• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN TAHUN TUGAS AKHIR. Diajukan Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS RASIO LIKUIDITAS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN TAHUN TUGAS AKHIR. Diajukan Oleh :"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN TAHUN 2011-2015

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh :

ANNISA WULAN SARI REJEKINTA BR.BANGUN

142101089

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NAMA : ANNISA WULAN SARI REJEKINTA BR.BANGUN

NIM : 142101089

PROGRAM STUDI

: DIPLOMA III KEUANGAN JUDUL

: ANALISIS RASIO LIKUIDITAS PADA PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO MEDAN) TAHUN 2011-2015

Tanggal : …….… 2017 DOSEN PEMBIMBING

Syafrizal Helmi Situmorang,SE.,M.Si.

NIP. 19760214 200501 1 002

Tanggal : …….… 2017 KETUA PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si NIP. 19591229 198903 1 002

Tanggal : …….… 2017 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Prof. Dr. Ramli, SE, MS NIP. 19580602 198803 1 001

(3)

i

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik tugas akhir ini. Serta tidak lupa shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita semua. Adapun judul tugas akhir ini adalah “Analisis Rasio Likuiditas Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”.

Dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

3. Ibu Yasmin Chairunisa Muchtar,SP.,MBA. selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

4. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang,SE.,M.Si. selaku dosen pembimbing tugas akhir penulis yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

5. Bapak pimpinan, Staff, dan seluruh karyawan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang telah membantu memberikan data yang diperlukan dalam penyelesaian tugas akhir ini.

6. Yang tercinta Ibundaku dan Nondong di alam keabadiannya dan Ayahanda, adik-adikku Abiyyu, Boyke yang telah memberikan banyak dukungan, dorongan, serta doa kepada penulis.

7. Teman-teman seperjuangan yang paling penulis sayangi Eliza Monasti, Widi Ayu Ningsih dan Habibah Putri terimakasih atas semangat dan kebahagian yang kalian berikan.

8. Buat seluruh teman-teman lain, khususnya anak-anak keuangan grup C stambuk 2014 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuannya. Dan besar harapan penulis semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan pembaca sekalian.

Medan, 7 Juli 2017 Penulis,

Annisa Wulan Sari Rejekinta Br.Bangun

(4)

ii

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan... 9

2.2 Visi dan Misi Perusahaan...11

2.3 Tata Nilai Perusahaan... 12

2.4 Logo Perusahaan... 13

2.5 Struktur Organisasi... 14

2.6 Bidang Pekerjaan/ Job Description... 17

2.7 Jaringan Usaha/ Kegiatan... 25

2.8 Rencana Usaha... 27

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Laporan Keuangan... 26

3.2 Jenis Laporan Keuangan... 26

3.3 Rasio Likuiditas... 29

3.4 Analisis Rasio Likuiditas Perusahaan... 34

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan...42

4.2 Saran...43 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(5)

iii

Tabel 1.1 Total aktiva lancar, Total hutang lancar, Total aktiva tetap,

Kas setara kas... 6

Tabel 3.1 Rasio Lancar... 36

Tabel 3.2 Rasio Cepat... 38

Tabel 3.3 Rasio Kas... 40

Tabel 3.4 Rasio persediaan terhadap modal kerja bersih... 42

(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan yang didirikan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil, dioperasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun tujuan tersebut antara lain adalah untuk mendapatkan keuntungan dan menjamin kelanjutan usaha di masa yang akan datang. Untuk mencapai tujuan perusahaan diperlukan sumber daya yang didukung oleh kemampuan manajerial dan kepemimpinan dari seorang manajer. Oleh karena itu, pengolahan sumber daya secara tepat merupakan salah satu faktor penentuan keberhasilan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Sumber daya yang dimaksud antara lain, sumber daya manusia, pemasaran dan keuangan.

Syafrizal (2017:45), pengertian data menurut Webster New World Dictionary, Data adalah things known or assumed yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau di anggap. Pada dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan di analisis) ialah sebagai dasar yang objektif di dalam proses pembuatan keputusan-keputusan/ kebijaksanaan dalam rangka untuk memecahkan persoalan oleh pengambil keputusan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan data yakni sumber data yang akan digunakan. Data yang dikumpulkan harus bisa menghasilkan informasi yang diinginkan oleh manajer, sehingga keputusan yang diambil bisa cepat, tepat dan dapat di andalkan.

Syafrizal (2012:296), seorang pebisnis yang ingin menanamkan investasinya atau menyertakan modalnya pada perusahaan lain tentu

(7)

membutuhkan informasi-informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan tersebut. Salah satu cara adalah dengan melihat laporan keuangan, karena memberi informasi lengkap mengenai aktifitas perusahaan tersebut.

Syahyunan (2015:28), laporan Keuangan adalah produk dari manajemen dalam rangka mempertanggungjawabkan (stewardship) penggunaan sumber dana yang dipercayakan kepadanya. Secara umum laporan ini menyediakan informasi tentang posisi keuangan pada saat tertentu, kinerja dan arus kas dalam suatu periode yang ditunjukkan bagi pengguna laporan keuangan di luar perusahaan untuk menilai dan mengambil keputusan yang bersangkutan dengan perusahaan.

Sebagai sumber informasi, laporan keuangan harus disajikan secara wajar, transparan, mudah dipahami dan dapat diperbandingkan dengan tahun sebelumnya ataupun antar perusahaan sejenis.

Samryn (2014:30), secara umum laporan keuangan meliputi ikhtisar- ikhtisar yang menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas serta perubahan ekuitas sebuah organisasi dalam satu periode waktu tertentu. Tiap ikhtisar tersebut dibuat dalam satu format sendiri secara terpisah. Ikhtisar posisi keuangan tercermin dalam laporan keuangan yang disebut neraca laporan ini mengihktisarkan status atau posisi sumber daya pada suatu saat tertentu.

Harmono (2009:22), laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang di klasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karateristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas.

(8)

Sujarweni (2016:53), salah satu alat analisis atas laporan keuangan yang sering digunakan adalah analisis rasio. Analisis ratio adalah suatu cara untuk menganalisis laporan keuangan yang mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya.

Menurut Syahyunan (2015:95), rasio keuangan merupakan analisis yang paling populer untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya untuk menghitung rasio keuangan suatu perusahaan diperlukan angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau kombinasi antara keduanya. Disebut rasio karena dilakukan pada dasarnya adalah membandingkan (membagi) antara satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya. Cara ini ternyata lebih dapat menjelaskan makna satu angka yang ada di laporan keuangan dibandingkan dengan hanya melihat angka tersebut dengan begitu saja.

Samryn (2015:379), analisis rasio keuangan merupakan alat yang cukup populer dalam mengukur kesehatan keuangan sebuah organisasi bisnis. Namun, banyak hal dapat menjadi masalah bagi analisis laporan keuangan bila tidak mengalami faktor lingkungan yang mempengaruhui validitas penggunaan analisis rasio tersebut”.

Samryn (2015:379), faktor yang pertama, penyebab kelemahan analisis rasio keuangan berhubungan dengan identifikasi bidang usaha bagi perusahaan yang akan di analisis. Terhadap sebuah perusahaan yang menjalankan kegiatan dalam banyak lini bisnis, kadang-kadang sulit mengidentifikasi kategori industri yang menjadi bidang usaha perusahaan yang bersangkutan.

