• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencatatan Investasi Surat Berharga Saham

BAB II. AKUNTANSI INVESTASI PADA SURAT BERHARGA

B. Pencatatan Investasi Surat Berharga Saham

D. Penilaian Surat Berharga

E. Penyajian Surat Berharga

F. Penjualan Kembali Surat Berharga Yang Sudah Dicadangkan Penurunan Nilainya

Jika perusahaan memiliki kas yang menganggur dalam jumlah material, maka biasanya kas tersebut digunakan untuk berinvestasi dalam surat berharga jangka pendek. Investasi tersebut biasanya berupa pembelian surat berharga saham dan obligasi dengan jangka waktu kurang dari tiga bulan.

Suatu investasi dalam surat berharga dikatakan sebagai investasi jangka pendek jika memiliki ciri-ciri:

1. Jangka waktu penanamannya kurang dari tiga bulan (90 hari) 2. Mampu menghasilkan laba (Profitable)

3. Mempunyai harga pasar yang relatif stabil 4. Dapat dijual setiap saat (marketable) A. Tujuan Investasi Surat Berharga

Tujuan utama dilakukannya investasi surat berharga jangka pendek adalah untuk mengoptimalkan pengelolaan kas. Jika diuraikan secara rinci tujuan perusahaan melakukan investasi dalam surat berharga adalah:

1. Untuk memperoleh pendapatan bunga dari investasi obligasi atau dividen dari investasi saham (termasuk keuntungan dari selisih harga jangka pendek); banyak perusahaan yang tidak puas dengan tingkat

suku bunga yang rendah yang ditawarkan oleh deposito bank sehingga perusahaan lebih memilih atau beralih ke alternatif investasi lain (investasi obligasi dan saham) dengan menerima tingkat risiko yang lebih tinggi pula. Jika investor melakukan investasi dalam saham perusahaan akan mendapatkan dividen dan atau keuntungan dari selisih harga jangka pendek (capital gain) bukan untuk mempengaruhi atau mengendalikan perusahaan investee. Jika investor berinvestasi dalam obligasi maka akan diperoleh bunga/kupon.

2. Sebagai antisipasi atau untuk menjamin bahwa perusahaan tetap dapat melanjutkan kegiatan operasionalnya meskipun dalam kondisi yang sulit (resei ekonomi); nanti pada saat keadaan perekonomian kurang menguntungkan, investasi ini akan segera dicairkan. Jadi, investasi dilakukan untuk memberikan perusahaan ketersediaan sumber dana yang dapat ditarik kembali pada saat diperlukan.

3. Memanfaatkan kelebihan kas yang tidak terpakai dalam kegiatan operasional perusahaan sebagai hasil dari puncak penjualan musiman; kelebihan kas yang terjadi selama penjualan musiman akan lebih menguntungkan bagi perusahaan apabila diinvestasikan dalam bentuk sekuritas (obligasi dan saham) dibanding disimpan di bank.

Nanti, begitu saat penjualan musiman tiba kembali maka investasi ini akan dicairkan dan dananya akan dipakai untuk membeli persediaan barang dagangan.

4. Untuk menjamin tersedianya bahan mentah, mempengaruhi dewan komisaris, atau untuk mendiversifikasi produk yang ditawarkan;

sebagai contoh adalah perusahaan pembuat helm yang menyerahkan pekerjaan pengecatannya kepada sebuah perusahaan khusus, sehingga untuk menjamin kesinambungan dari kontrak pekerjaan pengecatan ini maka perusahaan pembuat helm tersebut mungkin akan membeli 20% hingga 50% kepemilikan saham di perusahaan pengecatan tersebut. Dalam hal ini berarti bahwa alasan perusahaan melakukan investasi dalam saham adalah untuk mempengaruhi perusahaan investee.

