• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. AKUNTANSI PIUTANG

C. Piutang Wesel

Piutang wesel merupakan piutang yang lebih formal dibandingkan dengan piutang dagang karena piutang wesel disertai dengan perjanjian tertulis. Surat wesel berbeda dengan promes. Surat

utang (promes) adalah sebuah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu yang telah ditetapkan.

Adapun perbedaan wesel dengan promes adalah:

Letak perbedaan Wesel Promes

Isi Surat perintah untuk

Pembuat Pemilik piutang Pemilik utang

Perlunya akseptasi Perlu Tidak

Terdapat beberapa istilah dalam transaksi piutang wesel yakni:

1. Nilai nominal

Merupakan nilai yang tercantum dalam surat wesel. Nilai ini merupakan nilai awal utang bagi debitur dan nilai awal piutang bagi kreditur. Dinyatakan sebagai nilai awal karena belum ditambah dengan bunga.

2. Jangka waktu wesel

Merupakan saat sejak diterbitkannya wesel sampai dengan saat tanggal jatuh tempo. Jangka waktu wesel bisa dinyatakan dalam satuan hari, bulan dan tahun.

3. Tanggal jatuh tempo

Tanggal jatuh tempo dapat dinyatakan dengan tiga cara yaitu:

a. Atas permintaan

Misalnya “Atas permintaan, saya berjanji akan membayar ”wesel seperti ini dapat ditagih kapanpun.

b. Pada tanggal tertentu

“Pada tanggal.... saya akan membayar...

c. Pada akhir periode tertentu

1). Setahun setelah tanggal 3 Maret 2015, saya berjanji akan membayar .... ”

2). Dua bulan setelah tanggal 12 April 2015, saya berjanji akan membayar ... ”

3). Sembilan puluh hari setelah tanggal 20 Oktober 2015, saya berjanji akan membayar .. ” dll

Apabila jangka waktu wesel dinyatakan dalam satuan bulan, maka tanggal jatuh tempo dihitung dengan jumlah bulan

dari tanggal penarikan wesel. Misal wesel yang ditarik tanggal 27 September dengan jangka waktu 2 bulan, maka tanggal jatuh temponya adalah tanggal 27 November. Jika wesel ditari diakhir bulan, maka tanggal jatuh temponya juga diakhir bulan. Misal tanggal penarikan wesel adalah 30 April jangka waktu waktu 4 bulan, maka tanggal jatuh temonya adalah tanggal 31 Agustus.

Dalam hal wesel dinyatakan dalam satuan harian, maka ketentuan perhitungan jumlah hari adalah, tanggal penarikan tidak dihitung, namun tanggal jatuh tempo dihitung. Misalnya wesel ditarik tanggal 12 April, jangka waktu 90 hari, maka tanggal jatuh tempo dihitung sebagai berikut:

April = 18 hari (tgl 13-tgl 30) Mei = 31 hari

Juni = 30 hari

Juli = 11 hari tanggal jatuh tempo 11 Juli Jumlah = 90 hari

4. Bunga wesel

Bunga wesel dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal wesel dengan tingkan bunga pertahun kemudian dikalikan dengan jangka waktu pecahan dari setahun. Jika dibuatkan rumus nampak sebagai berikut:

Bunga wesel = Nilai nominal x Tingkat bunga per th x Jangka waktu pecahan dalam setahun

Tingkat bunga yang tertulis dalam wesel adalah tingkat bunga setahun. Faktor jangka waktu dalam rumus di atas, dinyatakan dalam pecahan dari setahun. Misalnya 4 buulan ditulis 4/12, 90 hari ditulis 90/365 (satu tahun dianggap 365 hari, kecuali tahun kabisat dianggap 366 hari). Beberapa contoh perhitungan bunga wesel adalah sebagai berikut:

Data dalam wesel Perhitungan bunga

Rp 25.000.000,13%, 160 hari Rp 25.000.000x15%x160/365=1.643.835 Rp 12.000.000,14%, 5 bulan Rp 12.000.000x14%x5/12=700.000 Rp 20.000.000, 15%, 1 tahun Rp 20.000.000x15%=3.000.000

5. Nilai jatuh tempo

Besarnya nilai jatuh tempo dihitung dengan menjumlahkan nilai nominal dengan besarnya bunga wesel.

