• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII AKUNTANSI UTANG JANGKA PANJANG

C. Akuntansi Obligasi

Kebutuhan dana dalam jumlah yang besar, misalnya untuk investasi pada aktiva tetap, keperluan ekspansi menyebabkan perusahaan mendanai kebutuhan dananya dengan menggunakan utang jangka panjang.

Utang jangka panjang merupakan utang yang pelunasannya dilakukan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun atau pelunasannya dengan menggunakan dana yang bukan dari aktiva lancar. Utang jangka panjang dapat berbentuk utang kredit bank jangka panjang, utang wesel jangka panjang dan utang obligasi.

A. KARAKTERISTIK UTANG OBLIGASI

Perusahaan yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT), khususnya PT terbuka (Tbk) memenuhi kebutuhan dananya yang sangat besar dengan menerbitkan surat berharga/sekuritas.

Selain surat berharga berupa saham, surat berharga yang umum diterbitkan adalah obligasi. Terdapat beberapa keuntungan bagi debitur memenuhi kebutuhan dananya dengan memilih menerbitkan obligasi dibandingkan dengan menerbitkan saham, karena obligasi memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Surat berharga obligasi merupakan surat berharga bersifat utang, artinya pihak yang menjual/menerbitkan obligasi atau yang disebut emiten memiliki utang kepada pihak yang membeli/memegang obligasi atau yang disebut investor.

Hubungan antara penjualan dengan pembeli adalah hubungan

utang piutang.

2. Pemilikan obligasi tidak menimbulkan hak suara dalam pengelolaan dalam manajemen perusahaan.

3. Pemilik obligasi akan mendapat keuntungan yang bersifat relatif tetap tergantung dari metode pembayaran bunganya, sedangkan jika membeli saham mendapatkan diviven yang relatif tidak tetap karena dividen yang dibayarkan tergantung dari laba perusahaan.

4. Beban bunga yang dibayarkan oleh pihak penjual obligasi dapat dikurangkan dari perhitungan laba, sehingga jumlah pajak menjadi lebih kecil, sedangkan dividen tidak bisa dikurangkan dalam menghitung laba.

Dengan demikian perbedaan obligasi dengan saham adalah sebagai berikut:

Letak perbedaan

Obligasi Saham

Sifat Utang Kepemilikan

Hak suara

B. JENIS-JENIS OBLIGASI

Obligasi yang diterbitkan oleh emiten jenisnya beragam, sesuai dengan keinginan emiten. Jenis-jenis obligasi, dilihat dari berbagai segi antara lain:

1. Ditinjau dari segi peralihan:

a. Obligasi atas unjuk/bearer bonds

Obligasi ini tidak memiliki nama sehingga mudah untuk dialihkan kepada pihak lain.

b. Obligasi atas nama/registered bonds

Merupakan obligasi yang mencantumkan nama pemiliknya, sehingga memerlukan persyaratan dan prosedur tertentu untuk pengalihannya.

2. Ditinjau dari segi jaminan:

a. Obligasi dengan jaminan/secured bonds

Merupakan obligasi yang dijamin dengan jaminan tertentu yang dapat berbentuk surat-surat atau aktiva tetap.

b. Obligasi tanpa jaminan/unsecured bonds

Yakni obligasi yang hanya disertai jaminan kepercayaan.

3. Ditinjau dari segi cara penetapan dan pembayaran bunga:

a. Obligasi dengan bunga tetap

Merupakan obligasi yang memberikan bunga tetap selama periode tertentu/flat rate.

b. Obligasi dengan bunga tidak tetap

Merupakan obligasi yang memberikan bunga tidak tetap, bisa menurun/sliding rate atau mengambang/floating rate.

c. Obligasi tanpa bunga

Yaitu obligasi yang tidak memberikan bunga kepada pemegangnya, keuntungannya diharapkan dari selisih antara nilai pembelian dengan nilai pada saat jatuh tempo.

4. Ditinjau dari segi penerbit:

a. Obligasi oleh pemerintah

Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah atau perusahaan pemerintah.

Obligasi ini disebut juga surat utang negara/SUN.

b. Obligasi oleh swasta

Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pihak swasta.