5. Untuk mengendalikan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dari perusahaan lain; dalam hal ini perusahaan induk menguasai lebih dari

50% kepemilikan saham di perusahaan anak, di mana perusahaan induk melalui investasinya tersebut bermaksud bukan lagi hanya sekedar untuk memperoleh dividen ataupun mempengaruhi perusahaan anak melainkan lebih dari itu, yaitu ingin mengendalikan seluruh aktivitas di perusahaan anak.

B. Pencatatan Surat Berharga Saham

Pembelian surat berharga (saham dan obligasi) di debet sebesar harga perolehannya. Harga perolehan merupakan harga faktur ditambah dengan biaya pembelian meliputi komisi, pajak dan materai.

1. Pembelian surat berharga saham

Pembelian surat berharga saham dicatat dengan mendebet surat berharga saham sebesar harga perolehannya. Cara penentuan harga perolehan adalah dengan mengalikan jumlah lembar saham yang dibeli dengan harga perlembar dikalikan kurs kemudian hasilnya ditambah dengan biaya pembelian misalnya biaya komisi dan materai.

Contoh Pada tanggal 27 September PT Unilever membeli 2.000 lembar saham PT Gudang Garam dengan harga Rp 11.000 per lembar. Kurs beli saat itu 105% dan biaya pembelian Rp 2.500.000.

Jurnal yang dibuat oleh PT Unilever untuk mencatat transaksi pembelian saham tersebut adalah

Surat berharga – Saham Rp 25.600.000

Kas Rp 25.600.000

Perhitungan

2.000 lembar x Rp 11.000 x 105% = 23.100.000

Biaya pembelian = 2.500.000

Harga perolehan 2.000 lembar saham = 25.600.000 2. Penerimaan dividen kas

Yang dimaksud dengan dividen kas adalah dividen dalam bentuk uang tunai yang diterima oleh perusahaan yang berinvestasi dalam surat berharga saham. Selain dividen kas masih ada dividen lainnya yakni

property dividen yakni dividen dalam bentuk aktiva selain kas. Selain itu ada juga dividen yang diterima dalam bentuk saham.

Dengan menggunakan contoh soal di atas, jika PT. Gudang Garam membagikan dividen kepada pemegang saham dengan dividen per lembar adalah Rp 5.000 maka jurnal penerimaan kas yang dibuat oleh PT Unilever adalah:

Kas Rp 10.000.000

Pendapatan dividen Rp 10.000.000 3. Penjualan kembali

Jika obligasi yang telah dibeli kemudian dijual kembali, maka pencatatannya dilakukan dengan mengkredit rekening surat berharga sebesar harga perolehan yang dijual. Selisih harga jual bersih/penerimaan kas bersih dan harga perolehan merupakan keuntungan atau kerugian.

Misalnya, surat berharga saham PT Gudang Garam yang dibeli pada tanggal 27 September dijual sebanyak 1.500 lembar pada tanggal 30 November dengan harga jual bersih perlembar Rp 13.500. Jurnal untuk mencatat penjualan ini adalah:

Perhitungan (dalam Rp):

Harga jual bersih 1.500 lembar x Rp 13.500 =20.250.000 Harga perolehan 1.500 lbr (1.500/2.000X25.600.000 =19.200.000-

Laba penjualan 500 lembar saham 1.050.000

Jurnal: 30 November

Kas 20.250.000

Surat berharga saham PT G G 19.200.000

Laba penjualan 1.050.000

Laba rugi yang timbul dari penjualan surat berharga dalam laporan L/R dikelompokkan dalam laba atau rugi di luar usaha.

C. Pencatatan Surat Berharga Obligasi 1. Pembelian surat berharga obligasi

Pembelian obligasi dicatat dengan mendebet rekening surat berharga obligasi sebesar harga perolehan. Harga perolehan diperoleh dengan cara mengalikan kurs dengan jumlah lembar dikalikan harga perlembar kemudian hasilnya ditambahkan dengan biaya pembelian.

