• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 TINJAUAN KHUSUS"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1 TINJAUAN TEMA

3.1.1 Latar Belakang Tema

Dalam dunia perancangan, khususnya arsitektur, dikenal bermacam-macam tema untuk pencarian idenya. Tema merupakan hal yang sangat penting dalam merancang sebuah arsitektur. Tema dapat mengarahkan seorang arsitek dalam merancang sekaligus memberi batasan. Karya arsitektur yang dirancang dengan menggunakan tema akan menghasilkan suatu karya yang memiliki makna tertentu yang membuat orang yang menikmatinya akan merasa mengalami arsitektur. Salah satu tema yang bisa digunakan dalam merancang arsitektur adalah tema analogi dan metafora yang dapat mendorong arsitek untuk memeriksa sekumpulan pertanyaan yang muncul dari tema rancangan dan seiring dengan timbulnya interpretasi baru. Dengan analogi dan metafora seorang perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur.

Penggunaan metafora sebagai saluran kreatifitas arsitektural telah popular di antara arsitek pada abad ini. Metafora lebih berguna bagi pencipta dari pada pengguna. Melalui metafora, imajinasi perancang bisa diuji dan dikembangkan. Mereka yang memiliki daya imajiasi yang tinggi tidak akan mengalami kesulitan dalam menggunakan metafora, bahkan metafora akan semakin memperluas dan memperdalam daya imajinasi mereka(3.1).

(2)

3.1.2 Pengertian Tema 3.1.2.1 Analogi

Dalam membuat sebuah perbandingan, orang mencari

persamaan dan perbedaan di antara hal-hal yang

diperbandingkan. Jika dalam perbandingan itu orang hanya

memperhatikan persamaannya saja tanpa melihat

perbedaannya, maka timbullah analogi, persamaan di antara dua hal yang berbeda.

Pandangan Beberapa Filsuf

 Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain(3.2).

 Analogi adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu gagasan terlihat benar dengan cara

membandingkannya dengan gagasan lain yang

mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama (3.3). Analogi merupakan salah satu teknik dalam proses penalaran induktif. Sehingga analogi kadang – kadang disebut juga sebagi analogi induktif, yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain.

(3.2) wikipedia /Analogi (3.3 & 3.4) elfalasy88

(3)

Macam – macam analogi(3.4)

 Analogi Induktif

Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.

Contohnya :

Daniel Libeskind adalah seniman musik biola yang tertarik akan ilmu arsitektur. 20 tahun, tiba-tiba memiliki ketertarikan dalam arsitektur, selama bertahun-tahun di dunia musik dan arsitektur wawasan diubah menjadi lukisan set lengkap bahasa, sampai akhirnya membuat sebuah bangunan yang

beranalogi musik melalui lukisannya. Analogi melodi

musik-musik kepribadian ditunjukkan - lebih dekoratif, lebih berbelit-belit, itu adalah layanan dari tema, yang pernah menjadi kehidupan yang mandiri baginya.

(4)

 AnalogiDeklaratif

Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.

Contohnya :

Gambar 3.2 Rumoh Aceh as a ascape hill

M.Ridwan Kamil dalam merancang Museum Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. Konsep besarnya adalah “Rumoh Aceh as ascape hill”. Ia mengibaratkan museum sebagai rumah panggung yang dapat menyelamatkan diri para penduduk Aceh bila sewaktu-waktu terjadi Tsunami.

Gambar 3.3 (kiri) Lorong, The light of God, Ruang Renungan.

Di dalamnya juga menceritakan dan mengajak kita untuk merasakan suasana saat Tsunami terjadi. Di awali dengan pintu masuk yang “menekan” perasaan pengunjung dengan luasan yang sempit dan di dindingnya terdapat air yang mengalir (water wall) seolah-olah pengunjung dibawa masuk ke dalam dasar laut yang amat dalam.

(5)

The light of God, sebuah ruang berbentuk sumur silinder

yang menyorotkan cahaya keatas sebuah lubang dengan tulisan arab “Allah” dan dinding sumur silinder dipenuhi nama para korban.sangat mengandung nilai-nilai religi merupakan cerminan dari Hablumminallah (konsep hubungan manusia dan Allah).

Tampilan interior yang penuh pesona dengan

mengetengahkan sebuah tunnel of sorrow yang menggiring pengunjung ke suatu perenungan atas musibah dahsyat yang diderita warga Aceh sekaligus kepasrahan dan pengakuan atas kekuatan dan kekuasaan Allah dalam mengatasi sesuatu.