5. Dilihat dari tanggal jatuh temponya a. Obligasi ber seri

Yaitu obligasi yang terdiri atas beberapa seri dengan tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda.

b. Obligasi sinking fund

Yaitu obligasi yang memiliki tanggal jatuh tempo yang sama.

C. AKUNTANSI OBLIGASI

Akuntansi obligasi meliputi perhitungan dan pencatatan harga obligasi, pembelian, penerimaan bunga, bunga berjalan, penyesuaian atas bunga berjalan, penerimaan pelunasan, pelepasan dan penyajian utang obligasi di neraca. Berikut dibahas secara lengkap mengenai hal tersebut.

1. Harga obligasi

Harga bligasi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu nilai nominal obligasi, suku bunga nominal, suku bunga efektif, periode pembayaran bunga dan tanggal jatuh tempo. Harga obligasi merupakan nilai tunai bunga yang diterima investor selama jangka waktu investasi ditambah nilai tunai obligasi yang akan diterima pada tanggal jatuh tempo. Adapun rumus untuk menghitung harga obligasi adalah sebagai berikut:

SBNxNN SBNxNN (SBNxNN) + N Harga obligasi pada tahun 0 = + + ...

(1+SBE)1 (1+SBE)2 (1+SBE)n

Keterangan:

SBN = suku bunga nominal per periode, yaitu suku bunga yang tercantum pada sertifikat obligasi.

SBE = suku bunga efektif per periode, yaitu suku bunga yang berlaku dipasar modal.

NN = nilai nominal N = periode ke n Contoh

Pada tanggal 2 Januari 2015 PT WGAH membeli obligasi PT Wahyu, nominal Rp 100.000.000. Bunga 13% dibayar tiap

tanggal 2 Januari. Jatuh tempo 2 Januari 2020. Suku bunga efektif 10%. Berapa harga obligasi?

13% x Rp 100.000.000 13% x Rp 100.000.000

Harga obligasi 2 jan 15= + --- +

(1+0,1)1 (1+0,1)2

= 13% x Rp 100.000.000 13% x Rp 100.000.000

+ ---- +

(1+0,1)3 (1+0,1)4

= 13% x Rp 100.000.000 Rp 100.000.000

- +

(1+0.1)5 (1+0.1)5

= Rp 111.372.360

Harga obligasi bisa di atas nilai nominal, di bawah nilai nominal dan sama dengan nilai nominal. Jika suku bunga nominal lebih tinggi daripada suku bunga efektif, maka obligasi laku di Pasar Modal di atas nilai nilai nominal, dan sebaliknya. Jika suku bunga nominal sama dengan suku bunga efektif maka harga obligasi sama dengan nilai nominalnya.

2. Pembelian

Pencatatan pada saat pembelian obligasi yakni dengan mendebet akun Investasi obligasi dan mengkredit kas sebesar harga perolehannya. Harga perolehan merupakan harga beli ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pembelian obligasi seperti komisi dan biaya administrasi.

Dalam hal terjadi bunga berjalan, maka bunga berjalan tidak termasuk harga perolehan obligasi.

Contoh

Tanggal 2 Januari 2015, PT Karuna membeli obligasi PT sasa, nominal Rp 150.000.000. Bunga 11% dibayar setahun sekali tiap 2 Januari. Kurs obligasi 104%. Komisi dan biaya administrasi Rp 2.0000.000.

Transaksi pembelian dicatat oleh PT Karuna dengan jurnal sebagai berikut:

Investasi obligasi Rp 158.000.000

Kas Rp158.000.000

Perhitungan:

Kurs obligasi 104/100xRp 150.000.000 = Rp 156.000.000 Komisi dan biaya administrasi = Rp 2.000.000+

Harga perolehan = Rp 158.000.000

3. Penerimaan bunga

Tanggal 2 Januari 2016, PT Karuna memperoleh bunga atas invetasinya pada PT Sasa. Jumlah bunga yang diperoleh adalah 11% x Rp 150.0000.000=Rp 16.500.000

Jurnal untuk mencatat penerimaan bunga adalah Kas Rp 16.500.000

Pendapatan bunga obligasi Rp 16.500.000 4. Bunga berjalan

Pembayaran bunga obligasi tidak selalu dilakukan sekali dalam setahun, namun dapat juga tiga kali atau dua kali dalam setahun, karena demikian maka sangat mungkin terjadi tanggal pembayaran bunga tidak bersamaan dengan tanggal transaksi baik pembelian maupun penjualan obligasi.

