ABSTRAK
Ida Kristiana (121414126). Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think-Pair-Share Berbantu Alat Peraga Volume Balok Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Volume Balok di Kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share berbantu alat peraga volume balok ditinjau dari hasil belajar dan motivasi siswa pada pokok bahasan volume balok.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (kuasi eksperimen). Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data motivasi belajar dan data hasil belajar. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi kuesioner motivasi dan instrumen tes. Data hasil belajar siswa dianalisis dengan membandingkan nilai rata-rata motivasi dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Think-Pair-Share dan model konvensional, data motivasi belajar siswa dianalisis berdasarkan kriteria motivasi belajar siswa.
Berdasarkan uji inferensial uji Mann Whitney U Test diperoleh Sig (2-tailed) yaitu 0,036 dan kurang dari � (0,05) dan disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol, atau dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu alat peraga efektif jika ditinjau dari hasil belajar. Berdasarkan kuesioner motivasi siswa, presentase siswa yang tergolong memenuhi kriteria motivasi sangat tinggi adalah 52,38% sedangkan yang tergolong tinggi adalah 42,86% , sehingga jika dijumlahkan hasilnya adalah 95,24%, artinya presentase lebih dari 75%. Dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas eksperimen tinggi. Berarti siswa mengalami peningkatan motivasi belajar setelah diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu Alat Peraga. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara beberapa siswa yang mengungkapkan bahwa metode Think-Pair-Share berbantu alat peraga lebih menarik dan memotivasi dilihat dari aspek minat, perhatian, konsentrasi, ketekunan, keterlibatan, keantusiasan, rasa ingin tahu, dan berusaha mencoba.
ABSTRACT
Ida Kristiana (121414126). The Effectiveness Application of Learning Model Think-Pair-Share Type Assisted by Props Beam Volume toward Motivation and Learning Result In Sub Material of Beam Volume in Class VIII A SMP Turi St. Aloysius Academic Year 2015/2016. Thesis Mathematics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2016.
The purpose of this study is to determine the effectiveness of using cooperative learning model Think-Pair-Share assisted by props beam volume toward learning result and motivation on the subject of beam volume.
This research is a quasi-experimental research (quasi-experiment). The data required in this research is learning motivation data and learning result data. The research instruments used include motivation questionnaire and test instruments. The Data of student learning result is analyzed by comparing the average value of motivation and student learning result with learning model Think-Pair-Share and the conventional model, the data of student learning motivation is analyzed based on the criteria of students' motivation.
Based on the inferential test Mann Whitney U Test was obtained Sig (2-tailed) are 0,036 and less than α (0.05) so Ho rejected. So we can conclude that student learning result using experimental class is higher than the control class, or it can be described that learning model Think-Pair-Share assisted by props is effective to learning result student. Based on the percentage result of student Think-Pair-Share motivation, which reach the highest motivation criteria was 52.38% while the relatively high is 42.86%, so that the total is 95.24%, it means that percentage is more than 75%. It can be concluded that students' learning motivation in experimental class is high. That means students have increased their learning motivation after they are taught by learning model Think-Pair-Share assisted by props. This is reinforced by the result of the interview from some students which revealed that the method -assisted by props more interesting and motivating it can be seen from the aspect of interest, attention, concentration, persistence, engagement, enthusiasm, curiosity, and the students' eagerness.
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK-PAIR-SHARE BERBANTU ALAT PERAGA VOLUME BALOK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB BAHASAN VOLUME BALOK DI KELAS VIII A SMP SANTO ALOYSIUS
TURI TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: Ida Kristiana
121414126
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK-PAIR-SHARE BERBANTU ALAT PERAGA VOLUME BALOK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB BAHASAN VOLUME BALOK DI KELAS VIII A SMP SANTO ALOYSIUS
TURI TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: Ida Kristiana
121414126
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur, kupersembahkan karya ini kepada:
Kedua orang tuaku tercinta, bapak Petrus Taryono dan Ibu Theresia Ngatiyem,
yang selalu memberikan perhatian, cinta, kasih sayang, dukungan serta doa yang
tidak pernah habis untukku.
Kakakku tercinta Stanuslaus Wahyu Handono yang selalu memberi dukungan dan
motivasi setiap saat.
Keluarga besarku, Rm Ignatius Suparno CM yang telah memberi bantuan,
perhatian dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan
pendidikan ini
vii ABSTRAK
Ida Kristiana (121414126). Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think-Pair-Share Berbantu Alat Peraga Volume Balok Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Volume Balok di Kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2016.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share berbantu alat peraga volume balok ditinjau dari hasil belajar dan motivasi siswa pada pokok bahasan volume balok.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (kuasi eksperimen). Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data motivasi belajar dan data hasil belajar. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi kuesioner motivasi dan instrumen tes. Data hasil belajar siswa dianalisis dengan membandingkan nilai rata-rata motivasi dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Think-Pair-Share dan model konvensional, data motivasi belajar siswa dianalisis berdasarkan kriteria motivasi belajar siswa.
Berdasarkan uji inferensial uji Mann Whitney U Test diperoleh Sig (2-tailed) yaitu 0,036 dan kurang dari � (0,05) dan disimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol, atau dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu alat peraga efektif jika ditinjau dari hasil belajar. Berdasarkan kuesioner motivasi siswa, presentase siswa yang tergolong memenuhi kriteria motivasi sangat tinggi adalah 52,38% sedangkan yang tergolong tinggi adalah 42,86% , sehingga jika dijumlahkan hasilnya adalah 95,24%, artinya presentase lebih dari 75%. Dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas eksperimen tinggi. Berarti siswa mengalami peningkatan motivasi belajar setelah diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Share berbantu Alat Peraga. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara beberapa siswa yang mengungkapkan bahwa metode Think-Pair-Share berbantu alat peraga lebih menarik dan memotivasi dilihat dari aspek minat, perhatian, konsentrasi, ketekunan, keterlibatan, keantusiasan, rasa ingin tahu, dan berusaha mencoba.
viii ABSTRACT
Ida Kristiana (121414126). The Effectiveness Application of Learning Model Think-Pair-Share Type Assisted by Props Beam Volume toward Motivation and Learning Result In Sub Material of Beam Volume in Class VIII A SMP Turi St. Aloysius Academic Year 2015/2016. Thesis Mathematics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2016.