Dalam membuat sebuah perbandingan, orang mencari

persamaan dan perbedaan di antara hal-hal yang

diperbandingkan. Jika dalam perbandingan itu orang hanya

memperhatikan persamaannya saja tanpa melihat

perbedaannya, maka timbullah analogi, persamaan di antara dua hal yang berbeda. Analogi adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan gagasan lain yang mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama.

3.1.2.2 Metafora

Metafora berasal dari bahasa latin yaitu “Methapherein” yang

terdiri dari 2 buah kata yaitu “metha” yang berarti : setelah, melewati dan “pherein” yang berarti :membawa. Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan.

Pandangan Beberapa Filsuf

Aristotle(3.5), Metafora adalah suatu pemindahan

(6)

kepada makna yang spesifik atau dari makna spesifik ke makna umum serta dari spesifik ke spesifik atau melalui analogi.

Williams Morris, menyebutkan Metafora disebut sebagai

bahasa yang bersifat perlambangan atau kiasan (3.6).

W.J.S Poerwadarminta, mengatakan Metafora adalah

perubahan, perumpamaan atau arti kiasan. Perubahan tersebut dapat terjadi pada setiap aspek kehidupan.

Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese

(3.7), Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin

terjadi dari hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang melihat secara literal

(3.5) Aristotle, dalam Samuel R.Levin. The Semantics of Metaphor

(3.6) Figurative Language Wiliams Morris, Ec. The American Heritage Dictionary

(7)

Menurut Geoffrey Broadbent 1995 (3.8), Transforming :

figure of speech in which a name of description term is transferred to some object different from. Dan juga menurutnya pada metafora pada arsitektur adalah merupakan salah satu metod kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang.

Menurut Charles Jenks (3.9), Metafora sebagai kode yang

ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan.

Menurut Anthony C. Antoniades (3.10), 1990 dalam

”Poethic of Architecture” Suatu cara memahami suatu

hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain.

3 kategori Metafora dalam Arsitektur :

1. Intangible Methaphors / metafora abstrak

(metafora yang tidak dapat diraba) metafora yang berangkat dari suatu konsep, ide, hakikat manusia dan nilai-nilai seperti : individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya.

(3.8) Geoffrey Broadbent 1995 dalam buku “Design in Architecture”

(3.9) Charles Jenks 1970 dalam buku ”The Language of Post Modern Architecture” (3.10) Anthony C. Antoniades 1990 dalam buku ”Poethic of Architecture”

(8)

Contohnya :

Gambar 3.4 Nagoya City Art Museum (Metafora abstrak) Metafora abstrak dapat di lihat pada Kisho Kurokawa

yang mengangkat konsep simbiosis dalam karya-karyanya. Kisho Kurokawa mencoba ‘membawa’ elemen sejarah dan budaya pada engawa (tempat peralihan sebagai “ruang antara” pada bangunan: antara alam dan buatan, antara masa lalu dan masa depan). Konsep ini diterapkan pada salah satu karya Kisho Kurokawa yaitu Nagoya City Art Museum. Sejarah dan budaya adalah sesuatu obyek yang abstrak dan tidak dapat dibendakan (intangible). Oleh karena itu, karya Kisho Kurokawa ini tergolong pada metafora abstrak.

2. Tangible Methaphors / metafora konkrit (metafora

yang nyata), Metafora yang berangkat dari hal-hal visual serta spesifikasi/ karakter tertentu dari sebuah benda seperti sebuah rumah adalah puri atau istana, maka wujud rumah menyerupai istana.

(9)

Contohnya :

Gambar 3.5 Stasiun TGV (metafora konkrit)

Stasiun TGV yang terletak di Lyon, Perancis, adalah

salah satu contoh karya arsitektur yang menggunakan gaya bahasa metafora konkrit karena menggunakan kiasan obyek benda nyata (tangible). Stasiun TGV ini dirancang oleh Santiago Calatrava, seorang arsitek kelahiran Spanyol. Melalui pendekatan tektonika struktur, Santiago Calatrava

merancang Stasiun TGV dengan konsep metafora seekor burung. Bentuk Stasiun TGV ini didesain menyerupai seekor burung. Bagian depan bangunan ini runcing seperti bentuk paruh burung. Dan sisi-sisi bangunannya pun dirancang menyerupai bentuk sayap burung.

3. Combined Methafors / metafora kombinasi

merupakan penggabungan kategori 1 dan kategori 2 dengan membandingkan suatu objek visual dengan yang lain dimana mempunyai persamaan nilai konsep dengan objek visualnya. Dapat dipakai sebagai acuan kreativitas perancangan.

