• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

TRIWULAN II TAHUN 2015

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Peter Jacobs

: Kepala Perwakilan /Direktur

A. Yusnang

: Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur

Ignatius Adhi N.

: Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur

Lukman Hakim

: Kepala Tim Sistem Pembayaran dan MI /Asisten Direktur

Neldy Syafrizal

: Analis Ekonomi /Manajer

Curie Rantung

: Analis /Manajer

Jeanny Jeans Legoh : Analis /Manajer

Wahyu Sihati

: Analis /Manajer

Ayub Pelita Hati

: Kepala Unit Distribusi Uang

Noula T. Sondakh

: Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring

Heru Prasetyo

: Kasir Senior /Manajer

Nanang Surachmat : Kepala Unit Sumber Daya

Connie T. Tumewu : Sekretaris /Manajer

Ali Albaar

: Kepala Unit Sekretariat, Protokol dan Pengamanan

Donny Pratama

: Analis Ekonomi/Asisten Manajer

Rivo Mandey

: Analis /Asisten Manajer

Iona H. Rombot

: Analis /Asisten Manajer

Hendro B. Sirait

: Analis/Asisten Manajer

Adhi Nugroho

: Pengawas Sistem Pembayaran /Asisten Manajer

Softcopy buku ini dapat di-download di website Bank Indonesia dengan alamat :

(2)
(3)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara Triwulan II 2015 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders

Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, Agustus 2015

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA

Peter Jacobs Direktur

(4)
(5)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR halaman i

DAFTAR ISI halaman v

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA halaman vi

RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 11

Sisi Permintaan halaman 12

Sisi Penawaran halaman 18

Box I.Pariwisata di Sulawesi Utara

BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 35

Pendapatan Daerah halaman 36

Dana Transfer Halaman 37

Belanja Daerah Provinsi Sulut halaman 37

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 44

Inflasi Tahunan (yoy) halaman 44

Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Bulanan (mtm)

halaman 45 halaman 46

BAB IV STABILITAS SISTEM KEUANGAN halaman 56

Kondisi Sektor Rumah Tangga halaman 56

Dana Pihak Ketiga Dan Kredit Perseorangan Di Perbankan halaman 57

Kinerja Sektor Korporasi halaman 61

Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi halaman 62

Asesmen Sektor Perbankan halaman 62

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 68

Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69

Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai

Box II .Akselerasi Transaksi Non Tunai di Sulawesi Utara

halaman 74

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 91

Perkembangan Ketenagakerjaan Sulawesi Utara halaman 91

Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 95

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 103

Prospek Ekonomi Makro halaman 103

Prakiraan Inflasi Prospek Perbankan

halaman 107 halaman 110

(6)

INDIKATOR

I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

A PDB Nasional (yoy) 5,21 5,12 4,92 5,01 4,71 4,67 B Inflasi Nasional (yoy) 7,32 6,70 4,53 8,36 6,38 7,26

II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

A 1. Laju Inflasi (ytd) % 1,15 1,97 2,55 9,68 (0,40) 2,14 2. Laju Inflasi (yoy) % 5,67 6,27 4,00 9,67 7,99 8,73 3. Laju Inflasi (mtm) % 0,31 0,67 (0,03) 3,83 0,50 0,49 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 1,30 1,43 (1,25) 9,31 0,59 1,21 4. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0,12 0,05 0,13 0,70 0,07 0,07 5. Inflasi Perumahan (mtm) % 0,15 0,14 0,68 1,42 0,44 0,05 6. Inflasi Sandang (mtm) % (0,19) 0,96 (0,18) 1,16 (0,12) 0,36 7. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0,08 0,12 0,21 0,38 0,27 0,17 8. Inflasi Pendidikan (mtm) % 0,07 0,33 0,11 0,71 0,31 0,27 9. Inflasi Transportasi (mtm) % (0,20) 1,47 0,15 7,22 1,28 0,94 B PDRB Penggunaan *** 6,72 6,25 6,19 6,12 6,42 6,27 - Konsumsi Rumah Tangga 6,89 6,96 6,37 6,47 6,16 6,04 - Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga 11,48 1,93 1,06 2,50 (11,86) (1,55) - Konsumsi Pemerintah 10,52 5,62 6,74 10,20 7,19 8,32 - Pembentukan Modal Tetap Bruto (3,50) 0,89 2,27 6,50 4,68 6,14 - Perubahan Persediaan (28,12) (8,03) 66,18 31,38 (77,76) (81,84) - Ekspor Luar Negeri 30,82 75,11 32,99 2,09 (2,49) (14,13) - Impor Luar Negeri 83,83 (16,30) (22,42) 18,37 (0,42) (35,21) - Net Ekspor Antardaerah 1,19 69,88 31,18 5,76 (5,78) (8,13) C PDRB Sektoral *** 6,72 6,25 6,19 6,12 6,42 6,27

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,92 2,77 5,16 3,75 4,90 4,83 Pertambangan dan Penggalian 4,78 6,87 6,77 9,10 12,10 7,61 Industri Pengolahan 4,14 3,28 3,18 3,15 4,00 3,01 Pengadaan Listrik dan Gas 2,40 3,50 3,16 30,21 40,03 9,36 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,21 2,12 4,04 6,47 8,21 8,36 Konstruksi 7,40 7,67 3,72 5,15 5,86 6,79 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 11,77 10,05 7,90 7,56 6,88 5,79 Transportasi dan Pergudangan 11,29 9,86 9,98 10,52 8,79 8,52 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,19 12,43 11,93 9,94 5,68 7,20 Informasi dan Komunikasi 9,33 8,31 9,75 9,64 8,38 9,53 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,84 (1,13) 1,73 8,78 5,71 2,35 Real Estate 9,08 9,18 8,51 8,56 7,98 7,56 Jasa Perusahaan 9,19 8,41 7,31 7,82 8,21 8,33 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9,51 7,03 9,58 9,52 8,90 9,52 Jasa Pendidikan 4,47 7,04 3,70 0,97 2,19 5,60 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10,98 8,32 7,17 0,19 4,52 9,39 Jasa lainnya 8,39 4,84 2,05 3,52 6,24 7,49

II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

BI Rate (%) 7,50 7,50 7,50 7,75 7,50 7,50 Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 11.427 11.893 11.899 12.447 13.084 13.313

III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TW I TW II*

1. Ekspor (ribu USD) 290.623 351.209 295.563 245.558 274.885 290.886 2. Impor (ribu USD) 46.377 22.612 12.977 27.864 17.027 10.714

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

A. Jumlah Bank 45 45 45 46 46 46

1. Bank Umum 24 24 24 24 24 24

1.1. Bank Pemerintah 6 6 6 6 6 6

1.2. Bank Swasta 18 18 18 18 18 18

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 17 17 17 18 18 18

3. Bank Syariah 4 4 4 4 4 4

B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 324 324 330 347 347 350

1. Bank Umum 272 272 278 292 292 295

1.1. Konvensional 258 258 262 276 276 279

1.2. Syariah 16 16 16 16 16 16

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 52 52 52 55 55 55

2.1. Konvensional 52 52 52 55 55 55

2.2. Syariah - - - - - -C. Total Asset (Rp miliar) 30.547 32.749 34.255 34.491 35.839 37.037 1. Bank Umum 29.085 31.305 32.824 32.992 34.381 35.566 2. BPR 906 899 926 985 973 977

3. Bank Syariah 556 546 505 515 485 494 Keterangan :

* Angka sementara

** Berdasarkan lokasi bank pelapor ***Menggunakan tahun dasar 2010

2014 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN

PROVINSI SULAWESI UTARA

(7)

INDIKATOR

IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

D. Indikator Kinerja Bank Umum Konvensional

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 17.600 19.176 19.627 19.596 20.368 20.905 1.1. Giro 3.298 3.807 3.702 3.272 3.855 4.281 1.2. Deposito 5.954 7.009 7.228 6.576 7.752 7.975 1.3. Tabungan 8.348 8.359 8.697 9.748 8.762 8.649 2. Kredit (Rp miliar) 23.022 24.027 24.606 26.018 26.398 27.490 2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan

- Modal Kerja 6.543 6.923 6.974 7.378 7.309 7.538 - Investasi 2.520 2.692 2.710 2.888 3.022 3.743 - Konsumsi 13.959 14.412 14.922 15.752 16.067 16.209 2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi

- Pertanian 463 482 465 484 485 506

- Pertambangan 44 50 49 57 38 733

- Industri 610 670 652 723 769 798

- Listrik, Gas & Air 4 4 4 5 5 6

- Konstruksi 616 707 775 743 732 839

- Perdagangan 6.021 6.305 6.317 6.561 6.636 6.687 - Angkutan 219 234 236 275 313 335

- Jasa Dunia Usaha 686 731 693 784 658 655

- Jasa Sosial 399 433 493 614 688 723

- Lainnya 13.959 14.412 14.921 15.772 16.076 16.209 2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 6.560 6.871 6.741 7.190 7.472 7.446 2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 130,81 125,30 125,37 132,77 129,61 131,50 2.5. Non Performing Loan (NPL) - Nominal (Rp miliar) 676 809 897 788 894 988

- Rasio (%) 2,94 3,37 3,65 3,03 3,39 3,60 V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TW I TW II 1. Kas (Rp miliar) - Inflow 2.422 1.129 2.185 1.045 2.303 1.077 - Outflow 869 1.298 2.352 2.611 670 1.391 2. Kliring - Volume Kliring (Lembar) 82.527 93.703 123.665 99.232 90.235 91.718 - Nominal Kliring (Rp Miliar) 2.446 2.593 2.536 2.842 2.668 2.345 - Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1.375 1.487 1.974 1.566 1.477 1.558 - Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 41 41 41 45 44 40 - Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 2,15 1,97 1,70 1,75 2,10 2,37 - Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2,19 2,33 2,52 2,17 1,87 2,59 Keterangan :

* Angka sementara

** Berdasarkan lokasi bank pelapor ***Menggunakan tahun dasar 2010

2014 PROVINSI SULAWESI UTARA

2015 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN

(8)
(9)

RINGKASAN

EKSEKUTIF

(10)

x

(11)

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Memasuki triwulan II tahun 2015, perkembangan perekonomian Sulut menunjukkan sedikit perlambatan kendati masih memiliki tingkat pertumbuhan di atas nasional. Kondisi tersebut sejalan dengan perkembangan perekonomian di level nasional yang memang tengah melambat. Pada triwulan laporan, perekonomian Sulut tercatat tumbuh sebesar 6,27% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,41% (yoy). Namun, tingkat pertumbuhan tersebut sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dimana perekonomian Sulut tumbuh sebesar 6,25% (yoy). Perekonomian Sulut juga tercatat masih mampu tumbuh di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,67% (yoy).

Secara sektoral, melambatnya perekonomian Sulut di triwulan laporan dipengaruhi oleh deselerasi yang terjadi pada dua sektor utama Sulut yaitu sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, pertumbuhan impresif dari sektor pertanian yang dipengaruhi panen raya tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan di sebagian wilayah, serta terakselerasinya sektor konstruksi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut sekaligus menahan pelemahan lebih lanjut. Sejalan dengan perkembangan di sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulut dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor internasional. Sementara itu, peningkatan kinerja investasi dan konsumsi pemerintah yang ditopang oleh cukup baiknya serapan anggaran khususnya APBD menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut di triwulan laporan.

Perkembangan Inflasi Daerah

Tekanan inflasi Provinsi Sulawesi Utara meningkat di triwulan II 2015 dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar 0.49% (mtm) atau secara tahunan sebesar 8,73% (yoy) di akhir triwulan II 2015. Memasuki triwulan II tahun 2015,

perkembangan perekonomian Sulut menunjukkan sedikit perlambatan kendati masih memiliki tingkat pertumbuhan di atas nasional. Kondisi tersebut sejalan dengan perkembangan perekonomian di level nasional yang memang tengah melambat. Pada triwulan laporan,

perekonomian Sulut tercatat tumbuh sebesar 6,27% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,41% (yoy)...

Mengawali tahun 2015, laju inflasi tahunan Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan I yang diwakili oleh kota Manado mengalami perlambatan..

(12)

2

Tekanan inflasi secara tahunan bersumber dari menguatnya tekanan inflasi kelompok volatile foods dan kelompok barang yang harganya diatur pemerintah (administered price). Sementara kelompok inti (core inflation) cenderung stabil.

Stabilitas Sistem Keuangan

Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan masih relatif baik. Faktor-faktor yang cenderung dapat mempengaruhi stabilitas sitem keuangan di Sulawesi Utara tidak memberikan dampak negatif pada perbankan di Sulawesi Utara. Faktor-faktor itu antara lain perlambatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan risiko kredit, turunnya ekspor akibat harga komoditas turun, daya beli RT menurun, realisasi anggaran Pemerintah yang lamban, dan pelemahan nilai tukar rupiah.

Ketahanan sektor Rumah Tangga, ketahanan sektor korporasi dan juga kondisi serta kinerja perbankan di Sulawesi Utara masih dalam level yang baik sehingga tidak rentan untuk mengalami shock pada sistem keuangannya.

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2015 sebesar Rp2,64

triliun meningkat 10.76% dari periode yang sama tahun

sebelumnya. Realisasi pendapatan fiskal cukup baik mengingat

telah tercapai sebesar 52,6% atau senilai Rp1.345 Miliar dari

total target Rp2,56 triliun. Sementara itu realisasi belanja

mencapai 36,8% atau senilai Rp971 Miliar dari total target

belanja.

Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan

ekonomi daerah terlihat dari transfer dana yang diberikan

kepada Provinsi dan 15 (lima belas) Kabupaten/Kota di Wilayah

Sulawesi Utara. Sampai dengan triwulan II 2015 alokasi dana

pusat ke daerah sebesar Rp158,67 triliun (Provinsi dan 15

Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2015 sebesar Rp2,64 triliun meningkat 10.76% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan fiskal cukup baik mengingat telah tercapai sebesar 52,6% atau senilai Rp1.345 Miliar dari total target Rp2,56 triliun.... Stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan masih relatif baik. Faktor-faktor yang cenderung dapat mempengaruhi stabilitas sitem keuangan di Sulawesi Utara tidak memberikan dampak negatif pada perbankan di Sulawesi Utara...

(13)

3

Kab/Kota) sebesar 43,05%. Peningkatan alokasi tersebut di

tujukan untuk mendorong percepatan pembangun daerah

selaras dengan program pembangunan pemerintah pusat.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Dari sisi sistem pembayaran tunai, meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat terutama jelang Hari Besar Keagamaan memicu peningkatan kebutuhan uang kartal sepanjang triwulan II 2015. Aktivitas setoran-bayaran uang tunai pada periode laporan menunjukkan posisi net outflow sebesar Rp 314 miliar, meningkat sebesar 84,61 (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi net outflow juga terjadi pada Layanan Jasa Kas Titipan, yaitu sebesar Rp 129 miliar, menurun sebesar 30,63% (yoy). Dari sisi sistem pembayaran non-tunai, kebijakan penetapan nilai nominal per transaksi di atas Rp 100 juta pada BI-RTGS melalui Surat Edaran No.16/18/DPSP tanggal 28 November 2014 yang berlaku sejak 15 Desember 2014, memiliki pengaruh terhadap perkembangan sistem pembayaran non-tunai di Sulawesi Utara. Aktivitas kliring debet melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat tumbuh positif. Nilai dan volume transaksi kliring debet tumbuh sebesar 7,25% (yoy) dan 16,20% (yoy). Hal yang sebaliknya terjadi pada perkembangan transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS). Nilai dan volume transaksi mengalami penurunan, secara berturut-turut sebesar 13,31% (yoy) dan 55,90% (yoy). Sejalan dengan kebijakan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terus mendorong peningkatan transaksi non tunai di melalui penandatanganan Nota Kesepahaman dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Kota Manado, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Dari sisi pengawasan terhadap penyelenggaraan Jasa Sistem Pembayaran, aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank terpantau meningkat sepanjang triwulan II 2015. Total pembelian dan penjualan Uang Kertas Asing sepanjang periode

Sejalan dengan siklusnya, kebutuhan uang kartal meningkat sepanjang triwulan II 2015. Di sisi lain, kebijakan penetapan nilai nominal per transaksi di atas Rp 100 juta pada BI-RTGS berpangaruh terhadap meningkatnya aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring. Dalam rangka mendorong masyarakat Sulawesi Utara untuk bertransaksi secara non tunaI, Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah

berkomitmen untuk mendukung Gerakan Nasional Non Tunai di Sulawesi Utara...

(14)

4

tersebut secara berturut-turut sebesar Rp 3,30 miliar (meningkat 16,95%, yoy) dan Rp 3,38 miliar (meningkat sebesar 16,78, yoy). Perkembangan Ketenagakerjaan& Kesejahteraan Masyarakat Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami perlambatan seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari jumlah tenaga kerja regional yang tumbuh moderat yang diikuti dengan peningkatan tingkat pengangguran. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat hanya tumbuh 0,23% (yoy) diikuti oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang terkoreksi ke angka 0,15%. Disisi lain, baik secara tahunan maupun dibanding periode sebelumnya, tingkat pengangguran menunjukkan peningkatan. Kelesuan dunia usaha dimana penjualan mengalami penurunan akibat daya beli masyarakat yang juga menurun berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja dan kebijakan untuk tidak akan melakukan penambahan tenaga kerja yang masa kontraknya habis dan/atau pensiun pada mayoritas perusahaan di Sulawesi Utara.

Sementara penurunan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara terindikasi dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor utama pendorong perekonomian Sulawsi Utara menunjukkan pelemahan yang tercermin dari NTP dan NTUP. Kendati demikian, optimisme peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum masih terjaga diatas titik optimis, namun persepsi atas nilai tukar yang terus melemah dan ketidaksiapan atas pemberlakukan MEA pada akhir tahun membuat ekspektasi penghasilan kedepan tercatat mengalami penurunan.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2015 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,26% - 6,66% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2015 . Sumber pertumbuhan diperkirakan masih berasal dari sektor utama perekonomian Sulut yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan dan Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi

Utara tercatat mengalami perlambatan seiring dengan perlambatan pertumbuhan

perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari jumlah tenaga kerja regional yang tumbuh moderat yang diikuti dengan peningkatan tingkat pengangguran. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat hanya tumbuh 0,23% (yoy) diikuti oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang terkoreksi ke angka 0,15%....

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2015 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,26% - 6,66% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2015 .Sumber pertumbuhan diperkirakan masih berasal dari sektor utama perekonomian Sulut yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor konstruksi ...

(15)

5 sektor konstruksi serta beberapa sektor lain yang memiliki potensi peningkatan pertumbuhan di triwulan mendatang seperti sektor akomodasi, sektor transportasi serta sektor informasi dan komunikasi. Sesuai pola historis, sektor pertanian diperkirakan akan mencapai puncak pertumbuhannya pada periode triwulan III 2015 seiring panen raya pada tanaman perkebunan rakyat seperti cengkih, pala dan kelapa. Kondisi tersebut juga didukung prebaikan di sektor perikanan pasca relaksasi peraturan transhipment kendati masih dibayangi risiko cuaca yang kurang kondusif. Sementara itu, sektor perdagangan diperkirakan tumbuh lebih baik di triwulan mendatang dengan dorongan belanja masyarakat menyambut hari raya Idul Fitri dan hari pengucapan. Di sisi lain, realisasi belanja modal pemerintah diperkirakan mampu mendorong perkembangan sektor konstruksi ke arah yang lebih tinggi. Sesuai siklusnya, belanja modal pemerintah diperkirakan mulai mengalami peningkatan di paruh ke dua setiap tahunnya. Kondisi ini juga didukung oleh fakta bahwa realisasi belanja modal pemerintah khususnya APBN yang disalurkan di Sulut (instansi vertikal) cenderung masih rendah di kisaran 20% sampai dengan semester I 2015 sehingga optimalisasi penyerapan anggaran tersebut akan terjadi di semester II 2015. Selanjutnya, beberapa sektor lain seperti sektor akomodasi, sektor transportasi dan sektor informasi akan turut terdorong seiring tingginya aktifitas perdagangan, maraknya penyelenggaraan MICE, persiapan pilkada dan peningkatan mobilitas masyarakat menyambut hari raya keagamaan. Dengan memperhatikan perkembangan terkini, maka pertumbuhan ekonomi keseluruan tahun 2015 diperkirakan berada pada interval 6,27% - 6,67% (yoy) atau lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

Outlook Inflasi

Cukup tingginya tekanan inflasi di triwulan II 2015 diperkirakan masih akan berlanjut di triwulan III 2015. Pada triwulan III 2015 inflasi diperkirakan berada pada kisaran 9,04±1% (yoy). Namun, pada akhir tahun 2015 inflasi diperkirakan mampu mendekati sasarannya dan berada di kisaran 4,4±1% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi based point effect tingginya inflasi di Desember 2014.

Cukup tingginya tekanan inflasi di triwulan II 2015 diperkirakan masih akan berlanjut di triwulan III 2015. Pada triwulan III 2015 inflasi diperkirakan berada pada kisaran 9,04±1% (yoy). Namun, pada akhir tahun 2015 inflasi diperkirakan mampu mendekati sasarannya dan berada di kisaran 4,4±1% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi based point effect tingginya inflasi di Desember 2014...

(16)

6

Risiko inflasi diperkirakan berasal dari kelompok Administrated Prices

dan Volatile Food. Risiko yang berasal dari kelompok Administrated Prices terutama terkait dengan tibanya hari raya keagamaan Idul Fitri dan Pengucapan Syukur, adanya realisasi gaji ke-13 PNS, tibanya musim liburan sekolah, dan dampak kenaikan tarif batas bawah angkutan udara. Sementara dari kelompok volatile food tekanan diperkirakan stabil karena adanya normalisasi harga dan permintaan dan adanya panen di sebagian daerah pertanian sehubungan panen beras. Namun, risiko peningkatan harga akibat fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan masih patut diwaspadai. Selanjutnya, inflasi inti diperkirakan relatif terkendali meskipun dengan resiko yang moderat dengan adanya tekanan yang bersumber dari kenaikan harga emas perhiasan, bahan bangunan dan pengaruh volatilitas nilai tukar.

Outlook Perbankan

Secara umum kinerja bank umum masih menunjukkan pertumbuhan positif sampai dengan triwulan laporan. Kredit pada triwulan berikutnya diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan. Perkiraan tersebut didukung oleh hasil Survei Perbankan triwulan laporan yang menunjukkan optimisme persepsi perbankan bahwa kredit akan meningkat pada triwulan yang akan datang. Optimisme peningkatan permintaan kredit didukung oleh perkiraan meningkatnya prospek usaha nasabah dan dukungan permodalan bank yang cukup.

Secara umum kinerja bank umum masih menunjukkan pertumbuhan positif sampai dengan triwulan laporan. Kredit pada triwulan berikutnya diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan...

(17)

7 Halaman ini sengaja dikosongkan

(18)
(19)

PERKEMBANGAN

EKONOMI MAKRO

(20)
(21)

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Memasuki triwulan II tahun 2015, perkembangan perekonomian Sulut menunjukkan sedikit perlambatan kendati masih memiliki tingkat pertumbuhan di atas nasional. Kondisi tersebut sejalan dengan perkembangan perekonomian di level nasional yang memang tengah melambat. Pada triwulan laporan, perekonomian Sulut tercatat tumbuh sebesar 6,27% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,41% (yoy). Namun, tingkat pertumbuhan tersebut sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dimana perekonomian Sulut tumbuh sebesar 6,25% (yoy). Perekonomian Sulut juga tercatat masih mampu tumbuh di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,67% (yoy).

