SKRIPSI
DiajukanSebagai Salah
SatuSyaratUntukMemperolehGelarSarjanaPendidikan (Strata 1)
ULFA NURAHMA NPM 14080071
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG
2019
i
Dharmasraya. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang 2019.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan sebagai berikut ini.
Siswa mengalami kesulitan dalam menuangkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan.
Penelitian ini betujuan untuk mendeskripsikan keterampilan menulis teks negosiasi dengan menggunaan model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT) pada keterampilan menulis teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Timpeh Kabupaten Dharmasraya.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Desain penelitian ini adalah The Randomized Posttest Only Control Group. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Timpeh Kabupaten Dharmasraya. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IIS 2 dan X IIS 3 yang berjumlah 50 orang. Data dalam penelitian ini adalah skor keterampilan menulis teks negosiasi dengan penggunaan model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT).
Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut ini. Pertama, tingkat
keterampilan menulis teks negosiasi siswa kelas X SMA N 1 Timpeh dengan
menggunakan model Think Talk Write (TTW) memperoleh nilai rata-rata 89,34
dengan klasifikasi 86-95% yaitu baik sekali (BS). Kedua, tingkat keterampilan
menulis teks negosiasi siswa kelas X SMA N 1 Timpeh dengan menggunakan
model Number Head Together (NHT) memperoleh nilai rata-rata 96,33 dengan
klasifikasi 96-85% yaitu sempurna (S). Katiga, dapat dilihat bahwa terdapat
perbedaan keterampilann menulis teks negosiasi siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan dengan menggunakan model
pembelajaran Number Haed Together (NHT), hal ini terlihat bahwa hipotesis
alternatif (H
1) diterima pada taraf signifikan 95% dan dk = n
1+ n
2- 2 karena
t
hitung> t
tabel(2,78 > 1,67).
ii
“Perbedaan Penggunaan Model Pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) dengan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) pada Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Timpeh Kabupaten Dharmasraya”.
skripsi ini diajukan sebagai syarat mendapatkan gelar Strata 1 (S1) di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat.
Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Hj. Zusmelia, M.Si. selaku ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.
2. Sri Imelwaty, M. Pd., Ph.D. Selaku ketua I ketua bidang Akademik Administrasi Umum Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.
3. Jarudin, M.A., Ph. D. Wakil ketua III Kemahasiswaan Alumni dan Kerjasama.
4. Rahayu Fitri, M. Pd. selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan dan pengetahuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Rina Sartika, M. Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan
dalam bimbingan skripsi ini dengan penuh kebijaksanaan.
iii
7. Bapak dan Ibu dosen program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan.
8. Kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis.
9. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Timpeh, Kabupaten Dharmasraya yang telah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian.
10. Teman-teman seperjuangan yang memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT. Mudah-mudahan apa yang telah penulis lakukan bermanfaat bagi pembaca.
Padang, Januari 2019
Penulis
iv
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penulisan ... 8
F. Manfaat Penulisan ... 8
G. Definisi Operasional ... 9
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ... 10
1. Hakikat Menulis ... 10
a. Pengertian Menulis ... 10
b. Tujuan Menulis ... 11
c. Manfaat Menulis ... 13
2. Hakikat Teks Negosiasi ... 14
a. Pengertian Teks Negosiasi ... 14
b. Struktur Teks Negosiasi ... 14
c. Indikator Penilaian Menulis Teks Negosiasi ... 15
3. Model Pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) ... 16
a. Pengertian Model Pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) ... 16
b. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) ... 17
c. Penerapan Model Pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) Pada Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi ... 19
4. Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)... 20
v
c. Penerapan Model Pembelajaran Number Head Together
(NHT) Pada Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi... 23
B. Penelitian yang Relevan ... 24
C. Kerangka Konseptual ... 27
D. Hipotesis Penelitian ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 30
B. Metode Penelitian ... 30
C. Rancangan Penelitian ... 30
D. Populasi dan Sampel ... 31
E. Variabel dan Data ... 32
F. Instrumen Penelitian ... 33
G. Teknik Pengumpulan Data ... 34
H. Teknik Analisis Data ... 35
1. Uji Normalitas ... 37
2. Uji Homogenitas ... 38
3. Uji Hipotesis ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 41
B. Analisis Data ... 47
C. Pembahasan... 79
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106
B. Kritik dan Saran ... 106
KEPUSTAKAAN
vi
Tabel 2. Penerapan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
Pada Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi ... 23
Tabel 3. Rancangan The Randomized Group Psttest Only ... 31
Tabel 4. Populasi Dan Sampel ... 32
Tabel 5. Penilaian Keterampilan Menulis Teks Negosiasi ... 33
Tabel 6. Pedoman Konversi Skala 10 ... 37
Tabel 7. Skor Per Indikator Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Menggunakan Model Pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) Siswa Kelas X IS 2 SMA Negeri 1 Timpeh ... 42
Tabel 8. Skor Per Indikator Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) Siswa Kelas X IS 3 SMA Negeri 1 Timpeh... 45
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Orientasi ... 48
Tabel 10. Pengelompokan Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Orientasi ... 49
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan Menggunakan Model Think, Talk, write (TTW) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Pengajuan ... 51
Tabel 12. Pengelompokan Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan Menngunakan Model Think, Talk, Write (TTW) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Pengajuan ... 52
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Teks Negosiasi
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think, Talk, Write
(TTW) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Penawaran ... 54
vii
