MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA BLUD RSUD INDRASARI RENGAT
KABUPATEN INDRAGIRI HULU
SKRIPSI
OLEH :
HELEN ALVIONITA NIM. 11870321838
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU
2022
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN
MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA BLUD RSUD INDRASARI RENGAT
KABUPATEN INDRAGIRI HULU
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Strata 1 Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Oleh :
HELEN ALVIONITA NIM. 11870321838
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU
2022
i ABSTRAK
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN MOTIVASI
KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA BLUD RSUD INDRASARI RENGAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU
OLEH :
HELEN ALVIONITA NIM.11870321838
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan komitmen organisasi dan motivasi kerja sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari responden melalui kuesioner. Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan BLUD RSUD Indrasari Rengat Kabupaten Indragiri Hulu. Sampel penelitian sebanyak 31 orang yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Data pada penelitian ini dianalisis menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan penggunaan aplikasi SmartPLS 3.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel partisipasasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Sedangkan komitmen organisasi dan motivasi kerja tidak berpengaruh positif dan signifikan dalam memoderasi hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Variabel eksogen dapat menjelaskan kinerja manajerial sebesar 58% sedangkan 42% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Kata kunci: partisipasi anggaran, kinerja manajerial, komitmen organisasi, motivasi kerja
ii ABSTRACT
THE EFFECT OF BUDGETARY PARTICIPATION ON MANAGEMENT PERFORMANCE WITH ORGANIZATIONAL COMMITMENT AND WORK MOTIVATION AS MODERATING VARIABLE AT THE BLUD
RSUD INDRASARI RENGANT IN INDRAGIRI HULU REGENCY BY:
HELEN ALVIONITA NIM.11870321838
The purpose of this study was to analyze the effect of budgetary participation on management performance with organizational commitment and work motivation as moderating variable. This study used primary date from respondent through quetionnaires. Population of this study is employees from BLUD RSUD Indrasari Rengat in Indragiri Hulu Regency. The samples were 31 people selected by purposive sampling method. This study analyzed the date using Partial Least Square (PLS) with SmartPLS 3.0 software. The result show that budgetary participation have positive and significant effect on management performance.
Meanwhile organizational commitment and work motivation do not have positif and significant effect as moderating in relationship budgetary participation on management performance. Exogenous variable can explain management performance by 58% meanwhile 42% influenced by other variable that not included in this study.
Keywords: budgetary participation, management performance, organizational commitment, work motivation
iii
KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur milik Allah Rabbul Izzati yang maha tinggi lagi maha besar, karena berkat pertolongan dan rahmat Allah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan atas Rasul Khatimul Anbiya Muhammad Shallallahu „Alaihi Wa Sallm. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PARTISIPASI
ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN
KOMITMEN ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA BLUD RSUD INDRASARI RENGAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU.”
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan akademis untuk meraih gelar sarjana Strata satu (S1) program studi Akuntansi konsentrasi Akuntansi Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dukungan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesikan, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Khairunnas Rajab, M.Ag selaku Rektor UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
2. Ibu Dr. Hj. Mahyarni, S.E., M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
iv
3. Bapak Dr. Kamaruddin, S.Sos., M,Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
4. Bapak Dr. Mahmuzar, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
5. Ibu Dr. Julina, S.E. M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
6. Ibu Faiza Muklis, S.E, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
7. Ibu Harkaneri, S.E, MSA, Ak, CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
8. Ibu Rimet, SE, MM, Ak, CA selaku Pembimbing proposal dan skripsi yang telah banyak membantu, membimbing, memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Nasrullah Djamil, S.E, M. Si, Ak, CA selaku Pembimbing Akademik yang selalu membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
10. Seluruh bapak dan ibu dosen serta staf akademik Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan banyak ilmu yang bermanfaat selama proses perkuliahan.
v
11. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai, Bapak Setu Bigwanto dan Ibu Amilatun Nasibah yang telah memberikan dukungan moril maupun material dan yang selalu mendoakan penulis sehingga sampai pada tahap ini. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
12. Saudara perempuan penulis satu-satunya, kakak tercinta Miftahul Jannah, SE yang selalu memberikan ilmu kehidupan untuk selalu bersyukur dan berpikiran positif. Serta seluruh keluarga besar penulis.
13. Tempat penelitian RSUD Indrasari Rengat yang sudah memperbolehkan penulis melakukan penelitian dan seluruh karyawan yang bersedia berpartisipasi dan membantu penulis.
14. Seluruh teman dan sahabat seperjuangan yang menemanani dan memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk perbaikan dikemudian hari. Semoga penelitian ini dapat memberikan sembangan pengetahuan dan manfaat bagi penulis sendiri, pembaca dan bidang pendidikan pada umumnya.
Pekanbaru, Oktober 2022 Penulis
Helen Alvionita
vi DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian... 9
1.4 Manfaat Penelitian... 10
1.5 Sistematika Penulisan ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 12
2.1 Teori Agensi (Angency Theory) ... 12
2.2 Pendekatan Kontijensi ... 13
2.3 Kinerja Manajerial... 14
2.4 Pandangan Islam Tetang Kinerja ... 18
2.5 Partisipasi Anggaran ... 19
2.5.1 Anggaran ... 19
2.5.2 Partisipasi Anggaran ... 23
2.5.3 Pandangan Islam Tentang Anggaran ... 25
2.6 Komitmen Organisasi ... 26
2.7 Motivasi Kerja ... 29
vii
2.8 Penelitian Terdahulu ... 31
2.9 Kerangka Pemikiran ... 33
2.10 Pengembangan Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
3.1 Desain Penelitian ... 39
3.2 Lokasi Penelitian ... 39
3.3 Populasi dan Sampel ... 40
3.3.1 Populasi ... 40
3.3.2 Sampel ... 40
3.4 Jenis dan Sumber Data ... 42
3.5 Instrumen Penelitian ... 42
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.6.1 Kuesioner ... 43
3.7 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 44
3.7.1 Variabel Endogen ... 44
3.7.2 Variabel Exsogen ... 44
3.7.3 Variabel Moderasi ... 45
3.8 Teknik Analisis data ... 47
3.8.1 Uji Model Pengukuran atau Outer Model ... 49
3.8.2 Uji Model Struktural atau Inner Model ... 51
3.8.3 Pengujian Hipotesis ... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 54
4.1 Deskripsi Tempat Penelitian ... 54
viii
4.1.1 Gambaran Umum RSUD Indrasari Rengat ... 54
4.1.2 Struktur Organisasi ... 55
4.2 Deskripsi Responden Penelitian ... 57
4.2.1 Distribusi dan Pengembalian Kuesioner ... 57
4.2.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 57