Secara sektoral, melambatnya perekonomian Sulut di triwulan laporan dipengaruhi oleh deselerasi yang terjadi pada dua sektor utama Sulut yaitu sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, pertumbuhan impresif dari sektor pertanian yang dipengaruhi panen raya tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan di sebagian wilayah, serta terakselerasinya sektor konstruksi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut sekaligus menahan pelemahan lebih lanjut. Sejalan dengan perkembangan di sisi sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulut dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor internasional. Sementara itu, peningkatan kinerja investasi dan konsumsi pemerintah yang ditopang oleh cukup baiknya serapan anggaran khususnya APBD menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut di triwulan laporan.

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi (TD 2010) Provinsi Sulawesi Utara (% yoy)

Sumber: BPS, diolah 5.61 5.58 5.14 5.03 4.92 5.01 5.02 4.72 4.67 6.53 6.38 6.72 6.25 6.19 6.12 6.31 6.41 6.27 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00

IV Total I II III IV Total I II

2013 2014 2015

(22)

Sumber: BPS, diolah

1.1 SISI PERMINTAAN

Secara keseluruhan, kegiatan konsumsi masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan. Perkembangan kegiatan konsumsi yang memiliki tingkat pertumbuhan lebih baik dibanding triwulan sebelumnya didorong oleh akselerasi konsumsi pemerintah di tengah konsumsi rumah tangga yang mengalami sedikit perlambatan. Di sisi lain, kegiatan ekspor internasional yang juga merupakan salah saktu faktor penyebab perlambatan pertumbuhan ekonomi tercatat mengalami kontraksi yang lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi ini tidak terlepas dari belum adanya hasil positif yang signifikan terkait penerapan kebijakan moratorium dan transhipment. Namun demikian, kontraksi pertumbuhan yang juga terjadi pada impor internasional maupun net impor antar daerah berhasil menjadi penahan pelemahan lebih lanjut di komponen neraca perdagangan bersih Sulut.

Tabel 1.1.

Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)

1.1.1 Konsumsi

Kegiatan konsumsi pada triwulan II 2015 mencatat pertumbuhan sebesar 6,36% (yoy) dengan kontribusi sebesar 4,27% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan konsumsi pada periode laporan tersebut lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 5,77% (yoy).

Pertumbuhan konsumsi ditopang oleh terakselerasinya konsumsi pemerintah di tengah konsumsi LNPRT yang masih terkontraksi dan konsumsi rumah tangga yang mengalami sedikit perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, konsumsi pemerintah tercatat tumbuh sebesar 8,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,19% (yoy). Akselerasi pada konsumsi pemerintah tidak terlepas dari dukungan fiskal yang lebih baik di 2015 serta realisasi belanja APBD yang lebih baik dibandingkan triwulan lalu maupun tahun sebelumnya. Sampai dengan tengah tahun 2015, realisasi belanja APBD provinsi

Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q4 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb.

Konsumsi 7.93 5.50 6.45 4.32 6.30 4.21 7.32 4.83 5.77 4.05 6.36 4.27

Konsumsi Rumah Tangga 6.89 3.45 6.96 3.34 6.37 3.05 6.47 3.02 6.16 3.09 6.04 2.92

Konsumsi LNPRT 11.48 0.28 1.93 0.04 1.06 0.02 2.50 0.05 -11.86 -0.30 -1.55 -0.03

Konsumsi Pemerintah 10.52 1.77 5.62 0.94 6.74 1.14 10.20 1.76 7.19 1.25 8.32 1.38

Investasi -3.58 -1.41 0.86 0.32 2.36 0.87 6.51 2.37 4.49 1.60 5.88 2.10

PMTB -3.50 -1.38 0.89 0.33 2.27 0.83 6.50 2.36 4.68 1.67 6.14 2.19

Perubahan Inventori -28.12 -0.04 -8.03 -0.01 66.18 0.03 31.38 0.01 -77.76 -0.07 -81.84 -0.09

Neraca Perdagangan Bersih -29.72 2.63 -34.55 1.61 -31.20 1.11 46.96 -1.07 -13.06 0.76 3.28 -0.09

Ekspor 30.82 5.10 75.11 10.27 32.99 4.83 2.09 0.31 -2.49 -0.51 -14.13 -3.18

Impor 83.83 2.20 -16.30 -0.78 -22.42 -0.82 18.37 0.58 -0.42 -0.02 -35.21 -1.33

Net Ekspor Antar Daerah 1.19 -0.27 69.88 -9.45 31.18 -4.53 5.76 -0.80 -5.78 1.25 -8.13 1.76

PDRB 6.72 6.72 6.25 6.25 6.19 6.19 6.12 6.12 6.41 6.41 6.27 6.27

Jenis Penggunaan 2014 2015

(23)

tercatat sebesar 34,77% atau meningkat sebesar 20,47% dibanding posisi triwulan sebelumnya dimana realisasi APBD tercatat sebesar 14,3%. Realisasi belanja tersebut juga lebih baik dibandingkan periode tahun sebelumnya yang sebesar 27,28%.

Di sisi lain, kondisi pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cenderung melambat tercermin dari persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi pada triwulan laporan yang menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan lalu maupun periode yang sama tahun sebelumnya. Angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan laporan tercatat sebesar 114,83 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode triwulan lalu dimana IKK tercatat sebesar 137,11 maupun tahun sebelumnya yang sebesar 150,44. Penurunan tingkat keyakinan konsumen disebabkan beberapa faktor seperti tingkat harga yang tinggi dan pelemahan kurs Rupiah. Kedua hal tersebut menjadi dasar presepsi rumah tangga atas penurunan kondisi perekonomian.

Grafik 1.2.

Serapan APBN Provinsi 5 Tahun Terakhir Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Grafik 1.3.

Sumber: Biro Ekonomi, Pemprov, Sulut Sumber: Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulut

Selanjutnya, kinerja konsumsi yang cenderung melambat juga dapat dilihat dari perkembangan penjualan ritel beberapa kelompok usaha di kota Manado. Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Sulawesi Utara, terlihat adanya indikasi perlambatan pertumbuhan penjualan yang tercermin dari perlambatan pertumbuhan Indeks Riil Penjualan (IRP) dari 7,93% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 5,59% pada triwulan II 2015. Secara angka indeks, IRP juga mengalami penurunan dari 258,75 di triwulan lalu menjadi 254,13 pada triwulan laporan. Berdasarkan hasil liaison, para pelaku usaha juga mengkonfirmasi turunnya tingkat konsumsi masyarakat yang tercermin dari menurunnya tingkat penjualan. Lickert Scale penjualan domestik berdasarkan hasil liaison, tercatat mengalami penurunan dari 0,57 pada triwulan lalu menjadi -2.29 pada triwulan laporan. Kondisi melambatnya konsumsi rumah tangga juga dipengaruhi oleh pembayaran gaji ke-13 PNS dan pembayaran THR yang mayoritas diberikan pada bulan Juli 2015 sehingga peningkatan belanja masyarakat terfokus pada bulan tersebut.

38.77% 35.27% 31.91% 35.43% 27.28% 34.77% 0% 10% 20% 30% 40% 50%

Juni 2010 Juni 2011 Juni 2012 Juni 2013 Juni 2014 Juni 2015

(24)

Grafik 1.4.

Indeks Penjualan Eceran & Lickert Scake Liaison Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik 1.5.

Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) & Liaison KPw BI Prov. Sulut Sumber: LBU, Lokasi Proyek

Di sisi lain, sejalan dengan melambatnya konsumsi rumah tangga, dukungan perbankan terhadap kegiatan konsumsi juga tengah mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari tingkat penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan di Sulawesi Utara yang tumbuh 13,07% (yoy) pada triwulan laporan atau melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,2% (yoy). Namun demikian, kredit konsumsi tercatat masih memiliki pangsa terbesar dalam penyaluran kredit perbankan di Sulut dengan share sebesar 58% dari total kredit. Adapun total penyaluran kredit konsumsi pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.17,7 Triliun.