(10)

Gambar 3.6 E.X Plaza Indonesia (metafora Kombinasi)

E.X Plaza Indonesia, karya Budiman Hendropurnomo (DCM). Dalam buku “Indonesian

Architecture Now”, gubahan massa E.X yang terdiri atas lima buah kotak dengan posisi miring adalah hasil ekspresi dari gaya kinetik mobil-mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan tinggi dan merespon gaya sentrifugal dari Bundaran Hotel Indonesia yang padat. Kolom-kolom penyangga diibaratkan dengan ban-ban mobil, sedangkan beberapa lapis dinding melengkung sebagai kiasan garis-garis ban yang menggesek aspal. Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah obyek yang abstrak (intangible).

Kita tidak dapat melihat gaya kinetik secara visual. Akan tetapi, ban-ban mobil merupakan obyek yang dapat di lihat secara visual (tangible). Perpaduan antara gaya kinetik (obyek abstrak) dan ban-ban mobil (konkrit) inilah yang menghasilkan metafora kombinasi.

Pada awal tahun 1970-an muncul ide untuk mengkaitkan arsitektur dengan bahasa, menurut

Charles Jenks dalam bukunya “The Language of Post

Modern” dimana Arsitektur dikaitkan dengan gaya

(11)

Metafora dalam Arsitektur

Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya.

Arsitektur berdasarkan prinsip-prinsip Metafora

Arsitektur yang berdasarkan prinsip-prinsip Metafora, pada umumnya dipakai jika :

 Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatusubjek ke subjek lain.

 Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain.

 Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru).

Kegunaan penerapan Metafora dalam Arsitektur

Kegunaan penerapan Metafora dalam Arsitektur sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas Arsitektural, yakni sebagai berikut :

 Memungkinkan untuk melihat suatu karya

Arsitektural dari sudut pandang yang lain.

 Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai

interprestasi pengamat.

 Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya

(12)

Dalam merancang dengan menggunakan tema analogi dan metafora, seorang arsitek akan mempunyai imajinasi yang tinggi karena tidak mudah membayangkan suatu hal sebagai sesuatu yang lain yang jauh berbeda. Begitulah analogi dan metafora dalam arsitektur yang mengibaratkan arsitektur sebagai sebuah bahasa yang dapat mengandung sebuah pesan di dalamnya. Ketika kata dan imaji tidak mampu lagi menyampaikan pesan, arsitektur dalam bahasa, analogi dan metafora menjawabnya dengan bentuk, ruang dan fungsi.

3.2 Kaitan Tema Dengan Judul

Jadi Analogi dan Metafora dipilih sebagai pendekatan dari suatu perwujudan karakter menjadi sebuah bentuk arsitektural yang dapat mempresentasikan makna/ tema.

Penerapannya terhadap Vulcanic Water Park ini beranalogi terhadap potensi daerah setempat dan di metaforakan dengan metafora kombinasi ke dalam aktifitas pengunjung saat mengikuti fasilitasnya. Penerapan analogi dan metafora ini sangat di ditekakan kepada suatu pembentukan identitas, agar nantinya bangunan tersebut memiliki makna berupa tanda yang dapat

-dipahami masyarakat pengunjung tanpa menghilangkan potensi daerah setempat, diantaranya :

 Kejadian

 Sejarah

 Budaya

(13)

3.3 STUDI BANDING TERHADAP TEMA

3.3.1 Museum of Fruit, Yamanashi, Jepang

Gambar 3.7 Museum of Fruit, Yamanashi, Jepang

Salah satu perancang yang menggunakan metafora kombinasi sebagai konsep rancangannya adalah Itsuko Hazegawa. Tema ini tampak pada salah satu karyanya yaitu Museum of Fruit yang berlokasi di Jepang tepatnya di Kota Yamanashi. Bangunan ini didirikan pada tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan greenhouse.

(14)

Gambar : (a) Gambar : (b)

Gambar 3.8: (a) Bentuk bibit yang disebar pada penataan massa bangunan (b) Site Plan

Kompleks bangunan ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu: Fruit Plaza, green house, dan workshop. Ketiga massa ini ditata menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar di sebuah lahan. Dia menggunakan bentuk bibit-bibit yang berbeda yang disebar ke tanah dalam penampilan keseluruhan kompleks bangunannya, termasuk dalam menemukan bentuk denah dari tiga massa utama. Sisi inilah yang merupakan kategori tangible metaphor. Sedangkan kategori intangible metaphor tampak pada gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar yang ditampilkannya ke dalam salah satu massa yaitu

fruit plaza. Kemudian dia menampilkan kenangan akan matahari tropis di

mana bibit berkecambah pada green house. Dia juga menggambarkan dunia gen buah-buahan ke dalam rancangan exhibition hall. Kekuatan bibit digambarkan dalam workshop, cerita buah-buahan tampak pada museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah antara manusia dan buah bisa disimbolkan dengan cara menyebarkan lahan bibit dan menjadi

makmur dalam lingkungan tertentu serta pencampurannya bisa dilihat sebagai metafora hidup berdampingan dengan damai pada daerah yang bermacam2 di dunia, simbiosis manusia dan binatang,dan pemeliharaan alam. Tampilan keseluruhan bangunan merupakan “new age village”.

(15)

Images

Gambar (a) Tropical Greenhouse Gambar (b) Workshop

Gambar (c) tempatinformasi Gambar (d) contoh display

Gambar (e) Water Garden Gambar (f) pemandangan dari teras atap Gambar 3.9 ( a – f ) Image-image Museum of Fruit

Suatu karya arsitektur yang dirancang dengan menggunakan pendekatan tema metafora memiliki ciri tersendiri yang tidak dimiliki oleh tema yang lain. Karya ini akan lebih mendalam maknanya bila yang digunakan sebagai pendekatan adalah kategori combine metaphor, karena kategori ini memungkinkan seorang arsitek

untuk-menciptakan arsitektur yang memiliki sifat-sifat yang lebih mendalam terhadap sesuatu yang diumpamakan, sehingga arsitektur tersebut memiliki makna yang lebih dalam pula.

(16)

3.4 SKEMATIK TEMA

Skema 3.10 Skematik Tema

VULCANIC WATER PARK

VULCANIC WATER PARK

Studi Banding

Studi Banding

Analisa

Analisa

ANALOGI DAN METAFORA

ANALOGI DAN METAFORA

Potensi Daerah

Potensi Daerah

Kejadian Alam

Kejadian Alam

Sejarah

Sejarah

Budaya

Budaya

Potensi Laut

Potensi Laut

Konsep Wahana

Konsep Wahana

DESIGN

DESIGN

VULCANIC WATER PARK

VULCANIC WATER PARK

Studi Banding

Studi Banding

Analisa

Analisa

ANALOGI DAN METAFORA

ANALOGI DAN METAFORA

Potensi Daerah

Potensi Daerah

Kejadian Alam

Kejadian Alam

Sejarah

Sejarah

Budaya

Budaya

Potensi Laut

Potensi Laut

Konsep Wahana

Konsep Wahana

DESIGN

Gambar

Gambar 3.1  Contoh bangunan analogi
Gambar 3.3 (kiri) Lorong, The light of God, Ruang Renungan.
Gambar 3.4 Nagoya City Art Museum (Metafora abstrak)
Gambar 3.7 Museum of Fruit, Yamanashi, Jepang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan jumlah volume untuk sebaran batubara yaitu sebesar 712.612,71 m 3 3 Lokasi aktivitas kegiatan penambangan serta menentukan arah eksplantasi daerah konsesi Lokasi

Hasil penelitian dan pembahasan tentang “Pengelolaan Bengkel Kerja Dalam Mempersiapkan Kemandirian Lulusan di SMK Satya Karya Karanganyar”, dapat disimpulkan, bahwa

Anco pada masyarakat Wonokerto memiliki makna alat untuk menangkap ikan yang terbuat dari jaring berbentuk persegi yang berukuran 150-300 cm 2 dan keempat sudut

Guna meningkatkan kenyamanan dan kemudahan penggunaan ashitaba maka diformulasikan granul effervescent, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh variasi

Sosialisasi/Penyuluhan dan Pelatihan terhadap Mitra Sosialisasi atau penyuluhan terhadap kelompok tani jeruk siam tentang teknologi pasca panen tepat guna, artinya

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Rokhmah yang menunjukkan mayoritas ODHA memiliki sikap yang positif terhadap HIV/AIDS dan

PERANAN DAN PEMANFAATAN MODAL SOSIA DALAM PENGEMBANGAN KLASTER STUDI PADA KLASTER COR LOGAM CEPER-KLATEN JAWA TENGAH..

Promosi oleh teman, promosi oleh keluarga, promosi dari opini pimpinan, kelancaran akses menuju lokasi dan lokasi berdirinya warung merupakan faktor yang