• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Simplisia dan Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Kubis Ungu (Brassica oleracea L. Var. Capitata F. Rubra) pada Tikus Jantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi Simplisia dan Uji Toksisitas Subkronik Ekstrak Etanol Kubis Ungu (Brassica oleracea L. Var. Capitata F. Rubra) pada Tikus Jantan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat tradisional berasal dari bahan – bahan tumbuhan, bagian-bagian hewan dan mineral. Obat-obatan dari tumbuhan merupakan jenis yang paling banyak digunakan (WHO., 2000). Biasanya digunakan dalam pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan pengobatan, khususnya untuk penyakit kronis (WHO., 2013). Karakterisasi simplisia dan ekstrak memiliki peran yang sangat penting dalam mengidentifikasi kemurnian maupun kualitas simplisia dan ekstrak (Ahmad, 2013). Toksisitas adalah potensi merusak dari suatu zat kimia dan istilah ini lebih menyatakan kualitatif daripada kuantitatif. Kerusakan ini ditentukan oleh faktor jumlah zat kimia yang masuk atau diabsorpsi ke dalam tubuh tergantung dari keparahan pemaparan dan dosis (FK Unsri., 2004).

Salah satu tumbuhan obat adalah kubis ungu (Brassica oleracea L. var capitata f. rubra) famili Brassicaceae. Tumbuhan ini lazim ditanam di Indonesia dan dipercayai oleh masyarakat berkhasiat sebagai obat sembelit, meningkatkan produksi ASI dan mencegah kanker kolon (Yuniarti, 2008).

(2)

seperti antihiperglikemik, analgesik (Daud, et al., 2015), antioksidan, dan antiinflamasi (Rokayya, et al., 2013). Perbedaan dengan kubis lainnya adalah terlihat ekstraknya mempunyai warna yang cukup jelas dan stabilitas yang baik ketika dibandingkan dengan antosianin yang lainnya jika dilihat dari konfigurasi kimianya (Shama, et al., 2012). Pengujian tentang toksisitas perlu dilakukan agar penggunaannya aman. Pengujian toksisitas akut ekstrak metanol kubis ungu (Brassica oleracea L.) telah dilakukan dan dinyatakan tidak memberikan efek toksik (Islam, et al., 2015) sehingga pada penelitian ini dilakukan uji toksisitas subkronik.

Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Secara umum uji toksisitas dibedakan menjadi toksisitas akut, sub kronik dan kronik. Uji toksisitas subkronik merupakan suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yang diberikan secara oral pada hewan uji selama 28 atau 90 hari (OECD., 2008). Uji toksisitas subkronik singkat oral 28 hari pada rodensia digunakan untuk menguji sediaan uji yang penggunaannya secara klinis apakah dalam bentuk sekali pakai dan berulang dalam waktu kurang dari satu minggu. Uji toksisitas subkronik oral 90 hari digunakan untuk menguji sediaan uji yang penggunaannya secara klinis berulang dalam waktu 1-4 minggu (BPOM RI., 2011).

(3)

zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut, untuk memperoleh informasi adanya dosis yang tidak menimbulkan efek toksik (No Observed-Adversed Effect Level/NOAEL), dan mempelajari adanya efek kumulatif dan efek reversibilitas setelah pemaparan sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu (BPOM RI., 2011).

Salah satu parameter pengamatan uji toksisitas subkronik adalah pengamatan fungsi hati dengan parameter biokimia pemeriksaan terhadap kadar ALT (Alanin Aminotransferase). Hati merupakan organ utama tempat biotransformasi zat-zat kimia dan hati juga memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat zat-zat kimia (Lu, 1994).

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan karakterisasi simplisia dan ekstrak, serta pengujian toksisitas subkronik ekstrak etanol kubis ungu pada tikus jantan mengingat pemanfaatannya yang beragam dan belum ditemukan informasi mengenai batas keamanannya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil perumusan masalah, yaitu:

a. Apakah hasil dari karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol kubis ungu ?

b. Apakah golongan senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak etanol kubis ungu setelah dilakukan skrining fitokimia?

(4)

d. Apakah ekstrak etanol kubis ungu dapat meningkatkan kadar enzim ALT (Alanin Aminotransferase) tikus jantan?

e. Apakah ekstrak etanol kubis ungu secara histopatologi menyebabkan efek toksik pada organ hati terhadap tikus jantan?

f. Apakah ekstrak etanol kubis ungu bersifat reversibel setelah pemberian ekstrak dihentikan pada tikus jantan?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas hipotesis pada penelitian ini adalah:

a. Simplisia dan ekstrak etanol dapat dikarakterisasi dan memenuhi persyaratan standar mutu.

b. Ekstrak etanol kubis ungu mengandung golongan senyawa flavonoid, glikosida, dan antrakinon.

c. Ekstrak etanol kubis ungu tidak berpengaruh terhadap gejala toksik klinis, berat badan, jumlah makan, dan minum tikus jantan.

d. Ekstrak etanol kubis ungu dapat meningkatkan kadar enzim ALT (Alanin Aminotransferase) pada tikus jantan.

e. Ekstrak etanol kubis ungu secara histopatologi dapat menyebabkan efek toksik pada tikus jantan.

(5)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis diatas tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui hasil dari karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol kubis ungu.

b. Untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak etanol kubis ungu setelah dilakukan skrining fitokimia.

c. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol kubis ungu berpengaruh terhadap gejala toksik klinis, berat badan, jumlah makan, dan minum tikus jantan.

d. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol kubis dapat meningkatkan kadar enzim ALT (Alanin Aminotransferase) tikus jantan.

e. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol kubis ungu secara histopatologi menyebabkan efek toksik pada organ hati terhadap tikus jantan.

f. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol kubis ungu bersifat reversibel setelah pemberian ekstrak dihentikan pada tikus jantan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai senyawa yang terkandung dari proses karakterisasi simplisia dan skrining fitokimia, serta efek toksik yang ditimbulkan dari ekstrak etanol kubis ungu sebagai acuan uji klinik untuk dijadikan sebagai obat.

1.6Kerangka Pikir Penelitian

(6)

Parameter pemeriksaan simplisia meliputi pengamatan makroskopik, mikroskopik, skrining fitokimia, kadar air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut dalam asam. Sedangkan parameter ketoksikan meliputi gejala toksik, berat badan, jumlah makan dan minum, kematian, kadar ALT, berat organ hati relatif, makropatologi, dan histopatologi. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian. Simplisia kubis Kelompok satelit

-Na CMC 0,5 % (Satelit kontrol) -Dosis 1000 mg/kg bb

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Uji toksisitas subkronik merupakan suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yang diberikan secara oral pada

Uji toksisitas subkronik merupakan pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian zat uji dengan dosis yang berulang pada hewan uji selama 28-90

- Tujuan uji toksisitas subkronis oral adalah untuk memperoleh informasi adanya efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut ; informasi kemungkinan adanya efek

Penelitian toksisitas sebelumnya pada dosis tunggal ekstrak etanol kembang bulan dengan rentang waktu 30 menit - 24 jam menunjukkan adanya efek toksik yang reversibel pada hati

Uji toksisitas subkronis oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yangdiberikan secara oral pada

Uji toksisitas akut adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelahpemberian suatu zat dalam dosis tunggal atau

Uji toksisitas subkronik adalah suatu pengujian untuk mengetahui efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis yang diberikan secara oral pada hewan uji,

Tujuan toksisitas subkronik oral adalah untuk memperoleh informasi adanya efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut, informasi kemungkinan