1.1.2 Investasi

Kegiatan investasi yang tercermin dari angka PMTB dan perubahan inventori pada triwulan II 2015 tercatat tumbuh 5,88% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2,10% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang tercatat 4,49% (yoy). Laju impresif pertumbuhan investasi menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan. Tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan selain didorong oleh masih berjalannya proyek yang bersifat multiyears, juga didorong oleh berbagai program pemerintah pusat maupun daerah yang mulai diinisiasi pada awal tahun 2015. Serapan belanja modal pada APBD yang relatif lebih baik juga menjadi salah satu fakotr pendukung akselerasi pertumbuhan investasi pada triwulan laporan.

7.93 5.59 0.57 -2.29 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 -5 0 5 10 15 20 25 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2014 2015 Pertumbuhan Indeks Riil Penjualan Likert Scale Penjualan Domestik (sb.kanan)

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

YoY Rp. Triliun

(25)

Grafik 1.6.

Perkembangan Penjualan Semen Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Grafik 1.7.

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : LBU, Lokasi Proyek

Jenis proyek multiyears yang masih berjalan baik oleh pemerintah maupun swasta pada triwulan laporan adalah pembangunan jalan tol Manado-Bitung, perbakikan jalan-jembatan di beberapa daerah, pembangunan infrastruktur pendukung transportasi (bandara dan pelabuhan), pembangunan pusat perbelanjaan, pembangunan beberapa hotel baru di Kota Manado serta masih maraknya proyek pembangunan hunian vertikal maupun horizontal. Lebih lanjut lagi, realisasi APBD dan APBN juga mengindikasikan sudah dimulainya beberapa proyek strategis dengan pencapaian realisasi anggaran di atas 50% sampai dengan triwulan II 2015 untuk proyek pembangunan waduk (Lolak dan Kuwil) serta proyek pembangunan pelabuhan perikanan. Indikator pertumbuhan investasi juga tercermin dari realisasi penjualan semen yang menunjukkan angka penjualan maupun tingkat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Sampai dengan triwulan laporan realisai penjualan semen tercatat sebesar 163 ribu ton atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 158 ribu ton.

Sejalan dengan pertumbuhan sektor investasi, perkembangan kredit investasi yang disalurkan oleh bank umum di Sulawesi Utara juga menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari 12.7% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 18,65% (yoy) pada triwulan laporan. Dilihat dari nilainya, jumlah penyaluran kredit investasi pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp. 4,04 Triliun.

1.1.3 Ekspor Impor

Kinerja perdagangan internasional pada triwulan laporan menjadi salah satu faktor penahan laju pertumbuhan ekonomi Sulut. Hal ini tercermin dari terkontraksinya pertumbuhan ekspor dan impor Sulut pada triwulan laporan. Ekspor tercatat mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 14,13% dimana pada triwulan sebelumnya tercatat terkontraksi 2,49% (yoy). Di sisi lain, impor juga tercatat melanjutkan pelemahannya setelah mencetak pertumbuhan negatif 35,21% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh negatif 0,42% (yoy).

-40 -20 0 20 40 60 80 100 0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012 2013 2014 2015

(26)

Sementara itu, perdagangan antar daerah pada triwulan laporan masih mencatatkan kondisi net impor.

Pada triwulan laporan kinerja ekspor komoditas Sulut mencatatkan pertumbuhan negatif 17.18% (yoy) dengan nilai ekspor sebesar 291,04 juta USD. Melemahnya kinerja ekspor pada triwulan laporan masih dipengaruhi oleh menurunya ekspor produk ikan dan olahannya sebagai dampak belum adanya hasil positif yang signifikan terkait penerapan kebijakan moratorium dan

transhipment. Berdasarkan hasil liaison, pelaku usaha ekspor ikan menyatakan kinerja ekspor produk tersebut masih menghadapi masalah seiring kondisi pasokan bahan baku yang terbatas.

Tabel 1.2.

Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD)

Sampai dengan pertengahan tahun 2015, dilihat berdasarkan pangsa komoditi utama ekspor Sulawesi Utara, komoditi yang menjadi unggulan ekspor masih berasal dari produk olahan lemak dan minyak nabati dengan komposisi sebesar 65%, diikuti oleh produk perhiasan/permata (14%), sementara ikan dan ikan olahan tecatat hanya memiliki pangsa 4% dan 5% seiring menurunnya volume ekspor. Sementara itu, berdasarkan negara tujuan, ekspor Sulawesi Utara sampai dengan triwulan II 2015 didominasi oleh Belanda (27%), Amerika Serikat (21%) dan Singapura (14%). Perlambatan ekspor juga tidak terlepas dari kondisi harga internasional komoditas ekspor utama Sulut yaitu minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yang terpantau masih rendah pada triwulan laporan.

Grafik 1.7.

Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara Harga Komoditas International Grafik 1.8.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : World Bank Commodity Price Data

Kinerja ekspor luar negeri yang mengalami kontraksi dan situasi perekonomian yang tengah melambat diikuti oleh melemahnya arus perdagangan antar daerah. Ekspor antar daerah Sulut yang tercermin dari kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung tercatat mengalami pertumbuhan negatif atau terkontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Total Ekspor (Juta USD) 183.00 166.90 211.87 229.91 285.53 351.43 296.02 242.70 274.10 291.04 -17.18%

Uraian 2013 2014 2015 Growth (yoy)

Lemak&Minyak 65% Ikan 4% Daging&Ikan Olah 5% Ampas 4% Perhiasan 14% Lainnya 8% 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2013 2014 2015 USD/Metric Ton

CPO Price CNO Price

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

(27)

triwulan II 2015, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik tercatat hanya sebanyak 64 ribu ton atau tumbuh negatif 64,44% (yoy).

Grafik 1.9.

Negara Tujuan Ekspor Sulawesi Utara Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung Grafik 1.10.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : PT Pelindo IV, Bitung

Sejalan dengan kondisi ekspor luar negeri yang terkontraksi, aktivitas impor juga mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan laporan. Pada triwulan II 2015, nilai impor tercatat hanya sebesar 12,04 juta USD atau mengalami kontraksi cukup dalam mencapai 63,29% (yoy). Terkontraksinya impor Sulut yang mayoritas merupakan barang modal menggambarkan melemahnya kegiatan investasi non bangunan khususnya bagi perusahaan industri berorientasi ekspor yang tengah mengalami kendala bahan baku.

Berdasarkan komoditinya, impor besi dan baja merupakan komoditi impor terbesar dengan pangsa 22% dari total nilai impor, disusul oleh komoditas mesin-mesin (18%), benda besi baja (14%), bahan bakar mineral (13%), dan kapal laut (7%). Komoditas impor tersebut digunakan untuk mendukung kinerja ekspor terutama oleh perusahaan di sektor industri pengolahan. Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan Juni 2015 lebih dominan didatangkan dari negara Tiongkok (26%), Australia (20%), Taiwan (19%), dan Singapura (14%). Belanda 27% Tiongkok 10% Amerika Serikat 21% Korea Selatan 8% Singapura 14% Lainnya 20% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Total Impor (Juta USD) 10.00 46.20 30.53 23.50 42.59 32.80 17.48 29.19 18.79 12.04 -63.29%

Uraian 2013 2014 2015 Growth (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 1.3.

(28)

Grafik 1.11.

Pangsa Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara Grafik 1.12. Negara Asal Impor Sulawesi Utara

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah

Di sisi lain, aktivitas impor antar daerah juga menunjukkan penurunan. Pada triwulan laporan, total barang yang masuk ke Sulut tecatat sebesar 493 ribu ton atau tumbuh negatif 20,83% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh negatif 18,95% (yoy). Melemahnya kegiatan bongkar pelabuhan tersebut mengkonfirmasi kondisi net impor antar daerah pada PDRB yang mengalami pelemahan tingkat pertumbuhan pada triwulan laporan.

