PENGARUH PENDEKATAN QUANTUM LEARNING TERHADAP
PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Fisika
Oleh : ISMI UMI HANNI
0900802
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Pengaruh Pendekatan
Quantum Learning
Terhadap Penguasaan Konsep Fisika
Siswa SMP
Oleh:
Ismi Umi Hanni
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Ismi Umi Hanni 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENDEKATAN QUANTUM LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMP
Oleh :
ISMI UMI HANNI
NIM. 0900802
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I
Drs. Iyon Suyana, M.Si
NIP : 196208241991031001
Pembimbing II
Achmad Samsudin, S.Pd, M.Pd
NIP : 198310072008121004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Dr. Ida Kaniawati, M.Si
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH PENDEKATAN QUANTUM LEARNING TERHADAP PENGUASAAN
KONSEP FISIKA SISWA SMP” merupakan karya saya pribadi. Saya tidak melakukan baik penjiplakan maupun pengutipan dengan cara yang tidak sesuai
dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Berdasarkan
pernyataan yang disebutkan di atas, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan
kepada saya apabila kelak ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
ataupun adanya klaim dari pihak lain terhadap karya saya.
Bandung, Februari 2014
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengaruh Pendekatan Quantum Learning Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa SMP
Ismi Umi Hanni, NIM. 0900802; Pembimbing I : Drs. Iyon Suyana, M.Si.; Pembimbing II : Achmad Samsudin, M.Pd.; Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA
UPI Bandung; Tahun 2014
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan Quantum Learning terhadap penguasaan konsep Fisika siswa setelah diterapkan dalam pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan desain penelitian yang digunakan adalah Pre Experimental One Group Pretest-Posttest Design. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII-H sebanyak 36 orang pada semester ganjil di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014. Metode pengambilan subyek penelitian adalah
purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah soal tes
penguasaan konsep pilihan ganda sebanyak 18 soal dan lembar observasi keterlaksanaan pendekatan Quantum Learning. Pengaruh pendekatan Quantum
Learning terhadap penguasaan konsep dilihat dari hasil uji ranking bertanda
Wilcoxon dan persentase rata-rata skor hasil pretest dan posttest. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pada penguasaan konsep Fisika yang ditunjukkan oleh persentase Gain sebesar 11,73%. Peningkatan paling efektif terjadi pada siswa kelompok bawah dengan kategori sedang.
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
This research aimed to determine the effect of Quantum Learning approach on students’ mastery of concepts after applied to the learning process. The method used was descriptive method research and the design research used was Pre Experimental One Group Pretest-Posttest Design. The subject of research was students of class-H as many as 36 people in the odd semester in one of Public Junior High School in West Bandung Regency Academic Year 2013/2014. The subject taking decision method was purposive sampling. The research instrument used were multiple-choice test which consists of 18 questions, and observation sheets. The effect of Quantum Learning approach on mastery of concepts could be seen from the result of Wilcoxon signed ranks test and the average percentage score of pretest and posttest results.The result showed that there was effect on the mastery of physics concepts which was indicated by the percentage Gain was 11,73%. The increase was more effective in the low-group students, categorized as medium.
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
G. Hipotesis Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 9
A. Pendekatan Quantum Learning ... 9
B. Penguasaan Konsep ... 19
C. Kaitan Pendekatan Quantum Learning Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika SMP ... 20
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Subyek Penelitian ... 30
B. Desain Penelitian ... 30
C. Metode Penelitian ... 31
D. Definisi Operasional ... 31
E. Instrumen Penelitian ... 32
F. Proses Pengembangan Instrumen Tes Penguasaan Konsep ... 34
G. Teknik Pengambilan Data ... 37
H. Teknik Pengolahan Data ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Quantum Learning Hasil Penelitian ... 41
B. Pengaruh Pendekatan Quantum Learning Terhadap Penguasaan Konsep ... 46
C. Efektivitas Peningkatan Penguasaan Konsep Tiap Sub Kelompok . 49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 56
LAMPIRAN A ... 60
LAMPIRAN B ... 63
LAMPIRAN C ... 78
LAMPIRAN D ... 91
LAMPIRAN E ... 112
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
viii
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Perbedaan pekerjaan mental tanpa dan dengan iringan musik... 13
2.2 Matriks pembelajaran massa jenis zat padat dengan melibatkan ketiga gaya belajar ... 22
2.3 Matriks pembelajaran massa jenis zat cair dengan melibatkan ketiga gaya belajar ... 27
3.1 Hasil analisis uji coba instrumen ... 35
3.2 Jenis instrumen, teknik dan waktu pengambilan data, dan data yang diperoleh ... 37
3.3 Interpretasi keterlaksanaan pembelajaran ... 39
4.1 Persentase keterlaksanaan pembelajaran Quantum Learning ... 45
4.2 Hasil uji ranking bertanda Wilcoxon skor pretest dan posttest... 46
4.3 Hasil uji z skor pretest dan posttest... 46
4.4 Selisih persentase rata-rata skor pretest dan posttest ... 47
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Kerja kedua belah otak saat mencatat ... 14
2.2 Contoh gambar peta pikiran ... 15
3.1 Pola Pre ExperimentalOne Group Pretest–Posttest Design ... 30
4.1 Perbandingan persentase skor keterlaksanaan pendekatan Quantum
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A TABEL CIRI PERILAKU SESEORANG BERDASARKAN
MODALITAS BELAJARNYA ... 60
1. Tabel Ciri Perilaku Seseorang Berdasarkan Modalitas Belajarnya ... 61
LAMPIRAN B PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 63
1. RPP Pembelajaran Quantum Learning ... 64
2. Contoh Skenario Pembelajaran Quantum Learning ... 71
3. Contoh LKS Massa Jenis ... 75
LAMPIRAN C ANALISIS HASIL UJI COBA SOAL TES ... 78
1. Skor Hasil Uji Coba ... 79
2. Validitas Butir Soal ... 81
3. Daya Pembeda ... 83
4. Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 85
5. Reliabilitas Tes ... 87
6. Rekap Analisis Soal ... 89
LAMPIRAN D INSTRUMEN PENELITIAN ... 91
1. Lembar Observasi Quantum Learning ... 92
2. Rubrik Penskoran Keterlaksanaan Quantum Learning ... 94
3. Kisi-Kisi Soal Tes Penguasaan Konsep ... 100
4. Soal Pretest dan Posttest ... 108
LAMPIRAN E DATA DAN HASIL ANALISIS PENELITIAN ... 112
xi
2. Rekap Hasil Keterlaksanaan Aspek Quantum Learning ... 114
3. Data Skor Tes Penguasaan Konsep ... 117
4. Perhitungan Uji Ranking Bertanda Wilcoxon ... 118
5. Tabel T ... 119
6. Tabel Z ... 120
LAMPIRAN F DOKUMENTASI PENELITIAN ... 121
1. Surat Tugas Membimbing ... 122
2. Catatan Konsultasi Penulisan Skripsi ... 123
3. Surat Izin Penelitian ... 125
4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 126
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Fisika merupakan rumpun ilmu sains yang mempelajari
fenomena-fenomena alam yang teramati oleh indera manusia. Fisika berisi fakta,
konsep, dan prinsip yang berdasarkan pada pengamatan tentang
fenomena-fenomena tersebut dan disusun secara sistematis. Pembelajaran Fisika
idealnya kegiatan di kelas dapat menumbuhkan minat siswa pada awal
kegiatan pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik, seperti yang tercantum dalam Standar
Proses pada Permen No. 41 Tahun 2007.
