• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. docx"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PANCASILA

“PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT”

Disusun oleh :

Isra Ayu Susanti 1612440003

Nur Mutiah 1612440004

Nur Amrini Safitri 1612442001

Mifthahiatussaada 1212440012

PENDIDIKAN FISIKA ICP

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, sehingga

kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya

yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang informasi

mengenai pancasila sebagai system filsafat.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat

dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga berguna untuk menambah

pengetahuan bagi para pembaca.

Makassar, 19 Mei 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI………..………... ii

BAB I PENDAHULUAN………..1

1.1 Latar Belakang……….1

1.2 Rumusan Masalah………….………2

1.3 Tujuan………...2

1.4 Manfaat………2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…...……….3

1. Pengertian Filsafat……….3

2. Pegertian Sistem Filsafat………...6

3. Filsafat Pancasila……….………..8

4. Hakikat Nilai-nilai Pancasila………..………...…15

BAB III PENUTUP `……….………...………24

3.1 Simpulan……… ……… ………...…24

3.2 Saran………...24

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai ajaran falsafah, yaitu mencerminkan nilai-nilai dan pandangan mendasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, Pancasila adalah dasar dari falsafah Negara Indonesi, sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setia warga Negara Indonesia wajib untuk mempelajari, menghayati, mendalami, dan menerapkan nilai-nilai pancasila dalam setiap bidang kehidupan.

Pancasila merupakan suatu pedoman dana acuan bagi setiap manusia untuk berprilaku dan beraktivitas dalam segala bidang.. Pancasila juga sebagai sistemetika, yang dalam kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah,keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu,tanggung jawab, menjaga kehormatan, serta martabat diri sebagai warga bangsa sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila. Tetapi terkadang nilai-nilai luhur yang ada dalam pancasila yang merupakan penjelmaan dari seluruh bangsa Indonesia dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari,tetapi diabaikan sehingga akibat dari itu nilai-nilai luhur tersebut dengan sendirinya akan hilang. menyadari bahwa untuk kelestarian nilai-nilai pancasila itu perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya Pada akhirnya diharapkan nilai-nilai-nilai-nilai tersebut meresap didalam segenap jiwa Bangsa Indonesia sebagai suatu yang penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Lebih jauh kita akan mempunyai kepercayaan diri dan keyakinan untuk memantapkan eeksistensi denagn jati diri Pancasila sebagai idiologi nasional ditengah-tengah percaturan idiologi-idiologi internasional.

(5)

sebagai suatu system filsafat bersifat khas dan berbeda dalam system-sistem filsafat yang lain. Hal ini secara ilmiah disebut sebagai filsafat secara obyektif. Dan untuk mendapatkan makna yang lebih mendalam dan mendasar, kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila dari kajian filsafat secara menyeluruh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian filsafat ? 2. Bagaimana filsafat pancasila ?

3. Bagaimana hakikat pada sila-sila pancasila ? 1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat. 2. Untuk mengetahui filsafat pancasila.

3. Untuk mengetahui hakikat sila-sila pancasila. 1.4 Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian filsafat. 2. Mahasiswa dapat mengetahui filsafat pancasila.

3. Mahasiswa dapat mengetahui hakikat sila-sila pancasila.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

5. Pengertian Filsafat

(6)

Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.(Rifka, 2013)

Istilah philosophia memiliki akar kata philien yang berarti mencintai dan sophos yang berarti bijaksana . Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Sedangkan orang yang berusaha mencari kebijaksanaan atau pencinta pengetahuan disebut dengan filsuf atau filosof. (Rasidhasan, 2005:1)

Sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu manusia yang sehat dan berusaha keras dengan sunguh-sungguh untuk mencari kebenaran dan akhirnya memperoleh kebenaran. (Rasidhasan, 2005:1)

Proses mencari kebenaran itu melalui beberapa tahap. Tahap pertama, manusia berspekulasi dengan pemikirannya tentang semua hal. Kedua, dari berbagai spekulasi disaring menjadi beberapa buah pikiran yang dapat diandalkan. Tahap ketiga, buah pikiran tadi menjadi titik awal dalam mencari kebenaran (penjelajahan pengetahuan yang didasari kebenaran), kemudian berkembang sebagai ilmu pengetahuan, seperti matematika, fisika, hukum, politik, dan lain-lain. (Rasidhasan, 2005:2)

Berikut definisi filsafat yang dikemukakan para ahli: 1. Pythagoras

(7)

tentang Tuhan. Pythagoras sendiri menggap kebijakan yang sesungguhnya hanya dimiliki Tuhan semata-mata.

