• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS KELAS V SE-GUGUS GROJOGAN SEWU SUKOHARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS KELAS V SE-GUGUS GROJOGAN SEWU SUKOHARJO."

Copied!
271
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA

DALAM MATA PELAJARAN IPS KELAS V SE-GUGUS GROJOGAN SEWU SUKOHARJO

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Karina Ratri Swasono NIM 13108241056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB

SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS KELAS V SE-GUGUS GROJOGAN SEWU SUKOHARJO

Oleh:

Karina Ratri Swasono NIM 13108241056

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) terhadap sikap tanggung jawab siswa kelas V se-Gugus Grojogan Sewu Sukoharjo.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen, khususnya pendekatan quasy eksperimen, dengan bentuk non equivalent control group design. Sebelum penelitian, peneliti melakukan uji validitas instrumen yang berupa validitas konstruk dan uji validitas empiris, dari uji validitas tersebut diperoleh 45 butir pernyataan yang digunakan dalam penelitian. Sampel penelitian ini siswa kelas V A SD Negeri Telukan 2 dan siswa kelas V SD Negeri Pandeyan 1. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala sikap. Rumus teknik analisis data yang digunakan adalah t test.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada kelompok eksperimen terhadap sikap tanggung jawab. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil t test post test pada taraf signifikasi 5% diperoleh t hitung sebesar 2,596 yang lebih besar dari t tabel yaitu 2,021. Metode ceramah bervariasi pada kelompok kontrol tidak berpengaruh terhadap sikap tanggung jawab. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil t test pre test pada taraf signifikasi 5% diperoleh t hitung 1,526 lebih kecil dari t tabel yaitu 2,021 sehingga metode ceramah bervariasi tidak berpengaruh terhadap sikap tanggung jawab.

(3)

THE INFLUENCE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) TYPE TOWARD THE CLASS-V STUDENTS RESPONSIBILITY IN IPS SUBJECT AT GROJOGAN SEWU CLUSTER

SUKOHARJO REGENCY

by:

Karina Ratri Swasono NIM 13108241056

ABSTRACT

This study aims to know the influence of cooperative learning model of Group Investigation (GI) type toward the responsibility of class-V students in Grojogan Sewu Sukoharjo Cluster.

This was a experiment, especially experimental quasy approach, with nonequivalent control group design. Prior to the study, the researchers tested the validity of the instrument in the form of construct validity and empirical validity test, the validity test obtained 45 items statement used in this research. The sample was students of class V A SDN Telukan 2 and class V students of SDN Pandeyan 1.

The results of this study show that there are positive and significant influence of cooperative learning model Group Investigation (GI) type in the experimental group on the students responsibility, it can be proven that the result of t test in post test at 5% significance level, obtain that the result of t test is 2,596, it more than t table of 2.021. While the lecture method varies in the control group do not affect the attitude of responsibility. It can be proven that the results of t test in pre test at 5% significance level, obtain that the t test is1.526 and compared with t table of 2.021 so that the lecture method varies don’t affect on the students responsibility.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

“Anda tidak akan bisa lari dari tanggung jawab pada hari esok dengan menghindarinya pada hari ini”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karuniaNya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Sikap Tanggung Jawab Siswa dalam Mata Pelajaran IPS Kelas V Se-Gugus Grojogan Sewu Sukoharjo” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Sekar Purbarini Kawuryan, S.IP., M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing Skipsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk membimbing, memotivasi, serta memberikan saran dalam proses penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Wuri Wuryandani, M.Pd. sebagai Validator instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

(10)

x

4. Bapak Suparlan, M.Pd.I., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

5. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

6. Bapak Supardi, S.Pd. SD dan Bapak Sunardi, S.Pd. sebagai kepala sekolah SD Negeri Telukan 2 dan SD Negeri Pandeyan 1 yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

7. Ibu Dian Eskanandy, S.Pd. dan Ibu Enny Rahayu, S.Pd. sebagai guru kelas V A SD N Telukan 2 dan guru kelas V SD Pandeyan 1, serta siswa kelas V SD N Telukan 2 dan kelas V SD N Pandeyan 1 yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini

Akhirnya, penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut mendapat balasan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Yogyakarta, Juni 2017 Penulis,

(11)

xi A.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) .. 12

1. Model Pembelajaran Kooperatif... 12

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) 16 B.Sikap Tanggung Jawab ... 22

1. Pengertian Nilai dan Sikap ... 22

2. Perbedaan Nilai dan Sikap... 24

3. Pembentukan Sikap ... 25

4. Ciri-ciri Sikap ... 27

5. Pengertian Sikap Tanggung Jawab ... 29

6. Konsep Utama Tanggung Jawab ... 31

C.Hakekat Pembelajaran IPS ... 37

1. Pengertian Pembelajaran IPS ... 37

2. Tujuan Pembelajaran IPS ... 37

3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS Kelas V... 39

D.Model Kooperatif Tipe GI dalam Mata Pelajaran IPS ... 41

E. Metode Ceramah Bervariasi ... 42

1. Pengertian Metode Ceramah Bervariasi ... 42

2. Langkah-langkah Metode Ceramah Bervariasi ... 42

(12)

xii

E. Definisi Operasional Variabel ... 56

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 59

G.Teknik Analisis Data ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Hasil Penelitian ... 71

1. Deskripsi Data Pre Test Kelas Eksperimen ... 72

1. Pembahasan Hipotesis Pertama ... 85

2. Pembahasan Hipotesis Kedua ... 87

C.Keterbatasan Penelitian ... 91

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 93

B.Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Fase Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

Tabel 2. SK Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester 2 ... 40

Tabel 3. KD Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester 2 ... 40

Tabel 4. SK dan KD yang Digunakan dalam Penelitian ... 40

Tabel 5. Desain Penelitian ... 51

Tabel 6. Daftar Sekolah Gugus Grojogan Sewu ... 52

Tabel 7. Kisi-kisi Indikator Sikap Tanggung Jawab ... 60

Tabel 8. Skor Jawaban Pernyataan ... 61

Tabel 9. Hasil Ringkasan Analisis Item Sikap Tanggung Jawab ... 64

Tabel 10. Rumus-rumus Perhitungan Kategori... 69

Tabel 11. Daftar Distribusi Frekuensi Pre Test Kelas Eksperimen ... 72

Tabel 12. Kategorisasi Pre Test Kelas Eksperimen ... 74

Tabel 13. Daftar Distribusi Frekuensi Pre Test Kelas Kontrol ... 75

Tabel 14. Kategorisasi Frekuensi Pre Test Kelas Kontrol ... 76

Tabel 15. Daftar Distribusi Frekuensi Post Test Kelas Eksperimen ... 77

Tabel 16. Kategorisasi Post Test Kelas Eksperimen ... 78

Tabel 17. Daftar Distribusi Frekuensi Post Test Kelas Kontrol ... 79

Tabel 18. Kategorisasi Post Test Kelas Kontrol ... 80

(14)

xiv

Tabel 20. Hasil Perhitungan Homogenitas Varian Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 82