Kondisi pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Suasana yang menyenangkan dan inspiratif membuat siswa lebih mudah
dalam menangkap informasi atau materi yang dipelajari dan menumbuhkan
kreativitas dan motivasi dalam diri siswa untuk belajar. Begitu juga
sebaliknya, pembelajaran yang menegangkan dan membosankan dapat
mematikan sisi kreativitas dan motivasi dalam diri siswa. Siswa cenderung
tidak fokus selama proses pembelajaran. Hal ini dapat berdampak negatif
pada hasil pencapaian kompetensi yang diharapkan. Kriteria pencapaian
kompetensi minimal yang harus dicapai siswa disebut dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan
Menteri No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian, yaitu:
2
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan pada Permen No. 20 di atas, kriteria ketuntasan minimal
(KKM) merupakan ukuran pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
Penetapan KKM ini merupakan tahapan awal dalam pelaksanaan penilaian
dan biasanya dilakukan melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)
pada awal tahun ajaran baru yang didasarkan pada tiga kriteria penetapan
ketuntasan, yaitu: kompleksitas materi, daya dukung, dan input (intake) siswa. Nilai ambang batas ketuntasan belajar yang ditetapkan secara nasional
adalah 75. Namun, satuan pendidikan dapat menetapkan nilai KKM lebih
rendah dari yang ditetapkan secara nasional berdasarkan pertimbangan tiga
kriteria penetapan ketuntasan, kemudian secara bertahap KKM di satuan
pendidikan dinaikkan hingga memenuhi standar KKM nasional.
Studi pendahuluan dilakukan pada salah satu SMP Negeri di Bandung
dengan cara observasi, studi dokumentasi, dan wawancara langsung, baik
dengan guru mata pelajaran IPA maupun siswa. Pada sekolah ini, besar KKM
mata pelajaran Fisika yang ditentukan melalui rapat guru pada awal tahun
ajaran baru dengan memperhatikan pada tiga kriteria penetapan ketuntasan,
diantaranya yaitu: kompleksitas materi, daya dukung, dan input siswa.
Adapun nilai KKM untuk mata pelajaran IPA adalah sebesar 68. Dari hasil
studi pendahuluan tersebut diperoleh data, yaitu: (1) Nilai hasil ulangan pada
salah satu bab materi fisika, siswa yang jika dibandingkan dengan nilai KKM,
hanya enam dari 30 siswa atau sebesar 20% siswa yang mencapai KKM. (2)
Hasil angket yang diberikan pada 30 siswa, sebanyak satu dari 30 yang
memilih fisika sebagai mata pelajaran yang mudah atau dengan kata lain
sebanyak 97% siswa memilih bahwa pelajaran fisika sulit. Fisika dianggap
pelajaran yang sulit diantara mata pelajaran Matematika dan IPA (MIPA),
sebanyak 54% memilih bahwa Fisika adalah pelajaran yang tersulit. Posisi
selanjutnya adalah Matematika dengan persentase 25%, Kimia dengan
persentase 13%, dan Biologi dengan persentase sebanyak 8%. (3) Kegiatan
pembelajaran yang sering terjadi di kelas adalah mendengarkan penjelasan
3
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sampai tiga kali. Selanjutnya kegiatan belajar yang paling dominan adalah
mendengarkan, kemudian mencatat. Sementara itu, kegiatan memperhatikan
guru melakukan demonstrasi atau menggunakan alat dan kegiatan siswa
melakukan percobaan sangat jarang dilakukan. Adapun beberapa komentar
singkat siswa mengenai kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran di
kelas, yaitu:
Saat belajar fisika, saya merasa ngantuk dan bosan, serta kurang menyenangkan.
Ketika suasana ramai menjadi semangat, terkadang juga membosankan karena ada yang kurang mengerti.
Saya hanya mendengarkan dan menulis apa yang guru sampaikan. Saya merasa tertekan bila guru terus-menerus menerangkan dan memberikan latihan soal.
(4) Hasil wawancara dengan guru mengenai kondisi siswa saat
pembelajaran berlangsung, yaitu sebagian besar siswa tidak fokus. (5) Hasil
wawancara dengan beberapa siswa, yaitu mereka tidak bertanya ketika tidak
mengerti materi yang dipelajari dan memilih diam karena malu dan takut
dianggap bodoh dan takut pada guru dengan alasan guru mata pelajaran fisika
galak. Dan juga tidak menyatakan pendapat atau menjawab pertanyaan ketika
dimintai pendapat atau diajukan pertanyaan oleh guru karena tidak tahu harus
mengemukakan apa dan takut salah menjawab pertanyaan.
