• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Arfina Citra Taibu NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Arfina Citra Taibu NIM:"

Copied!
261
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN MOTIVASI PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

THINK PAIR SHARE (TPS) PADA PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMAN 2 GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Arfina Citra Taibu NIM: 105441102018

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 2022

(2)
(3)

iii

(4)
(5)

v

(6)

vi

“Teruslah berjuang sampai pada titik keberhasilan dan jangan pernah untuk berputus asa

di setiap langkah awal perjalananmu”

“Skripsi ini saya persembahkan buat kedua orang tua, keluarga, dan sahabat terdekat atas do’a dan bantuannya dalam mendukung penulisan untuk meyelesaikan skripsi ini”

“Untuk teman-teman Pedidikan Biologi 2018 khususnya kelas A, yang senantiasa membantu dan menyemangati serta seluruh pihak yang telah membantu”

(7)

vii

ABSTRAK

Arfina Citra Taibu, 2022. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Dan Motivasi Pada Konsep Sistem Ekskresi Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Pada Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 2 Gowa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Hilmi Hambali dan Pembimbing II Wira Yustika Rukman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil biologi dan motivasi pada konsep sistem ekskresi melalui model pembelajaran Think Pair Share (TPS) Pada Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 2 Gowa. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (class room action research) yang dilaksanakan dalam dua siklus tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas XI IPA I SMAN 2 Gowa yang berjumlah 20 peserta didik. Pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran Think Pair Share, dan lembar angket motivasi peserta didik. Sedangkan data kuantitatif berupa data yang diperoleh 1) persentase keterlaksanaan model pembelajaran yang diperoleh dari jumlah jawaban Ya dan Tidak pada lembar observasi, 2) persentase motivasi belajar peserta didik dan 3) peningkatan hasil belajar yang diperoleh dari test hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi Biologi pada Konsep sistem ekskresi peserta didik XI IPA I SMAN 2 Gowa, hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata hasil belajar Biologi yang mengalami peningkatan dari siklus I adalah 70, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yang dicapai meningkat menjadi 86. Dan hasil penelitian motivasi belajar ditunjukkan dengan skor rata-rata yang dicapai mengalami peningkatan dari siklus I adalah 82,55 sedangkan pada siklus II 102,2. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar Biologi dan motivasi pada konsep sistem ekskresi melalui model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada peserta didik kelas XI IPA SMAN 2 Gowa.

Kata Kunci: Hasil Belajar dan Motivasi, Think Pair Share (TPS)

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur patutlah dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Biologi Dan Motivasi Pada Konsep Sistem Ekskresi Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Pada Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 2 Gowa”. Salawat dan

salam juga semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta sahabat, keluarga, dan umat yang istiqomah berada di jalan-Nya.

Penulis persembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat dikasih dan sayangi ayahanda tercinta Muhammad Taibu dan Ibunda ST. Nurung yang senantiasa mengiringi setiap perjalanan penulis dengan doa restu, member harapan, semangat, perhatian, kasih sayang yang tulus tanpa pamrih selalu member motivasi dan menjadi tempat keluh kesah terbaik bagi penulis.

Untuk teman-teman yang selalu menemani setiap langkah aktivitas serta dukungan terima kasih saudari Rezeki, Arsy, dan Wilda telah memberikan semangat dan tak lupa pula, dukungan dari keluarga besar atas segala kasih sayang yang telah diberikan demi keberhasilan penulis menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan diakhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan

(9)

ix

yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse, S.Ag., M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Irmawanty, S.Si., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Hilmi Hambali, S.Pd., M.Kes. selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik. Wira Yustika Rukman, S.Farm., Apt., M.Kes. selaku pembimbing II yang telah berkenan membantu member saran dan masukan selama penyusunan sehingga skripsi selesai dengan baik. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini dan membekali penulis selama perkuliahan.

Seluruh staf dan karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Ibu Sitti Saniasah Rachmawati Peter, S.Pd. selaku Guru pamong, yang telah banyak memberikan bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga pelaksanaan penelitian dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Guru dan staf jajaran SMAN 2 Gowa. Siswa yang telah menerima kami, dan mau diajar oleh saya.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, utamanya kepada kampus Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu,

(10)

x

Makassar, April 2022

Arfina Citra Taibu

(11)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. i

SURAT PERNYATAAN………. ii

SURAT PERJANJIAN……… iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………... iv

ABSTRAK………v

KATA PENGANTAR………. vii

DAFTAR ISI……….x

DAFTAR TABEL……….xii

DAFTAR GAMBAR………xv

DAFTAR LAMPIRAN………xvi

BAB 1 PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA………..8

A. Kajian Pustaka………...8

1. Model Pembelajaran... 8

2. Hasil Belajar ... 16

3. Penelitian Yang Relevan ... 20

4. Materi Ajar ... 23

B. Kerangka Berpikir ... 33

(12)

xii

B. Lokasi dan Subjek Penelitian……….35

C. Faktor Yang Diselidiki ... 36

D. Prosedur Penelitian………36

E. Instrumen Penelitian………..41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 42

G. Teknik Analisis Data ... 43

H. Indikator Keberhasilan………..45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….47

A. Hasil Penelitian..………..47

B. Pembahasan……….58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...64

A. Kesimpulan………...64

B. Saran……….65

DAFTAR PUSTAKA………...66

DAFTAR LAMPIRAN………...69

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Think Pair Share……….13

Tabel 3.1 Bobot Penilaian Skala Likert………..42

Tabel 3.2 Kriteria Hasil Belajar Peserta Didik………...45

Tabel. 3.3 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)………...46

Tabel. 3.4 Kategori Motivasi Belajar Siswa………..46

Tabel. 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Peserta Didik………47

Tabel. 4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil Belajar………..48

Tabel. 4.3 Deskripsi Ketuntasan Belajar Peserta Didik……….49

Tabel. 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar Peserta Didik………52

Tabel. 4.5 Distribusi Frekuensi dan Presentase Skor Hasil Belajar………...53

Tabel. 4.6 Deskripsi Ketuntasan Belajar Peserta Didik………...54

Tabel. 4.7 Statistik Skor Hasil Motivasi Belajar Pada Siklus I dan Siklus II…...56