Tabel 21. Hasil Uji t Pre Test Eksperimen dan Pre Test Kontrol ... 83

Tabel 22. Hasil Uji t Post Test Eksperimen dan Post Test Kontrol ... 84

Tabel 23. Perhitungan Uji T Pre Test Sikap Tanggung Jawab Siswa ... 87

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Data Nilai Pre Test

Kelas Eksperimen ... 73 Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Data Nilai Pre Test

Kelas Kontrol ... 76 Gambar 3. Histogram Distribusi Frekuensi Data Nilai Post Test

Kelas Eksperimen ... 78 Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Data Nilai Post Test

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Skala Sikap Tanggung Jawab (sebelum diujicobakan) ... 98

Lampiran 2. Skala Sikap Tanggung Jawab (setelah diujicobakan) ... 102

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 105

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 158

Lampiran 5. Data Penilaian Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 207

Lampiran 6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 208

Lampiran 7. Uji Normalitas dan Homogenitas ... 212

Lampiran 8. Hasil Uji t Pre Test ... 214

Lampiran 9. Hasil Uji t Post Test ... 215

Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 216

Lampiran 11. Skala Sikap Tanggung Jawab Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 219

Lampiran 12. Surat Pernyataan Validator Instrumen ... 251

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa mempunyai arti penting pada setiap kegiatannya. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal I ayat 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional) dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar suatu lingkungan belajar. Pembelajaran di sekolah merupakan bagian dari pendidikan formal, dimana di dalamnya terjadi interaksi antara dua individu yang sama atau berbeda pengetahuannya. Pembelajaran melibatkan berbagai macam kegiatan yang harus dilakukan, terutama jika menginginkan hasil yang optimal. Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses belajar mengajar memegang peran penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Peranan seorang guru dalam pembelajaran sangat penting untuk mengembangkan perubahan tingkah laku pada siswa. Disini salah satunya adalah pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

(18)

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Berdasarkan uraian diatas, diperlukan keseimbangan antara aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan) agar tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat Sekolah Dasar (SD) dapat tercapai. Seperti yang dilansir oleh Bangka Pos dalam Bangka.tribunnews.com (Senin, 4 juni 2012) sekolah hanya mengejar nilai akademik. Artinya pendidikan di sekolah saat ini hanya mengejar nilai-nilai akademik tertinggi. Pendidikan di sekolah semestinya menjadi kesempatan bagi guru untuk membantu siswa mengembangkan sisi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan) pada diri siswa agar menjadi warga negara yang baik. Sesuai dengan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat Sekolah Dasar (SD) yang ketiga yaitu: memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Hal ini sangat jelas bahwa pendidikan IPS mempunyai peranan penting untuk menyiapkan siswa menjadi warga negara yang baik terutama dalam pembentukan sikap siswa.

(19)

pembelajaran IPS dan PKn. Menurut Kurniawan (2013: 158) tanggung jawab adalah “sikap ketika kita harus bersedia menerima akibat dari apa yang telah kita perbuat”. Selain itu menurutnya tanggung jawab juga merupakan sikap dimana kita harus konsekuensi dengan apa yang telah dipercayakan pada kita. Penanaman sikap tanggung jawab dalam dunia pendidikan di Indonesia seringkali dikaitkan untuk mewujudkan nilai tanggung jawab yang terdapat pada pendidikan budaya dan karakter bangsa. Mengingat hal tersebut, sangatlah penting untuk menanamkan sikap tanggung jawab sedini mungkin pada diri siswa ketika berada di lingkungan sekolah.

(20)

Uraian tersebut berkebalikan dengan fakta yang didapatkan ketika observasi pada siswa kelas V Sekolah Dasar yang tergabung dalam Gugus Grojogan Sewu Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo terkait dengan pengembangan sikap tanggung jawab. Berdasarkan hasil observasi ditemukan fakta bahwa belum dikembangkannya secara optimal sikap tanggung jawab khusunya pada siswa kelas V SD Negeri Telukan 2 dan SD Negeri Pandeyan 1. Hal ini dibuktikan dengan siswa yang tidak sungguh-sungguh pada saat mengikuti pembelajaran khususnya saat pembelajaran IPS tetapi hal tersebut tidak terlihat ketika siswa mengikuti mata pelajaran lain seperti PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA.

(21)

Guru dalam menumbuhkembangkan sikap tanggung jawab siswa berupaya dengan membentuk kebiasaan siswa seperti membuat jadwal piket yang disepakati bersama pada awal semester. Selain itu, guru juga berupaya dengan memberikan tugas individu kepada siswa setelah mengikuti pembelajaran IPS, akan tetapi guru sering tidak menindak lanjuti tugas tersebut sehingga siswa mengabaikan tugas yang diberikan oleh guru.

Model pembelajaran ceramah bervariasi masih digunakan guru dalam pembelajaran IPS. Hal ini dibuktikan ketika peneliti melakukan observasi proses pembelajaran, model pembelajaran yang dugunakan hanya sekedar membaca, menulis, dan sesekali memberikan tugas kepada siswa yang terkesan hanya berfokus pada aspek kognitif siswa. Asumsinya permasalahan juga dirasakan di SD Negeri Kadokan 1, SD Negeri Kadokan 2 dan SD Negeri Pandeyan 2 yang merupakan sekolah yang tergabung dalam Gugus Grojogan Sewu Kecamatan Grogol, Sukoharjo.

(22)

Republik Indonesia yang terdapat di semester genap. Diperlukan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam memahami materi tersebut agar terjadi interaksi yang aktif, antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan sumber belajar. Selain itu, penanaman sikap tanggung jawab juga dapat dikembangkan ketika pembelajaran materi tersebut. Hal ini dikarenakan, dengan mempelajari materi tersebut siswa akan mempelajari sikap tanggung jawab para pahlawan kepada negara Indonesia dalam memproklamasikan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan.

(23)

dengan tujuan pembelajaran IPS salah satunya yaitu tanggung jawab siswa baik terhadap dirinya maupun terhadap anggota kelompoknya. Menurut Slavin (2015: 26) terdapat enam karakteristik dari cooperative learning yang membedakannya dengan metode ceramah bervariasi, yaitu: 1) tujuan kelompok; 2) tanggung jawab individu; 3) kesempatan sukses bersama; 4) kompetensi tim; 5) spesialisasi tugas; dan 6) adaptasi terhadap kebutuhan kelompok.