2. Socrate

Ia adalah seorang filosof dalam bidang moral yang terkemuka setelah Thales pada zaman Yunani Kuno. Socrates memahami bahwa filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia (principles of the just and happy life).

3. Plato

Seorang sahabat dan murid Socrates ini telah mengubah pengertian kearifan (sophia) yang semula berkaitan dengan soal-soal praktis dalam kehidupan menjadi pemahaman intelektual. Menurutnya, filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Dalam Republika, Plato menegaskan bahwa para filosof adalah pecinta pandangan tentang kebenaran (vision of the truth). Dalam pencarian terhadap kebenaran tersebut, filosof yang dapat menemukan dan menangkap penegtahuan mengenai ide yang abadi dan tak pernah berubah. Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat speklutaif atau perekaan terhadap keseluruhan kebenaran. Maka filsafat Plato kemudian dikenal dengan nama Filsafat Spekulatif.

4. Aristoteles

Aristoteles adalah seorang murid Plato yang terkemuka. Dalam pandangannya, seringkali Aristoteles bersebrangan dengan pendapat gurunya, namun pada prinsipnya, Aristoteles mengembalikan paham-paham yang dikemukakan oleh gurunya tersebut. Berkenaan dengan pengertian filsafat, Aristoteles mengemukakan bahwa sophia (kearifan)

merupakan kebajikan intelektual tertinggi.

(8)

suatu kumpulan teratur pengetahuan rasional mengenai sesuatu objek yang sesuai. Adapun pengertian filsafat menurut Aristoteles, adalah ilmupengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. 5. Al Farabi

Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam bagaimana mewujudkan bagaimana hakikat yang sebenarnya

6. Cicero

Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )

7. Johann Gotlich Fickte

Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu ,yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafa tmemperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.

8. Paul Nartorp

Filsafat sebagai Grunwissenschat ( ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.

9. Imanuel Kant

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.

10. Notonegoro

Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidakberubah yang disebut hakekat.

(9)

Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.

12. Sidi Gazalba

Berfilsafatialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran ,tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.

13. Bertrand Russel

Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antarateologi dan sains. Sebagaimana teologi ,filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah masalah yang pengetahuan definitive tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan ;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritastradisi maupun otoritas wahyu..

6. Pegertian Sistem Filsafat

Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia disebut Filsafat Pancasila. Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu kewaktu. (Notonagoro, 1980)

Berikut pengertian dari Filsafat Pncasila:

1. Filsafat Pancasila Asli

(10)

universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan nasionalisme

2. Filsafat Pancasila versiSoekarno

Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dana kulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari Indonesia, “KeadilanSoasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak pernah menyinggung atau mempropagandakan “Persatuan”.

3. Filsafat Pancasila versiSoeharto

Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi.Melalui filsuf-filsuf yang disponsori Depdikbud, semuaelemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly Indonesia”.Semua sila dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, WasitoPoespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.

Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.

(11)

berasal dari Tuhan Yang MahaEsa (kebenaran religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia, termasuk kemampuan berpikirnya.

Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis, filsafast Pancasila digolongkan dalam arti praktis. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila di dalam mengadakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak sekedar untuk memenuhi hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi juga dan terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat hidup, way of the life, Weltanschaung dan sebgainya); agar hidupnya dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat.

Selanjutnya filsafat Pancasila mengukur adanya kebenaran yang bermacam-macamdanbertingkat-tingkatsebgaiberikut:

1. Kebenaran indra (pengetahuanbiasa); 2. Kebenaran ilmiah (ilmu-ilmupengetahuan); 3. Kebenaran filosofis (filsafat);

4. Kebenaran religius (religi).

Untuk lebih meyakinkan bahwa Pancasila itu adalah ajaran filsafat, sebaiknya kita kutip ceramah Mr.Moh Yaminpada Seminar Pancasila di Yogyakarta tahun 1959 yang berjudul “Tinjauan Pancasila TerhadapRevolusiFungsional”, yang isinyaanatara lain sebagaiberikut:

Tinjauan Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu system filsafat. Marilah kita peringatkan secara ringkas bahwa ajaran Pancasila itu dapat kita tinjau menurut ahli filsafat, yaitu Friedrich Hegel (1770-1831) bapak dari filsafat Evolusi Kebendaan seperti diajarkan oleh Karl Marx (1818-1883) dan menurut tinjauan Evolusi Kehewanan menurut Darwin Haeckel, serta juga bersangkut paut dengan filsafat kerohanian seperti diajarkan oleh Immanuel Kant (1724-1804).