Tabel. 4.8 Distribusi Motivasi Belajar Peserta Didik Siklus I dan Siklus II...57

(14)

xiv

Gambar: 2.3 Nefron Ginjal………...26

Gambar: 2.4 Struktur Kulit………...29

Gambar: 2.5 Struktur Hati………30

Gambar: 2.6 Bagan Kerangka Pikir………..34

Gambar: 3.1 Bagan Siklus Penelitian………..38

Gambar: 4.1 Grafik Hasil Belajar Peserta Didik Sikllus I dan Siklus II……...55

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

A. Lampiran Persuratan………70

Surat pengantar penelitian dari LP3M………..71

Surat izin penelitian dari dinas penanaman modal………...72

Surat telah melakukan penelitian dari SMAN 2 Gowa………....73

Surat Validasi Instrument……….74

Surat Kontrol Pelaksanaan Penelitian………...75

Surat Persetujuan Pembimbing………76

Surat Kontrol Bimbingan Skripsi I ………...77

Surat Kontrol Bimbingan Skripsi II ………78

B. Lampiran Validasi Instrumen………...79

Lembar validasi instrument validator I.………...80

Lembar validasi instrument validator II...………....94

C. Lampiran Instrument Penelitian………...108

Silabus Pembelajaran………..………...109

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………...112

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)….………140

Soal Tes Siklus I ………154

Soal Tes Siklus II ………..165

Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik……..………..177

Lembar Observasi Aktivitas Guru……….………....185

D. Lampiran Hasil Belajar………..195

Hasil Belajar Siklus I ……..………..196

(16)

xvi

E. Lampiran Analisis Data………...207

Analisis Data Siklus I ………....208

Analisis Data Siklus II ………..210

F. Lampiran Dokumentasi ..………212

G. Lampiran Riwayat Hidup ………..………..……..244

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Upaya peningkatan kualitas pendidikan sekarang ini terus dikembangkan dengan cara melibatkan peran serta peserta didik agar aktif dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran akan lebih bermakna bagi peserta didik ketika peserta didik diikut sertakan dalam setiap kegiatan pembelajaran secara langsung, dengan guru sebagai pembimbing dan fasiliator, sehingga sistem pembelajaran berjalan dua arah dan tidak menonton. Dalam proses pembelajaran diperlukan model pembelajaran supaya mudah dipahami oleh peserta didik. Kemampuan guru dalam kegiatan pembelajaran juga dikembangkan seperti dibuatnya model-model baru dalam belajar peserta didik agar lebih mudah untuk memahami materi yang tingkatannya semakin sulit terutama untuk mata pelajaran biologi yang dianggap sulit.

Beberapa kendala sehingga pembelajaran biologi belum mencapai taraf yang diharapkan adalah kurangnya motivasi peserta didik untuk belajar biologi, di samping itu peserta didik menganggap bahwa mata pelajaran biologi adalah mata pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan. Persepsi peserta didik yang

(18)

menganggap bahwa biologi adalah pembelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan, memiliki banyak faktor penyebab hal itu terjadi, misalnya saja ketika guru mengajarkan pelajaran biologi kepada peserta didik, kebanyakan guru masih menerapkan pembelajaran Konvensional yang mengakibatkan peserta didik merasa jenuh. Model pembelajaran konvensional (ceramah) kurang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik cenderung hanya diam dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja dan pembelajaran konvensional kurang memfasilitasi peserta didik untuk bekerja sama antar peserta didik satu dengan yang lain. Oleh karena itu, perlu ada suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk mempelajari ilmu Biologi secara baik dan benar. Materi sistem ekskresi merupakan materi yang sulit karena memiliki banyak konsep dan juga sangat penting karena banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

Berdasarkan pengamatan awal di SMAN 2 Gowa banyak peserta didik yang tidak memenuhi KKM, nilai KKM yaitu 75 untuk mata pelajaran biologi.

Khususnya pada materi sistem ekskresi yaitu sebanyak 45 % sedangkan yang tidak memenuhi KKM yaitu sebanyak 55%, pada materi sistem ekskresi dan memperoleh nilai yang memenuhi KKM. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu pemilihan model pembelajaran yang tepat. Sehingga peserta didik dapat melibatkan dirinya secara aktif baik fisik, emosi, maupun sosial. Di mana kegiatan belajar mengajar hanya berpusat pada guru, guru hanya menjelaskan

(19)

3

proses pembelajaran. Hal ini sehingga peserta didik merasa jenuh di dalam kelas dan tidak tertarik untuk belajar sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik yang relatif rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu tindakan dalam pembelajaran biologi agar peserta didik dapat merasa senang belajar biologi.

Materi yang diteliti adalah sistem ekskresi. Alasan memilih materi ini karena penyampaian pembelajaran selama ini kurang melibatkan siswa. Sejauh ini siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru di dalam kelas sedangkan materi sistem ekskresi ini memiliki karakteristik berupa keterkaitan fungsi ginjal, hati, paru-paru dan kulit, serta mekanisme pembentukan urin dan kelainan pada sistem ekskresi sehubungan dengan karakteristik materi tersebut maka, materi sistem ekskresi kurang objektif jika diajarkan pada peserta didik menggunakan model konvensional. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran khususnya materi ekskresi perlu digunakan model pembelajaran yang bervariasi seperti model model pembelajaran TPS yang dapat membuat siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan penguasaan materi siswa, sehingga materi sistem ekskresi dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan sekolah.

Adapun salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar

(20)

mengajar yang berpusat pada peserta didik (Student Oriented) terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan oleh guru dalam mengaktifkan peserta didik yang agresif dan tidak peduli kepada orang lain. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe yang salah satunya adalah Tipe Think Pair Share (TPS).

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah pembelajaran kelompok dimana peserta didik diberi kesempatan untuk berpikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain. Pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural.

Pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik.

Komponen yang harus dipenuhi pada sistem pembelajaran antara lain penampilan guru yang menarik, beribawa, bersahabat, penggunaan model pembelajaran yang bervariasi. TPS merupakan model pembelajaran sederhana yang mengubah pola pikir peserta didik menjadi lebih aktif. Salah satu solusi mengenai masalah biologi pada materi sistem ekskresi, yaitu menggunakan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan kemampuan kerja sama dan penguasaan materi siswa karena model ini dapat memberikan waktu untuk berpikir, merespon dan saling bekerja sama untuk memecahkan masalah yang diberikan guru, karena dalam penggunaan model TPS merupakan cara yang efektif untuk membuat variasi suasana diskusi yang dilakukan peserta didik dalam kelas.