Kegiatan pembelajaran yang lebih banyak mendengarkan dan
mencatat dapat membuat jenuh sehingga siswa kehilangan fokus dalam
belajar. Terlebih lagi jika mata pelajaran tersebut termasuk dalam kategori
mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Ketika siswa kehilangan minat
dan fokus untuk belajar, maka kemampuan memahami konsep dari materi
yang dipelajari, yang ditunjukkan dengan kemampuan menyelesaikan
permasalahan terkait konsep yang dipelajari atau penerapannya dalam situasi
baru, tidak optimum. Seperti yang ditunjukkan oleh data studi dokumentasi
hasil ulangan siswa bahwa hanya 20% yang memenuhi KKM jika
dibandingkan dengan nilai KKM untuk mata pelajaran IPA Fisika. Oleh
4
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menumbuhkan antusias siswa untuk belajar dengan membuat kondisi belajar
yang nyaman dan menyenangkan atau pembelajaran yang tidak berlangsung
secara kaku, sebagaimana yang dikemukakan Hamid (2011) bahwa inti dari
proses pendidikan di kelas adalah bagaimana para siswa bersemangat,
antusias, dan berbahagia dalam mengikuti pelajaran di kelas, bukannya
terbebani dan menjadikan pelajaran di kelas sebagai momok yang
menakutkan.
Setiap siswa memiliki kemampuan untuk menyerap, mengatur, dan
mengolah informasi yang berbeda. Kemampuan menyerap informasi ini
bergantung dari gaya belajar yang dimiliki tiap individu. Kemampuan
mengatur dan mengolah informasi bergantung pada kemampuan intelegensi
yang merupakan faktor bawaan sejak lahir. Setiap siswa memiliki gaya
belajar yang berbeda, ada yang lebih cepat menangkap informasi melalui
melihat (visual), mendengar (auditori), atau bergerak dan menyentuh
(kinestetik). Siswa visual sangat terbantu dengan gambar ilustrasi, video,
foto, peta dan diagram, atau tulisan dengan menggunakan simbol dan warna
yang berbeda. Siswa auditori lebih cepat belajar melalui mendengar sehingga
perlu intonasi yang berbeda ketika menjelaskan dan penggunaan musik dapat
membantu untuk merilekskan pikiran. Sedangkan siswa kinestetik dapat
terbantu dengan melakukan permainan, menulis, atau menggunakan alat,
seperti demonstrasi dan percobaan. Proses pembelajaran yang hanya
mendengarkan dan mencatat akan menyulitkan siswa untuk menangkap
informasi, khususnya bagi siswa kinestetik, tidak fokus saat proses
pembelajaran dan merasa bosan sehingga konsentrasi belajarnya menurun
sehingga berdampak pada kemampuan siswa dalam memahami konsep atau
materi yang dipelajari tidak optimum. Sehingga perlu diterapkannya
pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual siswa (Sumantri,
2007). Oleh karena itu, guru perlu memberikan ruang kepada siswa agar
dapat belajar sesuai dengan kecenderungan gaya belajarnya. Terlebih siswa
5
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
cenderung untuk membutuhkan rasa aman atau menghindari
ketidaknyamanan (hermavoidance), penghargaan, dan aktualisasi diri.
Salah satu pendekatan yang dapat menumbuhkan kondisi belajar yang
menyenangkan, memberikan ruang bagi siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajarnya, dan memberikan kenyamanan bagi siswa adalah Quantum
Learning. Menurut Chrisley (Davis, 2012, hlm. 4), Quantum Learning
merupakan cara yang efisien untuk menyalurkan pengetahuan kepada siswa
dan dipandang sebagai cara mengajar terbaik yang menggabungkan
kecepatan belajar dan kondisi menyenangkan dalam membantu keberhasilan
belajar dan memotivasi siswa untuk belajar sehingga terjadi peningkatan
dalam prestasi belajarnya. Di samping itu, Fodor (Davis, 2012, hlm. 12)
mengemukakan bahwa pendekatan Quantum Learning memperhatikan modalitas belajar siswa. Pembelajaran dengan Quantum Learning
menggunakan gambar-gambar ilustrasi yang dapat membantu bagi siswa
yang lambat, musik, dan kegiatan yang menggunakan gerak tubuh, seperti:
membuat peta pikiran, atau menggunakan alat, seperti: demonstrasi dan
percobaan. Peta pikiran dapat membantu siswa dalam memahami hubungan
antar konsep yang dipelajari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa membuat
peta pikiran untuk mengilustrasikan ide-ide dan informasi membantu
pemahaman, belajar, dan mengingat kembali (Williams, 2012, hlm. 35). Peta
pikiran umumnya dibuat secara individu, namun menurut Brinkman
(Williams, 2012, hlm. 36), peta pikiran yang dibuat secara berkelompok dapat
meningkatkan proses mengembangkan organisasi pengetahuan siswa. Siswa
terlibat diskusi dengan teman dalam pembuatannya, dan ide yang diajukan
oleh salah seorang siswa dapat menginspirasi siswa lain untuk menambahkan
ide-ide cemerlang lainnya. Peta pikiran ini dapat menumbuhkan merupakan
salah satu sarana bagi siswa untuk menumbuhkan sisi kreativitas siswa.
6
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Quantum Learning memiliki pengaruh positif terhadap pembelajaran Fisika (Putri, 2011, hlm. 7).
Uraian di atas menggugah peneliti untuk mengetahui pengaruh dari
penerapan pendekatan Quantum Learning dalam pembelajaran terhadap penguasaan konsep Fisika. Sehingga judul skripsi dari penelitian ini adalah
PENGARUH PENDEKATAN QUANTUM LEARNING TERHADAP
PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMP.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang, disinggung bahwa
mata pelajaran Fisika dianggap sebagai mata pelajaran tersulit diantara mata
pelajaran MIPA. Kegiatan pembelajaran yang didominasi oleh kegiatan
mendengarkan dan mencatat penjelasan guru membuat siswa bosan dan
merasa sulit untuk memahami materi yang dipelajari. Siswa akan lebih
mudah dalam menangkap informasi yang dipelajari dengan penyajian
informasi yang sesuai dengan gaya belajar siswa, serta dalam keadaan senang
dan rileks. Salah satu pendekatan yang dapat menumbuhkan kondisi belajar
menyenangkan, memberikan ruang bagi siswa untuk belajar sesuai dengan
gaya belajarnya, dan memotivasi siswa adalah Quantum Learning.
