• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Ukuran dan Faktor Kondisi Beber

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Struktur Ukuran dan Faktor Kondisi Beber"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

321 PRESENTASI POSTER

STRUKTUR UKURAN DAN FAKTOR KONDISI BEBERAPA JENIS IKAN FAMILI CICHLIDAE DI WADUK IR. H. DJUANDA JAWA BARAT1

Arip Rahman 2, Dimas Angga Hedianto2, Sri Endah Purnamaningtyas2 ABSTRAK

Penelitian tentang struktur ukuran dan faktor kondisi beberapa jenis ikan family Cichlidae telah dilaksanakan di Waduk Djuanda Jawa Barat dari bulan Januari-Desember 2011. Sampel ikan diperoleh dari hasil tangkapan jaring insang dengan ukuran mata jaring 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; dan 4 inci. Jaring dipasang sejajar garis pantai pada pukul 16.00 Wib, diangkat pada jam 06.00 Wib hari berikutnya. Jenis ikan yang diteliti diantaranya: Oscar (Amphilophus citrinelus), Golsom (Hemicromis elongatus) dan Nila (Oreochromis niloticus). Informasi mengenai struktur ukuran dan faktor kondisi tiga spesies ikan dari famili Cichlidae berguna untuk pengelolaan dan pemeliharaan keseimbangan biologi pada suatu ekosistem. Ukuran ikan yang tertangkap, oscar (9,5-11,4 cm), golsom (7,5-8,9 cm) dan nila (16-18,4 cm) . Nilai faktor kondisi ketiga jenis ikan berkisar antara 0,66-2,21, yang menandakan kondisinya baik. Pendugaan periode reproduksi berdasarkan fluktuasi nilai faktor kondisi menjelaskan bahwa ketiga jenis ikan memiliki periode reproduksi yang berbeda. Perbandingan nilai berat relatif (Wr), A. citrinellus dan O. niloticus memiliki nilai Wr > 100 yang menyatakan bahwa ketersediaan pakan cukup melimpah dan kurangnya pesaing atau predator, sementara H. elongatus kondisinya terbagi dua diduga disebabkan oleh tekanan predator dan penangkapan yang terjadi pada saat umur muda.

Kata Kunci: Struktur ukuran, faktor kondisi, family cichlidae, Waduk Ir. H. Djuanda

PENDAHULUAN

Waduk Djuanda yang terletak di Kabupaten Purwakarta memiliki luas genangan maksimum 8300 ha, kedalaman maksimum 95 m atau kedalaman rata-rata 36,4 m (Tjahjo, 1986). Hasil tangkapan ikan didominasi oleh ikan introduksi berasal dari ikan yang terlepas dari Keramba Jaring apung (KJA) yang terdapat di waduk tersebut. Jenis ikan introduksi antara lain meliputi ikan golsom, oskar, nila, bandeng dan lainnya (Tjahjo & Purnamaningtyas, 2009).

Pengetahuan tentang aspek biologi ikan seperti hubungan panjang-bobot, faktor kondisi, pertumbuhan, rekruitmen dan mortalitas, berguna untuk pengelolaan sumberdaya perikanan di suatu perairan. Richter (2007) dan Blackwell (2000), menyebutkan, pengukuran panjang-bobot ikan berguna untuk mengetahui variasi berat dan panjang tertentu secara individual atau kelompok-kelompok individu kecuali itu dapat digunakan sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, produktivitas dan kondisi fisologis ikan.

Faktor kondisi ikan berkaitan dengan kelangsungan hidup suatu spesies tertentu dan derajat kegemukan, dapat diketahui melalui bobot ikan yang dijadikan sampel (Pauly, 1983). Dilihat dari segi makanan, faktor kondisi merupakan akumulasi dari lemak dan perkembangan gonad (Le Cren, 1951). Nilai faktor kondisi juga dapat memberikan informasi untuk menentukan kapan waktu matang gonad (Weatherley, 1972). Perbedaan nilai faktor kondisi dari suatu jenis ikan mengindikasikan kematangan seksual, derajat ketersediaan sumber makanan, umur dan jenis kelamin (Dhakal & Subba, 2003). Efek dari perubahan lingkungan di suatu perairan akan berpengaruh terhadap nilai faktor kondisi dari suatu spesies ikan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan dan faktor kondisi dari tiga jenis ikan yang termasuk famili Cichlidae yaitu jenis oscar

1 Poster dipresentasikan pada Seminar Nasional Perikanan Indonesia Sekolah Tinggi Perikanan,

Jakarta, 19-20 November 2015

2 Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. Jl. Cilalawi No. 1 Jatiluhur-Purwakarta

(2)

322

(Amphilophus citrinellus), golsom (Hemicromis elongatus) dan nila (Oreochromis

niloticus) yang merupakan jenis ikan introduksi dan banyak diketemukan di Waduk

Djuanda dimana di dalam suatu ekosistem sangat perlu dikelola dengan baik.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Waduk Djuanda pada bulan Januari-Desember 2011. Lokasi pengambilan sampel yang dianggap mewakili daerah penelitian, meliputi Jamaras, DAM, Keramba jaring apung, Cilalawi, Kerenceng dan Bojong (Gambar 1).

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Waduk Djuanda

Contoh ikan diperoleh dari hasil tangkapan jaring insang dengan ukuran mata jaring, yang berbeda, berturut-turut 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; dan 4 inci, Panjang ikan diukur dengan ketelitian 1 mm dan bobot ikan diukur dengan ketelitian 1 gram.

Hubungan panjang-bobot ikan dianalisis dengan menggunakan rumus persamaan dari Pauly (1983):

Dimana:

W = Bobot ikan (g) L = Panjang total (cm)

a = intercept (perpotongan antara garis regresi dengan sumbu y) b = koefisien regresi (sudut kemiringan garis)

Nilai a dan b diperoleh dari regresi linear panjang dan bobot ikan. Nilai korelasi (r2) merupakan derajat hubungan antara panjang dan bobot yang dihitung dari analisis regresi linier. Nilai b yang diperoleh diuji ketepatannya terhadap nilai b=3 menggunakan uji-t dengan tingkat kepercayaan 95% untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan tersebut apakah alometrik (b ≠ 3) atau isometrik (b = 3)

(3)

323 dimana:

K = nilai faktor kondisi fulton W = bobot ikan (g)

L = panjang ikan (cm)

Selain nilai faktor kondisi fulton, untuk menilai kelangsungan hidup, sebagai pembanding dapat menggunakan perhitungan bobot relatif (Wr)

dimana:

citrinelus) merupakan ikan yang tertangkap paling banyak selama penelitian dengan

jumlah sampel 815 ekor, dengan panjang berkisar antara 5,9-23 cm dan bobot berkisar antar 4.18-298 g. Ikan golsom (Hemicromis elongatus) yang tertangkap sebanyak 168 ekor dengan panjang berkisar antara 6-13.4 dan bobot berkisar antara 2-52,02 g. Ikan nila (Oreochromis niloticus) yang tertangkap sebanyak 99 ekor dengan panjang berkisar antara 8,5-26,7 cm dan bobot berkisar antara 15-406 g.

Hubungan panjang-bobot dari ketiga jenis ikan digambarkan pada grafik (Gambar 2). Dari grafik tersebut, untuk ikan golsom terlihat terbagi kedalam dua kelas ukuran yaitu kisaran ukuran 7-9 cm dan kisaran ukuran 11-13 cm. Hubungan panjang-bobot Ikan nila digambarkan dengan persamaan W=0.0131L3.139, Ikan Golsom digambarkan dengan persamaan W=0.0209L2.957 dan Ikan Oscar W=0.0165L3.089. Sementara itu sebaran ukuran dari ketiga jenis ikan Cichlidae yang tertangkap disajikan pada Gambar 3.

Tabel 1. Estimasi parameter hubungan panjang-bobot jenis ikan family cichlidae

(4)

324

Gambar 2. Hubungan panjang-bobot ketiga jenis ikan cichlidae

Gambar 3. Sebaran ukuran ketiga jenis ikan cichlidae selama penelitian

(5)

325

Gambar 4. Distribusi panjang total ikan nila di Waduk Ir. H. Djuanda berdasarkan bulan

(6)

326

Panjang Total (TL)

(7)

327

Gambar 6. Distribusi panjang ikan golsom di Waduk Ir. H. Djuanda

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai faktor kondisi dan hubungan panjang total dan bobot relatif disajikan pada Gambar 7 dan 8.

(8)

328

Gambar 7. Faktor kondisi ketiga jenis ikan Cichlidae

Gambar 8. Hubungan panjang total dan bobot relatif (Wr)

BAHASAN

(9)

329

Berdasarkan hasil uji pada nilai b dari ketiga jenis ikan yang diteliti, ketiganya memiliki pola pertumbuhan isometrik. Hal tersebut mengindikasikan ikan yang diteliti memiliki pola pertumbuhan yang normal yaitu pertambahan bobot sebanding dengan pertambahan panjangnya. Secara umum nilai b bergantung pada kondisi fisiologis dan lingkungan seperti suhu, pH, letak geografis dan teknik sampling (Jenning et al., 2001). Nilai b juga bergantung pada kondisi biologis seperti perkembangan gonad dan ketersediaan makanan (Froese, 2006).

Faktor kondisi mencerminkan karakteristik morfologi tubuh, kandungan lipid dan tingkat pertumbuhan (Bister et al., 2000; Rypel & Richter, 2008; Froese, 2006; Stevenson & Woods, 2006). Faktor kondisi ketiga jenis ikan disajikan pada Gambar 7. Faktor kondisi (k) tersebut dihitung dengan menggunakan perhitungan Fulton yang mensyaratkan pola pertumbuhan yang dihitung faktor kondisinya memiliki pola pertumbuhan isometrik. Pada waktu nilai faktor kondisi terendah diduga suatu spesies sedang memulai periode reproduksi sampai nilai faktor kondisi tertinggi. Setelah mencapai nilai faktor kondisi tertinggi, suatu spesies mengalami masa recovery (Lizama, M. de los A.P. & Ambrosio, A.M., 2002).

Faktor kondisi untuk H. elongatus nilai faktor kondisi berkisar 0,66-2,14, nilai faktor kondisi terendah terjadi pada bulan Desember dan tertinggi pada bulan Agustus. Dilihat dari nilai faktor kondisinya, diduga H. elongatus memiliki dua periode reproduktif yaitu pada bulan Mei-Agustus dan Desember-Januari. Berdasarkan nilai faktor kondisi,

O. niloticus diduga memiliki dua periode reproduktif yaitu pada bulan Maret-Oktober

dan November-Januari. Sedangkan A. citrinellus berdasarkan nilai faktor kondisinya diduga memiliki dua periode refroduktif yaitu bulan Februari-Mei dan Agustus-Januari.

Dari ketiga jenis ikan cichlid tersebut diatas, berdasarkan nilai faktor kondisinya, diduga memiliki periode reproduksi yang berbeda-beda. Braga (1986), menyatakan bahwa nilai faktor kondisi sangat bergantung pada musim dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Informasi tersebut dapat digunakan untuk pengelolaan sumberdaya ketiga jenis Cichlid selanjutnya.

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai berat relatif (Wr) H. elongatus berkisar antara 39,84-237,67 g dengan persentase Wr < 100 g sebesar 54,76% dan Wr > 100 g sebesar 45,24%. O. niloticus memiliki nilai berat relatif (Wr) berkisar antara 55,15-179,57 dengan persentase Wr < 100 g sebesar 54.55% dan Wr > 100 g sebesar 45,45%. Sedangkan A. citrinellus memiliki kisaran nilai berat relatif (Wr) 14,51-213,82 g dengan persentase Wr < 100 g sebesar 51,17% dan Wr > 100 sebesar 48.83%. Dari hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa persentase Wr < 100 gr pada setiap spesies lebih besar daripada Wr > 100 g.

Nilai berat relatif (Wr) yang berada dibawah 100 bagi suatu individu ataupun populasi menunjukan adanya masalah seperti rendahnya ketersediaan mangsa atau tingginya kepadatan predator (Anderson & Neumann, 1996). Sementara ketika Wr

lebih besar dari 100 menunjukan kelebihan ketersediaan suatu mangsa atau rendahnya kepadatan suatu predator. Selain ketersediaan pakan atau pemangsa, faktor biotik dan abiotik dan manajemen perikanan juga dapat mempengaruhi berbagai faktor kondisi (Murphy et al., 1991; Blackwell et al., 2000). Grafik pada Gambar 8 memperlihatkan hubungan antara bobot relatif (Wr) dengan panjang total (TL).

KESIMPULAN

(10)

330

setiap spesies, persentase Wr < 100 g lebih besar dari Wr > 100 g hal tersebut dapat mengindikasikan rendahnya ketersediaan mangsa atau banyaknya predator.

PERSANTUNAN

Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan model pengendalian kualitas lingkungan di Waduk Ir. H. Djuanda dan kajian sumberdaya ikan di Waduk Cirata, Jawa Barat T.A. 2011-2012 di Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Jatiluhur.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R.O. & R.M. Neumann. 1996. Length, weight, and associated structural indices. Pages 447-482 in Murphy, B.R. & D.W. Willis, Editors. Fisheries

techniques, 2nd edition. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland.

Blackwell, B.G., M.L. Brown, & D.W. Wilis. 2000. Relative weight (Wr) status and current use in fisheries assessment and management. Reviews, Fisheries Science. 8:1-44.

Braga, F. M. S., 1986, Estudo entre o fator de condição e relação peso/comprimento para alguns peixes marinhos.Rev. Brasil. Biol., 46(2): 339-346.

Dhakal, A. & B.R. Subba, 2003. Length-weight relationship of Lepidocephalichthys

guntea of Pathri Khola, Morang District. Our Nature, 53-57.

Everhart, W.H. & W.D. Youngs.1981. Principles of Fisheries Science. 2nd Edition Comstock Publishing Associates, a division of Cornell University Press, London. Froese, R. 2006. Cube law, condition factor and weight length relationship: history,

meta-analysis and recommendation. Journal of Applied Ichtiology. 22:241-253. Jennings, S., M.J. & Kaiser, J.D. Reynolds.2001. Marine Fishery Biology. Blackwell

Sciences. Oxford.

Le Cren, E. D., 1951. The length-weight relationship and seasonal cycle in gonad weight and condition in the pearch Perca fluviatilis. J. Anim. Ecol., 20(2): 201-219. Lizama & Ambrosio, A.M. 2002. Condition factor in nine species of fish of the

Characidae family in the upper Parana River floodplain, Brazil. Braz. J. Biol., 62(1): 113-124.

Offem, B.O., Y. Akegbejo-Samsons & I.T. Omoniyi. 2007. Biological assessment of Oreochromis niloticus (Pisces:Cichlidae: Linne: 1985) in a tropical floodplain river.

African Journal of Biotechnology, 6(16): 1966-1971.

Pauly, D., 1983. Some simple methods for the assessment of tropical fish stocks. FAO. Fisheries Techn. Pap. (234) FAO, Rome.

Richter, T.J. 2007. Development and evaluation of standard weight equation for bridgelip sucker and largescale sucker. North American Journal of Fisheries

Management, 27:936-939.

Tjahjo, D. W. H & S. E, Purnamaningtyas. 2009. Perubahan komposisi jenis ikan pasca pembendungan Waduk Saguling dan Cirata, serta pengembangan budidaya ikan di Waduk Ir. H, Djuanda. Seminar Nasional Tahunan VI. Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. 7 p.

Weatherley, A. H., 1972. Growth and ecology of fish population. Academic Press., London, 293p.

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Waduk Djuanda
Gambar 2. Hubungan panjang-bobot ketiga jenis ikan cichlidae
Gambar 4. Distribusi panjang total ikan nila di Waduk Ir. H. Djuanda berdasarkan bulan
Gambar 5. Distribusi panjang total ikan oscar di Waduk Ir. H. Djuanda berdasarkan bulan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pemantauan terhadap kondisi pencemaran minyak bumi pada tanah salah satunya dapat dilakukan dengan deteksi terhadap keseluruhan komponen hidrokarbon, biasa disebut

Dari studi kasus tersebut maka dilakukanlah sebuah penelitian ini dimana menggunakan beberapa jenis bahan bakar sebagai acuan untuk melihat pengaruhnya terhadap

Minta ibu untuk kembali membawa anaknya untuk ditimbang dalam 14 hari (atau ketika kembali untuk imunisasi, jika masih dalam 14 hari) lanjutkan memeriksa anak setiap beberapa

Ekstraksi ciri yang ketiga ialah menganalisis suara lovebird dalam domain frekuensi dengan menggunakan STFT (Short Time Fourier Transform) dimana hasil dari STFT berupa

(3) Untuk mengetahui hasil pengembangan pendidikan kedisiplinan di MTs Muhammadiyah Kemuning Tegalombo Pacitan. Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa

Pembangkit jenis ini meman&amp;aatkan gas panas pembuangan dari pembangkit tenaga gas untuk memanasi air dalam pipa'pipa Heat Recovery Steam Generator  # H(S% $ menjadi uap

Jika lapisan dasar, yang telah disebutkan di atas tidak memenuhi syarat sebagai lapisan peletakan pipa, misalnya karena tanahnya jelek, ada air tanah yang bisa