• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat, kedudukan, dan Strategi Perumusan Masalah Penelitian. E. Sulyati, Dra., M.Pd. Dosen STMIK Sumedang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hakikat, kedudukan, dan Strategi Perumusan Masalah Penelitian. E. Sulyati, Dra., M.Pd. Dosen STMIK Sumedang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hakikat, kedudukan, dan Strategi Perumusan Masalah Penelitian E. Sulyati, Dra., M.Pd.

Dosen STMIK Sumedang

Abstrak

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang kini telah banyak dirasakan dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan tidak terlepas dari jasa para peneliti yang mencari dan mengembangkan inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kunci kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tiada lain adalah adalah adanya penelitian ilmiah di bidang itu.

Dalam tahapan pelaksanaanya, pencarian, identifikasi, perumusan dan pembatasan masalah merupakan pangkal dan rujukan segala bentuk dan macam tindakan penelitian. Fokus pembahasan diarahkan pada masalah penelitian. Tiga topik utama masalah penelitian yang dibahas adalah 1) hakikat dan jenis-jenis masalah; 2) kedudukan masalah dalam penelitian pendidikan; serta 3) kriteria dan strategi menemukan dan memilih masalah.

Bagian pertama menekankan pada makna atau pengertian dasar masalah penelitian dengan jenis-jenisnya. Bagian kedua menekankan kedudukan dan fungsi masalah dalam konteks utuh sebuah penelitian. Sedangkan bagian ketiga diarahkan pada bagaimana menemukan dan merumuskan masalah penelitian secara praktis dengan berdasarkan pada strategi dan kriteria tertentu.

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah meningkatkan derajat hidup manusia. Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, kebutuhan hidup manusia yang dulu sulit dipenuhi kini menjadi relatif mudah. Itu semua tidak terlepas dari jasa para peneliti yang mencari dan mengembangkan inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kunci kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tiada lain adalah adalah adanya penelitian ilmiah di bidang itu.

Dalam proses penelitian ada beberapa tahap yang mesti dilalui, dimulai dari penemuan masalah, pencarian hipotesis, pengujian hipotesis dengan kerangka logika dan bandingan temuan empiris, sampai ke tahap penyimpulan dan aplikasinya. Dalam proses penelitian tersebut, pencarian, identifikasi, perumusan dan pembatasan masalah merupakan pangkal dari penelitian. Dari masalah-lah penelitian itu muncul. Masalah penelitian juga merupakan rujukan yang dijadikan patokan segala bentuk dan macam tindakan penelitian. Dengan demikian kejelasan masalah dalam penelitian menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi agar penelitian itu bisa berlangsung dengan efektif dan efesien.

1.2 Rumusan dan Batasan Makalah

Berdasarkan pemikiran di atas, fokus pembahasan makalah ini diarahkan pada masalah penelitian. Ada tiga topik utama masalah penelitian yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu : 1) hakikat dan jenis-jenis masalah; 2) kedudukan masalah dalam penelitian; serta 3) kriteria dan strategi menemukan dan memilih masalah.

Bagian pertama menekankan pada makna atau pengertian dasar masalah penelitian dengan jenis-jenisnya. Bagian kedua menekankan kedudukan dan fungsi masalah dalam konteks utuh sebuah penelitian. Sedangkan bagian ketiga diarahkan pada bagaimana menemukan dan merumuskan masalah penelitian secara praktis dengan berdasarkan pada strategi dan kriteria tertentu.

(2)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah

Sesuai dengan rumusan masalah, tulisan ini ditujukan untuk mendapat kejelasan tentang pengertian, hakikat masalah, dan jenis-jenis masalah; kedudukannya dalam penelitain pendidikan; dan bagaimana strategi menemukan dan merumuskan masalah.

Tulisan ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan bagi penulis dan pembaca pada umumnya dalam meningkatkan pemahaman akan masalah penelitian, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kemampuan meneliti.

2. Hakikat dan Jenis-Jenis Masalah Penelitian

2.1 Hakikat Masalah Penelitian

Para ahli tampaknya sepakat bahwa masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam penelitian. Seperti dikatakan oleh Nasution, ‘Masalah adalah jiwa penelitian, tanpa masalah tak ada penelitian’ (Nasution,1991: 22). Tetapi, Apa sesunggguhnya yang dimaksud Masalah Penelitian? Mari kita lacak makna masalah penelitian ini dari tinjauan leksikal, teoretikal, maupun filosofis.