Contoh soal

PT Makmur pada tanggal 1 April 2013 membeli 25.000 lembar obligasi PT Sejahtera dengan nilai nominal Rp 15.000 per lembar.

Kurs obligasi 105%. Biaya pembelian Rp 6.500.000. Bunga obligasi 14% dibayar tiap 31 Maret dan 30 September. Pembelian obligasi ini dicatat sebagai berikut:

Perhitungan(dalam Rp):

Kurs 105% x 25.000 x Rp 15.000 = 393.750.000

Biaya pembelian = 6.500.000+

Harga perolehan = 400.250.000

Jurnal

Surat Berharga Obligasi PT Sejahtera 400.250.000

Kas 400.250.000

2. Penerimaan bunga

Penerimaan bunga atas pembelian obligasi dicatat dengan mengkredit rekening pendapatan bunga. Jumlah pendapatan bunga dihitung dengan cara mengalikan periode bulan, sejak tanggal pembelian sampai dengan tanggal pembayaran bunga kemudian dibagi 12 (jika persentase bunga tahunan), dikalikan dengan jumlah lembar dikalikan harga perlembar dikalikan dengan persentase bunga. Pada tanggal 30 September PT Makmur akan memperoleh pendapatan bunga atas pembelian obligasi PT Sejahtera.

Jumlah pendapatan bunga yang diterima PT Makmur pada tanggal 30 September dihitung sebagai berikut:

6/12 x 25.000 x Rp 15.000 x 14% =Rp 26.250.000

Jurnal pada tanggal 30 September Kas Rp 26.250.000

Pendapatan bunga Rp 26.250.000 3. Penjualan kembali

Jika obligasi tersebut dijual kembali, maka jurnal yang dibuat untuk mencatat penjualan kembali obligasi tersebut adalahdengan mengkredit rekening surat berharga obligasi sebesar harga perolehan yang terjual. Selisih antara harga jual bersih dengan harga perolehan dicatat dalam rekening laba atau rugi di luar usaha. Misalnya pada tanggal 2 Oktober 2014 seluruh obligasi terjual dengan harga jual bersih Rp 415.000.000

Jurnal yang dibuat pada tanggal 2 Oktober adalah

Kas Rp 415.000.000

Surat Berharga-Obligasi PT Sejahtera Rp 400.250.000 Laba penjualan surat berharga Rp 14.750.000 4. Transaksi jual beli obligasi tidak pada tanggal bunga

Penjualan maupun pembelian obligasi yang dilakukan pada tanggal yang tidak sama dengan tanggal bunga menimbulkan istilah bunga berjalan. Bunga berjalan adalah bunga yang timbul jika tanggal penjualan atau pembelian obligasi tidak bersamaan dengan tanggal pembayaran bunga. Lamanya bunga berjalan adalah tanggal bunga terakhir sebelum tanggal transaksi penjualan atau pembelian sampai dengan tanggal transaksi penjualan atau pembelian tersebut.

a. Pembelian

Misalnya, pada tanggal 1 April PT Gemilang membeli 5.000 lembar obligasi PT Senandung, dengan nominal Rp 10.000 per lembar.

Kurs obligasi 110%. Biaya pembelian Rp 2.500.000. Bunga obligasi 14% dibayar tiap 1 Mei dan 1 November. Perhitungan harga perolehan investasi dan jumlah kas yang dibayar oleh PT Gemilang adalah sebagai berikut:

Perhitungan harga perolehan 5.000 lembar obligasi PT Senandung:

Kurs 110% x 5.000 lbr X Rp 10.000 = 55.000.000

Biaya pembelian = 2.500.000 +

Harga perolehan = 57.500.000

Bunga berjalan 5 bulan (1 Nov-1 Apr)

5/12x14%x5.000xRp 10.000 = 2.917.000 + Kas yang dikeluarkan PT Gemilang = 60.417.000

Bunga berjalan yang dibayar tidak boleh diperlakukan sebagai penambah harga perolehan investasi, melainkan hanya sebagai pengurang pendapatan bunga. Terdapat dua cara mencatat bunga berjalan yakni dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan pendekatan neraca.

