• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DALAM UPAYA MELINDUNGI HAK WAJIB PAJAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DALAM UPAYA MELINDUNGI HAK WAJIB PAJAK "

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DALAM UPAYA MELINDUNGI HAK WAJIB PAJAK

BADAN PADA KANTOR KONSULTAN PAJAK KARYA ARTHA BHAKTI GROUP

LAPORAN TUGAS AKHIR KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

Diajukan Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md) Pada Program DIII-Perpajakan

Oleh :

KHAIRUL MA’ARIJ BAHARTRI 105751102119

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN (D-III) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

(2)

ii

HALAMAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidup Dan Matiku Hanya Karena Allah SWT”

(QS. Al-An’am ayat 162)

“Sebaik-Baik Manusia Adalah Mereka Yang Paling Bermanfaat Bagi Orang Lain”

(HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni)

PERSEMBAHAN

Puji Syukur Kepada Allah SWT Atas Limpahan Rahmat Dan Karunianya Sehingga Karya Tulis Ilmiah Ini Dapat Terselesaikan Dengan Baik.

Alhamdulillahi Rabbil’alamin

Karya Tulis Ilmiah Ini Kupersembahkan Sebagai Wujud Kasih Sayang, Bakti Dan Terima Kasihku Kepada Kedua Orang Tuaku Ibu Andi Tenri S.Ag Dan Ayah Baharuddin S.Ag.,M.Pd.i Yang Saya Cintai, Orang-Orang

Yang Saya Sayang Dan Almamaterku

PESAN

“Berusahalah Menjadi Manusia Yang Bermanfaat Sebab Dalam Hidup Ini Jika Kamu Tidak Membantu Sesama, Maka Kamu Bukan Benar-Benar

Hidup, Kamu Hanya Bernapas”

(3)

iii

PROGRAM STUDI D-III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. 7 Telp. (0411) 866972 Makassar

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Penerapan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Dalam Upaya Melindungi Hak Wajib Pajak Badan Pada Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group

Nama Mahasiswa : Khairul Ma’arij Bahartri No. Stambuk/NIM : 105751102119

Program Studi : DIII Perpajakan

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Telah diujikan pada tanggal 1 Juli 2022

Makassar, 14 Juli 2022

Menyetujui, Pembimbing I

Dr. Rustan, SE., M.Si., Ak., CA., CPAI.,CPA., ASEAN CPA NIDN: 0901126503

Pembimbing II

Andi Arifwangsa Adiningrat.SE., S.Pd., M.Ak NIDN: 0916028901

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si NBM: 651057

Ketua Program Studi

Dr. H. Andi Rustam, SE., MM., Akt., CA., CPAI., CPA., ASEAN CPA NBM : 116.5156

(4)

iv

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Alamat: Jalan Sultan Alauddin No.259 Telp (0411) 866972 Makassar 90221

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah (KTI) atas nama Khairul Ma’arij Bahartri NIM : 105751102119, diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Karya Tulis Ilmiah berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor : 0008/SK-Y/61403/091004/2022 M, Tanggal 1 Dzulhijjah1443 H /1 Juli 2022 M, sebagai salah satu syarat guna melaporkan gelar Ahli Madya pada Prodi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 14 Dzulhijjah 1443 H 14 Juli 2022 M PANITIA UJIAN

1. Pengawas Umum : Prof Dr. H. Ambo Asse, M.Ag

(Rektor Unisuh Makassar (………)

2. Ketua : Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si

(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) (………)

3. Sekretaris : Agusdiwana Suarni, SE., M.ACC

(WD 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis) (………)

4. Penguji :

1. Hj. Naidah SE., M.Si (………)

2. Dr. Rustan, SE., M.Si., Ak., CA., CPAI.,CPA., ASEAN CPA (………) 3. Wa Ode Rayyani. SE.,M.Si.,Ak.,CA (………) 4. Andi Arifwangsa Adiningrat.SE., S.Pd., M.Ak (………)

Disahkan oleh,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si NBM : 651057

(5)

v

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Alamat: Jalan Sultan Alauddin No.259 Telp (0411) 866972 Makassar 90221

SURAT PERNYATAAN

Nama Mahasiswa : Khairul Ma’arij Bahartri No. Stambuk/NIM : 105751102119

Program Studi : D3 Perpajakan

Dengan Judul : Penerapan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Dalam Upaya Melindungi Hak Wajib Pajak Badan Pada Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group

Dengan ini Menyatakan Bahwa

Karya Tulis Ilmiah ini yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah ASLI hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan dan tidak dibuat oleh siapapun

Dengan pernyataan ini saya buat sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar

Makassar, 14 Juli 2022 Yang Membuat Pernyataan

Khairul Ma’arij Bahartri NIM: 105751102119 Pembimbing I

Dr. Rustan, SE., M.Si., Ak., CA., CPAI.,CPA., ASEAN CPA NIDN: 0901126503

Pembimbing II

Andi Arifwangsa Adiningrat.SE., S.Pd., M.Ak NIDN: 0916028901

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabaraktuh

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dengan Judul

Penerapan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Dalam Upaya Melindungi Hak Wajib Pajak Badan Pada Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group’. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Diploma (DIII) Perpajakan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang, doa tulus tak pamrih dan dukungan baik moril maupun materil. Terima kasih ku ucapkan kepada Ayahanda Baharuddin S.Ag.,M.Pd.I yang senantiasa menjaga dan melindungiku dengan segenap jiwa dan raganya, terima kasih juga kepada Ibunda tercinta Andi Tenri S.Ag atas kasih sayang yang tak terhingga diberikan kepada penulis. Dan terkhusus saudara kandungku Muhammad Fadhil Bahartri, penulis haturkan doa dan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya atas berbagai bantuan yang diberikan hingga akhir studi ini. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

(7)

vii

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Ibu Agusdiwana Suarni, SE., M.Acc selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Ibu Dr. Hj.

Muchriana Muchram, SE.,M.Si.,Ak selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Bapak Abdul Muttalib, SE., MM selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Bapak Dr. Sulaeman Masnan, S.Pd.I., M.Pd.I selaku Wakil Dekan IV Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. H. Andi Rustam, SE., MM., Akt., CA., CPAI., CPA., ASEAN CPA, selaku Ketua Prodi DIII Perpajakan, yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.