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah varibel bebas dan
variabel terikat. Adapun variabel bebasnya adalah Quantum Learning, sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep.
Quantum Learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
yang memperhatikan seluruh aspek dalam belajar, meliputi: lingkungan
belajar, gaya belajar individu, dan motivasi. Penguasaan konsep adalah
kemampuan memahami konsep, yang ditunjukkan dengan kemampuan
menjelaskan permasalahan terkait konsep dan penerapannya dalam situasi
baru yang diperoleh dari suatu kejadian atau pengalaman. Pengaruh dari
penerapan pembelajaran Fisika dengan pendekatan Quantum Learning
7
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sedang, dan bawah, dengan soal tes dibuat mengacu pada Taksonomi
Anderson tingkat C1 hingga C4.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya
adalah: “Bagaimanakah pengaruh pembelajaran pendekatan Quantum
Learning terhadap penguasaan konsep Fisika siswa SMP?”
Pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran Fisika dengan menerapkan
Quantum Learning di kelaspada tiap perlakuan?
2. Apakah terdapat pengaruh pada penguasaan konsep Fisika setelah
diterapkan pembelajaran dengan pendekatan Quantum Learning?
3. Bagaimanakah efektivitas peningkatan penguasaan konsep Fisika pada
tiap sub kelompok siswa (atas, sedang, dan bawah) setelah diterapkan
pembelajaran dengan Quantum Learning?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran dengan pendekatan Quantum Learning terhadap penguasaan konsep Fisika siswa SMP.
Adapun tujuan khusus pada penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Quantum
Learning pada tiap pertemuan.
2. Mengetahui pengaruh dari penerapan pembelajaran dengan pendekatan
Quantum Learning terhadap penguasaan konsep Fisika siswa SMP.
3. Mengetahui bagaimana efektivitas peningkatan penguasaan konsep Fisika
siswa pada sub kelompok atas, sedang, dan bawah.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
8
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fisika, memberikan pencerahan tentang bagaimana penerapan pembelajaran
Fisika dengan Quantum Learning dan pengaruh pembelajaran Quantum
Learning terhadap penguasaan konsep Fisika siswa, serta memberikan
inspirasi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengembangkan
penelitian terkait dengan Quantum Learnig dalam pembelajaran Fisika.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri dari lima bab. Kelima bab tersebut disusun secara
sistematis dari bab I hingga bab V. Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri
dari tujuh sub bab yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
struktur organisasi skripsi, dan hipotesis penelitian. Bab II merupakan sub bab
dari kajian pustaka teori-teori yang dikaji dalam penelitian terdiri dari tiga sub
bab, yaitu: pendekatan Quantum Learning, penguasaan konsep, dan keterkaitan pendekatan Quantum Learning dengan penguasaan konsep. Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari delapan sub bab, yaitu
subyek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional,
instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen tes, teknik pengambilan
data, dan teknik pengolahan data. Bab VI berisi hasil penelitian dan
pembahasan yang terdiri dari tiga sub bab, yaitu keterlaksanaan pembelajaran
dengan pendekatan Quantum Learning, pengaruh pendekatan Quantum
Learning terhadap penguasaan konsep, dan efektivitas peningkatan
penguasaan konsep tiap sub kelompok. Bab V terdiri dari kesimpulan dan
saran.
G. Hipotesis Penelitian
H0: Tidak terdapat perbedaan pada penguasaan konsep Fisika siswa setelah
diterapkan pembelajaran dengan Quantum Learning.
H1: Terdapat perbedaan pada penguasaan konsep Fisika siswa setelah
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan subyek penelitian, desain penelitian, metode
penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan
instrumen tes, teknik pengambilan data, dan teknik pengolahan data.
A. Subyek Penelitian
Pada penelitian ini, subyek penelitian adalah siswa kelas VII-H
sebanyak 36 orang pada semester ganjil di salah satu SMP Negeri di
Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014. Metode pengambilan
subyek penelitian adalah purposive sampling (Sugiyono, 2013, hlm. 85), yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
pemilihan subyek penelitian berdasarkan pertimbangan waktu pelaksanaan
penelitian.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada satu kelas sebagai subyek penelitian atau
dengan kata lain tidak menggunakan kelas kontrol sebagai pengendali faktor
eksternal dan sampel tidak dipilih secara acak. Penelitian seperti ini dikatakan
Pre-Experimental Design karena belum merupakan eksperimen
sungguh-sungguh (Sugiyono, 2009, hlm. 107). Pada penelitian ini, pengamatan
dilakukan terhadap sebuah kelompok yang diberi perlakuan sebanyak dua
kali. Hasil dari perlakuan dapat dilihat dari perbandingan antara keadaan
sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberi perlakuan. Keadaan dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah
diterapkannya pembelajaran dengan Quantum Learning. Desain penelitian seperti ini disebut Pre-ExperimentalOne Group Pretest-Posttest Design. Pola desain penelitiannya dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Gambar 3.1 Pola Pre ExperimentalOne Group Pretest–Posttest Design
(Sugiyono, 2009, hlm.108)
31
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keterangan:
O1 = tes awal (pretest) pada subyek penelitian sebelum pembelajaran dengan
Quantum Learning
O2 = tes akhir (posttest) pada subyek penelitian sesudah pembelajaran dengan
Quantum Learning
X = perlakuan (treatment), yaitu penerapan Quantum Learning pada subyek penelitian
C. Metode Penelitian
Metode penelitian (Sugiyono, 2013, hlm. 2) merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam
penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif (Sukardi, 2004, hlm. 119) merupakan metode penelitian
yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan
apa adanya. Adapun pertimbangan dalam pemilihan dari metode penelitian
deskriptif ini didasarkan pada rumusan permasalahan dan tujuan penelitian
dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan
pendekatan Quantum Learning terhadap penguasaan konsep Fisika pada siswa SMP.
D. Definisi Operasional
1. Pendekatan Quantum Learning
Pendekatan ini menciptakan kondisi belajar yang nyaman dan
menyenangkan dengan memperhatikan ketiga faktor belajar, yaitu faktor
eksternal (contoh: penataan lingkungan belajar yang kondusif), faktor internal
(contoh: memperhatikan modalitas belajar), dan faktor pendekatan belajar.
Pendekatan Quantum Learning diukur dengan menggunakan instrumen non-tes, yaitu berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan
32
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
telah diberikan instrumen berupa lembar observasi keterlaksanaan
aspek-aspek pendekatan Quantum Learning berbentuk rating scale dengan berperingkat 0 sampai dengan 2 untuk tiap kategori yang diberikan dalam
rubrik penilaian Quantum Learning dan memuat kolom komentar. Perolehan skor dari keterlaksanaan aspek-aspek Quantum Learning dihitung dan kemudian dianalisis berdasarkan tabel kategori interpretasi keterlaksanaan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dikatakan pembelajaran dengan
Quatum Learning jika mencapai 60 % dari skor ideal atau dikategorikan baik.
2. Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep merupakan kemampuan memahami konsep yang
diperoleh dari suatu kejadian atau pengalaman, yang ditunjukkan oleh
kemampuannya dalam menjelaskan permasalahan terkait konsep atau
penerapannya dalam situasi baru. Siswa dapat dikatakan telah menguasai
konsep jika mampu menggunakan konsep yang telah dipelajari untuk
menjelaskan atau memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep
tersebut. Pengukuran penguasaan konsep dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara memberikan instrumen tes penguasaan konsep berupa soal
pilihan ganda sebanyak 18 butir soal sebelum (pretest) dan setelah (posttest) diterapkannya pembelajaran dengan Quantum Learning. Pengaruh dari penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran Fisika dilihat dari hasil uji ranking bertanda Wilcoxon yang menunjukkan apakah terdapat perbedaan
atau tidak pada hasil kedua tes. Uji statistik ini dilakukan dengan bantuan
software SPSS versi 16. Adapun untuk mengetahui seberapa besar perbedaan
yang terjadi, dihitung besar selisih persentase rata-rata skor pretest dan
posttest atau persentase rata-rata Gain (% <Gain>). Dan untuk melihat
efektivitas peningkatan pada tiap sub kelompoknya, dihitung besar persentase
rata-rata gain yang dinormalisasi pada tiap sub kelompoknya.
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, data yang akan dihasilkan dari variabel bebas
33
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian adalah berupa data kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh
berupa skor keterlaksanaan pembelajaran dengan Quantum Learning dan skor tes penguasaan konsep. Alat untuk mengukur kedua variabel tersebut adalah
berupa instrumen non-tes dan instrumen tes. Penjelasan dari kedua jenis
instrumen tersebut adalah sebagai berikut.
1. Instrumen Non-Tes (Keterlaksanaan Quantum Learning)
Instrumen non-tes dalam penelitian ini adalah berupa lembar observasi.
Lembar observasi digunakan sebagai alat untuk mendapatkan data
keterlaksanaan pembelajaran dengan Quantum Learning. Lembar observasi keterlaksanaan aspek-aspek Quantum Learning ini untuk mengamati apakah pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan Quantum Learning atau tidak. Lembar observasi keterlaksanaan dibuat berdasarkan aspek-aspek Quantum
Learning yang terintegrasi dalam RPP pembelajaran, dengan petunjuk
pengisian berupa rubrik penilaian untuk tiap aspek Quantum Learning yang diukur. Tiap aspek Quantum Learning yang diukur terdiri dari tiga kriteria pencapaian, yaitu dari skor nol yang berarti aspek tidak dipenuhi hingga skor
dua yang berarti aspek terpenuhi secara ideal. Format lembar observasi dapat
dilihat pada Lampiran D.1, dan rubrik penilaian Quantum Learning dapat dilihat pada Lampiran D.2.
2. Instrumen Tes (Penguasaan Konsep)
Instrumen tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep
adalah soal penguasaan konsep berbentuk pilihan ganda. Banyaknya jumlah
butir soal pada instrumen tes yang digunakan adalah sebanyak 18 butir soal
dengan empat pilihan jawaban. Rincian soalnya adalah sebagai berikut: 3
butir soal aspek C1 (8,11 %), 18 butir soal aspek C2 (48,64 %), 13 butir soal
aspek C3 (35,14 %), dan 3 butir soal aspek C4 (8,11 %). Soal tes mengacu
pada taksonomi Anderson dari tingkatan C1 (mengingat) hingga C4
(menganalisis), dan ditekankan pada tingkatan C2 (memahami). Soal ini
34
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Proses Pengembangan Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes
penguasaan konsep. Soal yang dibuat mengacu pada indikator soal. Indikator
soal ini dibuat mengacu pada indikator pembelajaran yang telah dibuat dalam
RPP. Setelah melalui dilakukan bimbingan dan judgement, soal tersebut
diujicobakan pada siswa yang sudah pernah mempelajari materi yang
berhubungan dengan soal tersebut setelah layak untuk diujicobakan.
Kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan soal-soal yang akan
digunakan sebagai soal tes penguasaan konsep dalam penelitian. Analisis yang
dilakukan, meliputi: validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah soal yang digunakan
baik atau tidak, dan apakah dapat mengukur kemampuan yang akan dicapai
atau tidak. Berikut akan dipaparkan mengenai validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda.
1. Validitas Soal
Validitas tes menunjukkan ukuran kesahihan instrumen. Validitas
yang diuji, yaitu validitas konstruksi, validitas rasional, dan validitas empiris.