Group Investigation (GI) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan ketika pembelejaran IPS. Menurut Asma (2006: 61-62) “investigasi kelompok ini sangat cocok untuk kajian-kajian yang bersifat terpadu yang berkaitan dengan pemerolehan, analisis, dan sistesis informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah multi-dimensi”. Tugas akademik harus dapat merangsang berbagai macam masukan (kontribusi) dari seluruh anggota kelompok dan tidak dirancang hanya untuk memperoleh jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan faktual. Menurut Slavin (2015: 216) “investigasi kelompok akan sangat ideal untuk mengajarkan tentang sejarah dan kebudayaan suatu negara”. Hal ini sesuai dengan materi yang terdapat pada kelas V.

(24)

kelas. keberhasilan pelaksanaan model ini sangat tergantung dengan latihan-latihan berkomunikasi dan berbagai keterampilan sosial lainnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) merupakan model pembelajaran, dimana guru dan siswa bekerja sama membangun pembelajaran. Siswa harus aktif dalam beberapa aspek selama proses belajar mengajar berlangsung, sedangkan fungsi kelompok sebagai sarana berinteraksi dalam membentuk suatu konsep belajar. Interaksi di antara siswa penting bagi Group Investigation (Sharan, 2012: 170). Model ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) ini, diharapkan partisipasi belajar siswa menjadi lebih aktif, bersemangat, motivasi siswa dalam belajar menjadi lebih tinggi, siswa dapat bekerjasama, bertanggung jawab sesuai dengan tugas masing-masing dan berpartisipasi aktif selama pembelajaran berlangsung.

(25)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang permasalahan, maka muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Belum dikembangkannya secara optimal sikap tanggung jawab khususnya pada siswa kelas V.

2. Siswa tidak sungguh-sungguh pada saat mengikuti pembelajaran khususnya saat pembelajaran IPS tetapi hal tersebut tidak terlihat ketika mata pelajaran lain seperti PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA.

3. Siswa masih terlihat tidak sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas yang diperoleh ketika siswa diberi tugas saat pembelajaran IPS, masih terdapat beberapa siswa yang menyelesaikan tugasnya tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, masih banyaknya siswa yang tidak mengerjakan PR, melempar kesalahan yang diperbuat kepada orang lain serta tidak melaksanakan tugas piket membersihkan kelas sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

4. Belum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) untuk mengembangkan sikap tanggung jawab siswa dalam mata pelajaran IPS kelas V.

C. Pembatasan Masalah

(26)

Investigation (GI) untuk mengembangkan sikap tanggung jawab siswa dalam mata pelajaran IPS kelas V se-Gugus Grojogan Sewu Sukoharjo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) terhadap sikap tanggung jawab siswa kelas V pada mata pelajaran IPS se-Gugus Grojogan Sewu Sukoharjo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang positif dan signifikan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) terhadap sikap tanggung jawabsiswa kelas V pada mata pelajaran IPS se-Gugus Grojogan Sewu Sukoharjo.

F. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian mempunyai harapan bahwa hasil dari penelitiannya akan berguna bagi orang lain. Dalam penelitian ini juga ada beberapa harapan. Untuk lebih jelasnya manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan bahan tambahan referensi bagi pengembangan ilmu khususnya dalam mengembangkan sikap tanggung jawab. b. Memperkuat teori tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group

(27)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Menumbuhkan pembiasaan sikap tanggung jawab dalam proses pembelajaran di sekolah.

b. Bagi Guru

Menambah wawasan serta pengetahuan mengenai mengembangkan sikap tanggung jawab untuk meningkatkan nilai afektif siswa.

c. Bagi Kepala Sekolah

Menjadi tambahan informasi serta bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan sekolah terkait mengembangkan sikap tanggung jawab pada siswa dalam pembelajaran di kelas.

d. Bagi Peneliti

(28)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) 1. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Joyce and Weil (Trianto, 2011: 22) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Menurut Winataputra (2007: 3) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Arends (Supridjono, 2009: 46) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan pendekatan yang akan digunakan oleh guru, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Jadi, model pembelajaran bagi guru berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan aktivitas belajar-mengajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru ketika di kelas adalah model pembelajaran kooperatif.

(29)

membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembentukan kelompok dalam Cooperative Learning diusahakan heterogen dan tidak terlalu banyak. Menurut Slavin (2015: 8) model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Heterogen disini berkaitan dengan tingkat prestasi belajar, jenis kelamin, dan latar belakang keluarga. Pembelajaran Kooperatif adalah konsep yang lebih luas yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009: 54), guru lebih berperan sebagai fasilitator yang mendampingi siswa saat pembelajaran berlangsung. Cooperative Learning dapat didefinisikan juga sebagai sikap atau perilaku bersama dalam membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja dipengaruhi oleh setiap tanggung jawab anggota kelompok (Solihatin dan Raharjo, 2009: 4).

Menurut Slavin (2015: 26) terdapat enam karakteristik dari cooperative learning yang membedakannya dengan metode ceramah bervariasi, yaitu: 1) tujuan kelompok; 2) tanggung jawab individu; 3) kesempatan sukses bersama; 4) kompetensi tim; 5) spesialisasi tugas; dan 6) adaptasi terhadap kebutuhan kelompok.

(30)

tanggung jawab yang sama dalam menyelesaikan tugas masing-masing kelompok. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dan tanggung jawab dari setiap anggota dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Melalui pembelajaran kooperatif, diharapkan peserta didik akan lebih dapat mengembangkan kemampuannya, komunikasi, kerja sama, serta tanggung jawab dalam menyelesaikan suatu masalah.

a. Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif di kelas. Sebagai perancang dan pelaksana pembelajaran dalam menggunakan model kooperatif ini, guru harus memperhatikan dasar-dasar konseptual agar pembelajaran secara kooperatif atau kerja kelompok dapat mencapai hasil yang baik, yaitu:

1) Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

3) Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompoknya mempunyai tujuan yang sama.

4) Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama pada semua anggota kelompok.

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau akan diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. 6) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

(31)

Berdasarkan pengertian di atas, model pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mengetahui bahwa semua anggota ketika dalam kelompok memiliki tujuan yang sama dan bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya.

b. Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan pada kerja kelompok. Namun dalam pelaksanaannya pembelajaran secara berkelompok, banyak guru hanya membagi siswa dalam kelompok kemudian memberi tugas untuk diselesaikan tanpa pedoman yang jelas. Hal tersebut membuat siswa merasa ditelantarkan dan tidak jarang kelas menjadi gaduh tanpa adanya hasil dari diskusi yang dilakukan. Oleh karena itu sebagai guru yang akan menerapkan pembelajaran kooperatif harus memahami sintak model pembelajaran ini agar siswa dapat mengetahui dengan jelas bagaimana harus bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Suprijono (2009: 65) mengemukakan bahwa sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase yaitu:

Tabel 1. Fase Model Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar. Fase 2: Present Information

Mengorganisasi peserta didik dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.