(21)

5

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Enis dkk (2012) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat menigkatkan prestasi belajar kognitif. Hal ini dapat dilihat

pada pelaksanaan siklus I dan II. Pada siklus I presentase peserta didik yang tuntas sebesar 71% dan pada siklus II meningkat menjadi 78%, terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 7% jumlah peserta didik yang tuntas yaitu 25 peserta didik sedangkan yang tidak tuntas 7 peserta didik. Hal ini terjadi karena ada beberapa aktivitas guru yang tidak dilakukan, guru kurang mendalami saat menjelaskan materi, kurangnya perhatian peserta didik saat guru menjelaskan materi, peserta didik tidak mencatat apa yang dijelaskan guru, peserta didik kurang bersemangat dalam belajar dan peserta didik masih menggunakan satu literatur.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul

“Peningkatan Hasil Belajar Biologi Dan Motivasi Pada Konsep Sistem

Ekskresi Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Pada Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 2 Gowa”

B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, salah-satu masalah utama dalam kegiatan pembelajaran Biologi di sekolah khususnya pada materi sistem ekskresi manusia adalah kecenderungan proses pembelajaran yang bersifat konvensional sehingga peserta didik kurang aktif dalam mengikuti

(22)

proses pembelajaran dan berdampak pada hasil belajar yang tidak mencapai nilai KKM yaitu 75, padahal sebagai seorang guru profesional seharusnya dapat menemukan dan menggunakan berbagai cara dalam proses pembelajaran sehingga dapat menekankan pada keaktifan peserta didik dalam belajar sehingga penguasaan materi dapat lebih maksimal dan dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar.

2. Alternatif Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan masalah mengenai rendahnya hasil belajar biologi dan motivasi peserta didik pada konsep sistem ekskresi di kelas XI IPA I SMAN 2 Gowa, maka penulis menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).

3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Apakah model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar biologi dan motivasi Peserta didik pada konsep sistem ekskresi kelas XI IPA I SMAN 2 Gowa?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Peningkatan hasil belajar biologi dan motivasi pada konsep sistem ekskresi melalui model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada peserta didik kelas XI IPA I SMAN 2 Gowa.

(23)

7

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian dapat menambah pemahaman terhadap model pembelajaran Think Pair Share (TPS).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah, Sebagai bahan masukan, saran dan informasi terhadap SMAN 2 Gowa, Untuk penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar.

b. Bagi Guru Biologi SMAN 2 Gowa, penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru Biologi di SMAN 2 Gowa, mengenai model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi

belajar.

c. Bagi peserta didik, membantu dalam memahami pelajaran biologi pada materi sistem ekskresi dengan diterapkannya model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

d. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) sebagai suatu model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar peserta didik.

(24)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Model pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Ponidi, dkk (2021:10), Model pembelajaran merupakan suatu proses perencanaan yang digunakan untuk pedoman dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran juga merupakan salah satu bentukpendekatan yang digunakan dalam rangka membentuk perubahan perilaku peserta didik agar dapat meningkatkan motivasi dalam proses pembelajaran. Konsep model pembelajaran sangat erat sekali kaitannya dengan gaya belajar peserta didik dalam meningkatkan prestasi belajar.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style).

Pembelajaran dapat divariasi dengan menggunakan berbagai model pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan hasil belajar peserta didik.

(25)

9

Salah satu model pembelajaran yang banyak digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif (Devie, dkk. 2018:12)

Menurut Sholihatin (2007: 4), Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerjasama sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.

Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, pada saat guru mendorong para peserta didik untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi mendominasi, peserta didik dituntut untuk berbagi informasi dengan peserta didik yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka (Isjoni, 2010: 17).

c. Pengertian Model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

Think Pair Share adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi peserta didik waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Metode ini memperkenalkan ide “waktu berpikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalam

(26)

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam merespons pertanyaan.

Pembelajaran kooperatif model think pair share ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk ataupun mengelompokkan peserta didik. Pembelajaran ini melatih peserta didik berani berpendapat dan menghargai pendapat teman (Dwi Astuti, 2017:3)

Tipe Think Pair Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) membimbing peserta didik untuk memiliki

tanggungjawab individu dan tanggung jawab dalam kelompok atau pasangannya. Prosedur tersebut telah disusun dan dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada peserta didik untuk dapat berpikir dan merespon yang nantinya akan membangkitkan partisipasi peserta didik. Pelaksanaan Tipe Think Pair Share (TPS) meliputi tiga tahap yaitu Think (berpikir), Pairing

(berpasangan), dan Sharing (berbagi). Tipe Think Pair Share (TPS) memiliki keistimewaan, yaitu peserta didik bisa mengembangkan kemampuan individunya sendiri, juga bisa mengembangkan kemampuan berkelompoknya serta keterampilan kecakapan sosial (Suyitno, 2010:187)

Menurut Suyitno (2010:198), Keterampilan sosial dalam proses pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) antara lain:

(27)

11

1. Keterampilan sosial peserta didik dalam berkomunikasi meliputi dua aspek, yaitu:

a. Aspek bertanya, Aspek bertanya meliputi keterampilan sosial peserta didik dalam hal bertanya kepada teman dalam satu kelompoknya ketika ada materi yang kurang dimengerti serta bertanya pada diskusi kelas.

b. Aspek menyampaikan ide atau pendapat, Meliputi keterampilan peserta didik menyampaikan pendapat saat diskusi kelompok serta berpendapat (memberikan tanggapan atau sanggahan) saat kelompok lain presentasi.

2. Keterampilan sosial aspek bekerjasama, Keterampilan sosial peserta didik pada aspek yang bekerjasama meliputi keterampilan sosial peserta didik dalam hal bekerjasama dengan teman dalam satu kelompok untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru.

3. Keterampilan sosial aspek menjadi pendengar yang baik, Keterampilan sosial peserta didik pada aspek menjadi pendengar yang baik yaitu keterampilan dalam hal mendengarkan guru, teman dari kelompok lain saat sedang presentasi maupun saat teman dari kelompok lain berpendapat.