4. Bapak Dr. Rustan, SE., M.Si., Ak., CA., CPAI., CPA., ASEAN CPA selaku Pembimbing 1, yang senantiasa memberikan dukungan, bantuan, dan saran yang sangat berarti kepada penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak Andi Arifwangsa Adiningrat, SE., S.Pd., M.Ak., selaku Pembimbing 2 sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran serta dorongan yang sangat berarti kepada penulis.

(8)

viii

6. Bapak/ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah. Beserta Para staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Terima kasih sebesar-besarnya penulis haturkan pihak Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group atas segala ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis pada saat Magang & melakukan penelitian.

8. Terima Kasih Sebesar-besarnya kepada keluarga besar Sau Renge Family, yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan dan semangat kepada penulis agar bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Terima Kasih Kepada Special Person yang selalu mengingatkan, mendukung, menyemangati dan turut merasakan perjuangan penulis dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini

10. Terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa DIII Perpajakan angkatan 2019 yang telah berjuang bersama, saling membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

11. Terima kasih kepada Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Perpajakan (HIMAPA), pengurus HIMAPA periode 2021-2022 yang telah menjadi tempat belajar dan proses Pengembangan diri bagi penulis

12. Terima Kasih Kepada Seluruh Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan dukungan dan apresiasi kepada penulis 13. Terima Kasih sebesar besarnya kepada diri Sendiri atas segala usaha dan

perjuangan yang telah dilakukan hingga bisa sampai di titik ini.

(9)

ix

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka penulis menerima masukan, saran dan kritik membangun guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.

Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fisabilil haq fastabiqul khairat, Wassalamualaikum Wr.Wb

Makassar, 14 Dzulhijjah 1443 H 14 Juli 2022 M

Khairul Ma’arij Bahartri

(10)

x

ABSTRAK

KHAIRUL MA’ARIJ BAHARTRI, TAHUN 2022. Penerapan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Dalam Upaya Melindungi Hak Wajib Pajak Badan Pada Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group. Karya Tulis Ilmiah (KTI), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Bapak Rustan. dan Pembimbig II Bapak Andi Arifwangsa Adiningrat.

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui penerapan Restitusi pajak pertambahan nilai (ppn) dalam Upaya Melindungi Hak Wajib Pajak Badan pada Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group. Objek penelitian Tugas Akhir ini adalah “Penerapan Restitusi pajak pertambahan nilai dalam Upaya Melindungi Hak Wajib Pajak Badan pada Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group”.Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kualitatif terapan dengan menggunakan metode Pengumpulan data, Reduksi data, Display data, Verifikasi data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan Restitusi pajak pertambahan nilai (ppn) yang dilakukan oleh wajib pajak badan pada kantor konsultan pajak Karya Artha Bhakti Group sudah dijalankan dengan aturan-aturan yang berlaku dan dilaksanakan untuk memenuhi hak wajib pajak badan

Kata Kunci : Restitusi, Pajak Pertambahan Nilai, Hak Wajib Pajak

(11)

xi

ABSTRACK

KHAIRUL MA'ARIJ BAHARTRI, 2022. Implementation of Value Added Tax Restitution in an Effort to Protect the Rights of Corporate Taxpayers at the Karya Artha Bhakti Group Tax Consultant Office. Scientific Writing (KTI), Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Advisor I Mr. Rustan. and Supervisor II Mr. Andi Arifwangsa Adiningrat.

The purpose of this study is to determine the application of value added tax refunds in an effort to protect the rights of corporate taxpayers at the Karya Artha Bhakti Group Tax Consultant Office. The object of this final project is

"Implementation of Value Added Tax Restitution in Efforts to Protect the Rights of Corporate Taxpayers at the Karya Artha Bhakti Group Tax Consultant Office". The data analysis technique used is an applied qualitative technique using the methods of data collection, data reduction, data display, Data verification, and drawing conclusions.

The results of this study indicate that the application of value added tax refunds carried out by the tax consulting office of the Karya Artha Bhakti Group has been carried out with applicable regulations and is implemented to fulfill the rights of corporate taxpayers.

Keywords: Restitution, Value Added Tax, Taxpayer Rights

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………i

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ...vi

ABSTRAK ... x

ABSTRACK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN TEORI ... 6

A. Landasan Teori ... 6

1. Definisi dan Fungsi Pajak ... 6

2. Definisi dan Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 7

3. Tarif dan Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 8

4. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 8

5. Mekanisme Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak. ... 9

6. Hak-Hak Wajib Pajak ... 12

B. Kerangka Konseptual ... 14

C. Metode Pelaksanaan Penelitian ... 16

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

2. Sumber Informan ... 16

3. Teknik Pengumpulan Data ... 16

(13)

xiii

4. Teknik Analisis Data ... 17

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 16

A. Sejarah Singkat ... 16

B. Visi dan Misi Organisasi ... 16

C. Struktur Organisasi dan Job Description ... 21

D. Hasil Penelitian ... 22

1.) Restitusi PPN Tahun 2020-2021 di Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group ... 23

E. Pembahasan ... 27

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN ... 30

A. Kesimpulan ... 30

B. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

LAMPIRAN... 34

BIOGRAFI PENULIS ... 46

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Pikir Penelitian………. 15

Gambar 3.1 Struktur Organisasi………. 21

Gambar 3.2 Grafik Restitusi PPN Periode 2020-2021……….. 26

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rekapitulasi Pengkreditan PPN Masukan Periode Tahun 2020.. 24 Tabel 3.2 Rekapitulasi Pengkreditan PPN Masukan Periode Tahun 2021…. 25 Tabel 3.3 Rekapitulasi Restitusi PPN Periode Tahun 2020-2021…………. 26

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penelitian ………... 35

Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Wawancara ………... 42

Lampiran 3 Dokumentasi ………... 46

Lampiran 4 Data-Data Penelitian………. 48

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan pada perusahaan atau pengusaha, disebut sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Walau Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan pada Pengusaha Kena Pajak (PKP), tetapi biaya pajak ditanggung oleh konsumen akhir Contohnya, konsumen sebuah restoran membayar makanan yang dipesan beserta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) restorannya karena konsumen telah menikmati barang atau jasa yang disediakan oleh pihak restoran. Hal ini dikarenakan objek utama Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP).