4.3 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 61
4.4 Analisis Data ... 65
4.4.1 Uji Model Pengukuran atau Outer Model ... 66
4.4.2 Uji Model Struktural atau Inner Model ... 77
4.4.3 Pengujian Hipotesis ... 80
4.5 Pembahasan ... 82
4.5.1 Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial ... 82
4.5.2 Pengaruh Moderasi Komitmen Organisasi Pada Hubungan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial ... 83
4.5.3 Pengaruh Moderasi Motivasi Kerja Pada Hubungan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial ... 85
BAB V PENUTUP ... 87
5.1 Kesimpulan... 87
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 87
5.3 Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 86
LAMPIRAN ... 89
ix
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Realisasi Anggaran Belanja RSUD Indrasari Rengat
Periode 2016-2021 ... 6
Tabel II.1 Penelitian Terdahulu... 31
Tabel II.2 Kerangka Pemikiran ... 33
Tabel III.1 Kriteria Penentuan Sampel dengan Teknik Purposive Sampling ... 41
Tabel III.2 Operasional Variabel... 46
Tabel IV.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Indrasari Rengat ... 56
Tabel IV.2 Distribusi dan Pengembalian Kuesioner ... 57
Tabel IV.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58
Tabel IV.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 58
Tabel IV.5 Karanteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 59
Tabel IV.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ... 60
Tabel IV.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 60
Tabel IV.8 Statistik Deskriptif Kinerja Manajerial ... 61
Tabel IV.9 Statistik Deskriptif Partisipasi Anggaran ... 62
Tabel IV.10 Statistik Deskriptif Komitmen Organisasi ... 63
Tabel IV.11 Statistik Deskriptif Motivasi Kerja ... 64
Tabel IV.12 Keterangan Gambar Diagram Jalur ... 66
Tabel IV.13 Nilai Loading Factor Konstruk Partisipasi Anggaran ... 67
Tabel IV.14 Nilai Loading Factor Konstruk Komitmen Organisasi ... 68
Tabel IV.15 Nilai Loading Factor Konstruk Motivasi Kerja ... 69
x
Tabel IV.16 Nilai Loading Factor Konstruk Kinerja Manajerial ... 70
Tabel IV.17 Nilai Loading Factor Efek Moderasi... 70
Tebel IV.18 Nilai Loading Factor Direspifiksi ... 71
Tabel IV.19 Nilai Average Variance Extracted (AVE) ... 73
Tabel IV.20 Cross Loading ... 74
Tabel IV.21 Fornell Lacker Criterion ... 75
Tabel IV.22 Composite Reliability dan Cronbach Alpha ... 76
Tabel IV.23 R-Square ... 78
Tabel IV.24 Fit Summary ... 79
Tabel IV.24 Construct Crossvalidated Redundancy ... 80
Tabel IV.25 Path Coefficients ... 78
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar IV.1 Diagram Jalur ... 65
Gambar IV.2 Hasil Uji Outer Model... 67
Gambar IV.3 Hasil Uji Outer Model Setelah Estimasi Ulang ... 72
Gambar IV.4 Inner Model ... 77
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang tidak mengorientasikan tujuan organisasinya pada perolehan laba (nirlaba). Tetapi memberikan pelayanan maksimal merupakan tujuan utama organisasi sektor publik. Pelayanan dalam bentuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang kesehatan. Rumah sakit merupakan salah satu organisasi sektor publik yang memberikan pelayanan bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup sehat masyarakat sebagai investasi pembangunan negara dengan sumber daya yang sehat. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam poin (b) menjelaskan bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang dilaksanakan berdasarkan prinsip dalam rangka pembentukan sumber daya manusia. Serta upaya peningkatan presentasi kesehatan berarti investasi bagi pembangunan negara yang tercantum dalam poin (c). Taraf hidup sehat dapat meningkat apabila pelayanan yang diterima masyarakat memiliki mutu yang baik. Untuk menciptakan pelayanan yang bermutu, organisasi sektor publik membutuhkan sumber daya manusia yang profesional dalam mengelola organisasi karena itu merupakan sebuah keharusan untuk dapat menghasilkan kinerja yang baik.
Kinerja merupakan tingkat pencapaian atau hasil dalam melaksanakan tugas baik itu kegiatan, program atau kebijakan yang tertuang dalam perencanaan
2
strategi suatu organisasi. Strategi dalam suatu organisasi baik untuk tujuan jangka panjang maupun jangka pendek diterjemahkan dalam bentuk anggaran. Anggaran merupakan rancangan yang disusun secara tersetruktur dalam unit moneter yang mencakup seluruh kegiatan perusahaan untuk tujuan efisiensi (Adnyana, 2020).
Menurut Rivito & Mulyani (2019) Anggaran merupakan kegiatan rutin yang dilakukan perusahaan pada setiap awal tahun anggaran atau sebelum suatu proyek dimulai. Anggaran juga bukan hanya mengenai biaya dan pendapatan yang dicapai tetapi anggaran juga merupakan alat pengendalian, koordinasi, komunikasi dan pengukuran. Secara tidak langsung anggaran merupakan tolok ukur baik atau buruknya kinerja suatu organisasi. Menurut Sinen (2020) anggaran digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja manajer dengan membandingkan anggaran yang direncanakan dengan hasil sesungguhnya yang telah dicapai untuk memastikan apakah kegiatan telah dilakukan secara efisien, efektif dan ekonomis.
Persentease hasil perbandingan target dengan realisasi anggaran dan efesiensi pelaksanaan anggaran merupakan gambaran yang dapat menunjukan kualitas kinerja manajerial.
Kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam anggaran yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik jika anggaran yang disusun tepat sasaran. Anggaran yang tepat sasaran memerlukan informsi yang banyak sehingga sumber daya yang dimiliki dapat dialokasikan dengan tepat. Efektifitas anggaran dapat ditingkat jika dalam proses penyusunan terdapat kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan. Keterlibatan bawahan dalam penyusunan anggaran akan memotivasi bawahan, membuat mereka merasa pendapatnya dihormati. Hal ini akan
mendorong bawahan membantu atasan dengan memberikan informasi yang mereka miliki yang tidak mampu atasan jangkau.
Anggaran yang disusun secara partisipatif, memiliki keandalan yang lebih karena setiap departemen yang terlibat akan memaksimalkan pengetahuannya untuk menghasilkan anggaran yang lebih tepat sasaran. Selain itu keterlibatan bawahan dalam penyusunan anggaran untuk mencegah dampak disfungsional dari anggaran (Rivito & Mulyani, 2019). Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan pendekatan manajemen yang dinilai dapat meningkatkan kinerja organisasi (Sinen, 2020). Dalam penelitian yang dilakukan Rivito & Mulyani (2019) menemukan bahwa partisipasi anggaran memiliki pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Cantika et al., (2021) bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Maulana et al., (2020) menyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap kinerja manjerial. Melia & Sari (2019) menemukan bahwa partisipasi anggaran tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial.
Hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial masih menununjukan ketidak konsistenan. Hal ini kemungkinan dikarenakan situasional perusahaan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Untuk menilai faktor situasional yang mempengaruhi efek partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial diterapkan pendeketan kontijensi.
Pendekatan kontijensi menyebabkan menyebabkan variabel-variabel lain berperan sebagai moderating atau intervening (Giri, 2014). Dalam penelitian ini komitmen
4
organisasi dan motivasi kerja dipilih sebagai variabel yang memoderasi hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.
Komitmen organisasi merupakan kepercayaan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran yang ditargetkan organisasi Mowday et al., (1982).