Perbedaan tanggal pembayaran bunga dengan tanggal transaksi disebut dengan bunga berjalan. Periode bunga berjalan adalah sejak tanggal pembayaran bunga terakhir sampai dengan tanggal transaksi berikutnya.

Dalam menghitung harga perolehan obligasi, bunga berjalan tidak boleh disertakan sebagai penambah harga perolehan, karena bunga berjalan yang dibayar oleh investor akan diterima kembali pada tanggal pembayaran bunga.

Contoh

PT Anita membeli obligasi PT Ananta pada tanggal 1 April 2014. Bunga obligasi 11% per tahun tiap 1 Mei dan 1 Oktober, nominal Rp 200.000.000 kurs 103%. Biaya komisi dan administrasi Rp 2.500.000, jangka waktu 5 tahun.

Perhitungan jumlah kas yang harus dibayar oleh investor

sebagai berikut:

Kurs obligasi 103%x Rp 200.000.000 = Rp 206.000.000 Komisi dan administrasi = Rp 2.5000.000+

Harga perolehan obligasi = Rp 208.500.000 Bunga berjalan 6 bulan (1 Okt-1 Apr)

(6/12x11%xRp 200.000.000) = Rp 11.000.000+

Jumlah kas yang harus dibayar = Rp 219.500.000 Bunga berjalan sebesar Rp 11.000.000 meskipun pengeluaran yang terjadi pada saat memperoleh obligasi, namun bunga berjalan tersebut tidak boleh menambah harga perolehan obligasi, karena pada tanggal 1 Mei PT Anita akan memperoleh pendapatan bunga yang jumlahnya termasuk pengembalian bunga pada saat obligasi diperoleh.

Bunga berjalan dapat dicatat sebagai piutang bunga atau pendapatan bunga tergantung pendekatan yang digunakan, apakah menggunakan pendekatan Rugi/Laba atau menggunakan pendekatan Neraca.

Jika digunakan pendekatan R/L, jurnal untuk mencatat perolehan obligasi dan bunga berjalan adalah sebagai berikut:

1 April 2014

Investasi Obligasi PT Ananta Rp 208.500.000 Pendapatan bunga berjalan Rp 11.000.000

Kas Rp 219.500.000

Jika bunga berjalan didebet ke pendapatan bunga, maka pada tanggal penerimaan bunga pertama kali yakni pada tanggal 1 Mei 2014 jurnal yang dibuat adalah sebagai berkut:

1 Mei 2014

Kas Rp 12.833.333

Pendapatan bunga Rp 12.833.333

Jumlah pendapatan bunga sesungguhnya yang menjadi hak dan diperoleh oleh PT Anita adalah Rp 12.833.000-Rp

11.000.000 = Rp 1.833.333 yakni bunga selama 1 bulan yaitu dari tanggal 1 April sampai dengan tanggal 1 Mei (1/12x11%xRp 200.000.000).

Jika digunaka pendekatan Neraca, untuk mencatat perolehan obligasi dan bunga berjalan adalah sebagai berikut:

Investasi obligasi Rp 208.500.000 Piutang bunga Rp 11.000.000

Kas Rp 219.500.000

Jika bunga berjalan didebet ke rekening Piutang bunga, maka pada tanggal 1 Mei 2014, saat penerimaan bunga pertama kali, jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan bunga adalah:

1 Mei 2014

Kas Rp 12.833.333

Piutang bunga Rp 11.000.000 Pendapatan bunga Rp 1.833.333

Setelah jurnal ini diinfut, maka akun piutang bunga bersaldo nol. Pendekatan yang manapun digunakan, menghasilkan hasil yang sama yakni akun pendapatan bunga bersaldo kredit Rp 1.833.333 yang merupakan pendapatan bunga yang memang diperoleh PT Anita selama 1 bulan sejak 1 April sampai dengan 1 Mei 2014. Penerimaan bunga pada periode berikutnya dicatat dengan jurnal mendebet kas dan mengkredit

pendapatan bunga.