Menurut Sanjaya (2010:31), Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) mempunyai beberapa komponen, yaitu :

(28)

1. Think (berpikir), Pelaksanaan pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) diawali dari berpikir sendiri mengenai pemecahan suatu masalah. Tahap berpikir menuntut peserta didik untuk lebih tekun dalam belajar dan aktif mencari referensi agar lebih mudah dalam memecahkan masalah atau soal yang diberikan guru.

2. Pair (berpasangan), Setelah diawali dengan berpikir, peserta didik kemudian diminta untuk mendiskusikan hasil pemikirannya berpasangan.

3. Share (berbagi), Setelah mendiskusikan hasil pemikirannya, pasangan- pasangan peserta didik yang ada diminta untuk berbagi hasil pemikiran yang telah dibicarakan bersama pasangannya masing-masing kepada seluruh kelas.

Beberapa alasan mengapa kita perlu menggunakan Tipe Think Pair Share (TPS) karena membantu menstrukturkan diskusi (menyusundiskusi

dengan pola tertentu), Tipe Think Pair Share (TPS) meningkatkan partisipasi peserta didik dan meningkatkan banyaknya informasi yang dapat diingat peserta didik, Tipe Think Pair Share (TPS) meningkatkan lamanya “Time On Task” (waktu pengerjaan permasalahan) dalam kelas dan kualitas kontribusi dalam diskusi kelas, Peserta didik dapat meningkatkan kecakapan sosial hidup mereka (Suyatno, 2010: 20).

d. Langkah - Langkah Model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Menurut Ibrahim (2005: 78) dalam pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) memiliki beberapa langkah yaitu:

(29)

13

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Think Pair Share

Tahap

Aktivitas

Guru Peserta didik

Tahap 1:

Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.

Peserta didik memahami tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

Tahap 2:

Think (berpikir individu)

Guru memberi umpan peserta didik dengan pertanyaan dan membimbing mereka untuk berpikir secara mandiri.

Peserta didik diberikan waktu selama 3 menit untuk mencari jawabannya secara mandiri.

Tahap 3:

Pair (berpasangan)

Guru membentuk kelompok belajar dengan memasangkan peserta didik dengan peserta didik yang lain serta membimbing mereka untuk berdiskusi.

Peserta didik

mendiskusikan pertanyaan yang sudah diberikan guru pada tahap pertama dengan teman pasangannya. Dalam diskusi tersebut terjadi penyatuan pendapat atas jawaban yang mereka

(30)

pikirkan. Waktu dalam tahap ini kira-kira 5-7 menit.

Tahap 4:

Share

(Berbagi/presentasi)

Guru membimbing kelompok belajar yang berpasangan untuk presentasi di depan kelas.

Peserta didik

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Tahap 5:

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari.

Peserta didik diberikan kesempatan untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Tahap 6:

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Peserta didik menghargai upaya hasil belajar individu dan kelompok teman kelasnya.

(31)

15

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Menurut Suyanto dan Jihad (2013:165), ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) diantaranya:

1) Beberapa kelebihan dari model pembelajaran ThinkPair Share (TPS) diantaranya:

a) Memungkinkan peserta didik untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertnyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.

b) Peserta didik akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.

c) Peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.

d) Peserta didik memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh peserta didik sehingga ide yang ada menyebar.

(32)

e) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau peserta didik dalam proses pembelajaran.

2) Beberapa kekurangan dari model pembelajaran Think Pair Share (TPS) diantaranya:

a) sangat sulit diterapkan disekolah yang rata-rata kemampuan peserta didiknya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak.

b) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor c) Lebih sedikit ide yang muncul

d) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah 2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Nasution (2011:34), hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah meteri pelajaran tertentu. Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasa ditunjukkan dari nilai tes yang diberikan oleh guru”.

Menurut Dimyanti (2010:50), hasil belajar adalah hasil dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil interaksi tersebut dapat dilihat melalui dua sisi yaitu dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan

(33)

17

proses evaluasi belajar dan dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya dan puncak proses belajar.

Menurut Arikunto (2008:58), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Lebih lanjut Winkel (2010:27), mengatakan “hasil belajar adalah perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap yang bersifat konstan menetap”. Seseorang yang sudah belajar tidak sama keadaannya dengan saat ketika belum belajar. Para guru dan sekolah juga lebih mengutamakan aspek kognitif dalam pengukuran hasil belajar peserta didik.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Slameto (2013:54), berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

(34)

1) Faktor individu (intern) yaitu :

a) Faktor biologis meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar.

b) Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berpikir.

c) Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani.

Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.

2) Faktor yang ada pada luar individu (ekstern) yaitu:

a) Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar.

b) Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dan berdisiplin di sekolah.

c) Faktor masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik.

(35)

19

Menurut Slameto (2013), Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern yang berasal dari peserta didik tersebut, dan faktor ekstern yang berasal dari luar diri peserta didik tersebut.

Faktor dari diri peserta didik terutama adalah kemampuan yang dimilikinya.

Faktor kemampuan peserta didik besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai peserta didik. Seperti yang telah dikemukakan oleh Clark (2010), bahwa hasil belajar peserta didik di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Selain faktor kemampuan peserta didik, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, serta masih banyak faktor lainnya.

Adanya pengaruh dari dalam diri peserta didik, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku yang diniati dan disadarinya. Peserta didik harus merasakan adanya kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Meskipun demikian, hasil yang dicapai masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai.

Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.

(36)

3. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan berfungsi memberikan pemaparan tentang penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Berikut beberapa hasil penelitian yang terdapat kaitannya dengan penelitian ini adalah :

a. Dalam penelitian Novita (2013) yang berjudul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan media berbasis website untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi peserta didik kelas X di SMAN 3 jember” disimpulkan bahwa hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terdapat peningkatan motivasi belajar peserta didik dan hasil belajar peserta didik kelas X SMAN 3 Jember.

b. Dalam penelitian Hermawati (2010) yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar peserta didik pada konsep sistem reproduksi manusia” disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar peserta didik pada konsep sistem reproduksi manusia pengaruhnya dapat dilihat dari perbedaan hasil belajar antara kelompok yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan kelompok yang diajar dengan diskusi biasa. Aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share mengalami peningkatan yaitu dari 47,5% menjadi 87,5%

(37)

21

c. Dalam penelitian Kumala (2011) yang berjudul “Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terhadap hasil belajar penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada rana kognitif, afektif, dan psikomotorik kelas X IPA di SMAN 5 Jambi.

d. Dalam penelitian Irwansyah (2016) yang berjudul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) disertai metode praktikum untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA 3 MAN 1 Jember” disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) disertai metode praktikum pada 2 kegiatan siklus I termasuk dalam kategori sedang. Kemudian aktivitas belajar dari siklus II termasuk dalam kategori tinggi.

e. Dalam penelitian Arki (2017) yang berjudul “Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI MIA 2 SMA Negeri 3 Model Takalar”

disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II. Di sekolah ini menunjukkan ketuntasan belajar peserta didik jauh dibawa ketuntasan minimal sebelum menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS ini.

