• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN GAMBAR SITUASI SKALA BESAR DEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBUATAN GAMBAR SITUASI SKALA BESAR DEN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN GAMBAR SITUASI SKALA BESAR DENGAN TEKNOLOGI GNSS/GPS REAL TIME KINEMATIK (RTK) BERBASIS NTRIP

Usulan Penelitian untuk Tesis S-2

Program Studi Teknik Geomatika Kelompok Bidang Ilmu Teknik

Diajukan oleh Handaru Setyo M. 11/321865/PTK/7400

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

(2)

Usulan Penelitian

PEMBUATAN GAMBAR SITUASI SKALA BESAR DENGAN TEKNOLOGI GNSS/GPS REAL TIME KINEMATIK (RTK) BERBASIS NTRIP

Diajukan oleh Handaru Setyo M. 11/321865/PTK/7400

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama

Dr. Ir. T. Aris Sunantyo, M.Sc. NIP. 195601281982111002

Tanggal. ____________________

Pembimbing Pendamping

Ir.

Nurrohmat Widjajanti, M.T., Ph.D. NIP. 196910211994032003

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Daftar Isi... iii

I. PENDAHULUAN ...1

I.1. Latar Belakang ...1

I.1.1. Perumusan Masalah ...5

I.1.2. Batasan Masalah ...6

I.1.3. Keaslian Penelitian ...7

I.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...8

I.2.1. Tujuan Penelitian ...8

I.2.2. Manfaat Penelitian ...9

I.2.2.1. Manfaat Teorotis ... 9

I.2.2.2. Manfaat Praktis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ...9

II.1. Penelitian Terdahulu ...10

II.2. Landasan Teori ...12

II.2.1. Pengukuran Terestris dengan Total Station ...12

II.2.2. Gambar Situasi ...12

II.2.3. Tinggi Geoid dan Tinggi Elipsoid serta Undulasi Geoid ...12

II.2.4. Global NavigationSatellite System (GNSS) ...13

II.2.5. Pengamatan dengan GPS...13

II.2.6. Penentuan Posisi Relatif (Diferensial)...14

II.2.7. Penentuan Posisi dengan GNSS-RTK berbasis NTRIP...14

II.2.8. Metode Streaming dengan NTRIP...15

II.2.9. Uji Signifikansi Dua Parameter ...16

II.3. Hipotesis Penelitian ...17

III. CARA PENELITIAN ...17

III.1. Bahan dan Alat Penelitian ...17

III.1.1. Bahan Penelitian ...17

III.1.2. Alat Penelitian ...18

III.2. Tahapan Penelitian ...19

IV. JADWAL PENELITIAN ...21

(4)

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Gambar situasi adalah gambaran wilayah atau lokasi suatu kegiatan dalam bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan atribut (Basuki, 1999). Gambar situasi pada umumnya disajikan dengan skala besar sesuai dengan tujuan gambar tersebut dibuat. Metode yang digunakan untuk pembuatan gambar situasi pada umumnya adalah metode takhimetri. Pada dasarnya metode tersebut menentukan koordinat dan tinggi titik-titik detil dengan acuan titik ikatan. Koordinat X dan Y menentukan posisi titik detil dan data koordinat Z adalah tinggi detil yang digunakan untuk pembuatan garis kontur. Dalam hal ini pola garis kontur tersebut menunjukkan bentuk permukaan tanah.

Pengukuran secara takhimetri dilakukan menggunakan peralatan dengan teknologi optis seperti teodolit dan elektronis dalam hal ini Total Station. Data yang diperoleh berupa hasil pembacaan rambu ukur, sudut horisontal dan sudut vertikal serta tinggi alat. Data tersebut diolah menggunakan formulasi untuk memperoleh jarak dan beda tinggi detil terhadap tempat berdiri alat. Hasil ploting terhadap data detil tersebut selanjutnya dilakukan proses penggambaran detil situasi dan pembuatan garis kontur. Hasil akhir yang diperoleh berupa gambar situasi dengan unsur-unsur di permukaan bumi yang digambarkan dalam bentuk simbol-simbol. Rangkaian proses tersebut merupakan metode pengukuran secara terestris.