1). Jurnal untuk mencatat pembelian obligasi pada tanggal 1 April dan penerimaan bunga pada tanggal 1 Mei adalah sebagai berikut:

Jurnal pembelian 1 April

Surat Berharga Obligasi PT S Rp 57.500.000

Pendapatan bunga Rp 2.917.000

Kas Rp 60.417.000

Jurnal penerimaan bunga 1 Mei Kas Rp 3.500.000

Pendapatan bunga Rp 3.500.000*

6/12 x 5.000 lbr x Rp 10.000 x 14%

Jika kedua jurnal diposting, maka rekening pendapatan bunga akan bersaldo Rp 583.000. Jumlah ini tepat dengan perhitungan bunga selama satu bulan bagi PT Gemilang (1/12x 5.000 lembar x Rp 10.000 x 14%)

2). Pendekatan Neraca

Jika menggunakan pendekatan neraca untuk mencatat bunga berjalan yang timbul pada saat pembelian obligasi, maka jurnal pembelian dan penerimaan bunga dicatat sebagai berikut:

Surat berharga obligasi PT S Rp 57.500.000

Piutang bunga Rp 2.917.000

Kas Rp 60.417.000

Ketika menerima bunga untuk pertama kalinya yakni pada tanggal 1 Mei, jurnal yang dibuat sebagai berikut:

Kas Rp 3.500.000

Piutang bunga Rp 2.917.000 Pendapatan bunga Rp 583.000

Apabila dua jurnal di atas diposting, maka rekening Piutang Bunga bersaldo nol dan rekening Pendapatan bunga bersaldo kredit Rp 2.917.000. Jadi, dengan pendekatan mana pun untuk mencatat bunga berjalan, pendapatan bunga akan selalu sama yaitu Rp 2.917.000

Penerimaan bunga pada tanggal-tanggal penerimaan bunga berikutnya dilakukan dengan mendebet kas dan mengkredit rekening pendapatan bunga.

b. Penjualan

Selisih antara harga perolehan dengan harga jual yang terjadi pada saat penjualan investasi sementara obligasi diakui sebagai kerugian atau keuntungan. Bunga berjalan tidak boleh diperhitungkan di dalam menentukan kerugian atau keuntungan penjualan obligasi.

Misalnya pada tanggal 1 Juli 1.000 lembar obligasi PT Senandung dijual dengan harga jual bersih Rp 14.000.000. Jurnal yang dibuat oleh PT Gemilang untuk mencatat penjualan surat berharga obligasi tersebut adalah sebagai berikut:

Jurnal penjualan tanggal 1 Juli

Kas 14.233.300

Surat berharga obligasi PT S 11.500.000

Pendapatan bunga 2.500.000

Laba penjualan surat berharga 233.300

Perhitungan

Harga jual bersih 1.000 lembar 14.000.000 Harga perolehan 1.000 lembar:

(1.000/5.000)xRp 57.500.000 11.500.000 Laba penjualan obligasi 2.5000.00

Harga jual bersih 14.000.000

Bunga berjalan 2 bulan (1 Mei – 1 Juli)

2/12x14%x 1.000 lembarXRp 10.000 233.300+

Kas yang diterima PT Gemilang 14.233.300 c. Penyesuaian bunga berjalan di akhir periode

Masih menggunakan contoh soal PT Gemilang yang membeli surat berharga obligasi PT Senandung, setelah pada tanggal 1 Juli surat berharga obligasi PT Senandung dijual sebanyak 1.000, dengan asumsi sampai dengan tanggal 31 Desember tidak terjadi lagi transaksi penjualan surat berharga obligasi PT Senandung, maka akan terdapat sisa 4.000 lembar surat berharga obligasi PT Senadung yang masih di pegang oleh PT Gemilang. Pada tanggal 31 Desember, disaat PT Gemilang melakukan proses tutup buku, namun tanggal tutup buku tidak bersamaan dengan tanggal penerimaan bunga (karena tanggal pembayaran bunga tiap 1 Mei dan 1 November) maka hak bunga dalam 1 bulan (1 November-31 Desember) perlu dibuatkan jurnal penyesuaian.