Fase 4: Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar

(32)

Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran

atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI)

Tipe investigasi kelompok atau group investigation merupakan salah satu variasi dari model pembelajaran kooperatif. Tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya tipe ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Selain menekankan pada hubungan sosial yang berkembang dalam proses interaksi sosial di antara individu, tipe investigasi kelompok ini menekankan pentingnya tanggung jawab pribadi yang terlihat dari terlibatnya siswa dalam perencanaan topik yang dipelajari dan jalannya penyelidikan mereka. Hal tersebutlah yang membedakan pembelajaran kooperatif tipe ini dengan tipe yang lainnya seperti jigsaw, STAD, NHT, TGT, dan lain-lain.

(33)

Menurut Sharan (2012: 170-171) investigasi kelompok memberi siswa kesempatan untuk belajar bersama mengenai berinteraksi dengan sesamanya meneliti aspek-aspek berbeda dari tema umum yang sama, dan memberikan sudut pandang berbeda atas tema itu. Ketika siswa belajar bersama dalam kelompok kecil, siswa akan saling membantu dan mengembangkan arah dan tanggung jawab atas pembelajaran yang diberikan. Penafsiran informasi kooperatif yang berasal dari aspek-aspek berbeda ini akan meningkatkan tanggung jawab siswa ketika menyusun, menegaskan, dan mengkondisikan temuan-temuan mereka dan dengan demikian membuatnya bermakna.

Group investigation tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung adanya dialog interpersonal atau komunikasi dan interaksi kooperatif antar siswa (Slavin, 2015: 215). Komunikasi dan interaksi antar siswa akan mencapai hasil yang terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, sehingga pertukaran diantara teman-teman sekelas dan tiga konsep kooperatif seperti penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama dapat terlaksana.

(34)

juga kemampuan kerjasama, komunikasi, dan sikap tanggung jawab siswa dalam kelompok.

Keterkaitan model ini dengan sikap tanggung jawab adalah model ini tidak hanya melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan pada aspek kognitif tetapi juga melatih kemampuan siswa pada aspek afektif. Model pembelajaran ini mengutamakan tanggung jawab siswa dalam kelompok yang ditunjukkan dengan keterlibatan siswa mulai dari kegiatan perencanaan hingga pelaksanaan investigasi. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengambil sikap-sikap positif seperti sikap tanggung jawab. Penelitian ini diharapkan ada pengaruh yang positif dan signifikan dari penggunaan model Group Investigation terhadap sikap tanggung jawab siswa.

a. Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation

Pembelajaran yang menggunakan model Group Investigation, guru tentunya perlu mengadaptasi pedoman-pedoman yang ada dengan latar belakang umur, kemampuan para siswa, dan waktu yang tersedia, dan pedoman ini cukup bersifat umum untuk diterapkan dalam kondisi kelas yang luas. Slavin (2015: 218) menyatakan bahwa dalam Group Investigation, siswa bekerja dalam enam tahap yaitu sebagai berikut.

1) Tahap 1: Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok

(35)

kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

2) Tahap 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari

Siswa bersama-sama dapat merencanakan mengenai apa yang akan dipelajari, bagaimana cara mempelajarinya, pembagian tugas serta menentukan tujuan atau kepentingan investigasi tersebut.

3) Tahap 3: Melaksanakan investigasi

Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensistesis semua gagasan.

4) Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir

Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

5) Tahap 5: Mempresentasikan laporan akhir

(36)

6) Tahap 6: Evaluasi

Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah siswa kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman-pengalaman siswa. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

Isjoni (2010: 87) menjelaskan bahwa pada model pembelajaran kooperatif siswa dibagi ke dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang. Pembentukan kelompok ini dapat dilakukan berdasarkan pertemanan atau keterkaitan akan sebuah materi tanpa melanggar ciri-ciri pembelajaran kooperatif.

(37)

yang telah dipelajari. Guru berperan sebagai narasumber dan fasilitator dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Guru berkeliling di antara kelompok-kelompok untuk melihat apakah kelompok-kelompok itu sedang melakukan pekerjaan mereka dan membantu mencarikan jalan keluar dari masalah-masalah yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok.

b. Kelebihan Group Investigation

Menurut Huda (2011: 164) dalam beberapa kasus, Group Investigation dianggap sebagai metode-metode yang paling sesuai bagi guru yang baru belajar menggunakan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini membelajarkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang membuat performa siswa lebih efektif dibandingkan dengan siswa yang berada dalam suasana tradisional ruang kelas yang mengikutsertakan seluruh anggotanya.

Pembelajaran melalui Group Investigation akan memuat empat hal esensial, yaitu kemampuan melakukan investigasi, kemampuan mewujudkan interaksi, kemampuan menginterpretasi, serta mampu menumbuhkan motivasi instrinsik (Aunurrahman, 2010: 151). Joyce dan Weil (Aunurrahman, 2010: 153) menyimpulkan bahwa “model investigasi kelompok memiliki kelebihan dan

(38)

pembelajaran Group Investigation, setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang berbeda satu sama lain.

Berdasarkan uraian di atas, kelebihan Group Investigation sebagai berikut: 1) Melatih interaksi siswa karena komunikasi dalam Group Investigation bersifat

bilateral dan multilateral.

2) Melatih siswa dalam mengumpulkan informasi dari beragam sumber. 3) Melatih kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan menginvestigasi. 4) Mampu menumbuhkan motivasi intrinsik siswa.

B. Sikap Tanggung Jawab 1. Pengertian Nilai dan Sikap

(39)

layak dan tidak layak, dan sebagainya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayati (2002: 50) bahwa nilai secara umum merupakan ukuran baik-buruk, tentang tata laku yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan pandangan yang dimiliki oleh individu tentang sesuatu hal yang baik dan tidak baik. Nilai hanya ada di dalam pikiran seseorang sehingga dapat dikatakan bahwa nilai itu bersifat abstrak karena tidak dapat dilihat oleh panca indera.

