• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together Kelas 4 SDN 2 Truko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together Kelas 4 SDN 2 Truko"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

6

Kelas.Membahas mengenai pembelajaran tematik yang mana hanya ditekankan pada mata pelajaran tertentu yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang mana menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together pada siswa kelas 4.

2.1.1. Pembelajaran Tematik

Pembeajaran tematik lahir diawali dengan lahirnya Kurikululum 2013 di SD/MI dan pendidikan menengah, adapun pengertian dari pendidikaan tematik menurut ahli sebagai berikut pengebangan Kurikulum 2013 adalah upaya peningkatan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu menghadapi kehidupan di masa yang akan datang, Ridwan Abdulloh Sani, 2013: vii- viii (dalam Andi Prastowo, 2014).

Kemudian pendapat Abdul Madjid, 2014: 27-28 (dalam Adi Prastowo, 2014) mengemukakan bahwa Kurikulum 2013 adalah bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Disamping kurikulum, terdapat beberapa alasan diantaranya, lama siswa disekolah, lama siswa tinggal di sekolah, pembelajaran siswa atif berbasis kopetensi, buu pegangan dan peran guru sebagai ujung tombak pelaksnaan pendidikan.

(2)

2.1.2. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia, yang berkaitan antara interaksi manusia dengan manusia baik secara kelompok maupun individu dan secara kelompok serta hubungaan manusia dengan lingkungan.

Pengertian IPS menurut ahli sebagai berikut, Ilmu Pengetahuan Sosial atau (IPS) adala ilmu yang dihubungkan dengan manusia dan interaksinya dengan lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan kemanusiaan, Michaelis, 1957 (dalam Suwarsono, dkk 2007: 1).

Pengertian IPS selanjutnya dikemukakan oleh Wesley (dalam Suwasono, dkk, 2007), menyatatakan bahwa pelajaran IPS sebagai bagian dari nilai- nilai sosial yang dipilih untuk tujuan pendidikan.IPS adalah mengkaji manusia dalam hubungan dengan lingkungan sosial, dikemukakan oleh Jean Jarolimek , 1967 (dalam Suasno, dkk 2007).

Adapun tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dalam sekolah dasar dan menengah sebagai berikut,

1. Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dan lingkungan.

2. Membekali siswa untuk berikir logis, kritis, rasa ingin tahu, untuk memecahkan msalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Mempunyai kemampuan komunikasi kerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat, nasional, global.(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tentang Standar Isi).

Berdasarkan beberapa pengertian dan tujuan dari IPS diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan kehdupan manusia yang berkaitan dengan sosial siswa, IPS membekali siswa untuk berkompetisi di lingkungan masyarakat, nasional dan internasional.

(3)

dan Sub Tema 1 Perjuangan Para Pahlawan.dengan KI dan KD dpat di lihat pada Tabel 1 sebagai berikut,

Tabel 1. Hubungan Kompetensi inti dan kompetenasi dasar kelas 4 semester 2Tema: PahlawankuSubtema: Perjuangan Para Pahlawan

Kompetensi inti Kompetensi dasar

Bahasa Indonesia IPS PPKn

1.Menerima,

menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya

2.Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

4.Menyajikan

(4)

Dikarenakan dalam penelitian ini hanya meneliti tentang mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) maka KI dan KD dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut,

Tabel 2. KI dan KD IPS Kelas 4

Kompetensi inti Kompetensi dasar

IPS

1.Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya

2.Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.

3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

3.2 Memahami manusia, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu pada masapraaksara, Hindu Buddha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan

4.2 Merangkum hasil pengamatan dan menceritakan manusia, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu pada masa pra aksara, Hindu Buddha, Islam dalam aspek pemerintah, sosial, ekonomi, dan pendidikan

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT). 2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk mendidik siswa untuk bekerja sama yang menekankan interaksi antar siswa, dengan tujuan agar siswa mampu bekerja sama, memupuk kreatifitas siswa, dan memupuk rasa solideritas dan nasionalisme.

Pengertian model pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh ahli antara lain Lie (dalam Isjoni 2002) mengungkapkan, kooperative learning atau memberi landasan teoritis bagaimana siswa dapat sukses bersama orang lain.

(5)

belajar yang siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajar.

Pengrtian kooperatif selanjutnya dikemukakan oleh Lie Anita (2002) Pembelajaran kooperatif disebut juga pembelajaran gotong royong, yang berdasar pada falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain.

Berdasarkan pengertian model pembelajaran kooperatif dapat diambil kesipulan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada aspek sosial siswa, dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk bekerja sama dengan teman sekelompok dari latar belakang sosial yang beragam.