1.2 SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 ditopang oleh akselerasi pada sektor pertanian dan sektor konstruksi di tengah perlambatan yang terjadi pada sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Akselerasi pada sektor pertanian dipengaruhi peningkatan produksi seiring panen raya tanaman bahan makanan (tabama) dan panen tanaman perkebunan tahunan di beberapa daerah. Sementara itu, akselerasi pada sektor konstruksi ditopang oleh kelanjutan proyek bangunan pemerintah maupun swasta.

Di sisil lain, perlambatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh deselerasi yang terjadi pada sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Melambantnya pertumbuhan sektor perdagangan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan relatif sejalan dengan pelemahan yang terjadi pada konsumsi rumah tangga pada sisi penggunaan. Hal tersebut tidak terlepas dari daya beli masyarakat yang cenderung melemah akibat tingkat

Mesin-mesin 18% Kapal Laut 7% Bahan Bakar Mineral 13% Benda Besi Baja 14% Besi dan Baja

22% Lainnya 26% Tiongkok 26% Australia 20% Singapur a 14% Filipina 7% Taiwan 19% Lainnya 14% Grafik 1.13.

Perkembangan Kegiatan Bongkar Pelabuhan

Sumber : PT Pelindo IV, Bitung

-30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012 2013 2014 2015

(29)

harga yang tinggi serta penurunan harga komoditas utama perekebunan rakyat seperti cengkih dan pala. Selain itu, pembayaran gaji ke-13 PNS dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang mayoritas direalisasikan pada bulan Juli 2015 menyebabkan belanja rumah tangga terfokus pada triwulan III 2015. Tren peningkatan jumlah angka pengangguran terbuka (TPT) sejak tahun lalu serta pengaruh regulasi seperti pajak progresif kendaraan bermotor juga turut memberi pengaruh terhadap laju sektor perdagangan. Selanjutnya, pada sektor industri pengolahan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku terutama untuk komoditas perikanan seiring kondisi cuaca yang kurang mendukung serta oleh belum adanya hasil positif yang signifikan terkait penerapan kebijakan moratorium dan transhipment.

Secara keseluruhan, sumbangan terbesar pada pertumbuhan ekonomi Sulut periode triwulan II 2015 bersumber dari sektor pertanian yang tumbuh 4,83% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,05%. Sektor lain yang memberikan kontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi Sulut adalah sektor konstruksi dan sektor transportasi dengan sumbangan masing-masing sebesar 0,86% dan 0,71%. Sementara itu, kendati melambat, sektor perdagangan masih memberikan kontribusi cukup besar pada perekonomian Sulut dengan sumbangan sebesar 0,74%.

Tabel 1.4.

Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Q4 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb.

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.92 0.42 2.77 0.62 5.16 1.14 3.75 0.82 4.00 0.83 4.83 1.05

Pertambangan dan Penggalian 4.78 0.23 6.87 0.33 6.77 0.33 9.10 0.44 12.10 0.58 7.61 0.37

Industri Pengolahan 4.14 0.46 3.28 0.37 3.18 0.35 3.15 0.34 4.00 0.44 3.01 0.33

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 2.40 0.00 3.50 0.00 3.16 0.00 30.21 0.03 38.87 0.04 9.36 0.01

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.21 0.00 2.12 0.00 4.04 0.01 6.47 0.01 8.21 0.01 8.36 0.01

Konstruksi 7.40 0.93 7.67 0.95 3.72 0.48 5.15 0.67 5.92 0.75 6.79 0.86

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 11.77 1.45 10.05 1.24 7.90 0.99 7.56 0.96 7.38 0.96 5.79 0.74

Transportasi dan Pergudangan 11.29 0.93 9.86 0.80 9.98 0.81 10.52 0.85 9.18 0.78 8.52 0.71

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9.19 0.20 12.43 0.25 11.93 0.24 9.94 0.20 5.68 0.12 7.20 0.15

Informasi dan Komunikasi 9.33 0.41 8.31 0.36 9.75 0.42 9.64 0.41 8.50 0.38 9.53 0.42

Jasa Keuangan dan Asuransi 1.84 0.08 -1.13 -0.04 1.73 0.06 8.78 0.31 5.71 0.22 2.35 0.09

Real Estate 9.08 0.33 9.18 0.33 8.51 0.30 8.56 0.30 7.98 0.29 7.56 0.28

Jasa Perusahaan 9.19 0.01 8.41 0.01 7.31 0.01 7.82 0.01 8.21 0.01 8.33 0.01

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9.51 0.62 7.03 0.47 9.58 0.66 9.52 0.68 8.90 0.59 9.52 0.64

Jasa Pendidikan 4.47 0.12 7.04 0.18 3.70 0.10 0.97 0.02 2.69 0.07 5.60 0.14

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10.98 0.41 8.32 0.31 7.17 0.26 0.19 0.01 5.98 0.23 9.39 0.35

Jasa lainnya 8.39 0.13 4.84 0.08 2.05 0.03 3.52 0.06 6.24 0.10 7.49 0.12

PDRB 6.72 6.72 6.25 6.25 6.19 6.19 6.12 6.12 6.41 6.41 6.27 6.27

2014

(30)

Sumber : Survei Penjualan Eceran, KPw BI Prov.Sulut

1.2.1. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kendati tumbuh melambat, Sektor

Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil dan Sepeda Motor masih menjadi salah satu penopang perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan laporan yang ditunjukkan dengan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 0,74%. Pada triwulan II 2015, sektor Perdagangan Besar dan Eceran tumbuh 5,79% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I 2015 yang tercatat tumbuh sebesar 7,38% (yoy) maupun periode yang sama tahun

sebelumnya dimana sektor ini mampu tumbuh mencapai 10,05% (yoy). Dilihat dari pangsanya terhadap total perekonomian Sulut, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor menempati posisi kedua di bawah sektor pertanian dengan pangsa mencapai 12,7% dari total perekonomian Sulut pada triwulan laporan.

Perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang cenderung melemah akibat tingkat harga yang tinggi serta penurunan harga komoditas utama perekebunan rakyat seperti cengkih dan pala. Selain itu, pembayaran gaji ke-13 PNS dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang mayoritas direalisasikan pada bulan Juli 2015 menyebabkan belanja rumah tangga terfokus pada triwulan III 2015. Tren peningkatan jumlah angka pengangguran terbuka (TPT) sejak tahun lalu serta pengaruh regulasi seperti pajak progresif kendaraan bermotor juga turut memberi pengaruh terhadap laju sektor perdagangan.

Melambatnya kinerja sektor PHR tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Provinsi Sulawesi Utara yang menunjukkan adanya penurunan angka Indeks Riil Penjualan Eceran dari 258,75 pada triwulan I 2015 menjadi 254,13 pada triwulan II 2015. Penurunan terutama didorong oleh turunnya indeks penjualan riil di kelompok barang makanan dan tembakau serta kelompok kerajinan, seni dan mainan terutama pada awal triwulan laporan. Kelompok lain yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok pakaian dan perlengkapannya.

Seiring dengan melemahnya perdagangan, data penjualan kendaraan di Sulawesi Utara juga menunjukkan perkembangan serupa. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pelaku usaha, penjualan kendaraan di Sulut pada triwulan laporan kembali mengalami kontraksi cukup dalam sebesar negatif 41,77% (yoy). Berdasarkan hasil liaison, pelaku usaha menyatakan bahwa kondisi penurunan penjualan sampai triwulan II 2015 sudah berada di luar ekspektasi. Namun

Grafik 1.14. Indeks Penjualan Eceran

0 50 100 150 200 250 300 350 400 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Jan Feb Ma r Ap r Me i Ju n Jul Agu st Se p Ok t N op Des Jan Feb Ma r Ap r Me i Ju n Jul Agu st Se p Ok t N op Des Jan Feb Ma r Ap r Me i Ju n 2013 2014 2015

(31)

demikian, pelaku usaha masih cukup optimis bahwa tingkat penjualan akan kembali terdongkrak pada paruh ke dua tahun 2015.

Grafik 1.15.

Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Penjualan Kendaraan Grafik 1.16.