(5)

lingkungan. Pada umumnya gambar situasi untuk keperluan tersebut disajikan dalam skala besar antara 1 : 1000 hingga 1 : 100.

Dalam pembuatan gambar situasi skala besar, metode terestris mempunyai keunggulan dalam ketepatan dan kecepatan. Namun, pelaksanaan pengukuran lapangan diperlukan beberapa tahapan pengukuran untuk memperoleh data. Data hasil pengukuran lapangan harus diproses terlebih dahulu agar dapat dilakukan penggambaran. Ditinjau dari segi peralatan, maka metode ini diperlukan beberapa alat ukur seperti : teodolit, waterpas (leveling), statip, rambu ukur, dan peralatan pendukung lainnya, serta dalam mengoperasikannya diperlukan beberapa personil seperti pembantu surveyor, juru hitung, dan juru gambar.

Dengan berkembangnya teknologi di bidang pemetaan, pada tahun 1978 dikembangkan teknologi Global Positioning System (GPS). Teknologi GPS dapat memberikan informasi posisi, kecepatan, dan waktu secara cepat dan akurat di seluruh permukaan bumi tanpa terpengaruh oleh kondisi cuaca. Perkembangan selanjutnya selain GPS muncul beberapa satelit navigasi seperti Global Orbiting Navigation Satellite System (GLONASS) milik Rusia dan Galileo milik Eropa, sehingga terbentuk suatu sistem satelit yang disebut Global Navigation Satellite System (GNSS).

(6)

gelombang radio sehubungan dengan kondisi medan, maka saat ini lebih banyak dikembangkan dengan sarana NTRIP.

Teknologi GNSS/GPS – RTK berbasis NTRIP memiliki keunggulan dalam akuisisi data di permukaan bumi. Berkaitan dengan aspek keunggulan metode akuisisi data di permukaan bumi, menurut Hasanuddin dalam Pidato Ilmiah tahun 2008 tentang “Peranan Geodesi Satelit dalam Memahami Dinamika Bumi di Wilayah Indonesia”, menyatakan bahwa penggunaan satelit relatif lebih atraktif dibanding dengan metode-metode terestris jika dilihat dari hal-hal yaitu :

a) Wilayah cakupannya relatif lebih luas.

b) Dapat mengamati dan mengukur parameter yang lebih banyak dan lebih beragam.

c) Dapat mengamati lebih baik dinamika suatu fenomena, baik secara spasial maupun temporal.

d) Operasionalisasinya lebih bersifat kontinyu.

e) Memberikan nilai dan ketelitian parameter dalam sistem yang umumnya terdefinisi secara baik dan jelas dalam hal sistem koordinat global, tiga dimensi, dan homogen.

f) Relatif tidak dipengaruhi oleh cuaca, kondisi topografis, ataupun batas-batas politis maupun administratif.

(7)

Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan koordinat kartesian (X, Y, Z) dalam kepentingan praktis adalah komponen tinggi (komponen koordinat Z). Komponen tinggi hasil pengamatan GNSS mengacu kepada elipsoid sebagai bentuk matematis yang mendekati bentuk bumi, sedangkan perhitungan tinggi untuk keperluan praktis mengacu kepada geoid atau disebut sebagai tinggi geoid, sehingga terdapat perbedaan tinggi yaitu tinggi geoid di atas elipsoid yang disebut sebagai undulasi geoid (Gambar 1.1). Untuk ini diperlukan data undulasi geoid dari wilayah pelaksanaan pengukuran.

Gambar 1.1. Hubungan tinggi geoid dengan tinggi elipsoid (Abidin, 2006)

Menurut Seeber, 1993, survei rekayasa dengan GPS dibagi menjadi empat tipe survei yang dikategorikan berdasarkan tingkat ketelitian posisi relatif yang digunakan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Kategori survei rekayasa dengan GPS

Kategori Ketelitian relatif (ppm)

Ketelitian (cm), tergantung jarak Survei rekayasa skala kecil

Survei rekayasa ketelitian menengah Survei rekayasa presisi tinggi

Survei rekayasa presisi sangat tinggi

10 1 s.d. 5 0,5 s.d. 1

0,1

20 s.d. 100 1 s.d. 20 < (1 s.d. 5)

(8)

Perbedaan nilai tinggi setiap detil yang diperoleh dari metode GNSS/GPS dan metode terestris sebagai efek dari adanya pemberian koreksi undulasi geoid. Jika hal tersebut diaplikasikan untuk pembuatan gambar situasi dengan skala besar, maka pola kontur yang dihasilkan tentunya akan berbeda. Atas dasar inilah dilakukan penelitian untuk menganalisis perbedaan pola kontur hasil pengukuran metode GNSS/GPS dengan metode terestris yang selama ini digunakan untuk kepentingan pekerjaan dibidang konstruksi.

I.1.1. Perumusan Masalah

Gambar situasi selama ini telah dibuat secara terestris melalui beberapa tahapan baik untuk skala besar maupun kecil. Dengan perkembangan teknologi penentuan posisi dengan satelit dalam hal ini GNSS/GPS RTK-NTRIP memungkinkan teknologi tersebut untuk diaplikasikan dalam pembuatan gambar situasi. Namun demikian belum diketahui ketelitian gambar situasi yang dihasilkan dari pengukuran GNSS/GPS metode RTK-NTRIP.

Berdasarkan uraian tersebut, pertanyaan penelitian ini sebagai berikut : 1) Bagaimanakah gambar situasi skala besar yang dihasilkan dari pengukuran

GNSS/GPS metode RTK-NTRIP?

2) Bagaimanakah pola kontur hasil pengukuran dengan GNSS/GPS metode RTK-NTRIP jika dibandingkan dengan hasil pengukuran secara terestris? 3) Bagaimana perbedaan tinggi antara pengukuran dengan GNSS/GPS metode

RTK-NTRIP dan pengukuran secara terestris pada gambar situasi skala besar?

I.1.2. Batasan Masalah

(9)

1) Lokasi yang digunakan mempunyai 2 (dua) tingkat kelerengan yaitu : a. Datar, dengan kemiringan maksimum 8%.

b. Miring, dengan kemiringan maksimum 45%.

Sesuai persyaratan tersebut, lokasi penelitian berada di lahan parkir Timur Masjid Kampus UGM dengan luas lahan kurang lebih 2500 m2. Areal

penelitian diberi patok yang dipasang membentuk jaring dengan jarak antar patok kurang lebih 5 meter.

Gambar 1.4. Pemasangan patok detil pada lahan penelitian

2) Pengukuran dengan GNNS/GPS menggunakan metode RTK dengan single base station berbasis NTRIP.

3) Pengukuran terestris dilakukan sebagai pembanding pada lokasi yang sama dan titik detil yang sama serta skala peta yang sama.

4) Penentuan tinggi setiap detil dihitung secara relatif terhadap tinggi satu titik referensi lokal. Titik referensi lokal pengukuran diikatkan pada Titik Tinggi Geodesi (TTG) Nomor 832 terletak di halaman TVRI Stasiun Yogyakarta, Kelurahan Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman

5) Base station yang digunakan adalah JOG2 milik GFZ yang berlokasi di atas atap lantai 3 gedung Jurusan Geodesi dan Geomatika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

6) Skala gambar situasi yang dihasilkan 1 : 500.

7) Analisa dilakukan secara visual dengan melihat pola kontur dari kedua metode tersebut.

I.1.3. Keaslian Penelitian

(10)

titik-titik kontrol pemetaan, pemetaan bidang, maupun studi-studi tentang penurunan tanah. Pada penelitian ini mengaplikasikan pengukuran dengan GNSS metode RTK yang berbasis NTRIP untuk membuat gambar situasi skala besar, yang selanjutnya dikomparasikan dengan pemetaan metode terestris (konvensional). Selisih tinggi titik-titik detil yang diperoleh dari pengamatan GNSS dilakukan pengujian sampai sejauh mana tingkat akurasinya terhadap tinggi titik-titik detil hasil pengukuran secara terestris (konvensional). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini.

Tabel 1.3 Perbandingan dengan penelitian terdahulu

No

. Obyek

Penulis

(11)

2 Lokasi

I.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.2.1. Tujuan Penelitian

Berdasar kepada perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Membuat gambar situasi skala besar hasil pengukuran GNSS metode RTK berbasis NTRIP.

2) Menentukan nilai perbedaan tinggi antara hasil pengukuran RTK-NTRIP dan hasil pengukuran terestris.

3) Analisis visual gambar situasi yang dihasilkan dari dua metode pengukuran tersebut.

I.2.2. Manfaat Penelitian

I.2.2.1. Manfaat Teoritis

(12)

I.2.2.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Apabila perbedaan hasil tinggi memenuhi toleransi, maka pengukuran GPS-RTK dapat diaplikasikan untuk pengukuran situasi untuk kepentingan pekerjaan konstruksi, tata lingkungan, dan pekerjaan lain yang memerlukan gambar situasi dengan skala besar.

2) Hasilnya dapat digunakan sebagai alternatif solusi yang lebih praktis untuk pembuatan gambar situasi skala besar di daerah dengan variasi kondisi topografi yang kompleks.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tinjauan pustaka ini mengulas tentang beberapa literatur terdahulu dengan tema yang terkait dengan penggunaan GNSS - RTK.

II.1. Penelitian Terdahulu

(13)

dengan pengukuran menggunakan TS menghasilkan perbedaan ketinggian 0,3 cm hingga 6 cm.

Aries (2004) melakukan penelitian untuk membuat peta bidang dengan menggunakan aplikasi GPS-CORS dengan metode RTK berbasis NTRIP. Koordinat titik batas hasil pengukuran RTK-NTRIP dibandingkan dengan koordinat peta bidang tanah hasil pengukuran secara konvensional sehingga diketahui adanya nilai pergeseran dE, dN, dan dL. Hasil analisis penelitian dan uji stastistik menunjukkan perbedaan yang signifikan antara koordinat survei GPS CORS metode RTK-NTRIP dengan koordinat hasil pengukuran secara konvensional (terestris) yang diikatkan pada TDT orde 4. Dalam penelitian ini tidak membahas tentang ketinggian hasil pengukuran dangan GPS. Hasil analisis diperoleh nilai pergeseran dE, dN dan dL sebesar 0,192 m, 0,199 m dan 0,638 m.

Subhianto (2010) melakukan analisis perbandingan antara luas bidang tanah yang diukur secara konvensional dan yang diukur menggunakan sistem GNSS-CORS dengan metode RTK berbasis NTRIP. Hasil uji statistik menggunakan uji t (student) menunjukkan adanya perbedaan luas antara hasil pengukuran metode GNNS-CORS RTK berbasis NTRIP dengan luas hasil pengukuran secara konvensional. Perbedaan luas berkisar antara 0,215 % sampai 6,710 %.

(14)

dapat memenuhi uji global dan uji blunder. Persamaan regresi linier Y = 0,01460 + 0,00005 X dan persamaan regresi kuadratik Y = 0,01661 - 0,00015 X + 3,65.10-6 X2 pada tingkat kepercayaan 95 %. Simpangan baku jarak yang

diturunkan dari kedua persamaan regresi tersebut tidak lebih dari √8 cm.

Rahmadi (1997) melakukan penelitian tentang aplikasi sistem RTK untuk penentuan dan rekonstruksi batas-batas bidang tanah. Penelitian ini mengkaji sejauh mana efektifitas dan efisiensi serta ketelitian posisi yang diperoleh. Penelitian dikaitkan dengan tata cara pengukuran batas bidang tanah yang berlaku, kontribusi terhadap permasalahan penentuan dan perekonstruksian batas-batas bidang tanah serta potensi dan kendala penerapan sistem tersebut terhadap aplikasi yang dimaksud. Hasil yang diperoleh berupa pergeseran posisi hasil pengamatan sistem GPS-RTK terhadap pengukuran metode terestris. nilainya bervariasi antara 0,316 cm sampai 12,674 cm. Pergeseran posisi tersebut dianggap kurang tepat untuk dijadikan tolok ukur dalam memperkirakan tingkat ketelitian siatem GPS-RTK dalam aplikasinya terhadap penentuan dan perekonstruksian batas-batas bidang tanah.

II.2. Landasan Teori

II.2.1. Pengukuran terestris dengan Total Station

(15)

II.2.2. Gambar situasi

Gambar situasi merupakan gambaran spasial suatu wilayah yang diwujudkan dalam bentuk simbolisasi dari unsur-unsur di permukaan bumi (Basuki, 1999). Dasar-dasar penggambaran situasi adalah pengukuran elevasi dan posisi. Posisi suatu titik di permukaan bumi digambarkan dalam bentuk koordinat kartesius X dan Y atau dalam bentuk koordinat geodetik berdasarkan posisi menurut lintang dan bujur. Penentuan tinggi (komponen koordinat Z) titik detil akan mengacu pada bidang referensi tertentu yaitu geoid untuk metode terestris dan elipsoid untuk pengamatan dengan GPS. Data ketinggian suatu titik detil merupakan data untuk penggambaran garis kontur.

II.2.3. Tinggi Geoid dan Tinggi Elipsoid serta Undulasi Geoid

Tinggi geoid adalah jarak ortometrik suatu titik di permukaan bumi yang mengacu kepada bidang persamaan yaitu bidang geoid sedangkan tinggi elipsoid adalah tinggi yang mengacu kepada bidang elipsoid yaitu bentuk matematis yang mendekati bentuk bumi. Antara kedua sistem tinggi tersebut terdapat perbedaan yang disebut Undulasi Geoid (Hofmann dan Moritz, 2005).

II.2.4. Global Navigation Satellite System (GNSS)

Global Navigation Satellite System (GNSS) adalah teknologi pengukuran jarak antara receiver (stasiun pengamat di bumi) dengan beberapa satelit navigasi (Anggreni, 2010). GNSS terdiri dari empat sistem satelit yaitu :

a) Global Orbiting Navigation Satellite System (GLONASS), milik Rusia. Satelit GLONASS dioperasikan pada tahun 1990 dengan mengorbitkan 24 satelit. b) Global Positioning System (GPS), milik Amerika Serikat. Satelit ini mulai

(16)

c) Compass, milik Cina. d) Gallileo, milik Eropa.

Setiap sistem GNSS memiliki konstelasi satelit yang dikendalikan dari permukaan bumi.

II.2.5. Pengamatan dengan GPS

Rizos, 1999, menyatakan bahwa pengukuran jarak yang digunakan dalam pengamatan dengan GPS terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Pseudorange. Pseudorange adalah jarak yang diperoleh dari perhitungan di receiver GPS berdasarkan data waktu perambatan sinyal satelit ke receiver.

2. Carrier phase. Carrier phase adalah beda fase yang diukur oleh receiver GPS dengan cara mengurangkan fase sinyal pembawa yang datang dari satelit dengan sinyal serupa yang dibangkitkan oleh receiver, sehingga data fase pengamatan satelit GPS adalah jumlah gelombang penuh yang terhitung sejak saat pengamatan dimulai.

Penentuan posisi dengan GPS terdiri dari dua metode, yaitu metode absolut dan metode relatif. Pada penentuan posisi dengan metode absolut hanya digunakan satu buah receiver GPS, sedangkan pada metode relatif posisi titik ditentukan dengan menggunakan minimal dua buah receiver GPS.

II.2.6. Penentuan Posisi Relatif (Differensial)

(17)

penentuan posisi relatif melibatkan pengamatan secara simultan dari beberapa satelit dengan receiver GPS minimal dua buah (Sunantyo, 1999). Dalam metode ini dilakukan pengurangan data yang diamati minimal oleh dua buah receiver pada waktu yang bersamaan, sehingga beberapa jenis kesalahan dan bias dari data tersebut dapat direduksi. Pengeliminasian dan pereduksian pada data pengamatan akan meningkatkan akurasi dan presisi data, sehingga akan meningkatkan tingkat akurasi dan presisi posisi yang diperoleh (Abidin, 2006).

II.2.7. Penentuan Posisi dengan GNSS-RTK berbasis NTRIP

Penentuan posisi dengan sistem GNSS-RTK adalah sistem penentuan posisi menggunakan data fase. Base station harus mengirimkan data pengamatan berupa data fase dan data pesudorange ke pengguna. Dalam hal ini adalah rover. Secara real time data pengamatan dikirim oleh base station menggunakan sistem komunikasi data yang beroperasi menggunakan frekuensi VHF/UHF. Data yang harus dikirimkan oleh base station dalam sistem RTK adalah data dalam format SC-104 RTCM 2.1 (Seeber, 2003).

(18)

II.2.8. Metode Streaming dengan NTRIP

Menurut Lenz, 2004, bahwa NTRIP adalah jenis protokol yang diaplikasikan untuk membawa data GNSS melalui jaringan internet. Secara praktis NTRIP digunakan untuk mengirimkan data koreksi diferensial yang diperlukan oleh rover untuk mengkoreksi data pengamatan sehingga hasil pengamatan menjadi benar.

Komponen NTRIP terdiri dari :

a. NTRIP source, yaitu perangkat receiver GNSS yang menyediakan data GNSS hasil proses secara kontinyu.

b. NTRIP server, adalah software yang dijalankan oleh komputer untuk mengirimkan koreksi data dari receiver GNSS. Fungsinya adalah mengirimkan data GNSS dari NTRIP source ke receiver GNSS langsung ke NTRIP caster dengan cara NTRIP server mengirimkan permintaan koneksi melalui HTTP 1.1. setelah terkoneksi data dikirim melalui TCP/IP.

c. NTRIP caster. NTRIP caster pada dasarnya adalah HTTP server yang terintegrasi antara sumber data. Dalam hal ini adalah NTRIP source dan penerima data yaitu NTRIP client. NTRIP caster menerima data dari NTRIP server berupa data hasil dari NTRIP source kemudian mengolahnya.

d. NTRIP client. NTRIP client menerima data dari NTRIP server dan menggunakannya untuk perhitungan positioning suatu titik dengan tepat di rover.

(19)

Uji statistik yang dipakai adalah uji signifikansi beda antara dua parameter. Uji tersebut untuk mengetahui nilai perbedaan yang signifikan antara dua parameter. Pengujian ini melakukan analisis dengan cara menghitung perbedaan antara dua parameter dibagi dengan akar kuadrat dari masing-masing simpangan bakunya. Dalam bentuk matematis ditulis menjadi persamaan II.1 (Widjajanti, 2010).

T =

|

X i - X ii

S xi2+ S xii2

|

... (II.1)

Hipotesis nol (H0) diterima apabila sebesar T < tf,α/2.

Dalam hal ini :

T : nilai hitungan

tf,α/2 : distribusi t pada tabel t (student) dengan tingkat kepercayaan sebesar α

Xi : elevasi detil hasil pengukuran terestris

Xii : elevasi detil hasil pengukuran GPS-RTK

S2

xi : simpangan baku elevasi detil hasil pengukuran terestris

S2

xii : simpangan baku elevasi detil hasil pengukuran GPS-RTK

Pengujian tersebut menunjukkan bahwa elevasi untuk kedua metode besarnya sama sehingga hipotesisnya adalah :

H0 : Xi − Xii = 0, atau

(20)

II.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah pola kontur pada gambar situasi dengan skala 1 : 500 hasil pengamatan GPS-RTK diduga akan menghasilkan pola yang sama dengan hasil pengukuran metode terestris pada skala yang sama. Kedua metode tersebut menggunakan asumsi bahwa masing-masing data pengamatan mempunyai ketelitian yang sama, selain itu titik referensi lokal yang digunakan juga sama.

III. CARA PENELITIAN

III.1. Bahan dan Alat Penelitian III.1.1. Bahan penelitian

Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Deskripsi dan data koordinat titik ikat di sekitar wilayah penelitian dalam sistem koordinat UTM.

b) Data undulasi dan peta geoid EGM 2008 wilayah penelitian. c) Peta RBI skala 1 : 25.000 wilayah penelitian.

d) Base station JOG2 dalam kondisi aktif setiap saat.

e) Tugu Titik Tinggi Geodesi (TTG) Nomor 832 terletak di halaman TVRI Stasiun Yogyakarta, Kelurahan Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.

III.1.2. Alat penelitian

(21)

1. Perangkat keras

a. Satu unit alat ukur tanah Total Station merk FOIF OTS 635 beserta perlengkapannya.

b. Satu unit alat ukur waterpas merek Nikon beserta perlengkapannya.

c. Satu unit GPS/GNSS merek Leica tipe Viva dengan dual frekuensi beserta perlengkapannya yang dipinjam dari Laboratorium Geodesi, Fakultas Teknik, Jurusan Geodesi dan Geomatika, Universitas Gadjah Mada.

d. Satu buah SimCard dari provider yang dapat melakukan streaming paling baik di wilayah penelitian.

e. Satu unit perangkat komputer dengan spesifikasi CPU Processor AMD Dual Core E300, 2.5 Ghz, Harddisk 500 GB, RAM 4,00 MB. f. Perangkat alat cetak (printer) format A3 HP Deskjet 1280.

g. Scientific calculator untuk perhitungan-perhitungan sederhana di lapangan.

2. Perangkat lunak

a. Microsoft Excel 2007, digunakan untuk proses hitungan dan analisis data hasil ukuran.

b. Microsoft Word 2007, digunakan untuk penulisan laporan. c. AutoCad Map 2008, digunakan untuk penggambaran.

d. Surfer 10 versi 10.2, digunakan sebagai sarana proses penggambaran kontur.

e. Browser Mozilla Firefox, digunakan untuk membuka halaman web server pada jaringan internet.

III.2. Tahapan penelitian

(22)

`

Cek kesiapan operasional

Melakukan akuisisi data dengan metode RTK berbasis NTRIP

- Sistem koordinat UTM dan datum WGS’84

- Interval perekaman - Sudut elevasi (mask

Pemilihan metode : Total Station dan

(23)

Gambar 3.1. Tahapan penelitian IV. JADWAL PENELITIAN

Tabel 4.1. Tata kala kegiatan penelitian

Analisa

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H,Z., 2007, “Penentuan Posisi GPS dan Aplikasinya”, Edisi I, PT, Pradnya Paramitha, Jakarta.

Abidin – survey dengan gps

Abidin, H,Z., 2004, “Modul 8 : Perencanaan dan Persiapan Survei GPS”, Jurusan Teknik Geodesi, Institut Teknologi Bandung.

Asiyanthi, T.L., 2005, “Karakteristik Keakurasian dan Kepresisian GPS Precise Point Positioning”, Tesis, Program Studi Survei Pemetaan Lanjut, Program Magister, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITB, Bandung.

Anonim, 2003, “NAVSTAR Global Positioning System Surveying”, Engineering and Design, Engineer Manual, US Army Corps of Engineer.

Anggreni, D., 2010, “Pemodelan Geometrik dan Kinematik Kawasan Sulawesi-Kalimantan Bagian Timur Berdasarkan Data GNSS-GPS dan Gaya Berat Global”, Disertasi, Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika, Institut Teknologi Bandung.

Aries, R., 2010, “Studi Pemetaan Titik Batas Bidang Tanah Menggunakan Aplikasi GPS CORS dengan Metode RTK Menggunakan NTRIP”, Skripsi, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(25)

Borre, K. dan Strang, G., 1997, “Linier Algebra, Geodesy, and GPS”, Wesseley-Cambridge Press, USA.

Diggelen., F.V., 2009, “A-GPS Assisted GPS, GNSS, and SBAS”, Artech House, London.

Dwinani, S.Y., 2007,”Evaluasi Kehandalan Posisi Relatif Hasil Pengukuran RTK-GPS”, Skripsi, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

El-Rabbany, A., 2002, “Introduction to GPS, the Global Positioning System”, 2nd

Edition, Artech House Inc. Boston.

Fajrianto, 1997, “Studi Pemakaian Receiver GPS Leica System 300 untuk Penentuan Posisi Horizontal dengan Metode Real Time Kinematic”, Skripsi, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Hofmann, W.B., H. Lichtenegger dan J. Collins., 2001, “GPS Theory and Practice”, 5th Edition, Springer-Verlag, Wien, New York.

Iskandar Muda

Kaplan, E. (Ed.)., 2006. “Understanding GPS: Principles and Applications”, 2nd

Edition, Artech House Publishers, Boston London.

(26)

Khomsin., 2000, “Penentuan Beda Tinggi dengan GPS”, Skripsi, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITB, Bandung.

Leick, A., 2004, “GPS Satellite Surveiing”, 3rd Edition, John Wiley and Sons Inc.,

Hoboken, New Jersey.

Lenz, E., 2004, “Networked Transport of RTCM via Internet Protocol (NTRIP) – Application and Benefit in Modern Surveying Systems”, Papers, FIG Working Week 2004, Athens, Greece, May 22-27, 2004

Leni, power point Geodsi fisis (pendahuluan GF 12(dari bu Leni))

Mikhail, E. dan Gracie G., 1981, “Analysis and Adjustment of Survei Measurement”, Van Nostrand Reinhold Company Inc., New York.

Maulana, D., 2003, “Penentuan Tinggi Elipsoid Gunung Semeru dengan GPS dan Model Geopotensial EGM96”, Skripsi, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITB, Bandung.

Nugraha, A.Y., 2008, “Pengembangan Sistem GPS Real Time untuk Pengamatan Troposfir dan Ionosfir”, Skripsi, Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Bandung.

(27)

Rizos, C., 1997. “Principles and Practice of GPS Surveying”, School of Geomatic Engineering, UNSW, New South Wales, Australia.

Seeber, G., 2003, “Satellite Geodesy 2nd Edition”, Walter de Gruyter, New York.

Sickle, J.V., 2008, “GPS for Land Surveyors 3nd Edition”, CRC Press, Taylor and

Francis Group, New York, USA.

Somantri, A., dan Muhidin, S.A., 2006, “Aplikasi Statistika dalam Penelitian”, Penerbit Pustaka Setia, Bandung.

Subhianto, F., 2010, “Analisis Perbandingan Luas Bidang Tanah Hasil Pengukuran Menggunakan Aplikasi GNSS CORS-RTK NTRIP dengan Hasil Pengukuran Terestris”, Skripsi, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sunantyo, A.T., 1999, “Pengantar Survei Pengamatan Satelit Global Positioning System”, Diktat Mata Kuliah, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sunantyo, A.T., 2003, “Survei Pengamatan Satelit GPS”, Diktat Mata Kuliah, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sutomo W

(28)

Widjajanti. N., 2011, “Modul Kuliah : Statistik dan Teori Kesalahan”, Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Xu, G., 2003, “GPS: Theory, Algorithms and Applications”, Springer, Postdam, Germany.

Gambar

Gambar 1.1. Hubungan tinggi geoid dengan tinggi elipsoid (Abidin, 2006)
Gambar 1.4. Pemasangan patok detil pada lahan penelitian
Membandingkan perbedaan luas bidang gambar situasi skala
Gambar situasi hasil
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bawah kedua perkuatan yang telah didesain tersebut aman, dengan nilai faktor keamanan (FK) perkuatan lebih besar dari nilai faktor keamanan

Materi ajar yang dipelajari siswa selama pertemuan pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan RPP ini adalah: Pengertian konsep, sifat-sifat, pemecahan masalah tentang konsep

Seperti yang akan dijelaskan secara rinci pada pada bab 3, hukum Indonesia mewajibkan para pengembang perkebunan kelapa sawit yang mencari tanah untuk pembangunan perkebunan

Terdapat juga beberapa saran diantaranya adalah penambahan varian musuh dalam setiap stage, Penambahan jumlah stage, penambahan side mission atau mode lain selain

Etiologinya diperkirakan karena disfungsi dari mekanisme kerja hipotalamus – hipofisis yang mengakibatkan anovulasi sekunder. Pada masa ini ovarium masih belum

Setelah berdiri sendiri pada tanggal 10 Februari 2014 Unit Arsip IPB belum pernah dilakukan pengukuran untuk mengetahui tingkat kapabilitas baik dari sumber daya yang

Lalu presentase responden 23 responden (28,8%) menjawab sangat setuju dengan mengetahui tentang urutan adegan pada iklan KakaoTalk di Televisi, presentase yang

 permasalahan pemicu terkait materi keseimbangan dan pencemaran lingkungan. Siswa diminta untuk  bertanya mengenai permasalahan yang masih