• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Evalasi Pembelajaran Daring Hubungannya Dengan Teori Behavioristik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Dinamika Evalasi Pembelajaran Daring Hubungannya Dengan Teori Behavioristik"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Proceedings

Volume 1, Nomor 1 Desember 2021

227

Dinamika Evalasi Pembelajaran Daring Hubungannya Dengan Teori Behavioristik

1Siti Mutmainah, 2Khairil Anwar, 3Taufik Warman Mahfuzh

IAIN Palangka Raya, [email protected]

2IAIN Palangka Raya, [email protected]

3IAIN Palangka Raya, [email protected]

ABSTRACT

Based on previous research there are several difficulties incountered in online learning one of them determines the form of online learning evaluation. Evaluation is important to carry out,because by doing an evaluation problems in learning will be known to then find a solution the problem. In online learning, student activity or independent learning is preferred because students will be the center of learning. As for learning according to Behavioristic theory students who learn are more directed as passive individuals. The purpose of this research is to describe dynamics of online learning evaluation and its relation to Behavioristic this study uses a qualitative method, type of literature study that is by digging up information related to the discussion in this case with regard to the evaluation of online learning in relation to Behavioristic theory, by using some relevant literature,such as journals, books and other official scientific works. The results of this study indicate that the Behavioristic theory cannot be applied in an online learning. This is because online learning prioritizes independent learning.

On online learning evaluation, one of which is the attitude assessment carried out by observing the teacher’s activity of students. While the application of Behavioristic theory in learning tends to be more passive and learning in this Behavioristic theory is a process of transferring knowledge in which students are expected to get the same knowledge from the teacher, the main mindset of students is to copy and paste what the teacher teaches.

Keywords: Evaluation, Learning, online, Theory, Behavioristic

ABSTRAK

Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran daring salah satunya menentukan bentuk evaluasi pembelajaran daring. Evaluasi penting untuk dilaksanakan, karena dengan melakukan evaluasi akan diketahui permasalahan dalam suatu pembelajaran untuk kemudian menemukan solusi dari permasalahan tersebut.

Pada pembelajaran daring, keaktifan peserta didik atau belajar secara mandiri lebih diutamakan karena peserta didik akan menjadi pusat belajar. Adapun belajar menurut teori Behavioristik adalah peserta didik yang belajar lebih diarahkan sebagai individu yang pasif.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dinamika terhadap evaluasi pembelajaran daring dan kaitannya dengan teori Behavioristik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, jenis studi pustaka yaitu dengan cara menggali informasi terkait pembahasan dalam hal ini berkenaan dengan evaluasi pembelajaran daring kaitannya dengan teori Behavioristik, dengan menggunakan beberapa literatur yang relevan, seperti jurnal, buku maupun karya ilmiah resmi lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teori Behavioristik tidak dapat diterapakan dalam suatu pembelajaran daring. Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran daring mengedepankan pembelajaran secara mandiri. Pada evaluasi pembelajaran daring, salah

(2)

228 satunya penilaian sikap dilaksanakan dengan cara pengematan guru dari keaktifan siswa.

Sementara pengaplilkasian teori Behavioristik dalam pembelajaran siswa cenderung lebih pasif dan belajar dalam teori Behavioristik ini adalah proses memindahkan pengetahuan yang mana siswa diharapkan mendapat pengetahuan yang sama dari gurunya, pola pikir utama siswa adalah copy-paste terhadap apa yang diajarkan guru.

Kata Kunci: Evaluasi, Pembelajaran, Daring, Teori, Behavioristik

PENDAHULUAN

Indonesia mulai melaksanakan pembelajaran jarak jauh atau dalam jaringan di Indonesia pada bulan Maret tahun 2020. Berdasarkan penelitian sebelumnya fenomena yang terjadi setelah diberlakukannya pembelajaran daring adalah adanya beberapa kesulitan, dari pihak sekolah seperti guru, pihak orang tua serta siswa sendiri. Salah satu contoh diantara beberapa kendala yang dihadapi pada pembelajaran daring adalah terkait dengan menentukan bentuk evaluasi pembelajaran daring oleh guru. Guru yang merupakan objek utama dalam proses pembelajaran dan evaluasi, banyak yang masih berproses. Idealnya, suatu pembelajaran harus dilakukan evaluasi karena dengan melakukan evaluasi maka akan diketahui apa-apa saja yang menjadi problem atau permasalahan ataupun yang menjadi kekurangan dalam pembelajaran untuk kemudian mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. Namun faktanya, masih terdapat beberapa kendala dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran, dalam hal ini evaluasi pada pembelajaran daring.