2.1.3.2 Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif

Unsur-unsur pembelajaran kooperatif menurut Johnson dan Johnson (dalam Trianto 1994) dan Sutton (dalam Trianto 1992) ada beberapa unsur pembelajaan kooperatif, antara lain:

1. Ketergantungan positif antar siswa.

Siswa mempunyai kesadaran penuh terhadap kelopok untuk mewujudkan cita- cita bersama.

2. Interaksi antar siswa yang semakin meningkat.

Dalam proses belajar siswa saling bekerja sama, partisipasi dalam kerja kelompok untuk menghasilkan mufakat.

3. Tanggung jawa perseorangan.

Setiap siswa sadar akan hak dan kewajibannya dalam kerja kelompok, tidak ada yang menggantungkan diri dengan individu lain.

4. Kemampuan interpersonal dan kelompok kecil.

Siswa harus mengerahkan kemampuan untuk menyumbangkan ide dalam pemecahan masalah.

5. Proses kelompok.

Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan bubungan kerja yang baik.

Selanjutnya unsur- unsur dalam pembelajaran kooperatif juga diutarakan oleh Salvin (dalam Trianto 1995) mengutarakan pendapatnya sebagai berikut:

(6)

2. Anggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.

3. Kesempatan yang sama untuk suses, bermakna bahwa siswa te;ah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Berdasarkan unsur-unsur model pembelajaran kooperatif dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan interaksi siswa, yang menekankan tanggung jawab personal siswa dan kemamuan personal siswa untuk berfikir bersama dala pemecahan suatu permasalahan untuk menghasilkan kata mufaat.

2.1.3.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran yang memupuk sosial yang tinggi didalam proses belajar. Didalam model pembelajaran ini siswa saling bekerja sama di dalam kelompok dengan banyak perbedaan karakter individu dan berkumpul untuk berfikir bersama memecahan suatu permasalahan.

Adapun pengertian Numbered Head Together yang dikemukakan oleh Spenser Kagen (dalam Trianto 2009:82) model pembelajara NHT adalah untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam sautu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Selain itu pengertian NHT diutarakan oleh Isjoni (2010) menyatakan bahwa model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan idea tau gagasan dan pertimbangan jawaban yang paling tepat.

Dari unur-unsur di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan kerja kelompok, menekankan tanggung jawab personal terhadap kelompok dan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai makhluk sosial di dalam kelompok belajar.

2.3.1.4 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

(7)

Numbered Head Together (NHT) dapat disimpulkan mengenai ciri dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai berikut,

1. Adanya penomoran untuk siswa

2. Megajukan pertanyaan, guru memberikan permasalahan atau pertanyaan kepada siswa.

3. Berfikir bersama dan tanggung jawab personal maupun interpersonal dalam kelompok.

4. Berfikir bersama, untuk mengerjakan soal atau memecahkan suatu masalah dari guru.

5. Menjawab, atau mengkomunikasikan.

2.1.3.5 Tujuan Model Pmebelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

Berdasarkan pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (NHT) Numbered Head Together dapat disimpulkan bahwa tujuan dari model pembelajaran ini untuk belajar dengan sistem gotong royong. Siswa belajar bertanggung jawab untuk keberhasilan kelompok.

Selain tujuan untuk siswa, model pembelajaran (NHT) Numbered Head Together memberikan kontribusi yang bagus untuk penyampaian materi. Dengan model pembelajaran ini materi tersampaikan dengan cara menyenangkan, sehingga siswa semakin bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.

2.1.3.6Perencanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

Untuk melakukan pembelajaran NHT Miftahul Huda (2011) menjelaskan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.

2. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

3. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

(8)

Menurut Trianto (2007) (Terdapat empat tahap pelaksanaan teknik NHT yaitu “penomoran,mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan menjawab”. Rencanapelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Penomoran, guru membagi peserta didik ke dalam kelompok 3-5 orang,dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.

2. Mengajukan pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik.

3. Berpikir bersama, peserta didik menyatukan pendapat, terhadap jawabanpertanyaan itu dan meyakinkannya, tiap anggota dalam timnya mengetahuijawaban tim.

4. Menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian peserta didikyang nomornya sama mengacungkan tangannya dan mencobamenjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

2.1.3.7Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

Adapun kelebihan yang terdapat di Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) di antaranya adalah:

1. Peserta didik dilibatkan secara aktif di dalam pembelajaran.

Dengan dilibatkannya peserta didik secara aktif akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, dan siswa bebas untuk berpendapat mengenai pelajaran yang peserta didik pelajari. Dan mengembangkan pola fikir peserta didik untuk berfikir secara mendalam mengenai materi ajar.

