• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT KAMPUNG SEKITAR KAWASAN KHDTK HAURBENTES JASINGA BOGOR MUNDI LAKSONO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT KAMPUNG SEKITAR KAWASAN KHDTK HAURBENTES JASINGA BOGOR MUNDI LAKSONO"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT

KAMPUNG SEKITAR KAWASAN KHDTK

HAURBENTES JASINGA BOGOR

MUNDI LAKSONO

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada Masyarakat Kampung Sekitar Kawasan KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor yang dilakukan dengan mencari data informasi melalui wawancara dan pengidentifikasian tumbuhan obat di KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Mundi Laksono NIM E34080106

(4)

ABSTRAK

MUNDI LAKSONO. Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada Masyarakat Sekitar Kawasan KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor. Dibimbing oleh ERVIZAL A.M ZUHUD dan AGUS HIKMAT

Kawasan KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes adalah hutan yang difungsikan sebagai hutan penelitian. Di lahan penelitian Litbang Kehutanan terdapat berbagai macam tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat sekitar kawasan Hutan Penelitian KHDTK Haurbentes. Penelitian ini dilaksanakan di 2 kampung yaitu Kampung Haurbentes dan Cikeusal Desa Wirajaya. Penelitian ini dilakukan bulan Februari sampai Maret 2014.

Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik masyarakat yang menggunakan tumbuhan obat didominasi oleh tingkat umur 50-60 tahun, berlatar pendidikan tingkat pendidikan SD, dan masyarakat yang paling banyak menggunakan tumbuhan obat bermata pencaharian tidak tetap. Spesies tumbuhan yang teridentifikasi sebanyak 21 spesies dari 16 famili yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat alternatif. Jenis penyakit diderita oleh masyarakat terdapat 15 kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat.

Kata kunci : jenis penyakit, KHDTK Haurbentes, masyarakat, tumbuhan obat

ABSTRACT

MUNDILAKSONO. Utilization of medicinal plants upon people of around the KHDTK Haurbentes Jasinga, Bogor. Supervised by ERVIZAL A.M ZUHUD and AGUS HIKMAT.

Area KHDTK ( Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus ) Haurbentes is the forest that function as forest research. In land research forestry there are various kinds of herbs often used by community as a drug to cure diseases. With respect to such matters, then this research was conducted. The aim of this research is to identify plant species drug used of the surrounding community research KHDTK Haurbentes forest area. This research carried out in 2 town about are in Haurbentes town and Cikeusal Wirajaya village. Research is done in February to March 2014.

Based on research, characteristic of community dominated by the use of medicinal herbs age 50-60 years, education has elementary education, and society most much use of medicinal herbs freelance. Plant species identified as much as 21 species of the family 16 that can be used by local community as an alternative medicine. This type of the disease ever suffered by the people around KHDTK Haurbentes there are 15 groups of diseases/use of medicinal plants which are exploited by the community.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT

KAMPUNG SEKITAR KAWASAN KHDTK

HAURBENTES JASINGA BOGOR

MUNDI LAKSONO

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Kampung Sekitar Kawasan KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor

Nama : Mundi Laksono NIM : E34080106

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ervizal A.M Zuhud, MS Pembimbing I

Dr Ir Agus Hikmat, M Sc F Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Kampung Sekitar Kawasan KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

Prof Dr Ir Ervizal A.M Zuhud, MS selaku dosen pembimbing I dan Dr Ir Agus Hikmat, MScF selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. Dr Ir Nandi Kosmaryandi, MSc selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan nasihat-nasihatnya. Keluarga tercinta, Bapak (H. Marimin Al Sukidjo), yang selalu memberikan motivasi, dukungan, semangat hidup, Ibu (Sumarsih), serta kakak-kakak saya (Mbak Mindi Astuti dan Mbak Mintarsih), Bude Sum, keluarga bapak Edih Jayawiguna dan keluarga besar Sanroesdi atas do’a, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan baik dana maupun tenaga. Seluruh staf Tata Usaha KSHE yang telah membantu memperlancar proses administrasi penelitian dan penyusunan skripsi. Kawan-kawan terdekat (Komo (Rendra DS), Ojan, Uul, Pardi, Epul, Conny, Mimi, Abah (Meidilaga S.Hut), Jey, Ibad, Fait, Agus, Azis, Irham, Pion, Ulqi, Uta MSP 48, Sigit MSP 48, Rizal) atas semua dukungan, keceriaan, motivasi dan nasehatnya. Sahabat EDELWEIS 45 serta abang-abang kelas yang memberikan motivasi dan dukungan selama menyusun skripsi. Kawan-kawan workshop IF ’90 yang selalu menyuruh untuk cepat membereskan skripsi (Satriyo, Haris, Hikmat, Chandra, dan Bagja). Serta seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu

Bogor, Desember 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Manfaat 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Objek, Alat dan Bahan 3

Metode Pengumpulan Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 6 Karakteristik Responden 6

Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat 8

Keanekaragaman Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitus 9

Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan Obat Tradisional 9

Cara Penggunaan Tumbuhan Obat 10

Kelompok Penyakit/Penggunaan Tumbuhan Obat 12

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 4

2 Karakteristik Umur Responden 7

3 Karakteristik Pendidikan Responden 7

4 Karakteristik Pekerjaan Responden 8

DAFTAR GAMBAR

1 Peta KHDTK Haurbentes

2 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat menurut famili

3 Keanekaragaman Tumbuhan Obat Menurut Tipe

Pertumbuhan/Perawakannya

4 Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan Obat Tradisional 2 8 9 10 5 Cara Pengolahan Tumbuhan Obat

6 Cara Pemakaian Tumbuhan Obat

7 Jenis Penyakit/Cara Penggunaan Tumbuhan Obat

8 (a) Gandarusa (Justicia dahona), (b) Ki urat (Plantago mayor)

11 11 12 13 9 Meniran (Phyllantus ninuri)

10 Jahe (Zingiber officinale) 11 Jambu Biji (Psidium guajava) 12 Ciplukan (Physalis angulata) 13 Sirih Merah (Piper crocatum)

14 Bayam Merah (Althenanthera amoena) 15 Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides) 16 Sirih (Piper betle)

17 Bandotan (Ageratum conyzoides) 18 Jawer kotok (Coleus atropurrieus) 19 Daun katuk (Sauropus adrogynus) 20 Cabai (Capsicum frutescens) 21 Baluntas (Pluchea indica)

13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 18 19 20 DAFTAR LAMPIRAN

1 Jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat sekitar

KHDTK Haurbentes 23

2 Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar

KHDTK Haurbentes 24

3 Cara meramu tumbuhan obat dan khasiatnya 25

4 Jenis Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat kampung

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan sebagai salah satu sumber daya alam hayati yang menyediakan hasil hutan berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu, hutan juga memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Salah satu manfaat yang sampai saat ini masih dirasakan oleh manusia terutama masyarakat yang tinggal di sekitar hutan adalah sebagai sumber penghasil obat-obatan herbalis.

Salah satu pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional adalah pemanfaatan terhadap spesies tumbuhan yang terdapat di dalam hutan. Bentuk pemanfaatan tersebut diperoleh dari pengalaman dan kebiasaan seseorang yang kemudian diturunkan pada generasi berikutnya, sehingga pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan kebiasaan tersebut hanya menjadi pengetahuan masyarakat setempat (Ajijah dan Iskandar 1995).

