• Tidak ada hasil yang ditemukan

BETTY SULISTYANINGTYAS NIM P.09070

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BETTY SULISTYANINGTYAS NIM P.09070"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

1



STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.SDENGAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG

MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

BETTY SULISTYANINGTYAS

NIM P.09070

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

(2)

i



MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.SDENGAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG

MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

BETTY SULISTYANINGTYAS

NIM P.09070

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

(3)

ii



SURAT PERYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Betty Sulistyaningtyas NIM : P. 09070

Program studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.S DENGAN RESIKO PERILAKU

KEKERASAN DI RUANG MAESPATI

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

SURAKARTA.

Dengan ini saya menyatakan, dengan sesungguhnya bahwa KTI ini saya susun tanpa ada tindak plagiatorisme yang berlaku di Prodi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta.

Apabila dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiatorisme, sepenuhnya saya menerima sangsi yang di jatuhkan oleh pendidikan kepada saya. Demikian surat ini saya buat agar dapat menjadi bahan pertimbangan.

Surakarta, April 2012 Yang membuat pernyataan

BETTY SULISTYANING TYAS NIM. P.09070

(4)

iii Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Betty Sulistyaningtyas NIM : P. 09070

Program studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.S DENGAN RESIKO PERILAKU

KEKERASAN DI RUANG MAESPATI

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

SURAKARTA.

Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawan Stikes Kusuma Husada Surakarta.

Ditetapkan di : Surakarta Tanggal : 1 Mei 2012

Pembimbing : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns ( ) NIK. 201185071

(5)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Betty Sulistyaning tyas NIM : P.09070

Program studi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.S DENGAN RESIKO PERILAKU

KEKERASAN DI RUANG MAESPATI

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

SURAKARTA.

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan dewan penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi D III keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta.

Ditetapkan di : Surakarta

Tanggal : Selasa, 1 Mei 2012 DEWAN PENGUJI

Penguji I : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns (...) NIK.201185071

Penguji II : Anissa Cindy N.A, S.Kep.,Ns (...) NIK.201187086

Penguji III : Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns (...) NIK.201183063

Mengetahui

Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta

Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201084050

(6)

v

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dankarunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.SDENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA TAHUN 2012”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi D III keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekertaris Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

3. Bapak Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dan memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

(7)

vi

4. Semua dosen Program Studi DIII Keperawtan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasan serta ilmu yang bermanfaat.

5. Segenap karyawan, karyawati dan perawat di ruang Maespati RSJD Surakarta.

6. Kedua orang tua penulis yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat serta dukungan secara moral, material, spiritual.

7. Kakak penulis Andri Suryanto terima kasih atas dukunganya.

8. Teman-teman seperjuangan 2009 semua tingkat tiga yang tidak bisa saya dan memberikan informasi serta dukungan moril maupun spiritual.

Semoga studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan, Amin.

Surakarta, April 2012 Penulis

Betty Sulistyaningtyas

(8)

vii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 3

C. Manfaat Penulisan ... 4

BAB II LAPORAN KASUS A. Pengkajian ... 5

B. Perumusan Masalah Keperawatan ... 7

C. Perencanaan Keperawatan ... 7

D. Implementasi Keperawatan ... 11

E. Evaluasi Keperawatan ... 11

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan ... 13

B. Simpulan ... 18

C. Saran ... 20 Daftar Pustaka

Daftar Riwayat Hidup Lampiran

(9)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Log Book

Lampiran 2 Format Pendelegasian Pasien

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data Lampiran 4 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 5 Asuhan Keperawatan

(10)

1



A. LatarBelakangMasalah

Organisasi kesehatan Dunia (WHO) tahun 2007 menyatakan, paling tidak 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Di Indonesiaberdasarkansurvey kesehatan mental rumah tangga. Pada setiap 1000anggota rumahtangga terdapat185orangmengalamigangguanterkaitma (Siti.A, 2010).

