• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN TEMATIK LABORATORIUM TAHUN ANGGARAN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN TEMATIK LABORATORIUM TAHUN ANGGARAN 2016"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN TEMATIK LABORATORIUM

TAHUN ANGGARAN 2016

Judul Penelitian :

SERBUK KERABANG TELUR AYAM SEBAGAI BIOMATERI

BAKTERI PENGOMPOSAN DAN PRODUKSI GAS

Tim Pengusul :

Novita Kurniawati, S.Pt., M.App.Sc.

198011282005012002

Prof. Dr. Suharjono Triatmojo, MS.

195404031982031002

Ir. Ambar Pertiwiningrum, M.Si., Ph.D.

196602091990032001

Yuny Erwanto, S.Pt., MP., Ph.D.

197106071997021001

Nanung A.Fitriyanto, S.Pt., M.Sc.,Ph.D.

197106071997021001

(2)

LAPORAN PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN TEMATIK LABORATORIUM

TAHUN ANGGARAN 2016

Judul Penelitian :

SERBUK KERABANG TELUR AYAM SEBAGAI BIOMATERI

BAKTERI PENGOMPOSAN DAN PRODUKSI GAS

Tim Pengusul :

Novita Kurniawati, S.Pt., M.App.Sc.

198011282005012002

Prof. Dr. Suharjono Triatmojo, MS.

195404031982031002

Ir. Ambar Pertiwiningrum, M.Si., Ph.D.

196602091990032001

Yuny Erwanto, S.Pt., MP., Ph.D.

197106071997021001

Nanung A.Fitriyanto, S.Pt., M.Sc.,Ph.D.

197106071997021001

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

(3)

 

HALAMAN PERBAIKAN

Judul Hibah Penelitian Tematik Laboratorium dari Serbuk Cangkang Telur sebagai Biomateri Bakteri Pengomposan dan Produksi Gas pada proposal yang diajukan dirubah menjadi Serbuk Kerabang Telur Ayam sebagai Biomateri Bakteri Pengomposan dan Produksi Gas pada laporan penelitiannya.

(4)
(5)

INTISARI

Serbuk Kerabang Telur Ayam sebagai Biomateri Bakteri Pengomposan dan Produksi Gas

Morfologi mikroorganisme dari habitat perairan: tepi pantai dan sungai, daratan: pasir pantai dibawah tanaman, dan habitat tanaman tepi pantai yang bersimbiosis dengan tanaman Orok-orok: pembusukan batang, daun, dan bunga dan yang bersimbiosis dengan akar tanaman kedelai : organ bintil akar/nodul dari pantai Trisik, kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta ditumbuhkan pada medium bahan organik berupa pengenceran CM0001 nutrient broth dengan konsentrasi 1/100-NaCl 0,4%, 1/50-NaCl 0,8%, dan 1/25-NaCl 1,5%. Mikroorganisme habitat tepi pantai dan sungai memiliki morfologi pigmen warna putih bening dan putih keruh. Mikroorganisme air pantai bermorfologi pigmen warna putih bening dan mensekresikan metabolite cairan bening tumbuh pada konsentrasi tinggi bahan organik dan mineral garam, 1/25-NaCl 1,5% atau halofilik. Mineral pasir pantai dan lumpur sungai terlarut serta mineral garam, NaCl menumbuhkan morfologi mikroorganisme pigmen warna putih bening dan putih keruh serta fungi. Mikroorganisme pasir pantai dibawah tanaman tepi pantai tumbuh bersimbiosis pada akar tanaman inang dengan kondisi halofilik-oligotropik. Kondisi oligotropik tidak halofilik pada mikroorganisme habitat perairan sungai dipengaruhi mineral tanah dan aliran sungai. Mikroorganisme simbiois akar tanaman Kedelai tumbuh bermorfologi pigmen warna merah muda pada medium pertumbuhan konsentrasi tinggi bahan organik dan mineral garam, 1/25-NaCl 1,5% dan morfologi pigmen warna putih tumbuh pada medium pertumbuhan konsentrasi rendah bahan organik dan mineral garam, 1/100-NaCl 0,4% dan 1/50-NaCl 0,8%. Pemberian perlakuan mineral kalsium kimia organik serupa kalsium karbonat dari konsentrasi 2,67% serbuk biomateri kerabang telur ayam Kampung Jawa lebih pada medium pertumbuhan menumbuhkan mikroorganisme morfologi pigmen warna putih dan mineral kalsium kimia anorganik dari konsentrasi 0,75% kaslium klorida,CaCl2 menumbuhkan mikroorganisme morfologi pigmen warna

merah muda. Mikroorganisme simbiosis bermorfologi sama pigmen warna putih dari tanaman Orok-orok tumbuh tidak dipengaruhi oleh konsentrasi medium pertumbuhan bahan organik, nutrient borth dan mineral garam, NaCl serta perlakuan mineral kalsium kimia organik dan anaorganik.

(6)

ABSTRACT

Eggshell Poultry Powder as Biomateri Bacterial Composting and Gas Production

Microorgnisms morphology from aquatic habitats: costal and river, terrestrial habitats: costal sand below plant shading, and coastal plants habitats as Orok-orok plant: stem, leaves, and flower rooten and Soybean plant: noduls organ root from Trisik coast, Kulon Progo regency, Yogyakarta province grown on organic compunds growth medium of diluted CM0001 nutrient broth 1/100-NaCl 0,4%, 1/50-NaCl 0,8%, and 1/25-NaCl 1,5% concentrations. The costal and river habitats microoganisms morphology shown white transparant and white opaque pigment color. Morphology of costal water microorganisms have shown white transparent pigments and secreted transparent fluids on halophile condition. The minerals soluted from costal sand and mud river together with salt, NaCl grown microorganisms morphology of white transparants, white opaque, and fungi. The costal sand symbiosis microorganisms below plant shading are halophilic-oligotropic associated with the root of plant host. Soil minerals and river stream are influenced river habitat microoganisms in oligotrophic non halophilic growth condition. Microorganisms morphology of soybean root symbiosis pink pigment are grown on high concentration of organic compunds and salts, 1/25-NaCl 1,5% and white pigment on low concentration of organic compunds and salts,1/100-NaCl 0,4% dan 1/25-NaCl 0,8%. Addition of calsium organic chemical mineral treatment like calsium carbonat from 2,67% concentration of Kampung Jawa eggshell chicken powder on growth medium are shown more grew white pigment microorganisms morfology and calsium anorganik chemical mineral treatment from 0,75% concentration of calsium chloride, CaCl2 more

grew pink pigment microorganism morphology. The same morphology of white pigment symbiosis microorganism from Orok-orok plant are not influenced with concentration of organic compunds growth medium, nutreint broth and salt, NaCl also calsium organic and anorganic chemical minerals treatments.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERBAIKAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

INTISARI... iv

ABASTRACT... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... xi

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan... 2

Manfaat... 2

Luaran... 2

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Halofilik dan Halotoleran... 4

Oligotropik... 5

Morfologi dan Medium Pertumbuhan Mikroorganisme... 5

Mekanisme Simbiosis Mikroorganisme dengan Tanaman... 6

Mineral Garam Kimia Organik dan Garam Kimia Anorganik... 7

METODE PENELITIAN... 9

Materi... 9

Peralatan Pengambilan Sampel Air, Tanah, dan Tanaman... 9

Mikroorganisme dari Sampel Air, Tanah, dan Tanaman... 9

Medium dan Kondisi Penumbuh Mikroorganisme... 10

(8)

Metode... 11

Lokasi dan Waktu... 11

Pengambilan Sempel Air, Tanah, dan Tanaman... 12

Serbuk Biomateri Kerabang Telur Ayam... 14

Pengenceran Medium Pertumbuhan Mikroorganisme... 14

Medium Perlakuan Pertumbuhan Mikroorganisme... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN... 17

Morfologi Mikrooganisme Tanah, Air, dan Tanaman... 17

A.Habitat Perairan : Pantai... 17

B.Habitat Perairan : Sungai... 19

C.Habitat Daratan : Pasir Pantai... 23

D.Habitat Tanaman Tepi Pantai... 25

Pengaruh Mineral Kalsium terhadap Mofologi Mikrooganisme... 29

A.Serbuk Biomateri Kerabang Telur: Kalsium kimia organik... 29

B.Kalsium klorida: Kalsium kimia anorganik... 30

KESIMPULAN... 32

UCAPAN TERIMAKASIH... 34

DAFTAR PUSTAKA... 35

(9)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Morfologi Mikroorganisme Habitat Perairan Pantai Trisik... 18

2. Tabel 2. Morfologi Mikroorganisme Habitat Perairan Sungai Linggan... 20

3. Tabel 3. Morfologi Mikroorganisme Habitat Pasir Pantai Trisik... 25

(10)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Sampel tanaman kacang-kacangan berbunga kuning atau Orok-orok

(Crotalaria) yang tumbuh pada jarak kurang lebih 1 Km dari tepi pantai

Trisik... 10 2. Gambar 2. Sampel tanaman kedelai (Glycine max) yang tumbuh di sekitar sungai

(11)

11. Gambar 11. Morfologi mikroorganisme lumpur dari sungai Linggan yang terletak 4 km dari tepi pantai Trisik, kabupaten Kulon Progo pada CM0001 Nutrient Broth medium penumbuh 1/100, 1/50 dan 1/25... 21 12. Gambar 12. Morfologi mikroorganisme pasir pantai yang terletak dibawah pohon Cemara yang berjarak kurang lebih 1Km dari tepi pantai Trisik pada CM0001 Nutrient Broth medium penumbuh 1/100, 1/50, dan 1/25... 24 13. Gambar 13. Morfologi mikroorganisme pasir pantai yang terletak dibawah akar tanaman Pandan Berduri yang berjarak kurang lebih 1Km dari tepi pantai Trisik pada CM0001 Nutrient Broth medium penumbuh 1/100, 1/50, dan 1/25... 24 14. Gambar 14. Morfologi mikroorganisme pasir pantai yang terletak dibawah akar tanaman Orok-orok yang berjarak kurang lebih 1Km dari tepi pantai Trisik pada CM0001 Nutrient Broth medium penumbuh 1/100, 1/50, dan 1/25... 24 15. Gambar 15. Morfologi mikroorganisme tanaman Orok-orok yang tumbuh diatas sampel pasir pantai berjarak kurang lebih 1Km dan akar tanaman Kedelai sekitar sungai Linggan yang berjarak kurang lebih 4Km dari pantai Trisik, kabupaten Kulon Progo pada CM0001 Nutrient Broth 1/100, 1/50, dan 1/25 dengan konsentrasi NaCl akhir setara dengan 0,4%, 0,8%, dan 1,5%. Koloni mikroorganisme berumur 1hari tumbuh berwarna putih, tangga 9 September hingga 10 September 2016... 26 16. Gambar 16. Morfologi mikroorganisme tanaman Orok-orok yang tumbuh diatas

sampel pasir pantai berjarak kurang lebih 1Km dan akar tanaman Kedelai sekitar sungai Linggan yang berjarak kurang lebih 4Km dari pantai Trisik, kabupaten Kulon Progo pada CM0001 Nutrient Broth 1/25 dengan konsentrasi NaCl akhir setara dengan 1,5%. Koloni mikroorganisme pigmen warna merah muda tumbuh setelah berumur 3 hari, tanggal 9 September hingga 12 September 2016... 27 17. Gambar 17. Morfologi mikroorganisme dari akar tanaman Kedelai yang terletak