Validitas konstruksi dilakukan dengan melihat kesesuaian butir soal dengan
teori massa jenis. Validitas rasional dilakukan untuk melihat kesesuaian
indikator pembelajaran dan indikator soal dengan soal, dilakukan penelaahan
oleh dosen pen-judgement instrumen terhadap butir-butir soal yang sebelumnya dipertimbangkan oleh dosen pembimbing. Dan, validitas empiris
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment
persamaan angka kasar dari data hasil uji coba. Persamaan angka kasar dan
perhitungan angka kasar dari data hasil uji coba disajikan pada Lampiran C.2.
Soal yang memiliki kriteria sangat rendah tidak akan digunakan sebagai
instrumen tes.
2. Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
35
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rendah. Rumus daya pembeda dan perhitungan daya pembeda dari data hasil
uji coba instrumen dapat dilihat pada Lampiran C.3. Soal yang memiliki
kriteria buruk tidak akan digunakan sebagai instrumen tes.
3. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Analisis tingkat kesukaran butir soal dilakukan untuk mengetahui
apakah soal termasuk mudah atau sukar. Rumus indeks kesukaran dan
perhitungan tingkat kedukaran dari data hasil uji coba instrumen dapat dilihat
pada Lampiran C.4. Soal yang memiliki kriteria tingkat kesukaran mudah,
sedang, dan sukar akan digunakan sebagai instrumen tes.
4. Reliabilitas Soal
Reliabilitas adalah ukuran konsistensi instrumen. Arikunto (2009,
hlm. 86) menyatakan bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah
kepercayaan. Persamaan yang digunakan untuk menentukan koefisien
reliabilitas adalah persamaan Kuder-Richardson (KR) 21. Persamaan KR-21
dan perhitungan reliabilitas dari data hasil uji coba instrumen dapat dilihat
pada Lampiran C.5. Soal yang dipilih sebagai instrumen tes adalah soal yang
memiliki nilai koefisien korelasi minimal 0,4 atau memiliki kriteria cukup.
Uji coba instrumen dilakukan sebanyak satu kali kepada siswa SMP
kelas VIII di sekolah tempat penelitian. Uji coba dilakukan di kelas VIII-F
sebanyak 22 siswa dan VIII-A sebanyak 22 siswa pada hari yang sama. Soal
yang diujicobakan sebanyak 37 butir, dengan rincian sebagai berikut: 3 butir
soal aspek C1 (8,11 %), 18 butir soal aspek C2 (48,64 %), 13 butir soal aspek
C3 (35,14 %), dan 3 butir soal aspek C4 (8,11 %). Sistem penskoran tes ini
adalah 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Setelah
diujicobakan, kemudian hasilnya dianalisis. Pada hasil analisis reliabilitas tes,
diperoleh nilai reliabilitas tes sebesar 0,65 dengan kategori tinggi. Analisis
validitas soal, tingkat kesukaran, dan daya pembeda disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil analisis uji coba instrumen
36
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. 0,22 Rendah 0,52 Sedang 0,05 Jelek Digunakan Indeks Kriteria Indeks Kriteria Indeks Kriteria
37
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah dikonsultasikan, soal yang digunakan untuk penelitian
sebanyak 18 butir karena beberapa soal untuk indikator pembelajaran yang
sama memiliki bentuk soal yang sama sehingga soal yang dipilih adalah soal
yang memiliki kriteria validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda paling
baik dari soal lainnya yang dibuat berdasarkan indikator pembelajaran yang
sama. Di samping itu, dalam instrumen penelitian ini, penyebaran soal
dipusatkan pada aspek C2 (memahami) karena disesuaikan dengan
kompetensi dasar materi yang akan diajarkan pada penelitian, yaitu
mendeskripsikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari. Kata kerja
operasional mendeskripsikan ini lebih cenderung pada tingkatan C2
(memahami), dimana arti kata dari mendeskripsikan adalah memaparkan atau
menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Sehingga baik
pembelajaran maupun evaluasi yang dilakukan lebih ditekankan pada
tingkatan C2 (memahami). Rincian soal penguasaan konsep yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 2 butir soal aspek C1
(11,11 %) pada soal nomor 3 dan 17; 10 butir soal aspek C2 (55,56 %) pada
soal nomor 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, dan 18; 4 butir soal aspek C3 (22,22 %)
pada soal nomor 4, 13, 15, dan 16; 2 butir soal aspek C4 (11,11 %) pada soal
nomor 1 dan 8. Kisi-kisi soal penguasaan konsep yang digunakan untuk
penelitian dapat dilihat pada Lampiran D.3.
G. Teknik Pengambilan Data
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif,
berupa skor hasil observasi dan skor penguasaan konsep. Data, instrumen, dan
teknik pengambilan data penelitian disajikan dalam Tabel 3.2 di bawah ini.
38
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2.
mendapatkan data penguasaan konsep adalah dengan melakukan tes. Tes
dilakukan pada dua keadaan, yaitu sebelum dilaksanakannya pembelajaran
dengan pendekatan Quantum Learning (pretest) dan setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan pendekatan Quantum Learning (posttest). Sedangkan, untuk mendapatkan data keterlaksanaan pembelajaran dengan Quantum
Learning adalah diperoleh melalui observasi. Observasi dilakukan selama
pembelajaran berlangsung oleh observer yang diberi lembar observasi untuk
mengamati apakah pembelajaran yang terjadi sesuai dengan pembelajaran
Quantum Learning berdasarkan rubrik penilaiannya, yang dibuat berdasarkan
langkah-langkah pembelajaran dengan Quantum Learning dalam RPP.
H. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini data diperoleh melalui lembar keterlaksanaan
pendekatan Quantum Learning dan tes penguasaan konsep. Teknik
pengolahan data-data tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Instrumen Non-Tes (Keterlaksanaan Pembelajaran Quantum Learning)
Data yang diperoleh dari instrumen non-tes adalah berupa skor dari data
lembar observasi keterlaksanaan aspek-aspek Quantum Learning yang disertai rubik penilaian. Skor pada tiap aspek yang diisi oleh observer
kemudian dijumlah dan dihitung persentasenya dengan menggunakan
persamaan maksimal ideal (SMI) berikut.