5. Penyesuaian atas bunga berjalan

Pada akhir periode akuntansi, harus dibuat jurnal penyesuaian untuk menyesuaikan hal berikut yaitu:

a. Bunga yang belum diterima jika tanggal bunga tidak tepat diakhir periode.

Obligasi PT Ananta yang dibeli oleh PT Anita pada contoh sebelumnya, tanggal pembayaran bunganya tiap 1 Mei dan 1 Oktober, jadi pada tanggal 31 Desember harus dibuat jurnal penyesuaian untuk mengakui piutang bunga untuk bulan November dan Desember. Adapun jurnal penyesuaian untuk mencatat piutang bunga tersebut adalah sebagai berikut:

31 Desember 2014

Piutang bunga Rp 3.666.666*

Pendapatan bunga Rp 3.666.666

*2/12x11%xRp 200.000.000

Pada tanggal 1 Januari 2015, dibuat jurnal pembalik atas jurnal penyesuaian per 31 Desember 2014, jurnal pembaliknya adalah:

1 Januari 2015

Pendapatan bunga Rp 3.666.666

Piutang bunga Rp 3.666.666

b. Amortisasi agio atau disagio jika harga perolehan tidak sama dengan nilai nominal.

Jika harga perolehan obligasi di atas nilai nominalnya, maka akan menimbulkan agio obligasi dan sebaliknya diasgio jika harga perolehan di bawah nilai nominalnya.

Jurnal untuk mencatat amortisasi agio adalah:

31 Desember

Pendapatan bunga xxx

Investasi obligasi xxx

Jurnal untuk mencatat amortisasi disagio adalah:

Investasi obligasi xxx

Pendapatan bunga xxx 6. Penerimaan pelunasan

Emiten akan melunasi ke investor utang obligasinya pada tanggal jatuh tempo sebesar nilai nominalnya. Masih menggunkan contoh soal obligasi PT Ananta yang dibeli oleh PT Anita pada tanggal 1 Aril 2014, dengan jangka waktu 5 tahun, dengan nominal Rp 200.000.000, maka pada tanggal 1 Apri 2019, jurnal yang dibuat oleh PT Anita adalah:

Kas Rp 200.000.000

Investasi Obligasi Rp 200.000.000 7. Pelepasan

Apabila obligasi dijual sebelum tanggal jatuh tempo maka jurnalnya adalah Kas didebet sebesar harga jual bersih ditambah bunga berjalan kalau ada, dan mengkredit Investasi obligasi sebesar nilai bukunya. Selisih antara nilai buku dengan harga jual bersih(tidak termasuk bunga berjalan) diakui sebagai keuntungan atau kerugian. Jika harga jual lebih tinggi daripada nilai buku maka diakui sebagai keuntungan dan sebaliknya.

Jika obligasi dibeli dengan harga di atas nilai nominal, maka nilai buku investasi pada tanggal tertentu adalah sebagai berikut:

Harga perolehan xxx

Agio yang sudah diamortisasi xxx -

Nilai buku xxx

Atau

Nilai nominal xxx

Agio yang belum diamortisasi xxx+

Nilai buku xxx

Jika obligasi dibeli dengan harga di bawah nilai nominal, maka nilai buku investasi pada tanggal tertentu adalah sebagai berikut:

Harga perolehan xxx Disagio yang sudah diamortisasi xxx +

Nilai buku xxx

Atau

Nilai nominal xxx

Disagio yang belum diamortisasi xxx-

Nilai buku xxx

8. Penyajian utang obligasi di neraca.

Utang obligasi di neraca disajikan pada kelompok utang jangka panjang sebesar nilai bukunya. Jika pada tanggal neraca diketahui nilai pasarnya, maka nilai pasar disajikan dalam tanda kurung.

Rangkuman

1. Obligasi merupakan surat berharga yang bersifat utang, yang tidak memiliki hak suara dalam pengelolaan manajemen perusahaan. Keuntungannya disebut bunga yang pembayarannya tergantung kesepakatan. Bunga yang dibayarkan untuk obligasi dapat dipakai sebagai pengurang atas laba.