(38)

f. Dalam penelitian Pangkali (2016) yang berjudul “Penerapan model kooperatif tipe TPS terhadap hasil belajar kognitif dan aktivitas peserta didik pada materi gelombang mekanik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kabupaten Sorong” disimpulkan bahwa model pembelajaran gelombang mekanik yang diterapkan di kelas eksperimen dengan rata-rata hasil belajar kognitif 78,8 dalam kategori baik. Aktivitas peserta didik pada dengan nilai rata-rata 88, 66 dalam kategori baik.

g. Dalam penelitian sondek (2016) yang berjudul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi luas permukaan dan volume prisma di kelas VIII SMP Negeri 18 Palu” disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS kiranya dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pembelajaan di kelas karena melalui model TPS peserta didik dapat berpikir secara individu, berbagi dengan pasangan dan kelompoknya sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas peserta didik.

h. Dalam penelitian Silvina (2017) yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dan kemampuan awal terhadap hasil belajar biologi peserta didik kelas VII SMPN 38 Sijunjung”

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif Think Pair Share terhadap hasil belajar peserta didik, baik yang berkemampuan

awal tinggi maupun rendah.

(39)

23

i. Dalam penelitian Hasanah (2016) yang berjudul “Perbedaan hasil belajar IPA biologi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) dengan think pair share (TPS) pada peserta didik kelas VIII SMPN 13 Mataram” disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dengan numbered heads together pada materi hidrosfer.

Hasil belajar menggunakan model think pair share lebih baik dibandingan dengan hasil belajar menggunakan model numbered heads together.

j. Dalam penelitian Wicaksono (2017) yang berjudul “Model pembelajaran group investigation (GI) dan think pair share (TPS) terhadap kemampuan berpikir kritis” disimpulkan bahwa pada model pembelajran Think Pair Share (TPS) dimana model pembelajaran TPS efektif terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VII, efektif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik SMP kelas VII.

4. Materi Ajar

1. Pokok Bahasan Sistem Ekskresi a. Pengertian Sistem Ekskresi

Sistem ekskresi adalah sistem pembuangan zat-zat sisa metabolism (metabolit) yang sudah tidak berguna dalam tubuh makhluk hidup. Fungsi sistem ekskresi adalah untuk menjaga kesetimbangan (homeostatis) tubuh secara osmoregulasi. Sistem ekskresi meliputi ginjal, hati, paru-paru, dan kulit (Khadijah, 2015: 11).

(40)

b. Alat-Alat Sistem Ekskresi 1) Paru-paru

Paru-paru menempati sebagian besar ruangan rongga dada. Di dalam paru-paru bronkus bercabang-cabang membentuk saluran yang semakin kecil ukurannya. Saluran yang terkecil disebut dengan bronkioulus. Pada setiap bronkioulus terdapat segerombol kantung kecil seperti anggur, berdinding tipis yang disebut alveoulus. Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida terjadi diantara alveolus dengan kapiler darah. Oksigen diikat oleh hemoglobin dan diedarkan ke seluruh tubuh. Seiring dengan kejadian tersebut, gas karbondioksida dikembalikan oleh sel-sel tubuh melalui kapiler darah. Karbondioksida akan meninggalkan tubuh pada saat mengeluarkan napas (Putra, 2017: 95-96).

Gambar 2.1 Struktur Paru-Paru

Sumber:https://www.sekolahan.co.id/pengertian-struktur-bagian-fungsi-gangguan-dan-

penyakit-pada-bronkus/

Fungsi paru yang utama adalah melaksanakan pertukaran gas anatara O2 dan CO2 di membrane respirasi (pada pernapasan eksternal)

(41)

25

dan pada pernapasan internal meliputi pengangkutan O2 dan CO2 dalam peredaran darah serta utilisasi O2 dijaringan-jaringan dan pembebasan sisa metabolisme CO2 untuk dibuang keluar tubuh oleh membrane respirasi (Bakhtiar, 2016: 92).

2) Ginjal

Organ ginjal pada manusia memiliki peran sangat besar dalam mengatur proses pembuangan zat berbahaya tubuh berupa urin. Ginjal terdapat dibagian dinding otot bagian belakang dari rongga perut. Bentuk ginjal digambarkan seperti kacang dengan ukuran sekepalan tangan.

Ginjal memiliki sepasang ureter, sebuah kandung kemih dan ureter berfungsi mengeluarkan urin (Julisawaty, 2020: 159-160).

Ginjal mengeksresikan produk metabolisme seperti ammonia dan mempunyai fungsi penting dalam memelihara homeostatis. Unit ginjal yang digunakan sebagai organ ekskresi adalah nephron. Sebuah nephron tersusun dari badan malphigi dan saluran kemih. Badan malphigi menghasilkan urin sederhana (Safaritofa, 2017: 87).

Gambar 2.2 Struktur Ginjal

Sumber: Julisawati (2020: 160)

(42)

Struktur dari ginjal menurut Julisawaty (2020: 160-161) adalah sebagai berikut:

a) Korteks (Cortex), adalah bagian ginjal paling luar. Bagian luar korteks ginjal dibungkus kapsul berupa jaringan lemak sebagai pelindung bagian dalam ginjal

b) Medula (Medulla), mempunyai bentuk halus dan dalam. Medula memiliki lengkung henle bentuk piramida ginjal. Bagian ini terdiri dari nefron dan tubulus.

c) Tubulus, bekerja mengangkut cairan ke ginjal bergerak menjauh dari nefron kemudian mengumpulkan dan mengangkut keluar urine

d) Pelvis ginjal (Renal pelvis), berbentuk corong merupakan bagian paling dalam. Berfungsi sebagai jalur cairan menuju ke kantong kemih. Bagian pertama pelvis mengandung calyces. Bagian ini berbentuk cangkir kecil berfungsi mengumpulkan cairan mengirim ke kandung kemih.

