• Tidak ada hasil yang ditemukan

Leksikon Kuliner Melayu Tanjung balai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Leksikon Kuliner Melayu Tanjung balai"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tanjungbalai merupakan salah satu kota yang terletak di daerah Provinsi Sumatera Utara. Selain dihuni oleh orang-orang Melayu asli, Kota Tanjungbalaijuga dihuni oleh etnis-etnis lain antara lain Jawa, Batak, Sunda, Nias dan Tionghoa, oleh karena itu kota ini dikatakan sebagai kota yang memiliki penduduk multi etnis.

Setiap daerah tentu memiliki makanan khas yang dapat dijadikan sebagai warisan kuliner. Makanan khas tersebut tentunya merupakan warisan dari para leluhur atau nenek moyang daerah tersebut. Berbeda suku maka berbeda pula ciri khas kuliner suku tersebut. Suku Minang mempunyai masakan yang khas dengan citarasanya yang pedas sehingga membuat masakan ini populer dikalangan masyarakat Indonesia dan dapat ditemukan hampir diseluruh Nusantara. Makanan yang khas tersebut seperti rendang, soto padang, sate padang dan asam pedas. Masakan suku Batak juga termasuk salah satu jenis masakan Nusantara karena menggunakan salah satu rempah yang menjadi kegemaran suku Batak yaitu andaliman. Andaliman ditemukan pada masakan khas suku Batak yaitu arsik ikan

mas. Suku Nias juga memiliki makanan khas seperti bae-bae dan gowi nihandro

(2)

Masakan Melayu yang diwariskan oleh para leluhur atau orang tua zaman dahulu masih tetap disukai hingga kini. Hal itu dikarenakan masakan tersebut diracik dengan berbagai jenis rempah dan bahan pendukung lainnya agar menimbulkan rasa (taste) yang lezat.

Kota Tanjungbalai terkenal dengan sebutan kota kerang karena kerang yang berasal dari laut Tanjungbalai memang sangat enak rasanya, berbeda dengan kerang-kerang yang berasal dari daerah lain. Banyak jenis kerang yang terkenal di daerah Tanjungbalai diantaranya korang daguk (kerang batu), korang nibung (kerang bulu). Selain itu makanan khas MelayuTanjungbalai yang sudah tidak asing lagi dilidah masyarakat MelayuTanjungbalai (selanjutnya disingkat menjadi MTB) seperti gule masam ikan mayung, sombam ikan, bubur podas, kakaras, kue putu kacang hijau, kue golang (kue cincin), aluobotik, pongat (kolak), anyang

pakis, dan anyang kopah.

Selain di kota Tanjungbalai masakan khas seperti bubur podas dan anyang pakis, juga terdapat di Kota Batu Bara, Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan daerah-daerah lainnya.Sebagian kuliner MTB banyak disajikan pada acara pengajian atau pesta keluarga, bahkan ada kuliner MTB yang hanya didapat pada saat bulan Ramadhan seperti kuliner bubur podas yang disajikan untuk berbuka puasa, sehingga menjadi salah satu kuliner wajib yang harus ada pada saat bulan Ramadhan.

Kuliner MTB tidak terlepas dari leksikonkuliner tersebut seperti daun buas-buas, labu air, korang,dan kopahyang menjadi bahan dalam pembuatan

(3)

perhatian masyarakat terhadap leksikon bahan kuliner tersebut, maka ekosistem pada daerah tersebut menjadi kritis. Akibatnya, keanekaragaman leksikon banyak yang hilang, pelbagai kerusakan terjadi, baik fisik, biologis maupun sosiologis, terhadap kelangsungan hidup manusia dan kebertahanan lingkungan (Salim, 2007; Marimbi, 2009; Ratna, 2009; Algayoni, 2010). Hal ini menuntut dilakukannya kajian multidisipliner, seperti sosiologi, antropologi, ekologi. Dalam tautan ini ekolinguistik mencoba menyertakan diri dalam pengkajian lingkungan dalam perspektif linguistik. Sebab, perubahan sosioekologis sangat mempengaruhi penggunaan bahasa, serta perubahan nilai budaya dalam sebuah masyarakat (Algayoni, 2010).

Selain ituperubahan budaya, dari budaya tradisional ke budaya modern juga mulai memengaruhi tradisi yang diwariskan oleh para leluhur atau nenek moyang tersebut dengan berbagai jenis makanan yang masuk dari luar negeri, seperti burger, sphagetti, pizza, hotdog, fried chicken, dan jenis fast food lainnya sehingga nilai budaya yang ditimbulkan oleh jenis kuliner MTB lambat laut akan hilang. Hal itu juga berdampak pada perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam bidang kuliner yang berimplikasi pada kepunahan leksikonyang menjadi bahan warisan kuliner dan melemahnya pengetahuan masyarakat terhadap leksikonkuliner yang khas dan menguatnya pengetahuan masyarakat terhadap leksikonkuliner modern. Selain itu

(4)

leksikonbahasa yang bersangkutan. Perubahan dan pergeseran di dalam jumlah leksikon sebuah bahasa dapat terjadi karena ada penambahan, pengurangan, atau mungkin adanya penghilangan. Dalam lingkup kajian ekolinguistik dinyatakan bahwa bahasa merekam kondisi lingkungan ragawi dan sosial; perangkat leksikon menunjukkan adanya hubungan simbolik kegiatan antara guyub tutur dengan lingkungannya, dengan flora dan fauna, termasuk anasir-anasir alamiah lainnya (Sapir dalam Fill dan Muhlhauster, 2001:14).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka leksikon kuliner MTB perlu mendapat penanganan yang serius, karena bukan saja berdampak pada kepunahan leksikon tetapi juga berdampak pada lingkungan flora dan fauna, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai leksikon kuliner MTB. Oleh

sebab itu peneliti mengangkat judul “Leksikon Kuliner MelayuTanjungbalai:

Kajian Ekolinguistik”.