Sumber : LBU, Lokasi Proyek Sumber : Pelaku Usaha

Sejalan dengan perkembangan sektor perdagangan, dukungan perbankan terhadap sektor tersebut juga relatif menurun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit kepada sektor perdagangan yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan pada sektor perdagangan mencapai Rp.6,7 Triliun, tumbuh 12,44% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dimana kredit perdagangan tumbuh sebesar 14,32% (yoy).

1.2.2. Konstruksi

Pada triwulan laporan, sektor konstruksi kembali menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Sektor konstruksi tercatat mengalami akselerasi pada triwulan II 2015 dengan pertumbuhan sebesar 6,79% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,92% (yoy). Sumbangan sektor Konstruksi pada laju pertumbuhan ekonomi Sulut secara keseluruhan pada triwulan laporan mencapai 0,86% atau meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 0,75%.

Memasuki pertengahan tahun 2015, bebrapa proyek baru milik pemerintah tercatat mulai berjalan. Hal ini tercermin dari realisasi anggaran yang diperuntukan bagi proyek strategis sampai dengan Juni 2015. Kondisi tersebut didukung oleh masih berlangsungya proyek bersifat

multiyears baik oleh swasta maupun pemerintah menjadi pendorong utama perkembangan sektor konstruksi. Di sisi pemerintah, beberapa proyek strategis bahkan telah mencapai penyerapan anggaran di atas 50% yaitu proyek pembangunan waduk Lolak dan Kuwil serta proyek pembangunan pelabuhan perikanan. Namun demikian, masih terdapat beberapa proyek yang masih belum berjalan seperti proyek perpanjangan jaringan (listrik pedesaan) dan proyek pembangunan pasar rakyat. Sementara itu, proyek investasi bangunan pihak swasta seperti

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

(32)

pembangunan pusat perbelanjaan, hotel, hunian vertikal dan kompleks perumahan terpantau masih marak dan terus berlangsung tanpa mengalami hambatan berarti.

Tabel 1.4.

Perkembangan Realisasi Anggaran Proyek Strategis 2015

Sumber : DJPBN Sulawesi Utara

Tingginya pertumbuhan sektor konstruksi juga tidak terlepas dari derasnya dukungan pihak perbankan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit konstruksi yang terus menanjak sejak peruh kedua tahun 2014. Kredit konstruksi di Sulut pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.1,05 Triliun atau mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 35,87% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 31,86% (yoy). Di sisi lain, tingginya pertumbuhan sektor konstruksi juga tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran KPw BI Sulut dimana indeks penjualan bahan konstruksi mengalami peningkatan dari 250,06 pada Maret 2015 menjadi 274,17 pada posisi Juni 2015. Perkembangan sektor konstruksi yang semakin baik, diperkirakan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi Sulut di sepanjang tahun 2015. Perkembangan pembangunan terutama untuk jenis proyek infrastruktur transportasi, diharapkan dapat memberi multiplier effect pada perkembangan sektor lain yang terkait seperti sektor perdagangan dan sektor transportasi di masa mendatang.

No Proyek Strategis Pagu (Rp.) Realisasi Juni (Rp.)

1 Pelebaran Jalan (Pelabaran jalan di Manado dan sekitarnya, Kotamobagu dan sekitarnya,

serta di Kabupaten Sangihe Talaud dan sekitarnya 699,630,344,000 106,820,105,547 2 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan (Jalan tol Manado-Bitung) 635,095,000,000 11,746,053,100 3 Penggantian Jembatan (Pembangunan dan pelebaran berbagai jembatan di Sulawesi

Utara) 246,845,293,000 36,231,882,840

4 Pembangunan Fasilitas pelabuhan (Lanjutan pembangunan fasilitas pelabuhan laut

bitung) 245,685,948,000 8,433,950,161 5 'Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan 222,750,000,000 35,657,125,800 6 Waduk yang dibangun (Pembangunan bendungan Lolak dan Bendungan Kuwil) 179,384,905,000 104,598,266,860 7 Landas Pacu (Runway) (Bandar Udara Naha Tahuna dan Bandar Udara Miangas) 163,742,560,000 -8 Pembangunan Jembatan Baru (antara lain rekonstruksi/rehabilitasi Jembatan

Tambulinas) 154,572,000,000 17,050,051,800 9 Sarana/prasarana pengaman pantai yang dibangun (di beberapa wilayah di Sulawesi

Utara) 118,521,200,000 20,282,605,900

10 Sarana/prasarana pengendalian banjir yang dibangun (di beberapa wilayah di Sulawesi

Utara) 111,685,662,000 16,131,958,500

11 Pembangunan Jalan Baru 81,301,000,000 6,650,071,200 12 SPAM Perkotaan (di berbagai wilayah di Sulawesi Utara) 66,806,800,000 4,387,687,600 13 Panjang Jaringan Distribusi (listrik pedesaan) sepanjang 204,9 KMS 66,710,842,000 0 14 Pasar Rakyat (Type A/B) (pembangunan beberapa pasar rakyat di beberapa wilayah di

Sulawesi Utara) 59,309,243,000 0

15 Jumlah pengembangan dan pembangunan pelabuhan perikanan UPT Pusat (lokasi) pada

(33)

Grafik 1.17.

Perkembangan Kredit Konstruksi Indeks Penjualan Bahan Konstruksi Grafik 1.18.

Sumber : LBU, Lokasi Proyek Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE)

1.2.3. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor dengan pangsa terbesar pada struktur perekonomian Sulawesi Utara. Porsi sektor ini mencapai 21,42% terhadap nilai perekonomian Sulut di triwulan laporan. Sektor ini juga sekaligus menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Sulut dengan sumbangan tertinggi dibandingkan sektor lainnya yaitu mencapai 1,05% pada triwulan laporan, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,83%.

Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan II 2015 tumbuh 4,83% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 2015 yang tercatat sebesar 4% (yoy). Tingginya pertumbuhan sektor pertanian didorong oleh pertumbuhan yang signifikan pada subsektor tanaman perkebunan dan akselerasi pada subsektor tanaman bahan makanan. Di sisi lain, subsektor perikanan tercatat masih mengalami kontraksi dipengaruhi penetapan regulasi moratorium dan transhipment oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan.

Akselerasi pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama) didorong oleh peningkatan produksi seiring panen raya beras yang terjadi pada periode April Mei 2015 di sentra penghasil beras Sulut di wilayah Bolaang Mongondow dan sekitarnya. Kondisi ini juga ditandai dengan menurunnya harga beras pada periode tersebut. Subsektor tabama mencatatkan tingkat pertumbuhan sebesar 1,48% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 4,87% (yoy). Sementara itu, pada triwulan laporan, subsektor tanaman perkebunan juga mencatatkan pertumbuhan cukup tinggi mencapai 16,68% (yoy) didukung panen raya komoditas cengkih dan pala di beberapa daerah terutama daerah kepulauan.

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

YoY Rp. Triliun

Kredit Konstruksi gKredit Konstruksi

-20 -10 0 10 20 30 40 0 50 100 150 200 250 Jan Mar Me i Ju l Se p N o p Jan Mar Me i Ju l Se p N o p Jan Mar Me i 2013 2014 2015

(34)

Grafik 1.19.

Perkembangan Produksi Ikan Perkembangan Kredit Sektor PertanianGrafik 1.20.

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Prov, Sulut

Sumber : LBU, Lokasi Proyek

Di sisi lain, kontraksi pada subsektor perikanan tercermin dari pertumbuhan produksi ikan tangkap yang masih mengalami tingkat pertumbuhan negatif kendati cenderung membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Sulut, jumlah produksi ikan tangkap tercatat mengalami pertumbuhan negatif 1,6% (yoy) pada triwulan laporan atau mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan terkontraksi sebesar 3,7% (yoy). Di sisi lain, dukungan perbankan terhadap perkembangan sektor pertanian terus menunjukkan perbaikan. Hal ini tercermin dari tingkat pertumbuhan kredit yang lebih baik dibandingkan triwulan lalu kendati masih mengalami kontraksi. Pembiayaan perbankan terhadap sektor pertanian tercatat sebesar Rp.308 Miliar pada triwulan laporan atau mencatatkan pertumbuhan negatif 2,15% (yoy). Kondisi ini relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya dimana tingkat pertumbuhan kredit pertanian mencatatkan angka negatif 3,22% (yoy).

1.2.4. Sektor lainnya

A. Sektor Indsutri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor dengan pangsa cukup besar pada perekonomian Sulut pada posisi setelah sektor Pertanian, sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan sektor Konstruksi dengan pangsa sebesar 10,55% terhadap total perekonomian Sulut di triwulan laporan. Sektor industri pengolahan menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan pada triwulan laporan dipengaruhi permasalahan yang menerpa subsektor industri pengolahan ikan serta industri berskala kecil dan menengah di berbagai subsektor. Pada triwulan laporan sektori industri pengolahan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 3,01% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4% (yoy). Adapun kontribusi sektor industri pengolahan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan adalah sebesar 0,33%. -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012 2013 2014 2015

Ikan Tangkap (ton) gIkan Tangkap - sb. kanan (%)

-40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

YoY Rp. Triliun

(35)

Melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan terkait erat dengan perkembangan harga khususnya pada komoditas kelapa sawit dan turunannya. Berdasarkan hasil liaison

kepada pelaku usaha, kondisi harga kelapa sawit dan turunannya cenderung melemah pada triwulan laporan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan menahan tingkat produksinya. Sementara itu, permasalahan bahan baku pada sektor industri pengolahan ikan juga masih mengemuka dipicu oleh cuaca buruk yang terjadi di penghujung triwulan laporan. Di sisi lain, lesunya perekonomian yang berpengaruh pada tingkat perdagangan serta pelemahan kurs Rupiah diperkirakan menjadi penyebab turunnya kinerja industri berskala kecil dan menengah di berbagai subsektor.

Penurunan produksi pada industri pengolahan minyak nabati tercermin dari nilai ekspor produk tersebut yang pada triwulan II 2015 mengalami tingkat pertumbuhan negatif 19,3% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar negatif 11,23% (yoy). Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan, dukungan pihak perbankan terhadap sektor tersebut dirasa masih belum optimal. Penyaluran kredit terhadap sektor industri pengolahan pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.1,07 Triliun dengan tingkat pertumbuhan yang terkontraksi 22,15% (yoy).

Grafik 1.22.

Perkembangan Kredit Industri Pengolahan Grafik 1.23. Perkembangan Ekspor Minyak Nabati

Sumber : LBU, Lokasi Proyek

Sumber : Bea Cukai, diolah

B. Sektor Transportasi dan Pergudangan

Pada triwulan laporan, sektor transportasi dan pergudangan mencatatkan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi kendati melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor transportasi dan pergudangan tercatat tumbuh sebesar 8,52% (yoy) melambat dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 9,18% (yoy). Kontribusi sektor transportasi dan pergudangan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut tercatat sebesar 0,71% (yoy). Perlambatan pada sektor transportasi dan pergudangan relatif sejalan dengan melambatnya sektor perdagangan yang menjadi motor kegiatan transportasi maupun pergudangan.

-40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

YoY Rp. Triliun

Kredit Industri gKredit Industri

157.2 196.4 151.8 97.2 134.9 127.9119.9149.6 200.0 239.5 193.3 135.4 177.6193.3 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0 50 100 150 200 250 300

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

(36)

Tabel 1.5.

Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi

Grafik 1.24.

Perkembangan Kredit Sektor Transportasi

Grafik 1.25.

Perkembangan Ekspor Emas Sulut Melambatnya pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan pada triwulan II 2015 tercermin dari data arus kargo datang dan berangkat di bandara Sam Ratulangi. Jumlah kargo yang masuk ke Sulawesi Utara pada triwulan II 2015 tercatat sebanyak 2.197 ton atau mengalami tingkat pertumbuhan negatif 3,79% (yoy). Penurunan juga tercermin dari jumlah kargo berangkat dari bandara Sam Ratulangi yang tercatat mengalami pertumbuhan negatif 12,51% (yoy) pada triwulan laporan. Namun demikian, jumlah penumpang datang maupun berangkat dari bandara Sam Ratulangi tercatat masih mengalami pertumbuhan kendati pada level yang terbatas. Peningkatan arus penumpang dipengaruhi oleh pembukaan rute baru oleh maskapai dan persiapan menjelang hari raya Idul Fitri yang jatuh di bulan Juli 2015

Sejalan dengan pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan yang mengalami perlambatan, dukungan kredit perbankan terhadap sektor ini juga menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan. Kredit sektor transportasi pada triwulan II 2015 tercatat tumbuh 25,52% (yoy), melambat dibandingkan triwulan I 2015 yang tumbuh 26,79% (yoy). Secara nominal, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor transportasi di triwulan II 2015 tercatat mencapai Rp.418 Miliar.

C. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Setelah sempat mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan I 2015, sektor pertambangan dan penggalian tercatat tumbuh melambat pada triwulan laporan. Sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 7,61% (yoy) pada triwulan laporan atau mengalami perlambatan dibanding triwulan

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Penumpang Datang (orang) 162,888 276,516 392,437 290,689 216,336 236,018 261,756 273,686 218,078 244,715 3.68% Penumpang Berangkat (orang) 262,609 278,629 390,053 277,150 228,609 239,743 257,766 257,305 231,366 246,111 2.66% Kargo Datang (kg) 1,754,492 1,845,718 1,770,487 2,440,699 2,208,863 2,284,495 2,081,959 2,722,161 1,850,804 2,197,998 -3.79% Kargo Berangkat (kg) 1,005,130 1,075,263 932,232 935,385 877,551 782,141 669,406 786,022 783,384 684,294 -12.51% 2015 Kargo Penumpang Jenis Pengangkutan Keterangan 2014 Growth (YoY) 2013

Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara

Sumber : LBU, Lokasi Proyek -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 0 0.2 0.4 0.6

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 2015

YoY Rp. Triliun

Kredit Transportasi gKredit Transportasi

-100 -50 0 50 100 150 200 250 300 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015

Gambar

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi (TD 2010)  Provinsi Sulawesi Utara (% yoy)
Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal  Grafik 5.2 Perkembangan Rasio UTLE Terhadap Inflow
Grafik 5.3 Perkembangan Layanan Penukaran Uang dan Penggantian Uang Rusak
Grafik 5.4 Perkembangan Aliran Uang Kartal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pertanyaan juri dan peserta (jika ada) direspons dengan jawaban yang memadai, tidak bertele-tele, sesuai dalam hal kapan jawaban perlu dijawab secara lugas dan kapan jawaban

dimana dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dana yang digunakan untuk kegiatan Belanja Aparatur dan Operasional Pemerintah Desa sebesar 30% dan

Adapun kesulitan-kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran sejarah yang menyangkut implementasi KTSP adalah: (1) kesulitan dalam mengembangkar Rencana Pelaksanaan

95230 (93061) JASA REPARASI ALAS KAKI DAN BARANG DARI KULIT JASA REPARASI FURNITUR DAN PERLENGKAPAN RUMAH 9524. 95240 (93062) JASA REPARASI FURNITUR DAN

Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhu, dia berkata bahwa telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW melakukan shalat bersama-sama dengan orang

Kolom 3, Beban Rencana per Roda diperoleh dari beban sumbu (kolom 2) dikalikan dengan faktor keamanan beban dibagi dengan jumlah roda.. Kolom 4, Repetisi yang Terjadi diperoleh

pada >HCG atasan yang memberhentikan pega9ainya berdasarkan status atau prasangka status HIV merekaG atau ke.uarga atau masyarakat yang meno.ak mereka yang hidup atau

Kenapa nol? Jarak masing-masing muatan ke titik P adalah sama dan besar muatan juga sama, separuh positif dan separuh lagi negatif sehingga jika dimasukkan angkanya hasilnya