Makna leksikal masalah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang harus diselesaikan dan dipecahkan ( KBBI,1992 : 562). Di sisi lain, Siswojo melihat bahwa masalah penelitian adalah pernyataan mengenai hubungan yang terdapat pada seperangkat peristiwa (variabel-variabel) dalam suatu bidang ilmu (Siswojo, 1987:40). Lebih gamblang Lagi, Fraenkel (1993:23) menyatakan bahwa masalah penelitian tidak lain dari apa yang ingin diteliti, “ a problem that someone would like to research”.

Dari tinjauan yang lebih filosofis, Suryadibrata (1983:60) menjelaskan bahwa munculnya masalah itu karena ada kesenjangan (gap) antara das sollen dan das sein; ada perbedaan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan. Yang jadi masalah bisa apa saja seperti sesuatu yang tidak memuaskan, berbagai macam kesulitan, urusan yang ingin diubah, segala sesuatu yang berjalan tidak sesuai dengan keinginan, dan sebagainya.

Pendapat tersebut didukung pula oleh Nawawi (1993:42) bahwa kemunculan masalah terjadi karena tidak terdapatnya keseimbangan antara sesuatu yang diharapkan (das sollen) berdasarkan teori-teori atau hukum-hukum yamg menjadi tolok ukur dengan kenyataan (das sein) sehingga menimbulkan pertanyaan mengapa demikian atau apa sebabnya demikian. Di samping itu masalah dapat pula muncul karena keragu-raguan tentang keadaan sesuatu , sehingga ingin diketahui keadaannya secara mendalam dan obyektif.”

Pertanyaan mengapa demikian dan apa sebabnya seperti yang diungkapkan Nawawi merupakan stimulus yang merangsang munculnya motivasi meneliti. Keingintahuan inilah yang menjadi jiwa, nafas, dan motivasi mendasar dalam penelitian (Nasution, 1991:22). Perolehan informasi akurat yang didapat dari penelitian merupakan prasyarat logis upaya mengubah keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan menjadi keadaan yang sesuai dengan harapan. Setiap manusia umumnya selalu berusaha mencapai apa yang ia inginkan dengan berupaya menghilangkan masalah atau kesenjangan itu.

Harapan atau apa yang diinginkan itu bukan hanya ‘harapan’ menurut pengertian umum saja (yang bermakna sesuatu yang menyenangkan/yang menguntungkan) tetapi bermakna pula harapan dalam pengertian konsep, variabel, fakta, teori atau hukum. Sebagai contoh, jika ada kenyataan yang menunjukkan bahwa rumput berwarna kuning di musim kemarau, itu bukan masalah, karena keadaan ‘rumput berwarna kuning’ sesuai dengan ‘harapan’ keadaan di musim kemarau. Tetapi jika ‘rumput itu berwarna kuning di musim hujan’ di sini ada kesenjangan antara warna rumput yang kuning dengan ‘harapan’ yang terkandung dalam hukum konsep ‘musim hujan’. Menurut hukum alam, musim hujan akan mengakibatkan warna rumput menjadi hijau.

(3)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, kita bisa menyimpulan bahwa pada hakikatnya masalah adalah keadaan yang muncul ketika ada kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada dalam kenyataan. Kesenjangan itulah yang menjadi inti masalah. Masalah bisa bersifat konseptual-teoretis, maupun yang bersifat praktis yaitu masalah-masalah yang ditemui dalam kegiatan manusia sehari-hari.

2.2 Jenis-Jenis Masalah Penelitian

Berdasarkan tingkat eksplanasinya, masalah penelitian bisa diklasifikasikan ke dalam tiga jenis bentuk masalah penelitian yaitu deskriptif, komparasi, dan asosiasi (Sugiyono, 1994:36-39, Arikunto (1993: 28-31).

2.2.1 Permasalahan Deskriptif

Permasalahn deskrptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan dan menghubungkan antar variabel.

Contoh dalam bentuk rumusan masalah penelitian:

1) Bagaimana sikap masyarakat Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang terhadap KB Mandiri ?

2) Berapa tingkat produktivitas karyawan PT. Samudra ?

2.2.2 Permasalahan Komparatif

Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan suatu variabel pada dua sampel atau lebih.

Contoh dalam bentuk rumusan masalah penelitian:

1) Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai negri dengan pegawai swasta ? 2) Adakah kesamaan interaksi kerja antara karyawan di perusahaan A dengan B ?

3) Mana yang lebih tinggi prestasi kerja antara pegawai negri dengan pegawai swasta?

2.2.3 Permasalahan Asosiatif

Permasalahan ini menghubungkan dua variabel atau lebih baik berupa hubungan simetris, kausal, maupun interaktif.

1) hubungan simetris / korelasi sejajar

Hubungan simetris atau korelasi sejajar adalah suatu hubungan antara dua variabel yang kedudukannya sejajar, tidak ada hubungan kausal.

Contoh dalam bentuk rumusan masalah :

a) Adakah hubungan antara banyaknya bunyi burung dengan tamu yang datang b) Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat manisnya

buah ?

2) hubungan kausal

Hubungan kausal adalah hubyungan yang menunjukkan sebab akibat. Dengan demikian ada variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).

Contoh dalam rumusan masalah :

a) Adakah pengaruh kenaikan gaji terhadap kinerja pejabat tinggi di Indonesia ? b) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin pegawai ?

3) hubungan interaktif

Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling memepengaruhi. Dalam jenis ini tidak diketahui mana varibel bebas dan mana variabel terikat.

(4)

Contoh dalam rumusan masalah :

a) Hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa SMU . b) Hubungan antara kepandaian dengan kekayaan

2.3 Kedudukan Masalah dalam Penelitian

Satu hal yang harus disadari bahwa pada kenyataannya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor-faktor lain. Siswojo mengatakan bahwa masalah penelitian adalah pernyataan mengenai hubungan yang terdapat pada seperangkat peristiwa (variabel-variabel) dalam suatu bidang ilmu (Siswojo, 1987:40). Selalu ada konteks yang menjadi latar suatu masalah, apakah itu latar belakang ekonomi, politik, sosial, budaya, atau faktor-faktor lain. Secara oprasional, suatu gejala baru dikatakan masalah bila gejala itu terdapat dalam suatu situasi tertentu. Dengan demikian untuk mengidentifikasi apakah sesuatu itu masalah atau bukan mesti dilihat dari konteks lengkapnya (Suriasumantri: 90:309).

Kedudukan masalah dalam penelitian pendidikan sebagai salah satu contoh. Suatu keadaan baru dinilai sebagai masalah dalam pendidikan atau bukan jika keadaan itu ditempatkan dalam suatu konteks pendidikan yang jelas. Dalam konteks pendidikan, penelitian bisa diartikan sebagai upaya mencari jawaban atas masalah-masalah yang ada dalam ruang lingkup pendidikan. Masalah dalam lingkup pendidikan bisa bersumber dari sisi siswa, guru, kurikulum, penyelenggara, kegiatan/proses belajar mengajar, lingungan, sarana dan prasarana, hasil pendidikan, atau kaitan antar unsur-unsur tadi. Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan dasar upaya memperbaiki dan meningkatkan pendidikan agar bisa sampai pada bentuk pendidikan yang diharapkan.

Sebagai contoh, rata-rata nilai EBTANAS 5,4 misalnya, baru dinilai sebagai masalah jika kenyataan itu dikaitkan dengan target sebelumnya yang lebih besar dari angka itu. Jumlah siswa 48 orang dalam satu kelas baru dinilai masalah jika ternyata jumlah itu menyulitkan terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif.

Kalau kita cermati buku-buku tentang penelitian, tampak ada kesamaan pendapat para ahli dalam memandang kedudukan masalah dalam penelitian, maupun dalam konteks yang lebih khusus seperti halnya dalam penelitian pendidikan. Dalam urutan proses penelitian yang dikemukakan Jack R. Fraenkel (1990:16) Jujun Suriasumantri (1990:342), Suharsimi Arikunto (1996:24), Sugiyono (1994: 33-36), maupun Ruseffendi (1998:12-15), masalah ditempatkan sebagai dasar dan awal penelitian. Konsekuensinya, segala bentuk dan jenis kegiatan dalam proses penelitian harus selalu mengacu pada masalah penelitian dan upaya pemecahannya. Bagaimana kedudukan masalah dalam suatu penelitian dapat dilihat dalam skema berikut

(5)

Berdasarkan skema di atas, masalah ditempatkan sebagai awal dari suatu penelitian. Masalah itu akan ditindaklanjuti dengan kegiatan pencarian jawaban. Dalam pola pikir logis dan alamiah, langkah kedua setelah pemahaman akan masalah adalah pencarian jawaban, yaitu dengan mencari pada teori/konsep atau temuan terdahulu yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Jawaban yang didapat dari penalaran deduktif atau yang berdasarkan pada teori dan temuan terdahulu itu merupakan jawaban sementara. Dalam penelitian jawaban sementara itu lazim disebut hipotesis. Penelitian tentu tidak berakhir di sini, karena jawaban yang diperoleh barulah jawaban sementara yang akar masalahnya belum tentu identik dengan masalah yang dihadapi, karena itu perlu pembuktian secara empiris.

Langkah pembuktian empiris dimulai dengan langkah ketiga yaitu identifikasi kembali masalah. Masalah yang diteliti diurai sehingga terdiri dari masalah-masalah yang spesifik yang secara oprasional memungkinkan dicari jawabannya. Jika dalam masalah terdapat faktor-faktor penyebab, atau terdapat variabel-variabel berkaitan dengan masalah, maka faktor-faktor dan variabel-varibel itu perlu dirumuskan dan diposisikan dalam konteks masalahnya. Variabel-variabel tersebut harus diidetifikasi menjadi sub-subvariabel yang terukur. Oleh kerana itu kemampuan merumuskan variabel merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki peneliti.

Gambaran masalah di atas dijadikan dasar langkah keempat yaitu memikirkan bagaimana masalah itu dipandang (dalam penelitian disebut pendekatan), bagaimana strategi mencari jawabannya berdasarkan cara pandang tadi ( dalam penelitian disebut metode dan teknik), dan alat apa saja yang diperlukan dalam mencari jawaban (dalam penelitian disebut instrumen penelitian). Gambaran masalah dan bagaimana menjawabnya inilah yang disebut dengan desain penelitian, kerangka penelitian, atau ada juga yang menggunakan istilah yang sebenarnya terlalu luas : paradigma penelitian.

Langkah kelima adalah pengumpulan data berdasarkan pendekatan, metode, dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah ditentukan dalam langkah keempat. Langkah keenam adalah pengolahan dan analisis data. Bentuk pengolahan data dimulai dari klasifikasi data, tabulasi data sesuai dengan desain penelitian, sampai penghitungan statistik (jika penelitiannya kuantitatif). Kumpulan data yang telah diolah

Problem Hipotesis Identifikasi Masalah Pengumpulan Data Instrumen Penelitian Kesimpulan Teori / Konsep Temuan Terdahulu Analisis Data Diskusi/ Pembahasan Desain Penelit iann

Skema Proses Penelitian ,

diadaptasi dari Skema Proses Penelitian Kuantitatif Tuckman, (Sugiyono, 1994:14)

(6)

sedemikian rupa dianalisis sehingga bisa didapat kesimpulan yang bisa menjawab pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan pada awal proses penelitian. Dalam proses ini ada upaya pengaitan antara hasil analisis dengan rumusan masalah. Dalam penelitian, upaya pengaitan hasil analisis data dengan rumusan masalah penelitian, dan jika perlu dengan teori dan temuan-temuan terdahulu, disebut dengan diskusi/pembahasan hasil penelitian. Hasil akhir proses penelitian ini adalah kesimpulan yang merupakan jawaban atas masalah penelitian.

2.4 Cara Menemukan dan Merumuskan Masalah Penelitian

2.4.1 Sumber dan Cara Menemukan Masalah Penelitian

Bagaimana cara menemukan dan merumuskan masalah penelitian bagi orang yang belum berpengalaman bukanlah sesuatu yang mudah. Oleh karena itu perlu kiat-kiat tertentu dalam mencari, menemukan, dan merumuskan masalah. Menurut Suharsimi Arikunto (1996:25), sumber masalah dapat diperoleh dari berbagai macam arah: dari kehidupan sehari-hari, dari membaca buku, dapat diberi dari orang lain. Akan tetapi menurutnya yang paling baik adalah datang dari dirinya sendiri sehingga ada dorongan kebutuhan untuk memperoleh jawaban. Dengan demikian, penelitian akan berjalan dengan sebaik-baiknya.

Dalam kerangka pikir dalam dunia manajemen, Sugiyono (1994:35) menambahkan bahwa sumber masalah bisa diambil dari 1) adanya penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan; 2) penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan; 3) dari pengaduan; dan 4) dari kondisi yang muncul karena adanya kompetisi.

Masalah penelitian bisa juga diambil dari sumber lain yaitu: 1) bacaan terutama bacaan yang berisi laporan penelitian; 2) seminar, diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah; 3) pernyataan pemegang otoritas; 4) pengamatan sepintas; 5) pengalaman pribadi; dan kadang kala 6) perasaan intuitif (Suryabrata,(1983:61)

Mengapa demikian ? Alasanya adalah karena bacaan terutama bacaan yang berisi laporan penelitian biasanya mencantumkan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah mudah dapat dijadikan sumber masalah penelitian karena umumnya pertemuan-pertemuan tersebut membantu peserta bisa melihat, menganalisis, dan menyimpulkan permasalahan secara profesional. Dengan demikian, mudah muncul persoalan-persoalan yang memerlukan penelitian-penelitian. Demikian pula peryataan pemegang otoritas baik pemerintahan maupun bidang ilmu tertentu banyak memunculkan permasalahan yang memerlukan penelitian.

Pengamatan sepintas dapat menjadi sumber masalah penelitian. Masalah itu kadang-kadang muncul setelah seseorang melihat hal-hal tertentu di lapangan yamg menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang akhirnya menjadi suatu masalah penelitian walaupun sebelumnya dia tidak sengaja mencari masalah penelitian.

Pengalaman pribadi dapat dijadikan sumber masalah penelitian terutama penelitian yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial. Pengalaman ini dapat berkaitan dengan kehidupan pribadi maupun kehidupan profesional. Selain itu perasaan intuitif pun bisa dijadikan masalah. Intuisi dapat muncul setelah seseorang bangun tidur atau istirahat. Hal ini akibat terjadinya pengendapan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti itu kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan atau masalah.

Dalam bidang pendidikan, penelitian bisa diambil dari komponen-komponen yang tercakup dalam pendidikan. Permasalah bisa diambil dari sisi siswa (misalnya latar belakang kognitif, sosial ekonomi, latarbelakang budaya dan afektif ); dari proses atau kegiatan belajar mengajar (pendekatan, metode, teknik); dari sisi guru (latar belakang pendidikan, sosial ekonomi, minat, kinerja dll.); dari sisi lingkungan (masyarakat, lingkungan alam, pemerintah, kondisi, suasana); dari sisi kurikulum (sistem penyajian,

(7)

administrasi, dan evaluasi); dari sisi hasil (baik kognitif, afektif, maupun psikomotor); maupun hubungan antar komponen-komponen tersebut.

Meskipun masalah penelitian bisa diambil dari begitu banyak sumber, masalah tidak akan dapat diperoleh tanpa kepekaan peneliti dalam mengidentifikasi masalah. Suatu kondisi bisa saja bukan masalah bagi orang awam yang tidak terlalu peduli dengan kondisi itu, tetapi bagi peneliti yang punya kepekaan yang tinggi, kondisi itu bisa menjadi masalah yang bernilai strategis untuk diteliti. Dengan demikian, untuk memperoleh masalah yang berkualitas dalam penelitian, perlu dilatih kepekaan dan kepedulian yang tinggi terhadap sumber-sumber masalah penelitian di atas. Kepekaan itu bisa di dapat jika ada upaya pendalaman dan pengkhususan (immersion dan guided entry) terhadap bidang masalah yang diteliti (Rakhmat,1984:23)

2.4.2 Kriteria dan Cara Merumuskan Masalah Penelitian 2.4.2.1 Kriteria Masalah Penelitian

Penelitian yang baik adalah penelitian yang memenuhi lima ciri utama yaitu menarik minat peneliti, bisa dikerjakan (feasibel), jelas (clear), berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia (significant), dan tidak menimbulkan kerusakan bagi alam, lingkungan,dan manusia (ethical) (Fraenkel,1993:24; Suharsimi,1996:26; Suryabrata, 1983:63-64; Koentjaraningrat, 1990:15; dan Nawawi,1993: 42 – 43).