Besarnya bunga berjalan adalah 2/12x14%x4.000lembarxRp 10.000= Rp 933.300

Jurnal penyesuaian bunga berjalan tanggal 31 Desember Piutang bunga Rp 933.300

Pendapatan bunga Rp 933.300

Pada tanggal 2 Januari periode berikutnya dibuatkan jurnal pembalik, tujuannya adalah untuk mempermudah pencatatan penerimaan bunga tanggal 1 Mei periode berikutnya.. Jurnal pembalik yang dibuat tanggal 2 Januari adalah:

Pendapatan bunga Rp 933.300

Piutang bunga Rp 933.300

Jika tidak terjadi penjualan obligasi sampai dengan tanggal 1 Mei, pendapatan bunga yang diterima tanggal 1 Mei adalah 6/12x14%x4.000 lembar x Rp 10.000 = Rp 2.800.000, jurnal yang dibuat

Kas Rp 2.800.000

Pendapatan bunga Rp 2.800.000 D. Penilaian Surat Berharga

Menurut konsep biaya historis, menyatakan bahwa aktiva, utang modal dan biaya dicatat sebesar harga perolehannya. Dengan menggunakan konsep ini, investasi dalam surat berharga dicatat sebesar harga perolehannya. Namun menurut PSAK No. 13 menyebutkan:

“Investasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus dicatat dalam neraca pada nilai terndah antara biaya dan nilai pasar”.

Yang dimaksud biaya dalam hal ini adalah harga perolehan dan nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu investasi dalam pasar yang aktif.

Penilaian surat berharga dengan harga terendah antara harga perolehan/cost dengan harga pasar/market disebut juga dengan metode COMWIL (Cost Or Market Which Ever Is Lower).

Apabila harga pasar surat-surat berharga yang dimiliki ternyata lebih rendah dari harga perolehannya dengan selisih yang material, tidak penurunan tersebut tidak bersifat sementara, maka surat berharga yabg dicantumkan dalam aktiva lancar dalam neraca tidak boleh melebihi harga pasarnya. Di sini akan diakui adanya kerugian yang belum terjadi.

Jumlah kerugian yang diakui adalah sebesar selisih dari harga perolehan dengan harga pasarnya pada tanggal neraca. Pencatatan kerugian yang diakui dilakukan dengan mendebet rekening rugi penurunan nilai surat berharga dan kreditnya cadangan penurunan nilai surat berharga. Rugi penurunan nilai surat berharga termasuk dalam kelompok rugi di luar usaha dalam laporan laba rugi, sedangkan cadangan penurunan nilai surat berharga akan di cantumkan di dalam neraca mengurangi rekening

surat berharga. Apabila terjadi penjualan surat berharga yang sudah diturunkan nilainya maka laba rugi penjualan dihitung dengan membandingkan harga jual dengan harga perolehan yang baru (sesudah dikurangi cadangan penurunan nilai surat berharga). Cara yang lebih rendah antara harga perolehan atau harga pasar dapat diterapkan kepada surat-surat berharga dengan dua cara:

1. Diterapkan kepada jumlah keseluruhan surat berharga 2. Diterapkan kepada masing-masing elemen surat berharga.

Sebagai contoh penerapan cara-cara di atas misal diketahui data investasi surat berharga PT WGAH pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut (dlm Rp):