(12)

Penumbuhan dilakukan dari tanggal 14 September 2016 hingga 19 September 2016... 27 18. Gambar 18. Morfologi koloni mikroorganisme akar tanaman Kedelai dan

Orok-orok yang ditumbuhkan dengan perlakuan pemberian konsentrasi 2,67% mineral serbuk biomateri kerabang telur ayam Kampung Jawa yang ditambahkan pada medium CM0001 Nutrient Broth 1/25 dan 1/100 yang setara dengan konsentrasi mineral garam, NaCl 1,5% dan 0,4%. Mikroorganisme tersebut telah ditumbuhkan terlebih dahulu selama 5 hari pada CM0001 Nutrient Broth 1/100, 1/50, dan 1/25 tanpa perlakuan... 29 19. Gambar 19. Morfologi koloni mikroorganisme akar tanaman Kedelai dan

Orok-orok yang ditumbuhkan dengan perlakuan pemberian konsentrasi 0,75% mineral kalsium klorida, CaCl2 yang ditambahkan pada medium CM0001 Nutrient Broth

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel Kabupaten Kulon Progo... 38

2. Lampiran 2. Metode Pengambilan Sampel... 42

3. Lampiran 3. Lokasi pengambilan dan jenis sampel air dan tanah... 43

4. Lampiran 4. Serbuk Biomateri Kerabang Telur Ayam... 50

5. Lampiran 5. Morfologi mikroorganisme sampel tanaman tepi pantai kabupaten Kulon Progo... 51

6. Lampiran 6. Morfologi mikroorganisme dari sampel air pantai, air pantai bercampur pasir pantai, dan pasir pantai kabupaten Kulon Progo... 53

7. Lampiran 7. Morfologi mikroorganisme dari sampel air sungai, air sungai bercampur lumpur, dan lumpur dari kabupaten Kulon Progo... 54

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kerabang telur ayam yang merupakan limbah industri peternakan atau rumah tangga memiliki kemanfaatan yang tinggi dengan diolah menjadi bahan mineral atau biomateri penumbuh mikoorganisme tanah yang dapat menambah kesuburan tanah. Kerabang telur ayam memiliki kandungan mineral yang berbeda dengan mineral tanah karena sifat mineral kerabang telur merupakan mineral organik yang beda dengan mineral anorganik dari bebatuan.

Mikroorganisme tanah berfungsi untuk mengurai bahan-bahan organik yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Mineral merupakan salah satu bahan yang diperlukan mikroorganisme tanah dalam metabolismenya untuk mengurai bahan organik menjadi unsur hara sehingga kesuburan tanah terbentuk dan terjaga. Mineral penting serta melimpah ditanah yang diperlukan untuk metabolisme mikroorganisme tanah seperti kalsium dan magnesium membantu proses penguraian di alam dan lebih diperlukan dari pada mineral tanah yang lain. Kerabang telur merupakan salah satu limbah industri peternakan atau rumah tangga yang memiliki kandungan mineral kalsium tinggi dibandingkan darah, rambut, tanduk, dan kuku. Kerabang telur ayam diolah menjadi bentuk serbuk sehingga memiliki partikel berukuran kecil dan mudah untuk dipergunakan lebih lanjut bagi mikroorganisme dan tanaman.

Sistem metabolisme mikroorganisme dipengaruhi oleh tempat hidupnya. Mikroorgansime yang hidup pada tanah, air, dan tanaman di daratan yang jauh dari pantai dengan kadar mineral tanah berbeda dengan tanah tepi pantai memiliki perbeda kemampuan dalam menguraikan bahan organik dan anorganik. Kemampuan metabolisme yang berbeda itulah yang mempengaruhi ketersedian unsur hara yang menentukan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman.

(15)

dengan tinggi mineral air laut dan rendah mineral air laut terhadap pengaruh mineral serbuk kerabang telur ayam.

Tujuan

Memanfaatkan limbah rumah tangga berupa kerabang telur ayam sebagai mineral atau biomateri pertumbuhan mikroorganisme tanah yang hidup dengan kadar mineral dari air laut atau garam yang tinggi di tepi pantai Trisik dan mikroorganisme pada akar tanaman kedelai sungai Linggan yang berada dekat dengan pantai Trisik, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Manfaat

Mengetahui metabolisme mikroorganisme tanah yang hidup pada daerah kadar mineral air laut atau garam yang tinggi dan mengolah limbah rumah tangga berupa kerabang telur ayam menjadi serbuk sebagai mineral atau biomateri yang dipergunakan sebagai perlakuan pertumbuah mikroorganisme.

Luaran

Luaran atau capaian dari dana Hibah Penelitian Tematik Laboratorium semester genap tahun anggaran 2015/2016 di laboratorium Teknologi Kulit, Hasil Ikutan, dan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada yang telah dilakuan dan belum dilakukan antara lain :

1. Luaran hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu pengambilan sampel tanah, air, dan tanaman dari provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi kabupaten Kulon Progo di pantai Trisik dan sungai Linggan, kabupaten Bantul di pantai Pandansimo, pantai Goa Cemara, pantai Parang Kusumo, dan sungai Opak, kabupaten Gunung Kidul di pantai Wediombo, dan kabupaten Sleman di sungai Kuning, Taman Nasional Gunung Merapi, dan tanah sekitar Kelompok Ternak Kambing Etawa Sukorejo I.

(16)

tumbuh pada jarak kurang lebih 1 Km dari tepi pantai ditumbuhkan mikroorganisme simbiosis dengan kondisi pembususkan batang, daun, dan bunga, mikrooganisme dari lumpur, lumpur bercampur air sungai, dan air sungai dari sungai Linggan telah ditumbuhkan.

3. Pembuatan serbuk kerabang telur ayam dari limbah rumah tangga untuk perlakukan penumbuhan mikroorganisme dari tanah bermineral tinggi air laut atau garam. Pengamatan pertumbuhan mikroorganisme terhadap perlakuan penambahan serbuk kerabang telur ayam dibandingkan dengan kalsium kloride berupa morphologi mikroorganisme.

4. Luaran yang belum dicapai yaitu pemanfaatan mikroogansime yang ditumbuhkan dari sampel tanah berkadar mineral tinggi air laut atau garam dan serbuk kerabang telur ayam untuk dimanfaatkan dalam pengolahan kompos dan uji produksi gas. Morfologi mikroorganisme dari sampel kabupaten Bantul, Gunung Kidul, dan Sleman belum ditumbuhkan dan dimanfaatakan untuk pengolahan kompos dan uji produksi gas.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Halofilik dan Halotoleran

Mikroorganisme yang terdapat pada tanah dengan tanah/pasir sekitar pantai mempunyai karakteristik pertumbuhan yang berbeda. Mikroorganisme tanah yang berada jauh dari pantai tidak dapat tumbuh dengan konsentrasi mineral garam, NaCl, kadar tinggi sedangkan mikroorganisme yang berada di tanah/pasir sekitar pantai dapat tumbuh dan memerlukan mineral garam untuk pertumbuhannya. Kadar mineral garam pada tanah/pasir sekitar pantai berbeda dengan air pantai dan air yang bercampur pasir pantai yang dipergunakan sebagai asal sumber mikroorganisme. Tanaman yang tumbuh disekitar pantai dan mikroorganisme yang tumbuh bersamanya atau bersimbiosis telah beradapatasi dengan kadar mineral garam yang tinggi. Mikroorganisme yang memerlukan dan tumbuh dengan kadar mineral garam disebut dengan mikroorganisme halofilik. Mikroorganisme halofil tumbuh pada habitat panas dengan suhu 300-400 C dan

pH 6-7 disekitar pantai (Lowe, S.E. et al, 1993). Tanaman pertanian yang bersimbiosis

dengan mikroorganisme halofil yang berada disekitar pantai membantu pertumbuhan hasil pertanian dengan baik.

(18)

Oligotropik

Mikroorganisme yang berada pada habitat sungai yang berasal dari air, air bercampur lumpur, dan lumpur yang hidup dengan memerlukan bahan organik berupa sumber karbon dan nitrogen serta mineral garam misal NaCl yang berbeda dengan mikroorganisme halofilik. Mikroorganisme sungai hidup dengan campuran bahan organik yang menjadi sumber media tumbuh terlarut dan terurai dalam aliran sungai. Habitat air seperti sungai dan tanah seperti daratan merupakan tempat hidup mikroorganisme oligotropik (Ohta dan Hattori, 1980; Lowe, S.E. et al, 1993; Saito, A. et al., 1998). Mineral yang terdapat pada habitat sungai lebih rendah dibandingkan dengan

habitat laut atau tepi pantai yang merupakan tempat hidup mikroorganisme halofilik. Habitat sungai merupakan lingkungan yang memiliki komposisi mineral garam, NaCl, yang rendah sesuai dengan jenis tanah tetapi komposisi bahan organik berupa sumber karbon dan nitrogen berbeda-beda sesuai dengan kecepatan aliran air sungai. Mikroorganisme oligotropik sungai memperoleh sumber nutrisi dari senyawa terlarut berupa bahan organik ataupun anorganik (Attwood dan Harder, 1972). Bahan anorganik habitat sungai atau perairan berupa mineral berbeda dengan mineral garam, NaCl, pada habitat laut atau tepi pantai yang lebih tinggi kadarnya dan berasa asin.