Gambar 2.3 Nefron Ginjal Sumber: Julisawati (2020: 160)

(43)

27

Proses pembentukan urin meliputi tiga proses dasar, yaitu proses filtrasi di glomerulus, reabsorbsi di tubulus, dan sekresi tubulus (Khadijah, 2015: 11). Menurut Julisawaty (2020: 161) bahwa nefron bagian anatomi ginjal berfungsi dalam penyaringan darah. Nefron mengambil darah, memetabolisme nutrisi, dan menyebarkan produk limbah hasil penyaringan. Nefron bekerja melewati area korteks dan medulla ginjal. Berikut adalah proses pembentukan urine dalam bagian dari nefron:

a) Badan malphigi, setelah darah masuk ke nefron, darah masuk ke bagian badan malphigi (korpus ginjal). Bagian ini memiliki dua struktur tambahan yaitu glomerulus yang merupakan kelompok kapiler yang berfungsi menyerap protein dari darah melalui badan malphigi dan kapsul bowman.

b) Tubulus ginjal, berbentuk tabung berawal dari kapsul bowman dan berakhir di tubulus pengumpul. Setiap tubulus mempunyai bagian

 Tubulus proksimal yang berfungsi untuk menyaring air, natrium, dan glukosa dalam darah.

 Lengkungan Henle, berfungsi untuk menyerap kalium, klorida, dan natrium dalam darah.

 Tubulus ginjal, berfungsi untuk menyerap banyak natrium darah dan mengambil kalium serta asam

(44)

c) Tubulus pengumpul, nefron menyaring limbah kemudian dikirim ke tubulus pengumpul selanjutnya urin ke pelvis ginjal. Pelvis ginjal di ureter mengirim urin mengalir ke kandung kemih untuk ekskresi.

3) Kulit

Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi tubuh manusia.

Berat kulit pada manusia diperkirakan seberat 7% dari berat tubuh total.

Pada permukaan luar kuliat tubuh terdapat adanya pori-pori (rongga) yang menjadi tempat keluarnya keringat. Secara umum kulit memiliki 2 lapisan yaitu epidermis (kulit ari) dan dermis (kulit jangat) serta terdapat suatu lapisan lemak dibawah kulit atau yang disebut Hipodermis (Murnalis, 2019: 56)

Kulit sebagai alat ekskresi mengeluarkan zat berlemak dan keringat yang mengandung air, garam, urea, serta ion-ion seperti Na+. Keringat keluar dari tubuh karena disebabkan oleh beberapa faktor antara lain seperti suhu lingkungan, adanya aktivitas tubuh yang dilakukan, timbulnya emosi dan kondisi psikis. Termoregulasi kulit terjadi dengan cara pemancaran, pengaliran (konveksi), konduksi, dan penguapan atau evaporasi (Khadijah, 2015: 11).

(45)

29

Gambar 2.4 Struktur Kulit

Sumber:https://www.sehatq.com/artikel/struktur-kulit-manusia-dan-penyakit-yang-

menyertainya#mengenal-struktur-kulit-manusia-dan-fungsifungsinya

Kulit manusia terdiri atas lapisan epidermis dan dermis. epidermis tersusun atas lapisan tanduk dan lapisan Malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapatmengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar.

Lapisan germinavum mengandung sel-sel yang aktif membelah diri, menggantikan lapisan sel-sel pada lapisan korneum.Lapisan Malpighi mengandung zat melanin yang memberi warna pada kulit. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung syaraf, kelenjar keringat dan kelenjar. Kelenjar keringat menghasilkan keringat (Paryati, 2012: 97).

Selain berfungsi sebagai alat ekskresi yaitu pengeluaran zat keringat kulit juga memiliki fungsi lain yaitu seperti kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan

(46)

kotoran-kotoran tertentu. Gangguan pada kulit sering terjadi karena berbagai faktor penyebab, antara lain iklim, tempat tinggal, kebiasaan hidup, alergi dan lain-lain (Fernando, 2016: 216).

Mekanisme pembentukan keringat 4) Hati

Hati (hepar) merupakan kelenjar yang berfungsi untuk memech beberapa senyawa yang bersifat racun (detoksifikasi), dan menghasilkan ammonia, urea, serta asam urat yang akan diekskresikan kedalam urine (Khadijah, 2015: 11). Hati merupakan organ ekskresi yang penting bagi tubuh, dimana secara alamiah hati didalam tubuh memilikin fungsi yaitu sebagai detoksifikasi yang mampu melakukan biotransformasi terhadap bahan-bahan toksi (Nangkiawa, 2019: 57).

Gambar 2.5 Struktur Hati

Sumber: https://sciencebooth.com/2014/02/10/hati-dan-kulit-sebagai-alat-ekskresi-

manusia/

(47)

31

Hati berwarna merah tua. Pada orang dewasa berat hati kira-kira 2 kg. Hati mempunyai dua jenis persediaan darah, yaitu yang datang dari arteri hepatica dan yang melalui vena porta. Terdapat empat pembuluh darah utama yang menjelajahi sluruh hati, dua yang masuk yaitu arteri hepatica dan vena porta, dan dua yang keluar yaitu vena hepatica dan saluran empedu. Hati menerima kelebihan asam amino yang akan di ubah menjadi urea yang bersifat racun. Hati menjadi tempat perombakan sel darah merah yang rusak menjadi empedu. Empedu yang dihasilkan akan disimpan dalam kantong empedu atau bilirubin.

c. Kelainan-Kelainan Pada Sistem Ekskresi

Kelainan-kelainan yang sering terjadi pada sistem ekskresi seperti glikusoria, albuminuria, batu ginjal, diabetes mellitus (kencing manis), diabetes insipidus, poliuria, gagal ginjal (anuria), uremia, nefritis, penyakit hati, sirosis hati, gangguan kulit biang keringat (miliaria), hiperhidrosis, anhidrosis, bromhidrosis, eksen (dermatitis), dan kadas/kurap (Khadijah, 2015: 11).

d. Upaya Memelihara Kesehatan Organ Ekskresi 1) Kulit

Agar kulit dapat bekerja dengan baik dan optimal permukaan kulit harus bersih dari debu dan kotoran serta dari organisme yang hidup dengan cara merawat tubuh secara keseluran dengan membiasakan mandi dua kali sehari, menggunakan sabun yang tidak bersifat iritasi, menyabuni

(48)

seluruh tubuh terutama lipatan-lipatan kulit, sela-sela jari, ketiak, dan lain-lain, segera keringkan tubuh dengan handuk yang lembut dari wajah, tangan, badan dan kaki (Kusmiyati, 2019: 15).

2) Paru-Paru

Kesehatan paru-paru dapat dapat dijaga dengan latihan peregangan otot paru dengan mengolah napas yaitu dengan latihan melenturkan otot.

Latihan tersebut akan membantu dalam mengembalikan panjang otot kekeadaan alamiah sehingga dapat meningkatkan oksigenisasi atau proses pertukaran O2 dan CO2 (Jamaluddin, 2018: 126).

3) Ginjal

Kesehatan ginjal sebagai organ ekskresi dapat dijaga dengan memenuhi kebutuhan cairan seperti air putih sangat penting dalam menjaga kesehatan ginjal, menjaga pola makan karena masalah ginjal sebagian besar berawal dari darah tinggi dan diabetes, olahraga secara rutin, menjauhi asap rokok karena rook mengandung zat-zat racun yang dapat menghambat aliran darah (Julisawaty, 2020: 161).

4) Hati

Untuk menjaga dan merawat hati agar dapat bekerja optimal, dapat dilakukan dengan bekerja tidak berlebihan dan menjaga pola hidup sehat.

Makanan memegang peranan sangat vital dalam menjaga kesehatan organ tubuh. Hindari makanan tinggi lemak, gula, dan garam. Komsumsi tiga komponen tersebut cukup dan jangan berlebihan (Siahaan, 2017: 57)

(49)

33

B. Kerangka Pikir

Model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan sangat membantu dalam keberhasilan proses pembelajaran Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat melalui hasil belajar peserta didik. Hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa nilai kkm peserta didik dipengaruhi oleh model pembelajaran yang tepat.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini, peserta didik diberi kesempatan untuk belajar secara individual terlebih dahulu, setelah itu peserta didik dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Di dalam kelompok peserta didik dapat saling bertukar pikiran, apabila saat diberi kesempatan untuk belajar secara individual masih belum mengerti dapat didiskusikan dalam kelompok. Peserta didik yang lebih pintar dapat memberi bantuan kepada peserta didik yang lemah untuk menyelesaikan kesulitannya, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) diharapkan dapat berpengaruh baik pada hasil belajar peserta didik dan pada akhirnya peserta didik akan memperoleh hasil belajar yang meningkat.

(50)

Gambar 2.6 Bagan Kerangka Pikir C. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu, jika model pembelajaran Think Pair Share (TPS) diterapkan di Kelas XI IPA I SMAN 2 Gowa pada

konsep sistem ekskresi, maka hasil belajar peserta didik akan meningkat.

Kondisi Awal

Guru belum menggunakan

model TPS

Dengan Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share (TPS) Diharapkan hasil belajar

meningkat Tindakan

Kondisi Akhir

Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share

(TPS)

Hasil belajar Rendah

(51)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (class room action research) atau PTK. Penelitian Tindakan Kelas dalam pelaksanaannya

menggunakan pola siklus, dimana setiap siklus membutuhkan dua atau tiga kali pertemuan dan tingkat penyelesaian penelitian tergantung pada sejauh mana tingkat pencapaian keberhasilan pembelajaran yang disesuaikan dengan standar penilaian. Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari tahapan kegiatan: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi dan Evaluasi, 4) Refleksi.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Kelas XI IPA I SMA Negeri 2 Gowa yang terletak di Jalan Pendidikan Limbung. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada Semester genap, Tahun Ajaran 2021-2022

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksankakan di kelas XI IPA I SMAN 2 Gowa, Kec.

Bajeng Kabupaten Gowa pada bulan Maret-April Tahun Ajaran 2021-2022.

Sebagai subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA I di SMAN 2 Gowa yang berjumlah 20 Orang peserta didik.

(52)

C. Faktor yang diselidiki

Faktor yang akan diselidiki pada penelitian ini yaitu, Hasil belajar dan motivasi yang dicapai peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS), meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengingat suatu informasi dan memperbaiki rasa percaya diri, peserta didik diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

D. Prosedur Penelitian

a. Tahap Perencanaan (Planning) : langkah yang paling awal, yaitu langkah untuk merencanakan tindakan yang telah dipilih untuk memperbaiki keadaan, meliputi beberapa hal yang terkait dengan:

1) pembuatan skenario pembelajaran 2) persiapan sarana pembelajaran

3) persiapan instrument penelitian untuk pembelajaran 4) simulasi pelaksanaan tindakan.

b. Tahap Pelaksanaan (action), terdiri atas kegiatan:

a. Pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal

b. Pembelajaran TPS (Think Pair Share) pada kompetensi dasar mengenai materi sistem ekskresi

c. Mengadakan observasi proses pembelajaran d. Mengadakan tes tertulis

e. Penilaian hasil tes tertulis

(53)

37

c. Tahap Observasi (Observation)

Tahap observasi adalah tahap mengamati kejadian yang ada pada saat pelaksanaan tindakan.

d. Tahap Refleksi

(Reflecting) : merupakan perenungan yang sangat mendalam untuk membuat kesimpulan bersama jika indikator tercapai maka dapat berlanjut ke siklus berikutnya dan jika belum tercapai harus kembali untuk melakukan siklus berikutnya.

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus, dimana dalam siklus I dilaksanakan dalam dua (2) kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan dalam dua (2) kali pertemuan akan tetapi jika siklus kedua belum berhasil maka akan dilanjutkan siklus berikutnya. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hal tersebut digambarkan pada bagan yang diuraikan oleh Arikunto (2017) yaitu:

(54)

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Sumber: (Arikunto, 2015)

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan berbentuk siklus. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan tahapan, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti membuat perangkat pembelajaran dan menyiapkan materi yang digunakan dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan langkah sebagai berikut:

1) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk mengajarkan materi sesuai Kompetensi Dasar (KD).

Perencanaan

Siklus ke-I

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Perencanaan

Siklus ke-II

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Hasil

(55)

39

2) Membuat kesepakatan dengan guru mengenai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

3) Membuat Rencana Peroses Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan RPP serta dilakukan observasi terhadap pelaksanaan RPP yang telah dilakukan.

c. Pengamatan

Selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berlangsung, yaitu mengamati proses pembelajaran dan

menilai hasil tes sehingga diketahui hasilnya. Atas dasar hasil tersebut digunakan untuk merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya.

d. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan kinerja peserta didik dan membuat kesimpulan, jika indikator belum tercapai maka harus kembali untuk melakukan siklus berikutnya.

(56)

Siklus II

a. Perencanaan

1) Menyiapkan perangkat pembelajaran

2) Menyiapkan soal tes untuk memperoleh data hasil belajar peserta didik.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dilakukan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat.

c. Pengamatan

Selama proses siklus II yang dilakukan pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berlangsung, guru mengamati kinerja peserta didik.

d. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan kinerja peserta didik serta membandingkan dengan hasil pengamatan pada siklus I dalam bentuk persentase. Apakah hasil belajar peserta didik meningkat. Analisis hasil belajar peserta didik dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas.

(57)

41

E. Instrumen Penelitian

Adapun Instrumen penelitian yang digunakan yaitu : 1. Tes

Instrumen ini digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar Biologi pada materi sistem ekskresi, oleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar. Penilaian hasil belajar dilakukan dengan cara memberikan tes diakhir siklus berupa soal pilihan ganda sebanyak 30 butir soal.

2. Angket Motivasi

Angket motivasi digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran, think pair share untuk mengetahui perubahan motivasi belajar siswa sebelum

menggunakan model pembelajaran think pair share dan sesudah menggunakan model pembelajaran think pair share. Angket diberikan kepada siswa dalam bentuk lembar angket/responsi, untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran Biologi melalui pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Lembar angket motivasi belajar siswa mengggunakan skala sikap. Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Angket skala sikap yang diberikan siswa disusun dengan menggunakan skala sikap model likert. Dalam skala likert pernyataan-pernyataan yang diajukan baik

pernyataan positif maupun negatif dinilai dengan pilihan jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju). TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Angket ini

(58)

diberikan satu kali pada siklus terakhir yaitu pada akhir penelitian tindakan kelas untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe think pair share.

Tabel 3.1 Bobot Penilaian Skala Likert

Pilihan Jawaban Kode Skor

+ -

Sangat Setuju SS 4 1

Setuju S 3 2

Tidak Setuju TS 2 3

Sangat tidak Setuju STS 1 4

(Sumber: Bachtiar, 2021) 2. Dokumentasi

Data berupa gambaran profil sekolah, personil sekolah, foto, video saat proses pembelajaran berlangsung, objek pengamatan mencakup seluruh proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari observasi, dokumentasi dan tes.

1. Observasi

Observasi adalah mengamati dan memantau semua aktivitas kegiatan pada saat pembelajaran berlangsung baik faktor guru, siswa dan keadaan kelas.

Adapun hal-hal yang akan diamati pada aktivitas siswa adalah proses kegiatan belajar siswa, persiapan siswa dan hasil evaulasi. Sedangkan pada faktor guru

(59)

43

yang akan diamati adalah mulai dari persiapan guru dalam perangkat pembelajaran seperti rencana pembelajaran soal-soal tes serta pelaksanaan pembelajaran.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah seluruh bahan rekaman selama penelitian berlangsung berupa foto-foto kegiatan pembelajaran,

3. Tes

Tes adalah berupa pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, yang dimiliki individu atau kelompok berupa soal pilihan ganda sebanyak 30 butir soal

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah deskripsi kualitatif, yaitu menjawab dan memecahkan masalah dengan melakukan pemahaman dan pendalaman secara menyeluruh dan utuh dari obyek yang diteliti guna mendapatkan kesimpulan yang bersifat deskriptif sesuai dengan kondisi dan waktu. Adapun data yang diperoleh melalui observasi dianalisis secara kualitatif. Sedangkan hasil belajar yang diperoleh peserta didik akan dianalisis secara kuantitatif kemudian dideskriptifkan secara sistematis sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan. Untuk menganalisis data secara kuantitatif digunakan statistik deskriptif.

(60)

1. Data ketuntasan belajar

Untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik, data dianalisis dengan rumus :

KK = x 100 % Keterangan :

X = Jumlah peserta didik yang memperoleh nilai ≥ 75 KK = Ketuntasan Klasikal

N = Jumlah peserta didik yang ikut tes

Kelas yang dikatakan tuntas secara klasikal terhadap materi pelajaran yang diajarkan, jika ketuntasan secara klasikal ≥ 75 %.

2. Data Nilai Rata – Rata Kelas

Untuk mengetahui nilai rata-rata kelas dipergunakan persamaan berikut:

x =

Keterangan :

x = Nilai rata-rata kelas fi = Frekuensi

xi = Nilai tes

Referensi

Dokumen terkait

Pusat Pengembangan Minat dan Bakat pemuda Tanjung Morawa atau lebih sering kita kenal dengan nama Gelanggang Remaja, merupakan suatu wadah yang memungkinkan

Adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu dan maraknya praktik penggelapan pajak mendorong minat untuk melakukan penelitian dengan faktor-faktor pemahaman

Kegiatan Rintisan Rumah Pintar dilakukan dalam bentuk penataan kelembagaan, peningkatan sarana dan prasarana, pembelajaran dan/atau pelatihan, serta pendampingan. Kegiatan yang

Setelah didapatkan jumlah/nilai kategori Kano tiap-tiap atribut terhadap semua responden maka dilakukan penetuan kategori Kano dengan menggunakan rumus Baluth’s Formula,

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.

PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PENDATAAN SISWA DAN ALUMNI PADA SMK MA’ARIF 4 KEBUMEN BERBASI WEB..

Penelitian ini membuktikan bahwa perceived usefulness, perceived credibility, dan social influence memberikan pengaruh yang signifikan terhadap intensitas penggunaan layanan

Di sisi lain, pemasaran memiliki fokus terhadap selera konsumen dan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, serta berfokus pada laba usaha yang memiliki manajemen jangka