Keterangan Harga 10.000 lbr obligasi PT Karuna 50.000.000 45.000.000 45.000.000 10.000 lbr saham preferent PT

Nadia, 13%

60.000.000 65.000.000 60.000.000 20.000 lbr saham biasa PT Sasa 40.000.000 47.000.000 40.000.000

Jumlah 150.000.000 157.000.000 145.000.000

Jika metode comwil diterapkan kepada keseluruhan surat berharga, maka dibandingkan antara Rp 150.000.000 dengan Rp 157.000.000 yang lebih rendah adalah harga perolehannya, sehingga di neraca investasi surat berharga disajikan dengan harga Rp 150.000.000 sehingga kerugian yang diakui adalah sebesar Rp 7.000.000

Jika metode comwil diterapkan kepada masing-masing elemen surat berharga, maka nilai surat berharga di neraca disajikan dengan harga Rp 145.000.000, sehingga kerugian yang diakui adalah sebesar Rp 5.000.000 (Rp 150.000.000-Rp 145.000.000).

Misalnya comwil diterapkan kepada keseluruhan surat berharga, jurnal yang dibuat pada tanggal 31 Desember untuk mengakui kerugian penurunan surat berharga adalah:

Rugi penurunan surat berharga Rp 5.000.000

Cadangan penurunan nilai surat berharga Rp 5.000.000

E. Penyajian Surat Berharga

Di dalam neraca surat berharga disajikan sebagai aktiva lancar, jika menggunakan metode comwil, surat berharga disajikan sebesar harga perolehannya dikurangi dengan cadangan penurunan nilai surat berharga. Masih menggunakan contoh investasi PT WGAH (comwil secara keseluruhan) surat berharga disajikan dengan nilai Rp 150.000.000 dikurangi cadangan penurunan nilai surat berharga Rp 5.000.000 sehingga nilai bersihnya Rp 145.000.000.

F. Penjualan Kembali Surat Berharga Yang Sudah Dicadangkan Penurunan Nilainya

Jika surat berharga yang sudah dicadangkan penurunan nilainya kemudian dijual, maka cadangan penurunan nilai surat berharga ini akan dihapuskan.

Misalnya tanggal 2 Januari 2015 semua surat berharga PT WGAH dijual dengan harga jual bersih Rp 175.000.000, penjualan surat berharga tersebut di jurnal sebagai berikut:

Kas Rp 175.000.000

Cadangan penurunan nilai surat berharga Rp 5.000.000

SB Obligasi PT Karuna Rp 50.000.000

SB Saham Preferm PT Nadia Rp 60.000.000 SB Saham Biasa PT Sasa

Laba penjualan SB

Rp 40.000.000 Rp 30.000.000

Laba penjualan surat berharga sebesar Rp 30.000.000 dihitung dengan cara sebagai berikut:

Harga jual Rp 175.000.000

Harga perolehan Rp 150.000.000 Cadangan penurunan Rp 5.000.000 -

Nilai bersih Rp 145.000.000-

Laba penjualan Rp 30.000.000

Apabila tahun 2015 surat berharga dijual tidak sekaligus, maka akan timbul masalah menghitung penurunan nilai untuk tiap jenis surat berharga, terutama bila perhitungannya untuk keseluruhan jumlah surat

berharga. Dalam hal penurunan nilai dihitung untuk keseluruhan surat berharga, dan penjualan surat berharga itu tidak sekaligus, maka tiap kali terjadi penjualan surat berharga tidak dilakukan penyesuaian pada rekening cadangan penurunan nilai. Rekening cadangan ini baru akan disesuaikan pada akhir periode.