(9)

Faktor kedua, berhubungan dengan penggunaan rata-rata industri sebagai alat ukur kewajaran suatu kinerja yang dicapai. Rata-rata industri yang dipublikasikan hanya merupakan aproksimasi dan menyediakan pedoman umum kepada para pemakai dibanding dengan rasio rat-rata yang di tentukan secara ilmiah dari semua atau bahkan suatu sampel perusahaan yang representif.

Samryn (2014:413), Rasio keuangan merupakan suatu cara yang membuat perbandingan, data keuangan perusahaan menjadi lebih berarti. Rasio keuangan menjadi dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting mengenai kesehatan keuangan dari perusahaan. Pertanyaan terebut meliputi likuiditas perusahaan, kemampuan manajemen memperoleh laba dari penggunaan aktiva perusahaan, dan kemampuan manajemen mendanai investasinya, serta hasil yang dapat diperoleh para pemegang saham dari investasi yang dilakukannya ke dalam perusahaan.

Menurut Kasmir (2014:94), dalam praktiknya analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi

1. Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca.

2. Rasio laporan laba rugi. Yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba rugi.

3. Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber (data campuran) baik yang ada di neraca maupun di lapuran laba rugi.

Analisis rasio juga dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing - masing komponen yang membentuk rasio. Rasio

(10)

juga harus diinterprestasikan dengan hati-hati karena faktor-faktor yang mempengaruhi pembilang dapat berkorelasi dengan faktor yang mempengaruhi penyebut. Banyak rasio memiliki variabel penting yang sama dengan rasio lainnya. Dengan demikian, tidaklah perlu untuk menghitung semua rasio yang mungkin untuk menganalisis sebuah situasi.

Samryn (2014:429), selain manajemen, para pihak yang paling sering menggunakan analisis rasio keuangan adalah kreditor jangka pendek, kreditor jangka panjang, investor dan pemegang saham. Perhatian pertama pada rasio keuangan adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika profitabilitas baik maka langkah selanjutnya adalah melihat rasio mana yang paling dekat dengan kepentingan pemakai laporan.

Harmono (2009:106), kinerja keuangan perusahaan akan dinilai melalui analisis rasio keuangan oleh para investor dan lembaga perbankan sebagai kreditor. Pada umumnya, dasar evaluasi yang digunakan dalam penilaian kinerja keuangan adalah memanfaatkan analisis rasio keuangan sebelum memberi kredit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam praktik mencangkup rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabilitas.

Samryn (2015:377), bagi semua pemakai informasi, profitabilitas menjadi prnting karena semua pihak berharap keamanan kepentingan keuangannya bisa terpenuhi dari laba perusahaan. Laba merupakan sumber dana internal yang dapat diperoleh dari aktivitas normal perusahaan yang tidak membutuhkan biaya ekstra untuk penyimpanan atau penggunaannya.

(11)

Tabel 1.1

Total aktiva lancar, total hutang lancar, total aktiva tetap, kas setara kas pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan periode 2014-2015

Tahun TAL Rp (Triliun)

THL Rp (Triliun)

TAT Rp (Triliun)

Kas Setara Kas Rp (Triliun)

2011 2,407 2,135 67,465

2012 2,326 1,715 172,117

2013 2,112 1,779 214,392

2014 1,599 2,197 18,828

2015 1,709 2,011 51,243

Sumber : Laporan Keuangan PTPN III tahun 2011-2015

Dari tabel diketahui bahwa pada tahun 2011 jumlah aktiva lancar sebesar Rp. 2,407-, pada tahun 2012 jumlah aktiva lancar sebesar Rp. 2,326-,pada tahun 2013 jumlah aktiva lancar Rp. 2,112-, pada tahun 2014 jumlah aktiva lancar Rp.

1,559-, pada tahun 2015 jumlah aktiva lancar Rp. 1,709-,. Jika melihat tabel yang ada perusahaan dapat dikatakan tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya karena total aktiva lancar lebih kecil dibandingkan dengan total hutang lancarnya. Dari tabel juga diketahui bahwa jumlah aset mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

Dengan melihat tabel, dapat diketahui bahwa pada tahun 2011, 2012, 2013 perusahaan memiliki tingkat kerugiaan yang tinggi karena total modal lebih kecil dibandingkan dengan total hutang setiap tahunnya. Perusahaan harus meningkatkan jumlah modal dan aktiva sehingga perusahaan dapat memenuhi kewajibannya dengan baik. Secara keseluruhan total aset mengalami fluktuasi setiap tahunnya pada tahun 2011 total aset sebesar Rp 9,086-, pada tahun 2012

(12)

total aset Rp.10,208-, pada tahun 2013 total aset Rp.11,016-, pada tahun 2014 total aset Rp.24,892-, pada tahun 2015 total aset Rp.44,744-.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian ini dengan judul : “Analisis Rasio Likuiditas Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Tahun 2011-2015’’

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kinerja rasio likuiditas pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Tahun 2011-2015?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu melalui parameter analisis rasio likuiditas.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan, dipergunakan seebagai bahan masukkan dalam pengambilan keputusan dan sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan kebijaksanaan yang diambil di masa yang akan datang.

2. Bagi peneliti, untuk menambah dan memperluas wawasan mengenai rasio likuiditas dalam praktek sebenarnya, dengan menerapkan teori-teori yang diperoleh selama dalam perkuliahan.

(13)

3. Bagi bagi pihak lain, sebagai informasi untuk mengetahui bagaimana kinerja suatu perusahaan dianalisis dan dievaluasi berdasarkan rasio likuiditas serta dapat menjadi bahan referensi dan sumber informasi untuk penelitian lebih lanjut.

(14)

9 BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan, dan pemasaran hasil perkebunan.

Kegiatan usaha perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet.

Sejarah perseroan diawali dengan proses pengambilahlian perusahaan- perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 yang dikenal dengan proses Nasionalisai Perusahaan Perkebunan Asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Pada tahun 1968 PPN direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah menjadi PT Perkebunan (Persero).

Guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan usaha perusahaan BUMN, Pemerintah merestrukturisasi BUMN sub sektor, perkebunan dengan melakukan penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan perampingan struktur organisasi. Di awali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN Perkebunan yangterdiri dari PT Perkebunan III (Persero), PTPerkebunan IV (Persero), PT Perkebunan V (Persero) disatukan pengelolaanya kedalam PT Perkebunan Nusantara III (Persero).

Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah (PP) No.8 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT

(15)

Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera Utara. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH, No.36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan yang dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia No.81 tahun 1996.

PTPN III (Persero) berkedudukan di kota Medan, Sumatera Utara dengan Kantor Direksi beralamat di Jl. Sei Batang Hari No.2 Sei Kambing, Medan.

Kebun pabrik kelapa sawit dan karet di beberapa lokasi di Sumatera Utara.

