BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tunagrahita atau anak dengan kesulitan perkembangan, dikenal juga dengan
berbagai istilah yang selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan layanan
terhadapnya. Istilah yang berkaitan dengan label terhadap tunagrahita antara lain :
mentally retarded, mental retardation, students with learning problem, intelectual disability, feeblemindedness, mental subnormality, amentia, dan oligophrenia. Istilah-istilah tersebut sering dipergunakan sebagai “label” terhadap mereka yang
mempunyai kesulitan dalam memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
konsep-konsep dan keterampilan akademik (membaca, menulis, dan menghitung
angka-angka) (Deplhie, 2005).
Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki
IQ antara 68 – 52 menurut Binet, sedangkan menurut skala Weschler (WISC)
memiliki IQ 69 – 55 mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung
sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental
ringan pada saatnya akan memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Anak
terbelakang mental ringan dapat didik menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti
pekerjaan laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika
dilatih dan dibimbing dengan baik anak tunagrahita ringan dapat bekerja di
Bina diri adalah usaha membangun diri individu baik sebagai individu
maupun sebagai mahluk sosial melalui pendidikan di keluarga, di sekolah, dan di
masyarakat sehingga terwujutnya kemandirian dengan keterlibatannya dalam
kehidupan sehari-hari secara memadai (Widati, 2011). Jadi disini mangsut dari bina
diri adalah anak tunagrahita dapat memahami fungsinya sebagai individu dan sebagai
mahluk sosial.
Dalam mencari data tentang anak yang berkebutuhan khusus dan lingkungan
serta masalah yang sedang dialami oleh anak berkebutuhan khusus, perlu adanya
pengambilan data masalah menggunakan aassesmen. Menurut Komalasari (2010)
assesmen merupakan proses mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan
data atau informasi tentang peserta didik dan lingkungannya. Hal tersebut dilakukan
untuk mendapat gambaran berbagai kondisi individu dan lingkungannya sebagai
dasar pengembangan program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan
kebutuhan. Dalam assesmen ada beberapa instrument pencarian data misalnya
wawancara, angket, observasi, sosiometri, DCM, Alat ungkap masalah, ITP dan
Homevisit.
Banyak masalah yang bisa diketahui seperti aspek sosial, karir, belajar dan
pribadi. Namun masalah yang dihadapi oleh anak SMPLB C (Tunagrahita ringan )
erat kaitannya dengan aspek individu atau istilahnya binadiri seperti beberapa
kegiatan rutin harian yang perlu diajarkan meliputi kegiatan atau keterampilan mandi,
Masalah tersebut dapat mengakibatkan hambatan bagi anak tunagrahita untuk
berkembang sesuai dengan tujuan agar anak ini dapat mengurus dirinya sendiri. Maka
disini dibutuhkan tehnik asesmen untuk mencari data masalah-masalah yang
berkaitan dengan anak tunagrahita dan bisa mencari solusi atau pemencahan masalah
tersebut.
Setelah melakukan observasi terutama untuk siswa SMPLB C Tunagrahita
ringan siswa di SMPLB C Tunagrahita ringan ada 12 siswa, dan di ampu satu guru
kelas dan beberapa guru mapel. Kebiasaan yang dilakukan siswa ketika berada
disekolah seperti siswa normal pada umumnya mereka belajar, bermain bersama
teman ketika istirahat dan pergi kekantin. Dan masalah yang sering dihadapi siswa
tunagrahita ringan biasanya dalam belajar karena siswa memiliki kemampuan di
bawah rata-rata jadi siswa tunagrahita ringan sulit untuk memahami atau mengerti
apa yang di jelaskan oleh guru serta siswa tunagrahita ringan memiliki masalah
dengan kemandirian meliputi merawat diri, mengurus diri, menolong diri,
berkomunikasi, bersosialisasi, ketrampilan hidup, dan mengisi waktu luang. Dengan
asesmen peneliti bisa tahu masalah apa saja yang dialami siswa tunagrahita ringan
dan peneliti bisa membuat program layanan bimbingan dan konseling untuk
membantu siswa tunagrahita ringan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang maka peneliti mengambil rumusan
dan konseling berdasarkan asesmen kebutuhan siswa SMPLB C Tunagrahita
ringan Bina Putera Ambarawa ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah dan latar belakang penelitian bertujuan untuk :
“Mengembangkan program layanan bimbingan dan konseling di SMPLB C Bina
Putera Ambarawa.”
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini ada dua yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat
secara praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih meningkatkan, mengembangkan
dan melakukan penelitian lanjutan untuk mengembangkan ilmu pendidikan
khususnya pendidikan di bidang bimbingan dan konseling dan juga bermanfaat
untuk memperkaya bidang penelitian ilmu pengetahuan, khususnya yang
berkaitan tentang asesmen kebutuhan bimbingan dan konseling di SMPLB C dan
implikasinya terhadap penyusunan program bmbingan dan konseling.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1Manfaat Bagi SMPLB C Bina Putera
Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk mempertimbangkan
ringan dan untuk anak berkebutuhan khusus lainnya di SLB Bina Putra
Ambarawa.
1.4.2.2Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan
wawasan terutama dalam bidang penyusunan program layanan bimbingan dan