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think, Talk, Write
(TTW) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Pesetujuan ... 57 Tabel 16. Pengelompokan Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan
Menngunakan Model Pembelajaran Think, Talk, Write (TTW)
Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Persetujuan ... 57 Tabel 17. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Negosiasi
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think, Talk, Write
(TTW) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Secara Umum ... 59 Tabel 18. Pengelompokan Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Think, Talk, Write (TTW)
Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Secara Umum... 60 Tabel 19. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Negosiasi
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator
Orientasi ... 62 Tabel 20. Pengelompokan Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together
(NHT) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Orientasi ... 63 Tabel 21. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Negosiasi
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator
Pengajuan ... 65 Tabel 22. Pengelompokan Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan
Mengunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Pengajuan ... 66 Tabel 23. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Negosiasi
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Number Head
viii
(NHT) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Penawaran ... 68 Tabel 25. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Negosiasi
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator
Persetujuan ... 70 Tabel 26. Pengelompokan Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan
Mengunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Persetujuan ... 71 Tabel 27. Distribusi Frekuensi Keterampilan Menulis Teks Negosiasi
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Secara
Umum ... 73 Tabel 28. Pengelompokan Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together
(NHT) Siswa Kelas X SMA N 1 Timpeh Secara Umum ... 74 Tabel 29. Perbedaan Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Siswa Kelas X
SMA N 1 Timpeh ... 76
Tabel 30. Uji Normalitas Data ... 76
Tabel 31. Uji Homogenitas ... 77
ix
Model Thik, Talk, Write (TTW) Siswa Kelas X SMA N 1
Timpeh Indikator Orientasi ... 50 Gambar 2. Diagram
Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Thik, Talk, Write (TTW) Siswa Kelas X
SMA N 1 Timpeh Indikator Pengajuan ... 53 Gambar 3. Diagram
Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Thik, Talk, Write (TTW) Siswa Kelas X
SMA N 1 Timpeh Indikator Penawaran... 56 Gambar 4. Diagram
Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Thik, Talk, Write (TTW) Siswa Kelas X
SMA N 1 Timpeh Indikator Persetujuan ... 58 Gambar 5. Diagram
Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Thik, Talk, Write (TTW) Siswa Kelas X
SMA N 1 Timpeh Secara Umum ... 61 Gambar 6. Diagram
Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) Siswa
Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Orientasi ... 64 Gambar 7. Diagram
Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) Siswa
Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Pengajuan ... 67
Gambar 8. Diagram
x
Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) Siswa
Kelas X SMA N 1 Timpeh Indikator Persetujuan ... 72 Gambar 10. Diagram
Keterampilan Menulis Teks Negosiasi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Number Head Toghether (NHT) Siswa
Kelas X SMA N 1 Timpeh Secara Umum ... 75
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang ada pada kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik. Paradigma-paradigma baru pada pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 yaitu guru lebih dituntut memiliki kemampuan dalam mengajarkan bahasa Indonesia sesuai tuntutan kurikulum 2013. Salah satu paradigma baru dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 adalah pembelajaran bahasa Indonesia bebasis teks. Melalui teks, kemampuan berpikir siswa akan dilatih untuk memecahkan masalah yang ada dilingkungan nyata siswa.
Salah satu teks yang diajarkan kepada siswa kelas X SMA adalah teks negosiasi. Menulis teks negosiasi merupakan salah satu kompetensi dasar (KD) yang terdapat di kelas X pada kurikulum 2013. Materi menulis teks negosiasi ini tertera pada KI 4 mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan, dengan KD 4.10 menyampaikan pengajuan, penawaran, persetujuan dan penutup dalam teks negosiasi secara lisan atau tulis.
Menulis membutuhkan pengalaman, waktu, kesempatan, dan latihan serta memerlukan cara berpikir yang teratur untuk mengungkapkannya dalam tulisan.
11 1
Dengan menulis, siswa dapat menyampaikan ide dan gagasannnya kepada orang lain. Untuk itu, siswa harus memiliki keterampilan menulis yang baik sehingga dapat membuat atau menghasilkan tulisan yang baik. Menghasilkan tulisan bukan sekedar menulis kata-kata atau kalimat-kalimat lepas yang tidak memiliki konteks atau situasi, namun tulisan harus mempunyai satuan bahasa dengan struktur berpikir yang lengkap dan akan membentuk sebuah teks.
Teks negosiasi adalah teks yang berisi tentang interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan di antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan berbeda. Pihak-pihak tersebut berusaha menyelesaikan perbedaan itu dengan dialog. Jadi, teks negosiasi merupakan suatu hal yang tidak jauh dari pengalaman siswa. Meskipun demikian, kesulitan yang dihadapi siswa adalah menghasilkan sebuah teks negosiasi yang baik.
Hasil observasi terhadap salah seorang guru yang sedang mengajar bahasa Indonesia di kelas X SMA Negeri 1 Timpeh bernama Nurul Hasanah, S.Pd. dapat disimpulkan bahwa siswa bosan saat belajar menulis teks negosiasi karena model yang digunakan guru dalam pembelajaran teks negosiasi kurang menarik minat belajar siswa. Model yang digunakan guru tersebut adalah model pembelajaran konvensional. Selanjutnya sumber belajar berupa buku siswa berbasis kurikulum 2013 yang digunakan sudah efektif, namun jumlahnya hanya sedikit sehingga siswa sulit mendapat sumber belajar dan mengerjakan tugas, terutama untuk tugas individu.
Hasil wawancara dengan salah seorang guru bahasa Indonesia di kelas X
SMA Negeri 1 Timpeh bernama Nurul Hasanah, S.Pd., adalah sebagai berikut.
Wawancara tersebut dilakukan secara nonformal pada tanggal 27 Maret 2018.
Pertama, hanya sebagian kecil siswa yang mampu dalam pembelajaran menulis.