The purpose of this study is to determine the effectiveness of using cooperative learning model Think-Pair-Share assisted by props beam volume toward learning result and motivation on the subject of beam volume.
This research is a quasi-experimental research (quasi-experiment). The data required in this research is learning motivation data and learning result data. The research instruments used include motivation questionnaire and test instruments. The Data of student learning result is analyzed by comparing the average value of motivation and student learning result with learning model Think-Pair-Share and the conventional model, the data of student learning motivation is analyzed based on the criteria of students' motivation.
Based on the inferential test Mann Whitney U Test was obtained Sig (2-tailed) are 0,036 and less than α (0.05) so Ho rejected. So we can conclude that student learning result using experimental class is higher than the control class, or it can be described that learning model Think-Pair-Share assisted by props is effective to learning result student. Based on the percentage result of student Think-Pair-Share motivation, which reach the highest motivation criteria was 52.38% while the relatively high is 42.86%, so that the total is 95.24%, it means that percentage is more than 75%. It can be concluded that students' learning motivation in experimental class is high. That means students have increased their learning motivation after they are taught by learning model Think-Pair-Share assisted by props. This is reinforced by the result of the interview from some students which revealed that the method -assisted by props more interesting and motivating it can be seen from the aspect of interest, attention, concentration, persistence, engagement, enthusiasm, curiosity, and the students' eagerness.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ” Efektivitas
Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think-Pair-Share Berbantu Alat Peraga Volume Balok Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Volume Balok di Kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi Tahun Ajaran 2015/2016”.
Keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam
penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Ymogyakarta.
2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Beni Utomo,M.Sc,. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan
penuh sabar dan ikhlas membimbing serta memberikan masukan, dorongan,
dan motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak ibu dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
x
membangun bagi penulis sejak awal menjadi mahasiswa di Universitas
Sanata Dharma.
5. Bruder Kosmas Mulyadi, S.Pd., CSA., selaku kepala sekolah SMP Santo
Aloysius Turi yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian dan
membantu memperlancar pelaksanaan penelitian.
6. Ibu Hendri Widyanti, S.Pd.,selaku guru pengampu mata pelajaran
Matematika Kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi yang telah memberikan
masukan, pendampingan dan membantu memperlancar pelaksanaan
penelitian.
7. Para guru dan staf di SMP Santo Aloysius Turi yang turut membantu
memperlancar penelitian skripsi ini.
8. Siswa-siswa kelas VIII A,B, dan C SMP Santo Aloysius Turi yang telah
membantu pelaksanaan penelitian.
9. Bapak Petrus Taryono dan Ibu Theresia Ngatiyem selaku orang tua yang
selalu memberikan dorongan, semangat, dan kasih sayang serta doa sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Untuk kakakku Stanuslaus Wahyu handono dan Om Romo Ignatius Suparno
CM yang telah memberikan dorongan, fasilitas,semangat, perhatian dan doa
selama menyelesaikan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikannya.
11. Ignatius Mozes Dewantri yang selalu memberikan doa, motivasi, semangat
dan bantuan pada proses penelitian hingga penulis dapat menyelesaikan
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vi
ABSTRAK ...vii
ABSTRACT...viii
KATA PENGANTAR...ix
DAFTAR ISI...xii
DAFTAR TABEL...xv
DAFTAR LAMPIRAN...xvi
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Identifikasi Masalah...4
C. Pembatasan Masalah...5
D. Rumusan Masalah...6
E. Tujuan Penelitian...6
F. Batasan Istilah...6
G. Manfaat Penelitian...9
xiii
BAB II LANDASAN TEORI...12
A. Efektivitas Pembelajaran...12
B. Pembelajaran Kooperatif...13
C. Model Pembelajaran Kooperatif...15
D. Think-Pair-Share...20
E. Alat Pengajaran/Peraga...23
F. Hasil Belajar...25
G. Motivasi Belajar...29
H. Pembelajaran Matematika...34
I. Volume Balok...35
J. Kerangka Berfikir...39
K. Hipotesis...40
L. Penelitian yang relevan...40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...42
A. Jenis Penelitian...42
B. Subyek Penelitian...42
C. Waktu dan Tempat Penelitian...43
D. Variabel Penelitian...43
E. Bentuk Data...44
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data...44
G. Metode Analisis Data...50
xiv
BAB IV DESKRIPSI PEMBELAJARAN, HASIL PENELITIAN, ANALISIS
DAN PEMBAHASAN...63
A. Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian...63
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian...74
C. Analisis Hasil Penelitian...82
D. Pembahasan...100
E. Keterbatasan Penelitian...101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...102
A. Kesimpulan ...102
B. Saran ...103
DAFTAR PUSTAKA...104
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Instrumen Penilaian...45
Tabel 3.2 Kriteria Validasi...46
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas...47
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda...48
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran...49
Tabel 3.6 Kriteria Motivasi Belajar Siswa...56
Tabel 3.7 Kriteria Motivasi Belajar Siswa Secara Keseluruhan...57
Tabel 3.8 Kriteria Kerlaksanaan Model Pembelajaran...59
Tabel 4.1 Data uji Coba Pre-test dan Post-test...65
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal Pre-test dan Post-Pre-test...66
Tabel 4.3 Data Pre-test kelas Kontrol...75
Tabel 4.4 Data Pre-test kelas Eksperimen...75
Tabel 4.5 Data Post-test kelas Kontrol...76
Tabel 4.6 Data Post-test kelas Kontrol...77
Tabel 4.7 Data Kuesioner Motivasi Belajar...78
Tabel 4.8 Pertemuan Pertama, Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran...80
Tabel 4.9 Pertemuan Kedua, Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran...81
xvi
Tabel 4.11 Uji Mann-Withney Tes...86
Tabel 4.12 Presentase dan Kriteria Motivasi Belajar Per Siswa Setelah
Pembelajaran ...87
Tabel 4.13 Kesimpulan Hasil Wawancara...96
DAFTAR DIAGRAM
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol...106
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen...113
A.3 Kuesioner Motivasi Belajar...122
A.4 Soal Pre-test...124
A.5 Kunci Jawaban dan Pedoman Penilaian Soal Pre-test ...126
A.6 Soal Post-test...129
A.7 Kunci Jawaban dan Pedoman Penilaian Soal Post-test...131
A.8 Pedoman Wawancara...134
LAMPIRAN B B.1. Hasil Belajar Siswa...135
B.1.a Pre-test kelas Kontrol...135
B.1.b Post-test Kelas Kontrol...139
B.1.c Pre-test Kelas Eksperimen...143
B.1.d Post-test Kelas Eksperimen...147
B. 2. Hasil Kuesioner Motivasi Siswa...152
LAMPIRAN C C.1 Lembar Analisis Uji Validitas Pre-test dan Post-test...158
C.2 Lembar Analisis Reliabilitas Pre-test dan Post-test...161
C.3 Lembar Analisis Uji Normalitas Nilai Pre-test...162
xviii
C.5 Lembar Analisis Variansi dan Perbedaan Rata-rata Nilai Pre-test...163
C.6 Lembar Analisis Perbedaan Rata-rata Nilai Post-test...164
C.7 Lembar Analisis Motivasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen...165
LAMPIRAN D
D.1 Surat Keterangan Pelaksanaan pembelajaran...166
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu yang dipelajari mulai dari tingkat
pendidikan dasar, menengah hingga di tingkat pendidikan tinggi. Namun, di
sekolah pelajaran matematika sering dianggap sulit oleh kebanyakan siswa.