Data dalam wesel Perhitungan bunga Nilai jatuh

tempo Rp 25.000.000,13%,

160 hari

Rp 25.000.000x15%x160/365=1.643.835 Rp 26.643.845 Rp 12.000.000,14%,

5 bulan

Rp 12.000.000x14%x5/12=700.000 Rp 12.700.000 Rp 20.000.000, 15%,

1 tahun

Rp 20.000.000x15%=3.000.000 Rp 23.000.000

D. Akuntansi Piutang Wesel

Piutang wesel terjadi karena beberapa penyebab yakni:

1. Penjualan kredit

Misalnya tanggal 03 Maret 2015, PT Ganen menjual barang kepada PT Sasa seharga Rp 150.000.000, PT Ganen menginginkan piutang tersebut dibuatkan wesel dengan jangka waktu 2 bulan, bunga 11%.

Piutang wesel dicatat sebesar nilai nominalnya, tanpa memandang ada tidaknya bunga.

Jurnal yang dibuat oleh PT Ganen adalah:

03 Maret 2015

Piutang wesel Rp 150.000.000 Penjualan Rp 150.000.000 Sedangkan jurnal yang dibuat oleh PT Sasa 03 Maret 2015

Pembelian Rp 150.000.000

Utang wesel Rp 150.000.000

Misal pada tanggal 3 Mei, PT Sasa melunasi utangnya kepada PT Ganen, maka jurnal untuk mencatat pelunasan piutang wesel tersebut adalah:

Jurnal yang dibuat oleh PT Ganen 03 Mei 2015

Kas Rp 152.750.000

Piutang wesel Rp 150.000.000

Pendapatan bunga Rp 2.750.000 Jurnal yang dibuat oleh PT Sasa

3 Mei 2015

Utang wesel Rp 150.000.000 Biaya bunga Rp 2.750.000

Kas Rp 152.750.000

Misal pada tanggal jatuh tempo, dalam hal ini pada tanggal 3 mei 2015, PT Sasa tidak dapat melunasi utangnya kepada PT Ganen, maka piutang-utang wesel berubah status menjadi piutang-utang wesel yang menunggak.

Jurnal yang dibuat pada tanggal 5 Mei adalah:

PT Ganen

Piutang wesel yang menunggal Rp 150.000.000

Pendapatan bunga Rp 2.750.000 Piutang wesel Rp 150.000.000 PT Sasa

Utang wesel Rp 150.000.000

Biaya bunga Rp 2.750.000

Utang wesel yang menungggak Rp 150.000.000 2. Pemberian pinjaman

Misal tagihan PT Ganen kepada PT Sasa sebesar Rp 150.000.000 timbul bukan karena penjualan, melainkan karena PT Ganen memberikan pinjaman kepada PT Sasa. Maka jurnal yang dibuat pada tanggal 03 Maret 2015 adalah:

Jurnal yang dibuat PT Ganen:

Piutang wesel Rp 150.000.000

Kas Rp 150.000.000

Jurnal yang dibuat PT Sasa

Kas Rp 150.000.000

Utang wesel Rp 150.000.000

Pencatatan atas pelunasan dan kemungkinan tidak dibayarnya piutang pada saat jatuh temponya sama dengan cara no 1 di atas.

3. Perubahan dari piutang dagang

Misalkan PT Anan memiliki piutang dagang kepada PT Karuna seharga Rp 75.000.000, pada tanggal 12 April PT Karuna mengeluarkan sebuah promes untuk merubah utang dagangnya menjadi utang wesel. Jurnal yang dibuat pada tangggal 12 April adalah:

PT Anan

Piutang wesel Rp 75.000.000

Piutang dagang Rp 75.000.000 PT Karuna

Utang dagang Rp 75.000.000 Utang wesel Rp 75.000.000

Jika piutang wesel belum terbayar diakhir periode (karena memang belum jatuh tempo), maka perlu dilakukan penyesuaian atas pendapatan bunga dan biaya bunga serta piutang dan utang bunga bagi pihak pemegang wesel maupun bagi pihak pembuat wesel.