2. Mengoptimalkan tutor sebaya.

Keberhasilan belajar menurut model belajar NHT ini bukansemata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh,melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman yang sebaya dan di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman peserta didik akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari.

3. Menumbuhkan rasa kebersamaan.

Dengan memaksimalkan pembelajaran dengan teman kelompok, dan berkerjasama untuk memperoleh kesepakatan atau jawaban akhir maka di dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini memupuk rasa kebersamaan dan kekompakan tanpa memandang latar belakang atau setatus

(9)

1. Suasana pembelajaran bisa menjadi tidak kondusif jika guru tidak bisamengelola kelas dengan baik.

2. Kondisi kelompok akan stagnan jika tidak ada peserta didik yang bias menjadi leader dan memiliki kemampuan lebih dibanding teman temannya.Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan kondisi kelompok yang homogen misalnya dalam satu kelompok harus adaminimal satu peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

3. Kemungkinan ada peserta didik yang hanya mengikuti pendapat temannya tapi tidak benar-benar memahami materi. Oleh karena itu,guru perlu mengecek pemahaman peserta didik satu persatu.

Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Ahmad Zuhdi (2010) kelebihan dan kelemahan NHT (Numbered Heads Together) sebagai berikut :

Kelebihan model pembelajaran NHT(Numbered Heads Together): 1. Setiap siswa menjadi siap semua.

2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan model pembelajaran NHT(Numbered Heads Together):

1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2.1.3.8Sintaks Model Pembelajaran Tipe Numbered Head Together .

(10)

Tabel 3. Sintaks Model Pebelajaran dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

Implementasi pembelajaran mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sesuai standar proses permendikbud no 41 tahun 2007 dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4 sebagai berikut

No Langkah

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1 Penomoran, membagi

siswa sesuai kedalam beberapa kelompok sejumlah 3-5 siswa

Guru membagi siswa kedalam kelompok kecil sesuai dengan jumlah yang pengarahan kepada siswa untuk berkelompok dengan mengacu kepada materi pembelajaran.

Siswa menelaah pertanyaan dari guru. berdiskusi dan setiap anggota berhak mengeluarkan

pendapatnya untuk memajukan

kelompoknya.

Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi sesuai dengan materi yang disajikan oleh guru .

Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan apa yang akan mereka lakukan untuk menyelesaikan masalah mengenai materi yang dipelajarai

Siswa berdiskusi dan menarik kesimpulan dari beberapa informasiyang telah didapat. Setiap siswa harus memahami jawaban akhir dari kelompok. 4 Menjawab, siswa

harus menjawab pertanyaan yang telah diberikan dari guru.

Guru memanggil nomor tertentu dan siswa yang dipanggil nomornya akan menjawab pertanyaan untuk seluruhkelas.

(11)

Tabel 4.

Implementasi Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) No Jeniskegiatan Keterangan

1 Kegiatan pendahuluan

Kegiatan pendahuluan ini guru akan; (a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; (b) memberi motivasi belajar siswa; (c) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; (d) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; (e) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2 Kegiatan inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakasa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode, model atupun pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Model yang akan digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) berbantu alat peraga karena karakteristik peserta didik yang cenderung pasif, sehingga diharapkan dengan model tersebut peserta didik menjadi lebih aktif. Kegiatan inti meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada saat proses elaborasilah model pembelajaran NHT berbantu alat peraga dilakukan 3 Kegiatan

penutup

Kegiatan penutup ini guru melakukan kegiatan sebagai berikut: (a) bersama – sama dengan peserta didik membuat rangkuman ataupun simpulan pelajaran; (b) melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogam; (c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; (d) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas , baik tugas individu maupun tugas kelompok; (e) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untukk pertemuan berikutnya.

2.1.4 Hasil Belajar 2.1.4.1 Hakikat Beajar

Dalam proses sekolah, unsur belajar adalah unsur yang sangat penting dan sangat vital. Dalam proses sekolah jika siswa tidak melewati fase belajar maka tidak ada artiya dalam proses sekolah. Proses sekolah bermakna jika siswa terjadi kegiatan belajar.

(12)

Belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi (Riyanto, 2009)

Pengertian belajar menurut teori Behavioristik (dalam Asri Budiningsih, 2005), mengemukakan bahawa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Dapat disimpulkan bahwa pendapat-pendapat tentang belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses dengan sadar untuk diri manusia dengan serangkaian kegiatan yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2006) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Selanjutnya Sudjana (2004:22) mengatakan bahwa hasil belajar terdiri dari (a)ketrampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan cita-cita. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa.

2.1.4.3 Ranah Hasil Belajar

Jenis-jenis hasil belajar menurut Bloom (dalam Saur Tampubolon 2014) secara garis besar membagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

(13)

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Para ahli menyimpukan bahwa hasil belajar berupa kecerdasan intelektual, sosial dan perubahan sikap yang semula tidak tahu menjadi tahu..

2.2 Peneitian Terdahulu

Berikut ini adalah penelitian yang relevan dengan peelitian ini, antara lain penelitiaan yang dilaksanakan oleh Ni Nengah Arsini, dkk (2015) dengan judul penelitian Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 Semester II SD Gugus VI Kecamatan Kintamani Tahun Pelajaran 2014/2015.

Dalam penelitian ini menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Toether (NHT) berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 semester genap di SD Gugus VI Kecamatan Kintamani.

Selanjutnyaa penelitian yang dilaksanakan oleh Nurul Istiqomah, dkk (2013), dengan judul Penggunaan Model Numbered Heads Together (NHT) DalamPeningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar, dalam penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan model pebelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) meningkatkan hasil pembelajaran siswa.

Penelitian tindakan yang dilakukan oleh Yuni Winarti dalam skripsinya

yang berjudul “Penggunaan Metode NHT (Numbered Heads Together) Untuk

Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Banyumundul 02, Kabupaten Wonosobo, Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.”

Penelitian menunjukkan peningkatan pada keaktifan dan hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan keaktifan untuk mata pelajaran IPA kelas V semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

(14)

rata-ratanya adalah 66,25, sedangkan nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendah adalah 52 dan siklus II sebanyak 36 siswa atau 100%.

Jumlah siswa mencapai ketuntas siklus II siswa yang mencapai KKM 65 sebanyak 36 siswa atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Simpulan dari penelitian tersebut adalah pembelajaran IPA menggunakan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Banyumudal 02, Kabupaten Wonosobo, semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

2.3 Kerangka Pikir

Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk memperbaiki pola belajar siswa di SDN 02 Truko dengan menggunakan Model Pembelajaran kooperatif tipe (NHT) Numbered Head Together, dengan tujuan untuk memperbaiki nilai siswa. Penelitian ini berjenis Penelitian Tidakan Kelas (PTK).

Penelitan dilaksanakan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap siklus peneliti dan guru mengadakan tes evaluasi dengan tujuan mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Setelah diadakan evaluasi peneliti bersama guru mengadakan analisis hasil belajar siswa.

Analisis hasil belajar siswa pada siklus I dimaksudkan untuk tindak lanjut pada siklus II dengan tujuan meminimalisir terjadinya permasalahan yang sama seperti siklus I. Dan pada akhir siklus II peneliti dan guru mengadakan analisis hasil belajar kembali guna melihat pemahaman siswa terhadap materi ajar. Meski penelitiaan ini terdiri dari dua siklus akan di tindak lanjuti ke siklus berikutnya jika penelitian ini belum memecahkan permasalahan yang ada di penelitian.

(15)

2.4 Hipotesis

Gambar

Tabel 1. Hubungan Kompetensi inti dan kompetenasi dasar kelas 4 semester 2 Tema: PahlawankuSubtema: Perjuangan Para Pahlawan
Tabel 2. KI dan KD IPS Kelas 4
Tabel 3. Sintaks Model Pebelajaran dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Tabel 4.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasar pada Berita Acara Pembuktian kualifikasi Nomor : 125/ULP-Pokja-II- JK/APBD/2015 tanggal 11 Mei 2015 Pekerjaan Ded Dataran Irigasi Ataran Sungai Nibung

PENGUMUMAN PEMENANG SELEKSI

dengan catu daya + 15 V Output OpAmp amat tidak stabil, keluaran akan 0V untuk selisih masukan 0V juga, tapi bila ada sedikit beda tegangan pada kedua input, maka keluaran

test Tes tulisan (UTS) dan praktiku m Mahasiswa mampu menjelaskan penerapan higiene sanitasi makanan dalam pengelolaan makanan di berbagai institusi atau industri

Studi Predikat Jurusan Pembimbing Skripsi Pembimbing Akademik.. Ludfi Djakfar,MSCE,PhD PERAIH

Eksperimen bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh kenaikan suhu dengan lebar difraksi yang dihasilkan dalam menentukan koefisien pemuaian pada Alumunium dengan

Analisis data yang digunakan adalah hubungan antara panjang usus dan panjang total tubuh ikan, serta jenis makanan yang ada dalam usus ikan untuk

Untuk konstruksi yang berhubungan dengan cuaca (atap)... Tabel 2.3 Perhitungan Momen