2. Jenis-jenis obligasi dilihat dari berbagai segi yakni: dari segi peralihan, jaminan, pembayaran dan penetapan bunga,penerbit dan tangal jatuh tempo.

3. Akuntansi atas utang obligasi meliputi pencatatan atas harga obligasi, pembelian, penerimaan bunga, bunga berjalan, penyesuaian atas bunga berjalan, penerimaan pelunasan, pelepasan dan penyajian utang obligasi di neraca.

Bahan diskusi

1. Bagaimana cara pembeli menentukan besarnya harga obligasi 2. Jelaskan jenis obligasi ditinjau dari segi cara penetapan bunga!

3. Bagaimana penjualan obligasi dicatat dalam pembukuan debitur?

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bunga berjalan!

5. Dari sisi debitur, pendanaan atau pembiayaan dengan cara menerbitkan obligasi memiliki beberapa keuntungan dibanding dengan menerbitkan saham. Apa saja keuntungan tersebut?

6. Bagaimana penyajian obligasi di neraca?

7. Bagaimana cara menghitung besarnya keuntungan atau kerugian saat penjualan obligasi?

8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan surat utang negara!

9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan agio dan diasagio obligasi!

10. Jelaskan jenis obligasi dilihat dari tanggal jatuh temponya!

Latihan soal

1. Tanggal 3 Maret 2015, PT Ganesha membeli obligasi PT Yaman, nominal Rp 100.000.000. Bunga 12% dibayar setahun sekali tiap 3 Maret. Kurs obligasi 102%. Komisi dan biaya administrasi Rp 3.0000.000.

Diminta:

a. Buat jurnal perolehan obligasi tanggal 3 Maret 2015 b. Buat jurnal penerimaan bunga tanggal 3 Maret 2016 2. PT Wisesa mengeluarkan obligasi sebagai berikut:

Nominal obligasi = Rp 11.000 per lembar Jumlah lembar = 500 lembar

Bunga = 12% per tahun

Pembayaran bunga = tiap tanggal 1 Juli Jatuh tempo obligasi = 1 Juli 2015

Obligasi terjual seluruhnya = 1 Juli 2018

Diminta: Hitunglah nilai obligasi pada tanggal 1 Juli 2018, jika suku bunga efektif:

a. 10%

b. 12%

c. 14%

BAB VIII

AKUNTANSI MODAL SAHAM

Tujuan pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami:

A. DEFINISI DAN JENIS SAHAM B. MENJUAL SAHAM SECARA TUNAI C. MENJUAL SAHAM SECARA PESANAN D. MODAL SUMBANGAN

E. DIVIDEN

F. PENYAJIAN MODAL SAHAM DI NERACA

Modal merupakan bagian yang sangat diperlukan untuk dapat menjalankan kegiatan operasional suatu organisasi. Pada laporan keuangan modal disajikan pada laporan neraca disisi Pasiva dengan nama akun yang berbeda sesuai dengan bentuk badan usahanya.

Jika badan usaha berbentuk perusahaan perorangan, maka nama akum modalnya adalah Modal Pemilik, misalnya Modal Tuan Ganendra, Modal Tuan Wiweka dan yang lainnya. Jika badan usahanya berbentuk Firma atau Persekutuan Komanditer (CV) maka nama akun modalnya sesuai dengan nama-nama pemilik modal badan usaha tersebut, sama seperti nama akun modal pada badan usaha peroorangan, namun perbedaannya jika pada badan usaha perorangan hanya terdapat satu nama pemilik, maka pada badan usaha Firma dan CV terdapat lebih dari satu nama pemilik modal. Jika badan usahanya berbentuk Perseroan Terbatas (PT) , maka nama akun modalnya adalah modal saham.

Pembahasan akuntansi modal pada bab ini hanya membahas modal pada perusahaan perseroan yakni modal saham.

A. DEFINISI DAN JENIS SAHAM

Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan.