∑ Persamaan 3.1
dengan n adalah jumlah observer. Kemudian hasil perhitungannya diinterpretasi
berdasarkan Tabel 3.3. Dalam penelitian ini, pembelajaran dengan pendekatan
Quantum Learning dikatakan telah terlaksana jika persentase keterlaksanaan
39
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Learning yang tercantum dalam lembar observasi yang disertai dengan rubrik
penilaian yang mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran mencapai lebih
dari 60 % atau berada pada kategori baik.
Tabel 3.3 Interpretasi keterlaksanaan pembelajaran
Kategori Keterlaksanaan aspek (%) Interpretasi 80 – 100 Sangat baik
Data yang diperoleh dari instrumen tes penguasaan konsep adalah
berupa skor pretest dan posttest. Skor pretest dijadikan sebagai acuan untuk menentukan sub kelompok atas, sedang, dan bawah dengan besar persentase
ketiganya berturut-turut adalah 30%, 40%, dan 30%. Dari data skor hasil
pretest dan posttest, dicari apakah terdapat perbedaan dari hasil kedua tes
tersebut dengan melakukan uji ranking bertanda Wilcoxon. Uji ranking
bertanda Wilcoxon ini merupakan uji statistik nonparametrik. Penggunaan
statistik nonparametrik ini dikarenakan pada penelitian ini tidak memenuhi
salah satu asumsi untuk memenuhi uji statistik parametrik, yaitu
subyek/sampel penelitian yang diambil secara acak. Jika asumsi dari uji
parametrik tidak dipenuhi, yaitu: sampel dipilih secara acak, data normal,
homogen dan bersifat linier, maka digunakan uji nonparametrik (Somantri,
2006, hlm. 289). Dan karena data yang diperoleh dari hasil penelitian ini
berasal dari subyek penelitian yang sama tetapi mengalami dua perlakuan
yang berbeda, atau dikenal dengan sebutan data berpasangan, maka uji
satistik nonparametrik yang digunakan adalah uji ranking bertanda Wilcoxon
(Supangat, 2010, hlm. 368). Uji ranking bertanda Wilcoxon dilakukan dengan
bantuan SPSS versi 16. Langkah-langkah untuk melakukan uji ranking
bertanda Wilcoxon (Sugiyono, 2011, hlm. 46-47) adalah sebagai berikut:
40
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a) H0 : tidak terdapat perbedaan hasil pretest dan posttest
b) H1 : terdapat perbedaan hasil pretest dan posttest
2) Menentukan kriteria pengujian hipotesis:
H0 diterima jika harga jumlah jenjang yang terkecil dari T hitung > T
tabel (Lampiran E.5).
3) Jika data yang diujikan sebanyak lebih dari 25 data, maka dilakukan uji z
dalam pengujiannya karena distribusinya akan mendekati distribusi
normal.
4) Mengambil kesimpulan dari uji z dan nilai-p, yaitu:
a) nilai z tabel (Lampiran E.6) untuk taraf signifikansi 5% dua pihak (α
= 0,05). Jika z hitung < z tabel, maka terdapat perbedaan
b) jika nilai-p < α (0,05), maka terdapat perbedaan
Setelah dilakukan uji ranking bertanda Wilcoxon, untuk menentukan
apakah besar perbedaan dari hasil tes adalah menurun atau meningkat, maka
dicari selisih dari persentase rata-rata skor posttest dan pretest. Besar selisih tersebut merupakan persentase rata-rata Gain.
Adapun untuk mengetahui efektivitas peningkatan penguasaan konsep
pada tiap sub kelompok (atas, sedang, dan bawah) dihitung dari persentase
rata-rata Gain yang dinormalisasi <g>. Nilai dari persentase Gain ini
dinormalisasi dimaksudkan untuk menunjukkan lebih efektif pada sub
kelompok mana pengaruh dari pembelajaran dengan Quantum Learning
tersebut. Rumus persentase rata-rata Gain yang dinormalisasi ditunjukkan
oleh persamaan 3.2 di bawah ini.
<g> =
...Persamaan 3.2
dengan kategori nilai <g> (Hake, 1998, hlm. 3), yaitu:
1) kategori tinggi untuk <g> > 0,7
2) kategori sedang untuk 0,3 > <g> > 0,7
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan pendekatan Quantum
Learning untuk meningkatkan penguasaan konsep yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Quantum Learning
pada perlakuan pertama dan kedua dikategorikan sangat baik, dengan
besar persentase keduanya berturut-turut 82,00% dan 87,50%.
2. Terdapat pengaruh pada penguasaan konsep setelah diterapkan
pembelajaran dengan pendekatan Quantum Learning, yang ditunjukkan
oleh peningkatan persentase rata-rata hasil tes penguasaan konsep yaitu
sebesar 11,73%.
3. Efektivitas peningkatan penguasaan konsep pada tiap sub kelompok atas
dan sedang dikategorikan rendah, yang ditunjukkan oleh nilai <g> pada
kelompok atas dan sedang berturut-turut adalah 0,14 dan 0,16.
Sedangkan efektivitas peningkatan penguasaan konsep pada kelompok
bawah dikategorikan sedang, yang ditunjukkan oleh nilai <g> yaitu 0,32.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa
saran agar penelitian selanjutnya menjadi lebih baik, yaitu sebagai berikut:
1. Peningkatan penguasaan konsep pada penelitian ini hanya dilakukan
pada sub kelompok, oleh karena itu akan lebih baik jika pada penelitian
selanjutnya peningkatan penguasaan konsep yang diukur adalah dimensi
dari konsep menurut Flavell sehingga dapat mengetahui peningkatan
pada tiap dimensi konsep, dengan syarat kisi-kisi soal dan penyebaran
soalnya merata.
2. Peningkatan penguasaan konsep pada penelitian ini hanya dilakukan
55
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
selanjutnya peningkatan penguasaan konsep yang diukur pada tingkatan
ranah kognitif Taksonomi Anderson karena dapat melihat peningkatan
pada tiap ranah kognitif siswa, dengan syarat kisi-kisi soal dan
penyebaran soalnya merata.
