• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Sejarah berdirinya PT X berawal dari ide beberapa mantan karyawan sebuah perusahaan mi instan terbesar di Indonesia, untuk membuat sebuah produk mi instan yang memiliki citra produk Islami. Berdasarkan nomor surat izin usaha perdagangan (SIUP) 10.925/9503-P/09-01/PB/96 tanggal 19 Januari 1996 PT X didirikan dan langsung meluncurkan produk mi instan baru dengan merek dagang X. Untuk mendukung kegiatan pengolahan produk mi instan baru tersebut, maka dua pabrik dibangun di Jawa Barat dan Jawa Timur. Masing-masing pabrik tersebut beroperasi pada bulan Januari 1996.

4.1.2 Misi dan Tujuan Perusahaan

PT X memiliki misi meningkatkan kesejahteraan konsumen kaum muslim dengan bina kerjasama melalui produk-produk konsumsi (consumer goods). Tiga tujuan yang ingin dicapai perusahaan adalah (1) memenuhi kebutuhan mi instan masyarakat Indonesia yang tumbuh 10-15 persen per tahun, (2) memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat dan (3) mendapatkan perolehan laba bagi perusahaan.

4.2 Analisis Lingkungan Internal

Menurut Kotler (1997), pengidentifikasian faktor internal dapat memberikan gambaran kondisi suatu perusahaan. Setidaknya ada dua bagian pada faktor internal perusahaan yang dapat menentukan posisi persaingan perusahaan, yaitu kekuatan dan kelemahan. Analisis faktor internal berfungsi memberikan gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan, kemudian bagaimana perusahaan dapat menghindari ancaman yang berasal dari eksternal perusahaan dengan kekuatan yang dimiliki perusahaan dan kelemahan perusahaan dapat diminimalkan dengan melihat peluang yang terdapat pada faktor eksternal perusahaan.

(2)

Secara tradisional, aspek-aspek lingkungan internal perusahaan yang hendaknya diamati salah satunya dapat dilihat dari pendekatan fungsional. Pendekatan fungsional terdiri atas pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, Sumberdaya Manusia (SDM) dan Sistem Informasi Manajemen (SIM).

4.2.1 Pemasaran

Pangsa pasar (market share) terbesar produsen mi instan di Indonesia masih ditempati oleh Indofood sebesar 88 persen. Sisanya sebesar 12 persen diperebutkan oleh merek-merek mi instan lainnya termasuk oleh PT. X. Berdasarkan riset CIC pada tahun 2000, pangsa pasar PT X adalah sebesar 2,4 persen. Suatu perolehan yang sangat kecil bila dibandingkan dengan pangsa pasar Indofood. Adapun pesaing utama PT X selain Indofood adalah PT. ABC dan PT. Karunia Alam Segar (produsen Mi Sedaap) yang merupakan pendatang baru yang sangat potensial dalam industri mi instan.

Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar di tengah situasi persaingan yang semakin kompetitif, PT X melakukan berbagai usaha pemasaran yang cukup efektif. Usaha-usaha yang dilakukan adalah melakukan inovasi produk PT X dengan variasi rasa baru, yaitu rasa Kari Melayu dan Mi Goreng Abon. Selain Kari Melayu dan Abon, ada beberapa jenis variasi rasa produk PT X yang lainnya, yaitu produk PT X rasa ayam spesial dengan minyak bawang, produk PT X rasa kaldu ayam dengan bumbu kaldu, produk PT X rasa ayam bawang dengan minyak bawang, produk PT X rasa ayam bawang plus dengan sambal cabe asli, produk PT X rasa soto mi dengan minyak soto, produk PT X rasa soto mi plus dengan sambal cabe asli, produk PT X goreng reguler dengan kecap manis dan cabe, produk PT X goreng ala Jawa.

Diferensiasi rasa merupakan kekuatan bagi produk PT X, karena berbagai rasa yang ditampilkan telah sesuai dengan keinginan dan selera konsumen, sehingga ketika semua variasi rasa tersebut diluncurkan mendapat sambutan yang hangat oleh para pelanggan. Untuk menghasilkan inovasi rasa baru, divisi Research and Development bekerjasama dengan

(3)

divisi Pemasaran memonitor terus-menerus perkembangan selera konsumen sehingga inovasi rasa yang dihasilkan benar-benar mewakili selera konsumen. Kekuatan perusahaan di bidang pemasaran yang berasal dari aspek produk adalah citra merek dagang yang digunakan.

Dengan brand PT X, perusahaan telah berhasil menanamkan citra produk Islami yang halal pada konsumen. Respon konsumen terhadap produk PT X sangatlah positif, penjualan PT X walaupun berfluktuasi namun tetap menunjukkan trend yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dengan mengutamakan mutu produk, perusahaan telah berhasil dalam mempertahankan mutu produk, sehingga produk PT X dalam hal rasa, kehigienisan dan kehalalan dikenal memiliki mutu yang cukup baik dan mampu bersaing di pasar.

Mutu yang sangat baik dari produk PT X ini ditunjang oleh kinerja

Quality Contol yang baik pula, dimana dalam hal ini pengendalian mutu

produk PT X sudah meningkat ke Quality Assurance (QA). QA merupakan kontrol kualitas tidak hanya dilakukan oleh divisi produksi secara internal tapi juga dilakukan pengecekan ulang oleh divisi non produksi, dengan demikian diharapkan lebih ada kepastian bahwa kualitas produk sesuai dengan standar yang ditentukan.

Hal tersebut menjadi komitmen perusahaan untuk memberikan nilai yang lebih bagi pelanggan dalam mengkonsumsi produk PT X. Perusahaan juga melakukan perubahan pada slogan produk PT X dari produk PT X "Mi Praktis" yang lebih menekankan pada kepraktisan penyajian menjadi produk PT X "Enak dan Halal" yang lebih menekankan pada cita rasa produk PT X yang dahsyat dan mantap serta enak dan halal untuk dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat.

Sumber kekuatan lainnya berasal dari aspek harga, dimana penetapan harga sesuai dengan rataan harga di pasaran dan mutu produk yang ditawarkan. Ketika perusahaan memutuskan untuk memperluas segmen pasar ke segmen menengah ke atas yang lebih mementingkan mutu, perusahaan berani menetapkan harga yang cukup mahal untuk produk yang baru saja diluncurkan, yaitu Rp 1.000,- untuk produk PT X

(4)

Kari Melayu dan Rp 1.050,- untuk produk PT X Goreng Abon. Pertimbangan perusahaan menetapkan harga yang cukup mahal tersebut adalah karena mutu yang ditawarkan oleh X Kari Melayu dan Mi Goreng Abon lebih baik daripada jenis produk X sebelumnya. Akan tetapi pada kenyataannya peluncuran produk baru ini mendapatkan sambutan yang luas dari masyarakat.

Hal ini dapat dilihat dari data penjualan X Kari Melayu dan Goreng Abon yang semakin meningkat dan berhasil memenuhi target penjualan sebesar 9000 karton per minggu. Potongan harga dan bonus hadiah juga diberikan perusahaan kepada para pelanggan apabila membeli dalam jumlah tertentu. Walaupun demikian perusahaan tidak lepas dari tuntutan para pelanggan yang menginginkan harga yang lebih murah dengan mutu yang sama.

Kekuatan perusahaan dalam aspek produksi adalah kemudahan dan ketersediaan bahan baku. Dengan tersedianya bahan baku baik yang impor maupun lokal dengan harga yang bersaing, membuktikan bahwa perusahaan dapat menjanjikan kontinuitas dalam memasok produk terutama produk yang sudah terlebih dahulu dipesan. Untuk ketersediaan produk X di pasar, perusahaan masih mengalami kendala, yaitu belum optimal dan belum meratanya jaringan distribusi perusahaan. Sehingga untuk tempat-tempat tertentu yang sulit terjangkau oleh perusahaan produk X terkadang tidak tersedia. Armada dan jaringan distribusi perusahaan juga masih belum optimal menjangkau pelosok-pelosok wilayah tanah air, maka penjualan produk X hanya terkonsentrasi di kota-kota besar di Pulau Jawa, Sumatera dan sedikit menjangkau Indonesia bagian timur.

Dalam bidang promosi, perusahaan masih mengalami kesulitan. Promosi yang dilakukan oleh perusahaan masih terbatas, kurang intensif dan belum berkesinambungan. Hal ini berakibat langsung pada brand

awareness dan brand loyalty masyarakat akan produk X masih lemah.

Keterbatasan modal kerja (biaya) dan sumberdaya perusahaan merupakan penyebab utama dari masalah ini. Oleh karena itu, perusahaan harus benar-benar mencari cara yang paling jitu, efektif dan efisien dalam melakukan

(5)

kegiatan promosinya sehingga dapat mencapai target yang ditentukan sekaligus meminimumkan biaya.

Saat ini kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan meliputi iklan melalui media elektronik seperti televisi, radio, media cetak, poster, dan media luar ruang. Untuk promosi penjualan, alat yang digunakan antara lain demonstrasi yang disebut "icip-icip", bazar, demo masak, serta pemberian hadiah. Pemilihan segmen pasar (segmentation), penentuan target pasar

(targeting) dan penentuan posisi pasar (positioning) perusahaan dirasakan

masih belum fokus, efektif dan efisien serta belum jelas arahnya.