(40)

membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Seperti pendapat Daroeso (1986: 20) yang menyatakan bahwa sikap adalah keadaan psikologis yang dapat menimbulkan tingkah laku tertentu dalam situasi tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan bentuk reaksi yang ditimbulkan atas stimulus atau rangsangan terhadap suatu keadaan tertentu yang telah dialami. Suatu stimulus atau rangsangan tersebut dapat berupa benda, gagasan, tindakan, kondisi di lingkungan, dan sebagainya yang menimbulkan respon yang berbeda-beda setiap individu. Sebaliknya, dari beberapa stimulus atau rangsangan yang berbeda dapat menimbulkan suatu reaksi yang sama dari beberapa individu. Reaksi tersebut merupakan umpan balik yang ditunjukkan oleh seseorang akibat dari adanya interaksi sosial yang dimiliki oleh individu. Interaksi sosial antar siswa dalam pembelajaran dapat terbentuk ketika siswa dalam kelompok. Salah satu upaya untuk mengembangkan interaksi sosial antar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang mengutamakan kerja kelompok seperti model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

2. Perbedaan Nilai dan Sikap

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian nilai dan sikap di atas, maka dapat dilihat perbedaan dari nilai dan sikap sebagai berikut.

(41)

b. Sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki seseorang. Akan tetapi, kadang kala terjadi perbedaan antara nilai yang dimiliki oleh seseorang dengan sikap yang ditunjukkannya. Misalkan, seseorang tidak menyetujui adanya tindakan korupsi namun pada kenyataannya dia tetap melakukan tindakan tersebut karena adanya kesempatan untuk melakukannya.

c. Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan individu mengambil sikap tertentu terhadap nilai tertentu, ini menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.

d. Nilai tidak bisa diajarkan tetapi dapat diketahui dari penampilannya, sedangkan sikap dipelajari sehingga dapat berubah-ubah sesuai dengan lingkungan individu yang bersangkutan.

e. Nilai bersifat lebih mendasar dan stabil sebagai bagian dari ciri kepribadian, sikap bersifat evaluatif dan berakar pada nilai yang dianut dan terbentuk dalam kaitannya dengan suatu obyek.

3. Pembentukan Sikap

Sarlito dan Eko (2009: 84) menyatakan sikap dibentuk melalui empat macam pembelajaran sebagai berikut :

(42)

belajar dari stimulus yang pertama muncul, maka akan diikuti oleh stimulus kedua dan stimulus selanjutnya.

b. Pengkondisian instrumental (instrumental conditioning)

Proses pembelajaran terjadi ketika suatu perilaku mendatangkan hasil yang menyenangkan bagi seseorang, maka perilaku tersebut akan diulang kembali. Sebaliknya, jika perilaku mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan bagi seseorang, maka perilaku tersebut akan dihindari dari orang tersebut.

c. Belajar melalui pengamatan (observational learning, learning by example) Proses pembelajaran dengan cara mengamati perilaku orang lain, kemudian dijadikan sebagai contoh untuk perilaku yang sama. Banyak perilaku yang dilakukan seseorang hanya karena mengamati perbuatan oranglain.

d. Perbandingan sosial (social comparison)

Proses pembelajaran dengan membandingkan orang lain untuk mengecek pandangan mengenai sesuatu hal adalah benar atau salah disebut dengan perbandingan sosial.

(43)

4. Ciri-ciri Sikap

Berikut ini adalah ciri-ciri sikap yang dikemukakan oleh Walgito (2006: 113) yaitu :

a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir

Hal ini dapat diartikan bahwa pada waktu lahir manusia belum membawa sikap-sikap tertentu pada suatu objek, karena sikap pada tiap orang diperoleh tidak dari lahir, maka sikap terbentuk dalam perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh karena itu bahwa sikap dapat mengalami perubahan. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation diharapkan siswa dapat mengembangkan sikap yang telah ditumbuhkan oleh guru.

b. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap

(44)

c. Sikap dapat tertuju pada satu objek, tetapi sikap juga dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek

Seseorang apabila mempunyai sikap yang negatif pada orang lain, orang tersebut mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan sikap yang negatif pula kepada kelompok yang dimana seseorang tersebut tergabung dalam kelompok tersebut. Hal tersebut terlihat adanya kecenderungan untuk menggenerelasasikan objek sikap.

Ketika siswa bekerjasama dalam kelompok menggunakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran group investigation (GI), selain dapat mempelajari anggung jawab para pahlawan dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan dan perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan sebagai objek sikap, siswa juga dapat mempelajari teman dari kelompoknya sebagai objek sikap. d. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar

(45)

e. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi

Hal ini berarti sikap terhadap suatu objek tertentu selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan) tetapi juga dapat bersifat negatif (yang tidak menyenangkan) terhadap objek tersebut.

Model pembelajaran group investigation (GI) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerja kelompok pada siswa. Model pembelajaran GI tidak hanya melatih kemampuan pada aspek kognitif saja melainkan juga mampu mengembangkan aspek afektif. Melalui model ini siswa akan bekerja dalam enam tahapan yang setiap tahapannya melibatkan siswa secara langsung dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Salah satu tahapan yang memunculkan perasaan menyenangkan pada siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk bersikap tanggung jawab yaitu tahapan investigasi. Tahapan tersebut melatih siswa dalam kelompok untuk bertanggung jawab dalam mencari informasi serta menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan pembagian tugas yang telah disepakati.

5. Pengertian Sikap Tanggung Jawab

(46)

Lickona (2013: 72) mengemukakan bahwa tanggung jawab secara literal berarti kemampuan untuk merespon atau menjawab. Itu artinya tanggung jawab berorientasi terhadap orang lain, memberikan bentuk perhatian, dan secara aktif memberikan respon terhadap apa yang mereka inginkan. Tanggung jawab menekankan pada kewajiban positif untuk saling melindungi satu sama lain. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan semakin besar kemungkinannya mengalami keberhasilan dan penghargaan yang diperoleh dari keberhasilan itu. Sebaliknya, jika seseorang yang kurang bertanggungjawab atau bertindak gegabah akan lebih banyak dihukum dan dikritik disamping harga dirinya juga berkurang dan akan mengembangkan sikap negatif dalam hidup.

(47)

harus mampu mengarahkan, mengembangkan, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada siswa yang kemudian dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pemerintah telah mencanangkan pendidikan karakter pada semua jenjang pendidikan. Artinya, pemerintah menginginkan agar nilai-nilai karakter dapat ditanamkan dalam diri peserta didik melalui proses pendidikan yang berlangsung pada setiap jenjang pendidikan. Tak terkecuali dengan tanggung jawab, yang juga mulai ditanamkan pada peserta didik sejak pendidikan dasar seperti sekolah dasar. Terdapat 18 nilai karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Pengertian tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sikap tanggung jawab adalah bentuk reaksi barupa menerima serta melaksanakan tugas dan kewajiban akibat dari yang telah dipercayakan pada kita, yang seharusnya di lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Melalui tahapan-tahapan model pembelajaran group investigation (GI), siswa dapat mengembangkan sikap tanggung jawab ketika mengikuti pembelajaran.