Oleh sebab itulah, evaluasi dalam pembelajaran sangat penting tidak terkecuali pada pembelajaran daring, maka berikut akan dibahas mengenai dinamika evaluasi pembelajaran daring tersebut serta kaitannya dengan teori belajar Behavioristik.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi pustaka atau yang berada di perpustakaan baik itu sumber data maupun pada kancah penelitiannya.

Perpustakaan di sini tidak selalu diartikan formal perpustakaan, namun semua referensi serta dokumen yang menjadi sumber data dalam penelitian (Musfiqon, 2012). Studi terhadap berbagai literatur yang sesuai dengan objek kajian penelitian ditekankan pada kajian ini (Mestika, 2014). Tujuan artikel ini adalah untuk penggalian data berkaitan dengan dinamika evaluasi pembelajaran daring serta kaitannnya dengan teori belajar

(3)

229 Behavioristik dengan didukung oleh beberapa referensi yang relevan dengan pembahasan. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian adalah berhubung pembahasan artikel ini mengenai dinamika evaluasi pembelajaran daring serta kaitannya dengan teori Behavioristik dengan jenis penelitian kepustakaan, maka peneliti akan mengumpulkan data dengan cara menggali data dari beberapa literatur yang relevan seperti buku, jurnal maupun karya ilmiah lainnya.

PEMBAHASAN

Pembelajaran daring diartikan sebagai suatu pembelajaran dengan bertatap muka melalui virtual dan berlangsung di dalam jaringan atau pembelajaran formal yang diselenggarakan sekolah di mana guru serta siswanya berada pada tempat yang berbeda, dilakukan dengan menggunakan telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya agar proses pembelajaran dapat berlangsung layaknya pembelajaran tatap muka pada biasanya (Ramdani, 2021).

Pembelajaran daring merupakan suatu model pembelajaran dengan online yang mampu mendistribusikan alat-alat pedagogik guna membangun pengetahuan serta memfasilitasi pembelajaran dan menekankan belajar dengan menggunakan teknologi internet (Ririn dan Nursiwi, 2020). Penerapan sistem Work From Home di masa pandemi mengakibatkan berbagai permasahan yang dihadapi oleh guru terkait segi pelaksanaan pembelajaan hingga evaluasi pembelajaran (Ahmad Said dan Muslimah, 2021).

Pembelajaran yang selama ini dilakukan secara tatap muka namun dengan adanya pandemi covid-19 maka harus beralih menjadi pembelajaran dalam jaringan (daring), model pembelajaran tesebut dapat dikatakan relatif baru. Jika dilihat dari segi manfaat dan proses pembelajaran daring, maka dapat diketahui pembelajaran mandiri yang mana peserta didik menjadi pusat belajar lebih dikedepankan pada pembelajaran daring (Ramdani, 2021). Siswa pada pembelajaran daring diharuskan untuk belajar di rumah masing-masing tanpa datang ke sekolah, proses pembelajaran ini melibatkan penguasaan teknologi, komunikasi dan internet oleh guru dan siswa. Pembelajaran

(4)

230 daring sama halnya dengan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas seperti juga direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi (Ririn dan Nursiwi, 2020).

Sementara itu, terkait dengan evaluasi pembelajaran daring, yang mana terdapat dua makna evaluasi, yaitu pengukuran serta penilaian, disebut pengukuran apabila lebih kepada data dalam bentuk angka, adapun yang disebut dengan penilaian yaitu jika berkaitan dengan interpretasi data angka itu sendiri. Ada dua fungsi evaluasi pembelajaran yaitu penilaian ketercapaian program dan tujuan pembelajaran serta mengukur kompetensi pencapaian siswa. Guru akan mudah meningkatkan atau memperbaiki kualitas suatu pembelajaran yang dilaksanakan dengan adanya evaluasi.