Menurut Winarto (2007), definisi umum tumbuhan obat yang dapat diterima semua pihak adalah tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dan digunakan sebagai obat.

Aspek kesehatan memiliki peran penting dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari, karena hal tersebut menyangkut keberlangsungan dan kesejahteraan hidup di suatu masyarakat. Namun tidak semua masyarakat Indonesia mendapatkan akses yang baik untuk mendapatkan pelayanan kesehatan formal, dan obat-obatan.

Dalam penanganan penyakit yang diderita oleh masyarakat hampir semuanya memerlukan obat-obatan. Tetapi masyarakat lebih memilih menggunakan tumbuhan obat dibandingkan dengan obat-obatan modern, karena khasiat dari tumbuhan obat lebih berkhasiat dibandingkan dengan obat-obatan modern. Hal itu membuat masyarakat lebih memilih untuk menggunakan tumbuhan yang memiliki khasiat obat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit yang diderita dan menjaga kesehatannya.

Tumbuhan yang memiliki khasiat obat sering dikatakan obat tradisional, karena pada zaman dahulu tidak ada obat-obatan yang terbuat dari bahan-bahan kimia dan ekstrak dari tumbuhan obat, sehingga masyakat terdahulu lebih banyak menggunakan tumbuhan obat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Obat tradisional berperan sejak dahulu berdasarkan pengalaman orang tua, terlebih jika sulitnya jangkauan fasilitas kesehatan, terutama daerah desa yang terpencil, atau masih banyaknya masyarakat yang mencari pertolongan pengobatan kepada tenaga-tenaga penyembuh tradisional seperti tabib atau dukun, bahkan banyak pula anggota masyarakat yang mencari tumbuhan obat untuk menyembuhkan penyakit hanya berdasarkan informasi dari keluarga atau tetangga saja (Zein 2005).

Penggunaan tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat cenderung meningkat karena berbagai alasan. Selain tumbuhan obat mudah dijangkau oleh masyarakat, tumbuhan obat juga hampir dianggap tidak memiliki efek samping yang membahayakan. Pemanfaatan tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat di KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes, belum banyak dikelola oleh masyarakat.

(12)

2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat sekitar kawasan Hutan Penelitian KHDTK Haurbentes, dan mengetahui cara meramu tumbuhan obat menjadi serta khasiatnya dalam menyembuhkan suatu penyakit.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bentuk tulisan ilmiah yang dapat menjadi bahan masukan berupa pengetahuan bagi semua masyarakat tentang spesies tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat dan pengolahannya.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2014. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan karena seringnya masyarakat berinteraksi dengan KHDTK Haurbentes serta data mengenai pemanfaatan dan pengolahan tumbuhan obat oleh masyarakat lokal di kampung sekitar KHDTK Haurbentes masih sedikitLokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta KHDTK Haurbentes

(13)

3 Objek, Alat dan Bahan

Objek yang diamati dalam penelitian ini meliputi spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagi obat tradisional oleh masyarakat setempat. Pada penelitian digunakan alat yang menunjang dalam penelitian ini yaitu alat tulis yang digunakan untuk mengisi kuisioner dan data lainnya, kamera untuk dokumentasi selama pengambilan data, kuisioner untuk kegiatan wawancara terhadap responden, tally sheet untuk pengambilan data tumbuhan yang dimanfaatkan, komputer digunakan untuk pengolahan data, buku panduan tumbuhan obat untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan.

Metode Pengumpulan Data Penentuan Responden

Penentuan responden dilakukan secara snowball. Responden kunci merupakan masyarakat yang sering memanfaatkan tumbuhan sebagai obat di daerah tersebut. Untuk mengetahui responden selanjutnya yang menggunakan tumbuhan obat diketahui dari responden sebelumnya. Menurut Singarimbun (1989) teknik snowball dilakukan dengan cara meminta kepada sampel pertama untuk menunjukkan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Data karakteristik yang diambil untuk menunjang penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan mata pencaharian atau pekerjaan. Seluruh data karakteristik disajikan dalam bentuk tabel, keempat data karakteristik tersebut dapat dilihat pada lampiran.

Jenis Data dan Pengumpulan Informasi

Data dan jenis informasi yang dikumpulkan dalam penelitian yang diakukan ini yaitu mengenai data spesies tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tumbuhan pangan dan obat yang terdapat di kawasan KHDTK Haurbentes. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

Data primer yang dikumpulkan meliputi data pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat yang berupa data spesies tumbuhan yang dimanfaatkan, serta data karakteristik responden yang akan diwawancarai dan cara pengolahan tumbuhan obat menjadi obat yang digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan survei lapang, sedangkan untuk data sekunder yang dikumpulkan berasal dari wawancara dan studi literatur dari laporan hasil penelitian yang terkait dengan penelitian ini. Data yang diambil antara lain kondisi umum lokasi penelitian berupa letak kawasan dan kondisi biofisik kawasan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan obat dan pangan di lokasi penelitian. Adapun jenis dan metode pengumpulan data ditampilkan pada Tabel 1.

(14)

4

Tabel 1 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

No. Jenis Data Aspek Kajian Sumber Data Metode 1. Kondisi umum

lokasi penelitian

1. Letak, luas dan status kawasan

2. Topografi dan Geologi

3. Iklim dan hidrologi 4. Kondisi umum Flora

dan Fauna Puslitbang Peningkatan Produktivitas Hutan Kajian Pustaka 2. Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin 2. Mata pencaharian 3. Pendidikan 4. Pekerjaan Masyarakat Desa Haurbentes dan Desa Cikeusal Wawancara 3. Pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan Obat lokal

Spesies tumbuhan obat yang diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat

spesies, bagian tumbuhan yang digunakan,

komposisi pemakaian, tata cara penggunaan, macam pemanfaatan, cara pengolahan, cara budidaya, sumber tumbuhan obat: Hutan, sawah, kebun, sungai, hasil budidaya Masyarakat Desa KHDTK Wawancara, dokumentasi, pengambilan sampel. 4. Penyakit yang pernah diderita

Jenis penyakit, dan jenis pengolahan tumbuhan obat Masyarakat sekitar KHDTK dan Puskesmas Wawancara dan Observasi lapang Studi literatur

Studi literatur dalam sebuah penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang sudah dikerjakan orang lain dan bagaimana orang mengerjakannya, kemudian seberapa berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Data yang diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai sumber seperti dokumen, laporan penelitian, buku dan lain-lain yang kemudian diverifikasi di lapangan.

Observasi Lapang

Observasi lapangan bertujuan untuk memverifikasi spesies-spesies tumbuhan obat yang diperoleh dari hasil wawancara. Verifikasi dilakukan dengan

(15)

5 mencari tumbuhan obat yang diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat secara disengaja sebagai sampel dan membuat dokumentasi.

Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk pengumpulan data awal, kemudian dikaji sehingga relevan dengan penelitian yang dilakukan. Sumber data dan informasi tersebut dikumpulkan dari penelitian terdahulu, buku, dokumen, dan sumber lainnya. Data yang diambil melalui studi pustaka adalah data kondisi umum yang meliputi: letak dan luas, iklim dan curah hujan, geologi dan tanah, topografi, hidrologi, flora dan fauna.