6. Konsep Utama Tanggung Jawab

(48)

(2) melatih kendali diri, (3) membuat perencanann dan menentukan tujuan, (4) memilih sikap positif, (5) melakukan kewajiban, (6) Mandiri, (7) berusaha mencapai kesempurnaan, (8) Bersikap Proaktif, (9) Bersikap Tekun, (10) mau merenung, (11) Memberikan Contoh yang baik, dan (12) Mempunyai Otonomi Moral. Konsep-konsep tersebut akan dibahas di bawah ini:

a. Berani Menanggung Konsekuensi

Seseorang yang bertanggung jawab artinya seseorang yang berani menanggung risiko atas pilihannya; menerima tanggung jawab moral atas konsekuensi sikap, kata-kata, dan tindakannya. Orang yang tidak berani menanggung konsekuensi biasanya selalu berusaha menghindari tanggung jawab. Siswa yang berani menanggung konsekuensi tidak akan menyalahkan orang lain, membuat alasan, atau menutup-nutupi kesalahan yang diperbuat. Siswa yang berani menanggung konsekuensi memahami betul bahwa hal baik maupun buruk pasti menyertai sikap pilihan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan atau tidak lakukan, yang dikatakan dan tidak katakan, dan sikap yang diperlihatkan kepada orang lain.

b. Melatih Kendali Diri

(49)

c. Merencanakan dan Menentukan Tujuan

Membuat rencana adalah ciri tanggung jawab. Bagi siswa dalam dunia yang penuh target ini, salah satu bagian tanggung jawab adalah membagi waktu dan menepati komitmen dan janji. Niat baik saja tidak cukup. Guru harus mengajarkan perencanaan dan penentuan tujuan kepada siswa, agar mampu menghadapi berbagai kewajiban sekolah, kegiatan ekstrakulikuler, memiliki kehidupan sosial yang sehat, melakukan tugas ketika berada di rumah.

d. Memilih Sikap Positif

Cara seseorang dalam memandang dunia di sekitar mempengaruhi setiap aspek kehidupan, termasuk kesehatan lahir-batin dan hubungan dengan orang lain. Manusia yang bertanggung jawab memilih sikap positif karena bersedia mengendalikan emosinya, dan dengan demikian juga mengendalikan kebahagiaan hidupnya.

(50)

e. Melakukan Kewajiban

Manusia yang bertanggung jawab melakukan tindakan yang menjadi kewajibannya. Siswa memenuhi kewajiban dapat berupa pada saat siswa harus melakukannya; siswa mematuhi komitmen dan memenuhi kewajibannya, baik yang tersirat (aspek moral) maupun yang tersurat (aspek legal). Melakukan kewajiban adalah ciri penting karakter yang kuat dan merupakan ujian rasa tanggung jawab. Tanggung jawab berhubungan dengan kualitas karakter yang membuat siswa menerima tugas dan kewajiban personal untuk melakukan tindakan yang harus siswa lakukan.

f. Mandiri

Orang yang bertanggung jawab mampu mengatur hidupnya sehingga tidak membebani orang lain. Seseorang yang bertanggung jawab akan sekuat tenaga membiayai dan memenuhi kebutuhan sendiri, serta mandiri.

g. Berusaha Mencapai Kesempurnaan

(51)

h. Bersikap Proaktif

Pribadi yang bertanggung jawab bersifat proaktif seperti berinisiatif meningkatkan diri, kondisi, dan komunitasnya serta berusaha mengubah sistem dan memecahkan masalah sosial demi kehidupan yang lebih baik.

i. Bersikap Tekun

Aspek lain tanggung jawab adalah ketekunan. Siswa yang bertanggung jawab menyadari bahwa tidaklah mudah melakukan hal yang bermanfaat. Siswa yang bertanggung jawab menunjukkan ketekunan dan tekad yang kuat untuk mengejar tujuannya. Siswa yang bertanggung jawab akan bertahan dalam tujuan yang ada dan menyelesaikan yang telah dimulai.

j. Mau Merenung

Siswa yang bertanggung jawab selalu berpikir ke depan sebagai antisipasi kemungkinan konsekuensi pilihannya serta memikirkan kembali tindakan yang telah ia lakukan dan tidak lakukan, agar lebih paham atas sebuah pilihan. Refleksi atau perenungan juga berarti pemaksaan diri untuk memikirkan masalah secara menyeluruh, kendati emosi dan dorongan hati mendorongnya melakukan reaksi spontan tanpa pikir panjang.

k. Memberikan Contoh yang Baik

(52)

pemikiran dan tindakan yang baik. Memberikan contoh yang baik mencakup dua bidang: memberikan contoh dengan tindakan, dan menjadi teladan yang baik.

l. Mempunyai Otonomi Moral

Pribadi yang bertanggung jawab sanggup berpikir sendiri, menentuakan keputusan yang mandiri, rasional, dan etis berdasarkan penilaian benar-salah yang sudah terintegrasi dalam dirinya (dengan kata lain, nurani kesadaran diri), dan tidak memberikan sikap dan prinsipnya dikendalikan oleh orang lain. Otonomi adalah kata indah yang bermakna gabungan dari keteguhan hati, penguasaan diri, kebebasan personal, dan kemandirian. Pribadi yang bertanggung jawab mempunyai otonomi moral karena menganggap dirinya adalah agen moral yang bebas, dengan kemampuan berpikir dan kebebasan untuk memilih yang benar daripada yang salah.

(53)

C. Hakekat Pembelajaran IPS 1. Pengertian Pembelajaran IPS

IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya (Trianto, 2010: 171). IPS dirumuskan berdasarkan realita dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial.IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial yang diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD).

Menurut Susanto (2014: 1-2) pembelajaran pendidikan IPS memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu untuk memahami dan mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan sosial, kewarganegaraan, fakta, peristiwa, konsep dan generalisasi serta mampu merefleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya yang dapat mengembangkan sikap, nilai, dan moral, yang memiliki manfaat bagi siswa dalam menghadapi berbagai permasalahan yang timbul akibat hubungan antar manusia.

2. Tujuan Pembelajaran IPS

(54)

bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang ke lebih tinggi (Trianto, 2010: 174). Pembelajaran IPS tidak sekedar memberi bekal pengetahuan untuk dihafalkan, karena pembelajaran IPS dapat pula mengembangkan kemampuan bersikap dan berperilaku yang berguna bagi kehidupan siswa.