Kesulitan yang dialami siswa sering terkait dengan proses pembelajaran. Oleh
karena itu, pelaksanaan proses pembelajaran, memegang peranan penting
bagi kesuksesan siswa di sekolah khususnya pada pelajaran matematika.
Menurut Jerome Bruner (H. Erman Suherman dkk, 2001:44) dalam
teori psikologi kognitif menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih
berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan
struktur-struktur yang termuat dalam bahasan yang diajarkan, disamping hubungan
yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur.
Keberhasilan siswa dalam menguasai konsep-konsep dasar
matematika akan sangat menentukan kehidupannya di masyarakat. Pada
hakikatnya, pembelajaran (belajar mengajar) merupakan proses komunikasi
antara guru dan siswa. Guru sebagai komponen pendidikan memiliki tugas
sebagai mediator dalam kegiatan transfer ilmu pengetahuan dan penguasaan
media penunjang pembelajaran. Seorang guru harus mampu memilih strategi
pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik dan dapat menciptakan interaksi yang baik bagi
Melalui teorinya itu, Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses
belajar, anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda
(alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat
langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda
yang sedang diperhatikannya itu (H. Erman Suherman dkk, 2001:45)
SMP Santo Aloysius Turi merupakan salah satu SMP swasta yang
berada di Yogyakarta. Kurikulum yang digunakan masih berpedoman pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selama ini, pembelajaran
matematika di SMP Santo Aloysius Turi khususnya kelas VIII A masih
cenderung mencapai target materi pada buku wajib dengan berorientasi pada
soal-soal ujian nasional, siswa langsung menerima transfer ilmu dari guru,
bukan dengan berfikir secara individu dalam pemecahan masalah. Selain itu,
siswa cenderung memiliki sikap kurang percaya diri ketika diminta untuk
mengemukakan ide atau pendapat di depan teman sekelasnya.
Berdasarkan penuturan guru yang mengampu mata pelajaran
matematika kelas VIII A di SMP Santo Aloysius Turi, bahwa siswa
mengalami kesusahan dalam membayangkan benda dalam bentuk abstrak,
dalam hal ini yaitu membayangkan bentuk bangun ruang sisi datar khususnya
balok. Sehingga diperlukan media pembelajaran yang dapat membantu siswa
dalam memahami sebuah bentuk abstrak menjadi bentuk yang nyata. Media
pembelajaran merupakan salah satu penunjang keberhasilan penguasaan
konsep dalam belajar. Pendayagunaan media pembelajaran dapat
pelajaran matematika. Bangun ruang sisi datar merupakan materi yang
abstrak dan perlu dukungan media guna memperjelas materi dan
menumbuhkan daya tarik siswa untuk mempelajarinya. Sehubungan dengan
hal ini, penggunaan alat peraga berupa sebuah wadah yang berbentuk
menyerupai balok, dan beberapa wadah yang berbentuk menyerupai kubus
dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa saat mempelajari
matematika materi pokok bangun ruang sisi datar khususunya volume balok.
Hal terpenting dalam pembelajaran matematika adalah menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat menyukai pelajaran
matematika. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan
media dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan media dimaksudkan
agar siswa dapat memahami sebuah konsep yang bersifat abstrak akan
menjadi lebih konkret. Jadi, penggunaan media untuk menyampaikan materi
pelajaran dapat membuat anak lebih mudah untuk menangkap dan memahami
materi pelajaran yang bersifat abstrak.
Faktor utama yang turut mempengaruhi proses belajar dan hasil
belajar adalah motivasi belajar. Motivasi belajar dapat menumbuhkan minat,
kemauan, dan semangat dalam belajar. Siswa akan lebih tekun dalam belajar
jika memiliki motivasi yang baik sehingga kemampuan akademik siswa juga
akan menjadi lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas, salah satu strategi pembelajaran yang yang
dapat diterapkan pada siswa kelas VIII A di SMP Santo Aloysius Turi,
aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dan memiliki kepercayaan diri untuk
mengemukakan pendapat/ide adalah dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Pair-Share (TPS). Dipilih model pembelajaran
Think-Pair-Share (TPS) karena model pembelajaran ini memberi kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah, berpikir secara individu mengenai suatu
permasalahan dalam pembelajaran, mau menemukakan pendapat ketika
berdiskusi mengenai ide yang didapatkan ketika berada dalam kelompok,
menumbuhkan sikap saling membantu ketika teman satu kelompok tidak
paham mengenai hasil diskusi, dan menumbuhkan sikap percaya diri ketika
maju dan menjelaskan hasil diskusinya dengan teman satu kelas.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
dikemukakan masalah spesifik sebagai berikut:
1. Dari wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMP Santo
Aloysius Turi pada bulan april 2016, didapati siswa mengalami
kesulitan dalam membayangkan bentuk abstrak dan mengaplikasikan
dalam bentuk nyata.
2. Pembelajaran matematika di kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dan mempertimbangkan
kemampuan, pengetahuan dan waktu maka penelitian akan dibatasi pada
masalah-masalah berikut:
1. Penelitian dilakukan di SMP Santo Aloysius Turi tahun ajaran
2015/2016
2. Penelitian ini membahas mengenai efektivitas penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share berbantu alat peraga
terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada sub materi volume
balok di kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi.
3. Motivasi belajar yang dimaksud adalah motivasi belajar siswa saat
mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share berbantu alat peraga
dan dapat dilihat dari skor yang diperoleh dari kuesioner.
4. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah diberikan model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share dengan berbantu alat peraga. Hasil yang dimaksud, dapat dilihat dari perbandingan hasil pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen ,
serta perbandingan hasil post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen.
5. Kelas kontrol merupakan kelas yang menggunakan model
konvensional dalam pembelajaran, sedangkan kelas eksperimen
merupakan kelas yang menggunakan model pembelajaran
6. Pre-test dan post-test yang diberikan berdasarkan kompetensi dasar dari sub bahasan volume balok yakni menyelesaikan soal yang
berkaitan dengan volume balok.
7. Hasil penelitian sebatas untuk kelas VIII A SMP Santo Aloysius Turi.
D. Rumusan Masalah
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan
berbantu media alat peraga volume balok efektif jika ditinjau dari hasil
belajar siswa dan motivasi belajar siswa kelas eksperimen pada pokok
bahasan volume balok?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS berbantu media alat peraga volume balok ditinjau
dari hasil belajar pada pokok bahasan volume balok.
2. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS berbantu media alat peraga volume balok ditinjau
dari motivasi belajar siswa pada pokok bahasan volume balok.
F. Batasan Istilah
1. Efektifitas Pembelajaran
Efektivitas belajar merupakan jalan, upaya, teknik strategi untuk
mencapai tujuan belajar yang dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar
2. Pembelajaran Kooperatif tipe “ Think-Pair-Share”
Pebelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dikembangkan
oleh Frank Iyman, dengan struktur pembelajaran sebagai berikut:
a. Thinking: Guru mengajukan sebuah pertanyaan yang terkait dengan
pembelajaran dan meminta siswa untuk menggunakan alokasi waktu
dan memikirkan jawabannya.
b. Pairing: Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan
segala sesuatu yang siswa pikirkan atas pertanyaan dari guru.
c. Sharing: Guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi
sesuatu yang sudah dibicarakan secara berpasangan masing-masing
dengan seluruh kelas.
3. Media Alat Peraga
Pada dasarnya, penggunaan alat peraga dalam pembelajaran
dapat memotivasi siswa untuk mempelajari suatu konsep yang abstrak
menjadi mudah dipahami, melekat dan tahan lama. Dengan bantuan alat
peraga, siswa dapat belajar melalui perbuatan dan pengertian, bukan
hanya melalui mengingat-ngingat suatu fakta.
4. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau minat yang
mendorong seseorang untuk melakukan suatu usaha untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi sangat
berpengaruh. Pada umumnya, jika motivasi yang rendah maka kegiatan
sedang tinggi maka proses pembelajaran akan berlangsung baik dan
akan mencapai tujuan pembelajaran. Namun, juga dapat terjadi
sebaliknya, hal itu dapat terjadi karena adanya pengaruh-pengaruh
selain dari motivasi belajar itu sendiri.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui
kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku. Pada kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional,
biasanya guru menerapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam
belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau
tujuan instruksional.
6. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang
dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang
memungkinkan seorang (siswa) melaksanakan kegiatan belajar
matematika.
7. Volume Balok
Volume balok merupakan salah satu sub materi dalam bangun
G. Manfaat Penelitian:
1. Bagi mahasiswa(calon guru)
Calon guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share dan media alat peraga volume balok sebagai
pengalaman yang sangat berharga untuk berlatih dan memahami media
pembelajaran yang cocok untuk siswa ketika nanti menjadi seorang guru.
2. Bagi guru
Guru dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk memperbaiki cara
pemilihan metode dan media untuk sebuah materi ajar. Dari hasil
penelitian ini, guru dapat menerapkan model pembelajaran
Think-Pair-Share ketika mengajar, sehingga pembelajaran tidak monoton. Selain itu guru dapat memanfaatkan media alat peraga, terlebih alat peraga sangat
jarang digunakan untuk menyampaikan materi, sehingga materi ajar lebih
mudah dipahami oleh peserta didik.
3. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan keaktifan siswa dan
menarik siswa untuk dapat berbagi pengalaman belajar dengan teman
H. Sistematika Penulisan
Skripsi yang disusun oleh peneliti terdiri dari 5 bab, yaitu:
1. Bab I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan
2. Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisikan landasan teori yang digunakan pada penelitian
berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Tipe
Think-Pair-Share Berbantu Alat Peraga Volume Balok Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Bahasan Materi Volume Balok di Kelas VIII A
di SMP Santo Aloysius Turi Tahun ajaran 2015/2016 yaitu efektivitas,
model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share, media alat peraga,
motivasi, hasil belajar, volume balok, pembelajaran matematika,
kerangka berfikir.
3. Bab III : Metode Penelitian
Bab ini berisikan jenis penelitian, tempat penelitian, waktu
pelaksanaan penelitian, subyek penelitian, obyek penelitian, variabel
penelitian, instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data.
4. Bab IV : Pelaksanaan, hasil, dan Pembahasan
Bab ini mendiskripsikan hasil penelitian dan pembahasan dari
5. Bab V : Kesimpulan
Bab ini memberikan kesimpulan, saran, dan kelemahan penelitian
12 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efektivitas Pembelajaran
Menurut Sudjana (1992:59) keefektivan pembelajaran berkenaan
dengan jalan, upaya, teknik, strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan
secara tepat dan cepat. Menurut Elis dalam Kartika Budi (2001:48)
mengatakan bahwa efektivitas selain mengacu pada proses, juga mengacu
pada hasil yaitu peringkat prestasi akademik yang dicapai siswa melalui tes
(ujian) baku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas belajar
merupakan jalan, upaya, teknik strategi untuk mencapai tujuan belajar yang
dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar siswa.
Efektivitas model pembelajaran akan serasi jika model pembelajaran
dapat bersinergi dengan komponen-komponen pembelajaran. Model
pembelajaran dapat efektif tidak lepas dari situasi dan kondisi dalam kelas,
jika siswa sedang tidak kondusif atau konsentrasinya rendah maka model
pembelajaran bisa saja tidak efektif.
Penelitian ini, menguji bagaimana model pembelajaran
Think-Pair-Share berbantu alat peraga dapat efektif digunakan pada pokok bahasan volume balok. Motivasi dan hasil belajar akan menjadi pusat penelitian ini
sehingga harapan keefektifan model pembelajaran Think-Pair-Share dapat
B. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian
Sistem pembelajaran kooperatif atau cooperative learning
merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara
berkelompok, didalamnya mengkondisikan para siswa bekerja
bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu bersama-sama lain
dalam belajar. Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau
pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan
bertanggung jawab atas aktivitas belajar kelompok mereka seperti
terhadap diri mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif tugas
guru/pendidik adalah memfasilitasi siswa agar proses pembentukan
pengetahuannya terjadi secara optimal. Menurut Roger dan David
Johnson (Lie Anita, 2010: 31) mengatakan bahwa tidak semua kelompok
bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, maka harus diterapkan lima unsur metode pembelajaran
kooperatif, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif,
b. Tanggung jawab perseorangan,
d. Komunikasi antar anggota,
e. Evaluasi proses kelompok.
2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:
a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis.
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang
berkemampuan rendah, sedang, tinggi.
c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif
berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada
individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang
harus ada dalam metode pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan
norma.
2) Functioning (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyesuaikan tugas dan
membina hubungan kerjasama diantara anggota kelompok.
3) Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan
tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi
yang diberikan.
4) Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik
kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan
pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
C. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Student Teams Achievement Dimvision (STAD)
Menurut Suyatno (2009:52), tipe STAD adalah tipe pembelajaran
kooperatif untuk pengelompokan kemampuan campur yang melibatkan
pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran
individu anggota. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan
oleh Robert Savin, dkk dari Universitas John Hopkins (Daryanto,
2012:246).
Menurut Slavin (1995:227), langkah untuk melaksanakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD:
a. Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok
memiliki anggota 4-6 orang dengan kemampuan akademik yang
berbeda-beda.
b. Guru menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi dasar yang
akan dicapai dan memberikan kuis untuk dikerjakan dalam
kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan
c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat
rangkuman materi setelah guru memberikan penegasan terhadap
bahan diskusi.
d. Guru memberikan evaluasi kepada siswa secara individu melalui
tes/kuis kepada siswa untuk menguasai penguasaan terhadap materi
yang telah diberikan.
e. Guru memberikan penghargaan kepada siswa atau kelompok
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar sebelum dan
sesudah dilakukan diskusi dan penegasan oleh guru. Siswa kelompok
dengan peningkatan hasil belajar terbesar berhak atas penghargaan
tersebut.
2. Team Assited Individualization atau Team Accelerated Instruction (TAI)
Menurut Daryanto (2012:246), pembelajaran tipe TAI ini
dikembangkan oleh Robert Slavin. Tipe ini mengembangkan
pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Menurut
Daryanto, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tipe TAI adalah:
a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari
materi secara individual. Materi tersebut harus sudah dipersiapkan
terlebih dahulu. Setelah siswa mempelajari materi, guru akan
memberikan kuis atau evaluasi dengan tujuan mendapatkan nilai
b. Guru membagi kelas ke dalam kelompok dengan masing-masing
kelompok beranggotakan 4-5 orang dengan kemampuan yang
berbeda-beda.
c. Masing-masing kelompok diberikan tugas oleh guru untuk
mendiskusikan hasil dari evaluasi yang sebelumnya telah dilakukan.
Setiap anggota kelompok nantinya akan saling memeriksa jawaban
dari teman sekelompoknya.
d. Guru memfasilitasi diskusi kelompok dan memberikan penegasan
bagi kelompok-kelompok yang belum begitu memahami materi.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat
rangkuman dari apa yang telah mereka dapatkan selama diskusi
kelompok.
e. Guru memberikan evaluasi secara individu kepada siswa dengan
cara memberikan latihan soal atau kuis untuk dikerjakan secara
individu.
f. Kelompok dengan peningkatan hasil belajar tertinggi akan
mendapatkan penghargaan dari guru.
3. Numbered Heads Together (NHT)
Menurut Daryanto (2012:255), pembelajaran kooperatif tipe NHT
dikembangkan oleh Spencer Kangen. Pada umumnya NHT digunakan
untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau
Menurut Daryanto (2012:259), langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran tipe NHT adalah:
a. Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok
memiliki 4-6 orang. Setiap anggota kelompok diberi nama atau
nomor. Misalnya nomor 1, 2, 3, 4, atau 5. Kelompok tersebut
dibentuk dengan anggotanya memiliki kemampuan akademik yang
berbeda-beda.
b. Guru menyampaikan materi atau permasalahan sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai. Permasalahan tersebut yang natinya akan
didiskusikan bersama di dalam kelompok.
c. Setiap siswa dalam kelompok berdiskusi untuk memecahkan
masalah secara bersama-sama. Setiap anggotanya harus benar-benar
memahami materi yang didiskusikan dan bagaimana cara
penyelesaian soalnnya.
d. Setelah diskusi selesai, pembahasan dilakukan dengan cara guru
menyebutkan satu nomor. Siswa di masing-masing kelompok
dengan nomor yang dipilih guru harus menyiapkan jawaban dari
pertanyaan guru yang sebelumnya telah didiskusikan untuk
memaparkannya di dalam kelas.
e. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan jawaban akhir dari
4. Group Investigation (GI)
Pendekatan ini dirancang oleh Herbert Thelen (Arends,2008:13)
dan disempurnakan oleh Sharan dan rekan-rekan sejawatnya di Tel Aviv
University. GI merupakan pendekatan kooperatif yang paling kompleks
dan paling sulit diimplementasikan. Pada pendekatan ini, guru membagi
kelas dalam beberapa kelompok non homogen. Kemudian siswa memilih
topik-topik untuk dipelajari, melakukan investigasi mendalam terhadap
sub-sub topik yang dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan
laporan kepada seluruh kelas.
5. Think-Pair-Share (TPS)
Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan oleh Frank Iyman
(Arends,2008:15). Dengan struktur pembelajaran sebagai berikut:
a. Thinking: Guru mengajukan sebuah pertanyaan yang terkait dengan pelajaran dan meminta siswa untuk menggunakan alokasi waktu dan
memikirkan sendiri jawabannya.
b. Pairing: Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan
segala sesuatu yang siswa pikirkan atas pertanyaan dari guru.
c. Sharing: Guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi sesuatu yang sudah dibicarakan berpasangan masing-masing dengan
seluruh kelas.
6. Jigsaw
Pada awalnya metode ini dikembangkan oleh Elliot Arronson dari
(Sugiyanto,2010:45). Metode Jigsaw adalah teknik pembelajaran
kooperatif dimana siswa, yang memiliki tanggung jawab lebih besar
dalam melaksanakan pembelajaran. Jigsaw adalah salah satu dari
metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005:246).
Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model
Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dengan setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat,
kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara
bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung
jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
(Sudrajad,2001:18).
D. Think-Pair-Share
Think Pair Share (TPS) merupakan teknik pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif yang pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman
pada tahun 1981. Think-Pair-Share merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. metode
pembelajaran Think-Pair-Share adalah salah satu metode pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi
kepada orang lain. Metode Think-Pair-Share memberi siswa waktu untuk
satu sama lain. Langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share
sederhana, namun penting terutama dalam menghindari kesalahan-kesalahan
kerja kelompok. Pada metode ini, guru meminta siswa untuk memikirkan
suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya, kemudian
berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran
Think-Pair-Share adalah sebagai berikut: 1. Thinking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan
pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau
isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
2. Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk
mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam
tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawabannya
atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang
dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya
guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
3. Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi
dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.
Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan
kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar
seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam metode
Think-Pair-Share adalah:
a. Guru menyampaikan pertanyaan.
Aktifitas: guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan
pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang akan disampaikan.
b. Siswa berpikir secara individual.
Aktifitas: Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru.
Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk
menuliskan hasil pemikirannya masing-masing.
c. Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan
pasangan.
Aktifitas: Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan
dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan
jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan.
Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya.
Pelaksanaan metode ini dapat dilengkapi dengan LKS sehingga
kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara
d. Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas.
Aktifitas: Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan
masalah secara individual atau kelompok didepan kelas.
e. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
Aktifitas: Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka
diskusikan.
Penggunaan metode Think-Pair-Share memberikan keuntungan
yaitu siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya
masing-masing karena adanya waktu berfikir (think time). Sehingga kualitas
jawaban juga dapat meningkat. Jumlah anggota kelompok yang kecil
mendorong setiap anggota untuk terlibat aktif dalam pembelajaran,
sehingga siswa yang jarang atau bahkan tidak pernah berbicara didepan
kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban dengan pasangannya.
Manfaat metode Think-Pair-Share adalah : (1) para siswa memiliki
kesempatan untuk mengerjakan tugasnya dan mendengarkan satu sama
lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-Share. Para siswa
mungkin lebih mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu
dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik, dan (2) para guru juga
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berfikir.
E. Alat Pengajaran atau Alat Peraga
Menurut Suherman ,dkk (2001:203) Pada dasarnya anak belajar melalui
benda-benda konkret (riil) sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep
abstrak itu dicapai melalui tingkat belajar yang berbeda-beda. Bahkan orang
dewasapun yang pada umumnya sudah dapat memahami konsep abstrak,
pada keadaan tertentu, sering memerlukan visualisasi.
Pada dasarnya, penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dapat
memotivasi siswa untuk mempelajari suatu konsep yang abstrak menjadi
mudah dipahami, melekat dan tahan lama. Dengan bantuan alat peraga, siswa
dapat belajar melalui perbuatan dan pengertian, bukan hanya melalui
mengingat-ngingat suatu fakta.
Dengan menggunakan alat peraga: (1) Proses belajar mengajar menjadi
termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan terutama siswa, minatnya akan
timbul. Mereka akan senang, terangsang,tertarik,dan karena itu akan bersifat
positif terhadap pengajaran matematika, (2) Konsep abstrak matematika
tersajikan dalam bentuk kongkrit dan karena itu lebih dapat dipahami dan
dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lenih rendah, (3)
Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam
sekitar akan lebih dapat dipahami, (4) Konsep-konsep abstrak yang tersajikan
dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model matematik yang dipakai
sebagai obyek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan
relasi baru menjadi bertambah banyak.
Alat peraga dapat berbentuk benda riil, gambar, atau diagram.
Keuntungan alat peraga berbentuk riil adalah benda-benda itu dapat
peraga yang berbentuk riil yaitu sebuah wadah yang menyerupai balok dan
beberapa kubus-kubus kecil. Alat peraga ini dibuat sendiri oleh peneliti
dengan tujuan lebh ekonomis dan dapat dijadikan pembelajaran untuk
peneliti.
Pembuatan alat peraga perlu diperhatikan, agar alat peraga itu : (1)
Tahan lama, yaitu terbuat dari bahan-bahan yang cukup kuat, (2) Bentuk dan
warnanya menarik, (3) Sederhana dan tidak rumit, (4) Ukurannya sesuai atau
seimbang dengan ukuran fisik anak, (5) Dapat menyajikan (dalam bentuk riil,
gambar atau diagram) konsep matematika, (6) Sesuai dengan konsep, (7)
dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas, (8) Peragaan yang
dilakukan dapat menjadikan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak, (9) Dapat
dimanipilasikan, yaitu dapat diraba, dipegang, dipindahkan dan dapat
dibongkar-pasang sehingga dapat merangsang keaktifan siswa. Alat peraga
ini dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu aspek-aspek diatas.
F. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Abdurrahman (Jihad dan Haris,2013:14) hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar. Belajar
itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatife menetap.
Pada kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru
yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional.
Hasil belajar merupakan hasil berfikir dan tindakan atas usaha
belajarnya. Hasil belajar dapat berupa ilmu maupun dalam bentuk angka
ataupun huruf. Berhasil atau tidaknya hasil belajar siswa mayoritas
faktornya dipengaruhi oleh dirinya sendiri, sehingga perlu usaha untuk
mencapai hasil belajar yang berhasil.
2. Klasifikasi Hasil Belajar
Sistem pendidikan nasional menggunakan klasifikasi hasil belajar
Benjamin S. Bloom (Jihad dan Harris,2013:14) yang secara garis besar
dibagi menjadi 3 (tiga) ranah, yaitu :
a. Ranah Kognitif
Merupakan proses berfikir atau perilaku yang termasuk hasil
kerja otak. Ranah kognitif memiliki 6 (enam) jenjang tujuan belajar,
yaitu:
1) Mengingat,
2) Mengerti,
3) Memakai,
4) Menganalisis,
5) Menilai,
6) Mencipta.
Merupakan perilaku yang memunculkan seseorang sebagai
pertanda kecenderungan untuk membuat piloihan untuk beraksi
dalam lingkungan tertentu. Ranah afektif dibagi menjadi 5 (lima)
jenjang, yaitu:
1) Penerimaan,
2) Pemberian respon,
3) Pemberian nilai,
4) Pengorganisasian,
5) Karakterisasi.
c. Ranah Psikomotorik
Merupakan perilaku yang memunculkan oleh hasil kerja fungsi
tubuh manusia. Ranah psikomotorik dibagi menjadi 5 (lima) jenjang,
yaitu:
1) Meniru,
2) Menerapkan,
3) Memantapkan,
4) Merangkai,
5) Naturalisasi.
Dari ketiga ranah yang telah dikemukakan oleh Benjamin S. Blom,
penelitian yang dilakukan hanya akan menilai hasil belajar siswa ditinjau
dari ranah kognitif saja, yaitu pre-test dan post-test pada pokok bahasan
volume balok.
Menurut Sudjana (Jihad dan Haris,2013:20) menyatakan bahwa
indikator hasil belajar harus memenuhi dua kriteria, yaitu:
a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya.
Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran
sebagai suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga
siswa sebagai subyek mampu mengembangkan potensinya melalui
belajar sendiri. Untuk mengukur keberhasilan prosesnya dapat dikaji
melelui beberapa persoalan dibawah ini :
1) Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih
dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik?
2) Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia
melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran,
kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta sikap yang
dikehendaki dari pengajaran itu ?
3) Apakah guru menggunakan multimedia?
4) Apakah siswa mempunyai keempatan untuk mengontrol dan
menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya ?
5) Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam
kelas ?
6) Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup
7) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya,
sehingga menjadi laboratorium belajar ?
b. Kriteria ditinjau dari hasilnya
Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran
dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan
yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan
pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai siswa:
1) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses
pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara
menyeluruh?
2) Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pengajaran
dapat diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik ?
3) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama diingat
dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup memengaruhi
perilaku dirinya ?
4) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh siswa
merupakan akibat dari proses pengajaran ?
G. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2001:71), motivasi berasal dari kata “motif”
yang diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Pendapat
lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang
(Soeharto dkk, 2003:110). Menurut Made Wena (2009:33), motivasi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan
faktor pendorong dari dalam diri individu. Dalam proses belajar
mengajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari
kegiatan yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena
merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya
karena pengaruh dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan
keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa untuk belajar.
Tujuan individu melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang
terletak diluar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat
di dalam aktivitas belajar.
Dari pemaparan diatas disimpulkan bahwa motivasi adalah
keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
kegiatan untuk mencapai tujuan. Motivasi belajar seorang siswa
sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas, karena
motivasi dapat menumbuhkan semangat dan arahan dalam mencapai
tujuan yang dikehendaki siswa.
Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi, sebab hasil
belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Oleh karena itu, menurut
Sadiman (2008:85) ada empat fungsi motivasi yaitu:
a. Mendorong seseorang untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
d. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dengan kata lain dengan
adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka
seseorang yang belajar akan mendapatkan prestasi yang baik.
Sedangkan menurut Nanang dan Cucu (2009: 26), fungsi motivasi
adalah alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik,
mempengaruhi prestasi belajar belajar peserta didik, memberikan direksi
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, dan alat untuk membangun
sistem pembelajaran lebih bermakna.
3. Aspek-aspek Motivasi Belajar
Pada penelitian ini motivasi siswa dapat dilihat dari aktivitas dari
Aspek-aspek yang menunjukkan karakteristik tingkah laku siswa yang termotivasi
antara lain:
a. Minat
Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu, kecenderungan ini
berasal dari rasa tertarik dan perasaan senang yang menetap, sehingga
mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu terhadap suatu obyek
(Muhibbin Syah,2008:151).
b. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada
suatu obyek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya
kesadaran yang menyertai aktivitas belajar (Sardiman, 2008:45).
c. Konsentrasi
Konsentrasi belajar adalah pemusatan daya pikiran dan
perbuatan pada suatu obyek yang dipelajari dengan menghalau atau
menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan obyek
yang dipelajari. Pemusatan dalam hal inilah merupakan aktivitas
berfikir dan tindakan untuk memberi tanggapan yang lebih intensif
terhadap fokus atau obyek tertentu (Hendra,2011:111).
d. Ketekunan
Ketekunan dalam belajar berarti kesungguhan siswa dalam
dalam menghadapi tugas, dalam hal ini bekerja terus menerus dalam
waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai (Sardiman,2008:83).
e. Keantusiasan
Keantusiasan siswa dalam belajar dapat dilihat dari semangat
siswa dalam mengikuti pembelajaran, memberikan tanggapan pada
setiap pertanyaan maupun penjelasan dari guru dan teman dengan
semangat yang tinggi (KBBI, 1988:44).
f. Keterlibatan
Keterlibatan siswa dalam belajar merupakan aktivitas dan
keikutsertaan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang meliputi
diskusi, memberikan pendapat, gagasan atau ide (Dewi, 2012:37).
g. Rasa ingin tahu
Dalam motivasi terdapat hal yang mendorong siswa untuk
belajar yaitu rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas (Arden, 2008:46).
h. Berusaha mencoba dan aktif mengatasi tantangan
Pada karakteristik motivasi ini berusaha mencoba terlihat dari
rasa senang siswa dalam mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Sedangkan aktif mengatasi tantangan ditunjukkan dengan keuletan
siswa dalam menghadapi kesulitan dan tidak lekas putus asa
H. Pembelajaran Matematika
Hakikat pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja
dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang
memungkinkan seorang (pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika
Menurut Robert M.Gagne pembelajaran harus dikondisikan untuk
memunculkan respons yang diharapkan. Menurut Gagne, belajar matematika
terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung.
1. Objek-objek langsung pembelajaran matematika terdiri atas :
a. Fakta-fakta matematika
b. Ketrampilan-ketrampilan matematika
c. Konsep-konsep matematika
d. Prinsip-prinsip matematika
2. Objek-objek tak langsung pembelajaran matematika adalah :
a. Kemampuan berfikir logis
b. Kemampuan memecahkan masalah
c. Sikap positif terhadap matematika
d. Ketekunan
e. Ketelitian
Dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996:3) mengemukakan
sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, yaitu
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan cara
mengintegrasikan ide yang mereka miliki;
3. Strategi siswa lebih bernilai
4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar
pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dari pendapat diatas, pembelajaran matematika merupakan suatu
pembelajaran yang dikondisikan untuk memunculkan respon siswa terhadap
matematika agar siswa dapat mengintegrasikan ide yang mereka miliki
sehingga matematika menjadi lebih bermakna dengan pemahaman yang siswa
miliki sehingga siswa dapat mendiskusikan pemahaman tersebut dengan
temannya
I. Volume Balok
Misalkan dan adalah dua bidang yang sejajar, t adalah suatu garis
transversal dan R adalah daerah poligon di bidang yang tidak memotong t.
Untuk setiap X di R misalkan adalah segmen yang sejajar t, di mana Y
ada di bidang . Gabungan dari seluruh segmen tersebut disebut prisma.
Daerah poligon tersebut dinamakan alas prisma. Himpunan dari seluruh titik
Y yang merupakan bagian prisma dan terletak di disebut tutup prisma.
Jarak h antara dan disebut tinggi dari prisma. Jika t tegak lurus dengan
dan prisma tersebut disebut prisma tegak. Parallelepiped adalah prisma
yang alasnya merupakan daerah jajargenjang, sedangkan balok secara khussu
adalah suatu parallelepiped yang alasnya merupakan persegi panjang dan
merupakan prisma tegak.
Volume adalah semua bilangan yang menyatakan ukuran daerah
daerah balok yaitu bilangan hasil kali tinggi balok dan luas alas yang
berbentuk persegi panjang.
Volume Balok
Volum balok = Luas Alas × tinggi
= p × l × t
Cara penggunaan Alat peraga dalam menemukan rumus volume balok
Gb.1
Langkah-langkah penggunaan alat peraga volume balok:
1) Guru mengacungkan sebuah wadah berbentuk seperti balok (belum diisi
kubus satuan) pada siswa, kemudian bertanya kepada peserta didik .
“ Disebut bangun apakah ini? ”
“ Apa sajakah unsur-unsurnya? ”
“ Manakah alasnya? ”
“ Manakah tingginya? ”
“ Berbentuk apakah alasnya? ” F
A B
E
D C
H G
p
l t
“ Bagaimanakah rumus luas persegi panjang? ”
“ Sekarang, mari kita isi balok ini dengan kubus satuan ”
“Berapakah kubus satuan yang dapat mengisi wadah berbentuk seperti balok?
2) Guru mengajak siswa untuk membuat tabel seperti berikut:
Gambar
Volum balok (banyak kubus
satuan)
Luas alas (p × l)
Tinggi
(t) p × l × t Panjang
(p)
Lebar (l)
3) Guru mengacungkan balok (sudah berisi kubus satuan) pada siswa, untuk
balok dengan posisi seperti pada gambar:
Guru bertanya pada siswa:
“ berapakah panjangnya? “
“ berapakah lebarnya? “
“ berapakah tingginya “
“ berapakah volume balok ini( dengan menghitung banyak kubus satuan yang
mengisi balok)? “
Lalu, guru mengajak siswa untuk mengisi tabel pertama.
4) Guru mengacungkan balok (sudah berisi kubus satuan) pada siswa, untuk
Guru bertanya pada siswa:
“ berapakah panjangnya? “
“ berapakah lebarnya? “
“ berapakah tingginya “
“ berapakah volume balok ini( dengan menghitung banyak kubus satuan yang
mengisi balok)? “
Lalu, guru mengajak siswa untuk mengisi tabel kedua.
5) Guru mengacungkan balok (sudah berisi kubus satuan) pada siswa, untuk
balok dengan posisi seperti pada gambar:
Guru bertanya pada peserta didik:
“ berapakah panjangnya? “
“ berapakah lebarnya? “
“ berapakah tingginya “
“ berapakah volume balok ini( dengan menghitung banyak kubus satuan yang
Lalu, guru mengajak siswa untuk mengisi tabel ketiga.
6) Guru mengajak siswa untuk memperhatikan tabel.
“ berapakah volume balok (pada baris 5 kolom 2 )? “
“ berbentuk apakah alas balok? “
“ Bagaimanakah rumus alas balok? “
“ Jadi, berapakah volume balok tersebut? “
J. Kerangka Berfikir
Berangkat dari latar belakang dan landasan teori yang menyatakan
bahwa hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu
diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain
faktor yang terdapat dalam diri siswa atau faktor internal, dan faktor yang
terdiri dari luar siswa atau faktor eksternal (Dimyati Mahmud, 1989:198).
Kegiatan pembelajaran matematika juga melibatkan kedua faktor tersebut
yang tentunya akan berpengaruh satu dengan yang lain. Pembelajaran
matematika yang menarik dan tidak membosankan akan menjadi salah satu
cara agar siswa berminat untuk fokus pada pelajaran tersebut. Ada berbagai Model Pembelajaran Think-Pair-Share Motivasi Belajar Siswa