1.2 Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan yang dibahas untuk menghindari kerancuan dan kesalahpahaman sehingga permasalahan tidak melebar dan peneliti dapat lebih berkonsentrasi serta terfokus pada titik masalah yang akan diteliti. Peneliti hanya membahas permasalahan yang ada pada salah satu judul penelitian ini adalah “Leksikon Kuliner MelayuTanjungbalai: Kajian Ekolinguistik”. Penelitian ini dibatasi pada:

(1) kajian leksikon pada beberapa jenis kuliner MTB.

(5)

1.3 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Bagaimanakah jenis leksikon kuliner MTB?

(2) Bagaimanakah pengetahuan masyarakat Melayu tehadapleksikon kuliner

MTB?

(3) Bagaimanakah nilai budaya dalam leksikon kuliner MTB?

1.4 Tujuan Penelitian

Menurut rumusan masalah di atas, beberapa hal yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Mendeskipsikanjenis leksikon kuliner MTB.

(2) Mendeskipsikanpengetahuan masyarakat Melayu terhadapleksikon kuliner MTB.

(3) Mendeskipsikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam leksikon kuliner MTB.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapakan dari penelitian ini antara lain: 1.5.1 Manfaat Teoretis

(6)

MelayuTanjungbalai maupun mengenai kekhasan lain baik dari daerah Tanjungbalai maupun dari daerah lainnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai (1) pemahaman tentang leksikon kuliner MTB guyub tutur bahasa MTB, (2) membuat kamus kecil khazanah leksikon bahan-bahan kuliner MTB guyub tutur bahasa MTBpada perpustakaan daerah Kota Tanjungbalai agar dapat dibaca oleh generasi muda yang akan datang sehingga leksikon kuliner MTB tetap diketahui dan dipertahankan sebagai muatan lokal dalam kerangka pendidikan sehingga tumbuh rasa cinta terhadap kuliner.

1.6 Definisi Istilah

Istilah-istilah yang muncul pada tulisan ini ada kalanya mempunyai makna yang berbeda dengan bidang ilmu di luar linguistik. Oleh karena itu, penjelasan istilah pada penelitian ini dimaksudkan agar terciptanya persamaan persepsi mengenai istilah yang digunakan. Beberapa istilah dalam penelitian ini ditinjau berdasarkan konsep ekolinguistik adalah sebagai berikut.

(7)

(2) ekolinguistik adalah ilmu bahasa interdisipliner yang menyandingkan ekologi dan linguistik. Melalui bidang ini ekologi kuliner MTB, pemahaman guyub tutur bahasa MTB terhadap leksikon ekologi kuliner MTB akan diteliti.

(3) ekologi adalah ilmu tentang timbal balik antara makhluk hidup dan kondisi alam sekitarnya (lingkungannya) atau kajian saling ketergantungan dalam suatu sistem. Ekologi manusia berbeda dengan ekologi makhluk hidup lainnya, karena manusia memiliki budaya dalam suatu ekosistem.

(4) teori ekolinguistik merupakan payung istilah terhadap semua pendekatan studi bahasa (dan bahasa-bahasa) yang dikombinasikan dengan ekologi. Kajian ekolinguistik lebih melihat tautan ekosistem yang merupakan bagian dari sistem kehidupan manusia (ekologi) dengan bahasa yang dipakai manusia dalam berkomunikasi dalam lingkungannya (linguistik).

(5) kuliner adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pangan dan makanan mulai dari bahan-bahan mentah sampai pada proses pengolahan dan penyajian. (6) leksikon adalah kosakata atau kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. (7) Melayu adalah etnis yang termasuk ke dalam rumpun ras Austronesia.

Referensi

Dokumen terkait

Alasannya untuk daerah Secanggang dikarenakan penambahan bahan segar dalam pembuatannya agar masakan tersebut (bubur pedas) lebih wangi, sedangkan tidak

Skripsi ini berjudul “Tindak Tutur dalam Bahasa Melayu Tanjung Balai” adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah jenis tindak tutur apakah yang digunakan

Jenis tindak tutur apakah yang digunakan dalam bahasa Melayu Tanjung Balai. Apakah fungsi tindak tutur dalam bahasa Melayu

Data tingkat pemahaman terhadap leksikon kuliner masyarakat Madura di Kecamatan Medan Tembung diperoleh memalui metode kuesioner. Kuisoner tersebut berupa leksikon

Surbakti (2013) dalam tesisnya “Leksikon Ekologi Kesungaian Lau Bingei: Kajian Ekolinguistik” yang mengkaji masalah leksikon kesungaian Lau Bingei, pemahaman guyub tutur bahasa

Surbakti (2013) dalam tesisnya “Leksikon Ekologi Kesungaian Lau Bingei: Kajian Ekolinguistik” yang mengkaji masalah leksikon kesungaian Lau Bingei, pemahaman guyub tutur bahasa