Artinya si pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahan. Keuntungan yang diperoleh di sebut

dividen. Pembagian dividen ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Pembagian jenis modal menurut undang-undang bagi perusahaan yang berbentuk PT terdiri dari:

1. Modal dasar, yaitu modal yang pertama kali ada pada saat perusahaan didirikan.

2. Modal ditempatkan, yaitu modal saham yang sudah dijual besarnya 25% dari modal dasar.

3. Modal disetor, merupakan modal yang benar-benar telah disetor yaitu sebesar 50% dari modal yang telah ditempatkan.

4. Saham dalam portefel yaitu modal yang masih dalam bentuk saham yang belum dijual atau modal dasar dikurangi modal ditempatkan.

Jenis saham ditinjau dari segi peralihan dan dari segi hak tagih adalah sebagai berikut:

1. Dari segi peralihan

a. Saham atas unjuk (bearer stock)

Merupakan saham yang tidak mempunyai atau tidak mencantumkan nama pemiliknya.

b. Saham atas nama (registerd stock)

c. Merupakan saham yang mempunyai atau mencantumkan nama pemiliknya.

2. Dari segi hak tagih

a. Saham biasa (common stocks)

Saham yang pembagian dividennya dibayar setelah pembagian dividen saham preferen.

b. Saham preferen (prefered stocks)

Saham yang pembagian dividennya dibayar sebelum pembagian dividen saham biasa.

B. MENJUAL SAHAM SECARA TUNAI

Perseroan yang menjual saham disebut dengan emiten. Sedangkan kegiatan penjualannya disebut dengan emisi. Kegiatan penjualan saham dibantu oleh lembaga yang disebut dengan penjamin emisi atau underwriter. Terdapat empat jenis penjamin emisi yaitu:

1. Full commitment/kesanggupan penuh

Yaitu penjamin emisi mengambil seluruh risiko tidak terjualnya surat berharga pada batas waktu yang telah ditentukan sesuai dengan harga penawaran di pasar.

2. Best effort commitment/kesanggupan terbaik

Dalam hal ini penjamin emisi akan berusaha sebaik mungkin untuk menjualkan surat berharga, namum apabila ada yang tidak laku dikembalikan kepada emiten.

3. Stand by commitment/kesanggupan siaga

Penjamin berusaha menjual seluruh surat berharga, apabila ada yang tidak laku maka penjamin bisa membeli dengan harga di bawah harga pasar.

4. All or none commitment/kesanggupan semua atau tidak sama sekali.

Penjamin bertugas menjual seluruh surat berharga, apabila ada yang tidak laku maka emiten membatalkan semua penjualan surat berharga.

Penjualan saham secara tunai dijurnal dengan mendebet akun kas sebesar harga kursnya, dan mengkredit akun saham sebesar nilai nominalnya. Selisih antara harga kurs dengan nilai nominal merupakan agio dan disagio saham. Agio timbul jika harga kurs lebih tinggi daripada nilai nominal dan sebaliknya.

Contoh

1). PT WGAH menjual 1.000 lembar saham preferen 7%, nilai nominal Rp 100.000 dengan kurs 105. Jurnal untuk mencatat penjualan saham tersebut adalah sebagai berikut:

Kas Rp 105.000.000

Saham preferen 7% Rp 100.000.000 Agio saham Rp 5.000.000

2) PT Karuna menjual 1.000 lembar saham preferen 6%, nilai nominal Rp 100.000 dengan kurs 98. Jurnal untuk mencatat penjualan saham tersebut adalah sebagai berikut:

Kas Rp 98.000.000

Disagio saham Rp 2.000.000

Saham preferen 6% Rp 100.000.000

3) PT Gargitha menjual 5.000 lembar saham biasa, tanpa nilai nominal harga yang ditetapkan Rp 20.000 per lembar dengan harga jual Rp 30.000. Jurnal untuk mencatat penjualan saham tersebut adalah sebagai berikut:

Kas Rp 150.000.000

Saham biasa Rp 100.000.000 Agio saham Rp 50.000.000

C. MENJUAL SAHAM SECARA PESANAN

Saham yang dijual secara pesanan di catat dengan mengkredit akun

“Modal Saham Biasa Dipesan” sebesar nilai nominalnya, mendebet akun “kas” sebesar uang muka yang diterima. Selisih harga jual dengan kas yang diterima didebet ke akun “piutang kepada pemesan saham biasa dipesan” sedangkan agio dan disagio merupakan selisih antara nilai nominal dengan harga jual.