Wawancara

Wawancara ditujukan kepada masyarakat sekitar kawasan KHDTK Haurbentes. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai spesies tumbuhan obat dan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes. Penetapan responden pertama secara purposive sampling (informasi kunci) dengan masing-masing 30 orang responden dari masyarakat kampung sekitar KHDTK Haurbentes yang memanfaatkan tumbuhan obat.

Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara menampilkan dan mengabadikan bentuk visual melalui objek gambar atau foto.

Survei Lapang

Survei lapangan dilakukan untuk mengambil data dasar maupun data pendukung di lokasi penelitian terkait penelitian yang akan dilakukan. Survei lapangan yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi banyak atau sedikitnya masyarakat yang menggunakan tumbuhan pangan dan obat di sekitar KHDTK Haurbentes

2. Menentukan desa-desa yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian. Kriteria dalam penentuan desa antara lain: masyarakat yang terdapat di desa tersebut merupakan masyarakat lokal yang sudah turun temurun tinggal di Kampung Haurbentes dan Kampung Cileuksa, serta mengetahui spesies tumbuhan obat dan mengetahui cara penggunannya atau kelompok masyarakat yang membudidayakan tumbuhan pangan dan obat.

Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya dikelompokan menjadi data spesies tumbuhan obat dan data pemanfaatan tumbuhan obat. Data pemanfaatan tumbuhan obat meliputi bagian tumbuhan yang dimanfaatakan atau digunakan obat, kelompok penyakit/kegunaan tumbuhan obat dan cara pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat lokal di desa sekitar KHDTK Haurbentes. Penghitungan bagian tumbuhan yang digunakan dengan menggunakan rumus:

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) adalah hutan yang difungsikan sebagai hutan penelitian. Luas hutan penelitian yaitu 105,5 ha. Dari total luasan tersebut areal yang sudah dimanfaatkan oleh Litbang Kehutanan seluas ± 60 ha. Berlokasi di kecamatan Jasinga Bogor, sedangkan menurut administrasi kehutanan masuk kedalam Resort Polisi Hutan (RPH) Jasinga, Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Jasinga, dan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Bogor. Jarak dari Bogor-Jasinga ± 60 Km arah Rangkasbitung yang merupakan jalan provinsi dengan kondisi aspal dan dilanjutkan dengan jalan desa dengan kondisi berbatu-batu. Bila menggunakan kendaraan roda dua, dari bogor ke KHDTK Haurbentes memerlukan waktu ± 1 jam. Lokasi KHDTK Haurbentes secara geografis terletak pada 6º32º-6º33º LS dan 106º26º BT. Saat ini merupakan bagian dari TNGHS yang di batasi oleh Desa Curug Kecamatan Jasinga. KHDTK Haurbentes dikelilingi oleh 4 kampung yaitu kampung Haurbentes, Cileuksa, Cikeusal, dan Cibentang.

Sejak tahun 1940 sampai dengan tahun 1998 di Hutan Penelitian Haurbentes telah ditanam sebanyak 66 spesies tumbuh-tumbuhan, yang terdiri dari 22 spesies rotan, dan 44 spesies pohon. Dari 44 spesies pohon yang ditanam sebanyak 33 spesies adalah spesies Dipterrocarpus dua spesies, Dryobalanops dua spesies, Shorea 21 spesies, Hopea enam spesies dan Vatica satu spesies.

Sedangkan untuk fauna dapat ditemukan 6 spesies mamalia 5 suku yaitu lutung hitam (Trachpiteus villosus), surili (Presbytis comata), owa jawa (Hylobates moloch), bajing kelapa (Callosiurus notatus), musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus), babi hutan (Sus scrofa), dan pelanduk kecil (Tragulus javanicus).

Adapun reptil dan amphibi yang ditemukan di KHDTK Haurbentes antara lain katak pohon hijau (Rhacoporus reindwartii), katak pohon bergaris (Polypedates leucomystax), Bancet (Occidozyga leavis), katak mulut sempit (Microhyla achatina), katak kongkang kolam (Rana chalconata), katak sawah (Fejervarya cancrivora), katak sawah (Fejervarya limnocharis), kodok puru hutan (Bufo biporcatus), kodok buduk (Bufo melanostictus). Pada spesies reptil yang ditemukan diantaranya adalah ular viper pohon (Trimeresurus albolabris), ular lidah api (Dendrelaphis pictus), kadal kebun (Eutropis multifasciata). Spesies reptil yang ditemukan di kawasan KHDTK Haurbentes, areal KHDTK Haurbentes dapat digolongkan sebagai areal dataran rendah karena pada areal ini masih dapat hidup spesies ular Trimeresurus albolabris.

Karakteristik Responden Umur/usia

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap jenis kelamin yang berbeda yaitu pria dan wanita, diperoleh bahwa umur/usia pemanfaatan tumbuhan obat di sekitar KHDTK Haurbentes antara 30-60 tahun. Pemanfaatan tumbuhan obat dikelompokkan menjadi 4 kelompok umur seperti yang disajikan pada Tabel 2.

(17)

7 Tabel 2 Karakteristik umur responden

Jenis Kelamin Umur Responden

Total 30-40 Tahun 41-50 Tahun 51-60 Tahun >60 Tahun

Pria 4 3 7 5 19

Wanita 3 3 3 2 11

Total 7 6 10 7 30

Paling banyak yang menggunakan tumbuhan obat adalah responden yang berusia 51-60 tahun (10 rsponden). Hal ini disebabkan penggunaan tumbuhan obat lebih banyak pada usia tersebut karena mereka mengerti serta memahami dalam penggunaan tumbuhan obat.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan obat di sekitar KHDTK Haurbentes, yaitu mulai dari SD, SMP dan SMA. Perincian tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan obat pada 2 kampung di sekitar KHDTK Haurbentes disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik pendidikan responden

Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir

Total

SD SMP SMA

Pria 10 3 6 19

Wanita 5 1 5 11

Total 15 4 11 30

Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukan banyaknya masyarakat yang menggunakan tumbuhan obat berlatar belakang pendidikan SD baik pria maupun wanita karena menurut masyarakat, penyembuhan penyakit dengan menggunakan tumbuhan obat lebih efektif daripada penyembuhan penyakit secara medis. Selain itu tidak memerlukan biaya yang mahal dalam memperoleh tumbuhan obat serta pengolahannya.

Pekerjaan/Mata Pencaharian

Penduduk masyarakat KHDTK Haurbentes memiliki empat mata pencaharian yaitu tidak tentu, petani, pedagang, dan swasta. Untuk masyarakat yang bermata pencaharian tidak tentu, masyarakat ini biasanya melakukan pekerjaan sebagai kuli panggul atau menjadi petani jika pasca panen di lahan yang sudah tidak digunakan lagi. Rincian mata pencaharian masyarakat disajikan pada Tabel 4.

(18)

8

Tabel 4 Karakteristik pekerjaan/mata pencaharian responden

Jenis Kelamin Pekerjaan

Total Tidak tentu Petani Pedagang Swasta

Pria 5 8 3 3 19

Wanita 6 0 1 4 11

Total 11 8 4 7 30

Tabel 4 menunjukan bahwa masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes paling banyak bermata pencaharian sebagai petani dan berjenis kelamin pria .

Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat

Berdasarkan hasil wawancara terhadap seluruh responden diketahui 21 spesies tumbuhan dari 15 famili yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes di kampung Haurbentes dan Cikeusal desa Wirajaya sebagai obat alternatif atau obat tradisional. Informasi tentang pemanfaatan spesies tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes dapat dilihat pada Lampiran 2.