Misalkan PT Weka memberikan pinjaman kepada PT Wahyu pada tanggal 31 Agustus 2014 seharga Rp 200.000.000, kedua pihak menyepakati pinjaman tersebut dibuatkan wesel, dengan bunga 12% jangka waktu 5 bulan. Wesel tersebut akan jatuh tempo pada tanggal 31 Januari 2015. Pada tanggal 31 Desember 2014, kedua pihak akan membuat penyesuaian sebagai berikut:

PT Weka

Piutang bunga Rp 8.000.000*

Pendapatan bunga Rp 8.000.000 PT Wahyu

Biaya bunga Rp 8.000.000

Utang bunga Rp 8.000.000

*12%x4/12xRp 200.000.000 E. Penyajian Piutang di Neraca

Piutang disajikan di Neraca berdasarkan urutan jatuh temponya.

Jika perusahaan memiliki beberapa jenis piutang, misalnya piutang dagang, piutang wesel dan piutang lain-lain, maka mana diantara piutang tersebut yang jatuh temponya paling singkat, maka piutang tersebut lah yang diletakkan pada urutan paling atas.

Piutang disajikan dalam jumlah bruto disertai dengan cadangan kerugian piutang, sehingga dapat diketahui nilai bersih yang dapat direalisasi.

Rangkuman

1. Pada PSAK No. 9, Paragraf 07e, piutang diklasifikasikan menjadi:

Piutang usaha, merupakan piutang akibat penyerahan barang atau jasa yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. Memiliki saldo normal disebelah debet, diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu relatif pendek. Piutang lain-lain, piutang yang tidak berasal dari kegiatan utama perusahaan misalnya piutang bunga, piutang dividen, piutang pajak dan piutang karyawan.

2. Penilaian piutang menyangkut masalah penentuan nilai piutang yang harus disajikan di dalam laporan keuangan, yang meliputi:

a. Pengakuan piutang mula-mula 1). Metode kotor

2). Metode bersih 3). Metode cadangan

b. Pencatatan kerugian piutang

1). Metode penghapusan langsung 2). Metode cadangan

3. Terdapat beberapa istilah dalam transaksi piutang wesel yakni:

a. Nilai nominal

b. Jangka waktu wesel c.

d. Bunga wesel e. Nilai jatuh tempo

4. Tiga penyebab timbulnya piutang wesel adalah:

a. Penjualan kredit b. Pemberian pinjaman

c. Perubahan status dari piutang dagang

Piutang wesel dicatat sebesar nilai nominalnya tanpa memperhatikan ada tidaknya bunga.

5. Piutang disajikan di Neraca dalam jumlah bruto disertai dengan cadangan kerugian piutang. Piutang yang jangka waktunya paling singkat disajikan pada urutan paling atas.

Bahan Diskusi

1. Apa yang dimaksud dengan piutang?

2. Bagaimana piutang pada umumnya diklasifikasifikan?

3. Dengan menggunakan metode penghapusan langsung, bagaimana jurnal yang dibuat untuk mencatat besarnya piutang tak tertagih?

4. Dengan menggunakan metode pencadangan, bagaimana jurnal yang dibuat untuk mencatat besarnya piutang tak tertagih?

5. Mengapa metode pencadangan dinyatakan lebih baik dari pada metode penghapusan langsung?

6. Apa karakteristik piutang wesel?

7. Bagaimana cara menentukan tanggal jatuh tempo wesel?

8. Apa yang dimaksud dengan dishonorable notes receivable, dan bagaimana perlakuan akuntansinya?

9. Bagaimana cara menentukan besarnya estimasi yang layak atas jumlah piutang tak tertagih?

Latihan Soal

1. UD Anan menggunakan cara penghapusan langsung terhadap piutang tak tertagih. Berikut ini piutang yang dihapus selama tahun 2014:

Tanggal Piutang Jumlah Piutang Nama Pelanggan 12 April 2012 5.000.000 UD Nugraha

03 Maret 2011 4.000.000 UD Gemilang

23 November 2010 6.000.000 UD Senandung

20 Oktober 2011 2.000.000 UD Weka

27 September 2012 3.500.000 UD Kevin

Penjualan kredit tahun 2014 sebesar Rp 200.000.000, berasar hasil analisis, diperkirakan 1.5% akan tidak tertagih. Akuntan perusahaan menyarankan mengganti metode langsung dengan metode cadangan yang jumlahnya ditentukan dari penjualan kredit.