Komoditi yang diusahakan terdiri dari budidaya karet dan kelapa sawit dengan luas keseluruhannya 159.758,27 ha, yang terdiri dari Karet seluas 37.752,22 ha, Kelapa Sawit seluas 105.221,79 ha dan areal lain-lain seluas 16.784,26 ha pada tahun 2014. Selain kegiatan usaha Agro Industri dan agro Bisnis Kelapa Sawit serta Karet, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) juga mengupayakan kegiatan- kegiatan lain seperti pengusahaan budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengelolaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemungutan hasil tanaman serta melakukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan pengusahaan budidaya tanaman tersebut. Hingga saaat ini, perusahaan memiliki 12 pabrik kelapa sawit dengan kapasitas olah sebesar 585 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam dan 8 (delapan) pabrik karet dengan kapasitas olah sebasar 200 ton karet kering per hari.

PT. Perkebunan Nusantar III (Persero) Medan melakukan pengolahan hasil tanaman dari kebun sendiri, kebun PIR Plasma maupun dari pihak-pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan bentuk produk sebagai berikut:

(16)

a. Komoditi Kret : Lateks Pusingan, Crumb Rubber dan Sheet

b. Komoditi Kelapa Sawit : Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (Palm Kernel) Maksud dan tujuan perusahaan adalah melakukan usaha dibidang agrobisnis dan agro industri, serta optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk mendapatkan keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi dan misi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) telah disetujui oleh Direksi dan Komisaris serta telah diusulkan pengesahannya oleh RUPS sesuai dengan surat Direksi Nomor 3.08/SKPTS/44/2014 sebagai berikut:

a. Visi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik pada tahun sebelumnya.

b. Misi PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

1. Mengembangkan Industri Hilir berbasis Perkebunan secara berkesinambungan

2. Menghasilkan produk yang berkualitas untuk pelanggan.

3. Memperlakukan karyawan sebagai asset strategis dan mengembangkannya secara optimal.

4. Berupaya menjadi perusahaan terpilih yang memberikan imbal hasil terbaik bagi investor.

5. Menjadi perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

(17)

6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.

7. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan berwawasan lingkungan.

2.3 Tata Nilai Perusahaan

Untuk mencapai Visi dan Misi Pt Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan melaksanakan tata nilai yang berbasis sebagai berikut:

a. Proactivity (Proaktif)

Selalu bersikap proaktif dengan penuh inisiatif dan mengevaluasi risiko yang mungkin terjadi.

b. Excellence (Terbaik)

Selalu memperlihatkan gairah keunggulan dan berusaha bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai kompetensi

c. Team Work (Kerjasama)

Selalu mengutamakan kerjasama tim, agar mampu menghasilkan sinergi optimal bagi perusahaan.

d. Innovation (Perubahan)

Selalu menghargai kreatifitas dan menghasilkan inovasi dalam metode dan produk baru

e. Responsibility (Bertanggung Jawab)

Selalu bertanggung jawab atas akibat keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan.

(18)

2.4 Logo Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Logo merupakan suatu bentuk gambar atau sekedar sketsa dengan arti tertentu, dan mewakili suatu arti dari perusahaan, daerah, perkumpulan, produk, negara, lembaga/organisasi dan hal-hal lainnya yang dianggap membutuhkan hal yang singkat dan mudah diingat sebagai pengganti dari nama sebenarnya

Sumber:

Gambar 2.1

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Adapun makna yang terkandung dalam logo PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah sebagai berikut :

a. Gambar 12 helai daun kelapa sawit di sebelah kiri dunia dan 7 urat pada daun karet yang berwarna hijau disebelah kanan bola dunia melambangkan bahwa PT. Perkebunan Nusantara III memiliki paradigma baru dan 7 strategi bisnis, yang saling mendukung tercapai tujuan PT. Perkebunan Nusantara III, yaitu selalu menjadi perusahaan perkebunan terbaik dalam tim work yang solid dan inovatif, serta ditunjang dengan Green Bussines dan Ramah Lingkungan.

b. Gambar 5 garis lintang horizontal dan vertikal berwarna biru melingkari bola dunia, melambangkan bahwa PT. Perkebunan Nusantara III memiliki tata nilai dan harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi yang berkembang, agar selalu menjadi yang terdepan dalam peningkatan usaha.

(19)

c. Gambar 2 meteor yang mengelilingi sehingga membentuk angka 3 melambangkan PT. Perkebunan Nusantara III bergerak dinamis dengan semangat yang tinggi untuk menguasai pasar modal. Meteor yang berwarna putih bermakna produksi lateks dan turunnya sedangkan yang berwarna orange adalah produksi CPO berserta turunannya yang memancar tanpa henti untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia.

Secara keseluruhan makna logo ini adalah lambang dari niat dan motivasi tinggi seluruh personil PT. Perkebunan Nusantara III yang telah direncanakan bersama, dan tunjangan dengan 5 tata nilai, 12 paradigma baru dan 7 strategi bisnis yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III.

2.5 Struktur Organisasi dan Job Description

Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa. Empat elemen dalam struktur organisasi yaitu :

a. Adanya spesialisasi kerja

b. Adanya standardisasi kegiatan kerja c. Adanya koordinasi kegiatan kerja d. Besaran seluruh organisasi

Dengan adanya Struktur Organisasi maka dapat diperoleh beberapa keuntungan yaitu :

a. Adanya penempatan kerja yang sesuai keahlian

b. Menghindari terjadinya konflik dalam pelaksanaan tugas

(20)

c. Adanya kejelasan kewajiban dan tanggung jawab dari masing-masing karyawan.

Berdasarkan Surat Keputusan direksi PT. Perkebunan Nusantara III No.3.08/SKPTS/15/2014tanggal 26 februari 2014 tentang perubahan struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dalam rangka pelaksanaan pencapaian tujuan maka ditetapkanlah perubahan struktur organisasi yang menyangkut fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari masing- masing pengelola yaitu struktur organisasi garis dan staf.

(21)

Sumber: Webside PTPN III (www.ptpn3.co.id/struktur.organisasi) 2016 Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (persero) Medan

(22)

Berikut ini susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, sebagai berikut:

a. Susunan Komisaris

Pada tahun 2013, telah terjadi perubahan susunan dan struktur Dewan Komisaris berdasarkan Surat Menteri BUMN Selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara III No.SK.383/MBU/2013 tanggal 21 November 2013 dan Akta No.02 tanggal 2 Desember 2013 dari nanda Fauz Iwan, SH, M,Kn, notaries di Jakarta sebagai berikut :

Komisaris Utama : Joefli J. Bahroeny Komisaris Anggota : Heri Sebayang Komisaris Anggota : Sardan Marbun Komisaris Anggota : Dahlan Harap Komisaris Anggota : S. Budhisantoso.

b. Susunan Direksi

Direktur Utama : Bagas Angkasa Direktur SDM : Harianto

Direktur Pemasaran : Alexander Maha Direktur keuangan : Erwan Pelangi

Direktur Produksi : Tengku Syahmi Johan

2.6 Bidang Pekerjaan / Job Description

Didalam Organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sumber wewenang berasal dari RUPS dan kemudian di delegasikan kepada Dewan Komisaris, dan Dewan Komisaris mendelegasikan kepada Direktur terkait yaitu :

(23)

Direktur Produksi, Direktur Keuangan, Direktur Pemasaran dan Direktur SDM.

Berikut ini adalah uraian tugas Direksi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang dapat dilihat sebagai berikut :

a. Rapat Umum Pemegang saham (RUPS)

Tugas dan wewenang RUPS adalah sebagai berikut : 1. Mengangkat dan menghentikan Dewan Komisaris.