3. Pada penelitian ini soal dibuat mengacu pada Taksonomi Anderson, oleh
karena itu akan lebih baik lagi jika pada penelitian selanjutnya soal
dibuat mengacu pada Taksonomi Pendidikan Sains karena Fisika
merupakan mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun sains, dan
peningkatan yang diukur pun sebaiknya berdasarkan domain sains pada
Taksonomi Pendidikan Sains tersebut dengan syarat kisi-kisi soal dan
penyebaran soalnya merata.
4. Pada penelitian ini sub kelompok siswa tidak diidentifikasi terlebih
dahulu gaya belajarnya, karenanya akan lebih baik lagi jika pada
penelitian selanjutnya peneliti mengidentifikasi terlebih dahulu
kecenderungan gaya belajar tiap siswa dengan membuat angket yang
mengacu pada ciri-ciri seseorang berdasarkan modalitas belajarnya
(Lampiran A.1) menurut Bobbi De Porter sehingga lebih terlihat
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. dkk. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And
Assessing. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: BSNP.
Buzan, T. (2005). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Buzan, T. (2007). Buku Pintar Mind Map untuk Anak. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Dahar, R.W. (1998). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Davis, A.W. (2012). The Effect of Quantum Learning on Standardized Test Scores
versus schools that do not use Quantum Learning. [PDF]. Tersedia di:
http://www.nwmissouri.edu/library/researchpapers/2012/Davis,%20Andre
w%20W.pdf. Diakses 4 Maret 2013.
Departemen Pendidikan Nasional. Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar
Penilaian Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar
Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta:
Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Buku Percobaan IPA Pedoman Untuk
Guru SD Kelas 4. Jakarta: Depdiknas.
DePorter, B. (2002). Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
DePorter, B. & Hernacki. (2012). Quantum Learning Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
De Young, R. (2013). Using The Stroop Effect To Test Our Capacity To Direct Attention:Managing the mental vitality needed for a rapid yet civil
57
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
http://www.snre.umich.edu/eplab/demos/st0/stroopdesc.html#sthash.i85V2 7Eb.dpuf. Diakses 4 April 2013.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Hake, R.R. (1998). Interactive-engagement vs traditional methods: A six- thousand student survey of mechanics test data for introductory physics
courses. American Journal of Physics. (66), hlm. 64-74.
Halim, A. (2012). Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat.
Jurnal Tabularasa PPS UNIMED. 9, (2), hlm. 141-158.
Hamalik, O. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamid, S. (2011). Metode Edutainment: Menjadikan Siswa Kreatif dan Nyaman
di Kelas. Yogyakarta: Diva Press.
JogjaCamp. (1970). Pengertian Definisi Konsep Menurut Para Ahli. [Online].
Tersedia di:
http://carapedia.com/pengertian_definisi_konsep_menurut_para_ahli_info 402.html. Diakses 22 Mei 2012.
Judarwanto, W. (2013). Inilah Berbagai Jenis Musik Klasik Menstimulasi
Kecerdasan dan Emosi Anak. [Online]. Tersedia:
http://growupclinic.com/2013/04/29/inilah-berbagai-jenis-musik-klasik-menstimulasi-kecerdasan-dan-emosi-anak/. Diakses 20 April 2013.
Muhclisin, F. (2013). Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Learning Dengan Pendekatan Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Motor Diesel Di SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta. [PDF]. Tersedia di:
http://eprints.uny.ac.id/10156/1/JURNAL.pdf. Diakses 30 Januari 2014.
Mulyono, A.W., Purwandari H., & Permana R.H., (2007). Pengaruh Pelatihan
Gaya Belajar Terhadap Peningkatan Indeks Prestasi Mahasiswa. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing). 2, (3), hlm. 134-140.
Novianti, D.S.(2012). Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penguasaan Konsep
Siswa SMA. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung.
Nurichsan, A.J. & Agustin, M. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan
58
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Putri, D.H. (2011). Pengaruh Metode Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar
Mahasiswa Pada Matakuliah Fismat I. Jurnal Exacta. 9, (1), hlm. 16-22.
Rahayu, E. (2009). Pembelajaran Konstruktivisme Ditinjau Dari Gaya Belajar
Siswa. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika. Madiun, UNM, hlm. 252-269.
Roussel, L. (2011). The Accelerated Learning Fieldbook. Bandung: Nusa Media. Somantri, A. & Muhidin, A.S. (2006). Aplikasi Statistika Dalam Penelitian.
Bandung: Pustaka Setia.
Sugiarto, I. (2004). Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berpikir Holistik
dan Kreatif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Statistik Nonparametrik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharjono. (2007). Keseimbangan Otak Kiri dan Otak Kanan. [PDF]. Tersedia:
http://suharjono.wordpress.com/2007/04/24/kunci-sukses-keseimbangan-otak-kanan-%E2%80%93-otak-kiri/. Diakses24 Oktober 2012.
Sujarwo & Delnitawati. (2013). Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Gaya
Belajar Terhadap Hasil Belajar. [PDF]. Tersedia di:
http://www.umnaw.ac.id/wp-content/uploads/2013/01/laporan-sujarwo.pdf. Diakses 1 Januari 2014.
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sumantri, M. dan Syaodih. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Supangat, A. (2010). Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan
Nonparametrik. Jakarta: Prenada Media.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Karya.
Wahab, A. A. (2006). Manajemen Kelas: Upaya Menciptakan Kelas Sebagai
Tempat Yang Menyenangkan Untuk Belajar Dan Bekerja. Jurnal Tenaga
59
Ismu Umi Hanni, 2014
Pengaruh pendekatan quantum learning terhadap penguasaan konsep fisika siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wijaya. (2001). Statistika Non Parametrik (Aplikasi Program SPSS). Bandung: Alfabeta.
William, H. M. (2012). Physical Webbing: Collaborative kinesthetic
three-dimensional Mind Maps®. Journal of Active Learning in Higher
Education. 13, (1), hlm. 35-49.
Wiyono, K., dkk. (2012). Model Multimedia Interaktif Berbasis Gaya Belajar
Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Pendahuluan Fisika Zat Padat.