Self Assessment System adalah sistem pemungutan dimana para Wajib Pajak dapat menghitung, membayar dan melaporkan biaya pajaknya sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat. Sistem ini diterapkan oleh pemerintah untuk membuat para wajib pajak lebih aktif, peduli dan sadar mengenai pentingnya pajak di Indonesia serta memberikan kebabasan dan kepercayaan sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk mengelola kewajiban perpajakannya sendiri mulai dari menghitung hingga melaporkan jumlah pajak terutang, akan tetapi dengan diterapkannya sistem ini seringkali

(18)

2

terdapat perbedaan perhitungan oleh Kantor Pelayanan Pajak dengan Wajib Pajak sehingga hal tersebut dapat menimbulkan kesalahan bayar yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam hal ini Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang dapat menyebabkan kelebihan atau kekurangan bayar. Kelebihan bayar pajak seringkali dikaitkan dengan nilai penerimaan pajak, disebabkan jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari pada jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya. Dalam hal ini perlu adanya penerapan restitusi dan kompensasi yang berguna untuk mengatasi kelebihan bayar pajak.

Undang-Undang Perpajakan memberikan hak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban perpajakan. Salah satu hak tersebut adalah hak untuk melakukan kompensasi atau restitusi.Restitusi dapat diajukan terhadap semua jenis pajak.Restitusi pajak pertambahan nilai diartikan sebagai pengembalian pajak pertambahan nilai karena jumlah Pajak Masukan melebihi Pajak Keluaran. Adapun Tujuan restitusi pajak adalah salah satunya untuk melindungi hak Wajib Pajak . Sekaligus sebagai jaminan kepercayaan kepada Wajib Pajak dari pemerintah serta upaya transparansi dalam perhitungan pajak.

Restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai merupakan Hak semua Wajib Pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui bagaimana penerapan ataupun mekanismie pengajuan restitusi.

Pengajuan restitusi pajak pertambahan nilai dapat dilakukan pada setiap masa pajak, namun yang bisa melakukan restitusi pada setiap masa pajak hanya Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud,

(19)

3

penyerahan Barang Kena Pajak ataupun Jasa Kena Pajak kepada Pemungut PPN(Pajak Pertambahan Nilai), penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak dipungut PPN (Pajak Pertambahan Nilai), ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, ekspor Jasa Kena Pajak atau masih dalam tahap.

belum berproduksi, selain daripada Pengusaha Kena Pajak, yang lainnya hanya dapat melakukan restitusi pada akhir tahun buku.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti Bagaimana penerapan Restitusi pajak pertambahan nilai dalam upaya Melindungi Hak Wajib Pajak pada Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group yang dimana Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group merupakan instansi swasta yang menyediakan bantuan bagi Wajib Pajak badan dalam proses pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak. Khususnya dalam hal ini ialah pengajuan restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai (PPN)

Maka daripada itu untuk mengetahui lebih jelasnya, maka penulis mengajukan penelitian dengan Judul “Penerapan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai dalam Upaya Melindungi Hak Wajib Pajak Badan pada Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul rumusan masalah, yaitu

“Bagaimana penerapan restitusi pajak pertambahan nilai dalam upaya melindungi hak Wajib Pajak badan pada Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group ?”

(20)

4

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu Untuk mengetahui penerapan Restitusi pajak pertambahan nilai dalam Upaya Melindungi Hak Wajib Pajak Badan pada Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini penulis berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Adapun penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

a. Dapat digunakan sebagai bahan masukkan untuk penelitian selanjutnya dan pendukung penelitian terdahulu dengan tema yang sama.

b. Memberikan informasi yang terbaru untuk dapat diterapkan oleh pengelola pajak atau masyarakat dalam hal pengajuan permohonan restitusi pajak pertambahan nilai (PPN) dalam upaya melindungi Hak Wajib Pajak Badan

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kantor Pelayanan Pajak

Diharapkan sebagai kontribusi atau bahan pertimbangan mengenai penerapan restitusi pajak pertambahan nilai (PPN) dalam upaya melindungi Hak Wajib Pajak Badan

(21)

5

b. Bagi Instansi Terkait

Dapat dijadikan sebagai saran positif dalam menstabilkan penerimaan pajak negara.

c. Bagi Penulis

Diharapkan sebagai informasi yang bermanfaat dan dapat menambah wawasan ilmu khususnya tentang perpajakan.

(22)

6 BAB II TINJAUAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Definisi dan Fungsi Pajak a) Definisi Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Ayat 1 yaitu: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara lansung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang lansung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2018:1).”

Definisi pajak yang lain yaitu: “Iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang lansung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah (Thomas Sumarsan, 2017:3).”

(23)

7

b) Fungsi Pajak

Ada 2 fungsi pajak, yaitu : 1. Fungsi Anggaran (budgetair)

Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2. Definisi dan Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pemungutan pajak terhadap tiap transaksi/perdagangan jual beli produk/jasa dalam negeri kepada wajib pajak orang pribadi, badan usaha maupun pemerintah

Purwono (2010:272) menyatakan pajak pertambahan nilai disebut juga pajak atas konsumsi dalam negeri yang bersifat tidak langsung dan objektif oleh orang pribadi atau badan.

Dasar Hukum pajak pertambahan nilai adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994, diubah lagi dengan Undang-undang Nomor 18 tahun 2000, dan terakhir Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 yang didefinisikan oleh Resmi (2012:1)

(24)

8

3. Tarif dan Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Berdasarkan ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang pajak pertambahan nilai, tarif PPN ditetapkan sebesar 10% dan 0%.

Tarif 0% hanya diterapkan atas ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud dan Ekspor JKP. Namun berdasarkan ketentuan Undang-Undang tersebut, tarif PPN dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Cara menghitung PPN adalah dengan cara mengalikan tarif PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai Lain yang diatur dengan atau beradasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Atas secara dapat dirumuskan sebagai berikut :

4. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Menurut Djuanda & Lubis (2011: 121) menyatakan bahwa restitusi merupakan kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai, terjadi karena jumlah pajak masukan yang dibayar lebih besar dari pada jumlah pajak keluaran yang dipungut dalam suatu masa pajak.

Undang-Undang tentang Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 17B menyatakan “restitusi pajak adalah hak bagi Wajib Pajak (Badan) bila nilai pajak masukan lebih besar daripada pajak keluaran”. Dalam arti negara membayarkan kembali atau mengembalikan pajak yang telah dibayar Wajib Pajak. Restitusi pajak hanya terjadi jika jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau

PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

(25)

9

telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan Wajib Pajak tidak memiliki utang pajak lainnya. Dalam hal ini PPN diakui sebagai pajak atas konsumsi bukan pajak atas kegiatan bisnis dimana jumlah Pajak Keluaran lebih kecil daripada Pajak Masukan sehingga menimbulkan kelebihan bayar, maka PKP berhak memperoleh pengembalian dengan cara :

a. Dikompensasi ke utang pajak pada masa pajak berikutnya.

b. Diajukan permintaan pengembalian dari Negara (restitusi).

5. Mekanisme Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.

1.) Mekanisme Umum

Prinsip umum tata cara restitusi diatur dalam Pasal 17 ayat (1) UU KUP yang berbunyi "Direktorat Jenderal Pajak, setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.”

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) akan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) apabila setelah melakukan pemeriksaan diketahui jumlah pajak masukan lebih bayar daripada jumlah pajak keluaran. SKPLB masih dapat diterbitkan lagi apabila hasil pemeriksaan dan/atau data baru jumlah pajak yang lebih dibayar ternyata lebih besar daripada kelebihan pembayaran pajak yang telah ditetapkan.

(26)

10

Ketentuan pelaksana tata cara restitusi PPN ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PMK 72/2010).

Berdasarkan PMK 72/2010, cara pengajuan restitusi adalah sebagai berikut :

1. PKP dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pajak dengan menggunakan:

a. SPT masa PPN, dengan cara mengisi pada kolom 'Dikembalikan (restitusi).

b. Surat permohonan tersendiri apabila kolom “Dikembalikan (restitusi)” dalam SPT Masa PPN tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pajak.

2. Permohonan pengembalian kelebihan pajak diajukan kepada KPP di tempat PKP berkedudukan.

3. Permohonan pengembalian kelebihan pajak ditentukan satu permohonan untuk satu masa pajak.

Surat permohonan restitusi PPN yang diterima oleh KPP, diproses melalui pemeriksaan. Cakupan PKP atas permohonan restitusi PPN yang diproses melalui pemeriksaan adalah PKP selain PKP tertentu.

(27)

11

2.) Mekanisme khusus

Mekanisme khusus restitusi PPN hanya berlaku bagi PKP tertentu.

Mekanisme khusus ini disebut juga dengan restitusi pendahuluan.

Adapun yang dimaksud PKP tertentu adalah sebagai berikut :

a. PKP berisiko rendah sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 ayat (4c)UU PPN.

b. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang ditetapkan oleh Peraturan Dirjen Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 17C UU KUP.

Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Keuangan sebagaimana telah diatur dalam Pasal 17D UU KUP. Mekanisme restitusi PPN untuk jenis PKP tertentu di atas berbeda dengan yang berlaku secara umum. Salah satu yang berbeda adalah masalah jangka waktu. Restitusinya pun dilakukan tanpa pemeriksaan, melainkan penelitian. Setelah dilakukan penelitian, dalam jangka waktu paling lama satu bulan sejak surat permintaan pengembalian pajak diterima secara lengkap, dapat diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP).

Dengan demikian, melalui restitusi pendahuluan, PKP dapat memperoleh kelebihan pembayaran PPN dalam jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan restitusi melalui mekanisme umum.

(28)

12

6. Hak-Hak Wajib Pajak

Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan telah mengakomodasi berbagai hak Wajib Pajak (WP). Hal ini dilakukan untuk lebih memberikan keadilan di bidang perpajakan, yaitu keseimbangan antara hak negara dan hak warga negara pembayar pajak. Adapun yang termasuk hak-hak Wajib Pajak adalah sebagai berikut :

1) Hak atas kelebihan pembayaran pajak

Hak ini berarti bahwa jika pembayaran pajak yang dibayar/dipotong/dipungut lebih besar dari yang seharusnya terutang, WP memiliki hak untuk mendapatkan kembali kelebihan tersebut.

Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat diberikan dalam waktu 12 bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap.

2) Hak kerahasiaan bagi Wajib Pajak

Dalam hak ini, Wajib Pajak memiliki hak untuk mendapat perlindungan kerahasiaan atas segala informasi yang telah disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan. Namun demikian, dalam rangka penyidikan, penuntutan atau dalam rangka kerja sama dengan instansi pemerintah lainnya, keterangan atau bukti tertulis dari atau tentang WP dapat diberikan atau diperlihatkan kepada pihak tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(29)

13

3) Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran

Pada kondisi-kondisi tertentu, Wajib Pajak bisa meminta permohonan pengangsuran atau penundaan untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan di Indonesia

4) Hak untuk perpanjangan pelaporan SPT Tahunan

WP dapat menyampaikan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan, baik Pajak Penghasilan (PPh) Badan maupun PPh Orang Pribadi 5) Hak pengurangan PPh Pasal 25

Wajib Pajak dapat meminta permohonan pengurangan jumlah angsuran PPh Pasal 25 dengan kondisi tertentu

.

6) Hak atas pengurangan PBB

Dalam kondisi tertentu, misalnya objek pajak terkena bencana alam, WP dapat mengajukan permohonan pengurangan atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terutang

7) Hak atas pembebasan pemotongan/pemungutan PPh

WP dapat mengajukan permohonan pembebasan atas pemotongan/pemungutan PPh. Seperti pembebasan atas pengalihan Hak tanah/bangunan, atas impor barang modal, dll.

8) Hak atas pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak Dalam hal ini, WP yang telah memenuhi kriteria tertentu sebagai WP Patuh dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, dalam jangka waktu paling lambat 1 bulan untuk

(30)

14

pajak pertambahan nilai (PPN) dan 3 bulan untuk PPh sejak tanggal permohonan

9) Hak mendapatkan Pajak ditanggung pemerintah (DTP)

Dalam kondisi tertentu, pemerintah dapat memberikan kebijakan dengan cara pajak ditanggung pemerintah, seperti insentif pajak bagi para UMKM terkait pandemic covid-19

10) Hak untuk insentif PPN

Sejumlah kegiatan atau Barang Kena Pajak (BKP) berhak atas fasilitas pembebasan PPN, di antaranya buku-buku, pesawat udara, kereta api, kapal laut, serta perlengkapan TNI/Polri yang diimpor atau diserahkan di area pabean oleh Wajib Pajak tertentu.

11) Hak melakukan upaya hukum

Wajib Pajak diberikan hak untuk melakukan upaya hukum atas produk hukum yang diterbitkan oleh DJP, seperti keberatan, banding, gugatan, pengurangan/penghapusan sanksi, dan peninjauan kembali

B. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini dimaksud sebagai konsep untuk menjelaskan, mengungkapkan dan menunjukkan keterkaitan antara variabel-variabel penelitian. Berikut skema konseptual dalam penelitian ini:

(31)

15

Penerapan Restitusi PPN Pengusaha Kena Pajak (PKP) Badan

Pajak Masukan (PM) PK > PM

PPN Kurang Bayar Pembayarann SPT

PK = PK Nihil PK < PM PPN Lebih Bayar

Restitusi (Pengembailan Kelebihan Pembayaran

Pajak)

Hak Wajib Pajak terpenuhi/terlindungi

Kompensasi Ke tahun Berikutnya

Gambar 2.1 Alur Pikir Penelitian

Alur Pikir penelitian diatas menunjukkan bahwa pajak pertambahan nilai (PPN) terbagimenjadi dua yaitu Pajak Masukan (PM) dan Pajak Keluaran (PK). Apabila Pajak Masukan yang dibayar lebih besar dari pada Pajak Keluaran yang dipungut maka terjadilah PPN lebih bayar. Atau sebaliknya, apabila Pajak Masukan yang dibayar lebih kecil dari pada Pajak Keluaran maka yang terjadi adalah PPN kurang bayar. Maka dari itu antara Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran harus sama. PPN yang kurang bayar bisa melakukan pembayaran SPT, dan PPN yang lebih bayar bisa melakukan restitusi atau dikompensasikan ke tahun berikutnya sehingga hal ini dapat memberikan memnuhi hak hak Wajib Pajak dalam hal ini hak atas pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang bertujuan untuk memberikan keadilan di bidang perpajakan, yaitu keseimbangan antara hak negara dan hak warga negara pembayar pajak.

(32)

16

C. Metode Pelaksanaan Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group yang beralamat Jl. A. P. Pettarani No. 34 B Karuwisi, Kec. Panakkukang Makassar, 90232 Sulawesi Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan selama Bulan Februari sampai April 2022.

2. Sumber Informan

Informan utama yang akan bertindak sebagai subjek dalam penelitian ini adalah Nursulastiani Sultan, SE, CTC Direktur Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group selaku orang yang mengetahui secara teknis dan detail tentang permasalahan dalam penelitian ini. Selain itu kehadiran infroman pendukung juga dibutuhkan untuk memberikan informasi tambahan sebagai pelengkap analisis dan pembahasan dalam penelitian

Informan pendukung yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah para staf yang terlibat dalam proses pengajuan Restitusi pajak pertambahan nilai (PPn) Wajib Pajak Badan Pada Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group

3. Teknik Pengumpulan Data

Ada dua teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

(33)

17

a. Wawancara

Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara secara langsung kepada pihak Kantor Konsultan Pajak Karyta Artha Bhakti Group yang bersangkutan dengan Restitusi (Pengembalian kelebihan pembayaran pajak) untuk memperoleh data.

b. Metode Observasi (Pengamatan)

Pengumpulan data langsung dari lapangan dengan cara melakukan pengamatan terkait aktivitas dilapangan dalam hal ini kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group utamanya segala proses yang berkaitan dengan Restitusi PPn.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi bertujuan untuk memperoleh data yang dimiliki Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group yang sifatnya dalam bentuk dokumen yang berkaitan dengan Restitusi PPn

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kualitatif terapan karena selain diwajibkan oleh akademisi untuk menggunakan teknik ini, teknik ini juga memberikan fakta dari prosedur yang terjadi dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang sistematis dan akurat serta sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik kualitatif terapan merupakan teknik dengan menggunakan metode yang sudah diterapkan oleh peneliti dimana jurnal-jurnal penelitiannya masuk dalam jurnal internasional bereputasi. Miles dan Huberman (Sugiyono 2012:91),

(34)

18

mengemukakan analisis data kualitatif menggunakan beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan data hasil wawancara, hasil observasi, dan berbagai dokumen berdasarkan kategorisasi yang sesuai dengan masalah penelitian yang kemudian dikembangkan penajaman data melalui pencarian data selanjutnya.

b. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2012:92) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas.

c. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah display data atau penyajian data. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami kejadian yang diteliti.

d. Verifikasi Data

Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan.

Penarikan kesimpulan atau conclusion drawing adalah informasi yang diperoleh dari data yang sudah disusun dan atau dikelompokkan.

(35)

19

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari sutu kegiatan konfigurasi yang utuh (Miles dan Huberman, 2007: 18). Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan ditarik semenjak peneliti menyususn pencatatan, pola-pola, pernyataan- pernyataan, konfigurasi, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi (Harsono, 2008: 169).

(36)

20 BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat

Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group adalah usaha Jasa yang berbentuk Badan Usaha Perseroan dengan Organisasi dan Manajemen yang terletak di Jl. A. P. Pettarani No. 34 B Karuwisi- Kec.Panakkukang Makassar,kode Pos : 90232.

Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group memilikin Izin Usaha Jasa Akuntansi melalui Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Tanggal 29 Januari 2018, Nomor : KEP-99/KM.1PPPK/2018

B. Visi dan Misi Organisasi 1. Visi

Menjadi Kantor Jasa Akuntansi Terdepan, Jujur dan Terpercaya 2. Misi

Memberikan Jasa-jasa di Bidang Perpajakan Manajemen dan Akuntansi Dengan Tujuan Untuk Meningkatkan Pengelolaan dan Kinerja Penjualan Yang Lebih Akuntabel, Transparan jujur dan bertanggung jawab berdasarkan pada kode etik akuntan dan nilai nilai profesionalisme saling menghormati serta setia pada komitmen

(37)

21 DIR. AKUNTANSI Ambo Enre,SE.CTC.M DIR. PERPAJAKAN Muh Junaedi, SEDIR. KEUANGAN Nursulastiani Sultan SE.CTC

DIREKTUR UMUM Edy Aslam,SE.Ak.CA DEWAN KOMISARIS Drs.H.Sultan Nusu,MSc,MBA,BKP KOMISARIS Agung Nur Surya DIR. OPERASIONAL M.Arafah Nusu, ST

DIR. HUKUM Ade Fisti Pongoliu,SHDIR. HUMAS & SDM Burhanuddin, SE DIR. TEKNOLOGI & INFORMASI Ahmad Suratmi, SE

DIR. ADMIN & PEL.PERPAJAKAN Hairuddin, SEDIR. PEMASARAN Saf Agunisman, S.Sos WADIR. PERPAJAKAN Rahmat Mustafa, SE.AKSTAF KHUSUS Drs. Muh. Yasir

STAF KHUSUS Lukman Udin, SE

WADIR. TEKNOLOGI & INFORMASI Nursalim, S Kom

WADIR ADMIN & PEL.PERPAJAKAN Satria, S.Kom

WADIR PEMASARAN Asdar Bolong, SP

C. Struktur Organisasi dan Job Description 1.) Struktur Organisasi Gambar 3.1 Struktur Organisasi

(38)

22 2.) Job Description

Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group memberikan pelayanan jasa dalam Bidang :

a. Jasa Akuntansi Manajemen dan Konsultasi Manajemen b. Jasa Desain Internal Control dan Manajemen Risk c. Jasa Konsultasi Perpajakan Secara Umum

d. Jasa Pengajuan Kredit Modal Kerja dan Investasi e. Jasa Penyusunan Laporan Keuangan

f. Jasa Perizinan Usaha dan Operasional Bisnis g. Jasa Prosedur yang telah disepakati

h. Jasa Supervisi atas laporan keuangan

i. Jasa Teknologi dan Sistem Informasi Akuntansi j. Jasa Sistem Informasi Manajemen

k. Jasa Lapora Payroll untuk tenaga Ahli l. Sitemap

D. Hasil Penelitian

Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah salah satu klien dari Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group yang merupakan wajib pajak badan yang kegiatan utamanya bergerak dalam bidang jasa konstruksi yang dimana kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) dominan dilakukan kepada pemungut PPN, yang PPN keluarannya akan dipungut oleh pemungut PPN sehingga tidak lagi dipungut oleh perusahaan sebagai PKP penjual. Namun, PKP tersebut tetap berkewajiban menerbitkan faktur sebagai bukti adanya transaksi dan pemungutan PPN. Hanya saja, kewajiban untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak ada pada pembeli selaku pemungut PPN. Jadi dalam setiap transaksi pajak keluarannya akan selalu

(39)

23

lebih kecil daripada pajak masukannya, hal inilah yang menyebabkan PKP terseut akan mengalami lebih bayar pada setiap masa pajaknya.

Pengusaha kena pajak (PKP) tersebut memberikan kepercayaan kepada Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group sebagai instansi yang menyediakan bantuan bagi Wajib Pajak dalam pemenuhan hak dan kewajiban wajib pajak untuk menangani pemenuhan haknya sebagai wajib pajak badan dalam hal ini Restitusi.

Sebagai Pengusaha Kena Pajak, perusahaan tersebut telah melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan Pajak Pertambahan Nilai yang meliputi memungut PPN, menerbitkan faktur pajak, mengkreditkan Pajak Masukan dan mengkompensasikan atau merestitusi PPN lebih bayar melalui mekanisme pengkreditan Pajak Masukan, dan membuat laporan SPT Masa PPN sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku.

1.) Restitusi PPN Tahun 2020-2021 di Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group

Peneliti menggunakan data dari salah satu klien Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group yang merupakan Wajib Pajak Badan yang bergerak di bidang jasa konstruksi yang telah berstatus Pengusaha Kena Pajak (PKP). Dengan mengetahui Jumlah Pajak masukan dan pajak keluaran dari PKP tersebut, maka dapat diketahui berapa besaran pajak Lebih Bayar ataupun pajak Kurang Bayar, apabila pajak masukannya lebih besar dari pajak keluaran artinya terjadi lebih bayar, sehingga Pengusaha Kena Pajak dapat memilih untuk meminta restitusi atau kompensasi atas kelebihan pembayaran pajak tersebut.

(40)

24 a.) PPN Tahun 2020

Tabel 3.1

Rekapitulasi Pengkreditan PPN Masukan Periode Tahun 2020 (Dalam Rupiah)

Masa

SPT PPN

Saldo

Kompensasi LB dari sebelumnya

KB / -LB

Keterangan PPN

Keluaran

PPN Masukan

a b c e = a-(b+c)

Januari - - - -

Februari - - - -

Maret - - - -

April - 227.986.277 Lebih Bayar - -227.986.277 kompensasi ke bulan 7

Mei - - - -

Juni - - - -

Juli - 46.942.668 Lebih Bayar 227.986.277 -274.928.945 dikompensasi ke bulan 10

Agustus - - - -

September - - - -

Oktober - - Lebih Bayar 274.928.945 -274.928.945 Kompensasi ke masa pajak berikutnya November - 198.823.631 Lebih Bayar 274.928.945 -473.752.576 Kompensasi ke masa

pajak berikutnya Desember - 183.192.498 Lebih Bayar 473.752.576 -656.945.074 Restitusi

Sumber :Data diolah, 2022

Sebelum pelaporan SPT Masa PPN dilakukan, perusahaan selalu melakukan perhitungan PPN melalui mekanisme pengkreditan Pajak Masukan, yaitu memperhitungkan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran sehingga dapat mengetahui dengan benar saldo nilai PPN pada suatu Masa Pajak. Apabila pada suatu masa pajak Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluaran maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali (restitusi) atau dikompensasikan ke masa pajak berikutnya. Sedangkan apabila pada suatu masa pajak Pajak Keluaran lebih besar dari pada Pajak Masukan maka selisihnya merupakan PPN yang harus disetorkan ke Kas Negara

Berdasarkan pada tabel 3.1 diatas dapat diketahui bahwa pada masa pajak April, Juli, Oktober, dan November dalam periode 2020

(41)

25

terdapat lebih bayar dikarenakan pajak masukannya lebih besar daripada pajak keluarannya, dan Perusahaan tersebut memilih mengkompensasikan lebih bayar tersebut sampai akhir tahun agar lebih efisien

b.) PPN Tahun 2021

Tabel 3.2

Rekapitulasi Pengkreditan PPN Masukan Periode Tahun 2021 (Dalam Rupiah)

Masa

SPT PPN

Saldo

Kompensasi LB dari sebelumnya

KB / -LB Keterangan PPN

Keluaran

PPN Masukan

a b c e = a-(b+c)

Januari - 150.892.464 Lebih Bayar - -150.892.464 Dikompesasikan ke masa pajak berikutnya

Februari - 11.715.964 Lebih Bayar 150.892.464 -162.608.428 Restitusi

Maret - 60.227.274 Lebih Bayar - -60.227.274 Restitusi

April - 18.828.128 Lebih Bayar - -18.828.128 Dikompesasikan ke masa

pajak berikutnya Mei - 277.342.185 Lebih Bayar 18.828.128 -296.170.313 Dikompesasikan ke masa

pajak berikutnya Juni - 103.850.470 Lebih Bayar 296.170.313 -400.020.783 Restitusi

Juli - 188.980.078 Lebih Bayar - -188.980.078 Restitusi

Agustus - 227.760.758 Lebih Bayar - -227.760.758 Dikompesasikan ke masa pajak berikutnya September - 17.321.387 Lebih Bayar 227.760.758 -245.082.145 Dikompesasikan ke masa

pajak berikutnya

Oktober - 4.381.048 Lebih Bayar 245.082.145 -249.463.193 Dikompesasikan ke masa pajak berikutnya