2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan penggunaan modal/asset perusahaan sesuai dalam mencapai tujuan.

3. Mengawasi Dewan Komisaris dalam melakukan tugas yangtelah dibebankan kepadanya oleh pemegang saham.

b. Dewan Komisaris

Tugas dan wewenang Dewan komisaris adalah sebagai berikut : 1. Memberikan nasehat kepada pimpinan.

2. Membantu didalam menginvestasikan dana perusahaan 3. Mengawasi jalannya perusahaan.

c. Direktur Utama

Tugas dan wewenang Direktur Utama adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan kebiasaan perusahaan, sesuai dengan yang diatur didalam anggaran perusahaan, serta ketentuan yang digariskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, Menteri selaku kuasa Pemegang Saham dan Dewan Komisaris

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas para anggota direksi dan mengawasi secara umum.

(24)

3. Bersama sama dengan anggota Direksi lainnya mewakili perusahaan didalam dan diluar pengadilan.

4. Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham melalui Dewan Komiaris.

5. Menetapkan langkah-langkah pokok dalam melaksanakan kebijakan pemerintah.

d. Direktur Produksi

Tugas dan wewenang Direktur Produksi adalah sebagai berikut :

a. Menyusun Perencanaan dibidang pekerjaan yang tercantum dalam kebijaksanaan Direksi.

b. Melaksanakan peraturan-peraturan dan pengendalian dari unit-unit usaha dan sarana pendukungnya mencakup tanaman.

c. Melaksanakan pemberian dan pengawasan terhadap kegiatan yang tercantum pada kebijaksanaan Direksi.

d. Melaksanakan rehabilitasi dan investasi dibidang tanaman maupun sarana pendukung produksi lainnya dari unit unit usaha yang telah ada.

e. Direktur Keuangan

Tugas dan wewenang direktur keuangan : 1. Menyusun perencanaan dibidang keuangan.

2. Menetapkan administrasi ketentuan-ketentuan dibidang keuangan.

3. Mengelola administrasi keuangan secara umum pada bidang keuangan dan perkantoran serta segala sesuatunya yang berkaitan dengan itu.

4. Melaksanakan pengendalian pengawasan terhadap bidang-bidangnya.

(25)

5. Merencanakan sumber-sumber dana yang diperoleh dan memanfaatkan data.

f. Direktur Sumber Daya Manusia

Tugas dan wewenang Direktur SDM adalah sebagai berikut :

1. Menyusun Perencanaan dibidang ketenaga kerjaan dan masalah umum serta kesejahteraan karyawan.

2. Menetapkan ketentuan-ketentuan pelaksanaan dibidang yang dikelolanya.

3. Mengelola sumberdaya manusia yang ada secara umum.

4. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap bidang-bidang yang dikelolanya.

g. Direktur Pemasaran

Tugas dan wewenang Direktur Pemasaran adalah sebagai berikut : 1. Menyusun Perencanaan dibidang pemasaran.

2. Menetapkan ketentuan-ketentuan dibidang pemasaran.

3. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan terhadap bidang-bidang yang dikelolanya.

h. Biro Direksi

Tugas dan wewenang Biro Direksi adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan / menyelenggarakan pelaksanaan Direksi dalam tata usaha surat menyurat (administrasi) sirkulasi/pengiriman atau penyimpanan surat-surat dan dokumentasi perusahaan.

2. Melaksanakan urusan kerumahtanggaan kantor direksi yang meliputi pemeliharaan bangunan perusahaan.

(26)

3. Mengkoordiinasi pelaksanaan tugas dan kehumasan baik dengan instansi sipil maupun ABRI.

4. Mengkoordinir pelaksanaan tugas perwakilan (LO) dan menyelenggarakan acara acara protokoler yang dibutuhkan.

i. Bagian Tanaman

Tugas dan wewenang Bagian Tanaman adalah sebagai berikut :

1. Menyusun rencana jangka pendek (anggarsan belanja) dalam bidang tanaman dan produksi

2. Menyelenggarakan pengadaan bahan-bahan tanaman j. Bagian Keuangan

Tugas dan wewenang Bagian Keuangan adalah sebagai berikut :

1. Membuat laporan kepada Direksi mengenai realisasi keuangan serta menyelenggarakan administrasi keuangan dan barang-barang kebutuhan masyarakat.

2. Mengurus hal-hal yang berhubungan dengan asuransi perusahaan.

3. Bekerja sama dengan bagian pemasaran hasil dan pemasukan uang dan pengendalian/pengeluaran untuk kebutuhan perusahaan.

4. Menyampaikan laporan tahunan keuangan paling lambat 6 bulan setelah tahun buku kepada RUPS.

k. Bagian Akuntansi

Tugas dan wewenang bagian akuntansi adalah sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan akuntansi keuangan dan akuntansi biaya serta membuat laporan keuangan.

(27)

2. Menyelenggarakan pembuatan informasi manajemen, peyusunan laporan keuangan, analisa laporan keuangan dan analisa biaya.

l. Bagian Teknik

Tugas dan wewenang bagian teknik adalah sebagai berikut :

1. Membantu Direksi melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam merencanakan dan megawasi pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan mesin-mesin, sipil/bangunan baik dari kebun sendiri (inti) maupun dikebun pelasura (pir) dan daerah pengembangan.

2. Membuat rencana perawatan/pemeliharaan mesin mesin, traksi dan bangunan sipil.

m. Bagian Sekretariat Perusahaan

Tugas dan wewenang bagian sekretariatan perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Mengurus dan menyelenggarakan rapat-rapat Direksi serta menerbitkan notulen rapat baik untuk kepentingan operasional maupun kepentingan dokumentasi.

2. Mengatur tata tertib perusahaan sebagai bagian dari budaya kerja dan budaya perusahaan dan juga mengatur perusahaan, pemakaian fasilitas mess, kantor Direksi, Transformasi kantor Direksi.

n. Bagian Pengadaan

Tugas dan wewenang bagian Pengadaan adalah sebagai berikut :

1. Rumusan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan yang pengadaanya harus melalui kantor direksi serta merumuskan kebijakan prosedur pengadaan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(28)

2. Mengadakan konsultasi dan bimbingan kepada unit-unit produksi mengenai pelaksanaan kebijakan-kebijakan dibidang-bidang pengadaan barang dan jasa.

o. Bagian Umum

Tugas dan wewenang Bagian Umum adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan kesejahteraan karyawan staf dan nonstaf.

2. Menyelesaikan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tenaga kerja, mengelola administrasi pendokumentasian.

3. Melaksanakan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tenaga kerja.

4. Merumuskan kerja sama dan kebijakan pengamanan dijajaran perusahaan dan mengadakan hubungan kerja sama dengan aparat keamanan.

p. Bagian Sumber Daya Manusia

Tugas dan wewenang bagian sumber daya manusia adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek pendidikan keselamatan dan kesejahteraan kerja dan pelayanan keselamatan.

2. Merumuskan kebijakan program pengembangan Sumber Daya Manusia (pendidikan dan pelatihan).

3. Mengevaluasi pelaksanaan proses assessment untuk tujuan rekrutmen, pemetaan dan promosi dengan menyusun program dan metode assessment sesuai kebutuhan agar menghasilkan data yang akurat untuk bahan pengambilan keputusan bagi manajemen.

