• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Mugi Trilukito NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Mugi Trilukito NIM"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

i

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL KUTEMUKAN ENGKAU DI SETIAP TAHAJUDKU KARYA DESI PUSPITASARI

DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Mugi Trilukito NIM 112110149

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2017

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO











“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (QS Al Fatihah: 2).

“Syukuri apa yang ada, jadilah diri sendiri yang rajin bersyukur” (Mugi Trilukito).

PERSEMBAHAN Persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua, keluarga besar Bapak Tukardi dan Ibu Rasmi yang telah memberikan semangat dan dukungan.

2. Teman-teman dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2011 kelas D yang telah memberi semangat kepada penulis selama menuntut ilmu di kampus Universitas Muhammadiyah Purworejo.

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan nikmat, petunjuk, dan rida-Nya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini penulis susun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menimba ilmu di kampus Universitas Muhammadiyah Purworejo;

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;

3. Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini;

4. Drs. Moh. Fakhrudin, M.Hum. selaku dosen pembimbing I dan Nurul Setyorini, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membantu dalam mengarahkan dan membimbing dengan penuh kesabaran dan

(7)

vii

(8)

viii

ABSTRAK

Mugi Trilukito. “Nilai Pendidikan Karakter Tokoh Utama dalam Novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku Karya Desi Puspitasari dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan (1) unsur intrinsik dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku Karya Desi Puspitasari, (2) nilai pendidikan karakter tokoh utama dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku Karya Desi Puspitasari, dan (3) skenario pembelajaran unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter tokoh utama yang terdapat dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku Karya Desi Puspitasari di kelas XI SMA.

Objek penelitian ini adalah unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter tokoh utama dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku Karya Desi Puspitasari. Fokus penelitian ini adalah unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter tokoh utama yang meliputi perilaku tokoh utama. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dengan instrumen utama penulis selaku peneliti. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis isi. Hasil analisis disajikan secara informal.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku terdiri dari tema, yaitu kasih sayang; alur dalam novel tersebut tergolong ke dalam alur campuran; tokoh dan penokohan, Agus sebagai tokoh utama; teknik pelukisan tokoh secara analitik dan dramatik; latar terbagi menjadi tiga (a) latar tempat meliputi jalanan pinggir kota, rumah Agus, rumah Hari, bengkel Joko, mushala, bar; (b) latar waktu meliputi pagi, siang, sore, dan malam; (c) latar sosial meliputi seorang mahasiswa, pembuat tato, guru, dosen, montir bengkel; latar dalam novel berfungsi sebagai metafora dan atmosfer; dan sudut pandang yang digunakan orang ketiga serbatahu. (2) nilai pendidikan karakter tercermin dari perilaku tokoh utama dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku meliputi penyabar, bertakwa, peduli, tanggung jawab, pemberani, pekerja keras, rendah hati, dan ikhlas. (3) Skenario pembelajaran unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter tokoh utama novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku di kelas XI, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas 5-6 anak. Tiap kelompok ditugasi membaca novel dan mengkaji unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter tokoh utama novel tersebut dengan mencari data yang mendukung, dipresentasikan di depan kelas, sedangkan kelompok lain menanggapi. Setelah semua kelompok maju di depan kelas, setiap siswa membuat sinopsis. Evaluasi dilaksanakan secara tertulis dengan teknik tes (tes esai) dan teknik nontes (kuesioner).

Kata Kunci: Unsur Intrinsik Novel, Nilai Pendidikan Karakter, Skenario Pembelajaran.

(9)

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Sistematika Skripsi ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ... 13

A. Tinjauan Pustaka ... 13

B. Kajian Teoretis ... 15

1. Struktur Novel ... 15

2. Pengertian Nilai ... 24

3. Pengertian Pendidikan Karakter ... 25

4. Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Subjek Penelitian ... 36

(10)

x

B. Objek Penelitian ... 36

C. Fokus Penelitian ... 36

D. Instrumen Penelitian... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 38

G. Teknik Penyajian Data dan Hasil Analisis ... 40

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN ... 41

A. Penyajian Data ... 41

B. Pembahasan Data ... 53

BAB V PENUTUP ... 114

A. Simpulan ... 114

B. Saran ... 116 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Data Unsur Intrinsik Novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku ... 41 Tabel 2: Data Nilai Pendidikan Karakter Tokoh Utama Novel Kutemukan

Engkau di Setiap Tahajudku ... 48

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Sinopsis Novel Lampiran 2: Biografi Pengarang

Lampiran 3: Silabus Pembelajaran Kelas XI SMA

Lampiran 4: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sastra Kelas XI SMA

Lampiran 5: Tabel Penyajian Data Unsur Intrinsik dan Nilai Pendidikan Karakter Tokoh Utama Novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku Karya Desi Puspitasari

Lampiran 6: Kartu Bimbingan

Lampiran 7: Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing (SK)

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini, disajikan subbab latar belakang masalah, penegasan istilah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. Di bawah ini diuraikan subbab tersebut.

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, fungsi pendidikan nasional tersebut seharusnya memberikan pencerahan yang memadai bahwa pendidikan harus berdampak pada watak manusia/bangsa Indonesia. Dalam konteks pendidikan karakter, kemampuan yang harus dikembangkan pada siswa di sekolah adalah berbagai kemampuan yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan dan mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia. Pendidikan yang menanamkan nilai budi pekerti dirasakan sangat perlu pengembangannya bila mengingat semakin merosotnya nilai moral di Indonesia yang mengakibatkan terjadinya krisis akhlak yang menerpa sebagian kalangan pejabat negara/ siswa.

Terjadinya penurunan akhlak disebabkan karena ketimpangan hasil pendidikan

(14)

2

dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini. Semuanya terasa lebih kuat ketika beranjak dari krisis alami (Dharma, Triatna dan Permana, 2012: 4).

Ratna dalam Dharma (2012: 5) menjelaskan pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Dharma, Triatna dan Permana (2012: 2-3), terjadi fenomena penurunan akhlak generasi muda. Hal ini ditandai dengan maraknya seks bebas di kalangan remaja, peredaran narkoba di kalangan remaja, tawuran pelajar, predaran foto dan video porno pada kalangan pelajar, dan sebagainya.

Hasil survei BKKBN tahun 2008 mengenai seks bebas dikalangan remaja Indonesia menunjukkan 63% remaja Indonesia melakukan seks bebas (www.wahdah.or.id/wis/index2.php?option=com_content&do_pdf dalam Dharma, Triatna dan Permana, 2012: 2). Hal ini mengindikasikan bahwa moral masyarakat Indonesia mengalami penurunan akhlak. Terjadinya penurunan akhlak disebabkan karena ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini. Semuanya terasa lebih kuat ketika beranjak dari krisis alami (Dharma, Triatna dan Permana, 2012: 4). Dalam referensi Islam, nilai yang sangat terkenal dan melekat yang mencerminkan akhlak/perilaku yang luar biasa tercermin pada Rasulullah, yaitu: sidik, amanah, fatanah, dan tablig. Empat nilai ini merupakan esensi, bukan seluruhnya karena Rasulullah juga terkenal dengan karakter kesabarannya, ketangguhannya, dan berbagai karakter lain (Dharma, Triatna dan Permana dkk, 2012: 11).