Individu yang memiliki nilai-nilai yang tidak singkron dengan visi dan misi organisasi, hanya akan menghasilkan manajerial yang cenderung kurang berkomitmen. Karena apa yang menjadi tujuannya bertolak belakang atau tidak sejalan, akan membuat kinerja yang ia upayakan tidak maksimal. Dalam penelitian yang dilakukan Munawaroh (2018) menyatakan bahwa komitmen organisasi mampu memperkuat hubungan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja. Sedangkan menurut Cantika et al., (2021) komitmen organiasi tidak mampu memperkuat pengaruh hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
Faktor situasional lain yang dapat mempengaruhi kinerja manajerial adalah motivasi kerja. Menurut Putri (2021) motivasi merupakan faktor pendorong seorang individu untuk melaksanakan aktivitas tertentu atau hal yang mampu mendorong perilaku. Faktor ini yang akan memberikan semangat untuk bekerja sesuai dengan tujuan organisasi untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan. Dikaitkan dengan partisipasi penyusunan anggaran, kinerja penyusunan anggaran akan memperlihatkan adanya perbaikan apabila anggota yang berpasrtisipasi memiliki motivasi yang tinggi dalam proses penyusunan.
Dalam penelitian yang dilakukan Wardani et al., (2021) menyatakan bahwa motivasi memberi pengaruh positif terhadap hubungan partisipasi anggaran
terhadap kinerja manajerial. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Bumulo et al., (2017) menyatakan bahwa motivasi kerja tidak dapat memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.
Penelitian ini dilakukan di RSUD kabupaten Indragiri Hulu atau yang lebih dikenal dengan RSUD Indrasari Rengat. RSUD Indrasari Rengat merupakan rumah sakit pemerintah yang berada dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Indragiri Hulu yang melaksanakan pola pengelolahan keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Berdasarkan peraturan Bupati Indragiri Hulu Nomor 16 Tahun 2021 mengenai fleksibelitas dalam pola pengelolahan sebagai pengecuali dari ketentuan pengelolahan daerah pada umumnya. Prosedur penyusunan anggaran Badan Layanan Umum daerah (BLUD) dilakukan secara beruntut dari proses penghimpunan data dan dokumen, mengelola data dan dokumen dan menghasilkan rencana bisnis anggaran (RBA).
Setiap awal tahun wakdir dan bagian keuangan akan menginformasikan kepada bidang/bagian/instalasi/unit layanan untuk menghasilkan program dan kegiatan tahunan berdasarkan format RBA dengan chas flow (aliran keuangan).
Natinya RBA akan direkapitulasi oleh bagian keuangan dan dibahas dalam rapat kerja yang melibatkan bidang/bagian/instalasi/unit layanan dan hasil RBA perubahan akan diajukan kepada pimpinan BLUD untuk memperoleh persetujuan.
RSUD Indrasari Rengat mengalami perkembangan pesat dari segi pembangunan fisik rumah sakit seperti rehabilitasi ruangan CT Scan dan pembangunan gedung utama (IGD, Laboratorium, Radiologi, Perkantoran, dan ruang pelayanan pendaftaran). Selain itu komplesitas alat-alat medis yang
6
meliputi CT Scan dan USG 4 Dimensi. Serta tenaga ahli yang semakin memadai.
Selain itu rencana-rencana kegiatan dan alokasi dana yang telah disusun dapat direalisasikan dengan cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari rencana kegiatan yang tertuang dalam anggaran yang ditargetkan serta realisasinya dalam setiap periode.
Tabel I.1
Realisasi Anggaran Belanja RSUD Indrasari Rengat Periode 2016-2021
Tahun Anggaran Realisasi Persentase
2016 84.654.974.569 74.500.785.386 88,01%
2017 84.775.834.957 80.465.864.164 94,92%
2018 88.661.277.682 87.512.518.978 98,70%
2019 82.444.203.247,44 76.679.332.685,53 93,01%
2020 81.579.723.242,19 74.656.322.021,02 91,51%
2021 97.424.710.797 86.840.741.205,00 89,14%
Sumber: Keuangan RSUD Indrasari Rengat
Selama tiga tahun berturut-turut, persentase realisasi anggaran mengalami peningkatan. Pada tahun 2016 presentase realisasi anggaran mencapai 88,00%.
Sedangkan pada tahun 2017 presentase realisasi anggaran mengalami kenaikan sebesar 6,91% sehingga realisasi anggaran tahun 2017 mencapai 94,92%. Bahkan pada tahun 2018 realisasi anggaran mencapai 98,70% atau pada tahun ini realisasi anggaran mengalami kenaikan kembali sebesar 3,78%. Namun pada tahun 2019, 2020 dan 2021 persentase realisasi anggaran mengalami penurunan selama tiga tahun berturut-turut. Pada tahun 2019 realisasi anggaran mengalami penurunan sebesar 5,69% dari tahun sebelumnya. Sehingga realisasi angaran pada tahun 2019 hanya mencapai 93,01%. Pada tahun 2020 presentase realisasi anggaran kembali mengalami penurunan sebesar 1,49%, sehingga realisasi anggaran hanya
mencapai 91,51% dan pada tahun 2021 realisasi anggaran kembali mengalami penurunan sebesar 2,38%, sehingga realisasi anggaran hanya sebesar 89,14%.
Fenomena pada RSUD Indrasari Rengat adalah menurunnya penyerapan anggaran pada tiga tahu berturut-turut dari tahun 2019-2021 dan pada tahun 2021 penyerapan anggaran hanya menduduki posisi dengan kategori baik setelah sebelumnya menduduki posisi sangat baik karena penyerapan anggaran hanya pencapai 89,14%. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 214/MPK.02/2017 Tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga menjelaskan bahwa nilai kinerja anggaran lebih dari 80% sampai dengan 90%
termasuk dalam kategori baik dan nilai kinerja anggaran lebih dari 90%
dikategorikan sangat baik.
Selain itu pada tahun 2021 terjadi kasus korupsi pengadaan alat kesehatan (alkes) yang dibeli dengan sistem e-Cataloq pada tahun 2016 dimana pada alat kesehatan yang dianggarakan tidak sesuai spesifikasi dan terdapat tindakan melawan hukum dalam pengadaan alat kesehatan tersebut (potretnews.com, 19/03/2021). Selain itu pada tahun 2020 terungkap pemborosan anggaran terhadap pembelian mobil Ambulance yang menghabiskan anggaran mencapai kurang lebih 1 miliar pada anggaran tahun 2016 (suaralira.com, 04/07/2020). Hal ini berarti kinerja manajerial masih belum cukup baik dikarenakan anggaran yang yang disusun masih belum tepat sasaran sehingga masih terdapat pemborosan dalam realisasinya, kemungkin dikarenakan masih kurangnya koordinasi. Selain
8
itu kurangnya evaluasi dan pengawasan terhadap rencana yang dibuat sehingga masih terjadi penyimpangan dalam proses pelaksanaan anggaran.
Fenomena tersebut yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian pada RSUD Indrasari Rengat. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dari penelitian yang dilakukan Rivito & Mulyani (2019). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Pertama, pada penelitian ini peneliti menambahkan variabel moderasi motivasi kerja. Alasan penggunaan variabel moderasi motivasi kerja pada penelitian ini karena semakin tinggi motivasi kerja maka semakin baik partisipasi penyusunan anggaran. Individu dengan motivasi kerja yang baik akan dapat berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran dengan tepat sehingga dapat meningkatkan kinerja manajemen (Maulana et al., 2020).