4. Memantau realisasi pemakaian anggran guna mendapatkan gambaran yang rill tentang pemakaian biaya di Bagian SDM

(29)

q. Bagian Pemasaran

Tugas dan wewenang bagian pemasaraan adalah sebagai berikut :

1. Menyusun rencana penjualan, melakukan proses penjulan serta menyiapkan administrasi penjualan sebagaimana ketentuan dan peraturan yang berlaku.

2. Menentukan Monitoring persediaan komoditi dan produk baik digudang/kebun, pabrik industry hilir atau tangki penyimpanan kebun atau instansi perantara serta membuat laporan penjualan secara periodic sesuai kebutuhan.

3. Melakukan hubungan dengan perusahaan lain dan menginformasikan kebutuhan pasar secara ebrkesinambungan kepada Direktur Produksi.

r. Bagian Teknologi Informasi (TI)

Tugas dan wewenang bagian teknologi informasi adalah :

1. Merumuskan rencana induk pengolahan data dan sistem informasi perusahaan.

2. Menyusun laporan manajemen bersama bagian-bagian terkait dalam terbentuk basis internet sesuai tugas pokok manajemen produk, Operasi, keuangan, pemasaran dan sumber daya manusia.

3. Memberi masukan kepada Direksi dalam bentuk kerangka sistem informasi ekslusif dan sistem pendukung keputusan.

4. Memberi masukan kepada perangkat manajemen dan manajemen mikro ditingkat kebun/unit dan Rumah Sakit dalam rangka membangun jaringan komunikasi data berbasis computer.

(30)

s. Bagian Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) Tugas dan wewenang bagian PUKK adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan pembinaan untuk meningkatkan kemampuan manajerial pengusaha kecil dan koperasi yang berada di sekitar lingkungan PT Perkebunann Nusantara III (Persero).

2. Mengidentifikasi usaha-usaha kecil dan koperasi yang mempunyai potensi yang dibina dan memperhatikan ketentuan yang berlaku.

t. Bagian Sistem Pengendalian Intern

Tugas dan wewenang Bagian Sistem Pengendalian Intern adalah sebagai berikut :

1. Mengelola bagian pengawasan intern dan membantu Direktur Utama dalam pengawasan Intern serta memberikan saran dan tidak lanjut mencapai sasaran perusahaan secara efesiensi, efektif dan ekonomis.

2. Mengelola dan bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan pemeriksaan.

2.7 Jaringan Usaha/Kegiatan

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) bergerak dalam bidang usaha perkebunan dengan komoditi utama kelapa sawit dan karet. Melakukan pengolahan hasil tanaman dari kebun sendiri, kebun plasma maupun pihak-pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Komoditi dan produk dihasilkan dari dalam negeri dan hasilnya dipasarkan di dalam negeri maupun diekspor keluar negeri. Adapun komoditi dan produk yang diolah yaitu berupa komoditi kelapa sawit diolah menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit. Untuk mendukung pemasaran komoditi yang dihasilkan, seluruh BUMN perkebunan di indonesia telah membentuk PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT.

(31)

KPBN) yang berkedudukan di Jakarta-Indonesia. PT. KPBN dibentuk untuk menjadi pusat pemasaran komoditi utama seluruh PTPN.

a. Kelapa Sawit, Minyak sawit dan Inti Sawit

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadikan minyak dan Inti Sawit sebagai komoditi yang memberikan kontribusi besar bagi perusahaan. Mutu produk minyak dan Inti sawit yang dihasilkan perusahaan sudah dikenal dipasar local dan internasional dengan pasokan yang tepat waktu kepada pembeli.

b. Karet-Lateks

Diseantero dunia, sumatera dikenal sebagai penghasil karet bermutu tinggi, lebih dari 54.000 hektare lahan PT Perkebunan Nusantar III (Persero) diusahakan untuk menghasilkan karet berkualitas terbaik dunia.

Mutu Produk RSS-1, SIR-10, SIR-20, dan lateks pekat mampu menembus pasar internasional, disejumlah pabrik ban terbesar seperti Bridgestone, Good Year, Firestone, Han Kook dan Lainnyac

c .Industri Hilir Karet

Industri hilir karet adalah pabrik yang didirikan pada tahun 1965 untuk mengantisipasi perubahan fluktuasi pada karet alam dan persaingan kuat karet sintesis dan sekarang memiliki tiga fasilitas pengolahan yang disebut dengan Rubber Threads, Rubber Dockfender, Rubber Article, Rubber Cownaf, Coveyor Belt, Rubber Karlet dan Resin adalah produk utama pabrik-pabrik tersebut.

Produk perusahaan telah menerima Indonesian Industries Standart (SII) Certificate, International Quality Certificate ISO 9001:2000 dan ISO 14001 1996, TUV dan OCOTEX.

(32)

2.8 Rencana Usaha

Rencana kegiatan PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan tertuaang dalam strategi usaha tahun 2013 dan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) Strategi usaha 2013, yaitu:

a. Menjalin dan mengembangkan hubungan sinerjik yang efektif dengan mitra strategis untuk mewujudkan peluang bisnis.

b. Melaksanakan manajemen berorientasi pasar, sensitif terhadap kecenderungan industri dan pergerakan pasar, mencermati pesaing.

c. Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kemampuan untuk mendapat laba serta pendapatan dan arus kas.

b. Mematuhi aturan SHE- Safety, Healyh dan Environment-Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan

c. Melaksanakan keunggulan operasional agar perusahaan menjadi cost effective d. Membangun budaya kerja yang kondusif dengan melaksanakan tata nilai dan

paradigma baru.

e. Membangun dan mengimplementasikan manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi dan kinerja

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) menerapkan strategi usaha untuk semua bidang, seperti dalam bidang Pemasaran, Pengadaan barang dan jasa, bidang tanaman serta bidang teknologi.

(33)
(34)

28

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Laporan Keuangan

Kasmir (2014:7), secara umum, pengertian laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu. Margaretha (2011:20), laporan keuangan adalah laporan yang memberikan gambaran akuntansi atas operasi serta posisi keuangan perusahaan.

3.2 Jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan perusahaan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terdiri dari 3 (tiga) laporan keuangan utama, yaitu:

a. Neraca

Kasmir (2014 :69), neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang terpenting dalam perusahaan. Setiap perusahaan diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dalam bentuk neraca. Neraca biasanya disusun pada periode tertentu, misalnya 1 tahun. Namun neraca juga dapat dibuat pada saat tertentu untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini bila diperlukan.

Pengertian neraca menurut James C. Van Horne adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemilik.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa neraca merupakan ringkasan laporan keuangan, artinya laporan keuangan disusun secara garis

(35)

besarnya dan tidak mendetail. Kemudian neraca juga menunjukkan posisi keuangan berupa aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal.

1. Aktiva tetap berwujud yaitu:

a. Tanah b. Mesin c. Bangunan d. Peralatan e. Kendaraan

f. Akumulasi penyusutan dan g. Aktiva tetap lainnya

2. Aktiva tetap tidak berwujud yaitu:

a. Goodwill

b. Hak cipta lisensi dan c. Merek dagang

3. Aktiva lainnya terdiri dari:

a. Gedung dalam proses

b. Tanah dalam penyelesaian piutang jangka panjang c. Uang jaminan

d. Uang muka investasi

Kemudian komponen utang (kewajiban) serta modal (ekuitas) tergambar dalam posisi passiva sebagai berikut:

1. Utang lancar (kewajiban jangka pendek) terdiri dari:

a. Utang dagang b. Utang wesel

(36)

c. Utang bank d. Utang pajak

e. Biaya yang masih harus dibayar f. Utang sewa guna usaha

g. Utang dividen h. Utang gaji

2. Utang jangka panjang a. Utang hipotek b. Utang obligasi

c. Utang bank jangka panjang d. Utang jangka panjang lainnya 3. Modal (ekuitas)

a. Modal saham b. Aigo saham c. Laba ditahan d. Cadangan laba e. Modal sumbangan b. Laporan Laba Rugi

Kasmir (2014 :67), Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Artinya, laporan laba rugi harus dibuat dalam siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan, sehingga dapat diketahui perusahaan dalam keadan laba atau rugi.

(37)

Adapun informasi yang disajikan perusahaan dalam laporan laba rugi meliputi

1. Jenis-jenis pendapatan (penjualan) yang diperoleh dalam suatu periode 2. Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan

3. Jumlah keseluruhan pendapatan

4. Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode

5. Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang dikeluarkan dan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan

6. Hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah pendapatan dan biaya.

Selisih ini disebut laba atau rugi.

c. Laporan Arus Kas

Kasmir (2014:68), laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan jumlah arus kas yang masuk dan arus kas keluar dari perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain. Adapun arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu.

3.3 Rasio Likuiditas

a. Pengertian Rasio Likuiditas

Samryn (2014:413), secara umum rasio likuiditas merupakan suatu perbandingan antara total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menutupi utang-utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar.

(38)

Harmono (2009: 106), konsep likuiditas dapat di artikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi sejumlah utang jangka pendek, umumnya kurang dari satu tahun. Dimensi konsep likuiditas mencangkup current rasio.

Margaretha (2011:25), rasio likuiditas adalah rasio yang memperlihatkan hubungan kas aktiva lancar lainnya terhadap hutang lancar.

Kasmir (2014:110), Fred Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas (Likuidity Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.

b. Tujuan dan Manfaat Likuiditas

Menurut Kasmir (2014:132) ada 9 tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas adalah

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Hal ini berarti, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Hal ini berarti, jumlah kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

(39)

pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan atau piutang.

Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.

4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.

6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang.

7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki persahaan dari masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.

9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Berikut ini adalah jenis-jenis rasio likuiditas:

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo dengan aktiva lancar yg tersedia. Rasio ini dinyatakan dalam bentuk desimal dan menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Atau berapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi tiap rupiah kewajiban jangka pendek. Rasio lancar yang lebih aman

(40)

adalah jika berada di atas 100% yang artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah hutang lancar. Rasio lancar menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio lancar yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi laba perusahaan. Kelemahan dari rasio lancar adalah bahwa rasio ini tidak membedakan antara jenis aktiva lancar yang berbeda dimana sebagian dari aktiva ini jauh lebih likuid dari pada lainnya.

Sumber: Manajemen Keuangan 1

b. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Ratio)

Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Rasio ini dinyatakan dalam desimal dan menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar selain persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Sawir (2009:10), menyatakan bahwa rasio cepat

(41)

umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.Walaupun persediaan termasuk dalam aktiva lancar namun persediaan tidak dengan lancar dapat segera digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Mengkonversi nilai persediaan menjadi uang kas membutuhkan waktu relative lebih lama jika dibanding aktiva lainnya. Semakin besar nilai rasio cepat, maka semakin cepat perusahaan dapat memenuhi segala kewajibannya.

Sumber:Manajemen Keuangan 1

c. Rasio Kas

Rasio ini dinyatakan dengan desimal dan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendeknya dengan modal yang tertanam dalam kas. Rasio ini adalah rasio yang paling likuid. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas perusahaan yang bersangkutan namun dalam prakteknya akan mempengaruhi profitabilitasnya.

Semakin besar nilai rasio kas, maka semakin mudah perusahaan dalam membayar utang-utanngnya. Dengan demikian, rasio kas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan yang sesungguhnya dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Sumber:Mudah Membuat jurnal Dengan Pendekatan Siklus Akuntansi

(42)

d. Rasio persediaan terhadap modal kerja bersih (Net working capital)

Rasio ini ditunjukkan dengan desimal dan menunjukkan saldo persediaan yang dapat melindungi kelebihan aktiva lancar di atas kewajiban jangka pendek dari pengaruh perubahan persediaan yang tidak menguntungkan.

Sumber:Manajemen Keuangan 1

3.4 Analisis Rasio Likuiditas Perusahaan a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Tabel 3.1

Rasio Lancar Periode Tahun 2011-2015

Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar

2011 2.407.246.658 2.135.704.102

2012 2.326.765.730 1.715.105.779

2013 2.112.986.995 1.779.882.978

2014 1.599.868.616 2.197.853.435

2015 1.709.756.353 2.011.780.770

Sumber: Data diolah, (2017)

1,12

1,35

(43)

1,18

0,72

0,84

Kesimpulan:

Melalui rumus dan tabel di atas pada tahun 2011 rasio lancar diperoleh sebesar 1,12 yang berarti setiap rupiah utang lancar dijamin dengan Rp. 1,12 aktiva lancar. Pada tahun 2012 rasio lancar diperoleh 1,35 yang berarti setiap rupiah utang lancar dijamin Rp.1,35 aktiva lancar. Jika dibandingkan rasio lancar tahun 2011 terjadi kenaikan sebesar 20,5% hal ini disebabkan karena kenaikan hutang lancar. Maka dapat disimpulkan keadaan perusahaan pada tahun 2011,2012 menunjukkan meningkatnya kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.

Tahun 2013 rasio lancar diperoleh sebesar 1,18 kali yang berarti setiap rupiah utang lancar dijamin dengan Rp. 1,18 aktiva lancar. Pada tahun 2014 rasio lancar diperoleh 0,72 kali. Pada tahun 2013 dan 2014 rasio perusahaan mengalami penurunan 38,9% yang di akibatkan oleh meningkatnya jumlah piutang di tahun 2013 yaitu dari Rp.232.154.051 menjadi Rp.382.425.331 yang menyebabkan jumlah aset lancar menurun tetapi perusahaan masih bisa memenuhi kewajibannya membayar utang jangka pendeknya. Begitu juga di tahun 2014, rasio lancar diperoleh sebesar 0,72 kali yang berarti setiap rupiah hutang lancar dijamin Rp. 0,72 kali aktiva lancar. Penurunan di tahun 2014 disebabkan

(44)

menurunnya kas setara kas perusahaan dari Rp.1.454.138.126 menjadi Rp.1.172.308.853 dan meningkatnya jumlah utang lancar dari Rp.1.779.882.978,- di tahun 2013 menjadi Rp.2.197.853.435 di tahun 2014. Sehingga pada tahun 2014 perusahaan menunjukkan menurunnya kemampuannya dalam membayar utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.

Rasio lancar pada tahun 2015 diperoleh sebesar 0,84 kali yang berarti setiap rupiah utang lancar dijamin dengan Rp.0,84 aktiva lancar. Jika dibandingkan dengan rasio pada tahun 2014, di tahun 2015 rasio lancar perusahaan mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 16,6% yang disebabkan meningkatnya jumlah aset lancar dari Rp.1.599.868.616 menjadi Rp.1.709.756.363 tetapi pada tahun 2015 jumlah utang lancar perusahaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah aktiva lancarnya. Ini disebabkan banyaknya jumlah piutang sehingga aktiva lancar menurun, hal ini mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar utang lancarnya. Maka dapat disimpulkan pada tahun 2014 dan 2015 perusahaan harus mengurangi jumlah piutangnya agar aktiva lancar perusahaan tercukupi untuk membayar utang jangka pendeknya.

b. Rasio cepat (Quick Ratio)

Tabel 3.2

Rasio Cepat Periode Tahun 2011-2015

Tahun Aktiva Lancar Persediaan Hutang Lancar

2011 2.407.246.658 200.916.968 2.135.704.102 2012 2.326.765.730 303.695.415 1.715.105.779 2013 2.112.986.995 251.038.368 1.779.882.978

(45)

2014 1.599.868.616 227.758.210 2.197.853.435 2015 1.709.756.353 179.436.368 2.011.780.770 Sumber : Data diolah, (2017)

1,03

1,17

1,04

0,62

0,76

Menurut rumus dan tabel di atas rasio cepat tahun 2011 sebesar 1,03 dan tahun 2012 diperoleh sebesar 1,17 Hal tersebut berarti setiap 1% utang lancar dijamin oleh aktiva lancar yang likuiditasnya paling likuid sebesar Rp 1,03 untuk tahun 2011 dan Rp 1,17 untuk tahun 2012. Nilai rasio cepat dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 13,6%. Kenaikan rasio cepat tersebut dikarenakan meningkatnya jumlah persediaan PT.Perkebunan Nusantara III Persero Medan. Dan kenaikan persediaan ini disebabkan karena meningkatnya jumlah hasil produksi dan bahan baku dan pelengkap dari Rp.179.436.368 menjadi Rp.200.916.968.

(46)

Pada tahun 2013 rasio cepat diperoleh sebesar 1,04 dan pada tahun 2014 rasio cepat sebesar 0,62. Terjadi penurunan sebesar 40,3%. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan pada aktiva lancar dari Rp.2.112.986.995 menjadi Rp.1.599.868.616 dan jumlah persediaan yang juga mengalami penurunan dari Rp.251.038.368 menjadi Rp.227.758.210. Sedangkan terjadi kenaikan pada utang lancar. Dari Rp.1.779.882.978 menjadi Rp.2.197.853.435. Turunnya jumlah aktiva lancar disebabkan karena pembayaran utang lancar perusahaan.

Sedangkan pada tahun 2015 rasio cepat diperoleh sebesar 0,76 hal tersebut berarti setiap 1% utang lancar dijamin oleh aktiva lancar yang likuiditasnya paling likuid sebesar Rp.76. Jika dibandingkan dengan rasio cepat tahun 2014 terjadi kenaikan sebesar 22,5%. Penurunan rasio ini sangat berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahaan kesulitan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar selain persediaan.

c. Rasio Kas

Tabel 3.3

Rasio Kas Periode Tahun 2011-2015

Tahun Kas dan setara kas Hutang Lancar

2011

2012

2013

2014

2015

Sumber : Data diolah, (2017)

(47)

0.91

1.03

0.81

0.53

0.41

Kesimpulan:

Pada tahun 2011 setiap rupiah hutang lancar dijamin dengan kas setara kas sebesar sebesar Rp.0,91 ini berarti kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas dan surat berharga untuk tahun 2011 adalah Rp.0,91 sedangkan pada tahun 2012 rasio kas diperoleh sebesar Rp.1,03 dari hasil analisis terlihat bahwa kas rasio mengalami kenaikan sebesar 13,1% yang disebabkan meningkatnya kas setara kas dari Rp.1.962.573.114 menjadi Rp.1.773.611.449

Dan pada tahun 2013 2014 2015 rasio kas terus mengalami penurunan dari tahun 2013 ke tahun 2014 rasio kas mengalami penurunan sebesar 34,5% dan 22,6% di tahun 2015 yang disebabkan menurunnya kas setara kas perusahaan dari Rp.1.454.138.126 di tahun 2013, Rp.1.172.308.853 di tahun 2014 dan

(48)

Rp.827.081.535 di tahun 2015. Penurunan rasio ini sangat berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahaan kesulitan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Perusahaan dinyatakan dapat membayar utang jangka pendeknya dengan kas dan deposito berjangka (investasi sementara) yang dapat di uangkan pada tahun 2011 dan 2012. Sedangkan pada tahun 2013 sampai dengan 2015 perusahaan dinyatakan tidak dapat membayar utang-utang jangka pendeknya dengan kas yang tersedia karena jumlah kas yang lebih rendah dibandingkan jumlah utang lancarnya.

d. Rasio persediaan terhadap modal kerja bersih (Net working capital)

Tabel 3.4

Rasio Persediaan Periode Tahun 2011-2015

Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar

2011 2.407.246.658

2012 2.326.765.730

2013 2.112.986.995

2014 1.599.868.616

2015 1.709.756.353

Sumber : Data diolah, (2017)

271.542.556

611.659.951

333.104.017

(49)

-597.984.819

-302.024.407

Kesimpulan:

Menurut rumus dan tabel diatas dapat dilihat bahwa modal kerja pada tahun 2011 diperoleh sebesar Rp.271.542.556 berarti perusahaan mempunyai modal Rp.271.542.556 yang bisa meluniasi utang lancarnya dan masih ada dana lebih dari aktiva lancar untuk membayar kebutuhan lain. Pada tahun 2012 modal kerja diperoleh sebesar Rp.611.659.951 jika dibandingkan dengan modal kerja pada tahun sebelumnya, perusahaan mengalami kenaikan sebesar Rp.340.117.395.

Hal ini disebabkan menurunnya jumlah utang lancar perusahaan dari Rp.2.135.704.102 menjadi Rp.1.715.105.779. Hal ini menunjukkan perusahaan masih bisa menggunakan kelebihan dana dari aktiva lancar untuk kebutuhan lainnya sebesar Rp.611.659.951.

Pada tahun 2013 modal kerja diperoleh sebesar Rp.333.104.017 artinya di tahun ini perusahaan juga masih dalam kondisi yang baik karena aktiva lancarnya masih bisa menutupi jumlah utang lancarnya.

Pada tahun 2014 dan 2015 perusahaan mengalami keadaan yang tidak likuid karena terjadi defisit modal kerja. Hal ini di sebabkan karena jumlah utang lancar yang lebih besar dari jumlah aktiva lancarnya. Pada tahun 2014 jumlah modal kerja perusahaan adalah sebesar Rp.-597.984.819 dan Rp.-302.024.407 di tahun 2015. Defisit modal kerja bisa menjadi petunjuk bahwa perusahaan ini insolven dan kondisi ini menunjukkan bahwa adanya masalah dalam perusahaan dan bukan pilihan tepat untuk melakukan investasi.

(50)

44 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari analisis dan evaluasi yang telah dilakukan pada BAB III maka peneliti memberi kesimpulan terhadap perkembangan keuangan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dan saran-saran yang mungkin berguna dalam usaha peningkatan operasional PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dilihat dari rasio lancar PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dari tahun 2011 ke tahun 2012 rasio mengalami kenaikan yaitu dari 110% menjadi 130% yang menunjukkan perusahaan memiliki kinerja yang baik karena perusahaan masih mampu untuk membayar kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar yang dimiliki. Kemudian turun lagi menjdi 110% di tahun 2013 dan terus menurun hingga tahun 2014. Pada tahun 2015 rasio lancar mengalami kenaikan 10%. Ini menunjukkan kemampuan perusahaan pada tahun ini dalam membayar utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang tersedia sangat menurun. Disini dapat dilihat perusahaan memiliki rasio lancar yang kecil atau di bawah 2,0 yang artinya perusahaan bisa menghadapi insolven ( tidak memiliki cukup dana untuk melunasi utang) yang tinggi

b. Berdasarkan rasio cepat PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan PT.

Perkebunan mengalami peningkatan di tahun 2011 ke tahun 2012. Dan turun di tahun 2013 dan 2014 menjadi 62%. Hal ini terjadi karena kenaikan persediaan

(51)

yang menyebabkan berkurangnya total aktiva lancar untuk melunasi utang jangka pendeknya. Penurunan rasio ini sangat berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahaan kesulitan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Penurunan rasio ini juga menunjukkan perusahaan belum cukup baik untuk membayar hutang lancar yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Pada tahun 2015 rasio cepat mengalami kenaikan sebesar 14 % yang menjadi 76%. Hal ini terjadi karena meningkatnya jumlah aktiva lancar diikuti dengan menurunnya jumlah hutang lancar.

c. Dilihat dari rasio kas PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan tahun 2011 dan 2012 mengalami peningkatan sebesar 12% menunjukkan perusahaan memiliki kinerja yang baik karena perusahaan masih mampu untuk membayar kewajiban lancarnya dengan aktiva likuid yang dimiliki dan pada tahun 2013, 2014 dan 2015 rasio kas terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh terus menurunnya kas setara kas dari tahun 2013. Dan disertai pula naiknya hutang lancar yang menyebabkan lebih besarnya hutang lacar perusahaan dibandingkan kas setara kas perusahaan. Penurunan rasio ini juga sangat berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahaan kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

d. Dilihat dari net working capital PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan pada tahun 2014dan 2015 sangat buruk. Terlihat dari hasil modal kerja yang menyentuh angka minus. Hal ini disebabkan karena membengkaknya jumlah piutang di tahun 2015 dan menurunnya jumlah kas setara kas di setiap tahunnya. Terlihat dari hal ini berarti perusahaan gagal dalam melakukan peningkatan terhadap net working capital perusahaan. Modal kerja yang

(52)

bernilai negatif ini menandakan bahwa perusahaan tidak mampu untuk membayar hutang jangka pendeknya dengan harta lancarnya yang terdiri dari kas, piutang (account receivable), dan persediaan (inventory).

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan harus mengoptimalkan kinerjanya agar tidak terjadi penurunan pendapatan yang mengakibatkan lebih besarnya hutang lancar di bandingkan aktiva lancar perusahaan. Perusahaan harus mengurangi jumlah piutangnya agar aktiva lancar perusahaan tercukupi untuk membayar utang jangka pendeknyaa. Ini dapat dilihat perusahaan memiliki rasio lancar yang kecil atau di bawah 2,0 yang artinya perusahaan bisa menghadapi insolven yang tinggi.

b. Pihak perusahaan lebih menekankan pada pengawasan karyawan agar memperkecil terjadinya kelalaian dalam bekerja.

c. Untuk menjaga kelancaran operasional perusahaan serta dalam menjaga fungsi pertumbuhan (investasi) perusahaan harus dapat mengelola modal kerja yang diperoleh dari pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Misalnya dengan cara membayar pengeluaran, tagihan dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo.

d. Untuk rasio kas, sebaiknya PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan lebih menjaga jumlah kas yang tersedia serta memerlukan kehati-hatian dalam melakukan aktivitas dan kegiatan perusahaan, seperti dalam melakukan pinjaman jangka pendek agar perusahaan dapat memperhatikan nilai aktiva

(53)

yang dimiliki sebagai pertimbangan atas kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya yang telah jatuh tempo.

e. Dalam memenuhi kewajiban perusahaan yang segera jatuh tempo, perusahaan seharusnya segera menguangkan aktiva lancarnya seperti rasio kas, persediaan, piutang dan surat berharga agar perusahaan dapat membayar utang-utangnya dan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

(54)

Daftar Pustaka

Derawan, Sjahrial. 2012. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Keempat.

Jakarta. Mirta Wacana Media.

Harmono. 2009. Manajemen Keuangan: Berbasis balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta. Bumi Aksara.

Harahap, Sofyan Safri. 2013. Analisis Kritik Atas Laporan Keuangan. Edisi 1-11.

Jakarta. Rajawali Pers

Kasmir. 2014. Pengantar Manajemen Keuangan. . Jakarta. Edisi Kedua. Kencana.

Margaretha, Farah. 2011. Manajemen Keuangan : Untuk Manajer Nonkeuangan.

Jakarta. Erlangga.

Situmorang. SH. 2017. Riset Pemasaran. Medan. Usupres

Situmorang. SH. 2012. Bisnis Konsep dan Kasus. Medan Usupres

Sawir Agnes. 2009. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Samryn. 2014. Pengantar Akuntansi: Mudah Membuat Jurnal Dengan Pendekatan Siklus Akuntansi. Jakarta. Cetakan ketiga Rajawali Pers.

Samryn. 2015. Pengantar Akuntansi: Metode Akuntansi Untuk Elemen Laporan Keuangan, Diperkaya Dengan Perspektif IFRS & Perbankan. Jakarta.

Cetakan Pertama. Rajawali Pers.

Sujarweni Wiratna, V. 2016. Pengantar Akuntansi. Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

Syahyunan. 2015. Manajemen Keuangan 1. Medan. Usupress

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pola Kota Gorontalo untuk tahun 2006 hampir sama dengan pola Kota Gorontalo tahun 2000, dimana membentuk konsentris di bagian pusat kota dan memanjang dan terserak

Berdasarkan karakteristik objek, penelitian ini menggunakan pendekatan survei dan wawancara terbatas, berdasarkan karakeristik populasi, lima kawasan kumuh yang telah

Firstly, there is no need for excavation, so that the soil of the heritage site will not be destroyed. Secondly, it helps to distinguish the restored vegetation and other

Figure 7: The initial terrain points (black crosses) detected from the Gaussian decomposition method (performed over the whole waveform) and the new terrain points (blue

yang dijalankan oleh Divisi Manajemen Risiko Bank serta Divisi Kepatuhan sebagai Risk Control Unit dan third line of defence yaitu Satuan Pengawas Internal sebagai Risk

Capaian Program Persentase Pelaksanaan Fasilitasi Ruang Dialog Masyarakat Terkait Dengan Ketahanan Seni, Agama, Budaya, Dan

Although visible/near-infrared spectral threshold method is simple, it is difficult to differentiate cloud and land surface because of the similarity between them

Capaian Program Persentase Pelaksanaan Fasilitasi Pendidikan Kebhinekaan Melalui Pendekatan Seni dan Kearifan