(15)

3

Kaitannya dengan karya sastra sebagai salah satu upaya menunjang peningkatan kependidikan, sastra diharapkan menjadi salah satu alternatif yang baik untuk mendidik dan mencerdaskan bangsa melalui nilai-nilai yang dikandungnya.

Nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk mental siswa. Dalam hal peningkatan pengetahuan tentang aspek-aspek kependidikan, siswa diharapkan membaca buku-buku bacaan yang berkaitan dengan kependidikan atau sastra. Melalui nilai-nilai keindahan yang dikemukakan oleh pengarang disuguhkan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh pembaca.

Salah satu bentuk karya sastra yang dapat dijadikan objek untuk dinikmati dan sekaligus dapat dikaji adalah novel. Menurut Budianta dalam Wellek dan Warren (1995: 25), karya sastra bersifat dulce et u tile yang berarti menyenangkan dan bermanfaat, hal tersebut sesuai dengan konsep Horace. Demikian pula cerita rekaan sebagai karya sastra seharusnya menarik dan merangsang rasa ingin tahu.

Fungsi menghibur (dulce) artinya sastra memberikan kesenangan tersendiri dalam diri pembaca sehingga pembaca merasa tertarik membaca sastra. Fungsi mengajar (utile) artinya sastra memberikan nasihat dan penanaman etika sehingga pembaca dapat mencontoh hal-hal positif dalam karya sastra. Dalam hal ini, sastra menjadikan manusia menjadi lebih manusia: mengenal diri, sesama, lingkungan, dan berbagai permasalahan kehidupan.

Sebuah karya sastra yang baik minimalnya mampu menghadirkan dua fungsi utama, yaitu menyenangkan dan bermanfaat (Horace dalam Sudjiman, 1988: 12). Artinya, sebuah karya sastra dapat dikatakan bernilai sastra tinggi jika

(16)

4

karya itu mampu memberikan hiburan kepada pembaca serta mampu memberikan pengajaran positif bagi pembacanya. Karya sastra yang hanya mampu memberikan hiburan tanpa ada manfaat akan terasa gersang. Demikian pula karya sastra yang hanya mampu memberikan manfaat dan tidak mampu memberikan hiburan bagi pembaca akan terasa hambar. Oleh sebab itu, sastra dapat dikatakan sebagai media hiburan yang mengajar dan media pembelajaran yang menghibur.

Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra yang bertujuan untuk memunculkan nilai-nilai positif bagi penikmatnya sehingga mereka peka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan mendorong untuk berperilaku yang baik (Budianta dalam Wellek dan Warren, 1995: 26). Salah satu karya sastra yang mempunyai nilai luhur adalah novel yang berjudul Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari. Novel ini bertema kasih sayang Novel yang berjudul Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari menceritakan perjalan seorang pemuda yang bernama Agus yang suka melakukan balapan liar, dan sikapnya yang arogan, kuliahnya yang tidak kunjung selesai. Kisah cintanya dengan seorang gadis yang bernama Airin, gadis cantik yang disukai banyak lelaki. Namun, di balik semua itu Agus adalah seorang anak yang sangat menyayangi ibunya, begitu pula dengan ibunya yang juga sangat menyanginya dan tidak pernah lupa untuk mendoakan orang tua pada setiap tahajudnya. Penulis memilih novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku sebagai bahan penelitian karena novel tersebut memiliki banyak sekali nilai pendidikan karakter yang sangat relevan dengan kebutuhan remaja. Dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku diceritakan kehidupan remaja Indonesia

(17)

5

yang memiliki karakter kuat dan mulia sehingga diharapkan remaja SMA dapat meneladani karakter/akhlak yang tercermin dalam tingkah laku, pikiran, dan perasaan tokoh-tokoh remaja dalam novel tersebut.

Novel dikatakan sebagai objek yang dapat dinikmati dan dikaji karena memiliki unsur-unsur pembangun. Struktur pembangun sebuah novel terdiri atas unsur intrisik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Unsur yang dimaksud adalah peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, amanat dan gaya bahasa, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan atau sistem organisme teks sastra. Unsur yang dimaksud adalah biografi pengarang, psikologi pengarang, psikologi pembaca, keadaan lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, sosial, pandangan hidup suatu bangsa, dan sebagainya (Nurgiyantoro, 2013: 31).

Novel yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga karya sastra juga menggambarkan kejiwaan manusia meskipun pengarang hanya menampilkan tokoh itu secara fiksi. Tokoh sebagai unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui tokoh cerita yang ditampilkan, seorang pembaca lebih mudah memahami makna yang disampaikan pengarang dalam novel tersebut.

(18)

6

Dalam skripsi ini dipilih novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari sebagai subjek penelitian karena alasan perjuangan yang dialami tokoh utama pada novel ini dapat dijadikan motivasi bagi pembaca dalam menyikapi kehidupan ini. Perilaku tokoh utama menjadikan inspirasi bagi pembacanya, sikapnya antara lain jujur, peduli kepada sesama, pekerja keras, santun, rajin beribadah, dan pemberani.

Pada cerita novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari pengarang menceritakan tokoh utama yang bernama Agus memiliki kepribadian yang baik, kuat dalam menghadapi permasalahan yang tercermin dalam usahanya untuk tetap giat bekerja dan berdoa kepada Allah Swt., meskipun ibunya sudah meninggal dunia. Segala macam kegiatan telah dia kerjakan, mulai dari pembalap motor jalanan, bekerja di bengkel hingga bekerja di kantor. Agus digambarkan sebagai seseorang laki-laki yang berjiwa mandiri setelah sekian kali dia berganti pekerjaan. Agus merasakan kisah cinta ketika bertemu dengan seorang gadis yang bernama Airin ketika mengejar pencopet di jalanan. Gadis ini merupakan teman semasa sekolah SD, berparas cantik, berkulit putih dan berhijab.

Dalam penelitian ini dibahas unsur-unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter tokoh utama yang merupakan hasil dari aktivitas dan tingkah laku manusia. Pendekatan pendidikan karakter sebagai jalan untuk mengupas kepribadian perilaku tokoh utama yang terdapat di dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini. Dengan pendekatan ini diharapkan penelitian tersaji lebih jelas dalam menggambarkan konsep pendidikan karakter yang terdapat di dalam

(19)

7

novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.

Dalam penelitian ini dikaji kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari dan relevansinya pada pembelajaran siswa kelas XI SMA. Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, dapat dijelaskan secara rinci alasan penelitian sebagai berikut ini:

1. Novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari sangat menarik. Novel ini merupakan salah satu novel yang inspiratif dan sarat akan nilai akhlaqul karimah. Novel tersebut, diharapkan dapat dijadikan sarana penanaman akhlaqul karimah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari;

2. Novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari menarik untuk diteliti dari segi pendidikan karakter;

3. Pemilihan novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku didasari oleh ketertarikan peneliti karena novel ini menceritakan kisah seorang anak bernama Agus yang memiliki sikap yang kritis dan rasa ingin tahu yang begitu besar terhadap agama Islam;

4. Novel tersebut menurut penulis sangat baik dan perlu diteliti karena untuk meningkatkan daya apresiasi sastra dan;

5. Kajian pendidikan karakter berkenaan dengan jiwa dan pribadi manusia dan sangat mendukung perkembangan sosial.

(20)

8

Berdasarkan gambaran cerita novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra di SMA karena isi dalam novel tersebut berkaitan dengan pendidikan, terutama dalam pendidikan moral dalam pembentukan karakter siswa. Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, jiwanya (akal, rasa, kehendak), sosialnya dan moralitasnya. Rahmanto (1988: 15) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran sastra adalah untuk meningkatkan kemampuan apresiasi terhadap karya sastra.

Sastra diajarkan di sekolah dengan tujuan untuk membentuk keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta, rasa serta menunjang pembentukan watak.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi tiga masalah, yaitu: (1) pendidikan karakter moral perlu diajarkan kepada peserta didik; (2) pembelajaran novel sangat luas sehingga dapat dianalisis dari unsur intrinsik dan ekstrinsik. Dalam hal ini pembelajaran unsur intrinsik meliputi tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang sedangkan unsur ekstrisiknya membahas nilai pendidikan karakter tokoh utama; (3) novel yang dipilih sebagai bahan pembelajaran tersebut adalah novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari karena novel tersebut merupakan salah satu novel yang mengandung nilai moral dan sangat baik untuk penanaman nilai-nilai pendidikan karakter bagi siswa.

(21)

9 C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk lebih memfokuskan permasalahan yang akan dibahas. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. unsur intrinsik dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari seperti tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang;

2. nilai pendidikan karakter tokoh utama dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari dan;

3. skenario pembelajaran unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari di kelas XI SMA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. bagaimanakah unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari?

2. bagaimanakah nilai pendidikan karakter tokoh utama dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari?

3. bagaimanakah skenario pembelajaran unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter tokoh utama dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari di kelas XI SMA?

(22)

10 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari;

2. mendeskripsikan nilai pendidikan karakter tokoh utama dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari dan;

3. mendeskripsikan skenario pembelajaran unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter tokoh utama dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari di kelas XI SMA.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi teoretis dan segi praktis.

1. Manfaat Teoretis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan dalam penelitian sastra;

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat dipergunakan sebagai acuan untuk memperkaya konsep-konsep ilmu sastra.

2. Manfaat Praktis a) Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru, khususnya guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia berkaitan dengan

(23)

11

pembelajaran novel yaitu novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari sebagai bahan pembelajaran di SMA.

b) Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa agar dapat memahami arti penting pembelajaran novel dan pembentukan kepribadian yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran novel di sekolah.

c) Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk dapat memahami novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari dalam aspek pendidikan karakter serta sebagai masukan dan pertimbangan dalam penelitian karya sastra lainnya.

G. Sistematika Skripsi

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam tiga bagian, yakni bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Berikut ini diuraikan ketiga bagian tersebut.

Bagian awal skripsi ini terdiri atas halaman judul, persetujuan pembimbing, lembar pengesahan, pernyataan, moto dan persembahan, surat pernyataan, kata pengantar, daftar isi, dan abstrak. Bagian isi dalam skripsi ini terbagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut.

Bab I berisi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistemetika skripsi.

(24)

12

Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Penelitian yang relevan dan dijadikan tinjauan pustaka penulis adalah penelitian Tanjung (2013), Budianto (2014), dan Kurniawati (2013). Dalam kajian teoretis, diuraikan unsur intrinsik novel, pengertian pendidikan karakter, pembelajaran sastra di SMA.

Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode ini berisi subjek penelitian, objek penelitian, data dan sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penyajian hasil analisis.

Bab IV berisi penyajian dan pembahasan data. Pada bab ini diuraikan data penelitian yang diambil dari novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari mengenai unsur-unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter tokoh utama. Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan gambaran masalah-masalah yang dibahas dalam pembahasan data.

Bab V berisi penutup. Bab ini berisi jawaban padat atas masalah yang diteliti dan simpulan serta saran-saran yang relevan.

Pada bagian akhir skripsi, disajikan daftar pustaka dan lampiran. Lampiran berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, tabel penyajian data hasil analisis novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari, kartu data novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari, dan kartu bimbingan skripsi. Pada bagian akhir skripsi, biografi penulis novel dan sinopsis novel juga disertakan.

(25)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Pada bagian ini, disajikan tinjauan pustaka, kajian teoretis. Tinjauan pustaka berisi paparan kritis terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan kajian teoretis yang berisi paparan teori yang menjadi acuan penelitian.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah kajian kritis terhadap kajian terdahulu hingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian terdahulu dengan kajian yang akan penulis lakukan. Penelitian tentang nilai pendidikan karakter telah banyak dilakukan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo. Contohnya penelitian yang dilakukan oleh Tanjung (2013), Budianto (2014), dan Kurniawati (2013). Berikut paparan penelitian tersebut.

Penelitian pertama adalah penelitian Tanjung (2013) yang berjudul “Nilai- Nilai Pendidikan Karakter pada Kompetensi Menyimak dalam Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Untuk Kelas X SMA”. Dalam penelitiannya, dia membahas nilai-nilai pendidikan karakter melalui tulisan buku sekolah elektronik Bahasa Indonesia.

Persamaan antara penelitian penulis dengan penelitian Tanjung adalah memfokuskan pada pendidikan karakter yang tercermin dalam pemikiran tokoh.

Perbedaannya, dalam penelitian ini peneliti menggunakan subjek novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari, sedangkan

(26)

14

penelitian Tanjung menggunakan Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia sebagai subjek penelitian.

Penelitian kedua adalah penelitian Budianto (2014) yang berjudul

“Karakter Novel Sepatu Dahlan Karya Krishna Pabichara dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Dalam penelitianya dia membahas nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan alam sekitar.

Persamaan antara penelitian penulis dengan penelitian Budianto (2014) adalah memfokuskan pada pendidikan karakter tokoh, sedangkan penulis menggunakan subjek novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari menggunakan teori Dharma, Triatna dan Permana (2012), sedangkan penelitian Budianto menggunakan novel Sepatu Dahlan Karya Krishna Pabichara sebagai subjek penelitian dengan menggunakan teori Munir (2010).

Penelitian ketiga adalah penelitian Kurniawati (2013) yang berjudul “Nilai Pendidikan Karakter Novel Burlian karya Tere Liye dan Skenario Pembelajarannya Di SMA”. Dalam penelitiannya, dia membahas nilai-nilai pendidikan karakter berupa nilai religius, gemar membaca, disiplin, cinta tanah air, peduli sosial yang tercermin dalam ucapan, tingkah laku dan pemikiran tokoh- tokoh dalam novel Burlian.

Persamaan antara penelitian penulis dengan penelitian Kurniawati adalah memfokuskan pada pendidikan karakter yang tercermin dalam ucapan, tingkah laku dan pemikiran tokoh. Perbedaannya, dalam penelitian ini peneliti menggunakan subjek novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi

(27)

15

Puspitasari dengan menggunakan teori Dharma, Triatna dan Permana (2012), sedangkan Kurniawati menggunakan novel Burlian karya Tere Liye sebagai subjek penelitian dengan menggunakan teori Samani (2013). Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa penelitian ini bukanlah penelitian yang baru, melainkan merupakan penelitian lanjutan dari penelitian-penelitian terdahulu sehingga diharapkan dapat melengkapi dan mendukung penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya.

B. Kajian Teoretis

Kajian teoretis merupakan suatu penjabaran kerangka teoretis yang membuat beberapa kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk digunakan sebagai acuan pokok dalam membahas suatu masalah yang diteliti.

Landasan teoretis dalam skripsi ini meliputi struktur novel, pengertian pendidikan karakter, dan skenario pembelajaran dengan objek novel. Berikut ini penjelasannya secara terperinci.

1. Struktur Novel

Karya sastra merupakan struktur yang bermakna. Novel merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca. Biasanya membaca novel memiliki pemikiran yang berbeda-beda dalam mengartikannya, tetapi juga merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang padu.

Unsur pembangun fiksi yang dimaksud di atas adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik terdiri dari tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang, dan amanat (Stanton dalam Sugihastuti dan Irsyad, 2012: 22).

(28)

16 a. Tema

Dalam sebuah karya sastra pasti terdapat tema. Tema sering dimaknai sebagai ide pokok dalam sebuah cerita. Mengacu beberapa pendapat ahli (Stanton dalam Sugihastuti dan Al Irsyad, 2012: 36; Aminuddin, 2010: 91; dan Rahmanto, 1988: 75) terkait dengan tema, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendapat ahli di atas memiliki pemikiran yang sama bahwa tema merupakan gagasan sentral dalam sebuah karya sastra. Tema dalam novel adalah suatu gagasan sentral atau ide pokok cerita yang menjadi dasar tolok penyusunan karangan dan sekaligus menjadi sasaran dari karangan hingga menjadi suatu cerita yang utuh. Oleh karena itu, peranan tema dalam suatu karya sastra penting, yaitu sebagai dasar atau ide alur cerita serta masalah yang ada dalam novel.

Stanton dalam Sugihastuti dan Irsyad ( 2012: 36) tema dibedakan menjadi dua bagian, yaitu (1) tema utama yang disebut tema mayor yang artinya makna pokok yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya ini. Tema mayor ditentukan dengan cara menentukan persoalan yang paling menonjol, yang paling banyak konflik dan waktu penceritaannya; (2) tema tambahan disebut juga dengan tema minor. Tema minor merupakan tema yang kedua yaitu makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu pada sebuah cerita dan dapat diidentifikasi sebagai makna bagian atau makna tambahan.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam sebuah karya narasi yaitu penggambaran tokoh. Peneliti mengacu pada beberapa pendapat ahli (Sudjiman, 1988: 14; Nurhayati, 2012: 15; dan Aminuddin, 2010: 79 ) tokoh

(29)

17

menunjuk pada orang yang menjadi pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah pelukisan gambaran dan penciptaan citra tokoh yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Tokoh sebagai pelaku cerita dalam cerita sangat berkaitan dengan jalannya cerita, tanpa tokoh cerita itu tidak akan berkembang. Dalam cerita ada tokoh yang banyak dimunculkan dan ada pula yang jarang dimunculkan. Tokoh yang paling banyak muncul dalam cerita biasanya mempunyai peranan penting dalam cerita.

Tokoh dalam suatu cerita mempunyai keterkaitan dengan penokohan. Penokohan adalah cara atau teknik pengarang dalam menampilkan tokoh atau pelaku (Aminuddin, 2010: 79).

Berdasarkan peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, tokoh dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang tergolong paling penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagai cerita dan sebaliknya, sedangkan tokoh- tokoh yang dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam porsi penceritaan yang relatif pendek disebut tokoh tambahan (peripheral character) (Nurgiyantoro, 2010: 176).

Dari pernyataan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa tokoh dan penokohan merupakan pelaku cerita yang hadir untuk menampilkan suatu karakter tertentu. Dilihat dari segi peranan tokoh dalam sebuah cerita terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan.

(30)

18 c. Alur (Plot)

Alur cerita adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Mengacu beberapa pendapat ahli (Aminuddin, 2010: 83; Sudjiman, 1988: 30, Sugihastuti dan Al Irsyad, 2012: 26) penulis dapat menyimpulkan bahwa alur adalah rangkaian atau jalinan peristiwa yang membentuk cerita menjadi satu kesatuan yang utuh dan runtut. Tahapan-tahapan peristiwa yang ada di dalam cerita terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam.

Sudjiman (1988: 30) mengemukakan bahwa alur cerita jika dilihat dari urutan peristiwanya terdiri atas bagian awal, tengah, dan akhir. Lebih terinci lagi terdiri atas eksposisi, konflik, klimaks, pelarian, dan penyelesaian. Jika dilihat dari jenisnya, alur dapat dikelompokkan menjadi alur maju atau progresif (peristiwa diceritakan dari awal, tengah, dan akhir), alur mundur atau regresif (peristiwa diceritakan dari bagian akhir, tengah, baru bagian awal), alur gabungan atau alur maju-mundur (peristiwa kadang-kadang diceritakan dari bagian tengah, baru kebagian awal dan akhir), dan alur melingkar (peristiwa diceritakan dari awal sampai akhir, tetapi akhir peristiwa kembali ke peristiwa awal). Jika dilihat dari cara mengakhiri cerita, terdapat alur tertutup (pengarang telah menyimpulkan atau menyelesaikan cerita) dan alur terbuka (pengarang tidak menyimpulkan akhir cerita, pembaca atau penyimak dipersilakan menyimpulkan akhir cerita itu).

Sudjiman (1988: 37) mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor penting dalam kaidah pengembangan plot atau alur. Sesungguhnya, para pakar tersebut

(31)

19

memiliki kesamaan dalam mengemukakan kaidah atau hukum dalam pengembangan plot, di antaranya sebagai berikut.

1) Plausibilitas (plausibility)

Plausibilitas (kemasukakalan) merupakan satu di antara kaidah-kaidah yang penting yang mengatur alur dalam fiksi. Tentu saja kemasukakalan dalam kaitan ini merupakan kemasukakalan yang dimiliki atau dibatasi dalam dan oleh cerita itu. Oleh karena itu, tuntutan plausibilitas itu harus tidak dikacaukan dengan tuntutan realism.

Suatu cerita dikatakan masuk akal apabila cerita itu memiliki kebenaran, yakni benar bagi diri cerita itu sendiri.

2) Kejutan (surprise)

Di atas sudah dikemukakan bahwa kemasukakalan menunjukkan adanya kebenaran cerita bagi dirinya sendiri. Akan tetapi, suatu cerita yang tidak pernah mengejutkan tidak menimbulkan surprise, sudah barang tentu akan menjemukan.

Oleh karena itu, di samping masuk akal,cerita seharusnya juga memberikan kejutan tertentu. Kejutan itu sendiri dalam keseluruhan cerita dapat berfungsi bemacam-macam misalnya untuk memperlambat tercapainya klimaks.

3) Rasa Ingin Tahu (suspense)

Di samping plausibilitas dan surprise, kaidah yang mengatur alur adalah suspense. Artinya, alur cerita yang baik hendaknya menimbulkan suspense, yakni ketidaktentuan harapan terhadap outcome „hasil‟ suatu cerita. Suspense yang sebenarnya lebih banyak daripada masalah ketidaktahuan bagaimana segala sesuatunya menjadi sampai atau selesai. Dalam kaitan ini, suspense melibatkan kesadaran terhadap kemungkinan-kemungkinan dan idealnya masalah yang

(32)

20

berkenaan dengan kemungkinan tersebut. Dalam cerita, suspense berkembang tatkala kita menjadi sadar terhadap suatu instabilitas yang bermula dalam suatu situasi.

Sarana yang dapat dipergunakan untuk melahirkan atau menciptakan suspense dalam cerita ialah foreshadowing “padahan”, yakni perkenalan atau pemaparan detail-detail yang mengisyaratkan arah yang akan dituju oleh suatu cerita. Dengan demikian, kehadiran foreshadowing dapat dijadikan sebagai pertanda atau isyarat bahwa akan terjadi suatu peristiwa penting atau konflik yang akan terjadi berikutnya.

4) Kepaduan (unity)

Di samping ketiga hal yang sudah disebutkan di atas, salah satu tuntutan yang terpenting bagi plot ialah unity “keutuhannya”. Jenis plot apapun yang memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang benar dan mengikuti kaidah-kaidah kemasukakalan, kejutan, dan suspense harus tetap memiliki keutuhan. Apabila keempat kaidah dalam pengembangan plot/alur tersebut dapat dihadirkan dalam sebuah cerita tentu menambah nilai estetis tersendiri dalam karya sastra.

Selain itu, pendapat Tasrif mengenai tahapan alur menjadi lima bagian sebagaimana disarikan oleh Nurgiyantoro (2010: 149-150).

a) Tahap penyituasian (situation)

Tahap ini berisi pelikisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal dan lain-lain. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tahap

(33)

21

penyituasian tahap awal atau dimulainya suatu cerita dalam novel. Tahap ini merupakan tahap memperkenalkan tokoh kepada pembaca.

b) Tahap pemunculan konflik (generating circumstances)

Tahap isi berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Tahap pemunculan konflik dapat diartikan tahap awal masalah yang akan terjadi di dalam cerita. Pada tahap ini tokoh utama memasuki permasalahn yang ada.

c) Tahap peningkatan konflik (rising action)

Tahap ini berisi konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang. Dalam tahap ini, konflik yang sedang dimunculkan telah dihadapi oleh tokoh utama, tetapi masih berkembang permasalahan yang menimpanya.

d) Tahap klimaks (climax)

Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita mencapai titik puncak. Permasalahn yang tengah menimpa tokoh utama, dalam tahap ini mencapai titik permasalahan yang berat atau tinggi yang menimpa tokoh utama dengan utama atau tokoh utama dengan tokoh tambahan.

e) Tahap penyelesaian (denouement)

Tahap ini berisi penyelesaian dari konflik yang sedang terjadi. Konflik yang terjadi dalam tahap sebelumya, dalam tahap ini konflik tersebut sudah selesai atau terjadi penyelesaian. Dalam tahap ini terdapat amanat atau pesan yang dapat diambil dari cerita tersebut.

(34)

22

Dari uraian tentang alur di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan cerita. Rangkaian kejadian yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita, dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita. Oleh karena itu, alur merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga membentuk kerangka utama cerita yang dimulai dari pengenalan hingga pemecahan konflik.

d. Latar (Setting)

Latar atau setting disebut juga sebagai landastumpu mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Nurhayati, 2012:16). Suatu cerita rekaan berkisah tentang seorang atau beberapa tokoh. Peristiwa-peristiwa di dalam cerita tentunya terjadi pada suatu waktu tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala keterangan dan petunjuk pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra membangun latar cerita.

Nurgiyantoro (2010:227) menyatakan unsur latar dapat dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walaupun masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Latar dalam hal ini dapat berarti tempat dan waktu terjadinya cerita.

Suatu cerita pada akikatnya merupakan lukisan peristiwa atau kejadian yang dilakukan oleh tokoh pada waktu dan tempat tertentu (Baribin, 1985: 55-56).

(35)

23

Latar memiliki fungsi yang penting karena kedudukannya tersebut berpengaruh dalam cerita. Berkaitan dengan hal tersebut Kenny dalam Nurhayati (2012: 16) menyebutkan tiga fungsi latar yaitu: (1) sebagai gambaran keseluruhan isi cerita. Latar ini mendasari waktu, tempat watak pelaku, dan peristiwa yang terjadi, (2) sebagai atmosfer atau kreasi yang lebih memberi kesan tidak hanya memberi tekanan pada sesuatu, dan (3) sebagai unsur dominan yang mendukung plot dan perwatakan, dapat dalam waktu dan tempat.

Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa latar tidak hanya membahas secara eksplisit, tetapi juga berkaitan dengan situasi yang melingkupinya. Dengan adanya latar, cerita serta watak tokoh dapat tergambar secara lebih jelas.

e. Sudut Pandang (Point Of View)

Sudut pandang merupakan posisi pengarang dalam sebuah cerita. Mengacu beberapa pendapat ahli (Abrams dalam Nurgiyantoro (2010: 248); Booth dalam Nurhayati, 2012:17; dan Aminuddin, 2010: 90) penulis menyimpulkan bahwa sudut pandang merupakan teknik yang dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita.

Usaha pembagian sudut pandang telah dilakukan oleh banyak pakar sastra, namun pandangan pakar tersebut pada dasarnya memiliki pendapat yang sama berkisar pada posisi pengarang sebagai orang pertama,orang ketiga, atau campuran. Waluyo dalam Nurhayati (2012:18) membagi penggolongan sudut pandang menjadi 2 metode dalam pusat pengisahan, yaitu (1) metode orang pertama tunggal (aku), pengarang menceritakan kisah aku. Aku berkemungkinan pengarangnya, tetapi dapat pula hanya sebagai narator (pencerita); (2) pengarang

(36)

24

sebagai orang ketiga dan menyebut pelaku utama sebagai “dia” dan disebut sebagai teknik diaan; yaitu pengarang menceritakan kisah dia atau mereka; (3) omniscient naratif, dalam hal ini pengarang menjadi seseorang yang serbatahu.

Pengarang dapat menceritakan segalanya atau memasuki berbagai peran secara bebas atau pengarang tidak memfokuskan kepada satu tokoh cerita di dalam bercerita, tetapi semua tokoh mendapatkan penonjolan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang merupakan penyebutan kata ganti nama untuk tokoh-tokoh dalam cerita dan posisi narator dalam cerita.

2. Pengertian Nilai

Menurut Darmadi (2012: 50), nilai adalah segala sesuatu yang disenangi, diinginkan, dicita-citakan, dan disepakati. Nilai berada dalam hati nurani dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercayaan. Nilai memilik arti yang sangat luas bila dihubungkan dengan unsur yang ada pada diri manusia berupa akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan. Sesuatu dikatakan sebagai nilai apabila sesuatu itu berguna (nilai kegunaan), benar (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (moral), dan sebagainya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia, serta menjadi petunjuk bertingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Notonegoro (dalam Kaelan, 2010: 89) berpendapat nilai pendidikan dari segi kerohanian dalam karya sastra dibagi menjadi empat macam, yaitu:

1) Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.

2) Nilai keindahan atau estetis, yang bersumber pada unsur perasaan (estethis, gevoel, rasa) manusia.

(37)

25

3) Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak (wiil, wollwn, karsa) manusia.

4) Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Berdasarkan pengertian nilai di atas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu cara untuk menilai atau memberi penilaian yang sudah dipertimbangkan sebelumnya mengenai aspek-aspek nilai-nilai tertentu untuk memberi suatu penghargaan atau apresiatif terhadap hal yang dicermati. Nilai juga berhubungan dengan masalah dasar yang baik yang merupakan sifat, sikap, dan perilaku atau perbuatan orang yang sangat berguna untuk kehidupan lahir dan batin.

3. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Ratna (2012: 5) berpendapat pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak- anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010:1) menjelaskan pendidikan karakter merupakan sebuah proses transformasi nilai- nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu: (1) proses transformasi nilai-nilai; (2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan (3) menjadi satu dalam perilaku.

(38)

26

Dharma, Triatna dan Permana (2012: 5) mendefinisikan pendidikan karakter dalam seting sekolah sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Definisi ini mengandung makna:

1) Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran;

2) Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh.

Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan;

3) Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah (lembaga).

Dalam konteks pendidikan karakter, Dharma, Triatna, dan Permana (2012:

7) menjelasskan bahwa kemampuan yang harus dikembangkan pada peserta didik melalui persekolahan adalah berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berketuhanan dan mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia. Kemampuan yang perlu dikembangkan pada peserta didik Indonesia adalah kemampuan mengabdi kepada Tuhan yang menciptakannya, kemampuan untuk menjadi dirin sendiri, kemampuan untuk hidup secara harmoni dengan manusia dan makhluk lain, dan kemampuan untuk menjadikan dunia ini sebagai wahana kamakmuran dan kesejahteraan bersama.

(39)

27 4. Tujuan Pendidikan karakter

Tujuan pendidikan karakter di sekolah sebagi berikut:

1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan;

2) Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah;

3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memrankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Dharma, Triatna, dan Permana (2012:11) dalam referensi Islam, nilai yang sangat terkenal dan melekat yang mencerminkan akhlak/perilaku yang luar biasa tercermin pada Rasulullah, yaitu: sidik, amanah, fatanah, dan tablig. Empat nilai ini merupakan esensi karena Rasulullah juga terkenal dengan karakter kesabarannya, ketangguhannya, keuletannya dan berbagai karakter lain. Sidik berarti benar, mencerminkan bahwa Rasulullah berkomitmen pada kebenaran, selau berkata dan berbuat benar, dan berjuang untuk mengaskan kebenaran.

Amanah berarti jujur atau terpercaya, mencerminkan bahwa apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan Rasulullah dapat dipercaya oleh siapa pun, baik oleh kaum muslimin maupun nonmuslim. Fatanah berarti cerdas, arif, berwawasan luas, terampil, dan profesional. Perilaku Rasulullah dapat dipertanggungjawabkan kehandalannya dalam memecahkan masalah. Tablig yang bermakna komunikatif mencerminkan bahwa siapa pun yang menjadi lawan bicara Rasulullah, maka

(40)

28

orang tersebut akan mudah memahami apa yang dibicarakan/dimaksudkan Rasulullah.

Berikut nilai-nilai yang dapat menjadi perilaku/karakter tokoh utama menurut Dharma, Triatna, dan Permana (2012: 12).

Nilai yang terkait dengan diri sendiri

Nilai yang terkait dengan orang/mahluk lain

Nilai yang terkait dengan ketuhanan

Jujur Toleransi Ikhlas

Kerja keras Peduli kepada sesama Rajin ibadah

Sabar Santun Ikhsan

Mandiri Murah senyum Iman

Tanggung jawab Kooperatif Takwa

Pemberani Adil

Rendah hati Komunikatif

5. Skenario Pembelajaran Sastra di SMA Kelas XI a. Pembelajaran Sastra

Pembelajaran sastra (novel) di sekolah, khususnya SMA dapat dikatakan sama dengan jenis sastra prosa lainnya, seperti cerpen dan roman. Sastra berkaitan erat dengan studi sastra. Sastra merupakan kegiatan penciptaan karya sastra yang kreatif, sedangkan studi sastra mempelajari hasil penciptaan karya tersebut. Sastra lahir disebabkan dorongan dasar manusia untuk menaruh minat terhadap masalah manusia dan kemanusiaan juga menaruh minat terhadap dunia realita yang berlangsung sepanjang hari dan sepanjang zaman (Daiches dalam Nurhayati, 2012: 3). Pembelajaran tersebut hendaknya melibatkan keaktifan siswa dalam menggali sungguh-sungguh novel tersebut. Kehadiran novel sebagai salah satu sastra sangat dimungkinkan untuk diajarkan di sekolah (SMA). Salah satu

(41)

29

kelebihan novel sebagai pembelajaran sastra adalah cukup mudahnya karya sastra tersebut dinikmati sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam memahami cerita secara perorangan. Namun, tingkat kemampuan tiap-tiap individu tidaklah sama, dan ini dapat menimbulkan masalah di kelas. Perbedaan tingkat kemampuan yang dimiliki dari tiap-tiap individu dapat menimbulkan masalah di dalam kelas. Guru diharapkan mampu menyajikan pembelajaran novel dengan kerja kelompok yang baik. Di pihak lain, guru harus berusaha meningkatkan kemampuan membaca para siswanya yang masih rendah, di pihak lain guru tidak ingin kemampuan membaca siswanya terhalang. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menyajikan pembelajaran novel dengan strategi kerja kelompok dengan baik. Tujuan pokok yang perlu dicapai pembelajaran novel adalah meliputi peningkatan kemampuan membaca baik secara ekstensif maupun intensif.

Pada hakikatnya, tujuan pendidikan nasional tidak boleh melupakan landasan konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan menyiapkan generasi masa depan untuk dapat bertahan hidup dan berhasil menghadapi tantangan zaman. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tertera pada UUSPN No.

20 Tahun 2013 Bab 2 Pasal 3 yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena

(42)

30

itu, fungsi pendidikan nasional tersebut seharusnya memberikan pencerahan yang memadai bahwa pendidikan harus berdampak pada watak manusia/bangsa Indonesia.

Hamalik (2008: 57) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun menjadi unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam pembelajaran yang meliputi, guru dan tenaga pendidikan lainnya.

Misalnya, tenaga labolatorium dan tenaga perpustakaan. Material, meliputi buku- buku, papan tulis, spidol. Fasilitas perlengkapan meliputi ruang kelas, perlengkapan audio visual, dan ruang komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

Dalam pembelajaran sastra tidak hanya diberi materi saja. Akan tetapi, pembelajaran sastra juga mengutamakan peningkatan daya apresiasi siswa terhadap karya sastra, mampu mengkritik dan menciptakan karya sastra sesuai daya kreatif dan imajinasi siswa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra adalah suatu aktivitas atau kegiatan mengorganisasi untuk menyusun dan menguji suatu rencana atau program yang memungkinkan timbulnya proses belajar pada diri siswa.

Hakikat dalam sebuah pembelajaran sastra di sekolah merupakan sebuah apresiasi sastra karena dalam apresiasi sastra siswa melakukan aktivitas membaca, menulis, mendengarkan, memahami, serta merespon karya sastra tersebut. Melalui apresiasi sastra, siswa diharapkan mampu memberikan penghargaan terhadap karya sastra. Hal tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran yang intens antara

(43)

31

siswa dengan karya sastra dengan didasari rasa suka terhadap karya sastra sehingga siswa dapat merasakan kenikmatan akan maknanya. Hal inilah yang menjadi tujuan akhir dalam pembelajaran sastra di sekolah.

Novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari merupakan sebuah novel yang relevan untuk dijadikan sebagai materi pelajaran karena tema yang diangkat dalam novel tersebut sangat dekat dengan dunia siswa, yakni masalah nilai moral. Tokoh-tokoh yang dimunculkan pun sangat menarik, yaitu berupa tokoh yang akan menjadikan imajinasi siswa lebih luas sehingga mereka seolah-olah ikut terlibat dalam cerita.

Pembahasan novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari ini yang berkaitan analisis terhadap struktur novel dapat dijadikan bahan ajar serta dapat memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai analisis struktur novel secara lebih mendalam. Siswa diharapkan mampu berpikir kritis dalam menganalisis struktur sebuah novel karena siswa harus mampu mencari keterkaitan antarunsur dalam novel agar setiap unsur yang telah dianalisis tersebut dapat diterima secara logis.

Secara khusus, analisis mengenai nilai pendidikan karakter dalam pendidikan dapat menambah wawasan siswa terhadap nilai moral. Nilai pendidikan karakter juga diharapkan mampu menjadi bahan perenungan dalam menjalani kehidupan. Sebuah novel bernilai baik dan bermanfaat apabila ia mampu menjadi pencerah bagi pembacanya. Dalam kata lain, novel dapat dijadikan bahan introspeksi diri sesuai dengan apa yang diharapkan pengarang terhadap karyanya.

(44)

32

Berkaitan dengan kegiatan menganalisis struktur novel, maka siswa mempraktikkan beberapa keterampilan berbahasa yakni menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Sebelum menganalisis struktur novel, siswa diharuskan memperhatikan penjelasan dari guru yang berkaitan dengan cara dan langkah- langkah dalam menganalisis struktur novel. Selanjutnya, siswa diminta untuk membaca terlebih dahulu novel yang akan dianalisis, setelah membaca, maka siswa langsung mengidentifikasi struktur yang ada dalam novel. Kegiatan menganalisis novel tersebut merupakan latihan dan pembelajaran bagi siswa dalam meningkatkan keterampilan berbahasa.

Di bawah ini disajikan langkah-langkah pembelajaran unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter tokoh utama novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan pemberian tugas dapat dilakukan dengan sistematika berikut.

Pertemuan Pertama:

No

. Tahap Uraian Kegiatan

Alokasi Waktu (menit)

1. Situasional Pendahuluan 15‟

2. Inti a. Eksplorasi

b. Elaborasi c. Konfirmasi

15‟

3. Penutup 1. Guru membatasi waktu penyelesaian tugas.

2. Salam penutup.

10‟

(45)

33 Pertemuan Kedua:

No. Tahap Uraian Kegiatan Alokasi

Waktu (menit)

1. Situasional Pendahuluan 15‟

2. Inti a. Eksplorasi

b. Elaborasi c. Konfirmasi

10‟

3. Penutup 1. Bersama-sama menyimpulkan pembelajaran.

2. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari beberapa materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

3. Salam penutup

10‟

b. Evaluasi

Evaluasi identik dengan penilaian. Penilaian dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana siswa dalam menguasai materi. Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk mencari data tentang penguasaan materi siswa dalam setiap proses pembelajaran secara tertulis.

Evaluasi dalam pembelajaran sastra meliputi penilaian dalam aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif (sikap).

1) Penilaian Kognitif

Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penalaran yang meliputi enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

1. Pengetahuan atau knowledge (C1)

Pengetahuan mencakup kemampuan mengenali, mengetahui dan mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan tesimpan dalam ingatan. Pengetahuan

(46)

34

berkenaan dengan fakta atau istilah-istilah, peristiwa, pengertian, kaidah, teori dan metode

2. Pemahaman atau comprehensioan (C2)

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap pengertian dari hal- hal yang telah dipelajari. Pada jenjang ini siswa dituntut untuk mengerti dan memahami konsep yang dipelajari.

Kemapuan memahami terdiri dari 3 tingkatan, yaitu:

1. Menterjemahkan adalah kemampuan merubah konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang memahaminya;

2. Mengintepretasikan adalah kemampuan mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, seperti gambar-gambar, diagram, tabel, dan grafik;

3. Mengeksplorasi adalah kemampuan siswa dalam menafsirkan, menarik kesimpulanberdasarkan hasil terjemahan dan interpretasi.

3. Penerapan atau aplication (C3)

Penerapan merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam kegiatan pembelajra untuk menghadapi situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

4. Analisis atau analysis (C4)

Analisis merupakan upaya memisahkan suatu kesatuan mejadi komponen- komponen/unsur-unsur bagian sehingga jelas hierarkinya/eksplisit unsur- unsurnya, meliputi unsur-unsur, analisis hubungan dan analisis prinsip yang terorganisi.

(47)

35 5. Sintesis atau syntesis (C5)

Sintesis adalah kemampuan menyatukan unsur-unsur atau bagian menjadi satu kesatuan yang menyeluruh. Sintesis selalu menyatukan unsur-unsur baru, sehingga menyatukan unsur-unsur dari hasil analisis tidak dapat disebut sinteis.

6. Evaluasi atau evaluation (C6)

Evaluasi merupakan kemampuan memberi keputusan tentang nilai sesuatu yang ditetapkan dengan sudut pandang tertentu, misalnya sudut pandang tujuan, metode dan materi.

Hasil belajar sastra yang dilakukan siswa bersifat kognitif lebih banyak berhubungan dengan kemampuan dan proses berpikir. Penilaian kognitif dalam pembelajaran sastra menggunakan bentuk tes esai. Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri (Nurgiyantoro, 2012: 117).

2) Penilaian Afektif

Penilaian afektif berhubungan dengan masalah sikap, pandangan dan nilai- nilai yang diyakini seseorang.

3) Penilaian Psikomotor

Penilaian psikomotor adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas otak, fisik, atau gerakan-gerakan anggota badan. Keluaran hasil belajar yang bersifat psikomotoris adalah keterampilan-keterampilan gerak tertentu yang diperoleh setelah mengalami peristiwa belajar.

(48)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini, disajikan subjek penelitian, fokus penelitian, data dan sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penyajian data. Di bawah ini diuraikan tiap-tiap pokok pembahasan tersebut.

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian menurut Arikunto (2006: 145) adalah orang atau benda atau hal yang melekat pada variabel penelitian. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian penelitian (Arikunto, 2010: 99). Subjek penelitian ini adalah novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari Novel ini diterbitkan oleh PT Bentang Pustaka Yogyakarta pada tahun 2013 cetakan pertama dengan tebal buku 170 halaman.

2. Objek Penelitian

Objek adalah hal yang menjadi titik perhatian penelitian (Arikunto, 2006:

129). Objek penelitian ini adalah unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter tokoh utama novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari.

3. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian tersebut yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono, 2011: 207).

Penelitian ini difokuskan pada analisis nilai pendidikan karakter tokoh utama novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari, yaitu

(49)

37

hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan skenario pembelajarannya di SMA.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (yang berupa fenomena alam maupun sosial) untuk mempermudah pekerjaannya agar hasilnya lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010:203). Instrumen utama dalam penelitian ini adalah penulis selaku peneliti sendiri dengan bantuan kartu data dan alat tulis yang diperlukan untuk mengidentifikasi unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter tokoh utama dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari dan skenario pembelajarannya dalam pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik catat dan teknik observasi. Teknik catat adalah mencatat data-data yang ditemukan ke dalam lembar pencatat data yang tersedia (Subroto, 1992: 42). Sugiyono (2008:

145) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan observasi adalah teknik pengumpulan data yang memiliki ciri yang spesifik karena meliputi kegiatan pengamatan langsung terhadap objek yang diamati.

Arikunto (2010: 199) mengatakan teknik observasi dapat dilakukan dengan menggunakan seluruh indra melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap dengan jumlah responden yang diamati tidak terlalu besar dan dapat dilakukan. Teknik observasi dilakukan dengan membaca

(50)

38

secara kritis dan teliti seluruh isi novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari. Teknik catat dilakukan dengan mencatat data-data yang telah ditemukan dari novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari ke dalam buku catatan yang telah disediakan.

Langkah-langkah yang dilakukan penelitian adalah sebagai berikut:

1) membaca novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari dengan kritis dan teliti;

2) menceri objek penelitian;

3) mengelompokkan unsur-unsur nilai pendidikan karakter tokoh utama dalam novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari dan;

4) mencatat data-data yang diperoleh.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara content analysis (analisis isi). Ismawati (2011: 65) mengemukakan bahwa analisis isi merupakan teknik penelitian untuk mendeskripsikan secara objektif, sistematis dan kuantitatif isi komunikasi yang tampak. Dengan teknik analisis isi penulis mendeskripsikan secara objektif, sistematis dan kuantitatif isi komunikasi yang tampak dalam teks novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari untuk membedah dan memaparkan pendidikan karakter melalui perilaku tokoh utama dan unsur intrinsik novel yang terkandung dalam karya novel tersebut.

(51)

39

Ada dua penafsiran yang digunakan oleh penulis, yaitu:

1. Analisis secara pragmatis

Analisis secara pragmatis adalah analisis yang digunakan untuk menafsirkan data dengan memperhatikan konteks.

2. Analisis secara semantis

Analisis secara semantis adalah analisis yang digunakan untuk menafsirkan data tanpa memperhatikan konteks atau menafsirkan tuturan secara langsung.

Adapun Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Menafsirkan data unsur intrinsik novel dan nilai pendidikan karakter tokoh utama pada novel Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku karya Desi Puspitasari baik berupa narasi maupun percakapan secara pragmatis dan semantis sesuai dengan sifat data tersebut.

Contoh penerapan teknik analisis isi secara pragmatis sebagai berikut ini.

“Agus menoleh. Ia merendahkan suara. Berbisik cepat. “ Aku menyukaimu, Ai. Aku mencintai kamu Ai.”

Plong!

Airin berhenti tertawa.

Agus menghembus lega. Yang mengganjal dihati telah diungkapkan. Tidak ada beban lagi. Keringat yang membasahi punggung tiba-tiba saja mongering.

Angin menghembus segar dari segala penjuru.” Tokoh ( Desi Puspitasari, 2013:84).

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Agus memiliki rasa percaya diri yang tinggi karena ia tidak malu mengungkapkan perasaan cintanya kepada Airin. Selain itu, ia juga tidak takut dengan resiko yang akan ditolak Airin atas perbuatannya.

Gambar

Tabel 1  Tema Mayor
Tabel 3  Data Tokoh
Tabel 4  Data Penokohan
Tabel 5  Data Alur
+4

Referensi

Dokumen terkait

29. Kepala Biro Tata Pemerintahan Kelurahan Pela Mampang Kelurahan Tegal Parang Kelurahan Kuningan Barat Kelurahan Karet Kuningan Kelurahan Kuningan Timur.. Kecamatan Pulau Seribu

Dan karena terdapat pertentangan satu sama lain pada beberapa kriteria yang juga merupakan fungsi tujuan, maka diperlukan adanya pertukaran (trade off) yang dilakukan

Merangkum materi kuliah Memberikan tugas untuk mempelajari kurikulum dari negara yang berbeda (untuk setiap kelompok berbeda).

Pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak dua siklus setiap siklusnya dilakukan empat kali pertemuan dengan melaksanakan empat tahap, yakni 1) perencanaan tindakan,

6) Dapat kontak dengan kulit sampai waktu penghilangan diinginkan, tetapi saat penghilangan dapat dengan mudah dilakukan (Thompson, 2004). Dasar salep yang digunakan

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada Kepala Sub Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (Ka. KB KS) BPPKB, Kabupaten Banyuwangi sejak tahun

11) Dengan santun dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa bertanya hal-hal yang berhubungan dengan konteks pembelajaran. 12) Dengan sikap

Jamur mikoriza juga ditemukan pada ekosistem hutan mangrove seperti penelitian yang dilakukan oleh Nursanti et al., (2012), yang mengidentifikasi jamur Mikoriza di