Saat ini fokus dari segmen pasar yang ditetapkan perusahaan belum jelas. Sebelum memutuskan untuk bermain pada pasar menengah ke atas, produk X bergerak di pasar menengah dan menengah ke bawah. Kemudian sebelumnya fokus perusahaan adalah untuk pasar konsumen muslim, akan tetapi sekarang pasar X diperuntukkan bagi masyarakat dengan berbagai latar belakang sosial budaya dan agama, jadi terlihat bahwa fokus penjualan belum jelas arahnya.

Dalam hal ini sebaiknya X memusatkan produk pada satu atau beberapa segmen pasar saja. Karena perusahaan tidak akan mampu untuk melayani pasar secara keseluruhan. Hal itu disebabkan karena kapasitas sarana usaha yang dimiliki tidak memungkinkan perusahaan untuk menjalankan tugas itu dan dirasakan tidak efisien untuk melayani pasar secara keseluruhan mengingat adanya keterbatasan dalam hal modal kerja perusahaan.

Dengan strategi pemasaran seperti ini perusahaan akan mempunyai lebih banyak peluang untuk menyesuaikan manfaat produk, strategi harga, distribusi dan promosi penjualan pada kebutuhan dan keinginan pembeli potensial. Dengan demikian harapan perusahaan membina kesadaran dan kesetiaan konsumen terhadap produk dan merek dagang juga lebih besar. Saat ini strategi positioning produk X didasarkan pada harga dan mutu

(price and quality positioning), yaitu positioning yang berusaha

(6)

Lokasi perusahaan dan pabrik yang strategis merupakan kekuatan bagi perusahaan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemilihan lokasi tersebut antara lain kemudahan dalam transportasi, komunikasi, kelancaran bahan baku dan mengurangi pengangguran di sekitar lokasi pabrik akibat penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan serta mendapatkan kondisi lingkungan yang baik karena jauh dari pencemaran polusi yang sangat dibutuhkan untuk pengolahan makanan yang mengutamakan kebersihan. Selain itu, lokasi pabrik merupakan daerah yang dianjurkan sebagai daerah pengembangan industri sehingga diharapkan dapat mengangkat kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat.

4.2.2 Keuangan dan Akuntansi

Modal merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Modal perusahaan PT X berasal dari kredit pinjaman Bank dan dari para pemegang saham, yaitu PT MD sebesar 80 persen dan lainnya sebesar 20 persen. Adapun kondisi keuangan perusahaan secara garis besar masih dikatakan baik walaupun lima tahun terakhir mengalami penurunan penjualan produk PT X. Akan tetapi penurunan penjualan ini dapat diimbangi dengan penjualan produk PT X Kari Melayu dan Mi Goreng Abon yang menunjukkan grafik yang semakin meningkat dari semenjak diluncurkan hingga sekarang.

Kemampuan perusahaan untuk memupuk modal dalam jangka pendek dan jangka panjang sebenarnya cukup baik, tetapi karena fluktuatifnya perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang berpengaruh langsung terhadap biaya produksi perusahaan karena pasokan bahan baku sebagian besar adalah impor, mengakibatkan sulit bagi perusahaan untuk memupuk modal jangka pendek kecuali untuk jangka panjang. Kondisi ini dapat dimengerti oleh para pemegang saham sehingga hubungan baik dapat terus terjalin.

Dalam pengembangan kapasitas produksi dan menjalani kegiatan operasionalnya, perusahaan walaupun sudah mampu mencetak laba tetapi ada keterbatasan modal kerja, sehingga selain menggunakan modal sendiri,

(7)

perusahaan juga menggunakan modal pinjaman dari bank. Dalam hal pengelolaan keuangan dan modal, perusahaan sudah ditunjang dengan sistem akunting yang cukup baik untuk membantu kelancaran kegiatan usaha.

4.2.3 Operasi dan produksi

Proses produksi mi instan X yang dilengkapi dengan minyak/pasta dan bumbu bubuk, terdiri dari tiga alur proses produksi yaitu (1) alur proses produksi mi (noodle), (2) alur proses produksi bumbu minyak/pasta, dan (3) alur proses produksi bumbu bubuk. Untuk proses produksi mi melalui tujuh tahapan, yaitu (1) proses pencampuran, (2) proses pembuatan lembaran, (3) proses penyetiman, (4) proses pemotongan (5) proses penggorengan, (6) proses pendinginan dan (7) proses pengemasan.

Proses produksi bumbu minyak/pasta meliputi lima tahapan. Kelima tahapan tersebut adalah (1) Proses panghalusan (Grinding), (2) Proses penggorengan (Frying), (3) Proses pencampuran (Mixing), (4) Proses pendinginan (Cooling) dan (5) Proses pengemasan (Packing). Proses produksi bumbu bubuk meliputi tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut adalah (1) Proses penghalusan (Grinding), (2) Proses pencampuran

(Mixing) dan (3) Proses pengemasan (Packing).

Pengadaan bahan baku untuk produksi sudah dapat dikoordinasi dengan baik karena adanya jalinan hubungan yang baik dengan para pemasok dalam dan luar negeri sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai jadwal. Bahan baku yang diimpor adalah tepung terigu dan bahan baku untuk bumbu bubuk. Untuk tepung terigu perusahaan mengimpor dari Australia, sedangkan dari dalam negeri perusahaan membeli dari PT. BDI di Sulawesi Selatan yang menjual tepung terigu dengan harga yang lebih murah dan mutu yang hampir sama.

Kapasitas Pabrik PT X di Jawa Barat adalah 500 ribu karton per bulan, dimana satu karton sama dengan 40 bungkus mi instan. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat, perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan jumlah produksi mi instan dalam kapasitas yang cukup besar yang dimiliki oleh perusahaan. Dan bila perusahaan tidak

(8)

mampu memenuhi jumlah permintaan karena keterbatasan kapasitas, maka pabrik perusahaan mengadakan perjanjian makloon dengan pabrik di Sumatera Utara dan Jawa Timur untuk bekerjasama dengan perusahaan membantu memproduksi mi instan produk PT X untuk dapat memenuhi permintaan pasar.

Banyaknya produksi yang dihasilkan tergantung dari jumlah pesanan yang diterima oleh perusahaan, dalam hal ini produksi perusahaan berdasarkan confirm weekly order (CWO). Artinya bahwa pesanan akan diterima oleh pihak pemesan dalam waktu satu minggu setelah pemesanan dilakukan. Pengendalian mutu atas produksi mi instan produk PT X sudah berjalan cukup baik. Hal ini terbukti dengan adanya laboratorium yang menganalisa mutu mi instan yang telah dihasilkan.

4.2.4 Sumberdaya Manusia (SDM)

Saat ini PT X memiliki 350 orang karyawan pabrik dan 30 orang karyawan kantor pusat saat ini. Komposisi jenis kelamin terdiri dari 55 persen laki-laki dan 45 persen wanita. Untuk tingkat Direktur dan Kepala Divisi, jenjang pendidikan minimal adalah lulusan Sarjana (S1). Untuk buruh pabrik sebagian besar adalah lulusan SMA, SMP dan SD yang memiliki keterampilan yang baik dan dapat menyesuaikan diri dengan cara kerja yang ditetapkan perusahaan.

Kesadaran tentang perlunya SDM yang bermutu, program pengembangan SDM dilakukan perusahaan dengan cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya sistem pelatihan bagi karyawan baru dan adanya pengawasan profesional oleh tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman dalam setiap proses produksinya. Selain itu perusahaan juga mengikutsertakan stafnya pada kegiatan pelatihan, seminar, dan lokakarya yang diselenggarakan oleh pihak luar, terutama yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja maupun instansi terkait.

PT X memperhatikan kesejahteraan karyawannya, diantaranya adalah dengan penetapan gaji atau upah yang terus disesuaikan atau memperhatikan UMR (upah minimum regional). Sistem pembayaran upah

(9)

atau gaji karyawan adalah setiap akhir bulan. Bagi karyawan juga diberikan tunjangan-tunjangan seperti Jamsostek, perawatan kesehatan yang berkaitan dengan kecelakaan kerja, makan, transport, dan tunjangan lainnya.

Selain itu juga untuk hari-hari besar atau hari raya, perusahaan memberikan hadiah atau bonus kepada karyawan. Perusahaan mengharapkan dengan adanya fasilitas yang diberikan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan loyalitasnya terhadap perusahaan. Komunikasi yang diterapkan perusahaan adalah komunikasi horisontal dan vertikal.

Jumlah waktu kerja bagi karyawan PT X sekitar 7 jam dari mulai pukul 08.30-17.00 dari Senin sampai Jum'at dengan waktu istirahat 1 jam. karyawan pabrik bekerja dalam dua shift kerja, yaitu shift pertama pukul 08.00-14.30 dan shift kedua pukul 14.30-22.00 dengan waktu lembur maksimal kurang lebih 23 jam dalam dua shift.

