ini dicatat dengan mendebet akun akumulasi depresiasi mobil box.

Apabila perbaikan tidak menambah masa manfaat dari suatu aktiva tetap, maka pengeluaran untuk perbaikan tersebut dicatat dengan cara yang sama dengan penambahan.

Rangkuman

1. Dilihat dari ada tidaknya wujud fisik aktiva tetap dibedakan aktiva tetap tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Berdasarkan terbatas tidaknya masa manfaat, aktiva tetap dibedakan menjadi aktiva tetap yang memberikan masa manfaat terbatas dan aktiva tetap yang memberikan masa manfaat tidak terbatas.

2. Menurut prinsip akuntansi, aktiva tetap dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan adalah harga beli/faktur ditambah dengan semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai dengan aktiva tetap tersebut siap digunakan dalam kondisi normal.

3. Selain dengan cara tunai, aktiva tetap juga dapat diperoleh dengan cara:

a. Pembelian gabungan b. Pembelian kredit c. Sewa guna usaha d. Pertukaran

e. Penerbitan sekuritas f. Konstruksi/bangun sendiri g. Donasi

4. Penyusutan aktiva tetap merupakan alokasi secara periodik dan sistematis dari harga perolehan aktiva tetap selama periode yang memperoleh masa manfaat aktiva tetap tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusutan aktiva tetap adalah :

a. Harga perolehan b. Nilai residu c. Umur ekonomis

Metode penyusutan aktiva tetap terdiri dari:

a. Metode berdasarkan satuan waktu yang terdiri dari metode garis lurus dan angka tahun.

b. Metode berdasarkan satuan produksi

5. Selama masa pemakaian aktiva tetap, perusahaan mungkin melakukan pengeluaran-pengeluaran untuk reparasi rutin, penambahan, atau perbaikan. Reparasi rutin diperlakukan sebagai beban pengeluaran dan dicatat dengan mendebet akun pemeliharaan aktiva tetap pada periode terjadinya. Pengeluaran untuk penambahan aktiva tetap dicatat dengan mendebet akun aktiva tetap yang mengalami penambahan. Pengeluaran untuk perbaikan jika menyebabkan penambahan umur ekonomis aktiva tetap tersebut, pengeluarannya dicatat dengan mendebet akumulasi

5. Selama masa pemakaian aktiva tetap, perusahaan mungkin melakukan pengeluaran-pengeluaran untuk reparasi rutin, penambahan, atau perbaikan. Reparasi rutin diperlakukan sebagai beban pengeluaran dan dicatat dengan mendebet akun pemeliharaan aktiva tetap pada periode terjadinya. Pengeluaran untuk penambahan aktiva tetap dicatat dengan mendebet akun aktiva tetap yang mengalami penambahan. Pengeluaran untuk perbaikan jika menyebabkan penambahan umur ekonomis aktiva tetap tersebut, pengeluarannya dicatat dengan mendebet akumulasi