Lampiran 2 menunjukan bahwa spesies tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat oleh masyarakat KHDTK Haurbentes terdapat 21 spesies tumbuhan dari 15 famili dan lokasi pengambilan tumbuhan obat bervariasi yaitu pengambilan di sawah, kebun, pekarangan, dan hutan.

Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes paling banyak diperoleh dari pekarangan rumah berjumlah 15 spesies tumbuhan, 6 spesies pengambilan di hutan, 5 spesies di sawah, dan 4 spesies di kebun.

Keanekaragaman tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat KHDTK Haurbentes menurut famili seperti disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat menurut famili

Diagram di atas menunjukan bahwa terdapat 15 famili tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional jumlah spesies terbanyak hanya memiliki 2 spesies yaitu 6 famili diantaranya Amarantaceae, Asteraceae, Piperaceae, Solanaceae, Apiaceae, dan Zingiberaceae sedangkan sisanya hanya 1 spesies yaitu 9 famili diantaranya Acantaceae, Basellaceae, Caricaceae, Euphorbiaceae, Labiatae, Myrtaceae, Oleaceae, Plantaginaceae, dan

1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 0 1 2 3 Ju m lah Famili

(19)

9 Pholypodiaceae. Dari 6 famili yang memiliki 2 spesies tumbuhan, banyak digunakan karena spesies tersebut mudah sangat ditemukan sesuai tempat tumbuhnya, selain itu khasiat dari spesies tumbuhan tersebut sebagai obat sudah banyak diketahui oleh masyarakat.

Keanekaragaman Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitusnya Berdasarkan habitus spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat KHDTK Haurbentes, bila dilihat dari tipe pertumbuhannya dapat digolongkan dalam empat tipe yaitu Perdu, Herba, Epifit dan Pohon. Seperti yang dijelaskan oleh Tjitrosoepomo 1988 dalam Damayanti 1999.

Spesies tumbuhan obat berdasarkan tipe pertumbuhannya disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat menurut tipe pertumbuhan/perawakan

Gambar 3 menjelaskan bahwa tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes berjumlah 21 spesies menurut perawakan diantaranya adalah dari golongan herba sebanyak 11 spesies, golongan perdu sebanyak 7 spesies, golongan pohon sebanyak 2 spesies, dan epifit sebanyak 1 spesies. Tumbuhan herba umumnya memiliki bagian-bagian tumbuhan yang lunak mengandung banyak getah, sehingga kelompok ini banyak dijadikan bahan baku obat-obatan tradisional oleh masyarakat setempat. Pada tumbuhan herba hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan sebagai obat atau sebagai kebutuhan lainnya seperti pangan.

Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan Obat Tradisional Berdasarkan hasil penelitian di KHDTK Haurbentes dijumpai 6 bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional. Pada umumnya bersumber

7 11 1 2 0 2 4 6 8 10 12

Perdu Herba Epifit Pohon

Ju m lah ( sp e si e s) Habitus

(20)

10

dari bagian daun, bunga, rimpang, akar, buah, bahkan seluruh bagian. Bagian tumbuhan obat yang banyak digunakan oleh masyarakat di KHDTK adalah bagian daun diperoleh dari 17 spesies. Hampir semua spesies tumbuhan berkhasiat obat yang diketahui masyarakat, bagian daunnya dapat diolah menjadi bahan obat tradisional yang mereka ramu, karena jenis daun sangat mudah untuk diperoleh. Selain dapat dijadikan sebagai ramuan obat, menurut masyarakat bagian daun dapat dijadikan sebagai pelengkap untuk pangan, karena bagian daun dapat dijadikan sebagai lalapan atau hidangan lainnya. Bagian daun yang dijadikan sebagai hidangan memiliki khasiat untuk menambah protein dan dapat menyembuhkan penyakit yang diderita secara berangsur, karena pengkonsumsian bagian daun yang dapat dimakan dikonsumsi secara terus-menerus/berangsur seperti pada Gambar 4.

Gambar 4 Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional

Cara Penggunaan Tumbuhan Obat Cara Pengolahan

Cara pengolahan dalam penggunaan tumbuhan obat oleh masyarakat KHDTK Haurbentes dilakukan dengan 4 cara yaitu direbus, ditumbuk, diparut, dan dimasak. Pengolahan yang dilakukan paling banyak, dilakukan dengan cara direbus dan ditumbuk, karena umumnya masyarakat meramu tumbuhan obat tersebut dalam bentuk jamu, sedangkan pengolahan yang paling sedikit dilakukan dengan cara dimasak dan diparut. Karena menurut masyarakat pengolahan yang dilakukan dengan cara direbus dan ditumbuk lebih ampuh dalam menyembuhkan penyakit yang dialaminya. Pengolahan tumbuhan obat dapat dilihat pada Gambar 5.

Daun; 56,67%

Bunga; 10%

Seluruh bagian; 16,67%;

(21)

11

Gambar 5 Cara pengolahan tumbuhan Cara Pemakaian

Dalam penggunaan tumbuhan banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat, ada 5 cara dalam penggunaan yang dilakukan oleh masyarakat KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes, yaitu diminum, ditempel, dibalur, dimakan, dan dikumur. Penggunaan dengan cara diminum paling banyak digunakan oleh masyarakat, karena menurut masyarakat selain mudah dalam pengolahannya, reaksi dari tumbuhan obat tersebut pun lebih cepat bereaksi dibandingkan dengan cara lain. Cara pemakaian tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Cara pemakaian tumbuhan obat

10 10 2 4 0 2 4 6 8 10 12

Direbus Ditumbuk Dimasak Diparut

Ju m lah Pengolahan 16 5 8 1 2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Diminum Ditempel Dimakan Dibalur Dikumur

Ju

m

lah

(22)

12

Kelompok Penyakit/Penggunaan Tumbuhan Obat

Jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat sekitar KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes, terutama di Kampung Haurbentes dan Kampung Cikeusal terdapat 15 kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat, diantaranya yaitu sakit kepala dan demam, penyakit otot dan persendian, penawar racun, penyakit saluran pembuangan, penyakit saluran pernafasan/THT, penyakit diabetes, gangguan peredaran darah, penyakit mulut, penyakit khusus wanita, pengobatan luka, penyakit kulit, perawatan kehamilan dan persalinan, tonikum, penyakit gigi, serta penyakit malaria. Jumlah jenis yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kampung Haurbentes dan Kampung Cikeusal adalah untuk mengobati kelompok penyakit otot dan persendian, yaitu sebanyak 5 responden. Masyarakat di kampung sekitar KHDTK Haurbentes pada umumnya bekerja sebagai petani atau bukan petani yang selalu mengangkat beban berat seperti mengangkut kayu bakar, sehingga keluhan penyakit yang sering mereka derita atau dirasakan seperti pegal-pegal dan reumatik. Data selengkapnya mengenai khasiat tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit/penggunaan menurut responden pada kampung Haurbentes dan kampung Cikeusal di KHDTK Haurbentes tersaji pada Gambar 7.

Gambar 7 Diagram jenis penggunaan tumbuhan obat

Dari semua penyakit yang diderita oleh masyarakat KHDTK Haurbentes terutama di Kampung Haurbentes dan Kampung Cikeusal diuraikan menurut tumbuhan obat yang digunakan sebagai obat penawarnya.