4.2.5 Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Alat-alat informasi yang dimiliki oleh PT X adalah telepon, mesin fax, perangkat komputer. Dalam kegiatan operasionalnya sebagian besar sudah didukung oleh sistem informasi manajemen yang berbasis komputer. Namun demikian, dalam sistem informasi manajemen menjadi kelemahan perusahaan.

Kegiatan operasional penjualan dengan distributor utama serta dengan agen-agen yang ada dilakukan melalui telepon dan mesin faximile dan kegiatan transaksi ini sudah berjalan dengan lancar dan kontinyu. Perusahaan juga mengadopsi teknologi internet untuk memantau perkembangan industri mi instan dan pesaing yang ada dalam industri ini setiap saat.

4.3 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan 4.3.1 Kekuatan

Kekuatan perusahaan di bidang pemasaran adalah diferensiasi rasa mi instan yang sangat inovatif dan sesuai dengan keinginan dan selera

(10)

konsumen. Untuk menghasilkan inovasi rasa baru, divisi Research and

Development bekerjasama dengan divisi Pemasaran memonitor terus

menerus perkembangan selera konsumen sehingga inovasi rasa yang dihasilkan benar-benar mewakili selera konsumen.

Kekuatan perusahaan di bidang pemasaran yang berasal dari aspek produk adalah citra merek dagang yang digunakan. Dengan brand produk PT X, perusahaan telah berhasil menanamkan citra produk islami yang halal pada konsumen. Dengan mengutamakan mutu produk, perusahaan telah berhasil dalam mempertahankan mutu produk, sehingga produk PT X dalam hal rasa, kehigienisan dan kehalalan dikenal memiliki mutu yang cukup baik dan mampu bersaing di pasar.

Sumber kekuatan lainnya berasal penetapan harga yang bersaing, dimana penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan selalu disesuaikan dengan rata-rata harga di pasaran dan mutu (value) produk yang akan diberikan kepada konsumen. Kekuatan perusahaan dalam aspek distribusi adalah kemudahan dan ketersediaan bahan baku. Aksesibilitas bahan baku yang baik didukung oleh jalinan hubungan kerjasama yang sangat baik antara perusahaan dengan beberapa pemasok baik dalam maupun luar negeri.

Dengan tersedianya bahan baku baik yang impor maupun lokal dengan harga yang bersaing, membuktikan bahwa perusahaan dapat menjanjikan kontinuitas dalam memasok produk terutama produk yang sudah terlebih dahulu dipesan. Lokasi perusahaan dan pabrik yang strategis merupakan kekuatan bagi perusahaan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemilihan lokasi tersebut antara lain kemudahan dalam transportasi, komunikasi, kelancaran bahan baku dan mengurangi pengangguran di sekitar lokasi pabrik akibat penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan dan mendapatkan kondisi lingkungan yang baik karena jauh dari pencemaran polusi.

4.3.2 Kelemahan

Untuk ketersediaan produk (product availability) X di pasar, perusahaan masih mengalami kendala, yaitu masih lemah dan belum

(11)

optimalnya fungsi jaringan distribusi perusahaan dalam mendistribusikan produk X ke pasar sasaran. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dana dan sumberdaya (armada distribusi) perusahaan. Sehingga saat ini jaringan distribusi perusahaan belum merata menjangkau berbagai lapisan pedagang, terutama belum dapat menerobos dan eksis di pasar-pasar tradisional pada seluruh daerah pemasaran produk X. Oleh karena itu, untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau jaringan distribusi perusahaan, produk X akan sulit ditemukan.

Promosi yang dilakukan oleh perusahaan masih terbatas, kurang intensif dan belum berkesinambungan. Hal ini berakibat langsung pada brand

awareness dan brand loyalty masyarakat akan produk X masih lemah.

Pemilihan segmen pasar, penentuan target pasar dan posisi pasar perusahaan dirasakan masih belum fokus sehingga perusahaan belum memiliki arah yang jelas.

Kelemahan lain adalah adanya keterbatasan modal kerja (biaya) dan sumberdaya perusahaan, sehingga perusahaan memilih kegiatan promosi yang efektif dan efisien serta dapat mencapai target yang ditentukan dan meminimumkan biaya. Saat ini produk X terlihat masuk hampir di setiap segmen pasar yang ada dan tidak terfokus atau terspesialisasi pada satu atau beberapa segmen pasar saja. Hal ini penting bagi perusahaan karena perusahaan tidak akan mampu untuk melayani pasar secara keseluruhan.

Selain itu, kapasitas sarana usaha yang dimiliki tidak memungkinkan perusahaan untuk menjalankan tugas tersebut dan dirasakan tidak efisien untuk melayani pasar secara keseluruhan mengingat adanya keterbatasan dalam hal modal kerja perusahaan. Oleh karena itu, dapat diidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan dapat dilihat pada Tabel 15.

4.4 Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan dan kejadian-kejadian yang berada di luar kontrol suatu perusahaan. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada

(12)

penentuan faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang bagi perusahaan, sehingga memudahkan manajemen perusahaan untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang dan menghindari ancaman.

Analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan menggunakan alat analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya dan Teknologi) serta analisis Persaingan Industri dengan menggunakan model Lima Kekuatan Bersaing Porter.

Tabel 15. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan PT. X Faktor

Internal

Kekuatan Kelemahan

1. Pemasaran a. Citra merek baik b. Diferensiasi rasa mi

instan inovatif

c. Penetapan harga yang bersaing

a. Kegiatan promosi kurang intensif dan berkesinambungan. b. Brand awareness

dan Brand loyalty terhadap merek produk PT X masih lemah c. Jaringan distribusi belum optimal d. Segmentasi, target

dan posisi pasar produk PT X belum fokus dan jelas e. Ketersediaan produk

di pasar belum optimal

2. Produksi d. Mutu produk terjamin

e. Aksesibilitas bahan baku baik

f. Lokasi perusahaan strategis

3. Keuangan f. Keterbatasan modal

kerja

4.4.1 Politik

Arah dan stabilitas faktor politik dan hukum merupakan

pertimbangan utama bagi para manajer perusahaan dalam

memformulasikan strategi yang diterapkan. Faktor politik dan hukum mendefinisikan parameter-parameter hukum dan bagaiman peraturan perusahaan harus beroperasi. Kendala-kendala politik diberlakukan

(13)

terhadap perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar, program perpajakan, penentuan upah minimum, kebijakan polusi dan harga serta banyak tindakan lain yang bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan, tetapi beberapa tindakan politik dan hukum juga didisain untuk memberikan manfaat dan melindungi perusahaan seperti hak paten, subsidi pemerintah dan lain sebagainya.

Kehidupan politik dan keamanan Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada kondisi yang tidak stabil. Tingginya ketidakpastian hukum serta persaingan diantara para elit politik yang memanas menimbulkan kekhawatiran dunia usaha, khususnya para investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Ketidakseriusan pemerintah dalam menangani berbagai konflik di Indonesia menimbulkan keraguan pada benak kalangan dunia usaha terhadap keamanan investor dalam melaksanakan kegiatan usahanya di Indonesia. Bagi Industri mi instan hal ini merupakan ancaman, karena keadaan ini akan mempersulit distribusi pasokan mi instan ke wilayah tersebut sehingga penjualan mi instan di wilayah tersebut dapat berkurang.

Sejak tahun 1997, kebijakan pemerintah tentang liberalisasi serta deregulasi industri tepung terigu telah dimulai. Hambatan masuk ke Industri ini telah dicabut untuk memberikan kesempatan bagi importir umum untuk mengimpor gandum dan terigu secara langsung. Sebagai ilustrasi, tarif telah diturunkan menjadi 10 persen dan turun menjadi 5 persen pada tahun 2003, dengan diberlakukannya kebijakan pemerintah ini maka perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan tepung terigu khususnya mi instan bebas membeli tepung terigu impor seperti dari Australia, Uni Eropa, Perserikatan Emirat Arab sebagai bahan baku produksinya yang harganya lebih murah namun memiliki kualitas yang sama.

Untuk menjamin semua produk makanan dan minuman aman dan halal untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas terutama agar bisa diterima oleh masyarakat muslim maka pemerintah bekerjasama dengan MUI

(14)

mengeluarkan kebijakan tentang sertiflkasi halal. Untuk itu

perusahaan-perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman wajib

mendaftarkan produknya ke MUI untuk diuji tingkat kehalalannya. Adapun pengujian dilakukan terhadap jenis dan asal bahan baku, komposisi bahan-bahan yang terkandung dalam produk serta keseluruhan proses produksi beserta penggunaan seluruh alat-alat untuk kepentingan produksi produk makanan dan minuman tersebut.

Untuk industri mi instan sendiri, kebijakan ini digunakan salah satunya untuk mengatasi isu mengenai penggunaan lemak babi dalam komposisi bumbu mi instan, dengan demikian konsumen akan lebih aman dan percaya untuk mengkonsumsi produk mi instan tersebut. Perusahaan yang telah lulus dalam uji kehalalan produknya akan mendapatkan sertiflkasi halal dari MUI dan berhak untuk mencantumkan label halal pada merek produknya.