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) lebih mengutamakan pada gejala dan masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari siswa. Seperti tujuan mata pelajaran IPS di SD adalah sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. (Sapriya, 2009: 194-195)

Tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya maupun masyarakat. Awan Mutakin (Trianto, 2010: 176-177) menjelaskan tujuan pembelajaran IPS adalah sebagai berikut:

(55)

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tidakan yang tepat.

e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

f. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

g. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.

h. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dan mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

i. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS tidak sekedar memberi bekal pengetahuan untuk dihafalkan, karena pembelajaran IPS dapat pula mengembangkan kemampuan bersikap dan berperilaku yang berguna bagi kehidupan sisw, dalam penelitian ini diharapkan siswa dapat mengembangkan sikap tanggung jawab.

3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS Kelas V

(56)

Pendidikan (KTSP) SD/ MI kelas V terdapat dua Standar Kompetensi (SK) yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran IPS. Setiap semester terdiri dari satu Standar Kompetensi (SK). Berikut adalah tabel SK mata pelajaran IPS kelas V semester 2:

Tabel 2. SK Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester 2

No. Standar Kompetensi (SK)

2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Adapun Standar Kompetensi (SK) semester 2 terdiri atas empat Kompetensi Dasar (KD). Berikut adalah tabel KD mata pelajaran IPS kelas V semester 2.

Tabel 3. KD Mata Pelajaran IPS Kelas V Semester 2

No Kompetensi Dasar (KD)

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Berdasarkan SK dan KD di atas, maka SK dan KD yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4. SK dan KD yang Digunakan dalam Penelitian

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

(57)

tersebut siswa akan mempelajari sikap tanggung jawab para pahlawan kepada negara Indonesia dalam memproklamasikan dan mempertahankan kemerdekaan.

Tanggung jawab para pahlawan ketika peristiwa memproklamasikan kemerdekaan ditunjukkan ketika mempersiapkan proklamasikan kemerdekaan dengan sebaik mungkin agar Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara golongan tua dan golongan muda. Selain itu, tanggung jawab para tokoh pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan supaya Indonesia tidak dijajah kembali, juga dapat dijadikan materi dalam menumbuhkan sikap tanggung jawab pada siswa.

D. Model Kooperatif Tipe GI dalam Mata Pelajaran IPS

Model Pembelajaran Kooperatif tipe group investigation (GI) akan sangat ideal untuk mengajarkan tentang pelajaran sejarah dan budaya dari sebuah Negara (Slavin, 2015: 216). Sejarah merupakan bagian dari mata pelajaran IPS. Pada mata pelajaran IPS sekolah dasar, sejarah diberikan ketika siswa berada di kelas V semester dua. Siswa mempelajari sejarah tentang peristiwa perjuangan para pahlawan sebelum proklamasi, perjuangan para pahlawan saat proklamasi, serta perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekan.

(58)

kemerdekan. Selain itu, pada tahapan ini pula, siswa akan mempelajari sikap-sikap positif yang dimiliki oleh para pahlawan, salah satunya adalah sikap tanggung jawab para pahlawan.

E. Ceramah Bervariasi

1. Pengertian Metode Ceramah Bervariasi

Ceramah bervariasi merupakan satu-satunya metode konvensional dan masih digunakan dalam strategi belajar mengajar. Winarno Surachmad dalam Hidayati (2004: 67) mengatakan bahwa yang dimaksud metode ceramah bervariasi adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya. Hal ini ditegaskan oleh Sagala (2009: 202) yang menyatakan bahwa ceramah juga sebagai kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata yang sering ditafsirkan salah. Selain itu Sugihartono (2007: 81) juga mengungkapkan metode ceramah merupakan metode penyampaian materi dari guru kepada siswa dengan cara guru menyampaikan materi melalui bahasa lisan baik verbal maupun non verbal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode ceramah bervariasi yaitu metode menjelaskan satu arah dari guru terhadap peserta didik guna memberikan informasi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Langkah-langkah Metode Ceramah Bervariasi

(59)

kelas, (6) evaluasi. Langkah-langkah tersebut ditegaskan kembali oleh Silberman dalam (Tukiran dkk.,2011: 47) : (1) mengemukakan cerita atau gambar yang menarik, (2) mengemukakan suatu problem, (3) membangkitkan perhatian dengan memberikan pertanyaan, (4) memberi poin-poin penting dari ceramah, (5) mengemukakan ilustrasi kehidupan nyata mengenai gagasan dalam ceramah, (6) menggunakan alat bantu visual, (7) memperjelas poin-poin ceramah dan, (8) mereview hasil ceramah.

(60)

pernah dilaksanakan sebelumnya. Melalui metode tersebut peneliti dapat mengetahui seberapa besar pengaruh metode ceramah terhadap sikap tanggung jawab siswa. F. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Masa kanak-kanak akhir disebut sebagai masa sekolah dasar, pada usia 6 tahun sampai masa remaja awal pada usia 11-13 tahun. Kebutuhan siswa bervariasi sesuai dengan tahapan perkembangannya, meliputi kebutuhan fisik, kognitif, emosi, sosial, dan intelektual. Pada masa kanak-kanak akhir, rasa egonya berkurang dan mulai bersikap sosial (Izzaty dkk, 2008: 104-106). Masa kanak-kanak akhir disebut sebagai usia berkelompok karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok dan merasa tidak puas apabila tidak bersama dengan teman-temannya (Hurlock, 2009: 155-156).

(61)

1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar. Adapun ciri-ciri anak masa kelas-kelas rendah sekolah dasar:

a. Suka memuji diri sendiri.

b. Apabila tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, maka tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting.

c. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya.

d. Suka meremehkan orang lain.

2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang berlangsung antara usia 9/10 tahun-12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar. Ciri-ciri khas anak masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar:

a. Perhatiannya tertuju kehidupan praktis sehari-hari. b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.

c. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. (Izzaty dkk, 2008: 116-117).

(62)

tipe Group Investigation (GI). Menurut Slavin (2015: 215) Group Investigation (GI) tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung adanya komunikasi dan interaksi dalam pembelajaran di kelas.

G. Penelitian yang Relevan

(63)

hasil belajar IPS siswa kelas IV dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di SD Muhammadiyah Purwodiningrat 2 Yogyakarta.Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada variabel terikatnya. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Siti Soleha variabel terikatnya adalah hasil belajar IPS sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah sikap tanggung jawab dalam mata pelajaran IPS. Sedangkan untuk persamaannya adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) sebagai variabel bebas dalam penelitian yang dilakukan.

H. Kerangka Berpikir

Pendidikan di sekolah saat ini hanya mengejar nilai-nilai akademik tertinggi. Pendidikan di sekolah semestinya menjadi kesempatan bagi guru untuk membantu siswa mengembangkan sisi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan) pada diri siswa. Menanamkan nilai-nilai sosial pada siswa merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru dalam menanamkan sisi afektif (sikap) siswa.

(64)

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Praktiknya belum dikembangkannya secara optimal sikap tanggung jawab pada siswa kelas V saat pembelajaran IPS. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah bervariasi yaitu guru berceramah di depan siswa dalam menjelaskan materi yang sedang diajarkan dan diselingi membaca, menulis, dan mengerjakan tugas kepada siswa dalam pembelajaran IPS sehingga terkesan hanya berfokus pada aspek kognitif siswa. Siswa SD khususnya siswa kelas V merupakan siswa pada masa kelas tinggi yang berlangsung antara usia 10-11 tahun. Ciri khas anak masa kelas tinggi sekolah dasar yaitu anak senang berinteraksi dengan lingkungannya, suka membentuk kelompok teman sebaya, menyukai hal-hal yang baru dan menyenangkan.

(65)

Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif dapat mengembangkan kualitas diri siswa terutama aspek afektif siswa khusunya sikap tanggung jawab. Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif sangat baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif, afektif, maupun konatif.

I. Hipotesis Penelitian

(66)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode eksperimen merupakan metode yang menjadi bagian dari pendekatan kuantitatif yang mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu dengan adanya kelompok kontrolnya. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan desain penelitian eksperimen semu (quasy experiment), alasan digunakannya eksperimen ini karena dalam penelitian bidang pendidikan (ilmu sosial) sangat sulit melakukan ketetatan kontrol seperti pada bidang eksakta. Temuan eksperimen semu seperti ini lebih memungkinkan diterapkan pada latar yang alamiah dibandingkan dengan eksperimen murni, karena bidang-bidang yang melibatkan manusia, khususnya pendidikan memerlukan suatu rancangan yang memperlakukan manusia secara wajar.

(67)

Tabel 5. Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4

Sumber: Sugiyono (2013: 112) Keterangan:

Ex = kelompok eksperimen K = kelompok kontrol

X = Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI - = Penerapan metode ceramah bervariasi

O1 = pre test kelompok eksperimen O2 = post test kelompok eksperimen O3 = pre test kelompok kontrol O4 = post test kelompok kontrol

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Telukan 2 yang beralamatkan di Jl. Ciu Pangkalan, Kelurahan Telukan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo dan SD Negeri Pandeyan 1 yang beralamatkan di Bugel RT 1 RW 3 Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Letak kedua SD tersebut berdekatan dan sangat strategis karena terletak di kelurahan yang berdekatan.

2. Waktu Penelitian

(68)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2013: 117) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V dari SD yang tergabung dalam Gugus Grojogan Sewu Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo sebanyak 139 siswa. Adapun SD yang tergabung dalam Gugus Grojogan Sewu adalah sebagai berikut ini:

Tabel 6. Daftar Sekolah yang Tergabung dalam Gugus Grojogan Sewu

No Nama Sekolah Kelas Jumlah Siswa

1. SD Negeri Kadokan 1 V 28 siswa

2. SD Negeri Kadokan 2 V 20 siswa

3. SD Negeri Telukan 2 V A 23 siswa

V B 25 siswa

4. SD Negeri Pandeyan 1 V 22 siswa

5. SD Negeri Pandeyan 2 V 21 siswa

Jumlah Siswa 139 siswa

2. Sampel

(69)

semua guru kelas merupakan guru yang sudah memiliki sertifikasi, dan kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran merupakan KTSP.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Menentukan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling. Menurut Sugiyono (2013: 120) dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Langkah-langkah pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengelompokkan sekolah dasar yang tergabung dalam Gugus Grojogan Sewu yang memiliki asumsi yang sama yaitu merupakan sekolah dasar negeri, semua guru merupakan lulusan PGSD, dan masih menggunakan KTSP.

b. Dari masing-masing sekolah yang tergabung dalam Gugus Grojogan Sewu, dipilih secara acak dua sekolah dengan cara diundi dari kelas V. Terpilihlah SD Negeri Telukan 2 dan SD Negeri Pandeyan 1. Undian tersebut dilaksanakan dalam satu tahap dengan dua kali pemilihan. Nomor undian yang terpilih pertama ditetapkan sebagai kelompok kontrol dengan model pembelajaran ceramah dan nomor undian yang terpilih kedua ditetapkan sebagai kelompok eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Hasilnya SD Negeri Pandeyan 1 sebagai kelompok kontrol dan SD Negeri Telukan 2 terpilih sebagai kelompok eksperimen.

(70)

karena SD Negeri Telukan 2 merupakan sekolah yang kelasnya parallel. Adapun uji coba instrumen dilaksanakan di SD Negeri Kadokan 1.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari seseorang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini mempelajari pengaruh suatu treatment, Suharsimi Arikunto (2010: 162) membedakan variabel menjadi dua variabel yaitu variabel bebas atau independent variabel (X) yang diamati pengaruhnya terhadap variabel terikat, dan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, variabel terikat atau dependent variabel (Y) yang diamati sebagai akibat dari variabel bebas. Berdasarkan pendapat tersebut, variabel dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI), sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah sikap tanggung jawab.

Gambar

Tabel 5.  Desain Penelitian
Tabel 6. Daftar Sekolah yang Tergabung dalam Gugus Grojogan Sewu
Tabel 7. Kisi-kisi Indikator Sikap Tanggung Jawab
Tabel 8. Skor Jawaban Pernyataan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adalah dimensi yang berhubungan dengan pengakuan atas situasi bermasalah yang dihadapi seseorang. Dengan kemampuan dan kemauan untuk mengakui adanya masalah, akan

Pertumbuhan di dalam ekonomi dan industri Malaysia adalah bergantung kepada keupayaan kita untuk mempertahankan kadar produktiviti yang tinggi dan daya saingan di arena

Apabila merujuk pada aturan tersebut maka peristiwa perang pada malam hari yang terjadi dalam Lakon Suluhan dan berdampak pada kematian Gathutkaca merupakan

• Understand the theory behind the bioelectromagnetic science applications on measurement in biomedical engineering instrument MRI, impedansi biomagnetik, serta prospek

Apabila pemerintah kabupaten/kota telah terbiasa menyusun program berbasis evaluasi dirinya, maka output yang diharapkan adalah pemerintah daerah dapat menyusun rencana

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan ternak sapi terbanyak oleh responden di Kecamatan Kusambi terletak pada Desa Lemoambo dengan jumlah sebesar 111 ekor yang

Penulis juga telah menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan dengan judul “Diagnosa Koi Herves Virus (KHV) Pada Ikan Mas ( Cyprinus carpio) Dengan Polymerase Chain

Tahap awal penelitian ini dilakukan dengan cara menonton film Rudy Habibie secara keseluruhan dengan durasi 120 menit. Setiap scene terdiri dari beberapa adegan