Hal ini terlihat saat guru memberikan tugas individu, yang mengerjakan hanya beberapa siswa saja. Kedua, siswa kurang aktif dalam pembelajaran menulis teks negosiasi. Hal ini terlihat ketika guru meminta siswa untuk bertanya, sebagian besar siswa hanya diam dan hanya beberapa siswa saja yang mau bertanya serta mengungkapkan pendapatnya. Ketiga, siswa kesulitan dalam menuangkan ide dalam tulisan. Keempat, keterampilan menulis teks negosiasi siswa masih rendah.
Kelima, pada pembelajaran kurikulum 2013, siswa sulit dalam memahami dan memasukkan struktur teks ke dalam tulisan.
Setelah wawancara lebih lanjut dengan delapan siswa dari kelas X SMA
Negeri 1 Timpeh yang diambil masing-masing dua orang siswa dari empat kelas
dan memiliki nilai tinggi pada keterampilan menulis teks negosiasi dengan siswa
yang nilainya rendah pada keterampilan menulis teks negosiasi, dapat diketahui
permasalahan siswa tersebut dalam pembelajaran menulis teks negosiasi sebagai
berikut. Pertama, siswa merasa bosan dalam belajar karena pada saat
pembelajaran berlangsung, model pembelajaran yang digunakan guru kurang
menarik perhatian siswa. Kedua, siswa kurang memahami unsur-unsur menulis
dan kurang memahami tujuan dari pembelajaran menulis karena tidak mau
memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran. Ketiga, siswa sulit
menuangkan ide dari bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan karena siswa kurang
suka dengan pembelajaran menulis. Keempat, siswa menyatakan bahwa pelajaran
menulis sulit dan kurang menarik, hal ini menyebabkan kebanyakan siswa tidak
mau bertanya kepada guru meski ia tidak memahami materi menulis yang diajarkan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas, maka permasalahan utama dalam keterampilan menulis siswa adalah model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan materi pembelajaran berdampak pada keterampilan menulis teks negosiasi siswa, sehingga tingkat keterampilan menulis siswa rendah. Untuk menghadapi persoalan tersebut, perlu diterapkan sebuah model pembelajaran yang mampu menarik minat siswa agar dapat meningkatkan keterampilan menulis, yaitu menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan inofatif. Model yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif, karena salah satu manfaat pembelajaran kooperatif adalah terjadinya proses sharing atau berbagi antara peserta belajar. Bentuk sharing ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengkomunikasikan pikirannya baik lisan maupun tulisan. Untuk itu peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Think, Talk, Write (TTW) dan Numbered Head Together (NHT).
Menurut Siti Nureini (2011) bahwa pembelajaran koopertif TTW dan NHT memberikan prestasi yang lebih baik daripada pembelajaran konvensional.
Model pembelajaran TTW melatih alur belajar siswa dengan tahap berpikir,
berbicara dan menulis. Model pembelajaran TTW merupakan salah satu model
pembelajaran yang memberikan kebebasan siswa dalam mengutarakan ide-ide
mereka kepada teman-temannya karena biasanya siswa lebih terbuka dengan
temannya. Sedangkan model pembelajaran NHT mengajak siswa untuk lebih
kreatif, aktif, fokus dan mandiri dengan struktur interaksi yang lain dari pembelajaran yang biasa dilakukan. Model pembelajaran NHT juga lebih mengutamakan tanggung jawab masing-masing siswa agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan. Maka dari itu kedua model kooperatif ini memiliki kelebihan yang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam belajar, teruatama dalam kegiatan belajar menulis.
Model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) diharapkan cocok diterapkan pada materi keterampilan menulis teks negosiasi karena model ini mengutamakan interaksi sosial, jadi siswa dapat bekerja sama dalam tim, misalnya pada tahap talk siswa saling berbagi pemikiran yang telah didapat setelah siswa bepikir (think) secara individu tentang contoh teks negosiasi yang diberikan oleh guru. Pada tahap terakhir diharapkan cocok untuk keterampilan menulis siswa, yaitu siswa akan menulis (write) hasil diskusinya yang berkaitan dengan teks negosiasi.
Selanjutnya model pembelajaran Number Head Together (NHT) diharapkan cocok diterapkan pada materi keterampilan menulis teks negosiasi karena siswa akan saling bekerjasama dalam memecahkan masalah dengan tanggungjawab masing-masing, dalam penerapan model pembelajaran ini juga tidak akan ada siswa yang mendominasi sebab menggunakan nomor untuk membatasi, serta siswa juga akan mudah untuk berpikir kritis dalam kelompok.
Persamaan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) dengan model
pembelajaran Number Head Together (NHT) yaitu sama-sama mengutamakan
kerjasama kelompok yang membantu siswa dalam meningkatkan hubungan sosial
dan menjadikan siswa termotivasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran menulis teks negosiasi siswa kelas X SMA.
Persamaan selanjutnya dari kedua model pembelajaran tersebut adalah sama-sama membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian siswa diharapkan untuk menulis. Kedua model pembelajaran tersebut juga lebih unggul bila digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa (Haryoko, 2014:95).
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini berjudul “perbedaan penggunaan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) dengan model Number Head Together (NHT) pada keterampilan menulis teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Timpeh, kabupaten Dharmasraya”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan siswa dan guru dalam pembelajaran menulis sebagai berikut.
Masalah yang muncul dari hasil observasi yaitu siswa bosan saat belajar menulis teks negosiasi. Masalah yang muncul dari hasil wawancara guru dan siswa adalah sebagai berikut. Pertama, hanya sebagian kecil siswa yang mampu dalam pembelajaran menulis. Kedua, siswa kurang aktif dalam pembelajaran menulis.