(Syahruddin dkk, 2020).

Peran evaluasi dalam proses pendidikan sangatlah penting, evaluasi dalam bidang pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kinerja individu maupun lembaga yang bersangkutan. Fleksibilitas dibutuhkan dalam menentukan serta merancang sistem penilaian ketika terjadi perubahan lingkungan belajar (Ayu Listian, 2021). Perlunya evaluasi yang baik untuk dapat digunakan dalam membuat keputusan mengenai siswa, menilai efektivitas proses instruksi serta menginformasikan kebijakan pendidikan dan memberikan umpan balik pada siswa mengenai kemajuan, kekuatan serta kelemahannya (Sunjono, 2021). Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, maka dilaksanakanlah evaluasi atau penilaian. Data yang didapatkan dari kegiatan evaluasi hasil belajar digunakan sebagai acuan atau tolak ukur dalam meningkatkan pembelajaran di tahap berikutnya (Ahmad Said dan Muslimah, 2021).

Dari penjelasan di atas, bisa dipahami bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan mengukur dan menilai ketercapaian dan keberhasilan suatu program atau rencana. Jika evaluasi pembelajaran, maka evaluasi tersebut dimaksudkan agar dapat diketahui suatu pembelajaran sudah tercapai atau tidak. Terkait dengan penyesuaian evaluasi pembelajaran, yang mana sistem evaluasi menjadi instrument guna mengukur hasil belajar siswa yang telah mengikuti proses pembelajaran.

(5)

231 Sistem evaluasi pembelajaran selama pandemi dirasa kurang maksimal pada beberapa penilaian yang dilakukan seperti penilaian harian, penilaian tengah semester dan penilaian akhir tahun menjelang kenaikan kelas. Hal ini diantaranya disebabkan pada semua jenjang sekolah siswa mengisi soal ujian secara daring dan tanpa adanya pengawasan guru secara ketat. Berdasarkan Surat Edaran Mendikbud No.4 Tahun 2020 bahwa sistem evaluasi pembelajaran berbasis Ujian Nasional dibatalkan. Penyesuaian sistem evaluasi dalam bentuk portofolio, nilai rapor, prestasi siswa sebelumnya, sistem penugasan, pelaksanaan tes daring atau asesmen jarang jauh juga dilakukan untuk ujian sekolah dan kelulusan.

Pandemi berdampak pada paradigma pengukuran hasil pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan sekolah. Jika dianalsis penyesuaian tersebut dalam menentukan suatu standar kenaikan kelas hingga kelulusan sekolah dirasakan kurang efektif (Abd.Rahim, 2020). Guru yang merupakan objek utama dalam proses pembelajaran dan evaluasi terutama saat pandemi covid-19, banyak yang masih berproses. Contoh kesulitan dalam proses evaluasi pembelajaran menggunakan metode daring yaitu ketika melihat aspek non kognitif siswa dari proses mengerjakan tugas sebagai metode utama evaluasi pembelajaran, memastikan bahwa hasil pekerjaan siswa tersebut menggambarkan kemampuannya serta memanfaatkan media daring.

Senada dengan salah satu hasil penelitian bahwa selama pelaksanaan evaluasi pembelajaran di masa pandemi covid-19 guru dihadapakan dengan beberapa permasalahan seperti guru masih bingung terkait desain instrument, rendahnya patisipasi siswa, lemahnya keaktifan siswa, pemahaman siswa yang kurang terhadap soal-soal dan lain-lain. Terjadinya perubahan terhadap evaluasi pembelajaran yang umumya dilaksanakan dengan tatap muka dan sekarang berubah menjadi evaluasi pembelajaran daring memberikan beberapa kendala terrhadap pihak sekolah, siswa serta orang tua. Hal tesebut disebabkan karena evaluasi pembelajaran daring pelaksanaannya tidak hanya merubah evaluasi pembelajaran yang awalnya tatap muka menjadi digital akan tetapi adanya perubahan yang lebih esensial. Daring dan tatap muka selain terdapat perbedaan esensi, terdapat pula beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