Kedua pada tempat penelitian, pada penelitian sebelumnya dilakukan pada SKPD di Pemerintahan Kota Bandung sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada RSUD Indrasari Rengat Kabupaten Indragiri Hulu. Alasan peneliti memilih RSUD Indrasari Rengat selain dari fenomena yang telah dijabarkan sebelumnya yaitu pentingnya eksistensi RSUD yang merupakan bagian dari program kemitraan pengobatan pasien kurang mampu yang tertuang dalam Peraturan Bupati Indragiri Hulu Nomor 25 Tahun 2019.
Katiga pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SmartPLS 3.0 karena teknik ini memiliki keunggulan dapat menggunakan sampel yang tidak terlalu besar namun model yang dibangun kompleks. Oleh sebab itu
penulis melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA BLUD RSUD INDRASARI RENGAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial?
2. Apakah komitmen organisasi memiliki pengaruh terhadap hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial?
3. Apakah motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial?
1.3 Tujuan Penelitian
Sebagaimana telah dinyatakan dalam rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial?
2. Untuk mengetahui apakah komitmen organisasi memiliki pengaruh terhadap hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial?
3. Untuk mengetahui apakah motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial?
10
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai kalangan, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan teoritis yang dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk penelitian yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada perusahaan atau pihak- pihak yang membutuhkan, dimana penelitian ini memerikan informasi mengenai pengaruh partisipasi pada penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial dan keadaan situasional yang mempengaruhi hubungan keduanya, agar kegiatan pastisipasi berpengaruh positif.
3. Manfaat Bagi Penulis
Penelitian ini menjadi sebuah kesempatan untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan serta menambah wawasan tentang apa yang mempengaruhi kinerja manajerial suatu organisasi dan keadaaan situasional apa saja yang mempengaruhi. Serta sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir sarjana program S1 UIN SUSKA Riau.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam Bab ini berisi tentang lantar belakang masalah yang mendasari penelitian ini dilakukan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam Bab ini berisi uraian singkat teori yang berhubungan dan relevan dengan objek penelitian yang terdiri dari landasan teori, pandangan islam, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan pengembangan hipotesis penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisi penguraian desain penelitian yang digunakan peneliti yang terdiri dari tempat penelitian, sumber data, populasi dan sampel, instrumen, teknik pengumpulan data, operasional variabel dan teknik analisis data.
BAB IV : PEMBAHASAN
Dalam Bab ini penguraian pengujian atau hasil penelitian yang berisisi analisis data yang disesuaikan dengan metode penelitian yang telah ditetapkan pada bab tiga, sehingga akan memberikan perbandingan hasil penelitian dengan kriteria yang ada dan menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya.
BAB V : PENUTUP
Dalam Bab ini kesimpulan penelitian dari penelitian yang dilakukan berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Selain itu bab ini berisi keterbatasan penelitian dan saran yang ditujukan pada pihak yang berkepentingan maupun untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
12 BAB II
LANDASAN TEORI 2.1 Teori Agensi (Angency Theory)
Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori agensi sebagai hubungan kontrak di antara prinsipal dan agen. Hubungan ini melibatkan antara dua orang atau lebih, sebuah kelompok ataupun sebuah organisasi. Pihak principal mendelegasikan beberapa otoritas atau memberikan tanggung jawab kepada agen untuk pengambilan keputusan. Dimana keputusan yang diambil menggambarakan kepentingan bersama atau keputusan terbaik, baik untuk principal maupun agen.
Teori yang menjelaskan hubungan antara principal dan agen ini merupakan salah satu teori yang berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi dan teori organisasi. Sedangkan hubungan principal dan agen akan terjadi jika tindakan seseorang memiliki dampak pada orang lain atau ketika seseorang tergantung pada tindakan orang lain.
Menurut Bergman & Lane (1990) teori keagenan dapat diterapkan dalam organisasi sektor publik, dimana negara demokrasi modern didasarkan pada serangkaian hubungan pricipal dan agen. Pada organisasi sektor publik masyarakat bereperan sebagai pricipal atau pemberi wewenang sedangkan pemerintah berperan sebagai agen yang menerima pendelegasian yang dilakukan principal. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan Soleiman & Thalib (2021) bahwa masyarakat sebagai principal yang mendirikan kontrol dan menggunakan pemerintah sebagai agen untuk memberikan pelayanan terbaik. Selain itu dalam organisasi sektor publik hubungan keagenan yang terjadi antara pemilih dengan
legislator, legislator dengan pemerintah, menteri keuangan dengan pengguna anggaran, perdana menteri dengan birokrat, dan pejabat dengan pemberi pelayanan (Moe 1984 dalam Sinen, 2020).
Berdasarkan jalur pendelegasian wewenang, masyarakat memberikan wewenang yang mereka miliki kepada legislatif atau dewan pengawas.
Harapannya adalah legislator yang yang memenangkan hak pilih mampu mewakili suara masyarakat. Kemudian wewenang tersebut didelegasikan kembali kepada pemerintahan. Sedangkan dari segi pertanggungjawaban, pemerintah bertanggungjawab terhadap masyarakat dan dewan pengawas atas segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga pemerintah harus trasparan terhadap masyarakat yang merupakan pemberi wewenang atau amanah.
2.2 Pendekatan Kontijensi
Pendekatan kontijensi (contingency approach) merupakan perluasan teori manajemen ilmiah yang menyatakan bahwa desain pengendalian yang optimal dapat diterapkan pada seluruh kondisi organisai atau perusahaan serta bersifat universalistik. Pendekatan kontijensi (contingency approach) berkembang dari sebuah asumsi yang menyatakan bahwa suatu sistem pengendalian secara universal dapat diterapkan pada perusahaan dengan karakteristik apapun dan kondisi bagaimanapun, akan tetapi faktor-faktor situasional juga mempengaruhi sistem pengendalian dalam suatu organisasi (Sinen, 2020). Pendekatan kontijensi (contingency approach) untuk menilai dan mengevaluasi berbagai faktor atau
14
variabel kondisional yang mempengaruhi efek partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial.
Penelitian-penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Menurut Govindarajan (1986) dalam Siswantoro (2020) menyatakan bahwa ketidak konsistenan dapat diatasi dengan penerapan pendekatan kontijensi (contingency approach) untuk menilai berbagai faktor situasional. Pendekatan kontijensi juga menyebabkan variabel lain memiliki peran sebagai variabel moderator (Poerwati 2002 dalam Sastrawan et al., 2020). Dalam penelitian ini digunakan variabel moderasi komitmen organisasi dan motivasi kerja. Variabel moderasi dapat mempengaruhi hubungan antara dua variabel (Sastrawan et al., 2020). Pemilihan kedua variabel moderasi ini dianggap mampu memperkuat hubungan antara parisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
2.3 Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan peningkatan pada efektifitas organisasi. Menurut Putri (2021) kinerja manajerial merupakan kinerja individu yang menjadi bagian dari organisasi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan manajerial. Kegiatan-kegiatan manajerial atau fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, investigasi, koordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi dan perwakilan (Rivito &
Mulyani, 2019). Menurut Mahoney 1963 dalam Sinen (2020) kinerja manajerial juga dapat diartikan sejauh mana kempauan manajer dalam melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen. Kemampuan manajer dalam melaksanakan fungsi manajemen dengan baik akan menghasilkan efisiensi dan efektivitas dalam organisasi. Kinerja manajerial juga dapat diartikan sebagai presentasi pencapaian seorang manajer dalam pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan visi dan misi organisasi.