November - 75.708.276 Lebih Bayar 249.463.193 -325.171.469 Dikompesasikan ke masa pajak berikutnya

Desember - 5.930.236 Lebih Bayar 325.171.469 -331.101.705 Restitusi

Sumber :Data diolah, 2022

Berdasarkan pada tabel 3.1 diatas dapat diketahui bahwa dalam periode 2021 pada masa pajak Januari, April, Mei, Juli, Agustus, September, Oktober dan November, perusahaan memilih untuk kompensaasi atas lebih bayarnya, dan pada masa pajak Februari, Maret, Juni, Juli dan akhir tahun perusahaan memilih untuk Restitusi atas lebih bayarnya. Restitusi pada setiap masa pajak ini dapat dilakukan karena perusahaan tersebut masuk dalam kategori PKP Pasal 9 Ayat 4B.

(42)

26

656,945,074

331,101,705

0 100,000,000 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000 600,000,000 700,000,000

2020 2021

Restitusi PPN 2022-2021

Restitusi PPN

c.) Restitusi PPN Tahun 2020-2021 Tabel 3.3

Rekapitulasi Restitusi PPN Periode Tahun 2020-2021 (Dalam Rupiah)

Tahun Jumlah Restitusi PPN

2020 Rp. 656.945.074

2021 Rp. 331.101.705

Gambar 3.2 Grafik Restitusi PPN Periode 2020-2021

Dari data Rekapitulasi Restitusi PPN Periode 2020-2021 menunjukkan bahwa jumlah restitusi setiap tahunnya itu berbeda hal ini tergantung pada jumlah kredit pajak keluaran dan pajak masukan di tahun tersebut. Dapat kita liha pada tahun pajak 2020 besaran pajak yang bisa direstitusi sejumlah Rp. 656.945.074 dan pada tahun pajak 2021 sejumlah Rp. 331.101.705.

(43)

27

E. Pembahasan

Berdasarkan PMK Nomor-72 /PMK.03/2010 Restitusi di tujukan untuk memberikan kepastian hukum mengenai tata cara pengembalian kelebihan Pajak masukan (PM) baik pengembalian pajak di akhir tahun maupun di setiap masa pajak, baik dengan pengembalian pendahuluan ataupun tidak.

Permohonan restitusi dapat dilakukan pada akhir tahun dan dapat juga diajukan pada setiap bulan pajak dengan mekanisme pengembalian pendahuluan pajak, namun permohonan ini hanya dapat diajukan oleh PKP-PKP tertentu (Pasal 9 ayat 4b UU PPN) karena secara mekanisme pajak keluarannya akan selalu lebih kecil daripada pajak masukannya sehingga PKP tersebut akan mengalami lebih bayar pada setiap masa pajak.

Adapun Kategori PKP Pasal 9 Ayat 4B yang diperkenankan mengajukan restitusi setiap masa PPN, antara lain:

1. PKP yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) berwujud.

2. PKP yang melakukan penyerahan Barang/Jasa Kena Pajak (BKP/JKP) kepada pemungut PPN.

3. PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP yang PPN-nya tidak dipungut.

4. PKP yang melakukan ekspor BKP tidak berwujud.

5. PKP yang melakukan ekspor JKP.

6. PKP dalam tahap belum berproduksi.

PKP yang masuk dalam enam kategori inilah yang masuk dalam PKP Pasal 9 Ayat 4B, Artinya kategori PKP pasal 9 ayat 4b ini jika mengalami SPT Masa PPN lebih bayar, dapat mengajukan pengembalian atau restitusi PPN setiap masa pajak atau secara bulanan, tanpa harus menunggu pengembalian kelebihan PPN pada akhir tahun buku (tahunan).

(44)

28

Permohonan Pengajuan Restitusi dapat diajukan ke KPP tempat PKP dikukuhkan dengan menggunakan SPT atau surat tersendiri, Setelah PKP melakukan pelaporan SPT PPN setiap masa dengan lengkap dan benar hingga masa Desember dengan status lebih bayar maka ada dua pilihan yaitu di Restitusi atau di kompensasikan ke masa pajak berikutnya atau masa pajak yang ditentukan, dan Bagi PKP beresiko rendah, PKP kriteria tertentu dan PKP yang memenuhi persyaratan tertentu permohonan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak atau restitusinya akan di proses melalui tahap penelitian. Cakupan penelitian yang akan dilakukan DJP hanya untuk memastikan kebenaran penulisan dan penghitungan jumlah pajak; kelengkapan bukti pemotongan atau bukti pemungutan pajak penghasilan (PPh) yang dikreditkan; serta Pajak Masukan yang dikreditkan dan/atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak

.

Dengan demikian, proses restitusi pendahuluan dijanjikan hanya

akan memakan waktu paling lama 1 (satu) sampai 3 (tiga) bulan, tergantung jenis pajak dan kriteria Wajib Pajaknya, sesuai dengan hasil wawancara bersama Direktur Kantor Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group yang mengatakan bahwa :

“kesempatan yang diberikan itu hanya 1 bulan tanpa pemeriksaan,jika melalui mekanisme biasa, terlebih dahulu diperiksa selama setahun”

Namun, dalam rangkaian proses pengembalian pendahuluan ini bukan berarti pemeriksaan ditiadakan, hanya ditunda setelah restitusi pendahuluan diberikan. Dengan demikian, tidak menghilangkan konsekuensi sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari dasar penetapan pajak jika berdasarkan hasil pemeriksaan, ditemukan kekurangan pembayaran pajak.

(45)

29

Terkait sanksi administrasi staff Ahli Kanto Konsultan Pajak Karya Artha Bhakti Group mengatakan bahwa :

“Sebenarnya kalau potensi dikenakan sanksi tanpa juga restitusi, kalau ada kesalahan kita diperiksa jadi bukan karena restitusi sehingga dia diperiksa, kenapa diperiksa karena ada kewajiban yang tidak dipenuhi, ada pelanggaran yang dia langgar, makan dikenakan sanksi, misalkan tidak melapor SPT PPN kemudian dimintai keterangan tidak memberi keterangan nah itu semua akan menjadi sanksi dikemudian hari”

Setelah tahap penelitian dilakukan, dalam jangka waktu paling lama satu bulan sejak surat permintaan pengembalian pajak diterima secara lengkap, dapat diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP). Apabila dalam jangka waktu 1 bulan tidak diterbitkan SKPPKP, permohonan akan dianggap dikabulkan dan SKPPKP harus diterbitkan paling lama 7 (tujuh) hari sejak batas waktu satu bulan diatas berakhir. Dengan demikian, melalui restitusi pendahuluan, PKP dapat memperoleh kelebihan pembayaran PPN dalam jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan restitusi melalui mekanisme umum.