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emawati menyatakan bahwa jumlah penderita gangguan jiwa ringan hingga triwulan kedua tahun 2011 mencapai 306.621 orang, naik dari 159.029 orang pada tahun 2010. Secara keseluruhan, jumlah penderita gangguan jiwa di Jakarta mencapai angka 14,1 persen dari jumlah penduduk. Jumlah itu di atas angka nasional sebesar 11,6 persen (Kompas.com, 10 Oktober 2011).

Penderita gangguan jiwa di RSJD Surakarta pada tahun 2009 sebanyak 2.420 pasien dengan presentasihunian (BOR) 74 %. Tahun 2010 sebanyak 2.560 pasien dengan presentasi hunian 84,49%. Tahun 2011 sebanyak 2.605 pasien dengan presentasi hunian 75,6% ( rekam medic 2011). Berdasarkan komunikasi dengan perawat di bangsal maespati di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada 1 sampai 31 Maret 2012 di ketahui jumlah pasien 42 pasien 9 di antaranya menderita gangguan perilaku kekerasan, sisanya halusinasi 15 orang, HDR 8 orang, isolasi sosial 6 orang dan waham 4 orang.

(11)

2





DefinisikesehatanjiwamenurutUU No.3 tahun 1966 kesehatanjiwaadalahsuatukondisi yang memungkinkanperkembanganfisik,

intelektualdanemosionalyang optimal

dariseseorangdanperkembanganyaituberjalanselarasdengankeadaan orang lain(Kusumawati, 2010).

MenurutYosep(2009), salahsatu

bentukgangguanjiwaadalahperilakuamuk. Amuk merupakanresponkemarahan yang paling maladaptif yangditandaidenganperasaanmarahdanbermusuhan yang kuatdisertaihilangnyakontrol, dimanaindividudapatmerusakdirisendiri, orang lainmaupunlingkungan(Kelliat, 2005).

Perilakukekerasanatau agresifmerupakansuatubentukperilaku yang bertujuanuntukmelukaiseseorang, dirisendiridanlingkungansecara fisikmaupun psikologis ( Maramis, 2004 ).

Berdasarkan definisi ini makaperilakukekerasan dapat dibagi menjadiperilakukekerasansecaraverbaldan

fisik.Sedangkanmarahtidakharusmemiliki

tujuankhusus.Marahlebihmenunjukkepadasuatuperangkatperasaan–

perasaantertentu yang biasanyadisebutdengan

perasaanmarah.Kemarahanadalahperasaanjengkel yang timbulsebagairesponterhadapkecemasan yang dirasakansebagaiancaman (Kelliat,2006).

Berdasarkan kebutuhan Maslow, maslow menentukan prioritas diagnosa yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan di antaranya

(12)



kebutuhan fisiologi, keselamatan dan keamanan, mencintai dan dicintai, harga diri dan aktualisasi diri. Kebutuhan mencintai dan dicintai meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok, hubungan antar manusia (Hidayat, 2008).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Studi kasus pemenuhan kebutuhan mencintai dan dcintai pada Tn. S dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.”

B. TujuanPenulisan 1. Umum :

Melaporkan kasus

pemenuhankebutuhanmencintaidandicintaipadaTn.Sdenganperilakukekera san di RumahSakitJiwa Daerah Surakarta

2. Khusus : a. Penulismampumelakukanpengkajianpemenuhankebutuhanmencintaida ndicintaipada Tn.Sdenganperilakukekerasan. b. Penulismampumerumuskandiagnosapemenuhankebutuhanmencintaida ndicintaipada Tn.Sdenganperilakukekerasan. c. Penulismampumenyusunrencanaasuhankeperawatanpemenuhankebutu hanmencintaidandicintaipada Tn.Sdenganperilakukekerasan. d. Penulismampumelakukanimplementasi pemenuhankebutuhanmencintaidandicintaipada Tn.Sdenganperilakukekerasan.

(13)

4   e. Penulismampumelakukan evaluasipemenuhankebutuhanmencintaidandicintai pada Tn.Sdenganperilakukekerasan. f. Penulis mampumenganalisapemenuhankebutuhanmencintaidan Tn.Sdenganperilakukekerasan. C. ManfaatPenulisan 1. Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman nyata penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai dengan perilaku kekerasan.

2. Bagi profesi

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan, sehingga klien mendapatkan tindakan asuhan keperawatan yang cepat, tepat dan optimal.

3. Bagi institusi a. RSJD Surakarta

Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.

b. Pendidikan

Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya pada klien dengan

(14)



perilaku kekerasan dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

(15)

6



BAB II

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 07 Maret 2012 jam 11.00 WIB diruang maespati RSJD dan data yang diperoleh dengan cara wawancara secara langsung, menelaah catatan medik dan catatan perawat sehingga diperoleh data sebagai berikutklien berinisial Tn. S masuk ke RSJD pada tanggal 5 Mei 2012, seorang laki-laki yang berumur 39 tahun, beragama Islam, pendidikan SMP, bekerja sebagai petani, Tn. S kini sudah berstatus bercerai klien dengan diagnosa RPK (Risiko perilaku kekerasan), dengan alamat Mayuwun RT 01/01, Semeit, Ponorogo.

Tn. S diantar kerumah sakit jiwa daerah oleh keluarga dengan inisial penanggung jawab Ny. S, hubungan dengan Tn. S adalah sebagai saudara laki- laki Tn.S serta beralamat Mayuwun RT 01/01 Semeit, Ponorogo.

Tn. S masuk RSJ karena ± 10 hari yang lalu klien mulai binggung, sulit minum obat, sering marah-marah memecahkan gelas dan klien merasa pusing tiap malam. Pada faktor predisposisi klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa dan dirawat RSJ sudah dua kali ini, pengobatan sebelumya kurang berhasil karena klien tidak mau minum obat dan jarang kontrol. Klien mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan fisik. Anggota keluarganya yang lain tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Klien mengatakan tidak mempunyai pengalaman yang tidak

(16)

menyenangkan.Pemeriksaan fisik didapat data sebagai berikut TD : 120/90 mmhg, nadi 24 x/mnt, suhu 36,3°C, respirasi : 20x/mnt. Tinggi badan Tn. S 90/60 cm untuk berat badan Tn. S 70 kg.

Hasil pengkajian pada pemeriksaan psikososial dari data genogram didapatkan data pasien adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara, orang tuanya sudah lama meninggal. Pasien seorang laki-laki berumur 39 tahun, tinggal serumah dengan kakak dan kakak iparnya.Pasien pernah menikah namun sudah bercerai dengan istrinya, didalam keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

Hasil pengkajian konsep diri dapat diperoleh data-data untuk gambaran diri Tn. S mencintai hidungnya karena hidungnya mungil. Kemudian tentang identitas diri, Tn. S mengatakan bahwa dirinya seorang laki-laki berumur 39 tahun sebagai ayah dari anak–anaknya.Selanjutnya tentang peran diri Tn. S mengatakan sebagai seorang laki-laki. Klien mengatakan untuk ideal diri Tn. S adalah klien ingin cepat sembuh dan cepat pulang agar dapat berkumpul dengan keluarganya. Harga diri Tn. S klien mengatakan tidak minder dengan keadaannya sekarang.

Pengkajian hubungan sosial Tn.S adalah dapat diperoleh dan bahwa orang yang berarti bagi Tn.S adalah tetangga samping rumahnya. Kemudian peran serta dalam masyarakat adalah Tn.S tidak pernah mengikuti kegiatan di masyarakat,karena klien lebih suka dirumah, tapi tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain. Untuk kegiatan spiritualnya Tn.S beragama islam dan tidak pernah melaksanakan sholat lima waktu.

(17)

8



B. Daftar Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil pengkajian penulis menentukan 1 diagnosa keperawatan penulis melakukan 1 analisa data yang pertama adalah :

1. Resiko Perilaku Kekerasan (core problem) yang didukung dengandata sebagai berikut: data subyektif yang diperoleh adalah klien mengatakan kalau marah memecah gelas. Kemudian data obyektif yang diperoleh obsrvasi adalah tatapan mata tajam, suara keras, afek labil.

Berdasarkan masalah keperawatan tersebut, dapat digambarkan pohon masalah sebagai berikut:

Menarik diri (Isolasi sosial ) Akibat

RPK Core problem

HDR Penyebab

C. Perencanaan

Berdasarkan hasil pengkajian, dirumuskan rencana keperawatan pada TUM: Klien tidak melakukan tindakan kekerasan. TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien tampak: Menunjukan tanda - tanda percaya pada perawat, wajah cerah (tersenyum), mau berkenalan, bersedia menceritakan perasaannya. Intervensi yang akan dilakukan bina hubungan saling percaya dengan, memberi salam setiap berinteraksi, perkenalkan nama perawat dan tujuan perawat berinteraksi, tanyakan dan panggil nama kesukaan klien,

(18)

tunjukan sikap empati jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang jelas, dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien.

TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukanya, menceritakan penyebab perasaan kesal (jengkel), baik dari diri sendiri maupun lingkungannya. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya, motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal (jengkel), dengarkan tanpa mencela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien.

TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasaan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menceritakan tanda - tanda saat terjadi perilaku kekerasan, tanda fisik mata merah, tangan mengepal, ekspresi wajah tegang, tanda emosional, perasaan marah jengkel marah bicara kasar, tanda sosial bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien mengungkapkan tanda - tanda perilaku kekerasan yang dialaminya, motivasi klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi, motivasi klien menceritkan kondisi emosinya saat terjadi perilaku kekerasan, motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku kekerasan.

(19)

10



TUK 4: Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukanya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemun klien menjelaskan, jenis - jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukanya, perasaannya saat melakukan kekerasan, efektifitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan masalah. Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini, motivasi klien menceritakan jenis - jenis tindakan kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya, motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindakan kekerasan tersebut terjadi, diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan yang dilakukanya masalah yang dialami teratasi.

TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemun klien menjelaskan akibat tindakan kekerasan yang dilakukannya, diri sendiri (luka, dijauhi teman), orang lain (keluarga luka, tersinggung, ketakutan), lingkungan (barang atau benda rusak). Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada, diri sendiri, orang lain, keluarga, lingkungan.

TUK 6: Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan. Dengan kriteria evaluasi 2x pertemuan klien, menjelaskan cara sehat mengungkapkan marah, Intervensi diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara mengungkapkan marah yang sehat, jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah, jelaskan cara sehat untuk mengungkapkan marah, cara fisik: nafas dalam pukul bantal

(20)

dan olahraga, verbal mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal pada orang lain, sosial: latihan asertif dengan orang lain.

TUK 7: Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan. Dengan kriteria evaluasi setelah 2X pertemuan klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan, fisik: tarik nafas dalam, memukul bantal, verbal: mengungkapkan perasaan kesal pada orang lain tanpa menyakiti, spiritual zikir doa. Intervensi diskusikan cara mungkin dipilih untuk mengungkapkan kemarahannya, latih klien memperagakan cara yang dipilih, jelaskan manfaat cara tersebut, anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan, anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat jengkel muncul.

TUK 8: Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan. Dengan kriteria evaluasi setelah 3x pertemuan keluarga: menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien. Intervensi diskusikan pentingnya paran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatakan perilaku kekerasaan, jelaskan pengertian penyebeb, akibat, dan cara merawat klien perilaku kekerasan, peragakan klien menangani parilaku kekerasan, beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang, beri pujian kepada keluarga setelah peragakan, tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih.

TUK 9: Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menjelaskan: manfaat minum obat, keinginan tidak minum obat, nama obat, bentuk dan

(21)

12



warna obat, dosis yang diberikan kepadanya, waktu penakaran, cara penakaran, efek yang dirasakan, setelah 1x pertemuan klien mengungkapkan obat sesusi program. Intervensi jelaskan manfaat menggunaan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat, jelaskan kepada klien: jenis obat (nama, warna dan bentuk obat), dosis yang tepat untuk klien, waktu pemakain, efek yang dirasakan klien, anjurkan klien: minta dan menggunakan obat tepat waktu, lapor keperawat atau dokter jika mengalami efek yang tidak biasa, beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.

D. Impelementasi

Implementasi yang sudah dilakukan oleh penulis untuk mengatasi maslah keperawatan perilaku kekerasan yaitu: melakukan bina hubungan saling percaya dengan Tn.S, mengidentifikasi penyebab RPK, mengidentifikasi tanda – tanda yang muncul pada RPK, mengidentifikasi akibat RPK, mengidentifikasi perilaku yang dilakukan, mengajarkan cara mengontrol marah dengan aspek positif (tarik nafas dalam, pukul bantal secara verbal, berdoa, minum obat), kontrak waktu berikutnya untuk melanjutkan TUK selanjutnya.

E. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan implementasi didapatkan evaluasi, data subyektif: klien mengatakan jika dia marah maka dia memecah gelas – gelas yang ada di rumah.Data obyektif: pasien tampak mau berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak mau

(22)

menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya muncul, pasien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata, tatapan mata tajam, suara keras, afek labil, pasien mau menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien mampu mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan yang dia pilih: pukul bantal. Asesment klien mampu mempraktektan cara yang dipilih yaitu dengan cara fisik dua (pukul bantal) pasien tampak mau mempraktekkan.Planing untuk untuk klien

(23)



14

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Perasaan ingin dicintai dan mencintai adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki tanggung jawab terhadap sesuatu yang menimbulkan rasa cinta kasih serta keinginan untuk menjaga dan mempertahankannya. Pada kasus Tn.S penulis mengambil diagnosa utama resiko perilaku kekerasan yang didukung dengan data – data sebagai berikut: data subyektif klien mengatakan kalau marah memecah gelas. Kemudian data obyektif yang diperoleh dari observasi adalah tatapan mata tajam, suara keras afek labil. Penyebab dari resiko perilaku kekerasan yang dialami oleh Tn.S adalah gangguan pola koping tidak efektif dan gangguan pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai.

Perilaku kekerasan adalah perilaku yang membahayakan orang, diri sendiri secara fisik, emosional dan seksualitas (Nanda, 2005).Menurut Stuart dan Sudden (2005), resiko perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Marah merupakan perasaan jengkel yang ditimbulkan sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Iyus, 2009).

(24)



Manifestasi klinis dari perilaku kekerasan antara lain adalah kata-kata kotor, peningkatan agitan, harga diri rendah, peningkatan volume suara, rasa bersalah terhadap diri sendiri, muka merah, tatapan mata tajam, otot tegang (Stuart danSudden, 2005).

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien (Townsend, 2006).

Dalam pengkajian pasien, penulis menggunakan teori proses perawatan jiwa yaitu pengkajian identitas klien, identitas penanggung jawab, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaaan fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, data penunjang dan terapi (Kelliat, 2006).

Teknik pengkajian yang dilakukan penulis adalah dengan carawawancara dengan klien (autoanamnesis) dan orang terdekat klien

(alloanamnesis), meneliti catatan kesehatan (Smeltzer, 2002).

Setelah dilakukan pengkajian pada Tn.S secara garis besar ditentukan dari data subyektif yaituklien mengatakan kalau marah memecah gelas. Kemudian data obyektif yang diperoleh obsrvasi adalah tatapan mata tajam, suara keras, afek labil. Tanda dan gejala yang muncul pada Tn.S sesuai dengan teori yang dicantumkan penulis yaitu terjadi peningkatan volume suara, tatapan mata tajam.

Diagnosa keperawatan adalah merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia terhadap status kesehatan atau resiko perubahan

(25)

16



dari kelompok dimana perawat secara accountabilitas dapat mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan klien (Kelliat, 2005).

Menurut Stuart dan Sudden (2005), pohon masalah pada resiko perilaku kekerasan (core problem) dapat mengakibatkan seseorang beresiko melakukan tindakan mencederai diri sendiri, orang lain atau lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena beberapa penyebab yaitu gangguan konsep diri: harga diri rendah, gangguan pemeliharaan kesehatan, ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Tn.S penulis menentukan masalah keperawatan yang utama adalah perilaku kekerasan yang didukung dengan data subyektif klien mengatakan kalau marah memecah gelas.Data obyektif yang diperoleh obsrvasi adalah tatapan mata tajam, suara keras, afek labil. Kemudian penulis menentukan akibat dari masalah keperawatan perilaku kekerasan adalah isolasi sosial: menarik diri yang didukung dengan data subyektif: klien mengatakan jarang keluar, keluar hanya jika ada keperluan, klien malas bekerja.Data obyektif yang diperoleh adalah klien hanya beraktifitas diatas kasur, klien sering menyendiri.Berdasarkan pohon masalah yang dialami Tn.S dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan dengan teori tetapi penulis tidak mencantumkan penyebab dari perilaku kekerasan dikarenakan keterbatasan dari penulis dalam penguasaan materi untuk mengkaji klien dengan resiko perilaku kekerasan.

(26)



Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry, 2005).

Rencana tindakan yang dilakukan penulis adalah bina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasan, mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan, mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan, mengidentifikasi cara yang dilakukan klien ketika perilaku kekerasan muncul, ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan, ajarkan kepada keluarga cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, anjurkan pada klien menggunakan obat yang benar. Kriteria hasil yang diharapkan adalah klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya, klien dapat mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasan, klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukanya, klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan, klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan, klien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan, klien menggunakan obat sesuai program yang telah di tetapkan.

Implementasi dan evaluasi keperawatan pada Tn. S dilakukan selama tiga hari pada tanggal 05 – 07 April 2012 di bangsal maspati, Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

(27)

18



Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai kegiatan dan melakukan tindakan – tindakan perawatan dalam mengatasi masalah klien, tugas perawat pada saat ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap pra interaksi dan melanjutkan tahap orientasi (Erlinafsiah, 2010).

Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi resiko perilaku kekerasan pada Tn.S yaitu membina hubungan saling percaya dan melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, status mental, masalah psikososial dan lingkungan, mekanisme koping dan tingkat pengetahuan pasien. Melakukan proses keperawatan dari TUK 1 sampai 7 yaitu mengidentifikasi terhadap pasien tentang penyebab terjadinya marah, mengidentifikasi tanda-tanda saat marah, mengidentifikasi akibat dari marah yang dilakukan, mengajarkan cara mengontrol marah yang benar yaitu teknik pukul bantal sebagai cara yang dipilih pasien.

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan (Kelliat, 2006).

(28)



Setelah dilakukan tindakan implementasi didapatkan evaluasi, data subyektif: klien mengatakan jika dia marah maka dia memecah gelas – gelas yang ada di rumah.Data obyektif: pasien tampak mau berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak mau menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya muncul, pasien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata, tatapan mata tajam, suara keras, afek labil, pasien mau menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien mampu mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan yang dia pilih: pukul bantal. Pasien tampak mau mempraktekkan cara yang dipilih ke dalam jadwal harian untuk dilatih setiap hari. Evaluasi pukul bantal: motivasi pasien secara mandiri. Validasi pasien: anjurkan pasien pukul bantal saat kesal atau marah.

B. Simpulan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.

Marah merupakan perasaan jengkel yang ditimbulkan sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi resiko perilaku kekerasan pada Tn.S yaitu membina hubungan saling percaya dan melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi,

(29)

20



pemeriksaan fisik, status mental, masalah psikososial dan lingkungan, mekanisme koping dan tingkat pengetahuan pasien. Melakukan proses keperawatan dari TUK 1 sampai 7 yaitu mengidentifikasi terhadap pasien tentang penyebab terjadinya marah, mengidentifikasi tanda-tanda saat marah, mengidentifikasi akibat dari marah yang dilakukan, mengajarkan cara mengontrol marah yang benar yaitu teknik pukul bantal sebagai cara yang dipilih pasien.

Setelah dilakukan tindakan implementasi didapatkan evaluasi, data subyektif: klien mengatakan jika dia marah maka dia memecah gelas – gelas yang ada di rumah.Data obyektif: pasien tampak mau berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak mau menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya muncul, pasien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata, tatapan mata tajam, suara keras, afek labil, pasien mau menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien mampu mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan yang dia pilih: pukul bantal. pasien tampak mau mempraktekkan cara yang dipilih ke dalam jadwal harian untuk dilatih setiap hari. Evaluasi pukul bantal: motivasi pasien secara mandiri. Validasi pasien: anjurkan pasien pukul bantal saat kesal atau marah.

(30)



C. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang diharapkan bermanfaat, sebagai berikut:

1. Bagi rumah sakit, hendaknya menyediakan dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh klien untuk penyembuhan, rumah sakit menyediakan tenaga kesehatan yang profesional guna membantu penyembuhan pasien. 2. Bagi klien hendaknya selalu minum obat yang teratur dan bisa mengontrol

marah dengan cara yang konstruktif seperti apa yang telah diajarkan oleh perawat.

3. Bagi institusi untuk selalu memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk penyelesaian tugas karya tulis ilmiah.

4. Bagi keluarga berikan motivasi kepada klien dan kontrolkan secara rutin, belajar cara merawat klien pada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.

5. Bagi perawat untuk lebih profesional dalam merawat pasien dan lebih sabar dalam memberikan pelayanan guna peningkatan keadaan pasien.

(31)



DAFTAR PUSTAKA

Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Penerbit: Trans Info Media: Jakarta.

Hidayat Aziz H. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. EGC: Jakarta.

Kelliat Budi A. 2005. Marah Akibat Penyakit Yang Diderita. EGC: Jakarta. Kelliat Budi A. 2006. Proses Perawatan Jiwa. EGC: Jakarta.

Kompas.com. 2010.Departemen Kesehatan RI, Rencana Pembangunan

Kesehatan Menuju Indonesia Sehat.www.kompas.com.diaksestanggal 15 April 2012.

Maramis Willy L. 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa. Cetakan 8. Airlangga: Surabaya. Nanda. 2005. Definisi Dan Klasifikasi. Prima Medika: Jakarta.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, volume 1, edisi 4. EGC: Jakarta.

Siti A. 2010. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan. www.

jurnal. perilaku – kekerasan. com.diaksestanggal 10 April 2012.

Smeltzer, C. Suzanne. 2002. Brunner & Suddarth: Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah. Alih Bahasa: Waluyo Agung, Yasmin Asih, Juli, Kuncara, I Made Karyasa. EGC: Jakarta.

Stuard& Sudden. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.

Townsend M C. 2006.Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. EGC: Jakarta. Yosep.Iyus. 2009.Keperawatan Jiwa. PT. RefikaAditama: Bandung.

(32)
(33)



DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Betty Sulistyaningtyas Tempat, TanggalLahir : Boyolali, 21 Juni 1990 Jenis kelamin : perempuan

Alamat rumah : Karanggede, boyolali Riwayat Pendidikan : 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. DIII Riwayat Pendidikan : -

Riwayat Organisasi : Bulutangkis

Publikasi : -

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas penelitian serta peneitian yang telah dilakukan sebelumnnya, penelitian ini bertujan untuk menguji seberapa besar pengaruh good corporate

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan gradien daya hantar listrik (DHL) antara media bersalinitas dan tubuh benih ikan, sehingga mendapatkan kondisi yang isoosmotik pada

Pada bab ini akan diuraikan mengenai langkah, prosedur atau metodologi penelitian yang digunakan penulis dalam mengkaji mengumpulkan fakta yang berkaitan dengan

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah ini telah diperiksa/divalidasi dan hasilnya telah memenuhi kaidah i1miah, norma akademik dan norma hukum sesuai

Kartu ATM Victoria dapat digunakan untuk penarikan tunai, informasi saldo dan transfer di lebih dari 60.000 jaringan ATM Prima/BCA di seluruh Indonesia tanpa biaya*. Kartu

commit to user ·¨ ÜßÚÌßÎ ×Í× Ø¿´¿³¿² ØßÔßÓßÒ ÖËÜËÔ

Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dimulai dengan tahap heuristik, yakni pengumpulan data dari sumber-sumber sejarah sezaman yang ditemukan di Arsip Dinas Pariwisata

g) Siswa diminta untuk menganalisis tabel yang berisi macam-macam bahan praktikum digunakan dalam praktikum virtual. h) Siswa diminta untuk merancang alat dan bahan yang