Menurut Hapsari (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial, yaitu:
1) Faktor Pribadi (keahlian, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen).
2) Faktor Kepemimpinan (kualitas keberanian/semangat, pedoman pemberian semangat pada manajer dan pemimpin kelompok organisasi).
3) Faktor Tim/kelompok (sistem pekerjaan dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi).
4) Faktor Situasional (perubahan dan tekanan dari lingkungan internal dan eksternal).
Dalam suatu organisasi kinerja diukur dan dievaluasi dengan berbagai ukuran yang dilakukan oleh manajer unit, baik keungan maupun nonkeuangan.
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses mencatat dan mengukur pelaksanaan kegiatan yang mengarah pada pencapaian sasaran melalui hasil yang ditampilkan atau membandingkan antara standar yang telah ditetapkan dengan realisasi kinerja.
16
Menurut Sulistyowati (2019) kinerja manjerial diukur menggunakan delapan indikator, yaitu:
1) Perencanaan, yaitu gambaran serangkaian kegiatan yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan saat ini dan masa yang akan datang dengan tujuan memberikan pedoman dan tata cara pelanksanaan agar kegiatan yang diinginkan dapat tercapai.
2) Investigasi, yaitu merupakan upaya untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan.
3) Koordinasi, yaitu menyelaraskan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan orang-orang dalam unit organisasi lainya, guna dapat berhubungan dan menyesuaikan program yang akan dijalankan.
4) Evaluasi, yaitu penilaian yang dilakukan oleh pimpinan terhadap rencana yang telah dibuat, dan ditujukan untuk menilai pegawai dan catatan hasil kerja sehingga dari hasil penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan.
5) Pengawasan, yaitu kegiatan manajerial yang mengarahkan, memimpin, dan mengembangkan potensi bawahan, serta melatih dan menjalankan aturan-aturan kerja kepada bawahan mengenai pelaksanaan kemampuan suatu organisasi.
6) Pemilihan staf (staffing), yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja, menyeleksi pekerjaan baru, menempatkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam unitnya atau unit kerja lainnya.
7) Negosiasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.
8) Perwakilan (representasi), yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan kegiatan- kegiatan organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan kantorkantor lain.
Pengukuran kinerja yang dilakukan pada organisasi memiliki tujuan agar efektifitas dan efesiensi organisasi tumbuh kearah yang lebih baik. Pertumbuhan yang baik akan memberikan umur panjang terhadap eksitensi organisasi serta pengoptimalan pelaksanaan amanat yang menjadi dasar organisasi dibentuk.
Menurut Rivito & Mulyani (2019) pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kinerja.
2) Alokasi sumber daya dan pengambilan keputusan.
3) Mewujudkan publik akuntabilitas dan peningkatan kelembagaan komunikasi.
Artinya arah dari pengukuran merupakan efesiensi dan efektivitas organisasi dalam sektor publik untuk mendukung penyediaan pelayanan publik yang dibutuhkan.
18
2.3.1 Pandangan Islam Tentang Kinerja
Kinerja diartikan sebagai presentasi pencapaian seorang manajer dalam pelaksanaan suatu kegiatan, program atau kebijakan. Presentasi pencapaian yang dicapai seseorang tersebut akan dinilai atau dievaluasi dan diawasi serta kinerja akhir dari seseorang tersebut yang akan menentukan ganjaran apa yang akan didapat. Baik itu sebuah penghargaan ataupun sebuah hukuman.
Jika dilihat dari pandangan islam berkenaan dengan kinerja tercantum dalam Al-Qur‟an, yaitu dalam surat At-Taubah ayat 105:
هشلٱَو ِبْيَغْلٱ ِمِل َٰع ٰيَلِإ َنوُّدَرُتَسَو ۖ َنوُىِمْؤُمْلٱَو ۥُهُلوُسَرَو ْمُكَلَمَع ُ هللَّٱ ىَرَيَسَف ۟اوُلَمْعٱ ِلُقَو مُكُُئَِّىُيَف ََِِ َٰهَ
نوُلَمْعَت ْمُتىُك اَمِب
ؘ
ۚٔٓ۱
ؘ
Artinya: Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(QS At-Taubah:105)
Pada ayat di atas menjelaskan agar bersungguh-sungguhlah kamu dalam berbuat sesuatu demi masa depanmu karena segala perbuatan akan mendapatkan haknya baik di dunia maupun di akhirat. Perbuatan di dunia akan disaksikan oleh Allah, Rasul-Nya dan orang-orang mukmin. Jika berupa ketaatan ia akan mendapatkan pujia dan pahala di dunia dan di akhirat. Namun jika berbuat kemaksiatan akan mendapat hinaan di dunia dan siksaan pedih di akhirat.
2.4 Partisipasi Anggaran 2.4.1 Anggaran
Menurut Adnyana (2020:1) anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis yang dinyatakan dalam istilah keuangan yang mencakup seluruh kegiatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Mardismo dalam Sinen (2020) anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kerja yang hendak dicapai selama periode waktu terntentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Govermental Accounting Standarts Board (GASB) mengartikan anggaran sebagai rencana operasi keuangan yang di dalamnya mencakup usulan estimasi pengeluaran dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayai kegiatan dalam periode tertentu. Jadi anggaran merupakan rencana kegiatan yang disusun oleh suatu organisasi untuk masa yang akan datang yang diestimasi dalam bentuk finansial.
Menurut Mulyadi dalam Adnyana (2020: 6) menyatakan bahwa anggaran memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan keuangan lainnya.
2) Umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.
3) Berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan anggaran.
4) Usulan anggaran di-review dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran.
20
5) Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.
6) Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
Anggaran pada umumnya memiliki beberapa fungsi. Menurut Mardiasmo (2018:89) anggaran sektor publik memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1) Alat Perencanaan (Palnning Tool)
Sebagai alat perencanaan yang digunakan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran dibuat untuk mrencanakan tindakan apa yang akan dilakukan, berapa besar biaya yang dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh.
2) Alat Pengendali (Control Tool)
Sebagai alat pengendali, anggaran digunakan untuk menghindari pemborosan pengeluaran dan kesalahan sasaran dalam alokasi anggaran.
Selain itu digunakan untuk meyakinkan legislatif bahwa organisasi bekerja secara efisien tanpa terjadinya korupsi dan pemborosan.
3) Alat Kebijakan Fiskal (Political tool)
Sebagai alat kebijakan fiskal, anggaran digunakan untuk menstabilkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Arah kebijakan yang dapa diketahui dengan menggunakan anggaran membuat dapat dilakukannya prediksi dan estimasi ekonomi. Selain itu anggaran digunakan untuk memfasilitasi, mengoordinasiakn dan mendorong
kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mencapai pertumbuhan ekonomi.
4) Alat Politik (political Tool)
Bentuk komitmen eksekutif dan perjanjian legislatif atas pemakaian dana publik untuk kepentingan tententu merupakan fungsi anggaran sebagai alat politik. Manajer publik harus sadar jika kegagalan dalam pelaksanaan anggaran yang telah disepakati dapat menurunkan kredibilitas dan menjatuhkan kepemimpinan.
5) Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and communication Tool)
Sebagai alat koordinasi anggaran merupakan alat yang mengatur antar bagian. Anggaran yang baik akan mampu menemukan terjadinya ketidak konsistenan suatu unit organisasi dalam mencapai tujuan. Selain itu anggaran sebagai alat komunikasi antar unit dalam lungkungan kerja.
Anggaran harus disampaikan pada setiap bagian organisasi untuk dilakasanakan.
6) Alat Penilaian Kinerja (Performance Measurement Tool)
Anggaran sebagai alat penilaian kinerja, dimana kinerja dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaannya.
Kinerja manajerial dinilai dengan membandingkan berapa besar yang ia capai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
22
7) Alat Motivasi (Motivation Tool)
Agar para manajer dan stafnya bekerja secara efektif, ekonomis dan efisien dalam mencapai target organiasi, anggaran dapat menjadi alat untuk memotivasi dengan cara membuat target anggaran yang tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah namun mampu menimbulkan perasaan tertantang untuk mencapai tujuan.
Dalam proses penyusunan anggaran terdapat tiga pendekatan yang ditinjau dari bagaimana suatu anggaran terbentuk. Menurut Adnyana (2020) ada tiga sifat proses penyusunan anggaran, yaitu:
1) Top down approach (bersifat dari atas ke bawah)
Proses penyusunan anggaran dari atas ke bawah berarti manajemen tingkat atas menetapkan anggaran sedangkan tingkat yang lebih rendah hanya menjalankan tanpa terlibat dalam proses penyusunan. Namun pendekatan jenis ini jarang berhasil karena kurangnya komitmen dari sisi pembuat anggaran sehingga keberhasilan dari anggaran sulit untuk dicapai.
2) Buttom up approach (bersifat dari bawah ke atas)
Proses penyusunan anggaran dari bawah ke atas berarti manajer ditingkat yang lebih rendah memiliki kesempatan berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran. Pada proses penyusunan jenis ini juga terjadi pertukaran informasi antara manajer yang berpartisipasi. Penyusunan dengan jenis memungkinkan akan menciptakan komitmen untuk mencapai tujuan anggaran. Namun jika tidak hati-hati pendekatan ini akan sangat tidak sesuai dengan tujuan keseluruhan perusahaan.
3) Kombinasi
Proses penyusunan anggaran jenis kombinasi merupakan gabungan dari kedua jenis pendekatan sebelumnya. Penggabungan kedua pendekatan dianggap lebih efektif dalam proses penyusunan anggaran. Dimana pembuat anggaran mempersiapkan draf pertama anggaran untuk bidang tanggung jawab masing-masing yang merupakan pendekatan dari bawah ke atas. Tetapi mereka melakukan hal tersebut berdasarkan pedoman yang ditetapkan tingkat yang lebih tinggi, yang merupakan pendekatan dari atas ke bawah. Manajer dengan tingkat lebih tinggi meninjau dan memberikan kritik dan ususlan dan proses peninjauan harus bersifat adil.
2.4.2 Partisipasi Anggaran
Menurut Cantika et al., (2021) partisipasi dalam penyusunan anggaran diartikan sebagai keikutsertaan beberapa pihak dalam pelaksanaan tanggung jawab manajemen yang meliputi perencanaan, koordinasi dan pengawasan mempunyai pengaruh pada masa yang akan datang bagi pembuat keputusan.
Sedangkan menurut Mowen & Hansen (2018:291) menyatakan partisipasi anggaran memungkinkan manajer tingkat bawah berpartisipasi memberikan suara terhadap bagaimana anggaran ditetapkan dengan tujuan mengembangakan anggaran untuk lebih mudah mencapai tujuan organisasi serta mengomunikasikan rasa tanggung jawab kepada manajer tingkat bawah untuk mendorong keterlibatan dan pemahaman tentang tujuan organisasi. Sedangkan menurut Milani (1975)
24
dalam Sinen (2020) partisipasi anggaran merupakan cerminan prespsktif manajer mengenai:
1) Keterlibatan manajer dalam penyusunan anggaran.
2) Jenis pengambilan keputusan yang logis saat anggaran diperbaiki.
3) Frekuensi yang berkaitan dengan anggaran yang didiskusikan dan disetujui dengan atasan.
4) Pengaruh pada anggaran final.
5) Kontribusi pemikiran untuk anggaran.
Sebagian orang juga beranggapan partisipasi dalam proses penyusunan dapat memenuhi kebutuhan harga diri para anggota organisasi. Dengan penerapan partisipasi anggaran dalam suatu organisasi dapat meningkatkan motivasi dan usaha anggota dalam mencapai tujuan organisasi.
Meningkatnya motivasi manajerial yang merupakan dampak dari partisipasi anggaran karena :
1) Kemungkinan ada penerimaan lebih besar atas cita-cita anggaran jika anggaran dipandang berada dalam kendali manajer dibandingkan bila dipaksakan secara eksternal. Hal ini mengarah kepada komitmen pribadi yang lebih besar untuk mencapai cita-cita.
2) Hasil penganggaran partisipasi merupakan hasil dari pertukaran informasi antar manajer.
Jadi keterlibatan manajer level bawah pada proses penyusunan anggaran membuat tujuan anggaran terlihat seperti tujuan personal dari manajer yang
berpartisipasi sehingga menghasilkan keselarasan yang lebih besar dengan tujuan organisasi.
Secara umum besarnya presentase keterlibatan manajer level bawah dalam merumuskan sesuatu yang dapat menghasilkan keputusan dalam perusahaan maka akan semakin besar presentase rasa tanggung jawab mereka untuk melaksanakan kesepakatan tersebut dengan baik dan maksimal. Karena keputusan tersebut mengandung asas musyawarah mufakat yang menimbulkan rasa untuk terus bekerja dengan dengan baik atas apa yang telah disepakati baik adanya pemimpin atau tidak (Effendy dalam Harefa, 2008). Persentase tingkat keterlibatan ini juga yang membedakan proses penyusunan anggaran dilakukan secara partisipasi atau non-partisipasi.
2.4.3 Pandangan Islam Tentang Anggaran
Pandangan islam berkenaan dengan partisipasi dalam penyusunan anggaran tercantum dalam Al-Qur‟an, yaitu di dalam surat Ali Imran ayat 159:
ْىَع ُفْعاَف ۖ َكِل ْو َح ْهِم اوُّضَفْو َلَ ِبْلَقْلا َظيِلَغ اًّّظَف َتْىُك ْوَلَو ۖ ْمُهََل َتْىِل ِ هاللَّ َهِم ٍةَم ْحَر اَمَِِّف ْمُهََل ْرِفْغَتْساَو ْمُهَ
َلَع ْلهكَوَتَف َتْمَزَع اَذِئَف ۖ ِرْمَ ْلْا يِف ْمُهْرِواَشَو َهيِلئكَوَتُمْلا ُّبِحُي َ هاللَّ هنِإ ِ هاللَّ ي
ۚٔ۱
Artinya : Maka, berkat rahmat Allah, engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.160) Kemudian apabilan engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (QS Ali Imran:159)
Maksud dari [160] adalah urusan peperangan dan hal-hal duniawi lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lain. Dalam tafsir
26
melalui percontohan Nabi Muhammad SAW diminta untuk bermusyawarah.