(12)

Dalam mempelajari filsafat Pancasila ada dua hal yang lebih dahulu kita pelajari yaitu Pancasila dan Filsafat memeplajari Pancasila melalui pendekatan sejarah supaya akan dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi dari waktu ke waktu di tanah air kita Indonesia peristiwa – peristiwa yang saya maksudkan adalah yang ada sangkut pautnya dengan Pancasila. Melalui pendekatan kami berharap untuk mendapatkan data obyektif dapat menghasilkan kesimpulan yang obyektif pula oleh karena manusia tidak mungkin menghilangkan sikap obyektif sebagai salah satu bawaan kodrat, maka kami bersyukur bila mendapatkan kesimpulan yang obyektif mungkin inter obyektif.

Sampai pada gilirannya filsafat dijadikan sebagai ilmu. Filsafat sebagai ilmu telah lama dikembangkan oleh para pemikir di berbagai belahan dunia dalam rangka memahami dan memaknai kehidupan. Problem-problem kehidupan dan kemanusiaan yang datang terus-menerus membutuhkan jawaban. Problem itu yang memacu perkembangan ilmu filsafat, terlebih ketika memasuki era global dengan mudahnya komunikasi dan perpindahan ide, gagasan, dan budaya dari satu wilayah ke wilayah lain. Pertemuan budaya, ideologi, dan agama tidak lagi bisa dihindarkan. Para filsuf telah menyumbangkan pengabdiannya untuk memberikan jalan pemecahan demi kemajuan umat manusia, terbukti banyak tokoh internasional yang dengan basis filsafat telah memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, agama, pemerintahan, pendidikan, dan karya seni.

Filsafat sangat berarti bagi kehidupan pribadi dan banyak orang. Dengan memahami filsafat, terutama sesuai dengan tujuan dan cita-cita masing-masing individu, maka akan membantu kematangan dan kebijaksanaan jiwa, apalagi mahasiswa. Setiap mahasiswa baik dari jurusan apapun hendaknya memahami dan melakukan latihan berfilsafat secara terus menerus sehingga ketika di masa depan jadi pemimpin, akan mampu memberikan solusi-solusi yang menentramkan dan me-lebih baikkan umat manusia.

1. Filsafat Pancasila

(13)

berketuhanan dan beragama (theisme-religius). Apakah ada ketuhanan yang tidak beragama? Tentu saja ada. Sebagian orang di Barat percaya pada Tuhan tapi tidak menganut agama tertentu. Nah, filsafat Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan perorangan, berbangsa dan bernegara. Filsafat Pancasila adalah jati diri luhur yang membedakan bangsa dan negara Indonesia dengan yang lain (Antoni, 2012:3).

2. Sistem Filsafat Pancasila

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan system filsafat. Yang dengan sistem ialah suatu kesatuan bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu sila pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya n suatu kesatuan organis. Antara sila pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Dengan bahasa yang lebih sederhana bisa dijelaskan bahwa, lima sila pancasila saling berhubungan sekaligus saling membuat sing sila menjadi lebih mulia maknanya. Jadi dengan demikian maka pancasila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat, dalam pengertian bahwa silanya saling bertalian erat sehingga membentuk suatu struktrur tersebutlah yang mengandung nilai kebijaksaaan dan cinta (Sutrisno, 2006: 32)

Secara filsafati, Pancasila merupakan sistem nilai-nilai ideologis yang berderajat. Artinya di dalamnya terkandung nilai luhur, nilai dasar, nilai instrumental, nilai praksis, dan nilai teknis. Agar ia dapat menjadi ideologi bangsa dan negara Indonesia yang lestari tetapi juga dinamis berkembang, nilai luhur dan nilai dasarnya harus dapat bersifat tetap, sementara nilai instrumentalnya harus semakin dapat direformasi dengan perkembangan tuntutan zaman.

Di samping itu, Pancasila mampu dijadikan pangkal sudut pandang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (science of knowledge) yang dalam karya-karya berikutnya ditunjukkan segisegi ontologik, epistemologi, dan aksiologinya sebagai raison d’etre bagi Pancasila sebagai suatu faham atau aliran filsafati (Wibisono, 1995:126).

(14)

Pancasila sangat berhubungan dengan nilai-nilai yang mendasari urusan kemasyarakatan. Ketika Pancasila dinyatakan sebagai pandangan hidup, berarti Pancasila itu sendiri memiliki ilmu pengetahuan yang sesungguhnya sangat bermanfaat bagi bangsa Indonesia sebagai petunjuk (guidance) di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila merupakan sebuah pandangan dunia atau world view yang juga dapat ditanamkan nilai-nilai filsafat. Pancasila adalah filsafat bangsa yang sesungguhnya berhimpit dengan jiwa bangsa. Di sini yang muncul adalah kapasitas pengetahuan bangsa, misalnya yang berkaitan dengan hakikat kenyataan dan kebenaran. Hakikat kenyataan dan kebenaran serta nilai-nilai filsafat tersebut sebenarnya adalah bagian dari aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi yang harus dieksplorasi oleh filsafat ilmu dalam upaya mengembangkan Pancasila.

Sebagai pandangan dunia atau filsafat, Pancasila merupakan acuan intelektual kognitif bagi cara berpikir bangsa, yang dalam usaha keilmuan dapat terbangun ke dalam sistem filsafat yang kredibel. Bahan materialnya adalah berbagai butir dan ajaran kebijaksanaan dalam budaya etnik maupun agama.

Pengetahuan mengenai Pancasila sebagai dasar filsafat dan asas kerohanian (ideologi) negara Republik Indonesia, sebagaimana halnya pengetahuan yang lain, adalah bertingkat-tingkat. Pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama, pengetahuan biasa, pengetahuan yang dicapai dengan akal sehat oleh orang pada umumnya atau disebut common sense. Kedua, pengetahuan ilmiah, pengetahuan yang diperoleh dengan cara ilmu pengetahuan atau analisis.

7.1 Secara Ontologi

Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, pada dasarnya menegaskan secara ontologi, bahwa manusia hidup di dunia harus selalu bertaqwa dan beriman kepada Tuhan. Sila pertama memiliki makna secara ontologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang seharusnya dapat dipahami oleh masyarakat dan bangsa Indonesia agar di dalam kehidupan tidak melakukan perbuatan yang tercela dan merugikan orang lain.

(15)

mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak, yaitu berupa sifat kodrat monodualis, sebagai makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial. Di samping itu, kcduduknnnya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri, sekaligus sebagai makhluk Tuhan. Konsekuensinya, segala aspek dalam penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan suatu kesatuan yang utuh yang memiliki sifat dasar yang mutlak berupa sifat kodrat manusia yang monodualis tersebut.

Kemudian, seluruh nilai-nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan negara harus dijabarkan dan bersumberkan pada nilai-nilai Pancasila, seperti bentuk negara, sifat negara, tujuan negara, tugas/kewajiban negara dan warga negara, sistem hukum negara, moral negara, serta segala aspek penyelenggaraan negara lainnya.

a. Secara Epistemologi

Kedua, secara epistemologis, Pancasila pada mulanya adalah harmonisasi dari paham Barat modern sekuler, paham kebangsaan, Islam dan pelbagai jenis pengetahuan lainnya yang melalui proses perdebatan panjang hingga mencapai titik temu. Kebenaran yang dikandung Pancasila adalah kebenaran konsensus. Watak konsensus berkonsekuensi pada fleksibilitas peninjauan atas konsensus, meskipun jika berubah dalam bentuk yuridis akan memiliki kekuatan mengikat.

Pancasila yang mengandung kebenaran konsensus adalah sistem terbuka yang dapat ditafsir dalam pelbagai arti, dinilai kelemahan dan kelebihannya dan dikontekstualisasikan dengan semangat perubahan.

Pengetahuan yang bersifat kefilsafatan mengenai Pancasila memiliki kesesuaian dengan proses tercapainya kesiapan pribadi. Dengan adanya pengetahuan yang bersifat kefilsafatan mengenai hakikat Pancasila, itu berarti adanya dasar yang kuat dan kekal untuk terbentuknya way of life negara, bangsa dan warga negara (Edwin dkk., 2006:165).

(16)

manusia, dan dijadikan petunjuk dalam berperilaku. Pengetahuan yang terkandung di dalam Pancasila sesungguhnya sudah cukup untuk mengatasi persoalan kebangsaan dan membawa kemajuan jika ia diterapkan secara genuine di dalam menjalankan semua aktivitas, tugas negara maupun tugas akademik.

Selanjutnya, susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal, yaitu:

1. Sila pertama Pancasila mendasari dan mcnjiwai keempat sila lainnya. 2. Sila kcdua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila

ketiga, keempat, dan kclima;

3. Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari

dan menjiwai sila keempat dan kelima.

4. Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, dan ketiga serta mendasari dan menjiwai sila kelima; serta

5. Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga,dan keempat. Demikianlah, susunan Pancasila memiliki sistem logis, baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya. Dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut kualitas ataupun kuantitasnya. Selain itu, dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut isi arti sila-sila Pancasila tersebut. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi. Kedudukan dan kodrat manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, sesuai dengan sila pertama Pancasila, epistemologi Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifal mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang tertinggi.

(17)

konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifai kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Sebagai suatu paham epistemologi, Pancasila memandang bahwa ilnu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam hidup manusia. Itulah sebabnya Pancasila secara epistemologis harus menjadi dasar moralitas bangsa dalarr membangun perkembangan sains dan teknologi dewasa ini.

3.2 Secara Aksiologi

Ketiga, secara aksiologi, Pancasila sebagai pandangan hidup mempunyai nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam silasilanya, yakni nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan kerakyatan serta keadilan sosial. Nilai-nilai luhur tersebut sudah seharusnya mampu diserap oleh masyarakat Indonesia.

Berpijak dari ketiga aspek dalam filsafat ilmu tersebut, sistem filsafat di dalam nilai-nilai Pancasila mengandung ajaran tentang potensi dan martabat manusia yang merupakan anugerah dari Tuhan. Karena itu, ketika seseorang mampu menghayati dan menjiwai nilai-nilai budi pekerti dari Pancasila, besar kemungkinan masyarakat Indonesia akan lebih baik dalam berperilaku sehingga apa yang dicita-citakannya akan tercapai serta menjadikan jati diri bangsa Indonesia lebih bermartabat.

Tepat kiranya jika Notonagoro mengembangkan Pancasila seringkali menggunakan “pisau filsafat ilmu”. Ia menghampiri Pancasila dari jendela filsafat, meminjam pelbagai perspektif di dalam teori-teori filsafat dalam rangka membedah hakikat Pancasila. Satu-satunya jalan untuk meluruskan, atau untuk memberi porsi pantas bagi batas-batas pengertian, debat ilmiahfilosofis diyakini dapat menghantarkan masyarakat Indonesia dan dinamika kenegaraan pada nilai hakiki Pancasila. Filsafat sebagai ilmu yang berkerangka komprehensif, radikal, koherensi diyakini dapat menggali unsur-unsur paling inti dari Pancasila (Edwin dkk., 2006:145).

(18)

nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan didasari oleh nilai-nilai-nilai-nilai luhur Pancasila diharapkan dapat menggugah manusia-manusia Indonesia untuk kembali setia dan konsisten meresapi dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Karena itu, sudah menjadi tanggung jawab sebagai seorang ilmuwan untuk mampu membantu dan menerapkan ajaran nilai-nilai dalam Pancasila. Pancasila bagian dari falsafah bangsa Indonesia yang sudah semestinya memiliki nilai-nilai etis dan luhur untuk selalu diimplementasikan di dalam perguruan tinggi sehingga ajaran dan nilai-nilai Pancasila tidak menjadi sebuah simbol saja serta dijadikan sebagai alat kepentingan politik.

Karena itu, untuk menyelesaikan problem Pancasila agar tidak dijadikan alat kepentingan politik, dan tidak menyebabkan manusia-manusia Indonesia menjadi apatis, masyarakat Indonesia harus dapat menempatkan ideologi Pancasila sebagai sebuah sistem ilmu pengetahuan sehingga upaya untuk mengikis anggapan negatif atas ideologi Pancasila menjadi lebih memungkinkan. Namun demikian, masyarakat Indonesia itu juga harus mampu menempatkan daya kritis dari cipta karsa pikir manusia terhadap nilai-nilai Pancasila.

Apabila Pancasila tidak didukung oleh manusia-manusia yang sadar dan terdidik serta ilmuwan-ilmuwan yang handal, dan para mahasiswa yang duduk di Perguruan Tinggi, maka nilai-nilai Pancasila akan menjadi pudar, disfungsional dan mungkin terjerumus dalam kemandekan dan kebekuan dogmatik, kemiskinan konseptual sebagai akibat langkanya gagasan-gagasan segar secara filsafati.

Filsafat, adalah sebuah ilmu pengetahuan sudah seharusnya mampu mengembangkan nilai-nilai Pancasila, dengan jalan dijadikan bahan dan kurikulum dalam pendidikan di Indonesia. Dengan begitu, masyarakat harus memahami bahwa Pancasila yang memiliki nilai-nilai luhur itu adalah sifat-sifat dan karakter yang sesuai dengan bangsa Indonesia. Karena itu, perguruan tinggi harus mampu mengembangkan dan menanamkan sejak dini di dalam pikiran masyarakat Indonesia (Kirom, 2011:111)

(19)

Menurut Notonegoro, (1985:82-84) Beberapa hal Mengenai Filsafat Pancasila. Yogyakarta

a. KETUHANAN YANG MAHA ESA

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, mengandung arti bahwa pencipta segala yang ada dan semua makhluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zatNya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya. Keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.

(20)

1. Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi antara lain ”atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa….”

2. Pasal 29 UUD 1945:

a. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha Esa

b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya.

Inti sila ketuhanan yang maha esa adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat Negara dengan hakikat Tuhan. Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian sebab-akibat. Maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat nila-nilai yang berasal dari tuhan, yaitu nila-nilai agama. Telah dijelaskan di muka bahwa pendukung pokok dalam penyelenggaraan Negara adalah manusia, sedangkan hakikat kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan. Dalam pengertian ini hubungan antara manusia dengan tuhan juga memiliki hubungan sebab-akibat. Tuhan adalah sebagai sebab yang pertama atau kausa prima, maka segala sesuatu termasuk manusia adalah merupakan ciptaan tuhan (Notonagoro 1985:82)

(21)

akibat yang tidak langsung, yaitu Negara sebagai akibat langsung dari manusia dan manusia sebagai akibat adanya tuhan. Maka sudah menjadi suatu keharusan bagi Negara untuk merealisasikan nilai-nilai agama yang berasal dari tuhan. Jadi hubungan antara Negara dengan landasan sila pertama, yaitu ini sila ketuhanan yang maha esa adalah berupa hubungan yang bersifat mutlak dan tidak langsung. Hal ini sesuai dengan asal mula bahan pancasila yaitu berupa nilai-nilai agama , nilai-nilai kebudayaan, yang telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala yang konsekuensinya harus direalisasikan dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara.

b. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

(22)

Inti sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan manusia. Maka konsekuensinya dalam setiap aspek penyelengaraan Negara antara lain hakikat Negara, bentuk Negara, tujuan Negara , kekuasaan Negara, moral Negara dan para penyelenggara Negara dan lain-lainnya harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat manusia. Hal ini dapat dipahami karena Negara adalah lembaga masyarakat yang terdiri atas manusia-manusia, dibentuk oleh anusia untuk memanusia dan mempunyai suatu tujuan bersama untuk manusia pula. Maka segala aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat manusia Indonesia yang monopluralis , terutama dalam pengertian yang lebih sentral pendukung pokok Negara berdasarkan sifat kodrat manusia monodualis yaitu manusia sebagai individu dan makhluk social.

Oleh karena itu dalam kaitannya dengan hakikat Negara harus sesuai dengan hakikat sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk social. Maka bentuk dan sifat Negara Indonesia bukanlah Negara individualis yang hanya menekankan sifat makhluk individu, namaun juga bukan Negara klass yang hanya menekankan sifat mahluk social , yang berarti manusia hanya berarti bila ia dalam masyarakat secara keseluruhan .

Maka sifat dan hakikat Negara Indonesia adalah monodualis yaitu baik sifat kodrat individu maupun makhluk social secara serasi, harmonis dan

seimbang. Selain itu hakikat dan sifat Negara Indonesia bukan hanya menekan kan segi kerja jasmani belaka, atau juga bukan hanya menekankan segi rohani nya saja, namun sifat Negara harus sesuai dengan kedua sifat tersebut yaitu baik kerja jasmani maupun kejiwaan secara serasi dan seimbang, karena dalam praktek pelaksanaannya hakikat dan sifat Negara harus sesuai dengan hakikat kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk berdiri seniri dan makhluk tuhan.

c. PERSATUAN INDONESIA

(23)

karena didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat, persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh sila I dan II. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku bangsa, sebaliknya membina tumbuhnya persatuan dan kesatuan sebagai satu bangsa yang padu tidak terpecah belah oleh sebab apapun. Hakekat pengertian itu sesuai dengan pembukaan UUD1945 alenia ke empat dan pasal-pasal 1,32,35,dan 36 UUD 1945

d. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN

Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia dalam suatu wilayah tertentu kerakyatan dalam hubungan dengan sila IV bahwa “kekuasaan yang tertinggi berada ditangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat hingga mencapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mupakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedura) mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui badan-badan perwakilan.

(24)

e. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA Keadilan social berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidabg kehidupan, baik materi maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia, baik yang berdiam di wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri. Jadi sila ke V berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, social, ekonomi dan kebudayaan.

Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata masyarakat adil-makmur berdasarkan Pancasila. Hakekat pengertian itu sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan pasal-pasal 23, 27, 28, 29, 31 dan 34 UUD 1945.

Inti sila kelima yaitu “keadilan” yang mengandung makna sifat-sifat dan keadaan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak dan wajib pada kodrat manusia hakikat keadilan ini berkaitan dengan hidup manusia , yaitu hubungan keadilan antara manusia satu dengan lainnya, dalam hubungan hidup manusia dengan tuhannya, dan dalam hubungan hidup manusia dengan dirinya sendiri (notonegoro). Keadilan ini sesuai dengan makna yang terkandung dalam pengertian sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Selanjutnya hakikat adil sebagaimana yang terkandung dalam sila kedua ini terjelma dalam sila kelima, yaitu memberikan kepada siapapun juga apa yang telah menjadi haknya oleh karena itu inti sila keadilan social adalah memenuhi hakikat adil.

(25)

Dalam lingkup nasional realisasi keadilan diwujudkan dalam tiga segi (keadilan segitiga) yaitu:

1. Keadilan distributive, yaitu hubungan keadilan antara Negara dengan warganya. Negara wajib memenuhi keadilan terhadap warganya yaitu wajib membagi-bagikan terhadap warganya apa yang telah menjadi haknya.

2. Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap Negara. Jadi dalam pengertian keadilan legal ini negaralah yang wajib memenuhi keadilan terhadap negaranya. 3. Keadilan komulatif, yaitu keadilan antara warga Negara yang satu 4. dengan yang lainnya, atau dengan perkataan lain hubungan keadilan

antara warga Negara.

Selain itu secara kejiwaan cita-cita keadilan tersebut juga meliputi seluruh unsur manusia, jadi juga bersifat monopluralis . sudah menjadi bawaan hakikatnya hakikat mutlak manusia untuk memenuhi kepentingan hidupnya baik yang ketubuhan maupun yang kejiwaan, baik dari dirinya sendiri-sendiri maupun dari orang lain, semua itu dalam realisasi hubungan kemanusiaan selengkapnya yaitu hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan hubungan manusia dengan Tuhannya. .(Notonegoro , 1985:82-84)

Dalam kedudukannya sebagai sumber nilai, Pancasila mengandung berbagai nilai yang dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalm Pancasila tersusun secara hierarkis piramidal yang bulat dan utuh serta saling menjiwai. (Kokon,2007:23)

Pancasila mengandung nilai subjektif maupun objektif. Nilai-nilai subjektif artinya nilai-nilai tersebut merupakan hasil pemikiran bangsa Indonesia sendiri sepanjang sejarahnya. Nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif tersebut adalah sebagai berikut:

a. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sebagai hasil penilaian dan hasil pemikiran bangsa Indonesia.

(26)

c. Nilai-nilai Pancasila mengandung tujuh nilai kerohanian, yaitu kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan religius yang perwujudannya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Di samping itu, Pancasila juga mengandung nilai objektif, yakni nilai yang diakui kebenaran dan keadilannya oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Nilai-nilai objektif yang terkandung dalam Pancasila adalah sebagai berikut:

a. Rumusan sila-sila Pancasila menunjukkan adanya sifat universal b. Nilai-nilai Pancaila terkait dengan hidup kemanusiaan yang mutlak

(manusia dengan Tuhan,antara manusia dengan sesamanya,dan antara manusia dengan lingkungannya)

c. Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 menurut ilmu hukum memenuhi hukum syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, tidak dapat diberikan oleh setiap orang atau badan. Dengan demikian nilai-nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa.

d. Pembukaan UUD 1945 (yang memuat jiwa Pancasila) secara hukum tidak dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR hasil Pemilu. Mengubah Pembukaan UUD 1945 berarti membubarkan Negara

e. Indonesia. Dengan demikian Pancasila tetap ada.

f. Pembukaan UUD 1945 yang mengandung makna tidak dapat diubah (tetap) karena kemerdekaan (yang didalamnya mengandung Pancasila) merupakan karunia Tuhan.(Kokon,2007:23)

(27)

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Filsafat diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

2. filsafat Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan perorangan, berbangsa dan bernegara. Filsafat Pancasila adalah jati diri luhur yang membedakan bangsa dan negara Indonesia dengan yang lain

3. Kedudukan pancasila sebagai sumber nilai pada hakikatnya menegaskan bahwa pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia. Dengan kata lain, seluruh tatanan kehidupanan masyarakat Indonesia menggunakan pancasila sebagai dasar moral, atau tolak ukur benar dan salahnya tingkah laku masyarakat.

3.2 Saran

(28)

melaksanakan segala pemahaman tentang filsafah pancasila sehingga dapat lebih dapat mempersatukan bangsa Indonesia.

2.

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Antoni, Condra.2012. Filsafat Pancasila Sebagai Basis Pergerakan Mahasiswa, kehidupan Sosial, dan spirit Kewirausahaan. Politeknik Negeri Batam Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia

Edwin, Ferry, dkk, 2006, Prof. Notonagoro & Pancasila: Analisis Tekstual & Kontekstual, UGM Press, Yogyakarta.

Komalasari, Kokom. 2007. Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : CV Armico.

http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat, diakses tanggal 20 Mei 2017

https://rifkaputrika.wordpress.com/2013/03/29/iad/. Diakses pada tanggal 29

Maret 2013.

http://sahrirpetta.blogspot.co.id/2011/08/filsafat-pancasila.html, diakses tanggal

20 Mei 2017

Notonagoro. 1980. Beberapa Hal MengenaiFalsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: PantjoranTujuh.

Notonegoro. 1985. Beberapa hal Mengenai Filsafat Pancasila. Yogyakarta : Patjoran Tujuh

Rasiqhasan. 2005. Jurnal Filsafat Pancasila. Jakarta: Universitas Gunadarm.

(29)

Wibisono Siswomihardjo, Koento, 1995, Peran Filsafat Dalam Hidup Berbangsa, dalamAlex Lanur (ed), Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka: Problem dan Tantanganya, Kanisius, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Pengabdian

Sebagai contoh, banyaknya kasus kenakalan dan kriminalitas yang pada generasi muda (anak) tidak dipungkiri juga terjadi karena pola asuh permisif dari orangtua yang membiarkan

Cara alami agar kulit putih dalam 1 hari pada prinsipnya adalah menghilangkan lapisan kulit bagian luar dimana terdapat sel – sel mati yang dapat menghambat pertumbuhan sel kulit

Kriteria yang kedua yaitu penurunan minimum dan maksimum dalam arah lateral dan vertikal memanjang jalan yang disyaratkan pada kondisi batas ekstrimnya atau disebut juga sebagai

Ada pengaruh metode resitasi berbasis LKS terhadap minat belajar siswa. kelas VIII di MTs Darul Falah Bendijati Kulon Tahun

Adapun tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi terhambatnya mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir di Departemen

Jumlah karyawan dengan status lajang tersebut nampaknya hampir separuh lebih yakni sebanyak 66 orang atau 50.77% menginginkan atau memiliki intensi untuk