Misalnya tanggal 1 Februari 2015 dijual 10.000 lembar obligasi PT Karuna dengan kurs 110 dan biaya penjualan Rp 1.500.000, perhitungan dan jurnal penjualan obligasi PT Karuna adalah sebagai berikut:

Harga kurs (110/100)x 10.000 lbr X Rp 5.000 = Rp 55.000.000

Biaya penjualan Rp 1.500.000

Harga jual bersih Rp 53.500.000

Harga perolehan Rp 50.000.000

Laba penjualan Rp 3.500.000

Jurnal penjualan

Kas Rp 55.000.000

SB obligasi PT Karuna Laba penjualan

Rp 50.000.000 Rp 3.500.000

Dengan jurnal seperti di atas, rekening cadangan penurunan nilai surat berharga tidak berubah saldonya, yaitu masih sebesar Rp 5.000.000.

Saldo in terbawa sampai dengan tanggal 31 Desember 2015. Pada akhir tahun 2015 dilakukan perbandingan antara harga perolehan dan harga pasar surat berharga yang dimiliki, sehingga dapat diketahui berapa besar penurunan nilainya. Jumlah penurunan nilai ini dibandingkan dengan saldo rekening cadangan penurunan nilai surat berharga, dan rekening ini disesuaikan dengan penurunan nilai tanggal 31 Desember 2015.

Misalnya tanggal 31 Desember 2015 harga perolehan surat berharga Rp 100.000.000 sedangkan harga pasarnya Rp 88.000.000.

Penurunan nilai yang terjadi sebesar Rp 12.000.000 sedangkan saldo cadangan penurunan yang tersedia dalah Rp 5.000.000, maka jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:

Rugi penurunan nila surat berharga Rp 7.000.000

Cadangan penurunan nilai surat berharga Rp 7.000.000

Rangkuman

1. Suatu investasi dalam surat berharga dikatakan sebagai investasi jangka pendek jika memiliki ciri-ciri: (1)jangka waktu penanamannya kurang dari tiga bulan (90 hari), (2) mampu menghasilkan laba (Profitable) (3)mempunyai harga pasar yang relatif stabil (d)dapat dijual setiap saat (marketable).

2. Tujuan Investasi Surat Berharga adalah:

a. Untuk memperoleh pendapatan bunga dari investasi obligasi atau dividen dari investasi saham.

b. Sebagai antisipasi atau untuk menjamin bahwa perusahaan tetap dapat melanjutkan kegiatan operasionalnya.

c. Memanfaatkan kelebihan kas yang tidak terpakai dalam kegiatan operasional perusahaan sebagai hasil dari puncak penjualan musiman.

d. Untuk menjamin tersedianya bahan mentah.

e. Untuk mengendalikan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dari perusahaan lain.

3. Pencatatan pembelian investasi surat berharga dilakukan dengan mendebet surat berharga sebesar harga perolehannya.

4. Pembelian surat berharga obligasi dimana tanggal pembelian tidak bersamaan dengan tanggal pembayaran bunga akan menimbulkan bunga berjalan.

5. Menurut PSAK No. 13, nvestasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus dicatat dalam neraca pada nilai terndah antara biaya dan nilai pasar.

6. Jika surat berharga yang sudah dicadangkan penurunan nilainya kemudian dijual, maka cadangan penurunan nilai surat berharga ini akan dihapuskan.

Bahan Diskusi

1. Apa yang dimaksude dengan investasi pada sekuritas utang dan sekuritas ekuitas?

2. Apa tujuan perusahaan melakukan investasi pada sekuritas utang dan sekuritas ekuitas?

3. Bagaimana pencatatan pembelian investasi pada sekuritas utang dan sekuritas investasi?

4. Apa yang dimaksud dengan bunga berjalan?

5. Bagaimana perlakuan bunga berjalan?

6. Bagaimana penilaian surat berharga?

7. Apa yang disebut dengan metode COMWIL?

8. Jika di kaitkan dengan prinsip akuntansi, prinsip yang manakah yang mendasari comwil tersebut?

Latihan soal

1. PT Ganendra mempunyai kebijakan penanaman kas yang menganggur ke dalam surat berharga sejak tahun 2011. Empat tahun sejak 2011 terdapat saldo harga pokok dan harga pasar surat berharga yang dimiliki PT Ganendra sebagai berikut:

Akhir tahun Harga Pokok (Rp) Harga Pasar (Rp)

2011 10.000.000 10.500.000

2012 15.500.000 13.000.000

2013 14.000.000 11.000.000

2014 20.000.000 21.250.000

Diminta:

Buatlah jurnal untuk menyesuaikan nilai surat berharga setiap akhir tahn selama empat tahun, jika:

a. PT Ganendra menggunakan metode market b. PT Ganendra menggunakan metode comwil

2. PT Wiweka menanamkan kas yang sementra menganggur pada surat berharga, sejak tahun 2012 dengan perincian sebagai berikut:

Saham PT Ena 40.000 lembar @ Rp 9.150 = Rp 36.600.000 Saham PT Wahyu 5.000 lbr @ Rp 2.600 = Rp 13.000.000 Obligasi PT Leo 3.000 lbr @Rp 10.000 = Rp 30.000.000 +

Jumlah Rp 79.600.000

Saham PT Wahyu di jual pada akhir tahun 2014 dengan harga jual Rp 11.500.000. Harga pasar surat berharga tersebut selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 (dlm Rp)adalah sebagai berikut:

Jenis surat berharga 2012 2013 2014

Saham PT Ena 39.000.000 31.800.000 34.500.000

Saham PT Wahyu 12.000.000 10.900.000 -

Obligasi PT Leo 31.000.000 31.500.000 30.100.000 Diminta:

Buatlah jurnal-jurnal yang berhubungan dengan surat berharga tersebut selama 3 tahun pemilikan dan penyajiannya di dalam laporan Neraca setiap akhir tahun apabila perusahaan menggunakan metode:

a. Harga pokok b. Comwil c. Harga pasar

3. PT Ananta selalu mencantumkan nilai surat berharga pada neraca dengan metode comwil. Pada tanggal 31 Desember 2013 nilai surat berharga tampak pada Neraca sebagai berikut:

Surat berharga (harga pokok) Rp 214.500.000 Cadangan penurunan nilai SB Rp (11.800.000) Rp 202.700.000 Keterangan terhadap surat berharga sebagai berikut:

Jenis Surat Berharga Lembar/nominal Harga Pokok (Rp)

Harga Pasar (Rp)

Saham PT Tara 40.000 102.500.000 90.000.000

Saham PT Nara 15.000 25.500.000 22.500.000

Obligasi PT Flow 12% per th Rp 850.000 86.500.000 90.200.000

Jumlah 214.500.000 202.700.000

Pada tanggal 30 Juni 2013 saham PT Nara di jual dengan harga pasar Rp 20.000.000. Pada tanggal 31 Desember 2014 nilai saham PT Tara Rp 2.100 per lembar dan obligasi PT Flow bernilai 96% dari nilai nominalnya.

Diminta : buat jurnal penjualan saham dan penyesuaian di akhir tahun 2014.

BAB III

AKUNTANSI PIUTANG

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami:

A. Klasifikasi Piutang

B. Akuntansi Piutang Dagang C. Piutang Wesel

D. Akuntansi Piutang Wesel E. Penyajian Piutang di Neraca

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan adalah dengan melakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit menimbulkan piutang.

Piutang merupakan klaim terhadap pihak lain untuk membayar sejumlah tertentu pada periode tertentu akibat dari penyerahan barang atau jasa pada periode sebelumnya.

A. Klasifikasi Piutang

Pada PSAK No. 9, Paragraf 07e, piutang diklasifikasikan menjadi:

1. Piutang usaha, merupakan piutang akibat penyerahan barang atau jasa yang berasal dari kegiatan utama perusahaan.

1. Piutang usaha, merupakan piutang akibat penyerahan barang atau jasa yang berasal dari kegiatan utama perusahaan.