Ketiga, siswa kesulitan dalam menuangkan ide dalam tulisan. Keempat,
keterampilan menulis siswa masih rendah. Kelima, pada pembelajaran kurikulum
2013, siswa sulit dalam memahami dan memasukkan struktur teks ke dalam
tulisan. Keenam, siswa kurang memahami unsur-unsur menulis dan kurang
memahami tujuan dari pembelajaran menulis karena tidak mau memperhatikan
guru menerangkan materi pembelajaran. Ketujuh, siswa menyatakan bahwa pembelajaran menulis sulit dan kurang menarik, hal ini menyebabkan kebanyakan siswa tidak mau bertanya kepada guru meski ia tidak memahami materi menulis yang diajarkan oleh guru.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penelitian ini dibatasi pada perbedaan penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan model Number Head Together (NHT) pada keterampilan menulis teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Timpeh, Kabupaten Dharmasraya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan
dalam tiga pertanyaan sebagai berikut. Pertama, bagaimanakah keterampilan
menulis teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Timpeh, kabupaten
Dharmasraya yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Think, Talk,
Write (TTW)? Kedua, bagaimanakah keterampilan menulis teks negosiasi siswa
kelas X SMA Negeri 1 Timpeh, kabupaten Dharmasraya yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT)? Ketiga,
bagaimanakah perbedaan keterampilan menulis teks negosiasi antara siswa kelas
X SMA Negeri 1 Timpeh, kabupaten Dharmasraya yang belajar menggunakan
model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) dengan yang menggunakan model
pembelajaran Number Head Together (NHT)?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan keterampilan menulis teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Timpeh, kabupaten Dharmasraya yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW). Kedua, mendeskripsikan keterampilan menulis teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Timpeh, kabupaten Dharmasraya yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT). Ketiga, mendeskripsikan perbedaan keterampilan menulis teks negosiasi antara siswa kelas X SMA Negeri 1 Timpeh, kabupaten Dharmasraya yang belajar menggunakan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) dengan yang menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT).
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi pihak-pihak berikut. Pertama, bagi siswa kelas X SMA Negeri 1 Timpeh,
kabupaten Dharmasraya, penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam pembelajaran keterampilan menulis teks negosiasi dan membantu siswa
dalam memahami struktur teks dalam menulis teks negosiasi. Kedua, bagi guru
bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya guru SMA Negeri 1 Timpeh, kabupaten
Dharmasraya, penggunaan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) dan
Number Head Together (NHT) dapat memberikan alternatif kepada guru dalam
penggunaan model pembelajaran, kususnya dalam pembelajaran keterampilan
menulis teks negosiasi. Ketiga, bagi peneliti lain, sebagai bahan acuan untuk
melakukan penelitian berikutnya. Keempat, peneliti sendiri sebagai bahan kajian akademik dan bekal pengetahuan lapangan.
G. Defenisi Operasional
Untuk memandu pelaksanaan penulisan proposal ini, digunakan empat defenisi operasional sebagai berikut. Pertama, perbedaan adalah keadaan akhir setelah dilakukan suatu perlakuan pada masalah yang diteliti. Kedua, model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang penerapannya menggunakan kelompok kecil. Model ini juga mengkolaborasikan tiga kemampuan siswa yaitu berpikir, berbicara, dan menulis dalam memecahkan suatu masalah dalam kegiatan berkelompok. Ketiga, model pembelajaran Number Head Together (NHT) adalah varian dari diskusi kelompok yang di kembangkan agar siswa dapat berbagi ide dan gagasan. Model ini juga menggunakan kepala bernomor agar tidak ada yang mendominasi dalam kelompok, karena ada nomor yang membatasi. Keempat, keterampilan adalah kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide, dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan. Kelima, menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.
Keenam, teks negosiasi adalah teks yang berisi tentang interaksi sosial yang
berfungsi untuk mencapai kesepakatan antara pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan berbeda serta memiliki empat struktur yaitu, orientasi, pengajuan,
penawaran, dan kesepakatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Sehubungan dengan masalah penelitian, maka uraian yang akan dibahas dalam landasan teori ini, yaitu: (1) hakikat menulis, (2) hakikat teks negosiasi, (3) model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW), dan (4) model pembelajaran Number Head Together (NHT).
1. Hakikat Menulis
Hakikat menulis diuraikan dalam beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut adalah (a) pengertian menulis, (b) tujuan menulis, (c) manfaat menulis.
a. Pengertian Menulis
Menurut Dalman (2014:3), menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak yang lain dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai alat atau medianya. Sejalan dengan itu, Semi (2009:2) mengatakan bahwa menulis atau mengarang pada hakikatnya merupakan pemindahan pemikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambing- lambang bahasa. Dalam kegiatan menulis, penulis harus sering latihan dan praktik yang banyak dan teratur karena keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis.
Menurut Rosidi (2009:2), menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan sseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Selanjutnya Tarigan (2008:3) mengemukakan bahwa menulis adalah
11 10
suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu alat berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis juga merupakan kegiatan memindahkan pemikiran dan gagasan serta perasaan dalam bentuk tulisan yang bahasa dan lambang-lambangnya mudah dipahami oleh orang lain.
b. Tujuan Menulis
Menurut Rosidi (2009:7), tujuan menulis ditinjau dari ragam tulisan ada lima tujuan menulis. Pertama, memberitahukan atau menjelaskan sesuatu yang disebut dengan eksposisi. Kedua, meyakinkan atau mendesak, yaitu argumen atau alas an yang berupa uraian, angka-angka, table, grafik, dan contoh-contoh untuk meyakinkan seseorang. Ketiga, menceritakan sesuatu kejadian kepada pembaca yang disebut dengan karangan narasi. Keempat, mempengaruhi pembaca agar mengikuti kehendak penulis dengan menampilkan bukti-bukti yang sifatnya emosi (tidak nyata). Kelima, penulis ingin agar pembaca seolah-olah ikut merasakan, melihat, meraba, dan menikmati objek yang dilukiskan penulis.