Spesies Tumbuhan Obat untuk Mengobati Sakit Kepala dan Demam

Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati sakit kepala dan demam sebanyak 3 spesies yang digunakan oleh masyarakat kampung sekitar KHDTK Haurbentes, yaitu daun katuk (Sauropus adrogynus), gandarusa (Justicia dahona), ki urat (Plantago mayor). Zat yang terkandung dalam tumbuhan ki urat dan gandarusa antara lain kalium, alkaloid, dan indikan (Wakidi 2003). Tumbuhan ki urat dan gandarusa ditampilkan pada Gambar 8.

2 5 1 2 1 1 3 4 2 3 2 1 1 1 1 0 1 2 3 4 5 6 Ju m lah

(23)

13

Gambar 8 tumbuhan obat (a) Ki urat (Plantago mayor), (b) Gandarusa (Justicia dahona)

Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Otot dan Persendian

Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit otot dan persendian sebanyak 8 spesies tumbuhan obat, diantaranya yaitu baluntas (Pluchea indica), cabai (Capsicum frutescens), gandarusa (Justicia dahona), melati (Jasminum sambac), meniran (Phyllantus ninuri), sirih merah (Piper crocatum), sisik naga (Drymoglossum piloselloides). Salah satu gambar tumbuhan obat pada Gambar 9.

Gambar 9 Meniran (Phyllantus ninuri)

Kandungan zat yang terdapat dalam tumbuhan meniran diantaranya filantin, kalium, dan hipofilantin (Wakidi 2003). Zat-zat tersebut yang dapat mengobati suatu penyakit.

Spesies Tumbuhan Obat Sebagai Penawar Racun

Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan sebagai penawar racun oleh masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes hanya 1 spesies saja, yaitu jahe (Zingiber officinale). Karena spesies tumbuhan itu saja yang pernah menyembuhkan orang yang pernah tersengat kalajengking. Oleh sebab itu masyarakat selalu menggunakan jahe sebagai penawar racun. Dalam pengobatannya masyarakat hanya menggunakan rimpang jahe yang telah dipotong, kemudian menempelkannya pada bagian yang digigit/disengat binatang beracun. Kandungan zat yang terdapat pada tumbuhan jahe gingerol, curcuma, zingeron, shogaol, serta minyak astiri (Hernani dan Hayani 2001) Tumbuhan jahe dan rimpangnya ditampikan pada gambar 10.

(24)

14

Gambar 10 Jahe (Zingiber officinale)

Spesies Tumbuhan Obat Untuk Penyakit Saluran Pembuangan

Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati sakit pada saluran pembuangan sebanyak 6 jenis tumbuhan obat. 6 jenis tumbuhan obat tersebut yaitu bayam duri (Amaranthus spinosus), binahong (Anredera cordifolia), jambu biji (Psidium guajava), ki urat (Plantago mayor), meniran (Phylanthus ninuri), sisik naga (Drymoglossum piloselloide). Bagian tumbuhan yang digunakan bisa berupa daun, akar, dan seluruh bagian tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang mengobati penyakit saluran pembuangan seperti pada Gambar 11.

Gambar 11 Jambu Biji (Psidium guajava)

Kandungan zat yang terkandung dalam daun jambu biji antara lain polifenol, karoten, flavonoid, dan tannin (Hapsari 2011).

Spesies Tumbuhan Untuk Mengobati Penyakit Saluran Pernafasan/THT Spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit saluran pernafasan/THT sebanyak 5 spesies tumbuhan obat yaitu bayam duri (Amaranthus spinosus), ciplukan (Physalis angulata), ki urat (Plantago mayor), sisik naga (Drymoglossum piloselloides), tapal kuda (Centella asiatica). Bagian tumbuhan yang digunakan biasanya berupa daun, akar, batang, atau seluruh bagian tumbuhan. Penggunaan tumbuhan-tumbuhan tersebut diolah dengan cara direbus lalu diminum air rebusannya. Tumbuhan ciplukan ditampilkan pada Gambar 12.

(25)

15

.

Gambar 12 Ciplukan (Physalis angulata)

Daun dan akar ciplukan mengandung saponin dan flavonoid, disamping itu daunnya juga mengandung polifenol (Riset dan Teknologi Indonesia 2002). Spesies Tumbuhan Untuk Mengobati Penyakit Diabetes

Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit diabetes hanya 1 spesies saja yaitu sirih merah (Piper crocatum). Bagian yang digunakan hanya daunnya saja. Dalam penggunaanya daun sirih merah direbus kemudian diambil airnya untuk diminum. Pemakaian dianjurkan 1 hari 1 gelas untuk diminum. Sirih merah ditampilkan pada Gambar 13.

Gambar 13 Sirih Merah (Piper Crocatum)

Zat yang terkandung dalam sirih merah antara lain alkali, flavonoid, polivenol, tanin, minyak astiri, dan saponin (Oktaviani 2012).

Spesies Tumbuhan Untuk Mengobati Gangguan Peredaran Darah

Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit gangguan peredaran darah terdapat 5 spesies tumbuhan obat, yaitu bayam duri (Amaranthus spinosus), bayam merah (Althenanthera amoena), jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma domestica), pepaya (Carica papaya). Bagian tumbuhan yang digunakan yaitu daun, rimpang dan buah. Bayam merah ditampilkan pada Gambar 14.

(26)

16

Gambar 14 Bayam Merah (Althenanthera amoena)

Dalam bayam merah terdapat kandungan protein, mineral kalsium, zat besi dan vitamin ( A, B, dan C) (Fajria 2011).

Spesies Tumbuhan Untuk Mengobati Penyakit Mulut

Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit mulut terdapat 4 spesies tumbuhan yaitu cabai (Capsicum frutescens), sirih (Piper betle), sirih merah (Piper crocatum), sisik naga (Drymoglossum piloselloides). Bagian tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan terdiri dari daun, buah, dan seluruh bagian, sisik naga ditampilkan pada Gambar 15.

Gambar 15 Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides)

Kandungan senyawa yang terkandung dalam sisik naga antara lain saponin, polifenol, minyak astiri, triterpen/sterol, fenol, flavonoid, tanin, dan gula (Khastini dan Setiyowati 2013)

Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Khusus Wanita

Jumlah spesies tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit khusus wanita terdapat 4 spesies tumbuhan yaitu sirih (Piper betle), sirih merah (Piper crocatum), sisik naga (Drymoglossum piloselloides). Bagian tumbuhan yang

(27)

17 digunakan dalah bagian daun dan seluruh bagian. Dalam pengolahannya bagian tumbuhan yang digunakan di rebus dan diambil airnya atau digerus kemudian di tempel pada bagian yang terkena penyakit. Sirih ditampilkan pada Gambar 16.

Gambar 16 Sirih (Piper betle)

Zat yang terkandung dalam sirih merah antara lain alkali, flavonoid, polivenol, tanin, minyak astiri, dan saponin (Oktaviani 2012).

Spesies Tumbuhan untuk Pengobatan Luka

Jumlah spesies tumbuhan yang berfungsi dalam pengobatan luka terdapat 5 spesies tumbuhan yaitu bandotan (Ageratum conyzoides), binahong (Anredera Cordifolia), ciplukan (Physalis angulata), daun katuk (Sauropus adrogynus), jawer kotok (Coleus atropurrieus). Bagian tumbuhan yang digunakan pada tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam pengobatan luka digunakan daunnya saja, dengan cara digerus atau ditumbuk yang kemudian di tempelkan pada luka. Salah satu tumbuhan yang berguna dalam pengobatan luka disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17 Bandotan (Ageratum conyzoides)

Kandungan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan bandotan antara lain asam amino, organacid, minyak terbang coumarin, ageratochromene, friedelin, betasitosterol, stigmasterol, dan pottassium chlorida (Setyowati 2010).

Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Kulit

Jumlah tumbuhan yang berguna untuk mengobati penyakit kulit terdapat 7 spesies tumbuhan obat yaitu Bandotan (Ageratum conyzoides), Ciplukan (Physalis angulata), Daun katuk (Sauropus adrogynus), Gandarusa (Justicia dahona), Jawer kotok (Coleus atropurrieus), Ki urat (Plantago mayor). Bagian tumbuhan

(28)

18

yang digunakan adalah daunnya saja. Dalam penggunaannya masyarakat biasanya menggunakan dengan cara digerus kemudian dibalurkan kebagian tubuh yang gatal atau bisa juga di gunakan ketika mandi.

Kandungan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan jawer kontok antara lain alkaloid, etil salisitas, metil eugenol, eugenol, timol, karvakrol, dan mineral. Oleh karenanya, jawer kotok menjadi tanaman obat yang cukup penting karena jawer kotok ini dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit saluran pembuangan, penyakit demam, hingga penyakit datang bulan. (Anonim 2012), salah jawer kotok disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18 Jawer kotok (Coleus atropurrieus) Spesies Tumbuhan untuk Perawatan Kehamilan dan Persalinan

Jumlah spesies tumbuhan yang digunakan untuk perawatan kehamilan dan persalinan terdapat 1 spesies tumbuhan yaitu daun katuk (Sauropus adrogynus). Daun katuk memiliki kandungan kimia yaitu zat protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, serta vitamin A, B1, dan C (Anonim, 2006). Selain itu, Soedibyo (1998) menambahkan bahwa dalam daun katuk juga mengandung senyawa steroid dan polifenol. Bagian tumbuhan yang digunakan hanya daunnya saja. Biasanya masyarakat menggunakannya dengan cara disayur atau direbus yang kemudian daunnya dimakan langsung. Khasiat dari tumbuhan ini untuk melancarkan ASI (Air Susu Ibu) ketika seorang ibu sedang menyusui.

Gambar 19 Daun katuk (Sauropus adrogynus) Spesies Tumbuhan yang Berfungsi Sebagai Tonikum

Jumlah spesies tumbuhan yang digunakan sebagai tonikum (penambah nafsu makan) ada 3, yaitu cabai (Capsicum frutescens), sirih (Piper betle), tapal

(29)

19 kuda (Centella asiatica). Bagian tumbuhan yang digunakan adalah buah dan daun. Dalam penggunaannya biasanya masyarakat memasaknya untuk bagian buah seperti cabai. Sedangkan untuk bagian daun masyarakat biasanya masyarakat merebus atau dimakan langsung. Senyawa yang terkandung dalam cabai antara lain fenol, flavonoid, vitamin (C dan E), beta karoten, dan pigmen karotenid (Yunita 2012). Tumbuhan cabai tersaji pada Gambar 20.

Gambar 20 Cabai (Capsicum frutescens) Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Gigi

Jumlah spesies tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit gigi hanya terdapat 1 spesies, yaitu ciplukan (Physalis angulata). Bagian yang digunakan adalah seluruh bagiannya. Dalam pengolahannya dilakukan dengan cara di rebus seluruh bagiannya, kemudian airnya digunakan untuk kumur-kumur dan diminum.

Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Malaria

Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit malaria, ada 2 spesies, yaitu baluntas (Pluchea indica) dan bayam merah (Althenanthera amoena). Sayuran beluntas memiliki kandungan saponin, flavonoid, polifenol, tanin, asam klorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium, dan fosfor (Anonim, 2005a). Anonim (2005b) menambahkan bahwa daun dan bunga beluntas mengandung alkali yang bertindak sebagai antiseptik. Asam amino (leusin, isoleusin, triptofan, treonin), lemak, besi, vitamin A, dan vitamin C, juga terdapat dalam tanaman ini. Bagian yang digunakan untuk pengobatan yaitu bagian daun dan seluruh bagiannya. Dalam penggunaannya bagian daun dimasak kemudian dimakan untuk bayam merah, sedangkan untuk Baluntas bagian daun direbus kemudian diambil air rebusannya lalu diminum. Baluntas tersaji pada Gambar 21.

(30)

20

Gambar 21 Baluntas (Pluchea indica)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Masyarakat sekitar KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes diketahui memanfaatkan tumbuhan obat sebanyak 21 spesies, diantaranya adalah baluntas, jahe, kunyit, pepaya, daun katuk, sisik naga, ki urat, tapal kuda/antanan, meniran, sirih, sirih merah, jambu biji, ciplukan, bayam duri, bayam merah, bandotan, cabai, melati, gandarusa, binahong, dan jawer kotok.

Masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat tersebut untuk mengobati 15 jenis penyakit diantaranya adalah sakit kepala dan demam, penyakit otot dan persendian, penawar racun, penyakit saluran pembuangan, penyakit saluran pernafasan/THT, penyakit diabetes, gangguan pendarahan, penyakit mulut, penyakit khusus wanita, pengobatan luka, penyakit kulit, perawatan kehamilan dan persalinan, tonikum, penyakit gigi, dan penyakit malaria.

Saran

1. Perlu adanya pengembangan pengetahuan tentang tumbuhan obat tradisional yang lebih luas pada masyarakat di sekitar kawasan KHDTK Haurbentes, terutama di kampung-kampung yang berada di sekitar KHDTK Haurbentes Jasinga, Bogor. Agar pengetahuan tersebut tidak punah atau hilang melalui penyuluhan yang didasari dengan hasil penelitian ini.

2. Memberikan penyuluhan tentang budidaya tumbuhan obat agar dapat berguna bagi masyarakat baik untuk memelihara kesehatan dan mengobati penyakit secara mandiri, serta dapat mendukung ekonomi keluarga.

(31)

21

DAFTAR PUSTAKA

Ajijah N., M. Iskandar. 1995. Menggali budaya orang tua tempo doeloe memanfaatkan tumbuhan obat di pedesaan di Jawa Barat. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani II. Puslitbang Biologi-LIPI, Fakultas Biologi UGM dan Ikatan Pustakawan Indonesia, Yogyakarta I: 61 – 70.

Anonim. 2005a. Beluntas. http://iptek.apjii.or.id/artikel/ttg_tanaman_obat/lipi-pdii/beluntas.htm. [11 September 2014]

Anonim. 2005b. Beluntas. http:// www.asiamaya.com/ jamu/ isi/ beluntas_plucheaindicaless.htm. [11 September 2014].

Anonim. 2006. Katuk. http://www.ningharmanto.com/in-to/katu.htm. [11 September 2014].

Anonim. 2012. Obat Herbal dan Jamu Tradisional untuk Segala Macam Penyakit. http://semuaberkhasiat.blogspot.com/2012_10_01_archive.html. [12 September 2014]

Damayanti EK. 1999. Kajian Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit Penting pada Berbagai Etnis di Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Fajria MA. 2011. Pengukuran zat besi dalam bayam merah dan suplemen penambah darah serta pengaruhnya terhadap peningkatan hemoglobin dan zat besi dalam darah [Skripsi]. Depok (ID): FMIPA. Universitas Indonesia. Hapsari R. 2011. Studi Isolasi dan Penentuan Struktur Molekul Senyawa Kimia

Dalam Fraksi Asam dari Daun Jambu Biji Lokal Daging Buah Merah (Psidium guajava L.) [Skripsi]. Depok (ID): FMIPA. Universitas Indonesia. Hernani, Hayani E. 2001. Identification of chemical components on red ginger

(Zingiber officinale var. Rubrum) by GC-MS. Proc. International Seminar on natural product chemistry and utilization of nature resources UI-Unesco, Jakarta. Hlm: 501.

Khastini RO, Setiyowati V. 2013. Uji aktivitas ekstrak air daun fertil dan steril sisik naga terhadap enteropatogenik E. Coli. Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNTIRTA. Banten. Hlm: 237.

Kenali Riset dan Teknologi Indonesia. 2002. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1-5 Seri RISTEK (CD-ROM Melestarikan Warisan Budaya Bangsa Seri ke-1). Jakarta: Kementrian Riset dan Teknologi.

Oktaviani D. 2012. Uji banding efektifitas ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) dengan zinc pyrithione 1% terhadap pertumbuhan Pityrosporum Ovale pada penderita berketombe [Skripsi]. Semarang (ID): Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro.

Pusprohut (Pusat Produktivitas Hutan). 2012. Laporan Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan (PUSLITBANG) Kehutanan. Hlm: 19-24.

Setyowati FM. 2010. Etnoformotologi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung di Kalimantan Timur. Media Litbang Kesehatan. Puslitbang Biologi-LIPI, Bidang Botani, Bogor XX: 108.

(32)

22

Soedibyo M. 1998. Alam Sumber Kesehatan, Manfaat dan Kegunaan. Balai Pustaka, Jakarta.

Wakidi. 2003. Prospek Tumbuhan Obat Tradisional Untuk Menghancurkan batu Ginjal (Urolitikum). Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran. USU.

Winarto WP. 2007. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal. Jilid 1. Jakarta: Karyasari Herba Media.

Yunita. 2012. Uji antioksidan ekstrak dan fraksi ekstrak daun cabe rawit (Capsicum frutescens L.) dan identifikasi golongan senyawa dari fraksi teraktif [Skripsi]. Depok (ID): FMIPA. Universitas Indonesia.

Zein U. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan Kesehatan. http://www.library.usu.ac.id [ 10 April 2014].

(33)

23 Lampiran 1 Jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat.

Desa

Total Jenis Penyakit/Penggunaan Haurbentes Cikeusal

Sakit Kepala Dan Demam 1 1 2

Penyakit Otot Dan Persendian 3 2 5

Penawar Racun 1 0 1

Penyakit Saluran Pembuangan 1 1 2

Penyakit Saluran Pernafasan/THT 1 0 1

Penyakit Diabetes 1 0 1

Gangguan Peredaran Darah 2 1 3

Penyakit Mulut 2 2 4

Penyakit Khusus Wanita 1 1 2

Pengobatan Luka 1 2 3

Penyakit Kulit 1 1 2

Perawatan Kehamilan Dan Persalinan 0 1 1

Tonikum 0 1 1

Penyakit Gigi 0 1 1

Penyakit Malaria 0 1 1

(34)

24 L ampi ra n 2 T umbuhan o ba t y an g dim anf aa tkan ol eh mas y ar aka t sekit ar K HD TK ( K awa sa n Huta n De n g an Tujuan Khusus) Ha ur be ntes No S pe sies tum buha n /nama lokal Na ma Ilm iah F ami li B ag ian y an g dig una k an L oka si di temuka n 1 B alunt as Pluch ea indi ca Ast era cea e Da un da n a k ar P eka ra n g an 2 Ja he Z ingi be r of fi cinal e Zin gib er aceae R im pa ng Ke bun, pe ka ra n g an 3 Kun y it C urcum a dome sti ca Zin gib er aceae R im pa ng Ke bun, pe ka ra n g an 4 P epa y a C arica papay a Caric aceae Da un da n bua h Ke bun, lada n g 5 Da un Ka tuk Sauropus adrogynus Eu p h o rb iaceae Da un Ke bun,pe ka ra n g an 6 S isi k Na g a Dry moglossum pil oselloi de s Po ly p o d iaceae Da un P eka ra n g an, h utan 7 Ki Ur at Plant ago may or Pla n tagin aceae Da un Huta n, saw ah 8 Ta pa l Kuda /Antana n C entella as iat ica Ap iaceae S eluruh ba g ian P eka ra n g an 9 Menir an Phy llant hus ni n uri Eu p h o rb iaceae Da un Huta n, P eka ra n g an, L ad ang 10 S irih Piper be tl e Pip era cea e Da un P eka ra n g an 11 S irih Mer ah Piper c rocatum Pip era cea e Da un P eka ra n g an 12 Ja mbu B ij i Psidi um guajav a M yrta cea e Da un Ke bun, pe ka ra n g an 13 C ipl uka n Phy sali s angul ata So lan aceae S eluruh ba g ian S awa h, ke bun, hutan 14 B a y am D ur i Amaranthus spi nosus Ama ranth aceae Da un Ke bun, lada n g 15 B a y am M era h Althenanthe ra amoe na Ama ranth aceae Da un Ke bun, sa w ah 16 B andotan Age ratum c ony zoides Ast era cea e Da un Huta n, saw ah 17 C aba i C apsi cum frut esc ens So lan aceae B ua h Ke bun, pe ka ra n g an 18 Mela ti Jasminum sambac Oleaceae B un g a P eka ra n g an 19 Ga nda rus a Justi cia dahona Ac an th ace ae Da un P eka ra n g an, h utan 20 B inahon g Anre de ra co rdif oli a B asellaceae Da un P eka ra n g an, h utan 21 Ja we r kotok C oleus atropur rieus Lab iat ae Da un P eka ra n g an, h utan, ke bu n

(35)