Selain mengeluarkan kebijakan mengenai sertiflkasi halal, untuk menjamin perlindungan terhadap hak-hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha maka pemerintah mengeluarkan dan memberlakukan UU No. 8 Tahun 1999 mengenai perlindungan konsumen. Dikeluarkannya kebijakan pemerintah ini merupakan upaya pemerintah untuk menjamin perlindungan hak-hak konsumen terhadap upaya pelanggaran hak-hak konsumen oleh pelaku usaha dan sebaliknya. Adapun setiap perusahaan yang beroperasi di Indonesia harus mematuhi dan mentaati peraturan tersebut karena bila ada aturan-aturan yang dilanggar maka akan diberikan sanksi yang tegas berupa denda hingga hukuman penjara.

Kebijakan pemerintah lainnya yang berkaitan dengan Industri mi instan yaitu dikeluarkannya peraturan Menteri Kesehatan RI No. 329/Menteri Kesehatan/XII/76. dalam peraturan ini disebutkan bahwa untuk memproduksi makanan dan minuman harus mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Produk tersebut harus didaftarkan ke Departemen Kesehatan RI, setelah itu produk reXi dipasarkan. Maksud dari peraturan tersebut adalah bahwa produk tersebut telah memenuhi standar mutu atau

(15)

persyaratan yang ditetapkan oleh negara, tidak berbahaya atau mengganggu kesehatan manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan.

Produk yang wajib didaftarkan adalah produk yang diproduksi, disimpan atau dipasarkan dengan merek dagang, nama dagang atau merek perusahaan, menggunakan wadah atau pembungkus, label serta mengalami proses produksi dalam perusahaan. Dalam hal ini PT. X selalu mendaftarkan produknya untuk mendapatkan legalitas dari pemerintah khususnya Departemen Kesehatan, sehingga masyarakat akan merasa aman untuk mengkonsumsi produk X.

4.4.2 Ekonomi

Melalui lingkungan yang tidak pasti, ekonomi Indonesia terus memantapkan pemulihannya dari krisis ekonomi dan keuangan dunia. Seperti diperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada tingkat moderat pada triwulan pertama tahun 2010, tetapi tetap berada di atas rata-rata pra-krisis, dan tampaknya telah meningkat pada triwulan kedua. Pertumbuhan harga bertahan relatif sedang secara umum, mendukung daya belanja konsumen. Aliran keuangan internasional tetaplah besar tapi juga cepat berubah, memberi tantangan bagi pembuat kebijakan. Aliran besar lanjutan di bulan Maret dan April menjadi aktiva keuangan Indonesia yang likuid berbalik arah pada saat gejolak pasar keuangan global di bulan Mei. Tetapi pihak yang berwenang tampaknya telah mengelolanya dengan baik dan dampaknya terhadap pasar keuangan dalam negeri relative kecil.

Ekonomi diperkirakan akan mengalami percepatan pertumbuhan secara bertahap hingga tahun 2011, sebagian besar karena permintaan dalam negeri. Gejolak yang baru terjadi dalam kondisi keuangan dunia dan ramalan ekonomi maju yang tidak pasti telah meningkatkan risiko turun jangka pendek terhadap perkiraan, sementara perkembangan politik dalam negeri tampaknya meningkatkan risiko jangka panjang bahwa pemerintah tidak mampu melaksanakan agenda reformasinya yang ambisius yang diperlukan untuk meningkat di atas 7 persen pada pertengahan dekade.

(16)

Sebagai ilustrasi, Pertumbuhan triwulanan di triwulan 1 yang moderat dibandingkan dengan kuatnya pertumbuhan di akhir tahun 2009, sedikit di atas perkiraan, menjadi 1,3 persen. Angka itu masih lebih kuat dari triwulan 1/2009, mengangkat tingkat pertumbuhan tahun ketahun menjadi 5,7 persen. Mitra-mitra perdagangan Indonesia pada umumnya menunjukkan pertumbuhan yang moderat setelah mengalami goncangan lebih besar pada pertengahan dan akhir tahun 2009 tetapi keseluruhan pertumbuhan pada umumnya lebih kuat dari perkiraan. Lemahnya kinerja pemerintah dalam pencairan anggaran belanja di triwulan 1 membantu menjelaskan terjadinya perlambatan Indonesia ekonomi akan bertumbuh sekitar ½ poin persentase lebih cepat pada triwulan tersebut jika pemerintah membelanjakan anggaran modalnya pada laju yang sama dengan tahun 2009.

Investasi dalam peralatan dan permesinan mengimbangi sebagian perlambatan ini. Dan jeda pada pertumbuhan konsumsi swasta tampaknya hanya bersifat sementara dengan adanya percepatan ulang menuju pertengahan tahun 2010. Impor (terutama minyak refinary) juga lebih cepat dibanding ekspornya, mengecilkan surplus perdagangan, seperti telah diperkirakan sebelumnya.

Secara keseluruhan, inflasi tetaplah moderat relatif dibandingkan dengan sejarah tingkat inflasi yang ada. Inflasi inti mencapai nilai terendah pada bulan Maret dan hanya diangkat oleh tingginya harga emas dunia pada bulan Mei, menjadi 3,8 persen. Harga bahan pangan, bergejolak dan menunjukkan pertumbuhan kuat yang tidak diperkirakan sebelumnya, berlawanan dengan semester kedua tahun 2009, meningkatkan headline inflasi menjadi 4,3 persen di bulan Mei. Seperti biasa, peningkatan tersebut memiliki dampak yang lebih besar terhadap biaya hidup keluarga miskin, meningkatkan tingkat inflasi mereka menjadi 5,9 persen.

Inflasi Indonesia meningkat lebih sedikit dibandingkan dengan inflasi negara-negara tetangga sejak pertengahan tahun 2009. Sebagian disebabkan oleh pengaturan harga energi Indonesia, yang membuat harga konsumen Indonesia tidak terpengaruhi oleh pemulihan harga energi dunia

(17)

pada awal tahun 2009 dan sebagian lagi disebabkan karena pemulihan nilai tukar, dan dalam keseimbangan, kondisi pasokan dalam negeri yang menguntungkan dan melemahnya pertumbuhan moneter.

Semakin membaiknya kondisi perekonomian Indonesia memberikan dampak yang positif bagi perkembangan ekspor dan impor mi instan. Sebagai ilustrasi, tingkat pertumbuhan ekspor mi instan Indonesia dari tahun 1995 sampai tahun 2001 rata-rata meningkat 101,9 persen. Kondisi ini diproyeksikan akan terus mengalami kenaikan dengan nilai yang berfluktuasi. Sementara dari sisi impor mi instan Indonesia juga mengalami peningkatan pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 108,2 persen (CIC, 2002). Kondisi ini merupakan peluang bagi para PT X untuk mengembangkan pasar ekspornya.

Dunia kini menghadapi era baru yang ditandai dengan kecenderungan globalisasi dunia sebagai akibat semakin banyaknya negara yang melaksanakan liberalisasi atau reformasi ekonomi yang ditunjang pula dengan majunya teknologi komunikasi dan transportasi. Globalisasi sendiri mengandung pengertian bahwa setiap negara, bahkan setiap bisnis dan perusahaan, menghadapi persaingan global, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Indonesia saat ini menghadapi era globalisasi yang berarti mengarah kepada perekonomian global dan perdagangan bebas. Jika kesepakatan ini telah belaku sepenuhnya maka manusia, barang, jasa, modal, teknologi dan informasi, yang menjadi faktor-faktor penentu dalam pembangunan industri dan perdagangan, dapat berpindah tanpa hambatan diantara negara-negara lainnya. Akibat lainnya adalah keterbukaan Indonesia terhadap barang-barang impor hasil pertanian dan industri pangan yang sejenis pada kondisi persaingan bebas tanpa subsidi dan terbuka pada investasi asing.

Dalam era globalisasi ini, produksi dalam negeri dituntut untuk dapat berkompetisi baik dari segi penyediaan, harga, mutu dan segi pemasarannya. Kondisi ini harus didukung oleh peningkatan efisiensi dan produktivitas

(18)

kerja. Dengan demikian, peningkatan mutu sumberdaya manusia merupakan aspek penting yang harus diperhatikan.

Sejalan dengan adanya perubahan tersebut, kerjasama multilateral dan regional semakin banyak dikembangkan guna mengantisipasi perkembangan yang sedang dan akan terjadi. Kerjasama yang ada antara lain AFTA

(ASEAN Free Trade Area), yang menyepakati perjanjian mengenai CEPT (Common Effective Preferential Tariff) agar ASEAN dapat bersaing di

pasar global. Hal ini dapat memberikan dampak positif berupa mengalirnya arus investasi asing, baik intra ASEAN maupun dari luar ASEAN dan mendorong industri-industri di kawasan ASEAN untuk menempuh orientasi pasar dan skala ekonomi yang lebih besar dan kegiatan produksi dan pemasarannya. Adanya globalisasi dan berbagai kerjasama regional dan multilateral lainnya membuka peluang bagi PT X untuk mengembangkan pasarnya ke luar negeri melalui ekspor.

4.4.3 Sosial dan budaya

Pertumbuhan penduduk yang tinggi, pendapatan meningkat, serta pengetahuan akan gizi pada masyarakat yang semakin maju, menyebabkan pemenuhan kebutuhan pangan mulai berubah pada sebagian masyarakat. Perubahan ini antara lain sebagai variasi dalam menu sehari-hari baik dalam pengolahan produk untuk lebih menyesuaikan dengan kehidupan modern yang serba praktis Salah satu alternatif jenis makanan yang bisa digunakan adalah mi instan.

Pada awalnya mi instan dianggap sebagai makanan selingan, tetapi dalam perkembangannya mi instan telah membudaya sebagai makanan alternatif pengganti nasi yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Mi instan banyak disukai karena tergolong jenis makanan yang praktis dan siap disajikan dalam waktu relatif singkat. Selain itu, mi instan cenderung memiliki harga yang relatif terjangkau dan terdistribusi luas, tidak hanya di supermarket dan toko-toko besar tetapi sudah menjangkau warung-warung kecil di dekat rumah-rumah penduduk, sehingga konsumen dapat dengan mudah membeli mi instan di berbagai tempat.

(19)

Untuk PT X, berdasarkan hasil riset konsumen pada penelitian terdahulu, banyak konsumen yang membeli produk X dikarenakan warna kemasannya yang berwarna hijau sertu citra Islami melekat didalamnya sehingga kehalalan produknya terjamin dan terpercaya. Selanjutnya sebagian besar keputusan pembelian produk X sangat dipengaruhi oleh keluarga khususnya ibu rumah tangga dan anak.

Hubungan dengan masyarakat sekitar pabrik terjalin dengan baik terutama dalam hal penanganan limbah pabrik. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan pemerintah No. 23 tahun 1997 mengenai lingkungan hidup, pabrik perusahaan mengolah terlebih dahulu limbah yang akan dikeluarkan ke alam sehingga menjadi tidak berbahaya terhadap alam dan lingkungan sekitar. Hubungan baik dengan masyarakat sekitar pabrik ini memiliki dampak yang baik bagi perusahaan terutama dalam hal perekrutan karyawan pabrik, karena lebih dari separuh karyawan pabrik direkrut dari masyarakat sekitar pabrik yang memenuhi standar dan mutu karyawan PT X.

Terjadi perbaikan indeks situasi sekarang (ISS) yang naik dari 78,3 ke posisi tertinggi dalam sejarah survei di level 80,5 perbaikan tersebut dilatarbelakangi semakin kuatnya kepercayaan konsumen terhadap pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung di tingkat lokal dan nasional yang berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja baru. Dilatarbelakangi ketidakpastian situasi politik dan keamanan dalam negeri, indeks kepercayaan konsumen terhadap pemerintah (IKKP) melemah 1.8 persen menjadi 122,3 didorong oleh penurunan semua komponen pembentuk IKKP.

4.4.4 Teknologi

Perkembangan teknologi seperti teknologi pengolahan produk maupun teknologi dalam sistem manajemen akan berpengaruh terhadap perkembangan dan produktivitas perusahaan. Perusahaan mengadopsi teknologi di bidang komunikasi, transportasi dan proses produksi. Perkembangan komunikasi seperti telepon, faksimili dan internet telah dimanfaatkan dengan baik oleh

(20)

perusahaan sebagai alat untuk memperlancar komunikasi perusahaan dalam melakukan transaksi bisnisnya dengan para pembeli, pemasok maupun distributor. Kondisi ini sangat menguntungkan kedua belah pihak terutama dalam hal efisiensi biaya dan efektivitas waktu. Selain itu, dapat mempermudah pihak manajemen dalam mengambil keputusan dengan cepat yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan.

Dalam proses produksi mi instan, peralatan-peralatan modern sudah mulai digunakan oleh perusahaan seperti mixer untuk mengaduk bahan, mesin roller press untuk proses pembuatan lembaran adonan (pressing), mesin

steam box untuk proses penyetiman (steaming), mesin penggorongan (Fryer), jacket tank (cooling tank) untuk proses pendinginan, serta mesin packing untuk

proses pengemasan. Peralatan ini sangat membantu perusahaan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang bermutu baik sesuai dengan yang diinginkan oleh pasar maupun untuk memenuhi permintaan pasar.

4.5 Analisis persaingan industri

Analisis persaingan industri (Lima Kekuatan Porter) bertujuan untuk menganalisis kondisi persaingan industri yang dihadapi oleh perusahaan yaitu kondisi persaingan dalam industri mi instan. Analisis persaingan industri yang dilakukan didasarkan pada konsep Competitive Strategy Porter (1993) yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima variabel utama yang disebut Lima Kekuatan Bersaing. Kelima kekuatan bersaing tersebut antara lain tingkat persaingan dalam industri, ancaman pendatang baru, ancaman produk produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok dan kekuatan tawar menawar pembeli.

Gabungan dari kelima kekuatan inilah yang sebenarnya menentukan potensi laba akhir dalam suatu industri, dimana potensi laba dalam bentuk hasil laba atas modal yang telah diinvestasikan dalam jangka panjang. Kekuatan atau faktor persaingan terkuat akan menentukan kemampulabaan suatu industri dan karenanya merupakan faktor paling penting dalam perumusan strategi.

(21)

Hasil analisis persaingan industri yang dilakukan memberikan gambaran secara menyeluruh bahwa industri mi instan memiliki intensitas persaingan kategori sedang dengan skor sebesar 2,808, artinya bahwa walaupun terdapat potensi untuk laba ekonomi atau tingkat pengembalian investasi di atas normal, hal tersebut belum dapat dijamin karena persaingan yang ada dalam industri mi instan terkadang menjadi sangat tajam. Untuk itu perusahaan yang berada dalam industri mi instan ini dapat memperoleh laba ekonomi atau tingkat pengembalian di atas normal yang cukup berarti hanya sampai dapat memberikan keunikan dalam produk, adanya keuntungan komparatif dalam produksi, distribusi dan pemasaran yang tidak dapat dengan mudah ditiru oleh perusahaan-perusahaan lain. Rekapitulasi hasil analisa industri mi instan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Analisa Industri Mi instan

Peubah Total

skor

Intensitas Rangking

a. Ancaman produk substitusi

b. Tingkat persaingan antar kompetitor c. Kekuatan tawar menawar pembeli d. Ancaman pendatang baru

e. Kekuatan tawar menawar pemasok

3,146 3,121 2,881 2,720 2,170 Kuat Kuat Sedang Sedang Sedang I II III IV V Intensitas persaingan dalam industri 2,808 Sedang

Sumber : Hasil olahan data, 2010

Pada Tabel 16 dilihat bahwa kekuatan yang paling utama mempengaruhi intensitas persaingan dalam industri mi instan ini adalah ancaman produk substitusi yang memiliki total skor 3,146 dengan kategori intensitas persaingan kuat. Selanjutnya, pada posisi kedua ditempati peubah tingkat persaingan antar kompetitor dalam industri yang memiliki intensitas persaingan kuat dengan total skor 3,121. Sedangkan yang paling sedikit mempengaruhi intensitas persaingan industri mi instan ini adalah kekuatan tawar menawar pemasok yang memiliki intensitas persaingan sedang dengan total skor 2,17. Secara rinci kategori

(22)

faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan tersebut dijelaskan di bawah ini.

4.5.1 Tingkat Persaingan Antar Kompetitor Dalam Industri

Persaingan dikalangan anggota industri terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi, dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, introduksi produk dan perang iklan. Hal ini sangat mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh pada tingginya tingkat persaingan antar perusahaan antara lain banyaknya jumlah pesaing, tingkat pertumbuhan industri, besarnya biaya tetap yang dibutuhkan, penambahan kapasitas dalam jumlah besar, karakteristik pesaing yang beragam, ketiadaan diferensiasi produk, serta hambatan pengunduran diri yang tinggi.

Berdasarkan hasil analisis persaingan industri, tingkat ancaman persaingan diantara pesaing dalam industri mi instan ini dikategorikan kuat dengan skor sebesar 3,121. Ini berarti persaingan harga yang menyebar menekan laba perusahaan sampai ke tingkat mempertahankan investasi yang diperlukan. Untuk memperoleh keuntungan, perusahaan-perusahaan harus melakukan efisiensi biaya. Rekapitulasi hasil tingkat persaingan antar kompetitor dalam industri dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Rekapitulasi Hasil Tingkat Persaingan Antar Kompetitor Dalam Industri

Peubah Bobot Rating Nilai Rangking

a. Karakteristik pesaing b. Jumlah pesaing c. Pertumbuhan industri d. Peningkatan kapasitas e. Biaya tetap f. Diferensiasi produk

g. Hambatan keluar industri

0,141 0,176 0,129 0,144 0,132 0,138 0,132 4,000 3,000 3,500 3,000 3,000 2,750 2,750 0,565 0,529 0,453 0,432 0,397 0,380 0,364 I II III IV V VI VII Total 1,000 3,121

Intensitas persaingan industri Kuat

Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa peubah yang paling mempengaruhi kondisi persaingan antar kompetitor dalam industri mi

(23)

instan adalah beragamnya karakteristik pesaing dengan skor 0,565. Ini mengandung arti bahwa pesaing dalam industri mi instan yang semakin beragam, memiliki insting yang tajam dan jeli dalam membaca dan memprediksi kondisi pasar yang meliputi perkembangan selera konsumen terhadap produk mi instan, harga, saluran distribusi maupun promosi yang paling efektit menjangkau target dan segmen pasar yang dituju, serta jeli dan gesit dalam menghadapi persaingan dalam industri mi instan ini termasuk mengamati gerak-gerik pesaing lain di pasar merupakan ancaman yang paling serius dalam industri mi instan ini. Karena pesaing yang memiliki karakter yang seperti itu akan dapat merencanakan dan menerapkan strategi pemasaran yang paling efektif untuk memenangkan hati pelanggan dan merebut pasar.

Faktor jumlah pesaing menempati urutan kedua dengan skor 0,529 yang berarti bahwa banyaknya jumlah pesaing dalam industri mi instan yang saling berebut posisi dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, introduksi produk dan perang iklan merupakan faktor penting yang mempengaruhi intensitas persaingan antar kompetitor dalam industri mi instan ini. Oleh karena itu, perusahaan memiliki kemampuan dalam merebut peluang melalui produk PT X.

4.5.2 Ancaman Produk Substitusi

Ancaman produk substitusi (produk pengganti) ditentukan oleh jumlah produk yang memiliki fungsi sama, tingkat perkembangan teknologi produk substitusi, tingkat harga produk substitusi serta biaya peralihan dari produk X ke produk substitusi. Berdasarkan hasil analisis Ancaman produk substitusi menunjukkan bahwa tingkat ancamannya dikategorikan kuat dengan jumlah skor 3,146. Rekapitulasi hasil ancaman produk substitusi dapat dilihat pada Tabel 18.

Pada tabel 18 dapat dilihat bahwa faktor yang paling mempengaruhi intensitas ancaman produk substitusi mi instan adalah tingkat harga produk substitusi dengan skor 1,042 dan tingkat perkembangan teknologi produk substitusi yang memiliki jumlah skor 0,745. Hal ini mengandung arti bahwa

(24)

banyaknya produk substitusi mi instan dengan tingkat harga yang sangat bersaing dan dapat di konsumsi dengan cara yang lebih praktis seperti aneka macam hidangan roti, kue kering, bubur instan, sereal, bihun instan dan nasi instan, cukup banyak menarik perhatian konsumen sehingga merupakan faktor utama yang paling mempengaruhi ancaman produk substitusi.

Tabel 18. Rekapitulasi Hasil Ancaman Produk Substitusi

Peubah Bobot Rating Nilai Ranking

a. Tingkat harga produk substitusi. b. Perkembangan teknologi produk

substitusi.

c. Produk yang memiliki fungsi sama. d. Tingkat biaya peralihan dari produk

X produk substitusi. 0,260 0,229 0,281 0,219 4,000 3,250 2,500 3,000 1,042 0,745 0,703 0,656 I II III IV Total 1,000 3,146

Intensitas Persaingan Industri Kuat

Namun demikian, keberadaan produk substitusi tersebut belum dapat menggantikan kebiasaan konsumen di Indonesia untuk mengkonsumsi mi instan. Dan mi instan pada kenyataannya tidak dapat dikatakan bersaing dengan produk substitusi tersebut karena memiliki ciri khas dan cita rasa yang berbeda walaupun memiliki fungsi sama. Oleh karena itu, sesungguhnya peluang perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen masih cukup potensial.

4.5.3 Ancaman Pendatang Baru

Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadi perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah ada. Ancaman masuknya pendatang baru ditentukan oleh beberapa parameter penghambat yang disebut hambatan masuk

(barrier to entry), antara lain besarnya skala ekonomi, diferensiasi produk

yang berarti keunikan sebuah produk dalam industri dan diloyalkan oleh konsumen, besarnya biaya pengalihan yang harus dikeluarkan konsumen

(25)

untuk beralih ke pemasok lain, akses ke saluran distribusi, akses ke pemasok, besarnya kebutuhan modal, serta kebijakan pemerintah tentang penambahan perusahaan baru. Makin rendah tingkat ancaman pendatang baru berarti makin sulit bagi investor baru untuk memasuki pasar.

Produk mi instan dengan merek Mi Sedaap yang diproduksi PT. Karunia Alam Segar (anak Grup Wings) merupakan pendatang baru yang paling potensial dalam industri mi instan. Mi Sedaap yang melesat tinggi memang di luar perkiraan diawal tahun 2003, sudah berhasil mengambil 12 persen pangsa pasar Indofood. Sambutan yang diberikan mayarakat sangat positif. Mi Sedaap sengaja masuk pasar menengah ke bawah yang dijual dengan harga premium Rp 750 - Rp 890 per bungkus tapi menawarkan mutu terbaik. Strategi promosi yang agresif dan iklan yang provokatif Mi Sedaap berhasil menarik perhatian kunsumen sehingga sampai saat ini permintaan akan produk Mi Sedaap terus mengalir deras.

Berdasarkan hasil analisis ancaman pendatang baru, tingkat ancaman masuknya pendatang baru potensial dalam industri mi instan dikategorikan sedang dengan jumlah skor 2,720. Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa ada peluang bagi investor baru untuk masuk ke dalam industri ini. Namun peluang tesebut juga dibatasi oleh hambatan-hambatan yang ada pada industri mi instan. Adapun rekapitulasi hasil intensitas ancaman pendatang baru bisa dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Rekapitulasi Hasil Ancaman Pendatang Baru

Peubah Bobot Rating Nilai Rangking

a. Skala ekonomi

b. Akses ke saluran distribusi c. Kebijakan pemerintah d. Akses ke pemasok e. Diferensiasi produk f. Kebutuhan modal g. Biaya peralihan 0,170 0,143 0,119 0,146 0,140 0,116 0,167 3,000 3,000 3,250 2,500 2,500 3,000 2,000 0,509 0,429 0,387 0,365 0,350 0,348 0,333 I II III IV V VI VII Total 1,000 2,720

Intensitas persaingan industri Sedang

Adapun faktor yang paling mempengaruhi potensi masuknya pendatang baru dalam industri ini adalah skala ekonomi yang memiliki

(26)

jumlah skor 0,509. Skala ekonomi menghalangi masuknya pendatang baru ke dalam industri mi instan karena industri ini memaksa pendatang baru untuk masuk ke dalam industri dengan skala besar atau memikul biaya tinggi (cost disadvantage), skala ekonomi ini meliputi produksi, riset, pemasaran, dan kegiatan fungsional lainnya.

Selain itu, akses ke saluran distribusi yang memiliki jumlah skor 0,429 juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat ancaman pendatang baru Tidak adanya kesulitan yang bersifat eksternal dalam hal akses distribusi ditambah sarana komunikasi yang semakin baik, kemudian didukung pula oleh banyaknya peruahaan yang bergerak dibidang distribusi. Kesuksesan dan kelancaran distribusi dapat menjamin lancarnya ketersediaan produk (product availability) di pasar. Model distribusi yang baik harus merata dan intensif serta mampu menyentuh berbagai lapisan pedagang.

4.5.4 Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Pembeli kuat jika membeli dalam jumlah yang relatif besar, produk merupakan bagian dari pembelian yang cukup besar dari pembeli, produk tersebut standar atau tidak terdiferensiasi, pembeli memiliki biaya pengalihan yang kecil, pembeli menerima laba kecil, pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik, produk industri tersebut tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli, serta pembeli memiliki informasi yang lengkap (Pearce dan Robinson, 1997).

Berdasarkan hasil analisis, kekuatan tawar menawar pembeli dalam industri mi instan ini kategorikan sedang dengan jumlah skor 2,881. Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa pembeli masih mempunyai kekuatan posisi untuk melakukan tawar menawar atau memilih produk yang sekiranya sesuai dengan keinginan konsumen. Rekapitulasi hasil kekuatan tawar menawar pembeli dapat dilihat pada Tabel 20.

Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa faktor utama yang paling mempengaruhi kekuatan tawar menawar pembeli adalah tingkat kepentingan mutu produk bagi pembeli yang memiliki jumlah skor 0,482. Artinya untuk membeli produk mi instan pembeli sangat memperhatikan

(27)

tingkat kepentingan mutu produk tersebut bagi dirinya karena bila mutu produknya tidak sesuai dengan yang diinginkan, pembeli akan berpikir ulang untuk membeli produk tersebut. Karena berbagai kemajuan dalam industri mi instan telah merubah paradigma masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pembelian mi instan.

Tabel 20. Rekapitulasi Hasil Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Peubah Bobot Rating Nilai Rangking

a. Tingkat kepentingan kualitas produk bagi pembeli. b. Jumlah pembeli. c. Informasi yang dimiliki pembeli. d. Keuntungan yang diperoleh pembeli. e. Kemudahan pembeli untuk beralih ke produk pesaing.

f. Nilai produk dalam struktur biaya pembeli g. Ciri produk h. Kesempatan integrasi ke belakang oleh pembeli 0,121 0,174 0,134 0,123 0,114 0,114 0,105 0,116 4,000 2,750 3,000 3,000 3,000 2,500 2,500 2,250 0,482 0,479 0,402 0,368 0,342 0,285 0,262 0,261 I II III IV V VI VII VIII Total 1,000 2,881 Intensitas persaingan industri Sedang

Saat ini mutu produk lebih diutamakan oleh konsumen, sehingga berada pada kisaran harga berapa pun bila terjamin mutunya, maka produk tersebut akan lebih diutamakan untuk dibeli konsumen. Selain itu, faktor jumlah pembeli yang memiliki jumlah skor 0,479 juga mempengaruhi kekuatan tawar menawar pembeli dalam industri mi instan. Artinya bahwa jumlah pembeli yang terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah yang banyak akan memiliki posisi tawar menawar yang tinggi dalam pembelian mi instan.

(28)

4.5.5 Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi industri melalui kemampuan perusahaan menaikkan harga atau pengurangan mutu produk atau pelayanan. Pemasok kuat jika jumlah pemasok sedikit, produk yang ada adalah unik dan mampu menciptakan switching cost yang besar, tidak tersedia produk substitusi, pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk yang dihasilkan menjadi produk yang sama yang dihasilkan oleh perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis kekuatan tawar menawar pemasok yang dilakukan menghasilkan bahwa kekuatan tersebut dalam industri mi instan dikategorikan sedang dengan jumlah skor 2,170. Pada Tabel 21, dapat dilihat bahwa faktor yang paling mempengaruhi kondisi kekuatan tawar menawar pemasok adalah diferensiasi produk yang dipasok dengan jumlah skor 0,448. Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa pemasok yang memiliki produk yang unik atau setidak-tidaknya lebih terdiferensiasi bila dibandingkan dengan produk pemasok yang lain baik dalam hal mutu dan harga, akan memiliki posisi tawar menawar yang kuat terhadap pelanggan produk pemasok tersebut.

Tabel 21. Rekapitulasi Hasil Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Peubah Bobot Rating Nilai Ranking

a. Diferensiasi produk

b. Ancaman integrasi ke depan oleh pemasok.

c. Ancaman adar.ya produk substitusi.

d. Peran produk yang dipasok bagi pelanggan industri.

e. Jumlah pemasok. f. Kepentingan pelanggan

industri bagi pemasok.

0,179 0,192 0,150 0,167 0,171 0,142 2,500 2,250 2,500 2,000 1,750 2,000 0,448 0,431 0,375 0,333 0,299 0,283 I II III IV V VI Total 1,000 2,170

Intensitas Persaingan Industri Sedang

Kebijakan pemerintah tentang liberalisasi serta deregulasi industri tepung terigu telah dimulai pada tahun 1997. Hambatan masuk ke Industri ini telah dicabut untuk memberikan kesempatan bagi importir umum untuk

(29)

mengimpor gandum dan terigu secara langsung. Tarif telah diturunkan menjadi 10 persen dan turun menjadi 5 persen pada tahun 2003. Dengan diberlakukannya kebijakan pemerintah ini maka perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan tepung terigu khususnya mi instan bebas membeli tepung terigu impor seperti dari Australia, Uni Eropa, Perserikatan Emirat Arab sebagai bahan baku produksinya yang harganya lebih murah namun memiliki mutu yang sama.

Ancaman integrasi ke depan oleh pemasok yang memiliki jumlah skor 0,431 juga memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan kekuatan tawar menawar pemasok dalam industri mi instan. Hal ini berarti bahwa perusahaan pemasok dapat dengan mudah memproduksi mi instan dengan kekuatan yang dimiliki, dan hal ini juga dapat memberikan kekuatan bagi pemasok untuk memaksa industri menerima syarat-syarat pembelian yang telah ditetapkan pemasok.

Hasil analisis persaingan industri menjadi bahan masukan untuk analisis lingkungan eksternal perusahaan dengan menggunakan matriks EFE. Adapun dari hasil analisis lingkungan industri di atas yang masih bersifat umum dikonfirmasi kembali kapada pihak perusahaan untuk mendapatkan hasil identifikasi yang lebih mendalam. Sehingga dapat dihasilkan peluang dan ancaman yang benar-benar dimiliki dan dihadapi perusahaan.

4.6 Identifikasi Peluang dan Ancaman 4.6.1 Peluang

Peluang yang dimiliki perusahaan dalam industri mi instan adalah pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan masih sedikitnya tingkat konsumsi mi instan per kapita masyarakat Indonesia. Ini dapat menjadi peluang perusahaan untuk meningkatkan perjualan dan pangsa pasar potensial, selain itu pengeluaran kebijakan pemerintah mengenai sertifikasi halal dapat menjadi peluang bagi perusahaan terutama dalam melakukan pengembangan produk dan perluasan pasar bagi produk PT X.

(30)

Perkembangan teknologi informasi memberikan peluang tersendiri bagi perusahaan untuk terus melakukan inovasi-inovasi terhadap produk yang dihasilkan sehingga dapat menunjang kinerja perusahaan. Peluang usaha lainnya, yaitu adanya globalisasi dari AFTA. Kondisi ini memungkinkan perusahaan menjaringkan pasar lebih luas, tapi itu juga berarti pasar perusahaan juga dapat dimasuki pesaing baru. Adanya globalisasi dan AFTA ini akan menjadi peluang yang tidak kuat untuk kondisi perusahaan saat ini. Selain itu, adanya potensi dan kemudahan dalam kebijakan ekspor oleh pemerintah dapat memberikan peluang bagi perusahaan untuk terus mengembangkan pasarnya ke luar negeri.

4.6.2 Ancaman

Beberapa ancaman dalam lingkungan eksternal antara lain berasal dari bidang ekonomi, yaitu belum stabilnya perkembangan kondisi perekonomian Indonesia. Perkembangan kondisi perekonomian ini meliputi perkembangan beberapa peubah utama bidang ekonomi, antara lain; fluktuatifnya nilai tukar rupiah, tingkat inflasi dan perkembangan tingkat suku bunga. Ancaman lain yang seperti loyalitas konsumen terhadap merek market leader, yaitu Indofood.

Persaingan dalam industri mi instan menempati posisi sebagai ancaman bagi perusahaan. Untuk intensitas persaingan kompetitor dalam industri yang menjadi ancaman, yaitu promosi penjualan pesaing yang gencar, provokatif dan efektif terhadap produk yang baru diluncurkan, strategi produk dan harga pesaing yang efektif menjangkau pasar sasaran, serta peningkatan kapasitas produksi oleh pesaing.

Ancaman produk subtitusi, yaitu dengan adanya loyalitas konsumen pada market leader dan untuk ancaman pendatang baru ditandai dengan jaringan distribusi yang luas. Berikut ini akan disajikan Tabel 22 yang berisi tentang identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh PT X.

(31)

Tabel 22. Identifikasi Peluang dan Ancaman PT. X.

Faktor Eksternal Peluang Ancaman

1. Politik a. Kebijakan sertifikasi halal

2. Ekonomi b. Masih rendahnya konsumsi mi instan per kapita masyarakat Indonesia.

c. Peluang dan kemudahan ekspor. d. Globalisasi dan AFTA

a. Perkembangan kondisi perekonomian

Indonesia yang tidak stabil. 3. Sosial budaya e. Pertumbuhan penduduk Indonesia 4. Teknologi f. Perkembangan teknologi informasi 5. Intensitas persaingan antar kompetitor dalam industri b. Strategi promosi pesaing yang intensif dan provokatif. c. Peningkatan kapasitas

produksi oleh pesaing. d. Strategi produk dan

harga pesaing. 6. Ancaman

produk substitusi

e. Loyalitas konsumen pada produk market leader.

7. Ancaman pendatang baru

f. Jaringan distribusi pesaing yang luas.

4.7 Formulasi Strategi Bersaing Perusahaan 4.7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE

Analisis matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE

(External Factor Evaluation) ini dibuat berdasarkan hasil identifikasi

kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) sebagai faktor-faktor internal lingkungan usaha, serta faktor-faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats) lingkungan usaha bagi produk mi instan produk PT X. Kedua faktor ini sangat berpengaruh terhadap pemilihan strategi pemasaran untuk produk mi instan yang dihasilkan oleh PT. X.

Adapun pembobotan dan rating dalam kedua matriks ini didapat dari hasil kuesioner terhadap empat orang pihak perusahaan yang dinilai paling tepat, ahli serta berperan penting dalam pengambilan keputusan

(32)

strategis perusahaan adalah Direktur Utama, Direktur Operasional dan Direktur Keuangan PT X dan pakar. Hasil dari pengumpulan data dari tiap-tiap responden diolah untuk mendapatkan matriks IFE dan matriks EFE. Matriks IFE PT X dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Matriks IFE PT. X

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

Pembobotan

Kekuatan

Citra merek yang baik (A) 0.109 3.00 0.328

Diferensiasi rasa inovatif (B) 0.068 4.00 0.274

Penetapan harga bersaing (C) 0.073 4.00 0.293

Mutu produk terjamin (D) 0.083 4.00 0.331

Aksesibilitas bahan baku baik (E) 0.088 3.00 0.265

Lokasi perusahaan strategis (F) 0.080 3.00 0.240

Kelemahan

Kegiatan promosi belum intensif (G) 0.082 2.00 0.164

Brand awareness lemah (H) 0.080 2.00 0.160 Jaringan distribusi belum optimal (I) 0.081 2.00 0.162

Segmentasi target belum fokus (J) 0.087 2.00 0.175

Ketersediaan produk belum

optimal (K) 0.080 2.00 0.160

Keterbatasan modal kerja (L) 0.088 1.00 0.088

Total 1,000 2.638

Lingkungan internal perusahaan dalam penelitian ini dipandang dari berbagai aspek manajemen. Dengan menganalisis aspek manajemen perusahaan maka diidentifikasi faktor apa saja yang menjadi kekuatan ataupun kelemahan yang terdapat dalam internal perusahaan. Berbagai faktor penting itu kemudian dinilai secara keseluruhan untuk menentukan seberapa baik kondisi lingkungan internal perusahaan secara umum. Berdasarkan hasil olahan matriks IFE, maka di peroleh skor total 2,638. Ini berarti perusahaan telah memiliki strategi yang baik untuk mengurangi kelemahan internal yang ada.

Pada Tabel 23, berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE, terlihat bahwa mutu produk yang baik merupakan kekuatan utama yang dimiliki oleh perusahaan. Mutu produk X yang sangat baik dengan jumlah skor

(33)

0,331 merupakan faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pemasaran perusahaan. Dengan adanya kualitas produk yang baik dan terjamin akan membuat produk PT X dalam hal rasa, kehigienisan dan kehalalan dikenal memiliki mutu yang cukup baik dan mampu bersaing di pasar.

Citra merek yang baik merupakan faktor kedua yang menentukan dalam kegiatan pemasaran produk PT X dengan jumlah skor 0,328 merupakan kekuatan perusahaan yang harus dipertahankan. Merek yang sudah terkenal dan mencerminkan citra mi instan islami yang enak dan halal diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan juga mencerminkan mutu yang baik. Penetapan harga yang bersaing dengan jumlah skor 0,293 menempati posisi ketiga. Diferensiasi rasa yang inovatif dengan jumlah skor 0,274 merupakan kekuatan perusahaan yang harus dipertahankan.

Aksesibilitas terhadap bahan baku yang cukup baik dengan jumlah skor 0,265 merupakan kekuatan perusahaan yang harus dipertahankan. Aksesibilitas terhadap bahan baku yang cukup baik sangat penting dalam kelancaran proses produksi dan peningkatan omzet penjualan. Lokasi usaha yang strategis baik untuk kegiatan produksi-operasi maupun pemasaran memberikan situasi dan kondisi kerja yang sangat kondusif bagi pihak manajemen maupun para karyawan dan staf untuk melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Lokasi usaha yang strategis memiliki jumlah skor 0,240.

Kelemahan utama PT. X adalah pembagian segmen, target dan posisi pasar yang belum fokus dengan jumlah skor 0,175, kelemahan ini didukung oleh belum intensif dan berkesinambungannya kegiatan promosi perusahaan menjangkau target pasar yang ditetapkan dengan jumlah skor 0,164 serta lemahnya brand awareness dan brand loyalty terhadap merek produk PT X (skor 0,160). Faktor lain yang menjadi kelemahan perusahaan adalah kinerja jaringan distribusi perusahaan yang belum optimal (skor 0,162) menjangkau wilayah-wilayah pemasaran produk PT X. Hal ini mengakibatkan ketersediaan produk X (product availability) di pasar juga belum optimal (skor 0,160). Keseluruhan kelemahan

(34)

perusahaan diatas bersumber pada adanya keterbatasan modal kerja perusahaan yang memiliki jumlah skor 0,088.

7.1.2. Matriks EFE

Analisis faktor eksternal mendefinisikan enam faktor peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dan enam faktor ancaman bagi perusahaan. Berdasarkan hasil analisis matriks EFE, diperoleh jumlah skor rata-rata untuk faktor kunci eksternal adalah 2,671. Artinya, kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada dan mengatasi ancaman-ancaman yang dihadapi oleh perusahaan berada pada posisi rata-rata. Matriks EFE PT X dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Matriks EFE PT.X.

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang

kebijakan sertifikat halal (A) 0.086 4.00 0.343

konsumsi mi instan per kapita (B) 0.088 4.00 0.350

peluang dan kemudahan ekspor (C) 0.089 3.00 0.266

Globalisasi dan AFTA (D) 0.077 2.00 0.155

Pertumbuhan Penduduk Indonesia (E) 0.085 3.00 0.254

Perkembangan teknologi informasi (F) 0.073 3.00 0.220

Ancaman

Perkembangan kondisi perekonomian (G) 0.081 2.00 0.163

Strategi promosi pesaing (H) 0.077 3.00 0.232

Peningkatan kapasitas produksi (I) 0.078 2.00 0.156

Strategi produk dan harga pesaing (J) 0.074 2.00 0.149

Loyalitas konsumen (K) 0.094 2.00 0.187

Jaringan distribusi pesaing (L) 0.098 2.00 0.195

Total 1.000 2.671

Pada Tabel 24, terlihat bahwa masih rendahnya konsumsi mi instan per kapita masyarakat Indonesia dan kebijakan sertifikasi halal yang diterima oleh perusahaan (skor 0,343) merupakan peluang dan kesempatan yang paling mungkin dimanfaatkan oleh perusahaan untuk bersaing

(35)

dengan para produsen mi instan lainnya dalam rangka meningkatkan pangsa pasar potensialnya dengan jumlah skor 0,350. Hal ini juga didukung dengan meningkatnya laju konsumsi dan jumlah penduduk Indonesia (skor 0,254) serta adanya globalisasi dan AFTA (skor 0,155) juga peluang ekspor yang baik dan didukung oleh kebijakan pemerintah dalam kemudahan ekspor (skor 0,163), dapat menjadi peluang yang sangat baik untuk dimantaatkan oleh perusahaan. Dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi (skor 0,220) secara tidak langsung perusahaan dapat meningkatkan inovasi produk dan meningkatkan omzet penjualan.

Sisi lain, faktor-faktor yang menjadi ancaman perusahaan dalam industri mi instan ini sebagian besar berasal dari faktor pesaing. Adapun ancaman utama yang dihadapi oleh perusahaan adalah strategi promosi pesaing (skor 0,232) baik itu pemain baru maupun pemain lama yang sangat intensif dan provokatif untuk menarik perhatian konsumen untuk membeli produk mereka. Selain itu masih tingginya loyalitas konsumen terhadap produk mi instan market leader (skor 0,187) yaitu merek-merek mi instan keluaran Indofood yang telah mereka konsumsi selama bertahun-tahun, merupakan ancaman yang tinggi bagi semua pesaing dalam industri mi instan.

Perkembangan kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil (skor 0,163), yang meliputi perkembangan beberapa indikator perekonomian diantaranya nilai tukar, inflasi, dan tingkat suku bunga, merupakan ancaman yang kuat dan sulit diatasi oleh perusahaan mengingat sebagian besar bahan baku yang digunakan oleh perusahaan berasal dari impor.

Strategi produk dan harga pesaing yang saat ini banyak digunakan merupakan ancaman yang serius bagi perusahaan (skor 0,147), karena trend pasar yang berkembang saat ini adalah pasar menengah ke bawah, maka banyak perusahaan yang mengembangkan produk dengan kualitas dan mutu yang istimewa akan tetapi dijual dengan harga murah. Strategi ini terbukti cukup efektif dalam menarik perhatian konsumen. Selain itu, jaringan distribusi yang semakin luas dan merata menjangkau berbagai

Gambar

Tabel 15. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan PT. X  Faktor
Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Analisa Industri Mi instan
Tabel 17.  Rekapitulasi Hasil Tingkat  Persaingan Antar Kompetitor         Dalam Industri
Tabel 18. Rekapitulasi Hasil Ancaman Produk Substitusi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Strategi penetrasi pasar adalah strategi dimana perusahaan berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar dari produk dan jasa yang sudah ada melalui upaya pemasaran yang

Posisi saat ini perusahaan mempunyai beberapa faktor yang menguntungkan untuk dapat dilaksanakannya strategi penetrasi pasar yaitu banyaknya pengalaman perusahaan,

Berdasarkan hasil perhitungan dalam matriks QSP (Lampiran 10), diperoleh strategi yang paling tepat untuk diimplementasikan, yaitu strategi meningkatkan penetrasi

Industri Pengolahan harus memiliki strategi alternatif kemudian memprioritas strategi mana yang tepat digunakan sesuai dengan kondisi internal dan eksternal

Dengan produk yang berkualitas dapat mengatasi masalah air yang sesuai regulasi pemerintah (S5,O1,O4) Pengembangan pasar Strategi WO 1.Pengaplikasian teknologi dalam

Strategi ini dirumuskan berdasarkan dari kekuatan yang dimiliki oleh PT. Pelni untuk menghindari ancaman yang ada di lingkungan perusahaan. Kekuatan yang digunakan

Dalam penentuan strategi bersaing harus didasarkan kepada analisis lingkungan eksternal yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan seperti keadaan pasar,

Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha melakukan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru