• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 Metodologi Inventarisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 6 Metodologi Inventarisasi"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 6

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

6.1 UMUM

Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang baik sesuai dengan maksud, tujuan dan sasarannya, maka pelaksanaan pekerjaan “ Inventarisasi Bangunan Pelengkap Pada Sungai Wilayah Selatan Provinsi Banten” perlu ditunjang oleh suatu metodologi dan rencana kerja yang terinci dan sistimatis.

Sesuai pemahaman terhadap metodologi pekerjaan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), maka dalam penanganan pekerjaan ini secara garis besar lingkup pekerjaan ini terbagi dalam 10 bagian, yaitu :

A. Persiapan Administrasi Kegiatan B. Pengumpulan Data Awal

C. Survey Pendahuluan

D. Survey Inventarisasi Bangunan Pelengkap Sungai

Rincian pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan pada setiap bagian disajikan pada uraian berikut :

6.2 METODOLOGI

Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi serbaguna bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Fungsi sungai sangat luas, namun diwaktu tertentu sungai bisa menimbulkan malapetaka bagi masyarakat disekitarnya dalam bentuk bencana banjir atau jika sungai dimanfaatkan sebagai penyalur air limbah.

Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan teknologi, maka perkembangan pusat-pusat industri dan pemukiman melaju dengan pesat. Peningkatan kebutuhan air, lahan serta bahan bangunan tidak dapat dihindarkan yang mengakibatkan pemanfaatan sumber daya alam terutama sungai sering dilupakan kelestariannya.

(2)

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam kegiatan inventarisasi secara menyeluruh khususnya bangunan pelengkap sungai wilayah selatan adalah :

1) Kondisi morfologi sungai

2) Lokasi dan wilayah sungai

3) Lokasi rawan bencara baik longsor maupun banjir

4) Kerugian yang ditimbulkan

5) Aspek sosial masyarakat sekitar

Untuk maksud tersebut, dalam hal ini Operasi dan Pemeliharaan (OP) bangunan pengendali banjir yang mencakup sungai dan bangunannya serta fasilitas penunjang lainnya menjadi hal yang sangat penting bagi pengelolaan sungai. Melalui kegiatan inventarisasi bangunan pelengkap sungai ini, diharapkan tujuan-tujuan tersebut diatas bisa dicapai secara efektif.

Atas dasar data-data tersebut diatas, akan memudahkan dalam upaya penyusunan program penanganan sungai di wilayah selatan provinsi Banten.

Sehubungan dengan hal tersebut, tulisan ini bermaksud untuk memaparkan mengenai pedoman operasi dan pemeliharaan bangunan sungai yang digali berdasarkan pengertian sebagaimana terkandung didalam Peraturan Pemerintah No. 35/1991 tentang Sungai dan Peraturan Perundangan lain yang terkait.

Tulisan ini terutama ditujukan kepada para pengambil keputusan yang terlibat dalam urusan operasi dan pemeliharaan bangunan pengendali banjir serta pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan sungai dan bangunannya dengan harapan tercapainya tujuan penggunaan sungai secara optimum, tertib, dan teratur serta kelestarian sungai dan bangunannya tetap terjaga.

Untuk memberikan gambaran mengenai metode yang akan digunakan dalam menangani pekerjaan “Inventarisasi Bangunan Pelengkap Pada Sungai Wilayah Selatan Provinsi Banten”, maka pada sub Bab ini kami uraikan metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

(3)

6.2.1 Administrasi & Form Survey 6.2.1.1 Persiapan Administrasi Kegiatan

Tahap ini merupakan bagian yang penting untuk dilakukan, agar pelaksanaan kegiatan pada tahap berikutnya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Kegiatan ini terdiri dari :

1. Pembuatan SK Tim pelaksana ,

SK Susunan Tim Pelaksana Kegiatan ” Inventarisasi Bangunan Pelengkap Pada Sungai Wilayah Selatan Provinsi Banten” ini dibuat oleh Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten.

Dimana susunan tersebut adalah : 1). Penanggungjawab

2). Ketua tim (Koordinator Tim) 3). Administrasi pelaporan 4). Pengemudi

5). Koord. Bidang teknik

6). Koord. Bidang penyusunan program pemeliharaaan 7). Assisten ahli hidrologi

8). Assisten ahli struktur/hidrolika 9). Assisten ahli GIS

10). Chief surveyor 11). Juru ukur 12). CAD operator

13). Pelaksana inventarisasi

2. Penyusunan rencana penyerapan dana,

Rencana penyerapan dana yang disusun dalam Kegiatan ” Inventarisasi Bangunan Pelengkap Pada Sungai Wilayah Selatan Provinsi Banten” ini terdiri dari : 1). Belanja bahan

 Bahan-ATK

(4)

3). Balanja perjalanan

3. Penyusunan jadwal pelaksanaan,

Sesuai dengan Jangka waktu pelaksanaan kegiatan yang diperkirakan 4 (empat) bulan, Ruang Lingkup Kegiatan serta Metodologi yang tersebut dalam Kerangka Acuan Kerja, maka dengan ini akan dusun jadwal pelaksanaan dengan Item pekerjaan sebagai berikut :

1) Administrasi & Form Survey a. Administrasi Kegiatan

b. Pengumpulan Data & Form Survey

2) Survey Lapangan a. Survey Pendahuluan

b. Survey Pengisian Form Pemeliharaan

3) Pengolahan Data Survey a. Analisa hidrologi

b. Analisa Hidrolika & Struktur

c. Penilaian Kondisi Existing

d. Penilaian Kinerja

e. Identifikasi awal lokasi pendetailan pengukuran

4) Survey Pendetailan dan Pengukuran a. Pengukuran Pendetailan

b. Perhitungan Pengukuran

c. Penggambaran

(5)

a. Analisa Stabilitas Struktur

b. Perhitungan Volume dan Penggambaran

c. Peyusunan Program Pemeliharaan

6) Penyusunan Database Program Pemeliharaan a. Ploting dalam Peta Rupa Bumi Digital

b. Penyusunan Database Pemeliharaan

7) Penggandaan Laporan a. Laporan Pendahuluan

b. Laporan Bulanan @ 5 Buku

c. Laporan -laporan

1) Inventarisasi & Pengukuran

2) Laporan Database Program Pemeliharaan

3) Laporan Akhir

4) Executive Summary

5) Cetak Gambar A3

4. Administrasi-administrasi lain dalam mendukung pekerjaan.

Administrasi-administrasi lain yang dimaksud dalam mendukung pekerjaan ini diantaranya :

1. Pembuatan surat pengantar sosialisasi dan survey data primer

dan atau sekunder yang ditujukan pada instansi pemerintahan terkait di tingkat Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa.

2. Pembuatan SPPD yang ditujukan pada instansi pemerintahan

terkait di tingkat Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa.

3. Penyusunan Invoice terhadap penyerapan dana dalam

pelaksanaan pekerjaan.

4. Pembuatan serta pengisian daftar hadir pelaksanaan

(6)

6.2.1.2 Pengumpulan data & Form Survey A. Pengumpulan Data Awal

Pekerjaan Pengumpulan Data Awal akan dilakukan setelah melaksanakan Koordinasi dan Sosialisasi Instansional dan Sosial Masyarakat. Koordinasi dan Sosialisasi Instansional dan Sosial Masyarakat ini akan dilakukan antara lain kepada :

 Balai Hidrologi Provinsi Banten,

 BMG Provinsi Banten,

 BAKOSURTANAL,

 BAPPEDA Provinsi Banten,

 Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten,

 Dinas Kehutanan Provinsi Banten,

 Kantor-kantor Kecamatan dan/atau kantor-kantor Desa terkait dengan daerah studi,

 Masyarakat sekitar dengan daerah studi.

Selanjutnya untuk tahap Pengumpulan Data Awal ini akan dilakukan terhadap : 1. Lingkungan Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten;

Pengumpulan Data Sekunder :

 Data gambaran umum lokasi pekerjaan,

 Laporan-laporan studi terdahulu,

 Data vegetasi atau tataguna lahan atau data pemanfaatan lahan,

 Data Base wilayah Sungai Cilemer, Sungai Ciliman, Sungai Cibinuangeun dan Sungai Ciujung.

 Desain dari berbagai sumber,

 Asbuilt drawing,

 Hasil penyelidikan kualitas air,

(7)

 Referensi Peraturan-peraturan tentang persungaian,

 Data hasil pengukuran teristris sungai terdahulu dan data BM,

 Harga Satuan Barang & Jasa terbaru.

2. Instansi pemerintahan terkait di tingkat Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa diantaranya : Balai Hidrologi Provinsi Banten, BMG Provinsi Banten, BAKOSURTANAL, BAPPEDA, Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Kehutanan, Kantor-kantor Kecamatan dan/atau Kantor-kantor Desa terkait dengan daerah studi serta masyarakat di daerah studi dengan tujuan utama selain untuk melapor dan mensosialisasikan pekerjaan ini juga untuk memperoleh data-data sekunder dan primer yang diperlukan dan masukan-masukan serta arahan-arahan agar hasil pekerjaan ini betul-betul dapat mencapai sasaran yang diinginkan oleh semua pihak.

Pengumpulan Data Sekunder :

a. Balai Hidrologi Provinsi Banten

 Data Peta Pos Hidroklimatologi,

 Data Pengamatan Hujan pada Stasiun Hujan yang berpengaruh,

 Data Pengamatan Debit Sungai (jika ada),

 Hasil penyelidikan kualitas air (jika ada),

 Hasil Studi Konservasi DAS terkait pada pekerjaan ini (jika ada).

b. BMG Provinsi Banten

 Data Peta Klimatologi Pulau Sumbawa (Peta Penyebaran Hujan, Peta Penyebaran Iklim/Suhu , Peta Penyebaran Angin, Peta Gelombang Pantai, Peta Penyebaran Penyinaran Matahari, dll (jika ada)),

 Data Pengamatan Iklim.

(8)

 Rupabumi Digital Indonesia, Bakosurtanal, Skala 1 : 25.000, Edisi : I : 1998.

d. BAPPEDA Provinsi Banten

 RTRW

 Peraturan-peraturan daerah yang terkait dengan pekerjaan dan lain-lain.

e. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten

 Kecamatan Dalam Angka

 Data-data Statistik.

f. Dinas Kehutanan Provinsi Banten

 Data penelitian kehutanan pada lokasi terkait (jika ada),

 Data Tata Guna Lahan , dan Konservasi (jika ada).

g. Kantor-kantor Kecamatan terkait dengan daerah studi

 Demografi Kecamatan

Pengumpulan Data Primer :

a. Kantor-kantor Kecamatan, Desa, dan Masyarakat terkait dengan daerah studi

 Data Informasi KK yang mengalami kerugian sebagai akibat dari daya rusak air sungai terkait (dengan Pengisian Form-form Survey),

 Data Informasi dampak kerusakan lahan permukiman, pertanian, perkebunan, ladang, perikanan darat, dan material/fisik lainnya sebagai akibat dari daya rusak air sungai terkait (dengan Pengisian Form-form Survey),

 Data Informasi Kerusakan Bangunan SDA yang ada pada Sungai yang melintasi Kecamatan tersebut (dengan Pengisian Form-form Survey),

(9)

 Data Informasi tentang tingkat manfaat yang telah dirasakan masyarakat terhadap Bangunan SDA yang telah ada yang ada dalam lungkup wilayah Kecamatan tersebut (dengan Pengisian Form-form Survey).

B. Persiapan Form-form Survey

Pada tahapan pekerjaan ini dilakukan persiapan form-form survey yang meliputi :

Form OP-01 : Form Inventarisasi Lapangan Penyusunan OP dan Bangunan Pengendali Banjir

Form OP-02 : Bagian 1. Inspeksi Awal yang Dapat Dilakukan Terhadap Bangunan Pengendali Banjir,

Bagian 2. Inspeksi menyeluruh untuk

Pemeliharaan Bangunan Pengendali Banjir

Bagian 3. Inspeksi Menyeluruh untuk

Pemeliharaan Bangunan Pengendali Banjir

Form OP-03 : Inventarisasi Bangunan Pengendali Banjir di Sungai

Form OP-04 : Laporan Inspeksi Alur Sungai dan Bantaran

Form OP-05A : Inventarisasi Fasilitas Penunjang Kelompok Bangunan Teknik Sipil di Sungai

Form OP-05B : Inventarisasi Fasilitas Penunjang Kelompok Peralatan Operasional di Sungai

Form OP-05C : Inventarisasi Fasilitas Penunjang Kelompok Alat Pemantau dan Pengolah Data di Sungai

Form OP-05D : Inventarisasi Fasilitas Penunjang Kelompok Alat Komunikasi di Sungai

Form OP-06 : Laporan Inspeksi Bangunan Sungai

Form OP-07 : Laporan Inspeksi Program Pemeliharaan Darurat di Sungai

Form OP-08 : Uraian Pekerjaan Pemeliharaan Bangunan Pengendali Banjir (Pemeliharaan Preventif)

(10)

1. Form OP-01 : Inventarisasi Lapangan Penyusunan OP dan Bangunan Pengendali Banjir

Tabel 6-1.

Form Inventarisasi Lapangan Penyusunan O & P Bangunan Pengendali Banjir

LOKASI ...

TGL. INSPEKSI ...

NO NAMA SUNGAI

1 Peta DAS Luas DAS (km2) 2 Panjang Sungai (km) 3 Kemiringan rerata

Daerah hulu Daerah tengah Daerah hilir

4 Penampang melintang rerata Daerah hulu

Daerah tengah Daerah hilir

5 Data debit, sedimen, kualitas air (di kota ybs) Debit maksimum (m3/dt)

Debit minimum (m3/dt) Debit rerata (m3/dt) Debit sedimen Kualitas air (baik, sedang,jelek) 6 Pemanfaatan sungai :

Air sungai Alur sungai Bantaran 7 Bangunan sungai

a. Bangunan pemberdayaan sungai : - Bendungan (Qrencana?)

- Bendung (Qrencana?) b. Bangunan Pengendali Banjir - Pengaturan sungai

(11)

- Saluran pengelak banjir - Tanggul (Qrencana?) - Revetment/perkuatan tebing - Pembagi edit

- Pompa banjir

- Waduk banjir (vol m3?) - Krib

- Pintu air pasang surut - Groundsill

- Chekdam - Sabo Dam 8 Peta Geologi 9 Peta Tataguna Lahan

10 Sistem Operasi dan Pemeliharaan 11 Frekuensi kejadian banjir (....x/th)

Lama genangan rerata(hari) Luas genangan (ha) Debit min. penyebab banjir 12 Penyebab banjir

- intensitas hujan tinggi - drainase tidak mencukupi

- Debit banjir min penyebab banjir (m3/dt) 13 Data Sosekbud

Jumlah penduduk (jiwa) Mata pencaharian Sumber air domestik

Apresiasi thd peran sungai sbg penyalur banjir Apresiasi thd sistem O & P bangunan sungai

2. Form OP-02 : Bagian 1. Inspeksi Awal yang Dapat Dilakukan Terhadap Bangunan Pengendali Banjir,

Tabel 6-2.

Form OP-02 : Bagian 1. Inspeksi Awal yang Dapat Dilakukan Terhadap Bangunan Pengendali Banjir

N

O JENISBANGUNAN STATUSMEMUASKAN EVALUASI PERLUPEMELIHAR AAN Ya/Tidak

KEGIATAN PEMELIHARAAN

(12)

at up ak tif tif at

Kejadian debit rencana lebih besar dari 10% (kala ulang 10 th) dengan minimum jagaan 60 cm (untuk tanggul banjir perkotaan) atau untuk debit frekuensi kejadian 20%-10% (kala ulang 5-10 th) dengan minimum jagaan 30 cm (untuk

Pengendali erosi pada lahan mampu mengatasi kecepatan aliran rencana pada debit rencana untuk

Pengendali erosi pada lahan mampu mengatasi kecepatan aliran rencana pada tingkat keamanan 75% atau lebih debit rencana untuk

keseluruhan kegiatan pengendali banjir.

Pengendali erosi menunjukkan perlindungan terhadap erosi kurang dari 75% dari keseluruhan kegiatan pengendalian banjir atau jika pelindung erosi tidak berfungsi sehingga mengindikasikan perlunya perlindungan erosi.

(13)

timbunan untuk tanggul cukup mampu menahan longsor dan rembesan pada kemiringan existing. Material timbunan seragam/homoge n dan cukupr terpadatkan untuk seluruh bangunan pengendali banjir.

Material timbunan untuk tanggul cukup mampu menahan longsor dan mampu menahan rembesan setempat pada kemiringan terpadatkan 75% atau lebih untuk seluruh bangunan pengendali banjir.

Material timbunan tidak memadai dan timbul longsor dan timbul rembesan yang tidak terkendali. Material timbunan tidak seragam atau

tidak ada

pemadatan dan memerlukan pemadatan. 4 Pondasi

Material pondasi tidak

menyebabkan terjadinya piping, sand boils, rembesan atau penurunan/settle

men yang

mengurangi ketinggian aman.

Material pondasi menunjukkan

(14)

dikendalikan, direncanakan dan tidak gejala adanya overtopping.

3. Form OP-02 : Bagian 2. Inspeksi menyeluruh untuk Pemeliharaan Bangunan Pengendali Banjir

Tabel 6-3.

Form OP-02 : Bagian 2. Inspeksi menyeluruh untuk Pemeliharaan Bangunan Pengendali Banjir

MEMUASKAN EVALUASI PERLUPEMELIHAR AAN Ya/Tidak

(15)

keseluruhan tanggul

7 Erosi  Tidak terjadierosi

Erosi pada

puncak tanggul dan lereng tidak mengganggu inspeksi atau pemeliharaan.

puncak tanggul dan lereng telah mengganggu inspeksi atau pemeliharaan. Erosi parit lebih dari 15 cm (dalamnya) atau deviasi lebih dari 30 cm dari elevasi rencana

8 StabilitasLereng

Tidak terjadi longsor. Erosi lereng kurang dari 10 cm (dalamnya)

Tampak longsoran kecil yang dapat

retakan  Tidakretakan ke arahada

(16)

pengendali banjir.

Retakan ke arah longitudinal tidak melebihi tinggi tanggul. Tidak

10 TanamanLiar

Tidak ada

semak-semak atau pepohonan pada bangunan pengendali banjir. Rumput penutup terpelihara baik. Kapasitas saluran untuk debit rencana tidak terganggu

Tinggi

tumbuhan 5 cm atau kurang dan semak penutup tidak

tumbuhan yang telah dipotong dari tanggul akarnya harus dibersihkan dan bekasnya harus dipadatkan lagi dengan material impermeabel). Kapasitas saluran tidak terlalu

terpengaruh

 Pepohonan,

(17)

Kapasitas saluran untuk debit rencana tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

11 Penyempitan

Tidak ada

sampah, bongkahan, penggalian, bangunan atau pengahalang bangunan atau penghalang bangunan atau penghalang

12 Perlindungan Tebing

Perlindungan saluran sesuai yang

direncanakan

 Ada aktivitas

meandering dan atau scouring yang

(18)

aliran akibat

Struktur yang miring, longsor atau mengalami

Longsoran atau peurunan pada bangunan yang tidak dibetulkan pada bangunan uatama tidak mempengaruhi kinerja sistem

Bangunan yang miring atau

14 Permukaanbeton

Ukuran atau

skala yang

diabaikan. Tidak terlihat ada retakan tidak terkontrol dengan baja tulangan

Bangunan yang miring atau

15 Strukturpondasi

(19)

penggerusan dekat struktur pondasi tetapi belum struktur secara keseluruhan

16 Gorong-gorong

(20)

gorong Tidak terdapat kororsi permanen yang menghambat

18 BangunanPelengkap

Bangunan pelengkap dalam kondisi baik

penempatan perlengkapan selalu tersedia setiap saat

 Tidak ada

(21)

pelengkap dalam kondisi rusak.

Seluruh motor penggerak selalu dikontrol teratur

Seluruh motor penggerak

selalu siap

beroperasi dan sebagian kecil dapat beroperasi dan tidak pernah listrik tidak berfungsi selama kondisi banjir

21 PekerjaanMetal

Seluruh perangkat logam dala bangunan dilindungi oleh

(22)

4. Form OP-02 :Bagian 3. Inspeksi Menyeluruh untuk Pemeliharaan Bangunan Pengendali Banjir

Tabel 6-4.

Form OP-02 :Bagian 3. Inspeksi Menyeluruh untuk Pemeliharaan Bangunan Pengendali Banjir

MEMUASKAN EVALUASI PERLUPEMELIHARAA N Ya/Tidak

22 UkuranStasiun Pompa

Stasiun Pompa mampu untuk mengatasi volume banjir yang terjadi

23 Manual O & P

Manual O & P dirancang mencakup seluruh aspek areal. Seluruh petunjuk dalam manual O & P stasiun pompa direncanakan siap pakai Operator dilatih khusus untuk selalu standby di tempat

 Tidak ada daftarharian pengoperasian 25 Inspeksi

(23)

berwenang (Pihak Owner)

 Tidakpetunjuk ada pelaksanaan

26 Rumah Pompa 

Kondisi struktur bangunan rumah pompa, baik. Tidak terdapat retak/patahan besar pada beton, tidak terjadi settlement, atap tidak melendut dll. Saluran intake bersih dari sampah. Kipas hisap beroperasi dan selalu dipelihara. Lingkup kerja aman. kondisi lain yang memerlukan perbaikan, sepanjang tidak mengganggu stabilitas bangunan

Tidak ada standar minimal untuk kondisi-kondisi kerusakan bangunan

27 Pompa-pompa 

Seluruh pompa beroperasi baik. Pemeliharaan rutin dan pelumasan selalu dilaksanakan teratur selalu rutin diadakan test uji coba kinerja pompa. Tidak timbul masalah akibat kebisingan kavitasi atau getaran

Seluruh pompa beroperasi tetapi hanya dilakukan pemeliharaan ringan, sampai habis masa pakai pompa

(24)

Gear Reducer

beroperasi baik. Pemeliharaan rutin dan pelumasan selalu dilaksanakan teratur instrumen, alarm, dan skring selalu berfungsi dengan baik

Seluruh pompa beroperasi tetapi hanya dilakukan pemeliharaan ringan, sampai habis masa pakai pompa

Satu atau lebih pompa utama tidak beroperasi dan sebab kerusakan tidak bisa ditelusuri

29 Trash Rakes 

Roda penggerak rotor dan komponen lain dalam kondisi beroperasi baik dan dipelihara teratur

Roda penggerak rotor dan komponen lain di desain berikutnya buat banjir

 Pengoperasianhanya saat banjir

30 PekerjaanMetal lainnya

Seluruh

komponen logam dilapisi anti karat. termasuk standar pemeliharaan minimum

31 Tenaga/Power 

(25)

banjir dan pemeliharaan bebas dari kerusakan korosi atau sampah-sampah

Tidak beroperasi. Terdapat perbedaan persepsi yang mencolok sangat sedikit. Seluruh sistem berfungsi saat banjir tiba Tampungan tetap berfungsi normal

34 Intake/PintuPengambilan

Berfungsi. Pengoperasian elektrik dipelihara berkala

Tidak berfungsi. Perangkat elektrik tidak terpelihara

35 Cranes / alatpengankat

Berfungsi. Diperiksa dan diuji beban oleh telepon berfungsi dalam stasiun pompa alternative Intercom, Telepon selular, Airphone dan peralatan lain yang memadai

(26)

ada atau tidak berfungsi

37 

Tidak ada

lendutan pada bangunan. Tengki BBM, Perangkat Pemadam kebakaran, selalu tersedia dan saling

berhubungan satu

sama lain

termasuk baju pemadam kebakaran, dll.

Terdapat ledutan pada bangunan. Perangkat dan system pemadam kebakaran tidak berhubungan satu sama lain

5. Form OP-03 : Inventarisasi Bangunan Pengendali Banjir di Sungai Tabel 6-5.

Form OP-03 : Inventarisasi Bangunan Pengendali Banjir di Sungai

(27)

6. Form OP-04 : Laporan Inspeksi Alur Sungai dan Bantaran Tabel 6-6.

Form OP-04 : Laporan Inspeksi Alur Sungai dan Bantaran

Nama Sungai

……….

Pada ruas antara patok

……….

Dibuat oleh

……….

No

. Item Inspeksi Ya/Tidak

Pemeliharaan yang

diperlukan

Jenis Pemeliharaan

Prenventif Korektif Darurat

1 Apakah alur sungai mampu

mengalirkan debit banjir tahunan ?

2 Apakah ada gerusan pada tebing ?

(28)

berjalin ?

4 Apakah berbentuk alur baru ?

5 Apakah terjadi penurunan

(degradasi) dasar sungai ?

6 Apakah terjadi kenaikan

(agradasi) dasar sungai ?

7 Apakah terjadi gerowongan pada pondasi bangunan sungai ?

8 Apakah terdapat tonjolan tebing yang menghalangi arus aliran pada saat banjir ?

9 Apakah terdapat tanaman-tanaman

keras yang mengahalangi aliran ?

Apakah terdapat pembuangan sampah ke sungai ?

Apakah ada pembuangan limbah cair industri ke sungai ?

10 Apakah terjadi perubahan bentuk tubuh sungai ?

11 Apakah terdapat penggalian bahan

sungai?

Apakah berijin (mempunyai SIPD)?

Berapa volume galian per hari ? Apakah menggunakan alat berat ?

12 Apakah sungai punya bantaran ?

Apakah bantaran sungai dimanfaatkan untuk pemukiman atau untuk mendirikan bangunan ?

Apakah bantaran sungai dimanfaatkan untuk areal pertanian?

13 Apakah terdapat lubang-lubang

(29)

Apakah pada bantaran tersedia sarana drainase agar bantaran tak berpaya-baya ?

14 Apakah tebing/lereng sisi kanan kiri bantaran stabil ?

7. Form OP-05A : Inventarisasi Fasilitas Penunjang Kelompok Bangunan Teknik Sipil di Sungai

Tabel 6-7.

Form OP-05A : Inventarisasi Fasilitas Penunjang Kelompok Bangunan Teknik Sipil di Sungai

DI SUNGAI ...

Dibuat oleh : ... Pada tanggal :

... ..

No .

Jenis Bangunan

Letak di

Kilometer Desa/ Kecamata n

Tahun

Kondisi Sekarang Dari

Sampa i

Dibangu

(30)

8. Form OP-05B : Inventarisasi Fasilitas Penunjang Kelompok Peralatan Operasional di Sungai

Tabel 6-8.

Form OP-05B : Inventarisasi Fasilitas Penunjang Kelompok Peralatan Operasional di Sungai

DI SUNGAI : ...

No .

Jenis Peralata n

Jumla h

Desa/Kec .

Tahun

Kondisi Sekarang Dibangu

n Diperbaiki Overhaul

9. Form OP-05C : Inventarisasi Fasilitas Penunjang Kelompok Alat Pemantau dan Pengolah Data di Sungai

Tabel 6-9.

Form OP-05C : Inventarisasi Fasilitas Penunjang Kelompok Alat Pemantau dan Pengolah Data di Sungai

DI SUNGAI : ...

No. Jenis / Type Alat

Kilometer Desa / Kec.

(31)

10. Form OP-05D : Inventarisasi Fasilitas Penunjang Kelompok Alat Komunikasi di Sungai

Tabel 6-10.

Form OP-05D : Inventarisasi Fasilitas Penunjang Kelompok Alat Komunikasi di Sungai

DI SUNGAI : ...

No. JenisPeralatan Jumlah Desa/Kec. Tahun KondisiSekarang Dibangun Diperbaiki Overhaul

11. Form OP-06 : Laporan Inspeksi Bangunan Sungai Tabel 6-11.

Form OP-06 : Laporan Inspeksi Bangunan Sungai Pada ruas antara patok ... s/d ...

Dibuat oleh : ... Pada tanggal : ...

No. Bangunan sungai yang diperiksa

Apakah ● Perlu Perbaikan ?

Type ●● perbaikan

Uraian pekerjaan perbaikan

Perkiraan biaya x Rp. 1000

1 TANGGUL TANAH :

a. Apakah ada kerusakan pada puncak atau lereng tanggul ?

(32)

tanggul ?

c. Apakah permukaan lereng tanggul ada yang botak ?

d. Apakah permukaan lereng tanggul banyak tanaman liar yang perlu dipotong ? e. Apakah ada sistem drainase yang perlu

diperbaiki ?

f. Apakah ada gerusan tebing yang dekat sekali dengan tanggul ?

g. Apakah patok hektometer dan Km dalam keadaan baik ?

h. Apakah portal dalam keadaan baik ?

2 TANGGUL / REVETMENT TEMBOK

PASANGAN BATU

a. Apakah ada tanda-tanda penurunan pada struktur tanggul ?

b. Apakah ada retakan pada permukaan tanggul ?

c. Apakah ada gerowongan / gerusan pada kaki tanggul ?

d. Apakah permukaan tembok ditumbuhi tanaman liar ?

e. Apakah sistem drainase cukup bersih ?

3 TANGGUL TEMBOK BETON

a. Apakah ada tanda-tanda penurunan pada struktur tanggul ?

b. Apakah ada retakan pada permukaan tanggul ?

c. Apakah ada gerowongan/gerusan pada

kaki tanggul ?

4 TANGGUL/PELINDUNG TEBING TURAP

BAJA

a. Apakah ada tanda-tanda penurunan/ amblesan ?

b. Apakah ada konstruksi sambungan yang rusak ?

5 KRIB KAYU

a. Apakah ada tiang krib yang patah ? b. Apakah ada sengrah yang menyangkut ? c. Apakah ada sistem sambungan yang lepas ? d. Apakah ada gerowongan di dekat krib ?

6 KRIB BRONJONG

a. Apakah ada bagian krib yang patah ? b. Apakah ada sangkrah yang menyangkut ?

c. Apakah ada sistem sambungan kawatbronjong lepas / koyak ?

d. Apakah ada gerowongan di dekat krib ?

(33)

a. Apakah ada bagian krib yang patah ? b. Apakah ada sangkrah yang menyangkut ? c. Apakah ada gerowong di dekat krib ?

8 PELINDUNG / PENGUAT TEBING DARI TEMBOK

a. Apakah sistem pasangan batu ada yang copot ?

b. Apakah ada retakan pada permukaan dan puncak tembok ?

c. Apakah ada gerowongan / gerusan pada kaki tembok / koperan ?

d. Apakah permukaan tembok ditumbuhitanaman liar ?

e. Apakah sistem drainase cukup bersih ? 9 PELINDUNG / PENGUAT TEBING DARI

BETON

a. Apakah retakan pada permukaan dan puncak tembok ?

b. Apakah sistem drainase cukup bersih ?

10 ALURAN SUDETAN / FLOOD WAY

a. Apakah longsor tebing ?

b. Apakah ada sangkrah yang tersangkut ? c. Apakah sampah menimbun alur ?

d. Apakah ada pengambilan pasir di sepanjang alur ?

11 TRAINING WALL KAYU :

a. Apakah ada training wal mwngalami perubahan aligment ?

b. Apakah ada balok kayu yang lapuk ? c. Apakah ada konstruksi sambungan yang

terlepas ?

d. Apakah ada sangkrah yang tersangkut ?

12 TRAINING WALL BRONJONG :

a. Apakah ada training wall mengalami perubahan aligment ?

b. Apakah ada kawat yang koyak ?

c. Apakah ada pangkal / ujung tembok terjadi gerowongan ?

d. Apakah ada kegiatan penduduk yang menyebabkan rusaknya kawat bronjong ? e. Apakah ada sangkrah yang tersangkut ?

13 PELIMPAH BANJIR :

a. Apakah puncak pelimpah ada yang retak ? b. Apakah ada kerusakan pada stilling basin ? c. Apakah ada ujung stilling basin terjadi

gerowongan ?

(34)

banyak sangkrah yang menyangkut ?

14 CONTROL STRUCTURE (PEMBAGI BANJIR)

a. Apakah ada bagian tembok pilar yang retak ? b. Apakah pintu dapat bergerak dengan bebas ? c. Apakah pintu dapat menutup dengan

sempurna ?

d. Apakah seal pintu yang perlu diganti ? e. Apakah stanby genset berfungsi ? f. Apakah sistem elktrikal dan mekanikal

berfungsi dengan baik ?

g. Apakah ada lampu penerangan yang rusak ? h. Apakah perlumasan dilakukan dengan baik ? i. Apakah alur di hulu tidak ada sampah yang

menyangkut ?

j. Apakah staf gauge dalam keadaan baik dan terbaca ?

k. Apakah pintu sudah waktunya di cat ? l. Apakah tanaman liar sudah perlu dibuat ? 15 DAERAH RETENSI (WADUK BANJIR)

a. Apakah pintu waduk berfungsi dengan baik ? b. Apakah ada bagian tanggul yang amblas

atau retak ?

c. Apakah permukaan lereng tanggul banyak tanaman liar yang perlu dipotong ? d. Apakah ada kegiatan penduduk yang dapat

mengancam kelestarian fungsi waduk ? e. Apakah banyak sampah yang menumpuk di

waduk ?

16 POMPA BANJIR

a. Apakah pompa berfungsi dengan baik ? b. Apakah stanby genset berfungsi ?

c. Apakah ada lampu penerangan yang rusak ? d. Apakah rumah pompa perlu diperbaiki ? e. Apakah stanby genset berfungsi ?

17 PINTU DRAINASE

a. Apakah pintu dapat bergerak dengan bebas ? b. Apakah pintu dapat menutup dengan

sempurna ?

c. Apakah didepan dan dibelakang pintu tidak banyak sangkarah ?

d. Apakah penggerak pintu terlumasi dengan baik ?

e. Apakah endapan lumpur / tanah / pasir sudah perlu dokerk ?

18 GROUNDSILL

a. Apakah ada bagian yang retak ?

b. Apakah ada ikatan bronjong yang koyak ? c. Apakah ada sangkrah yang menyangkut ? d. Apakah ada gerowongan dibagian hilir

atau alat pangkal groundsill ?

(35)

a. Apakah ada bagian puncak / sayap yang retak ?

b. Apakah ada sangkrah yang menyangkut di pelimpah dan di lubang bawah ?

c. Apakah permukaan tembok ditumbuhi tanaman liar ?

d. Apakah ada gerowongan di stilling basin ? e. Apakah check dam sudah penuh dengan

pasir ?

20 TIDAL GATE (SALINITY BARRIER)

a. Apakah pintu dapat bergerak dengan bebas ? b. Apakah pintu dapat menutup dengan

sempurna ?

c. Apakah permukaan pintu berlumut atau ditumbuhi kerang ?

d. Apakah seal pintu yang perlu diganti ? e. Apakah standby genset berfungsi ? f. Apakah sistem elektrikal dan mekanikal

berfungsi dengan baik ?

h. Apakah ada lampu penerangan yang rusak ? Keterangan:

● Dijawab dengan : ya atau tidak

●● Diisi dengan kode : PR (pemeliharaan rutin) PK (perbaikan khusus) PB (perbaikan berkala) PBT (pembetulan / rektifikasi) PR (reparasi/perbaikan ringan) RH (rehabilitasi)

12. Form OP-07 : Laporan Inspeksi Program Pemeliharaan Darurat di Sungai Tabel 6-12.

Form OP-07 : Laporan Inspeksi Program Pemeliharaan Darurat di Sungai

(36)

No .

Type Kerusaka n

Saran Perbaikan

Desa/ Kecamatan

Tenaga Bahan Peralatan

Type kerusakan cukup diisi dengan kode sbb :

A = Rembesan dibawah tanggul

B = Rembesan pada lereng tanggul

C = Retakan sepanjang puncak tanggul

D = Retakan sepanjang lereng tanggul

E = Erosi tebing di dekat tanggul

F = Tanggul bobol / putus

G = Gerusan yang luar biasa didekat bangunan

H = Tumpukan sangkrah dibaeah jembatan menyebabkan

kenaikan muka air di hulu dan erosi di hilir

I = Gerowongan yang luar biasa di dekat krib

J = Pintu macet karena tersumbat / terganjanl sangkrah

K = Type kerusakan lainnya, sebutkan

……….

……… ………

……… ………

13. Form OP-08 : Uraian Pekerjaan Pemeliharaan Bangunan Pengendali Banjir (Pemeliharaan Preventif)

(37)

Form OP-08 : Uraian Pekerjaan Pemeliharaan Bangunan Pengendali Banjir (Pemeliharaan

Sungai Uraian Pekerjaan Pemeliharaan Preventip

Tolok Ukur Pekerjaa n

1 Tanggul Tanah Penambahan puncak tanggul yang amblas m3

Pemasiran bagian tanggul yang retak m3

Penutupan bagian yang berlubang m3

Perbaikan lereng yang longsor m3

Perbaikan dasar tanggul yang terguras m3

Penyiapan rumput / tanaman liar m2

Penyiraman gembalan rumput (musim kering) m2

Penggantian gembalan rumput yang mati m2

Perbaikan dan pengecetan patok Km bh

Perbaikan dan pengecetan portal bh

Pemeliharaan jalan inspeksi tanggul km

Pembersihan dan perbaikan drainase tanggul bh

2 Tanggul tembok pas.

Batu Penambahan bagian pasangan yang copot m3

Perbaikan dasar tembok yang tergerus / gewong m3

Perbaikan permukaan tembok yang pecah / retak m2

Pencabutan tanaman lliar di permukaan tembok m2

Pembersihan lubang drain tembok bh

3 Tanggul tembok beton Perbaikan permukaan tembok yang pecah / retak m2

Perbaikan dasar tembok yang tergerus / growong m3

4 Krib dari tiang kayu Penggantian tiang krib yang patah / lapuk batang

Pembersihan sangkrah yang tersangkut m3

Perbaikan sistem penyambung yang lepas bh

Perbaikan tebing yang gerowong m3

5 Krib dari tiang beton Pembersihan sangkrah yang tersangkut m3

Perbaikan sistem penyambung yang rusak / retak bh

Perbaikan tebing yang gerowong m3

6 Krib bronjong Perbaikan kawat bronjong yang putus m3

Pembersihan sangkrah yang tersangkut m3

Perbaikan tebing yang gerowong m3

(38)

Batu

Perbaikan dasar tembok yang tergerus / gerowong m3

Perbaikan permukaan tembok yang pecah / retak m2

Pencabutan tanaman liar di permukaan tembok m2

Pembersihan lubang drain tembok bh

8 Revetment beton Perbaikan sistem penyambung yang rusak / retak bh

Perbaikan tebing yang gerowong m3

9 Alur sudetan / Flood

Way Perbaikan longsoran / gerusan tebing m3

Mengangkut samngkrah yang terdapat di alur m3

Mengeruk sedimen / sampah yang mengendap m2

Membersihkan tanaman liar di alur m2

10 Training wall dari urap

kayu Mempertahankan bentuk struktur training wall m'

Pembersihan sangkrah yang tersangkut m3

Perbaikan sistem pentambung yang lepas bh

Penggantian tiang krib yang patah / lapuk batang

Perbaikan terhadap gerowongan pada pangkal

training wall m

3

11 Training wall dari

bronjong Perbaikan kawat bronjong yang putus m2

Pembersihan sangkrah yang tersangkut m3

Perbaikan terhadap gerowongan pada pangkal

training wall m3

12 Pelimpah banjir Penambalan bagian pasangan yang copot m3

(dari tembok pas. batu) Perbaikan dasar tembok yang tergerus / gerowong m3

Perbaikan permukaan tembok yang pecah / retak m2

Pencabutan tanaman liar di permukaan tembok m2

Pembersihan lubang train tembok bh

Pembersihan sangkrah / sampah yang menyangkut m3

13 Pelimpah banjir Perbaikan permukaan tembok yang pecah / retak m2

(dari tembok beton) Perbaikan dasar tembok yang tergerus / gerowong m3

Pembersihan lubang drain tembok bh

Pembersihan sangkrah / sampah yang menyangkut m3

14 Pelimpah banjir Perbaikan dasar tembok yang tergerus / gerowong m3

(dari bronjong) Pembersihan sangkrah yang tersangkut m3

Pembersihan tanaman liar pada permukaan

bronjong m3

Perbaikan kawat bronjong yang putus m2

15 Control Structure Perbaikan permukaan tembok yang pecah / retak m2

(Bangunan Pembagi

Banjir) Pelumasan pintu pengendali lumpsum

Pengecatan pintu 1 th sekali m2

(39)

Perbaikan seal pintu ( 2 th an ) m'

Penggantian lampu penerangan yang putus bh

Pemeliharaan standby genset bh

Pembersihan sampah / sangkrah yang menyangkut m3

Pengerukan sedimen di sekitar pintu m3

Pembersihan tanaman liar di sekitarnya m3

Perbaikan dan pengecatan staf gauge bh

Perbaikan kerusakan pada stilling basin m3

16 Daerah Retensi Pelumasan pintu pengendali lumpsum

atau Waduk Banjir Pengecetan pintu 1 th sekali m2

Perbaikan sistem penggerak pintu ( 2 th an) bh

Pemeliharaan tanggul km'

Pembersihan tanaman liar m3

Pengerukan waduk ( 5 th sekali ) m3

Perbaikan dan pengecetan staff - gauge bh

17 Pompa banjir Perawatan pompa bh

Reparasi / service pompa ( 1 th sekali ) bh

Pemeliharaan standby genset bh

Pembersihan sampah / sangkrah yang menyangkut m3

Penggantian lampu penerangan yang putus bh

Pemeliharaan standby genset bh

Pemeliharaan gedung / rumah pompa lumpsum

18 Pintu drainase Pelumasan pintu pengendali lumpsum

atau Flape Gate Pengecatan pintu 1 th sekali m2

Perbaikan sistem penggerak pintu ( 2 th an ) bh

Pembersihan sampah / sangkrah m'

Pengerukan sedimen yang menumpuk disekitarnya m3

Pembersihan tanaman liar disekitarnya m3

Perbaikan retak pada tembok pila / sayap m2

19 Groundsill Bronjong Perbaikan dasar tembok yang tergerus / gerowong m3

Pembersihan singkrah yang tersangkut m3

Pembersihan tanaman liar pada permukaan

bronjong m3

Perbaikan kawat bronjong yang putus m2

20 Groundsill tembok

pasangan batu Penambahan bagian pasangan yang copot m3

Perbaikan dasar tembok yang tergerus / gerowong m3

Perbaikan permukaan tembok yang pecah / retak m2

Pencabutan tanaman liar di permukaan tembok m2

Pembersihan sangkrah / sampah yang menyangkut m3

21 Groundsill tembok beton Perbaikan dasar tembok yang pecah / retak m2

Perbaikan dasar tembok yang tergerus / gerowong m3

Pembersihan sangkrah / sampah yang menyangkut m3

(40)

Bronjong

Pembersihan sangkrah yang tersangkut m3

Pembersihan tanaman liar pada permukaan

bronjong m3

Perbaikan kawat bronjong yang putus m2

Perbaikan kerusakan pada stilling basin m3

23 Chek Dam dari pasangan

batu Penambalan bagian pasangan yang copot

m3

Perbaikan dasar tembok yang tergerus / gerowong m3

Perbaikan permukaan tembok yang pecah / retak m2

Pencabutan tanaman liar di permukaan tembok m2

Pembersihan sangkrah / sampah yang menyangkut m3

Perbaikan kerusakan pada stilling basin m3

Pembersihan lubang drain bh

24 Chek Dam dari Beton Perbaikan permukaan tembok yang pecah / retak m2

Perbaikan dasar tembok yang tergerus / gerowong m3

Pembersihan sangkrah / sampah yang menyangkut m3

Perbaikan kerusakan pada stilling basin m3

Pembersihan lubang drain bh

Pencabutan tanaman liar di sekitarnya m2

25 Tidal Gate Perbaikan permukaan tembok yang pecah / retak m2

(Salinity Barrier) Pelumasan pintu pengendali lumpsum

Pengecekan pintu 1 th sekali m2

Perbaikan sistem penggerak pintu ( 2 th an ) bh

Penggantian seal pintu ( 2 th an )

Pemeliharaan standby genset m'

Pembersihan sampah / sangkrah yang menyangkut m3

Pengerukan sedimen disekitar pintu m3

Pembersihan tanaman liar di sekitarnya m3

Perbaikan dan pengecetan staf gauge bh

Perbaikan kerusakan pada stilling basin m3

Pembersihan pintu dari lumut / kerang m2

(41)

6.2.2.1. Survey Pendahuluan

Persiapan kegiatan ini antara lain meliputi:

 Persiapan peralatan survey

 Persiapan bahan survey

 Membawa Surat Tugas, Lembar 2 SPPD.

Langkah kerja untuk melakukan inventarisasi dapat di uraikan sebagai berikut :

 Melakukan penelusuran sungai diawali dari hilir (muara) ke arah hulu sampai batas wilayah pendayagunaan.

 Mengisi form-form survey, sesuai dengan jenis bangunan konstruksi yang dijumpai pada saat penelusuran sungai.

 Mengecek penampang melintang sungai pada setiap potongan melintang hasil pengukuran terdahulu dan memberikan deskripsi pemanfaatan bantaran sungai di kiri dan kanan.

 Mencatat kondisi patok kontrol sungai, hilang/tidak ada ditempatnya.

 Mencatat posisi (menggunakan GPS) titik awal dan akhir setiap jenis konstruksi.

 Mendokumentasikan seluruh kegiatan survey, terkait dengan pengamatan langsung atau pemenuhan dokumentasi dalam rangka pengisian form survey.

 Menggambarkan beberapa pias sungai sesuai kondisi lapangan ke dalam pias sungai sesuai dengan RPP Sungai, baik untuk sungai dengan tanggul ataupun tanpa tanggul.

6.2.2.2. Survey Pengisian Form Pemeliharaan

A. Kegiatan Survey Inventarisasi Bangunan Pelengkap Sungai dengan Form Survey

(42)

Untuk mengetahui kondisi bangunan pengendali secara umum adalah melakukan inventarisasi awal kondisi setiap bangunan pengendali banjir serta kondisi sungai (air sungai, alur dan bantaran serta bahan-bahan sungai) namun masih bersifat kualitatif. Form inventarisasi awal ini seperti disajikan pada Form OP-2. Pada kegiatan ini sudah diketahui kondisi bangunan secara umum dengan kondisi sangat memuaskan, cukup memuaskan atau tidak memuaskan. Jika hasil inspeksi awal menunjukkan kondisi bangunan sangat memuaskan artinya banguna tersebut tidak memerlukan perbaikan, namun tetap memerlukan pemeliharaan preventif dengan inspeksi berkala. Jika kondisi bangunan cukup memuaskan, tetap memerlukan pemeliharaan preventif dengan inspeksi rutin. Sebaliknya jika hasil inspeksi menunjukkan kondisi tidak memeuaskan lagi maka perlu kegiatan pemeliharaan. Pemeliharaan ini bisa pemeliharaan korektif maupun darurat tergantung kondisi kerusakan yang terjadi.

Untuk menemukan jenis kerusakan secara detail lokasi kerusakan, maka perlu dilakukan pengisisan Form OP-3 yang berisi inventarisasi jenis bangunan sungai serta kerusakan apa saja yang terjadi. Pemelliharaan bangunan pengendali banjir tidak hanya mencakup pemeliharaan terhadap fisik bangunan sungainya tetapi juga meliputi alur sungai dan fasilitas penunjang kegiatan pengendalian banjir. Oleh karena itu, untuk menjaga tetap berfungsinya sungai serta fasilitas penunjang sebagai satu kesatuan komponen dalam upaya pengendalian banjir diperlukan juga inventarisasi terhadap kondisi alur sungai dan bantarannya.

Inspeksi tentang kondisi alur sungai dan bantaran sungai berisi antara lain pemanfaatan alur sungai serta bantaran dan daerah retensi (daerah penguasaan sungai), apakah terdapat perubahan morfologi sungai, apakah terjadi pelanggaran pemanfaatan daerah penguasaan sungai dan lain sebagainya. Sehingga dari hasil inspeksi ini akan bisa diambil tindakan jika terjadi kerusakan atau perubahan morfologi dan regim sungai yang mempengaruhi arus aliran banjir. Format inspeksi untuk kondisi alur dan bantaran sungai (daerah penguasaan sungai) disajikan pada Form OP-4.

Fasilitas penunjang bangunan pengendali banjir dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yakni : kelompok bangunan sipil, kelompok peralatan operasional, kelompok alat pemantau dan pengolah data serta sarana komunikasi. Untuk mengetahui secara detil kondisi dari setiap item fasilitas penunjang diperlukan inspeksi rutin maupun berkala pada semua fasilitas tersebut. Format yang perlu diisi seperti dituliskan pada Form OP-5 yang terdiri dari Form OP-5A yang berisi inspeksi untuk kelompok bangunan sipil, Form OP-05B untuk kelompok peralatan operasional, Form OP-05C untuk kelompok alat pemantau dan pengolah data serta Form OP-05D untuk kelompok alat-alat komunikasi.

Laporan inspeksi bangunan sungai untuk pemeliharaan preventif bisa dilaporkan dalam

(43)

Sedangkan rincian volume pekerjaan pemeliharaan secara keseluruhan dari bangunan pengendali banjir seperti diuraikan pada Form OP-08. Pada setiap prasarana dilakukan Penilaian Kondisi yang merupakan hasil evaluasi atas kondisi terkini.

Kegiatan survey ini berupa survey orientasi dan observasi visual lokasi pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi serta data-data primer se-optimal mungkin yang selanjutnya akan dilakukan studi awal (desk study).Pada tahapan pekerjaan ini dilakukan survey awal terhadap masing-masing sungai dengan tujuan untuk mengetahui kendala dan gangguan (permasalahan eksisting) yang kiranya dapat terjadi pada waktu survey inventarisasi secara mendetail.

Pekerjaan yang dilakukan pada survey pendahuluan ini antara lain melakukan survey lingkungan sungai dan mengumpulkan informasi masyarakat terhadap bangunan yang ada pada alur sungai yang kemudian di kumpulkan dan dianalisis sehingga dapat ditentukan gambar as builtnya. Lingkup kegiatan survey pendahuluan mencakup beberapa tinjauan yang terbagi dalam 4 aspek sebagai berikut:

1. Aspek Teknis

Aspek teknis secara umum meninjau dan menilai hal-hal sebagai berikut : a) Kondisi topografi dan morfologi,

b) Kondisi hidrologi (luas DAS) dan hidrolis (base flow), c) Kondisi detail bangunan SDA eksisting,

d) Ketersediaan material (timbunan) dan bahan bangunan lainnya,

e) Ada tempat bangunan pengendali/retensi yang stabil dan ekonomis (khususnya untuk bendungan tipe urugan).

f) Pencapaian lokasi.

g) Efektifitas Dimensi Bangunan SDA Lainnya. h) Peruntukan lainnya.

2. Aspek Sosial

Aspek sosial secara umum akan meninjau dan menilai hal-hal sebagai berikiut :

a) Kondisi tataguna lahan dan status lahan pada daerah yang mengalami kerusakan sebagai akibat daya rusak air,

b) Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat setempat,

c) Respon penduduk terhadap bangunan SDA eksisting serta rencana proyek selanjutnya,

(44)

e) Respon Pemerintah Daerah terhadap bangunan SDA eksisting serta rencana proyek selanjutnya.

3. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan membahas dampak kerugian jiwa dan material yang ditimbulkan baik oleh kondisi SDA maupun rencana proyek mendatang yang harus ditekan sekecil mungkin.

4. Aspek Ekonomi

Perkiraan nilai manfaat ekonomi bangunan SDA eksisting dan rencana proyek mendatang. Adapun dari uraian diatas dibuatlah bagan alir kegiatan sebagai berikut :

Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten

(45)

Gambar 6-1. Bagan Alir Kegiatan Survey Inventarisasi Bangunan

Sungai

B. Penentuan Posisi Dengan GPS

Survey penentuan posisi dengan GPS (survey GPS) secara umum dapat didefinisikan sebagai proses penentuan koordinat dari sejumlah titik terhadap beberapa buah titik yang telah diketahui koordinatnya, dengan menggunakan metode penentuan posisi diferensial (differential positioning) serta data pengamatan fase (carrier phase) dari sinyal satelit GPS (Global Positioning Sistem). Yang selanjutnya titik-titik koordinat hasil penentuan posisi

Persiapan

Pengadaan Alat & Pelatihan Petugas

Form-form Survey Validasi Data & Analisis

Penggunaan Sistem Pengumpulan Data Sekunder

Pembuatan Rencana Rute Penelusuran dan Jadwal

Pemberitahuan Instansi terkait & Masyarakat

(46)

dengan GPS tersebut, digunakan sebagai titik referensi (titik awal) pengukuran dan hitungan untuk kerangka dasar pemetaan topografi.

GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola Amerika Serikat. Sistem yang terdiri atas 24 satelit ini dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca, serta didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti dan juga informasi mengenai waktu secara kontinyu di seluruh dunia.

Gambar 6-1. Geometrik lintasan orbit satelit GPS di angkasa

Patut dicatat disini bahwa posisi yang diberikan oleh GPS adalah posisi tiga dimensi (X,Y,Z ataupun ,,h) yang dinyatakan dalam datum WGS (World Geodetic System) 1984. Dengan GPS, titik yang akan ditentukan posisinya dapat diam (static positioning) ataupun bergerak (kinematic positioning). Posisi titik dapat ditentukan dengan menggunakan satu receiver GPS terhadap pusat bumi dengan menggunakan metode absolute (point) positioning, ataupun terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya (monitor station) dengan menggunakan metode differential (relative) positioning yang menggunakan minimal dua receiver GPS. GPS dapat memberikan posisi secara instant (real-time) ataupun sesudah pengamatan setelah data pengamatannya diproses secara lebih ekstensif (post processing) yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik.

(47)

Data pengamatan dasar GPS adalah waktu tempuh (t) dari kode-kode P dan C/A serta fase (carrier phase, ) dari gelombang pembawa L1 dan L2.

Seseorang dapat mengamati sebagian atau seluruh jenis pengamatan di atas bergantung pada jenis dan tipe alat penerima sinyal GPS (GPS receiver) yang digunakan. Hasil pengamatan ini terkait dengan posisi pengamatan (X,Y,Z) serta parameter-parameter lainnya melalui hubungan yang dapat diformulasikan secara umum berikut ini :

P

i

=

ρ

+

+

dtrop

+

dion

i

+(

dt

dT

)+

MPi

Pi

L

i

=

ρ

+

+dtrop

+

dion

i

+(

dt

−dT

)+

MCi+

λ

i

.

N

i

+

ϑ

C

i

dimana:

Pi = c.t

i

= pseudorange pada frekuensi fi (m), (i=1,2),

Li = λi.φi

= jarak fase (carrier range) pada frekwensi fi(m),(i=1,2),

ρ = jarak geometris antara pengamat (X,Y,Z) dengan satelit (m),

c = kecepatan cahaya dalam vakum (m/s), λ = panjang gelombang dari sinyal (m)

= c /f (f adalah frekwensi),

dP = kesalahan jarak yang disebabkan oleh kesalahan ephemeris (orbit),

dtrop

= bias yang disebabkan oleh refraksi troposfer (m),

dion = bias yang disebabkan oleh refraksi ionosfer(m) pada frekwensi fi (m),

dt ,dT

= kesalahan dan offset dari jam GPS receiver dan jam satelit (m),

MPi, MCi

= efek dari multipath pada hasil pengamatan Pi dan Li (m),

N1, N2 = ambiguitas fase dari pengamatan fase sinyal-sinyal L1 dan L2

(dalam jumlah gelombang), dan

P

ϑ

i

, C

ϑ

i = gangguan (noise) pada hasil pengamatan P

(48)

Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua dimensi, 2D atau tiga dimensi, 3D) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Posisi tiga dimensi (3D) suatu titik di permukaan bumi umumnya dinyatakan dalam suatu sistem koordinat geosentrik. Bergantung pada parameter-parameter pendefinisi koordinat yang digunakan, dikenal dua sistem koordinat yang umum digunakan, yaitu sistem koordinat Kartesian/siku-siku ruang (X,Y,Z) dan sistem koordinat Geodetik (L, B, h).

Kedua sistem koordinat di atas penting sehingga hubungan kedua sistem koordinat tersebut perlu ditentukan, agar dapat dilakukan transformasi antar sistem koordinat.

Gambar 6-3. Posisi titik dalam sistem koordinat Geosentrik

(49)

Gambar 6-4. Hubungan antara sistem koordinat Geodetik dengan sistem koordinat Kartesian/siku-siku ruang

Bila koordinat Kartesian/siku-siku ruang ditulis sebagai (X,Y,Z) dan koordinat geodetik ditulis sebagai (L,B,h), maka hubungan antara keduanya dapat ditulis sebagai:

X = (N + h) cos L cos B Y = (N + h) cos L sin B Z = [N(1-e2) + h] sin L

Keterangan:

N = Jari-jari normal = a/ (1- e2 sin2 L)1/2

a = Setengah sumbu panjang ellipsoid b = Setengah sumbu pendek ellipsoid

e = Eksentrisitas pertama ellipsoid = [(a2 – b2) / a2]1/2

h = Tinggi suatu titik di atas bidang ellipsoid

Hubungan kebalikannya dapat ditulis sebagai:

L = Arc. Tan [(Z + (e’)2 b sin3) / (p – e2 a cos3)]

B = Arc. Tan [Y / X] h = [p / cos L] – N Keterangan

P = [X2 + Y2]1/2

 = Arc. Tan [(Z.a) / (p.b)] e’ = [(a2 – b2) / b2]1/2

(50)

6.2.3 Pengolahan Data Survey 6.2.3.1. Analisa hidrologi

DOKUMEN USULAN TEKNIS

(51)

Gambar 6-2. Bagan Alir Analisa Hidrologi

1). Analisa Data Curah Hujan

Beberapa stasiun pengukur curah hujan biasanya mengalami kekosongan data karena kerusakan alat, pengamat kurang teliti, data hilag dan lain-lain. Menurut prosedur yang digunakan oleh US. Environmental Data Service, jumlah data yang hilang dihitung dari pengamatan tiga stasiun terdekat, sedapat mungkin memiliki jarak yang sama atau hampir sama antara stasiun satu dengan stasiun lain. Cara yang digunakan untuk menghitung besarnya curah hujan yang hilang dinamakan cara ratio normal. Syarat untuk dapat menggunakan cara ini adalah tinggi hujan rata-rata tahunan di pos penakar hujan yang datanya hilang diketahui, disamping dibantu dengan data tinggi hujan rata-rata tahunan dan data pada saat data hilang pada pos-pos penakar disekitarnya, rumus yang digunakan adalah (Soemarto, 1987):

dx = 1

n

i=1

n

(

diAnx Ani

)

Untuk :

dx = data hujan yang hilang di pos x (mm)

n = banyaknya Pos Penakar hujan di sekitar pos x

di = data hujan di pos penakar hujan i di sekitar pos x (mm) Anx = tinggi hujan rata-rata tahunan di pos x (mm)

Ani = tinggi hujan rata-rata tahunan di pos i (mm)

Curah hujan rata-rata daerah dapat dihitung dengan menggunakan tiga cara yaitu :

(52)

 Cara Poligon Thiesen

 Cara Isohyet.

2). Curah Hujan Rancangan

Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar tahunan dengan suatu probabilitas kejadian tertentu dalam periode ulang tertentu. Curah hujan rancangan diperlukan sebagai data masukan pada analisis debit banjir rancangan maupun analisis modulus drainase. Untuk itu perlu dilakukan analisis curah hujan rancangan.

Metode yang digunakan untuk melakukan analisis curah hujan rancangan dengan periode kala ulang tertentu adalah sebagai berikut :

a). Distribusi Normal

Distribusi Normal banyak digunakan dalam analisis hidrologi, misal dalam analisis frekuensi curah hujan, analisis statistik dari disribusi rata-rata curah hujan tahunan, debit rata-rata tahunandan sebagainya. Distribusi Normal atau Kurva Normal disebut pula Distribusi Gauss. Fungsi densitas peluang normal (normal probability density function) dari variabel acak kontinyu X dapat ditulis sebagai berikut (Soewarno; 1995):

P(X)= 1

σ

2πe

−1 2

(

Xμ σ

)

2

Untuk :

P(X) = fungsi densitas peluang normal (ordinat kurva normal)

π = 3,14156

e = 2,71828

X = variabel acak kontinyu µ = rata-rata dari nilai X

 = deviasi standar dari nilai X

Data variabel yang telah dihitung besarnya peluang atau periode ulangnya, selanjutnya selanjutnya apabila digambarkan pada kertas grafik peluang, umumnya akan membentuk persamaan garis lurus. Persamaan umum yang digunakan adalah :

X

=

X

+

k

.

S

(53)

X = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan besarnya peluang tertentu atau pada periode ulang tertentu.

X

= nilai rata-rata hitung variat

S = standar deviasi nilai variat

k = faktor frekwensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model matematik dari distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang (tabel Nilai Reduksi Gauss (k) )

b). Distribusi Gumbel Tipe I

Distribusi Tipe I Gumbel atau disebut juga dengan distribusi ekstrem tipe I (extreme type I distribution) umumnya digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya untuk analisis frekuensi banjir. Persamaan empiris untuk distribusi Gumbel Tipe I sebagai berikut

X = Nilai yang diharapkan terjadi untuk kala ulang tertentu (mm)

X = Nilai rata-rata hitung data X (mm)

K = Faktor frekuensi

= n

YT = Reduced mean atau nilai reduksi data dari variabel yang diharapkan terjadi pada periode ulang tertentu

=

Yn = Nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah data (n) dan

dapat dilihat pada Tabel. dapat dilihat pada Error: Reference source not found.

Sn = Reduced standard deviation yang nilainya tergantung dari jumlah data (n) dan dapat dilihat pada Hubungan antara Deviasi Standar (Sn) dan Reduksi Data dengan Jumlah Data (n)

(54)

=

i=1

n

(

XiX

)

2 n−1

n = Jumlah data

CS = Koefisien kepencengan

CK = Koefisien kurtosis

c). Distribusi Log-Pearson Tipe III

Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil transformasi dari distribusi Pearson Tipe III dengan menggantikan data menjadi nilai logaritmik. Persamaan distribusi Log Pearson Tipe III dapat ditulis sebagai berikut :

Log Xt =

Log

X

+

(

k

.S log X

)

Untuk :

Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)

Log

X

= Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)

(

S logX

)

= Standar deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan

=

t=1

n

(

Log Xt−Log X

)

2 n−1

CS = koefisien kepencengan

=

n.

(

logX−logX

)

3

(

n−1

)

.

(

n−2

)

.

(

SlogX

)

3

CK = koefisien kurtosis

=

n

2

(

logX

logX

)

4

(

n

1

)×(

n

2

)×(

n

3

(

S

log

X

)

4

(55)

Apabila nilai CS = 0, maka distribusi log Pearson tipe III identik dengan distribusi log normal, sehingga distribusi kumulatifnya akan tergambar sebagai garis lurus pada kertas grafik normal.

Perhitungan distribusi hujan dapat juga dilakukan dengan menggunakan program bantu SMADA V 6.0. dengan program ini dapat diketahui distribusi hujan untuk berbagai metode.

Gambar 6-3. Tampila

n Software SMADA V.6.0

(56)

Gambar 6-4. Bagan Alir Uji Kesesuaian

(57)

Data yang dipakai untuk mengestimasi banjir rancangan (design flood) ataupun debit andalan (depandable discharge). Menggunakan analisa frekuensi belum tentu sesuai dengan distribusi-distribusi yang dipilih, untuk itu perlu dilakukan uji kesesuaian distribusi.

Karena pengolahan data kertas pada distribusi didasarkan pada dua sistem ordinat, yang umumnya dikenal dengan peluang (%) sebagai absis (skala normal / log), dan nilai ekstrim (banjir / hujan) sebagai ordinat (skala normal / log). Maka sebagian data ini diasumsikan bisa mewakili suatu kurva teoritis, dalam hal ini bisa berupa garis lurus atau lengkung, sesuai dengan jenis skala yang dipakai.

Menurut Ersin Seyhan (Seyhan, 1983), untuk menjamin bahwa pendekatan empiris (berupa pengeplotan data) benar-benar bisa mewakili (diwakili) oleh kurva teoritis, perlu dilakukan pengujian kesesuaian distribusi, yang biasa dikenal dengan nama Test of Goodness of a fit, Pemeriksaan uji kesesuaian distribusi ini dimaksudkan untuk :

 Mengetahui apakah data tersebut benar sesuai dengan distribusi teoritis yang dipakai.

 Mengetahui apakah hipotesa tersebut dapat digunakan atau tidak untuk perhitungan selanjutnya.

Dalam studi ini digunakan tiga macam uji agihan, yaitu : uji Chi-Square, least Square dan uji Smirnov-Kolmogorov.

a). Uji Chi-Square (X2-Test)

Uji ini mengkaji ukuran perbedaan yang terdapat di antara perbedaan frekuensi yang diobservasi dengan yang diharapkan dan digunakan untuk menguji simpangan secara vertikal, yang ditentukan dengan persamaan :

X2hitung =

i=1

G

(

O iEi

)

2

Ei

Untuk : X2

hitung = uji statistik

G = jumlah sub - kelompok

(58)

X2 hit < X2 tabel

b). Uji Smirnov-Kolmogorov

Uji kesesuaian ini digunakan untuk melakukan pengujian simpangan secara horisontal. Uji ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

 Mengurutkan data curah hujan harian maksimum dari nilai terkecil ke nilai terbesar

 Memplot harga curah hujan harian maksimum Xt dengan harga probabilitas Weibull (Soewarno; 1995) :

S

n

(

x

) =

n

N

+

1

. 100

Untuk :

Sn (x) = probabilitas (%) n = nomor urut data

N = jumlah total data

Pengujian terhadap kesesuaian data dengan menggunakan Error: Reference source not found dengan parameter banyaknya data (n), tingkat kepercayaan / signifikan level (), dan cr.

Hitung nilai selisih maksimum antara distribusi teoritis dengan distribusi empiris dengan persamaan :

Δ

maks

= |

Pe

(

x

)−

Pt

(

x

)|

Untuk :

maks = selisih antara probabilitas empiris dan teoritis Pe (x) = peluang empiris

Pt(x) = peluang teoritis

membandingkan nilai cr dan maks, dengan ketentuan jika :

cr < maks  maka distribusi ditolak

cr > maks  maka distribusi diterima

(59)

Uji kesesuaian ini digunakan untuk melakukan pengujian berdasarkan nilai prediksi distribusi dengan kuadrat terkecil. Nilai pengujian terkecil berarti distribusi tersebut memiliki simpangan yang terkecil dan sebaliknya. Simpangan kuadrat didapat dengan rumus berikut :

=

(

X

X '

)

2

n

untuk :

X = data

X’ = prediksi distribusi

n = jumlah data

4). Koefisien Pengaliran (C)

Koefisien pengaliran adalah waktu atau nilai banding antara bagian hujan yang membentuk limpasan langsung dengan hujan total yang terjadi, atau dengan kata lain waktu variable yang didasarkan pada kondisi daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh didaerah tersebut.

Kondisi dan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :

• Keadaan hujan.

• Tata guna lahan.

• Kemiringan lahan dan kemiringan dasar sungai.

• Daya infiltrasi dan perkolasi tanah.

• Luas dan bentuk daerah pengaliran.

• Suhu udara, angin serta evaporasi.

• Kelembaban tanah.

Pemilihan koefisien pengaliran harus mempertimbangkan kemungkinan adanya perubahan tata guna lahan dikemudian hari. Koefisien pengaliran didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah air hujan yang melimpas di atas permukaan (Runoff) dengan jumlah curah hujan yang terjadi.

Koefisien Pengaliran

(C

) =

Jumlah Limpasan

Jumlah Curah Hujan

(60)

Tabel 6-14.

Koefisien Pengaliran Berdasarkan Tataguna lahan

Tataguna Lahan C Tataguna Lahan C

 Perkantoran

 Daerah Stasiun KA

 Daerah Tak Berkembang

 Jalan Raya

(61)

Tataguna Lahan C Tataguna Lahan C

0.95

Sumber: Chay Asdak; 2004

Tabel 6-15.

Harga Koefisien Pengaliran Berdasarkan Daerah Pengaliran

Keadaan Daerah Aliran Koefisien Aliran

(C) Bergunung dan curam

Pegunungan tersier

Sungai dengan tanah dan hutan di bagian atas dan bawah

Tanah datar yang ditanami Sawah waktu diairi

Sungai bergunung Sungai dataran

0,75 – 0,90 0,70 – 0,80 0,50 – 0,75 0,45 – 0,60 0,70 – 0,80 0,75 – 0,85 0,45 – 0,75

Sumber: Joesron Loebis, 1984

Catatan: Umumnya daerah dengan tanah permeabel, datar dan bervegetasi mempunyai nilai C terkecil. Daerah sempit dengan tanah padat, kemiringan sedang hingga tinggi dan bervegetasi jarang diberi nilai C Besar.

(62)

Gambar 6-5. Perhitu ngan Debit Banjir

Rencana

a. Metode Haspers

Gambar

Tabel 6-1.
Tabel 6-2.
Tabel 6-3.
Tabel 6-4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data primer dan sekunder. Data primer dimaksudkan untuk memperoleh data sebagai bahan penelitian ini. Data primer tersebut

Setelah data primer dan data sekunder terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data agar data tersebut dapat digunakan dalam analisis kinerja ruas jalan Cipto

Tujuan melakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data-data pokok baik data primer maupun data sekunder, yang selanjutnya akan digunakan dalam pengolahan dan juga analisa

Data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari perusahaan dan data sekunder dimana peneliti memperoleh data sekunder dengan melakukan penyebaran kuesioner di

Data sekunder ini digunakan data pelengkap data primer, yang digunakan untuk memperoleh data tentang hubungan konsep diri dengan penyesuaian diri di Panti Asuhan Darul

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data primer dan sekunder. Data primer dimaksudkan untuk memperoleh data sebagai bahan penelitian ini. Data primer tersebut

Teknik perolehan data secara kualitatif yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah wawancara mendalam, observasi, literatur, dan FGD (Focus Grup Discussion) yang

Adapun kegiatan pengumpulan data primer meliputi observasi lapangan survey awal dan pengukuran topografi di lokasi penelitian 3.3.4 Pengolahan Data Pengolahan data merupakan