Diminta:

a. Apakah saudara setuju dengan usul Akuntan perusahaan, sertai alasan pada jawaban anda.

b. Hitung selisih Laba/Rugi pergantian metode tersebut.

2. Tanggal 12 Maret PT Gargitha menjual barang dagangan kepada PT Karuna dengan memperoleh piutang wesel, sebagai berikut: Piutang wesel 60 hari bunga 11%, nominal Rp 65.000.000.

Diminta:

a. Buat jurnal penyerahan dan pelunasan wesel oleh PT Gargitha dan b. Buat jurnal jika seandainya pada saat tanggal jatuh tempo PT

Karuna tidak melunasi piutangnya.

3. Pada akhir tahun 2014, rekening piutang suatu perusahaan bersaldo debet Rp 400.000.000 dan penjualan bersih selama tahun tersebut Rp.

4.750.000.000. Tentukan jumlah kerugian piutang yang harus dibebankan di dalam laporan keuangan, dengan catatan:

a. Saldo cadangan penghapusan piutang sebelum penyesuaian Rp 47.500.000 (Kredit).

1). Kerugian piutang diperkirakan 0,5% dari penjualan

2). Dari analisis umur piutang diketahui bahwa taksiran piutang tak tertagih adalah sebesar Rp 337.500.000

b. Saldo cadangan penghapusan piutang sebelum penyesuaian

Rp 15.000.000 (Debet).

1). Cadangan penghapusan piutang dinaikkan menjadi 1% dari penjualan bersih.

2). Cadangan ditambah 10% dari saldo piutang di dalam Neraca.

4. Pada tanggal 31 Desember 2014, UD AYA memiliki saldo rekening piutang sebelum penyesuaian Rp 95.950.000 dan saldo cadangan penghapusan piutang Rp 7.500.000. Cadangan penghapusan piutang di dalam Neraca per 31 Desember 2013 ditentukan dengan analisa umur piutang sebagai berikut;

Jumlah hari piutang Jumlah piutang (Rp) Kemungkinan tak tertagih (%)

Kurang dari 15 hari 33.000.000 2

16-30 hari 25.000.000 10

31-45 hari 20.950.000 20

46-60 hari 10.000.000 30

61-75 hari 5.000.000 40

Di atas 75 hari 2.000.000 100

Diminta:

a. Hitung saldo cadangan penghapusan piutang sesudah penyesuaian 31 Desember 2014 yang sebaiknya dicantumkan.

b. Hitung nilai bersih piutang yang dapat direalisasi per 31 Desember 2014.

c. Buat jurnal penyesuaian per 31 Desember 2014.

BAB IV

AKUNTANSI PERSEDIAAN

Tujuan pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami:

A. Arti Penting Persediaan B. Cara Pencatatan Persediaan

C. Perhitungan Harga Perolehan Persediaan D. Kesalahan Dalam Penghitungan Persediaan E. Item Yang Termasuk Persediaan

F. Penyajian Persediaan Di Neraca

Jenis persediaan antara perusahaan dagang berbeda dengan perusahaan manufaktur. Pada perusahaan dagang, hanya terdapat satu jenis persediaan yakni persediaan barang dagangan. Pada perusahaan manufaktur persediaan dibedakan menjadi tiga jenis yaitu perediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.

A. Arti Penting Persediaan

Menurut PSAK, persediaan adalah aktiva yang:

1. Tersedian untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan,

3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Persediaan meliputi:

1. Barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali 2. Barang jadi yang telah diproduksi

3. Barang dalam penyesuaian yang sedang diproduksi 4. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi

Pada neraca persediaan dikelompokkan sebagai aktiva lancar.

Manajemen harus mengupayakan investasi pada persediaan se efektif dan se efisien mungkin, karena jika terjadi kelebihan maupun kekurangan persediaan keduanya sama-sama berakibat tidak baik pada perusahaan. Kelebihan persediaan berakibat pada peningkatan biaya

penimpanan dan pemeliharaan persediaan, kecepatan kerusakan dan keusangan serta tertanamnya dana pada pembelian persediaan.