Dimana musyawarah meruapakan toleransi untuk mengetahui ide dari orang lain dan mengilangkan ketidaknyamanan dalam hati. Dengan malakukan musyawarah mereka akan mengetahui bahwa tidak ada melakukan sewenang-wenang pada mereka yang berkedudukan bukan sebagi seorang pemimpin.
Jika dikaitkan dengan penyusunan anggaran. Partisipasi dalam penyusunan anggaran dimana di dalamnya terdapat musyawarah bersama untuk menghasilkan sebuah keputusan merupakan sesuatu yang dianjurkan. Setelah di dapat keputusan bersama maka seluruh partisipan harus menaati dan menjalankan apa yang telah disepakati dengan baik.
2.5 Komitmen Organisasi
Menurut Lubis (2017:83) komitmen organisasi diartikan sebagai sejauh mana seorang individu memihak pada suatu organisasi dan tujuannya dan juga merupakan nilai personal yang mengacu pada sikap loyal kepada oraganisasi.
Komitmen mewakili kekuatan identifikasi individu dan keterlibatannya dalam organisasi (Armstrong & Taylor, 2014:185). Keterlibatan diri dalam suatu organisasi dimana individu tersebut berbuat sesuatu untuk menunjang keberhasilan organisasi dan lebih mementingkan kepentingan organisasi dari pada kepentingan dirinya sendiri.
Menurut Mowday et al (1979) dalam Luthans (2010:146) komitmen organisasi didefinisikan sebagai:
1) Keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.
2) Kesediaan untuk mengerahkan upaya tingkat tinggi atas nama organisasi.
3) Kepercayaan dan penerimaan nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Artinya komitmen organisasi merupakan keinginan kuat dari dalam diri individu untuk tetap menjadi bagian dari organisasi dengan mengupayakan kekuatan ekstra untuk kepentingan organisasi. Serta komitemen juga dapat diartikan sebagai sikap yang menggambarkan suka atau tidaknya seorang individu terhadap organisasi tempat dirinya bekerja. Suka atau tidaknya individu ini yang membuat mengukur seberapa lama individu ingin menjadi bagian dan tetap sejalan dengan organisasi.
Menurut Lubis (2017:84) komitmen organisasi akan terbentuk jika setiap individu menumbuhkan tiga sikap yang saling berhubungan, yaitu:
1) Identifikasi (identification), yaitu pemahaman atau penghayatan terhadap tujuan organisasi.
2) Keterlibatan (involvement), yaitu perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan atau perasaan bahwa pekerjaan tersebut menyenangkan.
3) Loyalitas (loyality), yaitu organisasi adalah tempatnya bekerja dan tinggal.
Selain itu komitmen organisasi terdiri dari tiga komponen utama (Mayer &
Allen, 1991), yaitu:
1) Affective commitment (komitmen afektif)
Kepercayaan yang kuat terhadap tujuan organisasi dan keinginan untuk melakukan dengan baik setiap usaha yang dipertimbangkan dapat
28
memberikan manfaat bagi organisasi merupakan dua karakteristik komitmen afektif. Komitemen ini terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena keterikatan emosional atau psikologi.
2) Continuance Commitment (komitmen kontinu)
Komitmen ini akan muncul apabila karyawan tinggal dalam organisasi karena ia membutuhkan organisasi. Membutuhkan yang dimaksud adalah mereka bertahan karena membutuhkan gaji dan keuntungan lain atau karyawan tidak menemukan pekerjaan lain.
3) Normative Commitment (komitmen normatif)
Komitmen ini akan timbul karena nilai diri individu (karyawan).
Dimana mereka merasa tinggal dalam organisasi itu karena ia merasa berkewajiban atau memang seharusnya berada di sana.
Banyak organisasi atau perusahaan yang berusaha menciptakan kondisi yang sedemikian rupa untuk menghasilkan loyalitas karyawan atau anggota mengingat betapa pentingnya komitmen organisasi bagi tercapainya tujuan organisasi. Cara-cara yang ditempuh perusahaan meliputi (Lubis, 2017:84):
1) Memberikan kompensasi yang menarik atau bahkan kompetitif dibandingan dengan perusahaan lain.
2) Menciptakan kondisi kerja yang nyaman dan penyediaan fasilitas kerja yang baik.
3) Memberikan tugas yang menarik dan menantang.
4) Mempraktikkan manajemen terbuka dan partisipatif.
Menjaga keadilan perlakuan terhadap karyawan dan memperhatikan masalah- masalah yang dianggap penting oleh karyawan.
2.6 Motivasi Kerja
Motivasi merupakan kata yang berasal dari bahasa latin “movere” yang artinya bergerak (Maulana et al., 2020). Sedangkan menurut Lubis (2017:118) motivasi merupakan proses yang dimulai dengan definisi fisiologi atau psikologi yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan insentif.
Perilaku individu mempunyai berbagai macam kebutuhan. Kebutuhan merupakan syarat dasar memenuhi kebutuhan fisik secara psikologis. Menurut Maslow (1954:35) kebutuhan manusia terbagi menjadi lima, yaitu:
1) Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
Kebutuhan dasar yang dibutuhkan manusia seperti kebutuhan memuaskan rasa lapar dan haus, kebutuhan perumahan dan pakaian dan sebagainya.
2) Kebutuhan akan keamanan (safety needs)
Jika kebutuhan fisiologis sudah terpuaskan secara relatif maka muncul kebutuhan baru yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan akan keamanan. Kebutuhan keamanan meliputi perlindungan dari bahaya, jaminan akan kelangsungan pekerjaan dan jaminan akan masa tua.
3) Kebutuhan sosial (social needs)
Jika kebutuhan fisiologi dan keamanan sudah terpenuhi dengan baik maka kebutuhan sosial akan muncul setelahnya. Kebutuhan untuk
30
memiliki hubungan dengan orang lain yang melibatkan rasa kasih dan sayang. Jika di dalam sebuah organiasasi dapat diartikan sebagai kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak atau ingin mendapat tempat di dalam kelompok tersebut.
4) Kebutuhan Penghargaan (esteem needs)
Kebutuhan akan sebuah pengakuan atas kemampuan dan keahlian, dihargai atas prestasi dan keinginan untuk reputasi sebagai rasa hormat dari orang lain.
5) Kebutuhan akan akutualisasi diri (self actualization needs)
Kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi dari kelimanya yang berkaitan dengan proses pengembangan potensi sesungguhnya dan yang paling sesuai dengan dirinya. Seseorang yang seperti ini senang dengan sesuatu yang menantang keahliannya dan kemampuannya.
Sedangkan menurut Wardani et al., (2021) motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai seseorang dalam asumsi bahwa apa yang ia lakukan akan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan yang diinginkan. Motivasi juga diartikan kesediaan seseorang dalam mencapai tujuan dengan melakukan upaya tingkat tinggi yang tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan (Maulana et al., 2020). Dapat disumpulkan bahwa motivasi kinerja merupakan kesediaan seseorang melakukan sesuatu dengan keahlian yang ia miliki untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
2.7 Penelitian Terdahulu
Tabel II.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Penjelasan 1 Munawaroh
(2018)
Efek Moderasi Dari Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pemerintah Kota Makasar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial dan komitmen organisasi, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan memperkuat hubungan keduanya.