Contoh:

Tanggal 23 November 2014 PT Wiweka mendapat pesanan 30.000 lembar saham dari PT Wika, dengan harga per lembar Rp 15.000.

Uang muka 20% nilai nominal saham adalah Rp 14.000 per lembar.

Pesanan akan dibayar tanggal 3 Maret 2015. Jurnal untuk mencatat penjualan saham adalah:

Kas Rp 90.000.000

Piutang kepada pemesan saham biasa Rp 360.000.000 Modal saham biasa dipesan Rp 420.000.000

Agio saham Rp 30.000.000

Pada tanggal 3 Maret 2015 saat saham dikeluarkan dan tagihan kepada pemesan diterima, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

Kas Rp 360.000.000

Modal saham biasa dipesan Rp 420.000.000

Piutang kepada pemesan saham biasa Rp 360.000.000

Modal saham biasa Rp 420.000.000

D. MODAL SUMBANGAN

Modal sumbangan terjadi karena adanya sumbangan yang diberikan kepada perusahaan berupa aktiva tertentu tanpa imbalan.

Penerimaan modal sumbangan mengakibatkan bertambahnya aktiva dan modal perusahaan. Sumbangan dapat berasal dari pemegang saham atau donatur. Pemegang saham mungkin ingin memberi sumbangan kepada perseroannya dengan memberikan saham yang dimilikinya. Bagi perseroan hal ini sama dengan memperoleh kembali sahamnya. Pada saat sumbangan diterima, perseroan tidak membuat jurnal tetapi membuat suatu catatan atau memorandum. Bila saham sumbangan dijual, maka perseroan akan membuat jurnal dengan mendebet akun kas dan mengkredit akun modal sumbangan.

Misalnya salah satu pemegang saham menyumbangkan 15.000 lembar saham biasa. Saham tersebut dijual kembali oleh perseroan dan laku dengan harga Rp 10.000 per lembar. Catatan dan jurnal yang dibuat oleh perseroan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mencatat penerimaan sumbangan saham:

(catatan/memorandum) diterima sumbangan 15.000 lembar saham biasa.

2. Untuk mencatat penjualan saham sumbangan Kas Rp 150.000.000

Modal sumbangan Rp 150.000.000

Apabila perseroan menerima sumbangan berupa aktiva lain, maka di catat dengan mendebet akun aktiva yang bersangkutan dan mengkredit akun modal sumbangan. Misalnya perseroan menerima sumbangan berupa sebuah mesin dari donatur, maka sebelum dilakukan pencatatan harus diperkirakan nilai wajar mesin. Misalnya nilai wajar mesin adalah Rp 45.000.000, maka jurnal nya adalah:

Mesin Rp 45.000.000

Modal sumbangan Rp 45.000.000 E. DIVIDEN

Dividen merupakan pembagian keuntungan kepada pemegang saham. Dividen yang dibagikan dapat dividen kas dan dividen saham.

Jurnal mendebet akun “Laba Ditahan” dan mengkredit “Utang

Dividen” pada saat dilakukan pengumuman pembagian dividen kas.

Pada saat pembayaran dividen jurnal yang dibuat adalah mendebet kas dan mengkredit utang dividen.

Jika dividen yang dibagikan adalah dividen saham, maka pembagian dividen dianggap sebagai rekapitalisasi yakni merubah komposisi modal dari “Laba Ditahan” ke Modal Saham Biasa” sebesar nilai nominalnya. Agio dan disagio tidak akan timbul jika pada saat pembagian dividen saham antara nilai nominal saham sama dengan harga pasarnya. Sebaliknya jika saat pembagian dividen saham harga pasar lebih tinggi dari pada nilai nominal maka akan timbul agio, dan sebaliknya.

Contoh

1. PT WGAH memiliki saham beredar sebanyak 8.000 lembar dengan

1. PT WGAH memiliki saham beredar sebanyak 8.000 lembar dengan