Masalah penelitian harus menarik karena akan berdampak pada motivasi si peneliti. Masalah yang menarik akan merangsang peneliti lelakukan penelitian sebaik mungkin, segala daya upaya akan ia lakukan untuk memecahkan masalah tersebut.

Masalah penelitian mesti feasible karena berkaitan dengan mungkin tidaknya penelitian itu dilakukan. Aspek efesiensi merupakan salah satu dasar kriteria ini. Suharsimi Arikunto memberikan pertimbangan mungkin tidaknya sebuah masalah diteliti dari sisi si peneliti dan dari sisi faktor pendukung sebagai berikut :

ditinjau dari diri peneliti :

1) peneliti mesti mempunyai kemampuan untuk meneliti masalah itu, artinya menguasai materi yang melatarbelakangi masalah dan menguasai metode untu memecahkannya. 2) Peneliti mempunyai waktu yang cukup sehingga tidak melakukannya asal selesai. 3) Peneliti mempunyai tenaga untuk melaksanakannya.

4) Peneliti mempunyai dana yang mencukupi. Dari sisi tersedianya factor pendukung:

1) tersedia dana sehingga pertanyaan penelitian dapat dijawab. 2) Ada izin dari yang berwenang.

Sebuah masalah penelitian juga mesti jelas (clear) karena masalah penelitian tidak hanya harus dipahami oleh si peneliti saja, tetapi juga oleh masyarakat banyak. Nawawi menambahkan agar sebelum melaksanakan penelitian, seorang peneliti melakukan studi literatur. Apabila dari studi literatur ternyata masalah yang akan diteliti sudah dilakukan orang lain dengan gamblang, maka sebaiknya dipertimbangkan lagi agar penelitiannya tidak sia-sia. Hal lain yang harus dilakukan adalah berusaha mendiskusikan masalah yang akan ditelitinya dengan teman sejawat atau berkonsultasi/meminta pendapat seseorang atau beberapa orang yang dianggap ahli di dalam bidang yang akan ditelitinya. Hal ini untuk menghindari pengulangan penelitian yang telah dilakukan peneliti lain. (1993: 42 – 43). Dari sisi kejelasan masalah, pendefinisian inti masalah perlu dilakukan dari berbagai sisi, antara lain memperhatikan definisi dari kamus, kesepakatan umum, jika perlu disertai dengan contoh yang konkret. Penjelasan inti masalah dalam suatu penelitian yang baik umumnya diungkapkan dengan definisi oprasional.

(8)

Kriteria lain yang tidak kalah pentingnya adalah significant. Kriteria ini mengacu pada keharusan bahwa sebuah penelitian mesti berkontribusi terhadap pengetahuan penting bagi manusia. Penelitian idealnya menjawab pertanyaan yang memajukan pengetahuan dalam bidang yang diteliti, juga secara praktis penelitian itu meningkatkan kualitas kehidupan manusia.

Kriteria selainnjutnya adalah etis (Ethical). Masalah penelitian mesti etis, pantas, layak dan beradab untuk diteliti. Intinya, penelitian itu tidak menyebabkan kerusakan bagi manusia, alam, dan sosial.

2.3.2.2 Cara Merumuskan Masalah

Rumusan masalah yang baik adalah rumusan masalah yang memenuhi kriteria-kriteria di atas, yaitu menarik, bisa dilaksanakan, jelas, bermanfaat, dan etis. Untuk keperluan praktis pelaksanaan penelitian, ada dua pola perumusan praktis masalah penelitian. Pola pertama merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian dan pola yang lain masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono, 1994:36). Berikut ini contoh masalah penelitian yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan

a. Bagaimanakah sikap masyarakat Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang terhadap KB mandiri ?

b. Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai negri dan pegawai swasta ? c. Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan manisnya buah? d. Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor terhadap semangat kerja pegawai ?

Jika dirumuskan dengan bentuk kalimat pernyataan, rumusan masalah di atas akan menjadi kalimat berikut :

a. Sikap masyarakat Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang terhadap KB mandiri.

b. Perbedaan produktivitas kerja antara pegawai negri dengan pegawai swasta. c. Hubungan antara banyaknya semut dengan manisnya buah.

d. Pengaruh tata ruang kantor terhadap semangat kerja pegawai.

3. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap beberapa literatur pada bab dua diatas, penulis mendapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Masalah adalah keadaan yang berupa kesenjangan (gap) antara kenyataan dan harapan. Kesenjangan itu bisa bersifat konsptual-teoretis maupun bersifat praktis. 2. Karena masalah dalam kenyataannya berada dalam suatu konteks yang utuh, maka

bentuk masalah bisa satu varibel, beberapa variabel, bahkan bisa merupakan perbandingan atau hubungan antar variabel.

3. Kedudukan masalah dalam suatu penelitian sangat penting. Masalah merupakan pangkal dan acuan utama segala bentuk upaya yang dilakukan dalam penelitian, pada hakikatnya sebuah penelitian dilaksanakan untuk mendapat kebenaran (truth) dengan memecahkan masalah.

4. Sumber masalah penelitian banyak sekali. Masalah bisa dimbil dari dari kehidupan sehari-hari; dari membaca buku; dari saran orang lain; dari adanya penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan; dari penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan; dari pengaduan; dari kondisi yang muncul karena adanya kompetisi; dari berisi laporan penelitian, seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah lain ; dari pernyataan pemegang otoritas; pengamatan sepintas; pengalaman pribadi; atau kadang kala dari perasaan intuitif. Meskipun demikian, masalah

(9)

penelitian baru bisa diperoleh jika ada kepedulian dan kepekaan peneliti dalam menemukan masalah.

5. Pemilihan masalah dalam penelitian idealnya memenuhi kriteria menarik, bisa diteliti, jelas, bermanfaat, dan etis.

6. Dalam merumuskan masalah, dikenal ada dua cara perumusan. Perumusan pertama menggunakan bentuk pernyataan. Perumusan masalah kedua menggunakan bentuk pertanyaan.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta

Black, A. James dan Dean J. Champion.1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: PT Erosco

Fraenkel, Jack R. dan Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education. New York: Mc Graw-Hill Inc. (hal. 23-30)

Furqon. 2000. Metodologi Penelitian (makalah). Bandung: Depdiknas Kanwil Jabar

Kuntjoroningrat.1991. Metodologi Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Mala, Manase. 1986. Metode Penelitian Sosial. Kurnia Jakarta – Universitas terbuka. Namawi, H. Hadori.1993. Metodologi penelitian Bidang Sosial. Yogjakarta: Gajah Mada

University Press

Nasution. 1991. Metode Research. Jemmars : Bandung.

Pusat Bahasa. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Balai Pustaka

Rakhmat, Jalaludin. 1995. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya Ruseffendi, H.E.T. 1998. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta

Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press.

Siswojo. 1987. Penelitian Sosial IV. Deparkbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta.

Subino. 1982. Bimbingan Skripsi. Bandung: STBA Yapari Bandung Sugyono. 1994. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Suriasumantri,Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu (Sebuah Pengantar Populer). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers

RIWAYAT PENULIS

E. Sulyati, lahir di Sumedang, 8 Desember 1969. Lulus S1 tahun 1992 dan S2 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data pengaruh yang positif dan signifikan secara parsial dari variabel kompetensi terhadap kinerja karyawan dengan nilai koefisien regresi sebesar

Satuan geologi teknik penyusun daerah ini terdiri dari perselingan batupasir- batulempung dengan kekuatan batuan sedang untuk dijadikan sebagai dasar fondasi dan relatif

Pada Gambar 4.34 diatas menunjukkan bahwa responden ada yang memilih langsung mengadaptasi solusi yang ada diruang pamer tersebut tetapi ada juga yang menginginkan kostumisasi

Koefisien regresi atau pengaruh langsung BOPO terhadap laba perusa- haan perbankan sebesar -0,383 dan pengaruh tidak langsung BOPO terhadap laba melalui volume

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara simultan dan secara parsial stimuli pemasaran terdiri dari (produk, harga, tempat) dan

Pengetahuan masyarakat tentang program UED-SP tersebut juga diikuti dengan pengetahuan mereka tentang proses penentuan kelompok sasaran yang akan di- jadikan calon penerima

Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju cerebellum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan thalamus. visual memegang