(6)

232 Ketertarikan siswa dalam suatu pembelajaran serta dukungan sosial hingga membutuhkan peran komponen-komponen yang secara keseluruhan terlibat juga dilibatkan dalam keberhasilan pembelajaran daring selain hanya melibatkan sekedar aspek instruksional. Terlibatnya kesatuan yang kompleks antara infrastruktur dan personil dengan mempertimbangkan faktor instruksional, teknologi, implementasi dan organisasi yang meskipun bersifat independen tetapi harus bekerjasama secara efektif agar sistem dapat berjalan secara menyeluruh merupakan tantangan sistem evaluasi pembelajaran daring. Hal demikian menunjukkan evaluasi belajar secara daring penting untuk dilihat berdasarkan setiap komponen yang terlibat dalam evaluasi belajar (Sunjono, 2021).

Adanya beberapa kesulitan bagi guru, orang tua dan siswa karena perubahan sistem pembelajaran dari sistem tatap muka menjadi daring diantaranya seperti penentuan bentuk evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukan dalam bentuk ragam variasi sebelum penyebaran covid-19 seperti tes, ujian lisan dan lain sebagainya. Akan tetapi ketika muncul pandemi covid-19 bentuk evaluasi tidak semuanya digunakan, sistem evaluasi akhirnya berubah dikarenakan adanya kesulitan tesebut. Aspek kompetensi, jenis materi serta kondsi siswa menjadi hal yang mendasari pertimbangan pemilihan bentuk evaluasi (Syahruddin dkk, 2020).

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran jarak jauh (daring) tentu dengan menyesuaikan keadaan yang dihadapi sama seperti pembelajaran yang dilaksanakan melalui jarak jauh. Seperti penilaian pengetahuan yang guru laksanakan dengan memberikan soal lewat aplikasi, penilaian keterampilan yang dilaksanakan di rumah dan hasil dikumpulkan melalui whatsapp, dan penilaian sikap dilaksanakan dengan cara pengamatan guru dari keaktifan siswa (Indra, 2021). Ada tiga indikator yang paling tidak harus dimiliki dalam melakukan evaluasi terhadap komponen konteks pembelajaran daring seperti indikator tujuan, indikator lingkungan dan indikator kebutuhan. Evaluasi komponen imput dalam pembelajaran daring juga memiliki empat indikator yaitu indikator pendidik, peserta didik, sarana dan prasarana, dan indikator prangkat pembelajaran. Sementara itu ada lima indikator evaluasi komponen proses

(7)

233 yaitu indikator aktivitas pendidik, aktivitas siswa, indikator proses, indikator kendala serta indikator solusi.

Ada beberapa problem dalam pelaksanaan pembelajaran daring, oleh sebab itu evaluasi dibutuhkan. Dengan melakukan evaluasi maka akan diketahui apa yang menjadi problem atau permasalahan dalam pembelajaran daring untuk kemudian mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. Evaluasi indikator tujuan kaitannya dengan komponen menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan apakah tujuan yang telah disusun dan direncanakan tercapai atau tidak dalam suatu proses pembelajaran daring. Demikian juga dengan indikator kebutuahan, terkait dengan yang menjadi kebutuhan guru dan siswa dalam proses pembelajaran daring.

Berikutnya indikator lingkungan, guna menciptakan lingkungan belaja yang kondusif serta menyenangkan, dapat dilakukan dengan kolaborasi terhadap orang tua siswa Demikian pula dalam evaluasi, indikator pendidik monoton atau kualifikasi akademik yang tidak sesuai, atau pendidiknya belum mampu mengoperasikan teknologi harus diperlihatkan oleh komponen imput dalam pembelajaran daring. Selain itu evaluasi indikator peserta didik juga penting karena dalam pembelajaan daring peserta didik menjadi komponen yang krusial. Peserta didik harus dievaluasi, baik menggunakan evaluasi harian, mingguan, bulanan bahkan evaluasi pada setiap semesternya. Indikator sarana dan prasarana seperti ketersediaan komputer, kouta internet, lingkungan mengajar yang kondusip juga penting untuk dievaluasi danyang tidak luput dari evaluasi yaitu indikator prangkat pembelajaran karena dalam perangkat pemebelajaran tertera rencana pembelajaran, metode, alokasi waktu, program semester hingga tahunan. Adapun indikator proses, indikator aktivitas siswa, kendala dan solusi adalah lima indikator yang harus dimiliki evaluasi komponen proses (Ramdani, 2021).

Berdasarkan salah satu penelitian, ditemukan beberapa masalah yang dihadapi dengan belajar secara online, seperti pelaksanaan evaluasi dan prinsip evaluasi yang masih belum terlihat dengan baik, kompetensi guru dalam pemanfaatan aplikasi berbasis teknologi informasi yang masih kurang, dalam memberikan dan menyimpulkan capaian siswa selama proses belajar guru masih kebingungan, evaluasi hanya menggunakan item pelaksanaan di sekolah serta tidak memiliki arah, proses belajar

(8)

234 tatap muka yang ditiadakan akibatkan covid-19 menjadi kendala evaluasi serta koneksi yang belum baik anataa guru, siswa dan orang tua dalam pembelajaran daring (Ayu Listian, 2021).

Adapaun teori belajar Behavioristik merupakan suatu teori yang melihat perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar yang diakibatkan dari adanya stimulus dan respon. Stimulus dalam pembelajaran adalah materi pembelajaran atau apa yang diberikan guru kepada siswanya sedangkan respon adalah apa yang didapatkan oleh siswa dari adanya stimulus tersebut (RK Rusli dan MA Kholik, 2013).

Konsep pembelajaan pada teori Behavioristik menganggap pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, dan tidak berubah. Belajar merupakan perolehan pengetahuan, adapun mengajar adalah pemindahan atau pemberian pengetahuan kepada orang yang diajarkan. Pembelajaran disimpulkan sebagai proses memindahkan pengetahuan, dalam hal ini, siswa diarahkan agar mendapat pengetahuan yang tidak berbeda dengan gurunya, pemikian utama siswa adalah copy-paste dengan apa yang disampaikan guru (Fera Andriyani, 2015). Dalam pembelajaan, teori belajar Behavioristik merupakan suatu upaya membentuk perilaku yang diinginkan (Fera Andriyani, 2015).

Siswa yang belajar pada teori Behavioristik dengan model hubungan stimulus- respon didudukkan sebagai individu yang pasif. Perilaku atau respon tertentu dengan menggunakan metode pembiasaan semata atau metode pelatihan (Novi, 2016).

Pengukuran diutamakan pada teori Behavioristik ini untuk dapat melihat terjadi atau tidaknya perubahan pada suatu tingkah laku (Muhammad dan Arif, 2011).

Teori Behavioristik kaitannya dengan evaluasi pembelajaran daring adalah teori Behavioristik tidak dapat diterapakan dalam suatu pembelajaran daring. Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran daring mengedepankan pembelajaran secara mandiri.

Pada evaluasi pembelajaran daring, salah satunya penilaian sikap dilaksanakan dengan cara pengematan guru dari keaktifan siswa. Sementara pengaplilkasian teori Behavioristik dalam pembelajaran siswa cenderung lebih pasif dan dalam teori Behavioristik belajar merupakan proses memindahkan pengetahuan yang mana diharapkan agar siswa memperoleh pengetahuan yang sama dengan gurunya, pola pikir utama siswa merupakaan copy-paste dari apa yang diajarkan guru.

(9)

235 Sementara itu, era globalisasi saat ini guru bukanlah penyalur ilmu pengetahuan dan informasi satu-satunya, akan tetapi menjadi salah satunya saja. Sekarang ini guru harus berfungsi sebagai motivator, evaluator, justifikator dan dinamisator. Pola hubungan yang seharusnya antara guru dan murid adalah sebagai mitra yang interaktif (Ali Sibram, 2017).

KESIMPULAN

Teori Behavioristik tidak dapat diterapakan dalam suatu pembelajaran daring.

Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran daring mengedepankan pembelajaran secara mandiri. Pada evaluasi pembelajaran daring, salah satunya penilaian sikap dilaksanakan dengan cara pengematan guru dari keaktifan siswa. Sementara pengaplilkasian teori Behavioristik dalam pembelajaran siswa cenderung lebih pasif dan dalam teori belajar Behavioristik belajar merupakan proses memindahkan pengetahuan yang mana siswa pengetahuan siswa diarahkan agar sama dengan pengetahuan gurunya, pemikiran utama siswa merupakan copy-paste dengan apa yang diajarkan guru.

REFERENSI

Andriyani, Fera,“Teori Belajar Behavioristik dan Pandangan Islam Tentang Behavioristik”, Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam, Edisi 10, No.2, 2015.

Damanik, Syahrudin dkk, “Model Evaluasi Pembelajaran AUD Berbasis Daring di RA Nurun Namirah Medan Marelan (Studi Kasus Selama Masa Pandemi Covid- 19)”, Jurnal Pendidikan dan Keislaman, Vol. III, No.1, 2020.

Dermawan, Indra, Bagus, “Penerapan Evaluasi Pembelajaran dalam Pembelajaran Jarak Jauh”, Jurnal Riset dan Inovasi Pembelajaran, Vol.1, No.2, 2021.

Mubarok, Ramdani, “Dinamika Lembaga Pendidikan Dasar dalam Pengelolaan Pembelajaran Daring”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 21, No.1, 2021.

Mansyur, Abd. Rahim, “Dampak Covid-19 Terhadap Dinamika Pembelajaran di Indonesia”, Educational Learning Journal, Vol.1, No.2, 2020.

Malisi, M. Ali, Sibram, “Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam di Era MEA”, Jurnal Transformatif (Islamic Studies), Vol.1, No.1, 2017.

Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Pendidikan, Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2012.

(10)

236 Nahar, Novi, Irwan, “Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses

Pembelajaran”, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol 1, 2016.

Rusli, RK dan MA Kholik, “Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan Theory Of Learning According To Educational Psychology”, Jurnal Sosial Humaniora, Vol. 4, No. 2, 2013.

Said, Ahmad, Muslimah, “Penilaian Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak pada Masa Pandemi Covid-19 di MIN 1 Kotawaringin Timur”, Jurnal Bulletin of Scienci Education, Vol.1, No.1, 2021.

Safitri, Ririn, Ayu, Nita, dan Nursiwi, Nugraheni, “Dampak Covid-19 Terhadap Proses Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar”, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Menyosong Society, No.1, 2020.

Sunjono, “Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Daring Melalui Pendampingan Manajerial di SMA Negeri 1 Tanjung Selor”, Jurnal Inovasi Pendidikan dan Pengajaran, Vol.1, No.3, 2021.

Tarigan, Ayu, Listian,“Evaluasi Pembelajaran Online di Masa Pandemi Covid-19 di Kecamatan Minas”, Jurnal UHNP, Vol.1, No.1, 2021.

Tabroni, Muhammad & Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Bimbingan belajar behavioristik adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada siswa dengan mendasarkan pada konsep-konsep atau

Prinsip-prinsip perilaku diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik (King, 2010:15).Teori belajar behavioristik

Namun sejatinya, kendatipun menurut teori belajar behavioristik dapat diambil suatu hubungan kausal antara janji (targhib dan tarhib) sebagai stimulus, dan perilaku manusia

Teori belajar behavioristik berpendapat bahwa stimulus itu merupakan suatu hal yang penting dalam belajar sedangkan humanistik berpendapat bahwa belajar itu harus berasal dari dalam

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Sebagai contohnya pada peserta didik yang belum dapat melakukan cara pembuatan larutan NaOH sebagaimana yang sudah diajarkan

Pengertian Teori Belajar Behavioristik Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran..

Seseorang dikatakan telah belajar jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku, 2 teori ini menyimpulkan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus

Berdasarkan penjelasan di atas dapat penulis analisis bahwa penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran Pendidkan Agama Islam yang dilakukan oleh guru PAI di Smpn 06 Sungai