2 Rivito &
Mulyani (2019)
The Effect of Budget Participation on Local Government
Performance with Organizational Commitment as Moderating Variable
Hasil penelitian menyatakan bahwa partisipasi anggaran memiliki efek positif terhadap kinerja pemerintah daerah dan komitmen organisasi
memperkuat pengaruh positif partisipasi anggaran terhadap kinerja pemerintah daerah 3 Djaelani &
Subhan (2019)
Moderasi Komitmen Organisasi Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dengan Kinerja
Manajerial Di Kabupaten Halmahera Barat
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh dan hubungan positif yang
signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Sedangkan komitmen organisasi tidak memiliki pengaruh terhadap hubungan partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
4 Maulana et al (2020)
Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan
Hasil penelitian menyatakan bahwa partisipasi anggaran memiliki pengaruh signifikan dan negati terhadap kinerja manajerial dan motivasi kerja tidak dapat memoderasi hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.
5 Sinen Partisipasi Penganggaran Hasil penelitia menunjukkan
32
(2020) Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Keadilan Prosedural dan Goal Commitment Sebagai Variabel Moderasi
bahwa partisipasi penganggaran berpengaruh terhadap kinerja manajeril. Keadilan prosedural memoderasi partisipasi
penganggaran dan kinerja manajerial sedangkan goal commitment tidak memoderasi.
6 Handayati
& Safitri (2020)
Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komitmen Organisasi Sebagai variabel Moderating Pada Pemerintah Kota Batu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi anggaran dan kejelasan tujuan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial pemerintah.
Komitmen organisasi memoderasi efek partisipasi anggaran dan kejelasan tujuan anggaran terhadap kinerja manajerial pemerintah 7 Siswantoro
(2020)
The Effect of
Participatory budgeting on Managerial
Performance with Moderating Variables
Hasil penelitian menyatakan bahwa partisipasi anggaran memiliki efek positif terhadap kinerja manajerial. Sedangkan komitmen organisasi dan persepsi inovasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial.
8 Wardani et al (2021)
Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Organisasi Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Unit Kegiatan
Mahasiswa)
Hasil analisis menunjukkan partisipasi anggaran
berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. Motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi dan
partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh secara positif terhadap kinerja organisasi dengan motivasi sebagai variabel moderasi.
2.8 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uaraian yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai gambaran secara menyeluruh yang merupakan kerangka konseptual. Maka penulis menuangkan kerangka konseptual berbentuk skema yang dapat dilihat pada gambar:
Tabel II.2 Kerangka Pemikiran
(Variabel Independen) (Variabel Dependen)
(Variabel Moderasi) 2.9 Pengembangan Hipotesis
2.9.1 Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial
Anggaran memiliki fungsi sebagai penilaian kinerja. Pada organisasi sektor publik kinerja manajerial dinilai dengan membandingkan realisasi target dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya (Mardiasmo, 2018). Realisasi anggaran dapat tercapai dengan baik apabila anggaran yang disusun tepat sasaran.
Anggaran yang tepat sasaran membutuhkan keterlibatan banyak pihak untuk berpartisipasi sehingga diperoleh banyak informasi yang lebih akurat.
Partisipasi Anggaran Kinerja Manajerial
Komitmen Organisasi Motivasi Kerja
34
Pengganggaran partisipasi merupakan hasil pertukaran informasi sehingga target yang ditetapkan dapat terealisasi dengan tepat sasaran.
Partisipasi anggaran merupakan ruang bagi manajer dalam semua tingkatan untuk turut serta menentukan target dan tujuan yang hendak organisai capai. Keikut sertaan partisipan akan menimbulkan rasa tanggung jawab pribadi sehingga partisipan akan bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan organisasi.
Selain itu partisipasi dalam penyusunan anggaran akan membuat manajer tingkat bawah merasa dihormati karena diberikan kesempatan dalam berpartisipasi.
Karena pada dasarnya anggaran yang disetujui merupakan gambaran sebuah kesepakatan bersama dari banyak orang di dalam suatu organisasi atau perusahaan. Rasa tanggung jawab untuk mencapai standar yang telah ditetapkan karena keterlibatan dalam proses penyusunan anggaran akan berpengaruh pada tingkat kinerja (Maulana et al., 2020). Selain itu partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat mencegah dampak disfungsional dari anggaran (Rivito &
Mulyani, 2019).
Penelitian yang dilakukan Djaelani & Subhan (2019) menemukan bahwa partisipasi anggaran memiliki pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
Partisipasi anggaran akan memberikan dorongan untuk para manajer untuk bertanggungjawab terhadap tugas yang menjadi tanggungjawabnya, sehingga dapat meningkatkan kinerja manajer untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Handayati & Safitri (2020) yang menyatakan bahwa menyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
manajerial. Selain itu penelitian yang dilakukan Rivito & Mulyani (2019) dan Sinen (2020) juga menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut.
H1: Parisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.
2.9.2 Partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi
Komitmen organisasi adalah konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota dengan organisasi yang berdampak terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaan dalam berorganisasi (Handayati & Safitri, 2020). Komitmen organisasi juga diartikan sebagai sikap loyal individu kepada organisasi atau sejauh mana individu menganggap organisasi sebagai tempat bekerja yang nyaman sehingga bersedia tinggal lebih lama. Komiten organisasi yang kuat akan menodorong individu untuk berusaha keras mencapai tujuan organisasi dan hal tersebut berimplikasi pada peningkatan kinerja (Munawaroh, 2018).
Komitmen organisasi yang tinggi akan membuat pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial meningkat atau memperkuat pengaruh pada hubungan keduanya. Besarnya keinginan individu untuk tetap menjadi bagian dari organisasi dan penerimaan nilai-nilai yang berlaku akan membuat manajerial memberikan upaya tingkat tinggi terhadap apa yang akan dirinya lakukan.
36
Keterlibatan manajer sebagai partisipan dalam penyusunan anggaran akan dioptimalkan dengan memberikan informasi sebenar-benarnya sehingga eksistensi organisasi akan tetap bertahan jika target yang disusun tepat sasaran. Anggaran yang tepat sasaran akan berdampak baik pada peningkatan kinerja.
Pada penelitian yang dilakukan Munawaroh (2018) yang dilakukan pada pemerintah Kota Makassar menyatakan bahwa komitmen organisasi mampu memoderasi hubungan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Manajer dengan tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan semakin mempengaruhi tingginya pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Selain itu penelitian yang dilakukan Handayati &
Safitri (2020) yang dilakukakan pada pejabat pemerintah Kota Batu juga menyatakan bahwa komitmen organisasi memoderasi (memperkuat) pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial.
Berdasarkan uraian tersebut ditarik hipotesis sebagai berikut.
H2: Komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan dalam memoderasi hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial
2.9.3 Partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan motivasi kerja sebagai variabel moderasi
Motivasi kerja merupakan tahap awal seseorang melakukan tindakan karena kekurangan secara fisik dan psikis atau dorongan yang diperuntukan memenuhi tujuan tertentu (Maulana et al., 2020). Karena alasan memenuhi kebutuhan diri, individu tersebut akan mengupayakan dengan baik apa yang akan dilakukan. Hal ini berdampak baik bagi organisasi, karena upaya tersebut akan