(46)

30

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah serta hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa :

UU KUP secara umum menyebut restitusi sebagai pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Artinya, negara membayar kembali atau mengembalikan pajak yang telah dibayar kepada wajib pajak. Kelebihan pembayaran pajak ini sejatinya merupakan hak dasar bagi wajib pajak yang sebaliknya menjadi kewajiban bagi otoritas pajak.. Hak tersebut timbul apabila terdapat kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) atau apabila terdapat kekeliruan pemungutan atau pemotongan yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak. Restitusi dapat dilakukan setelah mengajukan permohonan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak dimana PKP dikukuhkan.

Kelebihan pembayaran pajak dapat diakibatkan oleh dua hal, yaitu kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang sebagaimana dilaporkan dalam SPT dan terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. Dalam penelitian ini Restitusi Wajib Pajak timbul dikarenakan adalah perusahaan yang diteliti masuk dalam kategori PKP Pasal 9 Ayat 4B yang melakukan penyerahan Barang/Jasa Kena Pajak (BKP/JKP), yang artinya PPN akan dipungut oleh pemungut PPN sehingga PKP tidak perlu lagi untuk menyetorkan pajak keluarannya, dalam artian PK = 0, Jadi dalam setiap transaksi pajak keluarannya akan selalu lebih kecil daripada pajak masukannya, hal inilah yang menyebabkan PKP tersebut akan mengalami lebih bayar pada setiap masa pajaknya.

(47)

31

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah :

Wajib Pajak lebih meperhatikan dokumen –dokumen yang berkaitan dengan pengurusan restitusi nantinya, seperti Faktur Pajak Masukan & Keluaran, Kwitansi, dan Invoice agar lebih memudahkan saat pengajuan Restitusi, dan Pegawai yang menangani masalah perpajakan perusahaan hendaknya lebih teliti dalam proses pembuatan SPT Masa PPN dan juga harus aktif berkoordinasi dengan bagian terkait seperti Bagian Keuangan dan Bagian Akunting, hal ini sangat penting guna memperoleh data dan informasi dengan jelas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan transaksi pembayaran, pembelian dan penjualan yang dapat digunakan dalam membuat perencanaan pajak sehingga dapat menghindari terjadinya Pembetulan SPT Masa PPN yang dapat berisiko menimbulkan sanksi administrasi pajak. Dan yang terakhir Pegawai Bagian Pajak Perusahaan harus selalu mengupdate peraturan perpajakan agar dapat terhindar dari adanya kesalahan dalam mengurus masalah perpajakan perusahaan

(48)

32

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku dan Artikel

Djuanda & Lubis. 2011. Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai & Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Edisi Revisi 2011. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Mardiasmo. 2018. Perpajakan Edisi Terbaru. Penerbit: Andi. Jakarta.

Miles, M. B. & Huberman, M. Analisis Data Kualitatif. ...

Purwono. 2010. Dasar-dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak. Jakarta. Erlangga.

Resmi, Siti. 2012. Perpajakan Teori dan Kasus. Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung : Alfabeta Sumarsan, Thomas 2017, Perpajakan Indonesia, Edisi Kelima, Indeks, Jakarta Barat.

Surianto,Firda Mawarni, A, Sumarni S. 2020. Analisis Proses Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Pada Perusahaan Jasa Kontruksi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Wira Bhakti Makassar, Makassar.

Sutomo, Hadi 2019 Analisi Penerapan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Sarana Aspal Nusantara. Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan, Bogor Indonesia

Sumber Undang-undang

Republik Indonesia. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 Ayat 1 . Jakarta.

Republik Indonesia. Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Barang Mewah .

Republik Indonesia. Republik Indonesia Undang – Undang Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 17 b

Republik Indonesia. Undang - Undang Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 17 Ayat 1 Republik Indonesia. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03 2010 Tentang Tata

Cara Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Republik Indonesia. Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai Pasal 9 Ayat 4c Republik Indonesia. Undang – Undang Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 17c Republik Indonesia. Undang – Undang Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 17 D

(49)

33 Sumber Internet

https://konsultanku.co.id/blog/apa-itu-restitusi-pajak. diakses 20 Februari 2022 https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/inilah-hak-hak-wajib-pajak-menurut-uu-

ketentuan-umum-dan-tata-cara-perpajakan/. diakses 20 februari 2022

https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/pemungut-ppn. diakses 20 februari 2022

https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/ppn-atas-jasa-konstruksi. diakses 13 Juni 2022

https://mucglobal.com/id/news/2032/menyoal-restitusi-dan-hak-wajib-pajak. diakses 13 juni 2022

(50)

34

LAMPIRAN

(51)

35

LAMPIRAN 1

Surat Izin Penelitian

(52)

36 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

(53)

37 Surat Keterangan Bebas Plagiat

(54)

38

(55)

39

(56)

40

(57)

41

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Anda akan melihat bahwa Anda harus menggunakan literatur untuk menjelaskan penelitian Anda - setelah semua, Anda tidak menulis tinjauan literatur  hanya untuk memberitahu pembaca

Untuk berada dalam persaigan tiga besar marketplace di Indonesia, Bukalapak harus tetap melakukan strategi pemasaran di televisi dengan mempertahankan isi iklan, dan

Berdasarkan hasil perhitungan statistik yang telah dilakukan untuk membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kelekatan aman orang tua dengan

Artemia franciscana (Anostraca, Artemidae) adalah Crustacea tingkat rendah yang digunakan sebagai pakan alami dalam usaha budidaya ikan dan udang, terutama dalam

[r]

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan GNP-PWB/PBA dilakukan oleh lembaga yang lebih tinggi terhadap lembaga yang lebih rendah (TKN - TKP - TKK - TKC - TKD) sampai pada

Penakar hujan adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan dan mengukur jumlah curah hujan pada satuan waktu tertentu.Dalam penelitian ini akan dilakukan rancang bangun

Namun kenyataannya meskipun pembelajaran sudah berpusat pada siswa ( Student.. Centered Learning ), pada proses pembelajaran masih banyak siswa yang belum. melakukan