Kekurangan persediaan menimbulkan risiko kehilangan pelanggan serta pembelian dengan harga yang lebih tinggi akibat lemahnya posisi tawar.

Dengan demikian sangat penting bagi manajemen untuk memikirkan berapa jumlah ideal persediaan yang harus tersedia di perusahaan.

Pembahasan persediaan pada bab ini difokuskan pada persediaan barang dagangan pada perusahaan dagang.

B. Cara Pencatatan Persediaan

Pada laporan keuangan baik laporan Laba/Rugi maupun Neraca, dilaporkan nilai persediaan. Jumlah nilai persediaan merupakan perkalian antara jumlah unit dengan harga per unitnya. Untuk mengetahui nilai persediaan terdapat dua cara yang umumnya digunakan yaitu:

1. Cara fisik

Menurut cara ini nilai persediaan baru dapat diketahui diakhir periode dengan menghitung jumlah unit persediaan kemudian dikalikan dengan harga per unit. Keunggulan cara ini adalah nilai persediaan yang dilaporkan tepat, namun kelemahannya adalah menggunakan banyak waktu. Cara ini cocok digunakan pada perusahaan yang relatif masih kecil dengan jumlah persediaan tidak begitu banyak jumlah dan jenisnya.

Semua transaksi yang berhubungan dengan persediaan seperti pembelian, ongkos angkut pembelian, potongan pembelian, retur pembelian, penjualan, potongan penjualan, retur penjualan dan harga pokok penjualan dicatat dengan menggunakan akun yang bersangkutan.

2. Cara perpetual

Dengan cara ini, untuk mengetahui nilai persediaan tidak harus menunggu akhir tahun. Setiap saat diperlukan, nilai persediaan bisa diketahui dari catatan/kartu tiap jenis persediaan. Pada kartu persediaan tercatat mutasi persediaan yang berisikan informasinya

tentang kapan barang masuk, berapa jumlahnya yang masuk, kapan barang keluar dan jumlahnya serta berapa masih saldo barang.

Pada saat terjadi pembelian maka akan ditulis pada kolom masuk, dan jika terjadi penjualan atau barang rusak maka akan ditulis pada kolom keluar. Untuk mengetahui apakah kartu barang memberikan informasi yang tepat, maka pada akhir periode perlu dilakukan pencocokan jumlah fisik barang dengan jumlah yang tertera pada kartunya. Jika terdapat perbedaan antara fisik barang dengan kartu, maka perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian.

Berikut adalah pencatatan yang dilakukan jika perusahaan menggunakan cara perpetual

a. Pembelian Tunai dan Retur

Pembelian tunai didebet dengan menggunakan rekening persediaan sebesar harga perolehan (harga faktur ditambah dengan biaya kirim, jika biaya kirim tidak ditanggung oleh penjual).

Misalnya tanggal 03 Maret 2014 dibeli tunai 50 unit persediaan barang dagangan @Rp 50.000, jurnal untuk mencatat pembelian tersebut adalah:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

Maret 03 Persediaan barang dagangan Kas

2.500.000

2.500.000

Apabila tanggal 05 Maret seperlima barang ternyata rusak atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang masih bisa dikembalikan, maka jurnal atas retur pembelian tersebut adalah:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

Maret 05 Kas

Persediaan barang dagangan

2.500.000

2.500.000

b. Pembelian Kredit

Pembelian kredit biasanya disertai dengan diskon atau potongan pembelian dengan menggunakan tenggang waktu misalnya 2/10, n/30 yang artinya diskon akan diberikan sebesar 2% jika pembayaran dilakukan dalam jangka 10 hari sejak tanggal pembelian. Pembelian seperti itu boleh dicatat sebesar jumlah

bruto atau sejumlah neto. Agar lebih praktis, maka pada bab ini pembahasan dilakukan dengan menggunakan cara bruto.

Misalnya tanggal 12 April dibeli persediaan barang dagangan sebanyak 60 unit @ Rp 30.000 secara kredit dengan syarat 3/15, n/30. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembelian ini adalah

Tanggal Keterangan Debet Kredit

April 12 Persediaan barang dagangan Utang dagang

1.800.000

1.800.000

Jika pembayaran dilakukan di atas tanggal 27 April, artinya pembayaran dilakukan di luar masa potongan, maka jumlah pembayaran sebanyak Rp 1.800.000 dengan jurnal:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

April 28 Utang Kas

1.800.000

1.800.000 Harga pokok per unit persediaan barang adalah Rp 30.000.

Jika tanggal 27 April dilakukan pembayaran, artinya pembayaran dilakukan dalam periode potongan, maka potongan yang diperoleh sebesar 3% x Rp 1.800.000 = Rp 48.000 tidak dicatat sebagai potongan pembelian, namun dicatat sebagai pengurang persediaan. Jurnal untuk mencatat pembayaran utang adalah:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

April 12 Utang dagang berbeda-beda, tergantung dari kapan pembayaran dilakukan.

Secara teori, hal ini tidak dibenarkan, namun hal ini dilakukan karena alasan kepraktisan.

c. Retur Pembelian Kredit

Pada saat pembelian dilakukan secara kredit, kemudian ditemukan ada barang yang dibeli dalam keadaan rusak atau tidak sesuai pesanan, sehingga harus di retur, maka retur harus segera dilakukan sebelum terjadi pembayaran. Misalnya dengan contoh di

atas barang dikembalikan misalnya tanggal 15 April sebanyak 10 unit, maka jurnal untuk mencatat retur tersebut adalah:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

April 15 Utang dagang

Persediaan barang dagangan

300.000

300.000

d. Penjualan Tunai dan Retur

Terdapat dua jurnal yang harus dibuat jika terjadi penjualan. Jurnal pertama untuk mencatat penerimaan kas dan mencatat nilai penjualan, sedangkan jurnal kedua untuk mencatat harga pokok penjualan (HPP) barang dan mengurangi nilai persediaan.

Misalnya tanggal 27 September dijual tunai barang dagangan Rp 7.500.000, harga pokok barang yang dijual adalah Rp 7.000.000.

Transaksi ini dicatat sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

September 27 Kas 7.500.000

Penjualan 7.500.000

(mencatat pendapatan dari penjualan tunai) September, di kembalikan oleh pembeli senilai 10% dari penjualan.

Jurnal yang dibuat untuk mencatat retur adalah:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

September 30 Retur penjualan 750.000

Kas 750.000

(mencatat retur penjualan tunai)

Persediaan barang dagangan 700.000

HPP 700.000

(mencatat harga pokok dari barang yang dikembalikan pelanggan)

e. Penjualan Kredit dan Retur

Terdapat dua jurnal untuk mencatat penjualan kredit, jurnal pertama mendebet piutang dan mengkredit penjualan untuk mengakui nilai penjualan sebesar harga jual. Jurnal kedua mendebet HPP dan mengkredit persediaan, sebesar harga pkok dari barang yang terjual. Misalnya 12 Maret terjadi penjualan secara kredit sebanyak 75 unit produk dengan harga Rp 15.000 per unit. Harga pokok produk per unit Rp 12.000 Jurnal untuk mencatat penjualan kredit ini adalah:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

Maret 12 Piutang dagang Penjualan

(mencatat retur penjualan tunai) HPP

Persediaan barang dagangan (mencatat harga pokok dari barang yang dikembalikan pelanggan)

dari barang yang terjual tersebut dikembalikan karena alasan tertentu, maka jurnal untuk mencatat retur penjualan tersebut adalah:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

Maret 15 Retur penjualan 22.500 barang yang dikembalikan

pelanggan)

Penjualan kredit biasanya menawarkan potongan tunai untuk masa pembayaran tertentu, sehingga jumlah kas yang diterima oleh perusahaan penjual lebih kecil daripada nilai nominal piutangnya. Pada saat terjadinya, piutang bisa dicatat sejumlah bruto maupun neto. Pembahasan pada bab ini menggunakan

pencatatan piutang sejumlah bruto.

f. Penerimaan Kas dari Piutang

Kas yang diterima dari pembayaran piutang oleh pelanggan, dicatat dengan mendebet kas, dan mengkredit piutang. Apabila terdapat potongan tunai, maka potongan yang diberikan diakui sebagai potongan penjualan. Misalnya penjualan kredit tanggal 12 Maret bersyarat 3/10, n/30. Tanggal 14 Maret pelanggan melakukan pembayaran, maka jurnalnya adalah:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

Maret 14 Kas

Potongan penjualan Piutang dagang

1.091.250 33.750

1.125.000

C. Perhitungan Harga Pokok Persediaan

Menurut prinsip akuntansi aktiva dicatat sebesar harga perolehannya.

Dengan demikian persediaan yang merupakan salah satu bagian dari aktiva lancar juga dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan persediaan meliputi harga faktur ditambah biaya angkut pembelian dikurangi potongan pembelian dan retur pembelian. Semua biaya yang dikeluarkan yang berhubungan dengan persediaan seperti biaya pengurusan pembelian, penerimaan dan penyimpanan seharusnya dimasukkan dalam penentuan harga perolehan. Namun dalam prakteknya sering ditemui kesulitan dalam mengalokasikan biaya-biaya tersebut ke dalam persediaan, sehingga mengacu pada konsep cost and benefit, biaya tersebut dicatat sebagai biaya operasi pada periode terjadinya.

Ketika perusahaan menjual barang dagangannya, maka sangat penting untuk mengetahui berapakah harga perolehan dari barang yang akan terjual tersebut?. Jika pembelian hanya dilakukan hanya sekali saja, akan mudah untuk mengetahui harga perolehan dari darang yang akan dijual.

Namun kenyataannya pembelian yang dilakukan oleh perusahaan terjadi berkali-kali. Misalnya berikut adalah ringkasan pembelian dan penjualan

persediaan selama bulan Maret dari Ganen

Tanggal Pembelian Penjualan Saldo

3 250 unit @ Rp 20.000 - 250 unit

12 50 unit @ Rp 22.000 - 300 unit

23 - 270 unit 30 unit

31 20 unit @ Rp 21.000 - 50 unit

Berdasarkan ringkasan di atas maka penting untuk diketahui berapakah harga perolehan per unit atas penjualan tanggal 23, apakah dipakai harga perolehan per unit pembelian tanggal 3 sebesar Rp 20.000 atau harga perolehan per unit pembelian tanggal 12 sebesar Rp 22.000 atau rata-rata harga perolehan tanggal 3 dan tanggal 12? Permasalahan kedua yang penting untuk diketahui jawabannya adalah berapakah harga perolehan per unit sisa 50 unit barang per tanggal 31 Maret apakah harga per unitnya Rp 20.000, Rp 22.000, Rp 21.000 atau rata- ratanya?.

Terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk mengetahui harga perolehan per unit persediaan yang terjual dan harga perolehan per unit persediaan diakhir periode. Cara tersebut adalah:

1. Cara sesungguhnya

Dalam metode ini persediaan sebanyak 50 unit ditelusuri keberadaan sesungguhnya atau diidentifikasi secara khusus, sehingga cara ini juga disebut cara identifikasi khusus. Misalnya setelah dilakukan secara sesungguhnya atas persediaan akhir tanggal 31 Maret ditemukan bahwa 50 unit persediaan tersebut berasal dari: 20 unit dari pembelian tanggal 3, 10 unit dari pembelian tanggal 12 dan 20 unit dari pembelian tanggal tanggal 31. Dengan demikian nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan akan dapat dihitung sebagai berikut:

Lalu berapakah nilai harga pokok penjualan bulan Maret?, harga pokok penjualan merupakan harga barang yang tersedia dijual dikurangi dengan harga pokok persediaan akhir.

Harga barang yang tersedia dijual UD Ganen bulan Maret adalah:

Tanggal Jumlah unit HP Per unit(Rp) HP Total (Rp)

03 20 20.000 400.000

12 10 22.000 220.000

31 20 21.000 420.000

Harga Pokok Persediaan akhir 1.040.000

250 unit x Rp 20.000 = Rp 5.000.000

50 unit x Rp 22.000 = Rp 1.100.000

20 unit x Rp 21.000 = Rp 420.000 +

Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp 6.520.000 Harga Pokok Persediaan akhir Rp 1.040.000 –

Harga Pokok Penjualan Rp 5.480.000

Harga Pokok Penjualan Rp 5.480.000