Selanjutnya, Dalman (2014:14) mengemukakan bahwa tujuan menulis ditinjau dari kepentingan pengarang ada enam. Pertama, tujuan penugasan, pada umumnya para pelajar menulis karangan untuk memenuhi tugas dari gurunya.
Kedua, tujuan estetis (menciptakan sebuah keindahan) dalam penulisan.
Ketiga,tujuan penerangan untuk memberi informasi pada pembaca. Keempat,
tujuan pernyataan diri untuk menegaskan tentang apa yang telah diperbuat, seperti
surat perjanjian. Kelima, tujuan kreatif (menggunakan daya imajinasi) secara maksimal ketika mengembangkan tulisan. Keenam, tujuan konsumtif, dalam hal ini penulis lebih mementingkan kepuasan pembaca.
Sejalan dengan itu, Tarigan (2008:9) menyatakan bahwa tujuan menulis sebagai berikut. Pertama, membantu para siswa memahami cara menulis. Kedua, mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan.
Ketiga, mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat secara serasi dalam ekspresi tulis. Keempat, mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara dengan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis itu sangan beragam. Tujauan menulis ditinjau dari ragam tulisan bisa menberitahukan pembaca tentang suatu hal, dapat meyakinkan dan mempengaruhi pembaca, menjelaskan sesuatu pada pembaca, serta menggambarkan sesuatu tentang apa yang dibuat oleh penulis. Sedangkan tujuan menulis yang ditinjau dari kepentingan pengarang yaitu, untuk penugasan yang dibuat oleh pelajar, bertujuan estetika (keindahan) dalam penulisan. Selain itu menulis juga bertujuan untuk penerangan (memberi) informasi pada pembaca dan memberi pernyataan tentang suatu hal. Tujuan menulis yang selanjutnya yaitu, kreatif dan konsumtif.
Maksunya kita harus punya daya imajinasi yang kuat dan mementingkan
kepuasan pembaca.
c. Manfaat Menulis
Menurut Dalman (20014:6), manfaat menulis ada empat. Pertama, peningkatan kecerdasan. Kedua, pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas.
Ketiga, penumbuhan keberanian. Keempat, pendorongan kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Selanjutnya, menurut Komaidi (2011:9) ada enam manfaat menulis.
Pertama, jika kita ingin menulis pasti menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas di sekitar. Kedua, dengan kegiatan menulis dapat mendorong kita untuk mencari referensi seperti buku, majalah, Koran, jurnal, dan sejenisnya. Ketiga, dengan aktivitas menulis, kita terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen kita secara runtut, sistematis dan logis. Keempat, dengan menulis secara psikologis akan mengurangi tingkat ketegangan dan stress kita.
Kelima, dengan menulis dimana tulisan kita dimuat oleh media massa atau diterbitkan oleh suatu penerbit kita akan mendaptkan kepuasan batin karena tulisannya dianggap bermanfaat bagi orang lain. Keenam, dengan menulis dimana tulisan kita dibaca oleh banyak orang membuat penulis semakin popular dan dikenal oleh publik pembaca.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis dapat
menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas di
sekitar. Menulis juga dapat melatih menyusun pemikiran dan argumen kita secara
runtut, sitematis dan logis. Dengan menulis secara psikologis akan mengurangi
tingkat ketegangan dan stress. Selanjutnya, dengan menulis orang bisa
menyelesaikan masalah dengan pikiran yang tenang dan jernih serta dapat
meningkatkan kecerdasan, keberanian, dan mendorong perkembangan inisiatif dan kreatifitas.
2. Hakikat Teks Negosiasi
Hakikat teks negosiasi diuraikan dalam beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut adalah (a) pengertian teks negosiasi, (b) struktur teks negosiasi, dan (c) indikator penilaian menulis teks negosiasi.
a. Pengertian Teks Negosiasi
Menurut Mulyadi, dkk. (2016:235) teks negosiasi adalah jenis teks yang di dalamnya terdapat cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati oleh dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan dan kepuasan pihak-pihak yang berkepentingan. Selanjutnya, Kosasih (2016:182) menyatakan bahwa teks negosiasi adalah proses penetapan keputusan secra bersama antara beberapa pihak yang memiliki keinginan berbeda.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa teks negosiasi adalah gagasan dalam bentuk teks yang berisi tentang interaksi sosial yang berfungsi untuk mencari penyelesaian atau kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan/ kebutuhan yang berbeda.
b. Struktur Teks Negosiasi
Menurut Kosasih (2016:187), struktur teks negosiasi ada empat. Pertama,
orientasi atau pengenalan topik/ masalah negosiasi yaitu, bagian dari teks yang
mengungkapkan permasalahan yang akan dinegosiasikan. Kedua, pengajuan
yaitu, berupa pernyataan dari negosiator pertama untuk meminta, mengajak,
mendorong negosiator kedua untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
keinginannya. Ketiga, penawaran yaitu, berupa pernyataan-pernyataan dari kedua belah pihak berisi penawaran dan penolakan (adu tawar) tentang sesuatu yang diajukan. Keempat, kesepakatan yaitu, berupa keputusan antara kedua belah pihak, baik itu yang berupa kesetujuan maupun ketidaksetujuan.
Sejalan dengan itu, Mulyadi, dkk. (2016:236) menyatakan bahwa, struktur teks negosiasi ada empat. Pertama, orientasi yaitu berisi tentang pengenalan awal atau perbincangan awal antara kedua belah pihak yang akan melakukan negosiasi.
Kedua, pengajuan yaitu berisi tentang permintaan oleh salah satu pihak. Ketiga, penawaran yaitu berisi klimaks dari teks negosiasi karena terjadi tawar menawar antara kedua belah pihak. Keempat, persetujuan yaitu kesepakatan yang disetujui kedua belah pihak. Dalam tahap ini, diharapkan tercipta suatu kondisi yang saling menguntungkan dan kedua belah pihak mampu menyamakan persepsi.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur dari teks negosiasi ada empat. Pertama, orientasi. Kedua, pengajuan. Ketiga, penawaran. Keempat, persetujuan.
c. Indikator Penilaian Menulis Teks Negosiasi
Indikator yang digunakan dalam proses pembelajaran menulis teks negosiasi kelas X SMA Negeri 1 Timpeh, kabupaten Dharmasraya dilihat dari segi struktur teks negosiasi. Struktur adalah unsur – unsur yang berhubungan satu sama lain dalam kesatuan. Penilaian diambil berdasarkan struktur teks secara urut.
Menurut Mulyadi, dkk. (2016:236) struktur teks negosiasi adalah orientasi,
pengajuan, penawaran, dan persetujuan.
3. Model Pembelajaran Think, Talk, Write (TTW)
Dalam pembahasan ini dibagi atas empat bagian, yaitu (a) pengertian model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW), (b) langkah-langkah penerapan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW), dan (c) penerapan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) dalam pembelajaran menulis teks negosiasi.
a. Pengertian Model Pembelajaran Think, Talk, Write (TTW)
Menurut Huda (2014:218), Think, Talk, Write (TTW) adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Sebagaimana namanya, strategi ini memiliki sintak yang sesuai dengan urutan di dalamnya, yakni think (berpikir), talk (berbicara/ diskusi), write (menulis). Selanjutnya, Shoimin (2016:212) menyatakan bahwa Think, Talk, Write (TTW) merupakan suatu model pembelajaran untuk melatih keterampilan peserta didik dalam menulis. Think, Talk, Write (TTW) menekankan perlunya peserta didik mengomunikasikan hasil pemikirannya.
Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Think, Talk, Write (TTW) merupakan model pembelajaran yang tepat untuk
menulis, karena Think, Talk, Write (TTW) maksudnya adalah memikirkan suatu
masalah yang diberikan guru, kemudian peserta didik harus bisa
mengkomunikasikan (berbicara) melalui diskusi kelompok, kemudia siswa
menuliskan hasil dari diskusi tersebut.
b. Langkah-langkah Penerapan Think, Talk, Write (TTW)
Menurut Shoimin (2016:214), mengemukakan tujuh langkah-langkah penerapan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW). Pertama, guru membagikan LKS yang memuat soal-soal dan harus dikerjakan oleh siswa serta petunjuk pelaksanaannya. Kedua, peserta didik membaca masalah yang ada di LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan yang tidak diketahui dalam masalah tersebut (hal ini masuk dalam proses think/
berpikir). Ketiga, guru membagi siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa).
Keempat, siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan (hal ini termasuk dalam proses talk/ berbicara). Kelima, dari hasil diskusi, peserta didi secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write). Keenam, perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain menanggapi. Ketujuh, kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari.
Selanjutnya, menurut Huda (2014:220), langkah-langkah penerapan model
pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) ada empat. Pertama, siswa membaca teks
dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual (think), untuk dibawa ke
forum diskusi. Kedua, siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu
grup untuk membahas isi catatan (talk). Dalam hal ini mereka menggunakan
bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematika
dalam diskusi. Ketiga, siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat
pemahaman dan komunikasi matematika dalam bentuk tulisan (write). Keempat, kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu diminta perwakilan kelompok untuk menyajikan jawaban, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
Selanjutnya, menurut Istarani (2014:59), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) ada empat. Pertama, guru membagi teks bacaan berupa lembaran aktivitas siswa yang membuat situasi masalah bersifat open-ended dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya. Kedua, siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think). Ketiga, siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk), guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar. Keempat, siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa inti dari
langkah-langkah penerapan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) tidak
lepas dari think, talk, write. Di mana think menuntut siswa untuk berpikir dan
memikirkan masalah yang diberikan oleh guru, talk menuntut siswa untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sekelompok dalam menyampaikan
ide-ide, serta write adalah bentuk pemahaman siswa yang dituangkan dalam
bahasa tulis tentang pelajaran yang sudah dipelajari, dan yang terakhir adalah
tahap refleksi dan kesimpulan dari pembelajaran yang sudah dipelajari.
c. Penerapan Think, Talk, Write (TTW) Pada Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi
Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) dapat dijabarkan dalam bentuk tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Penerapan Model Pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) pada Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi
No Tahap
Pembelajaran Teori Penerapan
1. Think (berpikir) Membaca secara komprehensif (reading comprehension) secara umum dianggap berpikir, meliputi membaca baris demi baris.
Guru memberikan media yang berisi teks negosiasi yang
berkenaan dengan penjualan sebuah barang kepada siswa, agar siswa dapat membaca media tersebut secara komprehensif secara umum. Guru menyuruh membaca teks
negosiasi yang sudah dibagikan dengan seksama. Siswa akan mencari struktur dari teks negosiasi yang sudah dibagikan.
2. Talk (berbicara) Berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang
mereka pahami. Hal ini akan terjadi ketika siswa berdiskusi dalam kelompok.
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil.
Setelah siswa dibagi dalam kelompok kecil, guru membimbing siswa mendiskusikan struktur teks negosiasi yang didapat dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang
dipahami secara
individu untuk mencari
struktur yang paling tepat dari pendapat masing-masing siswa.
3. Write (menulis) Menuliskan hasil diskusi kelompok.
Aktivitas menulis berarti
mengkonstruksikan ide, dalam bahasa tulis.
Setelah siswa
menemukan struktur mana yanag paling tepat dalam teks negosiasi yang sudah didiskusikan dalam kelompok, guru akan membimbing siswa untuk
mengkostruksikan ide dalam bahasa tulis, yaitu siswa akan menulis teks negosiasi sesuai dengan hasil diskusi dalam
kelompok pada buku latihannya masing- masing.
Istarani (2014:55) 4. Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
Dalam pembahasan ini dibagi atas empat bagian, yaitu (a) pengertian model pembelajaran Number Head Together (NHT), (b) langkah-langkah penerapan model pembelajaran Number Head Together (NHT), dan (c) penerapan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dalam pembelajaran menulis teks negosiasi.
a. Pengertian Model Pembelajaran Number Head Together (NHT)
Menurut Shoimin (2016:108) number head together (NHT) merupakan
suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya
bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak tidak ada pemisahan
antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima antara satu dengan yang lainnya.
Selanjutnya, Huda (2014:203) mengungkapkan bahwa number head together (NHT) merupakan varian dari diskusi kelompok. Sejalan dengan itu, Slavin (dalam Huda, 2014:203) mengungkapkan bahwa metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam kelompok.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa number head together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan kerja kelompok serta membantu siswa dalam meningkatkan perilaku sosial individu dalam kelompok.
b. Langkah-langkah Penerapan Number Head Together (NHT)
Menurut Huda (2014:203) tahap-tahap pelaksanaan Number Head Together (NHT) ada enam bagian. Pertama, siswa dibagi dalam kelompok- kelompok. Kedua, masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor. Ketiga, guru memberi tugas/ pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya. Keempat, setiap kelompok setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. Kelima, guru memanggil salah satu nomor secara acak. Keenam, siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.
Selanjutnya, Kurniawan (dalam Asih, 2016:140) mengungkapkan langkah-
langkah pelaksanaan Number Head Together (NHT) ada enam. Pertama, siswa
dibagi dalam kelompok, dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. Kedua, guru memberikan tugas dan tiap-tiap kelompok mengerjakannya.
Ketiga, kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan dan mengetahui jawabannya. Keempat, guru memanggil salah satu nomor siswa, dengan nomor yang dipanggil, untuk melaporkan hasil kerjasama mereka. Kelima, tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. Keenam, kesimpulan.
Sejalan dengan itu, Shoimin (2016:108) berpendapat bahwa langkah- langkah penerapan Number Head Together (NHT) ada enam. Pertama, siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. Kedua, guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Ketiga, kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya dengan baik. Keempat, guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerjasama mereka. Kelima, tanggapan dengan teman yang lain, kemudian dengan menunjuk nomor yang lain.
Keenam, kesimpulan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah dalam penerapan Number Head Together (NHT) adalah siswa dibagi
dalam kelompok terlebih dahulu, kemudian setiap siswa dalam kelompok di beri
nomor. Selanjutnya siswa akan di beri tugas dan setiap kelompok
bertanggungjawab mendiskusikan jawaban yang benar, kemudian guru
memanggil acak nomor dari kelompok untuk menjelaskan hasil kerja mereka bersama dalam kelompok, sedang kelompok lain menanggapi.
c. Penerapan Number Head Together (NHT) Pada Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi
Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dapat dijabarkan dalam bentuk tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2
Penerapan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) pada Pembelajaran Menulis Teks Negosiasi
No Tahap
Pembelajaran Teori Penerapan
1 Pengelompokan Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk membentuk kelompok dan membagikan nomor kepada masing-masing siswa dalam setiap kelompok.
Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk membentuk kelompok kecil dan membagikan nomor kepada masing-masing siswa dalam kelompok.
2 Pemberian tugas Guru memberikan tugas pada tiap-tiap kelompok yang sudah dibentuk.
Setiap kelompok siswa yang sudah menerima tugas, harus
mencermati tugas yang diberikan.
Tugas yang diberikan yaitu menentukan struktur dari teks negosiasi yang sudah dibagikan guru.
Siswa mulai mencari struktur teks dari teks negosiasi yang sudah dibagikan guru.
Membimbing siswa untuk mulai berdiskusi mencari struktur teks dari teks negosiasi yang sudah diberikan guru
Siswa mulai
mendiskusikan struktur
teks yang tepat dalam
teks negosiasi yang
sudah diberikan oleh
bersama teman kelompok, kemudian menulis teks negosiasi dengan memperhatikan struktur teks negosiasi.
guru, kemudian siswa akan menuliskan teks negosiasi sesuai dengan struktur teks negosiasi yang dirasa sudah tepat sesuai kesepakatan kelompok dalam buku latihan masing-masing.
3 Presentasi Guru memanggil salah satu nomor secara acak dan menyuruh siswa yang nomornya terpanggil untuk menjelaskan hasil diskusi dengan kelompok.
Nomor yang dipanggil mempresentasikan atau menjelaskan tulisan yang sudah dibuat berdasarkan hasil diskusi kelompok.
Guru membimbing siswa dalam kelompok lain yang tidak
mejelaskan untuk menanggapi perwakilan kelompok yang
menjelaskan.
Siswa dari kelompok lain yang tidak menjelaskan
menanggapi penjelasan perwakilan kelompok yang tampil.
4 Kesimpulan Guru menyimpulkan
pembelajaran hari itu bersama siswa.
Membuat kesimpulan pada pembelajaran hari itu.
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang relevan sebagaimana berikut.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2017) yang berjudul
“Perbedaan Keterampilan Menulis Teks Ulasan Menggunakan Model
Pembelajaran Group Investigation dengan Jurisprudential Inquiry Ditinjau Dari
Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII MTsN 5 Solok Selatan”. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang didapatkan dari keterampilan
menulis teks ulasan antara siswa yang belajar dengan Group Investigation dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran Jurisprudential Inquiry.
Fitri (2017) dengan penelitian ini adalah sama-sama penelitian dengan jenis kuantitatif eksperimental dan sama-sama memberikan perlakuan yang berupa penggunaan model pembelajaran. Perbedaannya, perlakuan lain yang diberikan oleh Fitri (2017) yaitu pada perbedaan hasil dalam pembelajaran siswa fokus kepada keterampilan menulis teks ulasan, sedangkan dalam penelitian ini difokuskan kepada keterampilan menulis teks negosiasi. Perbedaan lain juga terletak pada variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian yang dilakukan Fitri (2017) adalah keterampilan menulis teks ulasan, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah keterampilan menulis teks negosiasi.
Variabel bebas yang dilakukan oleh Fitri adalah model pembelajaran Group Investigation dan Jurisprudential Inquiry, sedangkan dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran Think, Talk, Write dan Number Head Together.
Kedua, penelitian yang dilakukan Fina (2014) yang berjudul “Perbedaan
Kemampuan Membaca Intensif dengan Model Pembelajaran Cooperative
Integrated Reading and Compositon dan Direct Intruction di Tinjau dari Minat
Baca Siswa Kelas XII SMA Bunda Padang”. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang didapatkan dari membaca intensif antara siswa
yang belajar dengan Cooperative Integrated Reading and Compositon dan siswa
yang belajar dengan model pembelajaran Direct Intruction.
Fina (2014) dengan penelitian ini sama-sama merupakan penelitian dengan jenis kuantitatif eksperimental dan sama-sama memberikan perlakuan yang berupa penggunaan model pembelajaran. Perbedaannya, perlakuan lain yang diberikan kepada siswa dalam penelitian yang dilakukan Fina (2014) yaitu pada perbedaan hasil dalam pembelajaran siswa fokus pada membaca intensif, sedangkan dalam penelitian ini difokuskan pada keterampilan menulis teks negosiasi. Sampel dalam penelitian Fina (2014) adalah siswa kelas XII SMA Bunda Padang, sedangkan sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Timpeh.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2015) dengan judul
“Keefektifan Strategi Think, Talk, Write (TTW) dalam Pembelajaran Menulis Teks Ulasan pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ngluawar Magelang Jawa Tengah”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi Think, Talk, Write (TTW) efektif digunakan dalam pembelajaran menulis teks ulasan.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2015) dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama penelitian dengan jenis kuantitatif eksperimental. Perbedaannya, penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2015) mengukur keterampilan menulis teks ulasan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengikur keterampilan menulis teks eksposisi.
Sampel pada penelitian Rahmawati (2015) adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Ngluwar Magelang Jawa Tengah, sedangkan sampel pada penelitian yang akan
dilakukan adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Timpeh.
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan urutan pada kajian teori maka perlu dirumuskan kerangka
berpikir dalam penelitian yang mengacu tujuan utama pada penelitian ini. Penulis
ingin melihat perbedaan penggunaan model pembelajaran Think, Talk, Write
(TTW) dengan model pembelajaran Number Head Together (NHT) pada
keterampilan menulis teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Timpeh,
kabupaten Dharmasraya. Pertama, memberi penjelasan dan motivasi kepada
siswa untuk menulis teks negosiasi. Kedua, membagi siswa dalam kelompok
eksperimen I yang menggunakan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW)
dalam keterampilan menulis teks negosiasi dan kelompok eksperimen II yang
menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dalam
keterampilan menulis teks negosiasi. Ketiga, melihat perbedaan penggunaan
model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW) dan model pembelajaran Number
Head Together (NHT) dalam keterampilan menulis teks negosiasi siswa kelas X
SMA Negeri 1 Timpeh, kabupaten Dharmasraya.
Gambar 1. Kerangka Konseptual Keterampilan Menulis Teks Negosiasi
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban semestara terhadap masalah yang hendak dipecahkan dan diuji melalui penelitian. Dalam penelitian ini akan diuji hipotesis nol ( ) dan hipotesis alternatif ( ) sebagai berikut.
= tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan menulis teks negosiasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Timpeh, kabupaten Dharmasraya.
Hipotesis diterima jika dengan derajat kebebasan dk = n + n - 2 pada taraf signifikan 95%.
= terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan menulis teks negosiasi antara penggunaan model pembelajaran Think, Talk, Write (TTW)
Keterampilan Menulis Teks Negosiasi
Indikator Penilaian Teks Negosiasi 1. 1. Orientasi
2. 2. Pengajuan 3. 3. Penawaran 4. 4. Persetujuan 5.
6.
pePembelajaran Menggunakan Model Pembelajara TTW
PePembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran NHT
Perbedaan Penggunaan Model Pembelajaran TTW dengan NHT pada keterampilan Menulis Teks Negosiasi Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Timpeh
dengan model pembelajaran Number Head Together (NHT) siswa kelas
X SMA Negeri 1 Timpeh, kabupaten Dharmasraya. Hipotesis diterima
jika dengan derajat kebebasan dk = n + n - 2 pada taraf
signifikan 95%.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2014:23), penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu. Pengumpulan data menggunakan intrumen penelitian. Analisis data pada penelitian ini bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sejalan dengan itu, Arikunto (2010:27), menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka, dimulai dari pengumpulan data, kemudian penafsiran data dan terakhir ditampilkan hasilnya.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental design atau eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2013:114), quasi eksperimental design digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok control yang digunakan untuk penelitian. Menurut, Suryabrata (2011:92), tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah the randomized group posstest only. Lufri (2007:70), menyatakan bahwa rancangan ini lebih
33 30