Morfologi dan Medium Pertumbuhan Mikroorganisme

Mikroorganisme halofilik tepi pantai yang bersimbiosis dengan tanaman pertanian membutuhkan garam, NaCl, untuk membantu pertumbuhan dan pembentukan hasil utama tanaman pertanian. Mikroorganisme habitat perairan seperti tepi pantai, sungai, kolam, danau dan habiatat daratan seperti tanah dan pasir pantai dapat ditumbuhkan di laboratorium dengan medium nutrient broth atau nutrient-minimal mineral (Ohta dan Hattori, 1980; Attwood dan Harder, 1972). Kedua macam medium tersebut memerlukan penambahan mineral garam, NaCl, untuk morfologi dan karakteristik menumbuhkan mikroorganisme halofilik (Saito, A. et al., 1998; Hattori dan

Hattori, 1980).

(19)

berbeda di konsentrasi mineral garam, NaCl yang lebih tinggi dibandingkan mikroorganisme dari habitat tanah dan perairan yang jauh dari laut atau pantai (Attwood dan Harder, 1972; Saito, A. et al., 1998; Mimura dan Nagata, 2000). Penumbuhan

mikroorganisme sungai secara in vitro atau di laboratoium menggunakan perbedaan

konsentrasi campuran bahan organik berupa nutreint broth, pepton-ekstrak daging, ekstrak yeast-albumin, atau tripton-ekstrak yeast untuk menyesuaikan dengan kondisi aliran air sungai asal mikroorganisme hidup (Ohta dan Hattori, 1980).

Morfologi mikroorganisme daratan (terrestrial) dan perairan (aquatic) atau akar

(rhizospher) dan permukaan daun (phylosphere) dapat diketegorikan dengan perbedaan

warna pigmen, konsentrasi mineral garam seperti NaCl, dan konsentrasi senyawa organik maupun konsentrasi gabungan senyawa organik dengan anorganik. Morfologi mikroorganisme yang mudah dibedakan dan dilakukan yaitu warna koloni yang tumbuh. Mikroorganisme berpigmen warna putih: putih gading dan putih susu, kuning: jingga tua hingga kuning pucat, merah tua hingga merah muda telah dapat dikategorikan dalam taxonomi mikroorganisme (Saito, A. et al., 1998; Mimura dan Nagata, 2000; Duorado,

M.N. et al., 2015). Taxonomi pada mikroorganisme berdasarkan sumber karbon organik

dan nitrogen organik lebih menjelaskan dengan dilengkapi perlakun konsentrasi berbagai jenis penambahan bahan mineral kimia organik dan/atau kimia anorganik. Mikroorganisme halofilik dapat tumbuh pada kondisi oligotropik dengan konsentrasi garam mineral, NaCl yang lebih tinggi dari mikroorganisme organik-sensitif ( organo-sensitive) (Saito, A. et al., 1998; Hattori dan Hattori, 1980). Mikroorganisme yang

bersimbiosis pada akar tanaman pangan seperti kedelai dalam organ bintil-bintil (noduls)

yang berpigment warna merah muda hidup pada kondisi halofilik fakultatif pada daerah tepi pantai yang berkonsentrasi mineral garam, NaCl tinggi atau kondisi halotoleran fakultatif pada daratan (Irvine, I.C. et al., 2012; Duorado, M.N. et al., 2015).

Mekanisme Simbiosis Mikroorganisme dengan Tanaman

Mikroorganisme yang bersimbiosis dengan tanaman dapat ditemukan pada umumnya dibagain akar dan daun. Simbiosis mikroorganisme pada akar tanaman disebut sebagai rhizosphere sedangkan pada daun disebut phyllosphere dan pada daun yang

(20)

2003; Chistoserdova, L. et al., 2009). Mekanisme mikroorganisme bersimbiosis dengan

tanaman disebut sebagai tanaman inang seperti melalui akar dapat diperantarai dengan medium atau habitat pertumbuah seperti mineral dan bahan organik yang menjadi nutrsi tanaman serta metabolite sekunder yang dihasilkan akar tanaman (Ozawa dan Doi, 1996; Badri dan Vivanco, 2009). Bagian tanaman berupa daun mensintesis metabolite sekunder berwujud gas disebut senyawa gas organik (volatile organic compounds) seperti CO2, O2,

turunan alkohol, turunan alkena, dan alkuna yang dipergunakan oleh mikroorganisme untuk interaksi hidup berupa simbiosis dan epifit pada permukaan daun ( Marshall, M.N.

et al., 1995). Metabolite sekunder yang disintesis pada akar tanaman dan permukaan

seluruh bagian atas tanaman seperti daun, batang, bunga, buah menjembatani proses simbiosis mikroorganisme bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman (Whipps, J.M. et al.,

2008).

Mineral yang terdapat pada habitat asli mikroorganisme dan medium tumbuh buatan merupakan bahan yang mendukung mekanisme simbiosis terhadap tanaman yang menjadi inangnya. Metabolisme mikroorganisme pada habitat asli seperti mineral garam, NaCl di kondisi halofilik dan oligotropik daerah tepi pantai dan medium pertumbuhan buatan dengan komposisi jenis dan konsentrasi mineral dan bahan organik sangat rendah tetap dapat mendukung proses terjadinya simbiosis mikroorganisme dengan tanaman yang efektif (Hattori dan Hattori, 1980; Ozawa dan Doi, 1996; Saito, A., et al., 1998).

Mineral Garam Kimia Organik dan Garam Kimia Anorganik

Mikroorganisme mineral garam-oligotropik yang tumbuh pada habitat perairan dan daratan pada kondisi mineral garam organik konsentrasi rendah seperti natrium, kalium, fosfat, magnesium, kalsium,besi, dan klor (Saito, A., et al., 1998; Hattori dan

(21)

Mineral garam organik dari kerabang telur merupakan salah satu sumber mineral garam organik yang memiliki komposisi tertinggi yaitu mineral kalsium. Kerabang telur merupakan bahan mineral organik kalsium serupa kalsium karbonat (Okerman dan Hansen, 2000; Hunton, 2005). Mineral garam kimia anorganik atau sintetik kimia anorganik konsentrasi rendah seperti KCl, CaCl2, MgCl2, FeCl2, MnCl2, MgSO4,

ZnSO4.7H2O, CoCl2.6H2O, Na2MoO4.2H2O, CuSO4.5H2O, K2HPO4, NaH2PO4.2H2O,

dan (NH4)2SO4/NH4Cl dengan ditambahkan bahan organik konsentrasi rendah dapat

(22)

MATERI DAN METODE

Materi

Peralatan Pengambilan Sampel Air, Tanah, dan Tanaman.

Proses pengambilan sampel air pantai, air pantai bercampur pasir, dan pasir pantai mempergunakan wadah dengan tutup yang rapat berbahan plastik polietilen (PE) berbentuk kotak atau menyerupai gelas. Sekop plastik untuk pengambilan sampel pasir pantai serta kantong plastik berklip untuk menyimpan sampel tanaman. Sampel disimpan pada suhu ruang serta nilai pH diperoleh dengan menggunakan kertas Ph dari McolorpHast TM Universal Indicator, Merck Germany and EMD Millipore Coporation,

USA.

Mikroorganisme dari Sampel Air, Tanah, dan Tanaman.

Mikrooganisme yang ditumbuhkan berasal dari pantai Trisik yang terletak di tepi pantai dan 1Km dari tepi pantai. Sampel tersebut berupa air pantai, air pantai bercampur pasir pantai, dan pasir pantai yang diperoleh dari pantai Trisik. Sampel yang diambil dari jarak 1 Km tepi pantai Trisik berupa pasir yang berada dibawah tempat hidup sampel tanaman.

Sampel tanaman yang diambil dari jarak 1 Km dari tepi pantai Trisik dan dipergunakan untuk mengetahui mikroorganisme yang ada pada tanaman tersebut berupa tanaman kacang-kacangan berbunga kuning atau Orok-orok (Crotalaria) (Gambar 1).

Sampel tanaman kedelai (Glycine max) yang diperoleh disekitar sungai Linggan berupa

nodul atau bintil akar yang terletak pada jarak kurang lebih 4 Km dari pantai Trisik (Gambar 2). Mikroorganisme yang telah ditumbuhkan dari sampel tanaman Orok-orok dan akar tanaman kedelai merupakan sampel mikroorganisme yang dipergunakan untuk pengamatan perlakuan pemberian serbuk biomateri kerabang telur ayam kampung Jawa dan kalsium klorida (CaCl2) pada medium penumbuh.

(23)

C tanpa penggunaan bahan penyerap kelembaban udara hingga digunakan sebagai bahan penumbuh mikrooganisme.

Medium dan Kondisi Penumbuh Mikroorganisme.

Wadah medium penumbuh mikrooganisme mempergunakan bahan kaca anti panas berupa cawan petri yang dilapisi almunium foil sebelum disterilkan pada suhu 1210C selama 15 hingga 30 menit dengan autoclave, All American Pressure Sterlizer

Serial No. B0008131, Wisconsin Alumunium Foundry Co., Ink.

Gambar 1. Sampel tanaman kacang-kacangan berbunga kuning atau Orok-orok

(Crotalaria) yang tumbuh pada jarak kurang lebih 1 Km dari tepi pantai Trisik.

Gambar 2. Sampel tanaman kedelai (Glycine max) yang tumbuh di sekitar

(24)

Medium penumbuh mikroorganisme yang dipergunakan dalam penelitian ini memiliki konsentrasi mineral garam, sodium klorida (NaCl), tinggi 38,40% dari CM0001 Nutrient Broth, Oxoid Ltd.Wade Road, Basingstoke, Hants, RG24 8PW, United Kingdom (UK). Medium penumbuh tersebut diencerkan 1/100, 1/50, dan 1/25 untuk memperoleh konsentrasi NaCl 0,4%, 0,8%, dan 1,5%. Medium tersebut ditambahkan agar (C12H18O9)x

dari UPT BPPTK LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang dipergunakan sebagai bahan pembuat medium padat penumbuh mikroorganismedengan konsetrasi 1, 5%. Semua bahan medium penumbuh mikroorganisme disterilkan pada suhu 1210C

selama 15 hingga 30 menit dengan autoclave.

Penumbuhan mikroorganisme dari sampel dilakukan pada steril clean bench

sederhana dan selama pengamatan pertumbuhan mikroorganisme tersebut dilakukan dengan inkubator Memmert, Germany,  Äußere Rittersbacher Straße 38 D-91126 Schwabach pada suhu 300 C.

Kerabang Telur Ayam.

Limbah rumah tangga berupa kerabang telur ayam kampung Jawa dikumpulkan dan dicuci kemudian dikeringkan. Proses pengeringan menggunakan udara ruang dan sinar matahari. Pembentukan kerabang telur ayam menjadi serbuk biomateri medium tumbuh mikroorganisme menggunakan alat penggerus berbahan dasar porselen. Serbuk biomateri kerabang telur ayam di simpan dalam botol kaca dan ditambahkan bahan penyerap kelembabab udara berupa butiran silika gel.

Metode Lokasi dan Waktu.

(25)

Pelaksanaan pegambilan sampel dilakukan pada akhir bulan Juli yaitu tanggal 25 Juli 2016 di kabupaten Kulon Progo dan Bantul, tanggal 26 Juli 2016 di kabupaten Gunung Kidul, dan tanggal 27 Juli 2016 di kabupaten Sleman.

Pengambilan Sampel Air, Tanah, dan Tanaman.

Lokasi pengambilan sampel berupa air pantai, air pantai bercampur pasir pantai, dan pasir pantai dari tepi pantai Trisik dilakukan pada tiga tempat. Sampel yang diambil dari tepi pantai merupakan sampel dengan kadar mineral air laut atau garam berkonsentrasi tinggi. Sampel juga diambil dari jarak kurang lebih 1Km dari tepi pantai berupa tanaman serta pasir pantai yang menjadi tempat tumbuh tanaman tersebut. Kadar mineral air laut atau garam yang terdapat pada jarak 1 Km dari tepi pantai memiliki konsentrasi lebih rendah dari sampel yang diambil dari tepi pantai (Lampiran 2 dan 3).

Mikroorganisme dari sampel air pantai, air pantai bercampur pasir, air sungai, dan air sungai bercampur lumpur ditumbuhkan dengan tanpa pengenceran dengan cara tetesan atau meneteskan air sampel dengan volume kurang lebih 10 µl. Sampel pasir dan lumpur dilarutkan lima puluh kali dari metode Casida (1977) yaitu 200 mg sampel dalam 1 ml aquades kemudian dicampur hingga rata sehingga mikroorganisme yang terdapat pada sampel terlarutkan. Sampel tanaman berupa kacang-kacangan berbunga kuning atau Orok-orok (Crotalaria) yang diperoleh dari jarak 1 Km dari tepi pantai dipergunakan

(26)

Morfologi mikroorganisme dari sampel akar tanaman kedelai yang menunjukan perbedaan pigmen berwarna putih dan merah muda dipisahkan keduanya dengan batang loop berbentuk ose dan jarum (Gambar 4 dan 5).

Gambar 3. Metode petak kertas dan cawan petri menumbuhan sampel mikroorganisme berupa cairan dengan cara tetasan air atau larutan sampel. Volume yang dipergunakan kurang lebih 10 µl.

(27)

Serbuk Biomateri Kerabang Telur Ayam.

Kerabang telur diperoleh dari limbah rumah tangga berupa telur dengan kerabang berwarna coklat ayam petelur dan kerabang berwarna putih ayam kampung Jawa untuk pembuatan mineral serbuk atau tepung biomateri dengan kandungan tinggi mineral organik serupa kalsium karbonat. Kerabang telur dicuci dan dikering udara pada suhu ruangan, 300-370 C. Kerabang telur dihaluskan menjadi serbuk biomateri dengan alat

pengerus berbahan porselen hingga berbentuk serbuk tanpa pengukuran partikel dan disimpan dalam botol kaca dengan diberi bahan penyerap kelembaban udara berupa butiran silika gel (Lampiran 4).

Pengenceran Medium Pertumbuhan Mikroorganisme.

Mikroorganisme dalam sampel yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini ditumbuhkan pada medium komersial yang memiliki konsentrasi mineral garam tinggi 38,40% yang sama dengan mineral air laut atau sodium klorida (NaCl) dari CM0001 Nutrient Broth, Oxoid Ltd.Wade Road, Basingstoke, Hants, RG24 8PW, United Kingdom (UK). CM0001 Nutreint Broth memiliki komposisi ekstrak daging 7,68%, ekstrak yeast

(28)

15,36%, peptone 38, 40%, dan Sodium Klorida 38,40%. Medium penumbuh tersebut diencerkan 1/100, 1/50, dan 1/25 untuk memperoleh konsentrasi NaCl 0,4%, 0,8%, dan 1,5%.

Seratus persen CM0001 Nutrient Broth medium penumbuh dibuat dengan melarutkan 0,65105 gr pada volume larutan pengenceran berupa akudes sebanyak 50 ml. Medium dengan volume 300 ml untuk penumbuh mikroorganisme ditambahkan 3 ml, 6 ml, dan 12 ml dari seratus persen medium penumbuh CM0001 Nutrient Broth yang memiliki konsentrasi Nutreint borth dan NaCl akhir setara dengan 1/100-NaCl 0,4%, 1/50-NaCl 0,8%, dan 1/25-NaCl 1,5% . Medium padat penumbuh mikrooganisme dengan volume yang sama diperoleh dengan melarutkan agar 1,5% atau 4,5 gr. Larutan medium penumbuh mikroorganisme tersebut selanjutnya disterilisasi pada suhu 1210C selama 15

hingga 30 menit untuk kurang lebih 10 cawan petri dengan diameter 9 cm.

Medium Perlakuan Pertumbuhan Mikroorganisme.

Sumber mineral kalsium berupa serbuk biomateri kerabang telur ayam Kampung Jawa yang dibandingkan dengan kalsium klorida (CaCl2) merupakan perlukuan untuk

pertumbuhan mikroorganisme simbiosis tanaman yang tumbuh dari berjarak kurang lebih 1 Km tepi pantai Trisik berupa tanaman Orok-orok (Crotalaria) dan akar tanaman kedelai

dari sekitar sungai Linggan yang berjarak 4 Km dari tepi pantai Trisik. Mikroorganisme tersebut sebelumnya telah ditumbuhkan pada CM0001 Nutrient Broth medium pertumbuhan yang diencerkan 1/100-NaCl 0,4%, 1/50-NaCl 0,8%, dan 1/25-NaCl 1,5%. Penelitian ini mempergunakan penambahan serbuk biomateri kerabang telur ayam Kampung Jawa kosentrasi 2,67% dan kalsium klorida (CaCl2) konsentrasi 0,75% yang

ditambahkan pada CM0001 Nutrient Broth medium penumbuh yang diencerkan 1/100-NaCl 0,4% dan 1/25-1/100-NaCl 1,5%.

(29)
(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfologi Mikroorganisme Air, Tanah, dan Tanaman A. Habitat Perairan : Pantai

Mikroorganisme yang ditumbuhkan dari sampel pantai Trisik berupa air pantai, air pantai bercampur pasir pantai, dan pasir pantai tumbuh morfologi koloni mikrooganisme berpigmen warna putih bening dan putih (Gambar 6, 7,dan 8). Mikroorganisme yang hidup pada habitat pantai merupakan mikroorganisme halofilik dengan bahan nutrisi organik terlarut berkonsentrasi rendah (Attwood dan Harder, 1972; Saito, A. et al., 1998; Mimura dan Nagata, 2000).

Mikroorganisme air pantai yang ditumbuhkan berupa air pantai yang diteteskan pada medium penumbuh dengan konsentrasi NaCl akhir setara dengan 0,4%, 0,8%, dan 1,5%. Mikroorganisme air pantai pada medium penumbuh dengan konsentasi 1/25-NaCl 1,5% menunjukan koloni yang putih bening dan cair dibandingkan konsentrasi 1/100-NaCl 0,4% dan 1/50-1/100-NaCl 0,8% (Lampiran 6). Komposisi nutrient broth yang diencerkan 1/25 memiliki konsentrasi ekstrak daging, ekstrak yeast, serta pepton lebih tinggi dari pengenceran 1/50 dan 1/100. Mikroorganisme pada medium nutrient broth 1/25 tumbuh pada bahan organik dengan konsentrasi mineral garam, NaCl tinggi berbeda dengan yang berkonsentrasi rendah 1/50 dan 1/100. Mikroorganisme air pantai ditumbuhkan pada tanggal 9 September 2016 hingga 13 September 2016.

Morfologi koloni mikroorganisme air pantai pada titik lokasi pengambilan sampel 1, 2, dan 3 tumbuh pada medium 1/25 nutreint broth mensintesis cairan bening yang tidak dihasilkan pada mikroorgnisme dari sampel air pantai bercampur pasir dan pasir pantai. Cairan bening yang disintesis diluar sel mikroorganisme disebut sebagai bahan organik metabolit sekunder. Metabolite sekunder yang disintesiskan mikroorganisme pantai atau mikroorganisme halofilik dapat berupa polisakarida yang disebut eksopolisakarida (Poli, 

A., 2010; Delbarre-Ladrat, C. et al, 2014). Cairan bening yang disintesiskan

(31)

terhambat disintensis pada 1/50 dan 1/100, konsentrasi rendah medium nutreint broth dan mineral garam, NaCl 0,8% dan 0,4% (Tabel. 1).

Metabolite sekunder dari sampel air pantai Trisik tumbuh dengan konsentrasi nutrient broth dan mineral garam tinggi, 1/25-NaCl 1,5%, yang berbeda dengan morfologi mikroorganisme daratan dan perairan bukan pantai yang ditumbuhkan dengan penambahan konsentrasi nutreint broth : pepton dan ekstrak daging dan mineral garam, NaCl yang lebih rendah (Saito, A., et al., 1998; Ohta dan Hattori, 1980; Hattori dan

Hattori, 1980; Mimura dan Nagata, 2000). Mikroorganisme air pantai Trisik yang ditumbuhkan dengan nutreint broth 1/25-NaCl 1,5% lebih tinggi konsentrasi bahan organik sebagai sumber nutrisi dengan ditambahkan ekstrak yeast. NaCl dan ekstrak yeast tersebut menunjukan pengaruh pensintesisan metabolite sekunder berupa cairan bening pada koloni mikroorganisme yang tumbuh dari sampel air pantai Trisik.

Tabel 1. Morfologi Mikroorganisme Habitat Perairan Pantai Trisik

Lokasi Pengambilan

Sampel

Jenis

Sampel Broth-Konsentrasi Mineral Garam, NaCl Pengeceran Medium CM0001 Nutreint

dan Morfologi Mikroorganisme Lama Waktu Penumbuhan 1/ 100-0,4% 1/50-0,8% 1/25-1,5%

Pantai Trisik, Kabupaten Kulon Progo

Air Pantai Putih bening bening Putih

Putih

Putih bening Putih agak bening keruh

Pantai Putih keruh/ putih tulang

(32)

B. Habitat Perairan : Sungai

Habitat perairan selain pantai yaitu sungai memiliki kompoisi dan konsentrasi mineral dan bahan organik terlarut yang berbeda. Perairan sungai mengandung konsentrasi mineral garam, NaCl yang rendah dari pada pantai. Bahan organik yang terlarut pada habitat perairan pantai dan sungai memiliki kesamaan yaitu komposisi dan Gambar 6. Morfologi mikroorganisme air pantai dari pantai Trisik pada CM0001 Nutrient Broth medium penumbuh 1/100, 1/50 dan 1/25.

Gambar 7. Morfologi mikroorganisme air pantai bercampur pasir pantai dari pantai Trisik pada CM0001 Nutrient Broth medium penumbuh 1/100, 1/50 dan 1/25.

(33)

konsentrasinya rendah sehingga dapat disebut sebagai medium pertumbuhan mikroorgansime oligotropik. Konsentrasi rendah bahan organik dan mineral yang terlarut pada habitat perairan sungai mampu mendukung kehidupan mikroorganisme (Attwood dan Harder, 1972; Ohta dan Hattori, 1980; Saito, A. et al., 1998).

Sampel dari habitat perairan sungai Linggan berupa air, air bercampur lumpur dan lumpur, kabupaten Kulon Progo telah ditumbuhkan pada nutreint broth yang merupakan salah satu medium untuk menumbuhkan mikroorganisme habitat alami dilaboratorium dengan metode diencerkan atau pengenceran (Gambar 9, 10, dan 11). Metode pengenceran nutreint broth : pepton dan ekstrak daging disebut Diluted Nutrient Broth (DNB) merupakan salah satu medium yang telah dipergunakan menjadi medium oligotropik mikroorganisme daratan dan perairan serta mikroorgnisme pertanian (Hattori dan Hattori, 1980; Ohta dan Hattori, 1980; Saito, A. et al., 1998; Fitriyanto, N.F. et al.,

2011a, 2011b; Hibi, Y. et al., 2011; Nakagawa, T. et al.,2012). Morfologi

mikroorgnisme habitat perairan sungai Linggan berupa air, air bercampur lumpur, dan lumpur pigmen warna putih dan putih keruh yang telah ditumbuhkan pada medium pengenceran CM0001 nutrient broth yang telah mengandung mineral garam, NaCl (Tabel 2).

Tabel 2. Morfologi Mikroorganisme Habitat Perairan Sungai Linggan

Lokasi

dan Morfologi Mikroorganisme Penumbuhan Lama Waktu 1/ 100-0,4% 1/50-0,8% 1/25-1,5%

Sungai Linggan, Kabupaten Kulon Progo

Air Sungai Putih Putih tumbuh Tidak 8 September -12 September 2016

Air Sungai bercampur

Lumpur - Putih keruh Putih keruh 8 September -12 September 2016

(34)

Mikroorganisme yang telah ditumbuhkan dari sampel air sungai terbentuk koloni mikroorganisme menyerupai koloni bakteri pada medium nutrient broth 1/100 dan 1/50 tetapi pada 1/25 tidak tumbuh sedangkan mikroorganisme fungi tumbuh. Konsentrasi

tinggi mineral garam, NaCl pada medium nutreint broth 1/25-NaCl 1,5% menghambat pertumbuhan koloni mikroorganisme sampel air sungai dibandingkan pada medium nutreint broth 1/100-NaCl 0,4% dan 1/50-NaCl 0,8%. Mikroorganisme menyerupai koloni bakteri air sungai tidak tumbuh dengan mineral garam yang tinggi sedangkan

Sungai Linggan

1/100 Lumpur Sungai Linggan 1/50 Lumpur

Sungai Linggan 1/25 Lumpur

Gambar 11. Morfologi mikroorganisme lumpur dari sungai Linggan yang terletak 4 km dari tepi pantai Trisik, kabupaten Kulon Progo pada CM0001 Nutrient Broth medium penumbuh 1/100, 1/50 dan 1/25.

Gambar 9. Morfologi mikroorganisme air dari sungai Linggan yang terletak 4 km dari tepi pantai Trisik, kabupaten Kulon Progo pada CM0001 Nutrient Broth medium penumbuh 1/100, 1/50 dan 1/25.

Gambar 10. Morfologi mikroorganisme air bercampur lumpur dari sungai Linggan yang terletak 4 km dari tepi pantai Trisik, kabupaten Kulon Progo pada CM0001 Nutrient Broth medium penumbuh 1/50 dan 1/25.

(35)

fungi tumbuh menggunakan konsentrasi tinggi bahan organik dari medium nutreint broth 1/25-NaCl 1,5%.

Pertumbuhan mikroorganisme menyerupai koloni bakteri dari sampel air bercampur lumpur sungai terlihat lebih jelas terbentuk pada medium nutrient broth 1/25-NaCl 1,5% dibandingkan mikroorganisme koloni sampel air sungai. Hal itu dimungkinkan lumpur yang terlarut pada air sungai memberikan sumber karbon dan mineral yang tidak disediakan oleh medium nutrient broth yang diperlukan untuk pembentukan koloni. Sumber karbon dan mineral lumpur sungai merupakan hasil dari penguraian sisa tanaman yang mati, kegiatan manusia, dan proses pengikisan bebatuan serta tanah yang berada disepanjang aliran sungai. Habitat lumpur dari perairan seperti sungai, kolam, dan lautan berbeda pada kondisi dan letak geografisnya menentukan konsentrasi bahan organik dan mineral yang menunjukan morfologi mikroorganisme berbeda (Attwood dan Harder, 1972).

Mikroorganisme yang tumbuh dari sampel lumpur sungai memiliki kemamuan tumbuh koloni mikroorganisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan mikroorganisme dari sampel air sungai dan air bercampur lumpur yang tumbuh pada menium nutrient broth pengenceran yang sama. Koloni mikroorganisme lumpur sungai tumbuh pada konsentrasi bahan organik dan mineral garam disemua medium nutreint broth pengenceran yang dipergunakan. Konsentrasi bahan organik dan mineral dari sampel lumpur sungai lebih tinggi dari pada sampel air bercampur lumpur sungai tidak menghambat pertumbuhan koloni mikroorgnisme yang ditumbuhkan pada medium nutrient broth 1/25-NaCl 1,5%. Hal itu menunjukan mikroorganisme dari sempel lumpur berbeda dengan mikroorganisme air sungai dan air bercampur lumpur sungai. Kemampuan mikroorganisme sampel lumpur sungai dapat dikategorikan toleran dengan kisaran konsentrasi bahan organik dan mineral garam antara lain NaCl yang lebih lebar. Kemampuan tersebut merupakan anthropogenik yang dimiliki genetik mikroorganisme melalui adapatasi terhadap kondisi lingkungan yang bervariasi untuk menfaatkan medium nutrisi pertumbuhan pada habitat alami (Thammavongs, B. et al. 2008). Kemampuan

(36)

C. Habitat Daratan: Pasir Pantai

Mikroorganisme pada habitat daratan pasir pantai dibawah tanaman tepi pantai hidup dengan mineral garam, NaCl yang tinggi dibandingkan habitat daratan yang jauh dari pantai. Tanaman yang tumbuh di pasir pantai yang berjarak kurang lebih 1 Km dari tepi pantai dapat tumbuh dengan mineral garam, NaCl lebih tinggi dibandingkan tanaman pada daratan dengan konsentrasi mineral garam sangat rendah. Tanaman tersebut dapat berupa pohon berkayu keras, semak belukar dan tanaman pangan. Pohon kayu keras yang tumbuh pada pasir tepi pantai seperti pohon Kelapa, Cemara dan Pinus. Semak yang mudah tumbuh pada pasir pantai (Irvine, I.C. et al., 2012; Duorado, M.N. et al., 2015)

seperti Pandan Berduri, Orok-orok, dan Landak Pantai dan tanaman pangan seperti kedelai, buah, umbi akar, dan padi.

Morfologi koloni mikroorganisme ditumbuhkan dari sampel pasir pantai dibawah pohon Cemara, akar tanaman Pandan Berduri, dan akar tanaman Orok-orok yang tumbuh berjarak kurang lebih 1 Km dari tepi pantai Trisik ditunjukan dengan gambar 12,13, dan 14. Mikroorganisme tersebut dilarutkan dari sampel pasir dengan akuades steril yang ditumbuhkan pada medium nutreint broth dengan konsentrasi bahan organik dan mineral garam, NaCl yang telah diencerkan menunjukan pigmen warna putih bening dari sampel pasir dibawah pohon Cemara dan akar tanaman Pandan berduri pada medium nutrient broth 1/100-NaCl 0,4% dan 1/50-NaCl 0,8% yang berbeda dari mikroorgnisme sampel pasir dibawah akar tanaman Pandan Berduri pada medium nutrient broth 1/25-NaCl 1,5% dan tanaman Orok-orok 1/50-NaCl 0,8% dan 1/25-NaCl 1,5% (Lampiran 8). Morfologi koloni mikroorganisme yang berbeda tersebut dapat disebabkan oleh jenis tanaman dan ekskersi metabolite pada akar tanaman inang yang menaungi atau bersimbiosis dengan mikroorganisme (Yang dan Crowley, 2000; Walker, T.S. et al., 2003; Badri dan Vivanco,

2009).

(37)

hidroksiprolin, homeserine, asam mugineik, asam aminobutirik (Gopalakrishnan, S. et al.

2015; Badri dan Vivanco, 2009). Tanaman pada habitat pasir pantai menekskresi senyawa metabolit sekunder yang menentukan mekanisme simbiosis jenis mikroorganisme dengan tanaman inang dan menyediakan kecepatan asupan mineral ion Na+ dan ion Cl- yang

Gambar 12. Morfologi mikroorganisme pasir pantai yang terletak dibawah pohon Cemara yang berjarak kurang lebih 1Km dari tepi pantai Trisik pada CM0001 Nutrient Broth medium penumbuh 1/100, 1/50, dan 1/25.

Gambar 13. Morfologi mikroorganisme pasir pantai yang terletak dibawah akar tanaman Pandan Berduri yang berjarak kurang lebih 1Km dari tepi pantai Trisik pada CM0001 Nutrient Broth medium penumbuh 1/100, 1/50, dan 1/25.

TIDAK TERFOTO III 1/100 Tanah/Pasir

Pantai Trisik

 

(38)

tinggi untuk proses sintesis tersebut. Mineral garam tertinggi pada medium 1/25-NaCl 1,5% menentukan perbedaan morfologi koloni mikroorganisme dari akar tanaman Pandan Berduri dan Orok-orok dengan pohon Cemara.

Mikroorganisme yang bersimbiosis pada akar tanaman kacang-kacangan pada habitat pasir pantai seperti Orok-orok (Crotolaria) yang ditumbuhkan pada konsentrasi

nutreint broth dan mineral garam yang berbeda menunjukan morfologi yang sama dengan morfologi mikroorganisme dari akar tanaman Pandan Berduri 1/25-NaCl 1,5%. Kondisi lingkungan pasir pantai merupakan medium pertumbuhan mikroorganisme yang memiliki konsentrasi tinggi mineral garam, NaCl dan komposisi serta konsentrasi nutrisi senyawa organik yang rendah mendukung proses mekanisme simbiosis mikroorganisme dengan tanaman habitat pantai (Ozawa dan Doi, 1996). Faktor penyebab kesamaan morfologi koloni mikroorganisme tersebut dapat diperkirakan oleh mineral garam NaCl yang tinggi 0,8%-1,5% dan skeresi metabolit sekunder yang dihasilkan akar tanaman Orok-orok yang berbeda dengan akar tanaman Pandan Berduri.

Tabel 3. Morfologi Mikroorganisme Habitat Pasir Pantai Trisik

D. Habitat Tanaman Tepi Pantai

Habitat tanaman tepi pantai yang tumbuh diarea pasir dekat pantai memiliki mineral garam terutama NaCl mempengaruhi metabolisme tanaman dan mikroorganisme yang bersimbiosis dengan tanaman tepi pantai. Metabolite sekunder yang dihasilkan tanaman

Lokasi Pengambilan

Sampel

Jenis

Sampel Broth-Konsentrasi Mineral Garam, NaCl Pengeceran Medium CM0001 Nutreint

dan Morfologi Mikroorganisme Lama Waktu Penumbuhan 1/ 100-0,4% 1/50-0,8% 1/25-1,5%

Cemara Putih bening bening Putih Putih bening

9 September -13

September 2016

Pandan

Berduri Putih bening bening Putih Putih keruh/ putih tulang

(39)

dan akar tanaman dapat disebabkan oleh habitat lingkungan yang spesifik, kondisi tanah,dan komposisi nutrisi medium. Mikroorganisme pasir yang tumbuh bersimbiosis dengan tanaman inang seperti pohon Cemara, Pandan Berduri, dan Orok-orok serta tanaman pertanian memberikan manfaat tanaman tumbuh dengan baik. Metabolite sekunder dari tanaman bermanfaat sebagai sumber bahan organik baik berupa sumber karbon dan nitrogen menentukan jenis mikrooganisme yang sesuai dan bermanfaat bagi tanaman inang.

Tanaman kedelai dan Orok-orok yang tumbuh di daerah tepi pantai seperti sampel habitat tanaman dari kabupaten Kulon Progo, tepi pantai Trisik dengan jarak 1 Km dan 4 Km menunjukan morfologi mikroorganisme pigmen warna yang berbeda (Gambar 15). Morfologi mikroorganisme pigmen warna yang berbeda dari sampel akar tanaman kedelai tepi pantai dipengaruhi oleh mineral tanah. Mineral tanah dari habitat tepi pantai dengan habitat daratan mempengaruhi mikroorganisme pigmen warna yang berbeda pada simbiosis akar tanaman kedelai dan tanaman Orok-orok. Mekanisme simbiosis mikroorganisme pigmen warna putih pada akar tanaman seperti Bradyrhizobium

japonicum, Agromonas oligotrophica S58, Bradyrhizobium elkanii, Nitrobacter spp,

Rhodopseudomonas palustris, dan Afipia spp. tidak dipengaruhi konsentrasi tinggi oleh

mineral garam, NaCl (Ozawa dan Doi, 1996; Saito, A. et al., 1998).

(40)

Mikroorganisme pigmen warna merah muda yang bersimbiosis dengan akar tanaman kedelai tumbuh di tepi pantai Trisik berjarak 4 Km disekitar sunggai Linggan,kabupaten Kulon Progo. Mikroorganisme koloni pigmen warna merah muda tersebut lebih mudah tumbuh pada medium nutreint broth dengan konsentrasi 1/25-NaCl 1,5% daripada koloni pigmen warna putih (Gambar 16 dan 17). Mikroorganisme simbiosis akar tanaman Kedelai dengan pigmen warna putih lebih tumbuh pada medium konsentrasi nutrent broth dan mineral garam rendah, 1/100-NaCl 0,4%.

B Gambar 16. Morfologi mikroorganisme tanaman Orok-orok yang tumbuh diatas sampel pasir pantai berjarak kurang lebih 1Km dan akar tanaman Kedelai sekitar sungai Linggan yang berjarak kurang lebih 4Km dari pantai Trisik, kabupaten Kulon Progo pada CM0001 Nutrient Broth 1/25 dengan konsentrasi NaCl akhir setara dengan 1,5%. Koloni mikroorganisme pigmen warna merah muda tumbuh setelah berumur 3 hari, tanggal 9 September hingga 12 September 2016.

Mikroorganisme dari akar tanaman Kedelai yang terletak disekitar sungai Linggan kurang lebih 4 Km dari tepi

pantai Trisik

Mikroorganisme dari akar tanaman Kedelai yang terletak disekitar sungai Linggan kurang lebih 4 Km dari tepi

pantai Trisik

Mikroorganisme dari akar tanaman Kedelai yang terletak disekitar sungai Linggan kurang lebih 4 Km

dari tepi pantai Trisik

(41)

Mikroorganisme pigmen warna putih dari tanaman Orok-orok tumbuh dengan morfologi yang sama pada semua konsentrasi pengenceran medium pertumbuhan: nutrient broth 1/100-NaCl 0,4%. 1/50-NaCl 0,8%, dan 1/25-NaCl 1,5%. Mineral garam tinggi tepi pasir pantai dari sampel habitat tanaman Orok-orok tumbuh tidak menghambat pertumbuhan tanaman dan mekanis mikroorganisme bersimbiosis dengan tanaman. Hal ini menunjukan bahwa mikroorganisme yang hidup bersimbiosis pada tanaman Orok-orok yang tumbuh kurang lebih 1 Km dari tepi pantai dapat tumbuh dengan konsentrasi bahan organik dan mineral garam tinggi maupun rendah yang berbeda dengan mikroorganisme dari tanaman Kedelai yang tumbuh kurang lebih 4 Km dari tepi pantai (Tabel 4).

Tabel 4. Morfologi Mikroorganisme Habitat Tanaman Tepi Pantai Lokasi

(42)

Pengaruh Mineral Kalsium Terhadap Morfologi Mikroorganisme A. Serbuk Biomateri Kerabang Telur: Kalsium kimia organik

Kerabang telur merupakan hasil metabolisme yang dihasilkan oleh burung dan unggas. Kerang telur ayam merupakan limbah dari pengolahan manfaat telur unggas dapat dipergunakan sebagai sumber mineral kalsium. Kerabang telur ayam merupakan mineral kimia organik hasil metabolisme yang serupa dengan kalsium karbonat dari kalsium kimia anorganik dari bebatuan. Kalsium dari kerabang telur burung dan unggas merupakan hasil proses metabolisme pada uterus dengan membentuk kalsit atau kalsium organik padat dan membran protein sebagai pelindung dan sumber kalsium embiro (Duan,

Z. et al., 2016). Kalsium dari kerabang telur ayam dimanfaatkan untuk perlakuan

pertumbuhan mikroorganisme simbiosis yang berasal dari sampel akar tanaman Kedelai yang tumbuh disekitar sungai Linggan yang berjarak kurang lebih 4 Km dan tanaman Orok-orok : batang, daun, dan bunga yang tumbuh pada jarak kurang lebih 1 Km dari pantai Trisik, kabupaten Kulon Progo (Gambar 18). Mikroorganisme dari akar tanaman

1/100 1/50 1/25

(43)

kedelai ditumbuhkan sebelumnya pada medium CM0001 Nutrient Broth 1/100, 1/50, dan 1/25 dengan konsentrasi mineral garam setara 0,4%, 0, 8%, dan 1,5%. Mikroorganisme tersebut bermorfologi pigmen warna putih dan merah muda yang ditumbuhkan lagi pada medium yang sama 1/100-NaCl 0,4% dan 1/25-NaCl 1,5% dengan ditambahkan perlakuan konsentrasi 2,67% mineral kalsium dari serbuk biomateri kerabang telur ayam Kampung Jawa.

Morfologi mikroorganisme dari akar tanaman Kedelai pigmen warna putih lebih mendominasi pertumbuhan dari pada pigmen warna merah muda dengan perlakuan pemberian serbuk biomateri kerabang telur ayam Kampung Jawa yang ditunjukan pada medium pertumbuhan CM0001 Nutrient Broth 1/25-NaCl 1,5% . Hal itu menunjukan bahwa mikroorganisme simbiosis pigmen warna merah muda dari akar tanaman Kedelai lebih mudah tumbuh pada medium tanpa perlakuan pemberian serbuk biomateri kerabang telur ayam Kampung Jawa pada konsentrasi medium yang sama. Mikroorganisme pigmen warna merah muda terhambat dan tidak tumbuh dengan serbuk biomateri kerabang telur ayam Kampung Jawa. Mikroorganisme simbiosis pigmen warna putih dari tanaman Orok-orok dengan perlakuan pemberian serbuk biomateri kerabang telur ayam Kampung Jawa tumbuh dengan morfologi sama dengan tanpa perlakuan. Pertumbuhan morfologi mikroorganisme pigmen warna merah muda dari akar tanaman Kedelai terpengaruh pertumbuhannya dengan senyawa kalsium karbonat dari serbuk biomateri kerabang telur ayam Kampung Jawa sedangkan morfologi mikroorganisme pigmen warna putih dari akar tanaman Kedelai dan Orok-orok tidak terpengaruh.

B. Kalsium klorida: Kalsium kimia anorganik

Mineral kalsium klorida merupakan senyawa kimia anorganik atau buatan dipergunakan sebagai perlakuan penumbuhan mikroorganisme akar tanaman Kedelai dan Orok-orok dari sampel yang sama dengan perlakuan serbuk biomateri kerabang telur ayam Kampung Jawa. Kalsium klorida merupakan salah satu mineral buatan untuk pertumbuhan dan metabolisme mikrooganisme tanah serta pemupukan dan pertumbuhan tanaman (Rinsema, 1983). Mineral kalsium klorida, CaCl2, dengan konsentrasi 0,75%

(44)

Kedelai dibandingkan dengan pemberian perlakuan pemberian kalsium kimia organik, serbuk biomateri kerabang telur ayam Kampung Jawa (Gambar 19). Mineral kalsium kimia anorganik, CaCl2, menumbuhkan morfologi mikroorganisme pigmen warna merah

muda pada medium pertumbuhan konsentrasi rendah nutrient broth dan mineral garam, NaCl, 1/100-NaCl 0,4%.

Mineral kalsium kimia anorganik dari kalsium klorida tidak menghambat pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme pigmen merah muda dari akar tanaman Kedelai yang ditumbuhkan dengan konsentrasi tinggi nutrient broth dan mineral garam, NaCl, (1/25-NaCl 1,5%) dan konsentrasi rendah nutrient broth dan mineral garam, NaCl, (1/100-NaCl 0,4%). Hal itu menunjukan kalsium klorida dapat menumbuhkan mikroorganisme simbiosis pigmen merah muda pada konsentasi rendah medium nutrient borth dan mineral garam, NaCl tanpa perlakuan. Kalsium klorida dan natrium klorida dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme pigmen merah muda dari akar tanaman Kedelai yang tumbuh di sekitar sungai Linggan yang berjarak kurang lebih 4 Km dari tepi

1/25 + CaCl2

(45)

pantai Trisik, kabupaten Kulon Progo. Kalsium klorida berbeda dengan kalsium karbonat yang lebih mudah dipergunakan oleh mikroorganisme disebabkan lebih mudah terlarut seperti mineral garam, NaCl yang dapat menumbuhkan mikroorgansime simbiosis pigmen warna merah muda dari akar tanaman Kedelai pada konsetrasi tinggi, 1/25-NaCl 1,5%. Pemberian perlakuan kalsium klorida pada morfologi mikroorganisme pigmen warna putih dari akar tanaman Kedelai lebih sedikit tumbuh sedangkan mikroorganisme simbiosis pigmen warna putih dari tanaman Orok-orok tidak terpengaruh pertumbuhannya.

KESIMPULAN

Habitat mikroorganisme perairan pantai Trisik dan sungai Linggan, habitat daratan pasir pantai berjarak kurang lebih 1 Km dari pantai Trisik, dan habitat tanaman tepi pantai berupa akar tanaman Kedelai dan Orok-orok yang tumbuh berjarak kurang lebih 4 Km dan 1 Km dari pantai Trisik di kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta ditumbuhkan dengan pengeceran medium organik berupa nutreint broth dengan komposisi ektrak daging, ekstrak yeast, peptone dan mineral garam, NaCl, 1/100-NaCl 0,4%, 1/50-1/100-NaCl 0,8%, dan 1/25-1/100-NaCl 1,5%. Morfologi mikroorganisme pigmen warna putih tumbuh dari sampel habitat perairan pantai dan sungai serta habitat daratan pasir pantai. Habitat mikroorganisme simbiosis tanaman tepi pantai yang ditumbuhkan dari akar tanaman Kedelai memiliki morfologi pigmen warna merah muda dan putih dan dari pembusukan batang, daun serta bunga tanaman Orok-orok memiliki morfologi pigmen warna putih.

(46)

dapat dikategorikan oligotropik yang tidak tumbuh dengan konsentrasi tinggi bahan organik. Mikroorganisme fungi dari samapel air habitat perairan sungai Linggan tumbuh tidak terhambat oleh konsentrasi tinggi mineral garam, NaCl dan tumbuh dengan konsentrasi tinggi bahan organik nutrient broth, 1/25-NaCl 1,5%. Mineral yang terlarut dari sampel habitat perairan pantai dan sungai berupa pasir dan lumpur menumbuhkan morfologi mikroorganisme pigmen warna putih keruh dibandingkan mikroorganisme dari sampel air pantai bercampur pasir dan air sungai bercampur lumpur. Konsentrasi NaCl medium pertumbuhan menghambat pertumbuhan mikroorganisme sampel air pantai bercampur pasir dan air sungai bercampur lumpur yang ditunjukan dengan morfologi mikroorganisme tidak putih keruh seperti morfologi mikrroganisme sampel pasir pantai dan lumpur sungai. Sampel habitat daratan pasir pantai dibawah tanaman tumbuh dengan morfologi mikroorganisme simbiosis pigmen warna putih yang berbeda disebabkan oleh jneis tanaman dan ekskresi metabolite akar tanaman inang serta konsentrasi NaCl. Mikroorganisme habitat pasir yang bersimbiosis dengan tanaman Cemara tumbuh pada 1/25-NaCl 1,5% berpigmen putih bening berbeda dengan mikroorganisme berpigmen putih keruh yang bersimbiosis dengan akar tanaman Pandan Berduri dan Orok-orok. Mikroorganisme habitat pasir yang bersimbiosis tanaman Cemara dapat dikategorikan halofilik yang berbeda dengan mikroorganisme habitat pasir yang bersimbiosis tanaman Pandan Beduri dan Orok-orok. Jenis akar tanaman inang mensekresikan metabolite yang berbeda dan konsentrasi NaCl mempengaruhi simbiosis morfologi mikroorganisme habitat pasir yang hidup dibawah tanaman. Mikroorganisme simbiosis habitat pasir dibawah tanaman Pandan Berduri bermorfologi putih keruh tumbuh pada 1/25-NaCl 1,5% sama dengan morfologi mikroorganisme simbiosis dibawah tanaman Orok-orok yang tumbuh pada 1/50-NaCl 0,8% dan 1/25-NaCl 1,5%. Mikroorganisme simbiosis pada habitat pasir dibawah tanaman Orok-orok tumbuh dimungkinkan terpengaruh oleh sekeresi metabolite akar sehingga lebih toleran terhadap kisaran konsentrasi NaCl yang lebih lebar 0,8%-1,5%.

(47)

putih. Mikroorganisme simbiosis akar tanaman Kedelai pigmen warna merah muda tumbuh pada konsentrasi tinggi bahan organik berupa nutrient broth dan mineral garam, NaCl, 1/25-NaCl 1,5% sedangkan pigmen putih tumbuh dengan konsentri rendah, 1/100-NaCl 0,4%. Mikroorgnisme simbiosis dari sampel tanaman Orok-orok bermorfologi pigmen warna putih tumbuh tanpa dipengaruhi konsentrasi bahan organik dan mineral garam, NaCl. Mikroorganisme simbiosis pigmen warana putih pada batang, daun, dan bunga dari tanaman Orok-orok tumbuh tidak dipengaruhi oleh konsentrasi tinggi maupun rendah bahan organik dan mineral garam, NaCl. Mineral yang diujikan berupa kalsium kimia organik serupa kalsium karbonat dari serbuk biomateri kerbang telur ayam Kampung Jawa dengan konsentrasi 2,67% dan kimia anorganik atau buatan berupa kalsium klorida, CaCl2, dengan konsentrasi 0,67% pada mikroorganisme sampel akar

tanaman Kedelai tumbuh pigmen warna putih dengan kalsium kimia organik dari serbuk biomateri kerabang telur ayam Kampung Jawa dan pigmen warna merah muda dengan kalsium kimia anorganik. Konsentrasi dan mineral yang sama diujikan menunjukan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan morfologi mikroorganisme pigmen warna putih dari sampel tanaman Orok-orok.

UCAPAN TERIMA KASIH

(48)

DAFTAR PUSTAKA

1. Attwood, M.M. dan W. Harder. 1972. A rapid and specific enrichment procedure for Hypomicrobium spp. Anthonie va Leeuwenhoek 38: 369-378.

2. Badri DVdan Vivanco JM. 2009. Regulation and function of root exudates. Plant Cell Environ.32(6):666-681. doi: 10.1111/j.1365-3040.2008.01926.x.

3. Casida, L.E., JR. 1977. Microbial Metabolic Activity in Soil as Measured by Dehydrogenase Determinations. American Society for Microbiology. Applied and Environmental Microbiology 34 (6) : 630-636.

4. Chistoserdova, L., Marina G. Kalyuzhnaya, dan Mary E. Lidstrom. 2009. The Expanding World of Methylotrophic Metabolism. Annu Rev Microbiol. 63: 477– 499. doi:10.1146/annurev.micro.091208.073600.

5. Delbarre-Ladrat, C., Corinne Sinquin, Lou Lebellenger, Agata Zykwinska, dan Sylvia Colliec-Jouault. 2014. Exopolysaccharides produced by marine bacteria and their applications as glycosaminoglycan-like molecules. Front Chem. 2:85. doi: 10.3389/fchem.2014.00085

6. Dourado, M. N., Aparecida Camargo Neves, A., Santos, D. S., & Araújo, W. L. 2015. Biotechnological and Agronomic Potential of Endophytic Pink-Pigmented Methylotrophic Methylobacterium spp. BioMed Research International, 2015 : 1-19, 909016: http://doi.org/10.1155/2015/909016.

7. Duan,Z., Congjiao Sun, ManMan Shen, Kehua Wang, Ning Yang, Jiangxia Zheng, dan Guiyun Xu. 2016. Genetic architecture dissection by genome-wide association analysis reveals avian eggshell ultrastructure traits. Scientific Reports 6: 28836. doi:10.1038/srep28836

8. Fitriyanto, N.F., Masashi Nakamura, Shuji Muto, Koji Kato, Tomio Yabe, Tomonori Iwama, Keiichi Kawai, Ambar Pertiwiningrum. 2011a. Ce3+-induced exopolysaccharide production by Bradyrhizobium sp. MAFF211645. Journal of Bioscience and Bioengineering 111(2): 146– 152.http://dx.doi.org/10.1016/j.jbiosc.2010.09.008

9. Fitriyanto, N.F., Mako Fushimi, Mika Matsunaga, Ambar Pertiwiningrum, Tomonori Iwama, dan Keiichi Kawai. 2011b. Molecular structure and gene analysis of Ce3+-induced methanol dehydrogenase of Bradyrhizobium sp. MAFF211645. Journal of Bioscience and Bioengineering 111(6): 613–617. http://dx.doi.org/10.1016/j.jbiosc.2011.01.015

(49)

2015. Plant growth promoting rhizobia: challenges and opportunities. 3 Biotech 5(4): 355-377. doi:10.1007/s13205-014-0241-x

11. Hattori, Reiko dan Tsutomu Hattori. 1980. Sensitivity to Salts and Organic Compounds of Soil Bacteri Isolated on Diluted Media. J.Gen. Appl. Microbiol. 26:1-14.

12. Hibi, Y., Kentaro Asai, Hiroshi Arafuka, Makiko Hamajima,Tomonori Iwama, dan Keiichi Kawai. 2011. Molecular structure of La3+-induced methanol dehydrogenase-like protein in Methylobacterium radiotolerans. Journal of Bioscience and Bioengineering 111(5): 547–549. http://dx.doi.org/10.1016/j.jbiosc.2010.12.017

13. Hunton, Peter. 2005. Research on eggshell structure and quality: An historical overview. Braz. J. Poultry Sci. 7 (2) : 67-71.

14. H.W Okerman dan C.L Hansen. 2000. Animal by-Product Processing & Utilization. In Chapter 7: Medical and Pharmaceutical Uses of By-Product . CRC Press, Boca Raton, Florida, USA. pp.247-284.

15. Irvine, I. C., Brigham, C. A., Suding, K. N., & Martiny, J. B. H. 2012. The Abundance of Pink-Pigmented Facultative Methylotrophs in the Root Zone of Plant Species in Invaded Coastal Sage Scrub Habitat. PLoS ONE, 7(2): 1-6, e31026.

http://doi.org/10.1371/journal.pone.0031026.

16. Lowe,Susan E., Mahendra K. Jain, dan J. Gregory Zeikus. 1993. Biology, Ecology, and Biotechnological Applications of Anaerobic Bacteria Adapted to Environmental Stresses in Temperature, pH, Salinity, or Substrates. American Society For Microbiology. Microbiological Reviews 57 (2): 451-509.

17. Marshall, Michele Nemecek, Robert C. MacDonald, Jennifer J. Franzen, Cheryl Wojciechowski, dan Ray Fall. 1995. Methanol emission from leaves: Enzymatic detection of gas-phase methanol and relation of methanol fluxes to stomatal conductance and leaf development. Plant Physiol.108: 1359-1368

18. Mimura, Haruo dan Schinichi Nagata. 2000. Isolation of Halotolerance Microorganism from Seawater around the Inaland Sea in Western Japan. Short Communication, Microbes and Environments. 15(4):217-221.

19. Nakagawa, T., Ryoji Mitsui., Akio Tani, Kentaro Sasa, Shinya Tashiro, Tomonori Iwama,

20. Takashi Hayakawa, dan Keiichi Kawai. 2012. A Catalytic Role of XoxF1 as La3+-Dependent Methanol Dehydrogenase in Methylobacterium extorquens Strain AM1. PLoS ONE 7(11): e50480. doi:10.1371/journal.pone.005048

(50)

22. Ozawa, Takashi dan Ryoichi Doi. 1996. Increase in the Competitive Nodulation Ability of Bradyrhizobium japonicum Strains Grown in Purified Water. Short

Communication Microbes and Environments. 11(3):87-90.

23. Peyraud, R., Patrick Kiefer, Philipp Christen, Jean-Charles Portais dan Julia A. Vorholt.. 2012. Co-Consumption of Methanol and Succinate by Methylobacterium extorquens AM1. PLoS ONE, 7(11): 1-11, e48271. 

doi:10.1371/journal.pone.0048271.

24. Poli,  A., Gianluca Anzelmo, dan Barbara Nicolaus. 2010. Bacterial Exopolysaccharides from Extreme Marine Habitats: Production, Characterization and Biological Activities. Mar Drugs.8(6): 1779–1802. doi: 10.3390/md8061779 25. Saito, Akihiro., Hisayuki Mitsui, Reiko Hattori, Kiwamu Minamisawa, dan

Tsutomu Hattori. 1998. Slow-growing and oligotrophic soil bacteria phylogenetically close to Bradyrhizobium japonicum. FEMS Microbiology

Ecology 25: 277-286.

26. Lindow, Steven E. dan Maria T. Brandl. 2003. Microbiology of The Phyllosphere. Mini Review. Applied and Environmental Microbiology, 69(4): 875–1883. doi:10.1128/AEM.69.4.1875–1883.2003.

27. Thammavongs, B., Emmanuel Denou, Ghalia Missous, Micheline Guéguen, dan Jean-Micheal Panoff. 2008. Response to Environmental Stress as a Global Phenomenon in Biology: the Example of Microorganisms. Microbes Environ.23(1):20-23.http://wwwsoc.nii.ac.jp/jsme2/. doi:10.1264/jsme2.23.20.

28. Walker, Travis S., Harsh Pal Bais, Erich Grotewold, dan Jorge M. Vivanco.2003. Root Exudation and Rhizosphere Biology. Plant Physiology. 132(1): 44-51. doi: http://dx.doi.org/10.1104/pp.102.019661.

29. Whipps, J.M., P. Hand, D. Pink, dan G.D. Bending. 2008. Phyllosphere microbiology with special reference to diversity and plant genotype. The Society for Applied Microbiology, Journal of Applied Microbiology 105: 1744–1755. Journal of Applied Microbiology ISSN 1364-5072. doi:10.1111/j.1365-2672.2008.03906.x

30. W.T. Rinsema.1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Pada: IV. Pupuk Buatan : Pupuk Kalsium, diterjamahkan oleh H.M. Saleh. PT. Bharata Karya Aksara, Jakarta, Indonesia. Hlm. 100-109.

(51)

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Attwood, M.M. dan W. Harder. 1972. A rapid and specific enrichment procedure for Hypomicrobium spp. Anthonie va Leeuwenhoek 38: 369-378.

2. Badri DVdan Vivanco JM. 2009. Regulation and function of root exudates. Plant Cell Environ.32(6):666-681. doi: 10.1111/j.1365-3040.2008.01926.x.

3. Casida, L.E., JR. 1977. Microbial Metabolic Activity in Soil as Measured by Dehydrogenase Determinations. American Society for Microbiology. Applied and Environmental Microbiology 34 (6) : 630-636.

4. Chistoserdova, L., Marina G. Kalyuzhnaya, dan Mary E. Lidstrom. 2009. The Expanding World of Methylotrophic Metabolism. Annu Rev Microbiol. 63: 477– 499. doi:10.1146/annurev.micro.091208.073600.

5. Delbarre-Ladrat, C., Corinne Sinquin, Lou Lebellenger, Agata Zykwinska, dan Sylvia Colliec-Jouault. 2014. Exopolysaccharides produced by marine bacteria and their applications as glycosaminoglycan-like molecules. Front Chem. 2:85. doi: 10.3389/fchem.2014.00085

6. Dourado, M. N., Aparecida Camargo Neves, A., Santos, D. S., & Araújo, W. L. 2015. Biotechnological and Agronomic Potential of Endophytic Pink-Pigmented Methylotrophic Methylobacterium spp. BioMed Research International, 2015 : 1-19, 909016: http://doi.org/10.1155/2015/909016.

7. Duan,Z., Congjiao Sun, ManMan Shen, Kehua Wang, Ning Yang, Jiangxia Zheng, dan Guiyun Xu. 2016. Genetic architecture dissection by genome-wide association analysis reveals avian eggshell ultrastructure traits. Scientific Reports 6: 28836. doi:10.1038/srep28836

8. Fitriyanto, N.F., Masashi Nakamura, Shuji Muto, Koji Kato, Tomio Yabe, Tomonori Iwama, Keiichi Kawai, Ambar Pertiwiningrum. 2011a. Ce3+-induced exopolysaccharide production by Bradyrhizobium sp. MAFF211645. Journal of Bioscience and Bioengineering 111(2): 146– 152.http://dx.doi.org/10.1016/j.jbiosc.2010.09.008

9. Fitriyanto, N.F., Mako Fushimi, Mika Matsunaga, Ambar Pertiwiningrum, Tomonori Iwama, dan Keiichi Kawai. 2011b. Molecular structure and gene analysis of Ce3+-induced methanol dehydrogenase of Bradyrhizobium sp. MAFF211645. Journal of Bioscience and Bioengineering 111(6): 613–617. http://dx.doi.org/10.1016/j.jbiosc.2011.01.015

Gambar

Gambar 1. Sampel tanaman kacang-kacangan berbunga kuning atau Orok-orok (Crotalaria) yang tumbuh pada jarak kurang lebih 1 Km dari tepi pantai Trisik
Gambar 4. Metode petak kertas dan cawan petri penumbuhan mikroorganisme yang ditumbuhkan untuk pemisahan morfologi mikroorganisme putih dan merah muda dengan batang loop berbentuk ose pada medium penumbuh dengan perlakukan serbuk biomateri kerabang telur d
Gambar 5. Metode petak kertas dan cawan petri penumbuhan mikroorganisme perlakukan serbuk biomateri kerabang telur dan sodium yang ditumbuhkan untuk pemisahan morfologi mikroorganisme putih dan merah muda dengan batang loop berbentuk jarum pada medium penu
Tabel 1. Morfologi Mikroorganisme Habitat Perairan Pantai Trisik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak semua kuda bisa dilatih untuk bisa menari, pada umumnya standar umur kuda mulai dilatih menari sekitar umur 6 tahun, kecerdasan dan temperamen kuda

Untuk masa yang akan datang perlu dilakukan beberapa upaya yang konstruktif, diantaranya, yaitu (1) diperlukan upaya untuk menyempurnakan panduan penyusunan

Dikutip dalam Sakwa, op.. Soviet selama lebih dari 40 tahun. Menurut seorang pejabat NATO, banyak orang Rusia yang menganggap NATO sebagai sebuah “sisa dari Perang Dingin

Pengertian tindak pidana pendidikan merupakan suatu sikap yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja (kealpaan) dalam bidang pendidikan serta berbagai kaitan yang

3) Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah biji atau gabah 4) Dapat meningkatkan produksi biji-biji (Sutejo, 1990).. Kekurangan fosfor dapat menyebabkan tanaman menjadi

Ansoft Hfss 13 dapat digunakan untuk membuat rancangan antena yang dikehendaki dengan cara menggambarnya dalam bentuk plot yang ukuranya bisa disesuaikan sesuai

Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap dengan intensi untuk mengimplementasikan perubahan kurikulum KTSP pada guru-guru SD di Gugus Nusa

Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka pada artikel ini akan didesain sebuah sistem untuk melakukan manajemen tugas yang terdiri dari pengingat