L ampi ra n 3 C ar a mer am u tum buha n oba t dan kha siatn y a No Na ma spe sies Komposi si C ara pe n gg un aa n Kha siat 1 C aba i 5 bua h c ab ai di cuc i ber si h, k emudi an dibl ende r be rs ama 3 bua h wor tel da n 1 bua h tom at, t ambahka n a ir se cukupn y a Dimi num 1 kali s eha ri se be lum maka n Anti di abe tes da n pe n g hi lang ra sa sakit 2 Ja he 1 rimpa ng jah e, g ula me ra h sec ukupn y a dire bus be rsa m aa n de n ga n 3 g el as air sa mpai mendidih Dimi num s ebe lum da n sete lah be ra kti fitas Meng ob ati masuk a n g in da n pe ng h an g at t ubuh 3 Ja mbu bi ji Da un jambu bij i m uda 9 he lai, kun y it 1 ru as jar i, bij i keda wun g (disa n g ra i), a ir 3 ge las Dimi num 2 kali s eha ri se ba n y ak 1 g el as se lama 4 h ari Meng ob ati menc re t 4 Ki ur at Da un ki ura t se cukupn y a, a ir se cukupn y a, ke mudi an diger us ata u di tum buk Diba lurka n pa d a ba g ian y an g sa kit Meng ob ati r eumatik 5 Kun y it R im pa ng kun y it 1 rua s ja ri, da un a sa m 10 he lai , a ir se diki t kemudia n di t umbuk kasa r be rsa ma an Te mpelka n pa d a ba g ian y an g luk a da n diganti s eti ap 3 jam Meng ob ati luka da n kur ap 6 Mela ti Da un mela ti 9 he lai, 1 g engg am bun ga mela ti ke mudi an dit umbuk kasa r Dikompre skan pa d a ba g ia n da hi Meng ob ati sakit kepa la 7 Menir an 5 menir an (be ntuk p erdu/ se luruh ba g ian) dire bus da lam 3 g elas air hingg a te rsisa 1 g el as air . Tun gg u samp ai di ng in, kemudian disar ing Dimi num l ang sung h abis Anti ra da n g da n anti de mam 8 P epa y a Da un pe pa y a muda da n s ega r 1 he la i, asa m se cukupn y a, a ir 2 g elas , dire bus sampa i mendidih Dimi num 2 kali se ha ri, se ti ap ka li mi num 1 g elas Meng ob ati de mam da n mul as 9 B alunt as ± 20 he lai da un dire bus d enga n 2 g elas air, ke mudi an di ambil a ir r ebusan n y a Dimi num s eteng ah ge las, 1 ha ri 2 ka li Meng ob ati pe n y akit mala ria 10 Da un ka tuk Da un ka tuk se cukupn y a dim asa k (ja n g an ter lalu mata n g ) Dimaka n setiap ha ri ke ti ka seda n g men y usui S eba ga i per awa tan k eha mi la n da n pe rsa li na n 25

(36)

L ampi ra n 3 C ar a mer am u tum buha n oba t dan kha siatn y a No Na ma spesie s Komposi si C ara pe n gg un aa n Kha siat 11 S isi k na g a ± 2 g en gga m t an g an de w asa sis ik na g a di re bus, ke mudi an sar in g a irn y a Dimi num 1 har i 3 ka li seba n y ak se tenga h g elas Meng ob ati pe n y akit mul ut 12 Ta pa l kuda /anta na n ± 1 g en gga m t an g an de w asa a ntan an, ke mudi an c uc i be rsih Dimaka n setiap ha ri, da p at di jadika n se ba g ai l alap an Meng ob atai da ra h ti ngg i 13 S irih ±10 he lai da un si rih dire bus de nga n 3 g el as air , ke mudi an ambi l airn y a Dimi num 1 har i 2 kali Meng ob ati pe n y akit wa ni ta 14 S irih m era h ± 20 lembar da un si rih m era h dir ebus, ke mudi an diambil a irn y a Dimi num 2 kali s eha ri Meng ob ati pe n y akit diab etes 15 C ipl uka n 3 tang k ai ciplukan ( se lur uh ba g ia n) dipot ong -poton g , ke mudi an dire bus de nga n 5 g elas air, la lu d iambil a irn y a Dimi num 3 kali s eha ri Meng ob ati pe n y akit salur an pe rna fa sa n/THT 16 B a y am du ri 2 ikat ba y am duri di masa k da unn y a be rsa ma 3 siun g ba wa n g mer ah Dimaka n da un be se rta a ir r ebusan n y a se ti ap ha ri Meng ob ati pe n y akit salur an pe mbuan g an 17 B a y am mer ah 2 ikat ba y am duri di masa k da unn y a be rsa ma 3 siun g ba wa n g mer ah Dimaka n da un be se rta a ir r ebusan n y a se ti ap ha ri Meng ob ati ga n gg ua n pe re da ra n da ra h 18 B andotan ± 15 he lai da un (te rga ntu ng ukur an luka) diger us/di tum buk, tamba hka n ka pur sir ih Te mpelka n pa d a ba g ian t ubuh y an g ter luka P eng oba ta n luka 19 Ga nda rus a ± 15 he lai da un g anda rus a di t umbuk ka sa r Te mpelka n pa d a ba g ian da hi unt uk meng ompr es Meng ob ati sakit kepa la d an de mam 20 B inahon g ± 15 he lai da un (te rga ntu ng ukur an luka) diger us/di tum buk, tamba hka n ka pur sir ih Te mpelka n pa d a ba g ian t ubuh y an g ter luka P eng oba ta n luka 21 Ja we r kotok 2 g en gga m (ta n g an o ra n g de wa sa ) da un dit umbuk halus B alurk an pa da b ag ian tu buh y an g ter ke na p en y akit Meng ob ati pe n y akit kuli t 26 26

(37)

27

Lampiran 4 Jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat

kampung Haurbentes dan kampung Cikeusal

Jenis tumbuhan yang digunakan

No Kampung Haurbentes Kampung Cikeusal

1 Baluntas Jahe

2 Jahe Kunyit

3 Kunyit Pepaya

4 Pepaya Gandarusa

5 Daun Katuk Jawer Kotok

6 Sisik Naga Ciplukan

7 Ki Urat Daun Katuk

8 Tapal Bayam Duri

9 Antanan Bayam Merah

10 Sirih Bandotan

11 Sirih Merah Sirih

12 Jambu Biji Cabai

13 Ciplukan 14 Cabai 15 Melati 16 Binahong

(38)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, 9 Maret 1990 dari pasangan Bapak H. Marimin Al Sukidjo dan Ibu Sumarsih. Pendidikan formal yang telah ditempuh yaitu TK Semboja Sari Kotamadya Bogor (1995-1996), SD Negeri Empang 2 Bogor (1996-2002). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan formal di SMP PGRI 5 Bogor (2002-2005) dan SMA PGRI 1 Bogor (2005-2008). Pada tahun 2008, Penulis lulus seleksi masuk ke perguruan tinggi negeri yaitu Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota biro kekeluargaan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) IPB, serta menjadi anggota FOKA (Fotografi Konservasi) HIMAKOVA (2009-2010). Selain itu, mahasiswa juga aktif di berbagai kepanitiaan baik yang bersifat internal kampus maupun eksternal kampus.

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kehutanan, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Kampung Sekitar Kawasan KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor.

Gambar

Gambar 1 Peta KHDTK Haurbentes
Tabel 1  Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Tabel 3 Karakteristik pendidikan responden
Gambar  3  Keanekaragaman  spesies  tumbuhan  obat  menurut  tipe  pertumbuhan/perawakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai spesies tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Mbaham Mata di Kampung Werabuan

Kemudian untuk pemanfaatan jenis tumbuhan yang berkhasiat obat, diketahui dengan melakukan wawancara semi terstruktur terhadap 20 orang responden yang dipilih

Berdasarkan hasil dilapangan ditemukan 33 jenis tumbuhan obat, yang dimanfaatkan sebanyak 21 spesies (87,87%), digunakan secara tunggal sebanyak 30 spesies (90,90%), bagian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi jenis tumbuhan pada hutan kerangas di KHDTK Kebun Raya Sampit, kemudian menganalisis dan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diketahui terdapat 92 jenis dan 45 famili tumbuhan yang biasa dimanfaatkan sebagai sumber pangan oleh masyarakat sekitar Hutan

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai spesies tumbuhan pangan dan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Mbaham Mata di Kampung Werabuan

Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan Pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan sebagai motif pada ecoprint mencakup 50 spesies tumbuhan dari 24 famili, tetapi tidak semua bagian tumbuhan pada

Kuisioner Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Hutan Diklat Tabo-Tabo Desa Tabo-Tabo, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep