• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Lapang . pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktek Lapang . pdf "

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktek Lapang

ASPEK KETEKNIKAN PASCA PANEN PENGOLAHAN KELAPA

SAWIT (Elaesis guineensis) PADA STASIUN PEREBUSAN (Sterilizer

Station) DI PT. GLOBAL SAWIT SEMESTA PMKS

SUBULUSSALAM

Oleh :

ATHUL FADHLI

1105106010029

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM-BANDA ACEH

(2)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman hayati. Iklimnya

sangat cocok untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman. Salah satu tanaman

yang dinilai berprospek cerah adalah komoditas perkebunan. Tanaman

perkebunan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

perekonomian, hal ini dikarenakan mampu meningkatkan devisa negara.

Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian

yang berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam

pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat

menjadi penggerak pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan

sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil

akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar (Asyari,

2007).

Kelapa sawit merupakan famili Palmaceae dan berasal dari Afrika Barat.

Tanaman ini merupakan tanaman daerah tropis yang tumbuh baik pada suhu

optimum 28

0

C dengan curah hujan optimal 2000-2500 mm. Ketinggian tempat

untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 0-500 m diatas permukaan laut. Tanaman

kelapa sawit cocok tumbuh dan berkembang dengan baik diluar daerah asalnya,

termasuk Indonesia (Lubis, 1992).

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan

dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan sektor peghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong

(3)

2

mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172

ton. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat

terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang

melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan/PIR-BUN (Corder,

1992 didalam Maulana, 2016).

Umur ekonomis kelapa sawit yang dibudidayakan umumnya 25 tahun.

Pada umur lebih dari 25 tahun tanaman sudah tinggi dan sulit dipanen, tandan

sudah jarang sehingga diperhitungkan tidak ekonomis lagi. Berdasarkan masa

berbuah, kelapa sawit dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tanaman belum

menghasilkan (TBM) berumur 0-3 tahun dan tanaman menghasilkan (TM)

berumur >3 tahun (Pardamean, 2008 didalam Hayati, 2014).

Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup

penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup

cerah. Tanaman kelapa sawit di Indonesia telah menyebar di 16 provinsi. Luas

perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 1994 telah mencapai 1.777.272

Ha. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen minyak utama

kelapa sawit mentah atau disebut dengan Crude Palm Oil (CPO) dunia selain

Malaysia dan Nigeria. Tingginya permintaan CPO dan hasil olahannya

menjadikan kelapa sawit sebagai salah satu komoditas utama yang dibutuhkan dan

dapat diolah pada industri makanan sebagai pembuatan mentega, minyak goreng,

biskuit, kue, pada industri tekstil, farmasi, kosmetik, pembuatan kaleng, gliserin

(4)

3

Minyak sawit dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, hal ini

dikarenakan keunggulan sifat yang dimiliki yaitu tahan oksidasi dengan tekanan

tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut

lainnya, tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetika dan

mempunyai daya lapis yang tinggi. Selain itu, kegunaan utama minyak sawit

sebagai minyak makan sawit juga digunakan sebagai pengganti lemak susu dalam

pembuatan susu kental manis dan tepung susu skim.

Sawit yang telah dipanen diangkut menuju pabrik olahan kelapa sawit

untuk dilakukan proses penangan sawit secara bertahap yang dimulai pada stasiun

perebusan (sterilisasi), perontokkan buah sawit dari tandannya dengan

menggunakan thrasher untuk kelapa sawit, selanjutnya berlanjut pada tahap

pelumatan buah sawit pada Steam Jacket yang berfungsi untuk memecahkan buah,

setelah proses pelumatan selesai dilanjutkan pada proses pengepresan (ekstrasi

minyak sawit) kemudian disalurkan menuju stasiun pemurnian (klarifikasi minyak

sawit) hingga menjadi CPO.

Menurut Sukarno (2007), proses perebusan (sterilisasi) biji sawit bertujuan

untuk mematikan enzim-enzim yang merupakan katalisator dalam reaksi

penguraian minyak menjadi asam lemak bebas gliserin, menguraikan zat lendir

dengan cara hidrolisis (lendir akan menyulitkan pemisahan air dengan minyak

dalam klasifikasi), melunakkan daging buah untuk mempermudah pengadukan di

ketel pengadukan, memudahkan buah lepas dari tandan pada penebahan,

merenggangkan buah inti dengan cangkang untuk memudahkan pemecahan biji

pada mesin pemecah (Cracker), menurunkan kadar air buah dan memperbaiki

(5)

4

Pada proses ini digunakan uap air bertekanan dengan suhu yang tinggi.

Perebusan ini biasanya menggunakan waktu sekitar 90 menit. Hal ini tentu saja

menjadi suatu pertimbangan mengenai banyaknya air yang digunakan dalam

proses perebusan ini. Karena volume air yang banyak membutuhkan sumber air

yang banyak pula.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan kegiatan praktek

lapang dengan judul Aspek Keteknikan Pasca Panen Pengolahan Kelapa Sawit

(Elaesis guineensis) Pada Stasiun Perebusan (Sterilizer Station) di PT. Global

Sawit Semesta, PMKS Subulussalam.

1.2. Tujuan Praktek Lapang

Tujuan praktek lapang ini adalah untuk meninjau aspek keteknikan pasca

panen pengolahan kelapa sawit terutama pada stasiun perebusan (Sterilizer

Station) di PT. Global Sawit Semesta, PMKS Subulussalam.

1.3. Ruang Lingkup Praktek Lapang

Ruang lingkup yang dikaji dalam kegiatan Praktek Lapang ini antara lain :

1.

Pengolahan Pabrik kelapa sawit dan struktur organisasinya secara umum

pada PT. Global Sawit Semesta, PMKS Subulussalam.

2.

Mengenal peralatan dan mesin pengolahan kelapa sawit beserta fungsinya.

(6)

5

1.4. Manfaat Praktek Lapang

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan Praktek Lapang ini adalah:

1.

Bagi Penulis

a. Memperoleh pengetahuan yang nyata tentang kondisi suatu lembaga,

meliputi segi kondisi fisik perusahaan, peralatan yang digunakan, kondisi

karyawan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

b. Memperoleh pengalaman nyata serta mampu menyajikan pengalaman dan

data-data yang diperoleh selama praktek lapang kedalam sebuah laporan

praktek lapang yang dapat berguna untuk meningkatkan kemampuan dan

keterampilan di bidang keteknikan pertanian.

c. Mengembangkan dan mengaplikasikan pengalaman praktek di lapangan

untuk dijadikan sebagai pertimbangan tugas akhir.

d. Mampu beradaptasi dengan suasana kerja sebenarnya sehingga

memperoleh pengalaman dan pengetahuan.

2.

Bagi Perguruan Tinggi

a. Terjalinnya hubungan antara Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

khususnya Jurusan Teknik Pertanian dengan Perkebunan Sawit PT. Global

Sawit Semesta, PMKS Subulussalam.

b. Memperoleh masukan-masukan

praktis

melalui mahasiswa yang

melaksanakan Praktek Lapang dan membandingkan dengan ilmu yang

(7)

6

3.

Bagi Perusahaan

Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama praktek lapang dapat

menjadi masukan bagi pihak perusahaan atau untuk menentukan kebijaksanaan

(8)

7

BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT. Global Sawit Semesta berdiri sejak tahun 2002 dan diresmikan pada

tahun 2008 yang bernama PT. Lestari Tunggal Pratama dengan Direktur Utama

yaitu Sukian Khairudin, kemudian pada tahun 2010 dengan nama PT. Global

Sawit Semesta, dengan direktur utama Edy Saputra, dan pada awal tahun 2014

Direktur Utama diganti dengan bapak Nurman Muliadi hingga saat ini.

Proses pembangunan PMKS dan perkebunan kelapa sawit PT. Global

Sawit Semesta telah memiliki izin dari instansi-instansi pemerintah guna

memenuhi segala persyaratan dari pembangunannya antara lain :

1. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor: 87/01-03/PB/V 2010

2. Kelembagaan sebagai Supplier

3. Kegiatan Usaha KLBI industri/pengolahan kelapa sawit (KLUI 15141)

4. Rekomendasi Dokumen Lingkungan yaitu rekomendasi Kelayakan

Lingkungan.

2.2. Lokasi PT. Global Sawit Semesta

Perkebunan PT. Global Sawit Semesta terletak di kecamatan Penanggalan.

Kecamatan Penanggalan adalah salah satu kecamatan yang berbeda diwilayah

pemerintah Kota Madya Subulussalam-Aceh, Indonesia. Luas areal pabrik

meliputi :

a. Luas pabrik 3,55 HA

(9)

8

c. Luas kebun kelapa sawit 28,91 HA

d. Luas hutan 24,17 HA

e. Luas limbah 6,87 HA

f.

Pelebaran pabrik 2,61 HA

2.3. Manajemen Dan Struktur Organisasi

Struktur organisasi di PMKS PT. Global Sawit Semesta umumnya

mempunyai struktur organisasi yang serupa dengan kebanyakan PMKS. Dimana

dalam organisasi ini hanya ada satu komando. Setiap anggota hanya menerima

perintah dari satu atasan dan hanya bertanggung jawab kepada atasan yang

memberi tugas kepadanya.

PT. Global Sawit Semesta dipimpin oleh seorang Manager yang memiliki

wewenang eksekutif dan dapat mengambil keputusan yang bersifat menentukan

demi kepentingan perusahaan.

2.3.1. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja yang terdapat di PMKS PT. Global Sawit Semesta ini terdiri

dari tenaga kerja tetap, yaitu manager, mill manager, asisten, staff, karyawan dan

tenaga kerja kontrak. Tenaga kerja pada PMKS PT. Global Sawit Semesta pada

umumnya berasal dari masyarakat yang berada disekitar pabrik dan dari luar

daerah. Adapun jumlah keseluruhan tenaga kerja yaitu 106 orang. Pembagian

tugas dari karyawan PT. Global Sawit Semesta terdiri dari aktivitas perkantoran

dan operasional pabrik yang berlangsung selama 7 jam bekerja yang dimulai pada

pukul 08.00

15.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-14.00 WIB,

sedangkan diluar jam jam kerja dihitung sebagai jam lembur. Hari kerja dipabrik

(10)

9

jumat yang beroperasi hanya 5 jam bekerja yang terdiri dari shift siang dan shift

malam.

Tugas dan wewenang masing-masing jabatan adalah sebagai berikut :

1.

Manager

A. Tugas Manager

a. Manager bertanggung jawab kepada direksi PMKS PT. Global Sawit

Semesta menjaga rahasia perusahaan.

b. Mengajukan saran kepada pemilik perusahaan.

c. Memimpin dan mengawasi pelaksanaan pedoman kerja dan instruksi

yang telah digariskan oleh pemimpin perusahaan dan bertanggung jawab

atas pelaksanaannya.

d. Penyusunan laporan produksi mengenai pekerjaan.

e. Memimpin rapat dengan staff yang dilakukan secara periodik.

B. Wewenang Manager

a. Sebagai pimpinan tertinggi di PMKS PT. Global Sawit Semesta.

b. Manager pabrik mempunyai wewenang eksekutif dan dapat mengambil

keputusan yang bersifat menetukan demi kepentingan perusahaan

sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perusahaan.

2.

Asisten Manager

A. Tugas Asisten Proses

a. Asisten bertanggung jawab langsung kepada manager.

b. Bertanggung jawab atas kelancaran proses pengolahan kelapa sawit dari

bahan mentah menjadi bahan baku hasil pabrik.

c. Memonitori dan mengawasi kegiatan pengolahan TBS, baik secara

(11)

0

B. Wewenang Asisten Proses

a. Sebagai pemberi instruksi kerja dan pengarahan pada seluruh karyawan

yang berada dalam bidang teknologi pengolahan sawit.

b. Merencanakan penyediaan dan pengajuan bahan/material.

3.

Asisten Laboratorium

Tugas Asisten Laboratorium adalah :

a.

Memimpin kegiatan laboratorium untuk menentukan kualitas produksi

agar dapat berjalan dengan baik.

b.

Melakukan analisa dilaboratorium yang diperlukan pabrik secara

optimal, guna mengendalikan jalannya proses pengolahan TBS, inti

sawit, air boiler dan air limbah agar mutu dan kerugian yang timbul

berada dalam batas normal.

c.

Menghitung persediaan produk dan mengirim produk sehingga kualitas

produk dapat di kontrol.

4.

Asisten Personalia dan Umum

Asisten personalia dan umum bertanggung jawab dalam menyusun dan

mengusulkan RAB sesuai dengan ketentuan yang ada sehingga dapat menunjang

kinerja perusahaan juga bertanggung jawab dalam mengevaluasi kebutuhan

tenaga kerja dikebun. Asisten personalia dan umum juga bertanggung jawab

dalam mengimplementasikan dan menjaga keakuratan data dan proses yang

(12)

5.

Mandor

Mandor bertugas sebagai pembantu asisten, maka mandor mengawasi para

pekerja yang berada dibawah tanggung jawabnya dan membantu segala tanggung

(13)

12

BAB III. METODOLOGI PRAKTEK LAPANG

3.1. Tempat dan waktu Praktek Lapang

3.1.1. Tempat

Praktek lapang ini dilaksanakan di PT. Global Sawit Semesta,

Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh.

3.1.2. Waktu

Kegiatan Praktek Lapang dilaksanakan selama ± 1 bulan dimulai dari

tanggal 21 Februari 2016 sampai 22 Maret 2016.

3.2. Metode Praktek Lapang

Metode digunakan dalam Praktek Lapang ini di adalah :

1. Observasi

Pengamatan langsung di Pabrik kelapa sawit PT. Global Sawit Semesta,

PMKS Subulussalam, Aceh.

2. Wawancara

Dilakukan dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan pihak

terkait, yakni Pimpinan dan Pegawai setempat serta Pembimbing di lapangan.

3. Studi Kepustakaan

Dilakukan dengan membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan tema

Praktek Lapang yang berupa buku-buku bacaan, buletin, brosur, dan

artikel-artikel yang ada di PT. Global Sawit Semesta, PMKS Subulussalam, Aceh,

(14)

13

3.3. Jadwal Kegiatan Praktek Lapang

Pelaksanaan Praktek Lapang dibagi dalam beberapa tahapan kegiatan antara

lain :

1. Peninjauan dan pengamatan langsung terhadap pengolahan tandan buah

segar di Pabrik Kelapa Sawit PT. Global Sawit Semesta.

2. Peninjauan dan pengamatan langsung terhadap cara kerja alat rebusan

(15)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Aspek Keteknikan Pertanian pada Pengolahan Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guinensis jacq.) adalah salah satu dari beberapa

palma yang menghasilkan minyak untuk tujuan komersil. Minyak sawit selain

digunakan sebagai minyak makan, dapat juga digunakan untuk industri sabun,

lilin, dan dalam pembuatan lembaran-lembaran timah serta industri kosmetik

(Dinas Perkebunan Dati I Irian Jaya, 1992).

Buah kelapa sawit ada yang berwarna hitam, ungu hingga merah

tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul

dari tiap pelepah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah

melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas akan meningkat dan buah

akan rontok dengan sendirinya (Adi, 2008).

Menurut Sukarno (2007), tandan kelapa sawit yang ideal panen adalah saat

kandungan minyak dan daging buahnya maksimal dan kandungan asam lemak

bebasnya serendah mungkin. Proses pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari

perubahan warna buahnya dari hijau menjadi merah atau orange, dan jumlah buah

sawit yang lepas dari tandannya.

4.2. Uraian Produksi

Sawit merupakan bahan baku yang digunakan dalam produksi pada PT.

Global Sawit Semesta PMKS Subulussalam. Proses pengolahan sawit dibagi pada

beberapa stasiun. Adapun tahap-tahap proses produksi dari awal sampai akhir

(16)

Dari proses panen sawit dikebun

Pengangkutan TBS menuju pabrik

Fruit Reception Stasion

Sterilizer Station

Perebusan 75 menit

Tekanan uap 2,8-3 kg/cm

2

Perebusan TBS

Thressing Station

Kecepatan putaran 21 rpm

Suhu Perebusan 60-130

0

C

Perontokkan TBS

Pelumatan TBS

Clarification Station

Penyelesaian

Proses pemurnian

(17)

6

Pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dipabrik bertujuan

untuk mendapatkan minyak yang berkualitas baik. Hasil pengolahan daging buah

kelapa sawit yaitu minyak mentah atau crude palm oil (CPO). CPO harus diolah

lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya. Setelah dilakukan pemanenan,

TBS harus segera diolah, yaitu maksimal 24 jam setelah panen TBS. Buah yang

tidak segera diolah akan mengalami kerusakan. Untuk itu TBS harus segera

diangkut dari kebun ke pabrik pengolahan (Suwarto, 2010).

Pembentukan minyak pada buah kelapa sawit akan berhenti saat buah

dipanen, apabila disimpan kadar air akan berkurang, tetapi kandungan asam lemak

bebas akan naik terus. Oleh karena itu, buah yang telah dipanen harus segera

dipanaskan (diuapkan, direbus) agar pembentukan asam lemak bebas berhenti

(Muchtadi, 2013).

4.3. Pengolahan CPO

4.3.1. Pemanenan Kelapa Sawit

Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 - 4 tahun dan buahnya

menjadi masak 5

6 bulan setelah penyerbukan. Pemasakan buah sawit bisa

dilihat adanya perubahan pada warna kulit buah, yang pada mulanya berwarna

hijau muda berubah menjadi jingga yang menandakan buah telah masak. Buah

kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau, karena pengaruh pigmen

klorofil. Selanjutnya, buah akan berubah menjadi merah atau oranye akibat

pengaruh pigmen betakaroten. Adapun kriteria buah panen sawit dapat dilihat

(18)

7

Tabel 1. Kriteria Buah Panen PT. Global Sawit Semesta.

No

Kriteria Buah

Jumlah Brondol

Keterangan

Buah

Normal

Mentah

Tidak ada

Buah berwarna hitam pekat

Agak

Matang

12,5 - 25%

Buah berwarna kemerahan

Matang

25 - 50%

Buah berwarna merah

mengkilat

Lewat

Matang

51 - 100%

Buah busuk

Buah

Abnormal

Buah

Banci

-

Muncul bunga jantan/betina

dalam satu tandan

Buah

Mantel

-

Buah berlapis dan tidak

memiliki inti

Adapun TBS hasil pemanenan di PT. Global Sawit Semesta dapat dilihat pada

Gambar 2.

(19)

8

Proses pemanenan kelapa sawit pada tanaman kelapa sawit adalah

meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan

mengangkutnya ketempat pengumpulan hasil (TPH). Kriteria panen yang perlu

diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi, sistem panen

serta mutu panen (Suwarto, 2010).

Alat

alat panen yang digunakan diareal perkebunan PT. Global Sawit

Semesta adalah dodos, kampak dan gancu di areal tanaman muda (3-5 tahun).

Sedangkan untuk areal tanaman dewasa dan tua (>5 tahun) alat yang digunakan

untuk memanen adalah kampak, egrek, galah egrek dan gancu. Jenis alat

pemanenan dapat dilihat pada Gambar 3.

(a)

(b)

(c)

(20)

9

4.3.2. Pengangkutan

Buah kelapa sawit yang telah dipenan kemudian dimuat kedalam truk

pengangkutan menuju pabrik pengolahan. Apabila buah yang sudah dipanen tidak

segera diolah maka kandungan asam lemak bebas akan meningkat. Untuk itu

diperlukan pengangkutan yang tepat guna menghindari kerusakan buah. Pada PT.

Global Sawit Semesta truk yang digunakan untuk mengangkut TBS ke pabrik ada

3 jenis, yaitu truk ukuran kecil, truk ukuran sedang, dan truk besar dengan

kapasitas muatan yang berbeda- beda. Kapasitas truk kecil (L300) memuat ± 2

ton, sedangkan untuk truk sedang atau colt diesel berkapasitas ± 10 ton TBS

seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Pahan (2013) menyatakan keterlambatan pengangkutan TBS ke pabrik

akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir.

Pemilihan alat angkutan yang tepat dapat mengurangi tingkat kerusakan pada

buah. Alat angkut yang dapat digunakan dari perkebunan ke pabrik, diantaranya

lori, traktor gandengan dan truk. Setelah sampai ditempat pengolahan, TBS segera

ditimbang. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan

dengan produksi, pembayaran upah pekerja dan perhitungan rendemen minyak

sawit (Fauzi 2012).

Sebelum pengangkutan, TBS dimuat kedalam truk dengan menggunakan

tojok dan gancu. Tojok dan gancu merupakan alat bantu yang digunakan untuk

memuat TBS kedalam truk pengangkut. Cara penggunaannya yaitu tojok maupun

gancu ditusuk pada tandan TBS dan kemudian dilemparkan kedalam truk muatan.

(21)

Gambar 4. Proses Pengangkutan TBS menggunakan truk

(a)

(b)

Gambar 5. Alat untuk memuat TBS kedalam truk: (a) Tojok, (b) Gancu.

4.3.3 Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)

1.

Jembatan Timbang (Bridge Weighting)

Jembatan timbang berfungsi untuk mengukur berat dari truk yang memuat

TBS. Jembatan timbang ini sangat diperlukan di PT. Global Sawit Semesta karena

(22)

Penimbangan bertujuan untuk mengetahui jumlah TBS yang masuk dalam pabrik,

Mengetahui jumlah TBS yang akan diolah, Mengetahui jumlah TBS yang

disisakan pada proses selanjutnya, mengetahui rendemen rata-rata minyak dan

inti, menentukan jumlah TBS yang dihasilkan pada bagian perkebunan,

mengetahui jumlah upah yang akan dbayarkan pada karyawan dan sebagai

penentuan rendemen minyak dan kernel bagi pabrik. kegiatan Penimbangan

dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat truk masuk membawa TBS dan pada

saat truk kembali dari tempat penampungan buah atau setelah dilakukan sortasi

TBS seperti yang terlihat pada gambar 6.

Gambar 6. Jembatan Timbang

2.

Penampungan Buah (Loading Ramp)

Setelah ditimbang, buah langsung dibawa ke Loading Ramp yang berfungsi

sebagai tempat penampungan TBS sementara sambil menunggu proses awal

pengolahan yaitu proses perebusan. Pada tempat penampungan ini juga dilakukan

sortasi TBS yang tidak layak untuk diolah seperti TBS yang berwarna pucat dan

ukuran yang kecil. Pada PT.GSS ini Loading Ramp yang tersedia hanya 1 unit

(23)

Gambar 7. Loading Ramp

3.

Spriter

Sebelum dimasukkan kedalam lori penampung terlebih dahulu TBS dibawa

melalui Straper menuju Spriter untuk ditusuk terlebih dahulu, tujuannya pada saat

perebusan uap panas tidak hanya merebus bagian luar buah saja namun dapat

masuk kedalam buah dengan adanya tusukan dari Spriter tersebut. Hal ini

berdampak pada proses waktu perebusan yang lebih singkat. Spriter dapat dilihat

pada Gambar 8.

Gambar 8. Spriter

4.

Lori

Setelah TBS dilumat dan ditusuk menggunakan Spriter kemudian TBS

(24)

membawa TBS dari Loading Ramp menuju stasiun rebusan. Pada masing-masing

lori terdapat lubang-lubang yang berfungsi untuk menghindari penumpukan udara

didalam lori ketika dimasukkan dalam Sterilizer dan saat membuang kondensat

dengan cara udara akan keluar melalui lubang pada lori, mempermudah sirkulasi

uap agar bisa merata ke semua TBS didalam lori, dan untuk mempermudah aliran

Steam. Kapasitas untuk 1 lori dapat memuat ± 4,5 ton Pada PT. GSS terdapat 2

unit lori yang digunakan, 1 unit tersebut terdapat 7 lori seperti yang terlihat pada

Gambar 9.

Gambar 9. Lori

4.3.4. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)

Perebusan (sterilisasi) merupakan tahap awal ekstraksi minyak dari TBS.

Alat perebus disebut Sterilizer, yaitu suatu alat berupa bejana bertekanan yang

berbentuk silinder yang dilengkapi dua buah pintu pada kedua ujungnya

(masing-masing sebagai pintu pemasukan TBS dan pengeluaran TBS didalam lori) dan

jenis bejana yang digunakan adalah bejana rebusan tipe horizontal seperti yang

(25)

Gambar 10. Sterilizer

Proses rebusan berfungsi untuk :

1. Menghentikan Aktifitas Enzim, dalam buah sawit terdapat enzim lipase

yang bertindak sebagai katilisator dalam pembentukan trigliserida dan

kemudian memecah kembali menjadi asam lemak bebas (ALB) dan enzim

oksidase yang berperan dalam proses pembentukan peroksida yang

kemudian dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan asam aldehide.

2. Melepaskan biji dari kernel, kandungan minyak dan inti sawit yang terdapat

dalam buah akan lebih mudah di ekstraksi bila buah telah dilepaskan dari

kernelnya.

3. Menurunkan kadar air, proses rebusan buah dapat membantu menurunkan

kadar air buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan. Penurunan kandungan

air buah menyebabkan buah menyusut sehingga terbentuk rongga-rongga

kosong pada perikarp yang mempermudah proses pengepressan.

Pada PT. GGS ini terdapat 2 buah bejana yang digunakan untuk proses rebusan

dengan dimensi sebagai berikut :

-

Panjang

: 18.000 mm

(26)

Proses rebusan dilakukan setelah lori berisi TBS dimasukkan kedalam

bejana rebusan dan dipanaskan dengan tekanan uap 2,8-3 kg/cm

2

(bar) selama ±

75 menit dan menggunakan suhu 60- 130

o

C selama perebusan. Kapasitas dari

bejana tiap rebusan yaitu 31,5 ton atau setara dengan 7 lori. Perebusan pada PT.

GGS ini lebih singkat jika dibandingkan dengan pabrik lainnya yaitu sekitar 90

menit, hal ini disebabkan karena sebelum TBS dimasukkan kedalam lori, terlebih

dahulu dimasukkan kedalam Spriter yang berfungsi untuk menusuk-menusuk

TBS dengan tujuan agar uap panas yang disalurkan mampu menembus bagian

dalam TBS.

Metode rebusan yang digunakan oleh PT Global Sawit Semesta adalah

sistem 3 puncak (Triple peak). Tahap rebusan dengan pola Triple Peak adalah

tahap pencapaian Peak 1, Peak 2, Peak 3 dengan cara tiga kali pemasukan uap

dan pembuangan uap. Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukkan oleh

pembukaan dan penutupan dari Steam masuk atau Steam keluar selama proses

rebusan berlangsung secara otomatis. Dengan kata lain, sistem 3 puncak

merupakan sistem yang mengalami 3 kali kenaikan steam dalam 1 siklus rebusan.

Sistem ini bertujuan untuk memberikan kondisi yang cukup agar asam lemak

bebas (ALB) didalam TBS dapat berkurang. Metode rebusan Triple Peak ini dapat

(27)

6

Grafik 1. Sistem Triple Peak

Sterilizer terdiri dari 3 Peak, adapun proses yang terjadi pada setiap Peak adalah :

a.

Peak pertama tekanan sampai 1,5 kg/cm

2

(12 Psi)

-

Membuang udara yang terperangkap pada Sterilizer.

-

Menonaktifkan enzim ALB.

b.

Peak kedua tekanan sampai 2,5 kg/cm

2

(13 Psi)

-

Mengurangi kadar air dari bahan.

-

Proses awal sterilisasi.

c.

Peak ketiga tekanan sampai 3,0 kg/cm

2

(50 Psi)

-

Proses sterilisasi sempurna.

1.

Langkah-Langkah Rebusan Sistem Triple Peak

Adapun langkah-langkah yang dilakukan selama proses perebusan dalam

sistem Triple Peak sebagai berikut :

(28)

7

a.

Pembuangan udara yang masuk pada saat pemasukan lori. Hal ini

dilakukan untuk menghindari perlawanan tekanan (turbulensi) anatara

oksigen dan steam dimana udara (oksigen) merupakan penghantar panas

buruk sehingga dapat menghambat proses perebusan.

b.

Menaikkan tekanan Steam dari 0 sampai 1,5 kg/cm

2

c.

Pembuangan air kondensat 1

d.

Pembuangan air kondensat serta steam hingga tekanan menjadi 0 kg/cm

2

e.

Pembuangan air kondensat serta memasukkan Steam yang baru.

f.

Menaikkan tekanan steam sampai 2,5 kg/cm

2

yang bertujuan untuk

melunakkan jaringan-jaringan berondolan pada tandannya.

g.

Pembuangan air kondensat

h.

Pembuangan air kondensat serta Steam hingga tekanan menjadi 0 kg/cm

2

i.

Pembuangan air kondensat dan memasukkan Steam yang baru

j.

Menaikkan tekanan Steam menjadi 3 kg/cm

2

, hal ini bertujuan untuk

melunakkan jaringan-jaringan berondolan sampai pada lapisan dalamnya.

k.

Pembuangan air kondensat

l.

Menaikkan dan menstabilkan tekanan Steam pada 2,8 kg/cm

2

m. Pembuangan air kondensat

n.

Menaikkan tekanan Steam hingga kembali pada tekanan 3 kg/cm

2

. Pada

tahap ini dapat diharapkan inti sawit menyusut dari cangkangnya.

o.

Pembuangan air kondensat.

(29)

8

2.

Bagian-Bagian Bejana Rebusan (Sterilizer)

Adapun pada bejana rebusan ini, terdapat beberapa komponen bagian penting

sebagai berikut :

a. Auxialary Valve

Merupakan katup atau klep yang berfungsi untuk memasukkan steam

untuk membantu pembuangan kondensat. Bagian Auxialary Valve dapat

dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Auxialary Valve

b. Check Valve

Merupakan katup yang berfungsi untuk mencegah aliran balik yang telah

masuk kedalam Sterilizer. Adapun bagian Check Valve dapat dilihat pada

(30)

9

Gambar 12. Check Valve

c. Exhaust

Merupakan bagian yang berfungsi untuk membuang Steam ataupun udara

keluar Sterilizer. Adapun bagian Exhaust dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Exhaust

d. Condensate

Merupakan bagian Sterilizer yang berfungsi untuk membuang air yang ada

(31)

Gambar 14. Condensate

e. Safety Valve

Merupakan katup yang berfungsi untuk membuang steam apabila terjadi

kelebihan tekanan pada Sterilizer. Adapun bagian Safety Valve dapat

dilihat pada Gambar 15.

(32)

f.

Safety Key

Merupakan alat yang berfungsi untuk mengunci dan membuka pintu

Sterilizer, selain itu juga berungsi untuk menonaktifkan sistem otomatis

kontrol. Bagian dari Safety key dapat dilihat pada Gambar 16 dibawah.

Gambar 16. Safety Key

g. Pressure Gauge (Manometer)

Merupakan suatu alat ukur tekanan Steam didalam Sterilizer dan sebagai

indikator pada hendak membuka pintu rebusan (tekanan harus nol).

Manometer tersebut dapat dilihat pada Gambar 17 dibawah ini.

(33)

h. Condensate Filter (saringan kondensat)

Merupakan alat yang berfungsi untuk masuknya berondolan-berondolan

ataupun TBS yang jatuh pada saat perebusan kedalam saluran

pembuangan kondensat. Terletak dibagian bawah didalam Sterilizer.

i.

Plate Aus

Merupaka plate yang dipasang setengah lingkaran (pada bagian bawah)

didalam Sterilizer yang berfungsi untuk melindungi bagian dalam plate

utama dari kebocoran (korosi).

j.

Isolasi Rock Wall

Merupakan isolasi yang dibuat disekeliling Sterilizer pada bagian luar

yang berfungsi untuk mencegah terjadinya radiasi panas. Isolasi tesebut

dibalut atau dilapisi dengan plat aluminium (Aluminium Sheet).

k. Packing Pintu

Yaitu alat yang berfungsi untuk mencegah keluarnya Steam dari sela-sela

pintu.

(34)

Sumber : PT. Global Sawit Semesta

Gambar 18. Bagian-bagian Sterilizer

Dalam proses rebusan ada beberapa hal yang dapat menghambat yaitu :

a.

Tekanan uap dan lama rebusan

Pengaruh tekana uap yang tidak cukup akan berpengaruh pada TBS kurang

masak, sebagian berondolan tidak lepas dari tandan yang menyebabkan kerugian

minyak pada janjangan kosong bertambah, Pelumatan pada Digester

tidak

sempurna sebagian daging buah tidak lepas dari biji sehingga mengakibatkan

proses pengempaan tidak sempurna dan mengakibatkan kerugian minyak pada

ampas dan biji bertambah. Dan jika pengaruh rebusan terlalu lama akan

mengakibatkan TBS menjadi memar, kerugian minyak pada air rebusan

(kondensat) dan berondolan kosong bertambah dan dapat merusak mutu minyak

(35)

b.

Pembuangan udara dan air kondensat

Udara merupakan penghantar panas yang buruk, apabila udara dalam rebusan

tidak sempurna dikeluarkan maka akan terjadi pencampuran udara dan uap

(turbulensi) yang mengakibatkan pemindahan panas dari uap kedalam buah tidak

sempurna. Biasanya terjadi karena Packing pintu bocor.

4.3.5. Thresshing Station

Setelah proses rebusan selesai, pintu bejana dibuka dan lori dikeluarkan

dengan menggunakan rel jembatan yang selanjutnya dimasukkan kedalam

Tippler, yang berfungsi untuk mengangkat lori yang berisi TBS yang telah direbus

dan menuangkannya kedalam Transfer Carriage untuk selanjutnya diolah.

1.

Thressher

Thressher adalah suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan berondolan

dari janjangnya dengan cara pembantingan dan putaran yang menyebabkan

berondolan lepas dari tandannya. Bantingan dilakukan berulang kali dengan

putaran 21 rpm. TBS yang telah terpipil akan jatuh melalui kisi-kisi dan

ditampung oleh Fruit Elevator dan dibawa dengan Distributing Conveyor untuk di

distribusikan ke tiap unit-unit Digester untuk pengolahan selanjutnya.

Pada

PMKS ini terdapat 2 unit Thresher Drum yang dapat dilihat pada Gambar 19

(36)

Gambar 19. Thresher

2.

Digester

Digester berfungsi untuk mengaduk dan melumatkan berondolan sehingga

daging buah terlepas dari biji. Tujuan pelumatan adalah melepaskan daging buah

dari biji dan menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak, sehingga minyak

dapat diperas dalam proses pengempaan. Alat ini terdiri dari tabung silinder yang

didalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak

5 tingkat.

Untuk

mempermudah pelumatan dibutuhkan panas yang berkisar ± 90

0

C yang diberikan

dengan sistem injeksi uap langsung. Hasil dari pelumatan buah dialirkan menuju

alat Screw Press untuk pengepresan dan akan diperoleh minyak kasar, ampas serta

biji. Biji yang bercampur dengan serat masuk ke alat Cake Breaker Conveyor

untuk dipisah antara biji dan seratnya, sedangkan minyak kasar dialirkan ke

stasiun klarifikasi (pemurnian). Pada PMKS ini terdapat 4 unit Digester seperti

(37)

+6

Gambar 20. Digester

3.

Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank)

Setelah TBS diproses didalam Digester, kemudian dialirkan menuju Sand

Trap Tank yang berfungsi untuk memisahkan antara minyak dengan pasir dengan

cara pengendapan karena adanya perbedaan berat jenis antara pasir dan lumpur

sehingga menyebabkan pasir dan lumpur turun kebawah sedangkan Crude Oil

akan naik keatas karena berat jenis yang lebih ringan. Minyak kasar akan dialirkan

menuju Crude Oil Tank. Sand Trap Tank dapat dilihat pada Gambar 21.

(38)

,7

4.

Saringan Getar (Vibrating Screen)

Vibrating Screen berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran ataupun ampas

halus seperti serabut dan dapat mengganggu proses pemisahan minyak yang

terbawa sebelum dialirkan menuju Crude Oil Tank. Sistem kerja Vibrating Screen

yaitu dengan sistem getaran

getaran pada Vibrating Control melalui penyetelan

pada bantul yang diikat pada elektromotor. Getaran yang kurang dapat

mengakibatkan pemisahan tidak efektif. Vibrating Screen dapat dilihat pada

Gambar 22 dibawah ini.

Gambar 22. Saringan Getar (Vibrating Screen)

5.

Tangki Minyak Kasar (Crude Oil Tank)

Crude Oil Tank (COT) adalah tangki yang berbentuk empat persegi yang

berfungsi untuk menampung minyak kasar yang telah disaring untuk selanjutnya

dipompakan ke dalam Continuous Sludge Tank. Selain itu tangki ini juga

berfungsi untuk mengendapkan lumpur atau pasir-pasir yang tidak tersaring oleh

Vibrating Screen. Untuk mempermudah proses pemisahan minyak, lumpur atau

pasir maka pada tangki tersebut dimasukkan atau diinjeksi uap panas dengan suhu

berkisar ± 90

0

C. Didalam tangki ini dibagi menjadi 3 kolam pengendapan, pada

(39)

-8

sedangkan pada bak yang ketiga diharapkan tidak terdapat pasir yang terbawat,

hal ini bertujuan agar tidak terjadi penyumbatan pada pipa , pompa Crude Oil.

pada kolam yang ketiga dilengkapi dengan 2 unit pompa yang berfungsi untuk

mengalirkan Crude Oil menuju Continous Sludge Tank. Crude Oil Tank dapat

dilihat pada Gambar 23 dibawah ini.

Gambar 23. Tangki minyak kasar (Crude Oil Tank)

4.3.6. Stasiun Klarifikasi (Clarification Station)

1.

Continuous Sludge Tank

Continuous Sludge Tank berfungsi untuk memisahkan antara minyak dengan

air, lumpur atau kotoran lainnya dengan cara pengendapan selama ± 4 jam.

Tangki ini dilengkapi dengan Skimer, Injection Coil, Stirer Arm, dan

Thermometer. Bagian luar dilapisi dengan isolasi penahan panas dan Alluminium

Plate. Miyak yang memiliki berat jenis lebih kecil akan berada dibagian atas

utnuk selanjutnya dialirkan menuju Clean Oil Tank sedangkan Sludge yang

berada dibagian bawah dari dalam tangki akan dialirkan menuju Sludge Tank

melalui pipa Over Flow. Adapun Continous Sludge Tank ini dapat dilihat pada

(40)

.9

Gambar 24. Continous Sludge Tank

2.

Tangki Minyak Bersih (Clean Oil Tank/Pure Oil Tank)

Clean Oil Tank adalah tangki yang berbentuk silinder vertikal dengan bagian

bawah berbentuk kerucut yang dilengkapi dengan Steam Coil, Thermometer dan

isolasi dinding. Tangki berfungsi untuk menampung minyak bersih yang telah

dipisahkan atau disaring dari Continous Sludge Tank. didalam tangki terdapat

Steam dengan suhu yang berkisar ± 90

0

C. Clean Oil Tank dapat dilihat pada

Gambar 25.

(41)

3.

Sludge Tank

Sludge Tank adalah tangki yang berbentuk silinder vertikal dengan bagiah

bawah berbentuk kerucut dan berfungsi sebagai tempat penampung air, lumpur

atau kotoran dan minyak yang masih terbawa dalam sludge yang berasal dari

tangki Continous Sludge Tank. didalam tangki ini dilengkapi dengan pipa Steam

Injection, Thermometer, dan isolasi dinding. Selain itu didalam tangki juga

dilakukan pemanasan dengan sistem injeksi uap dan suhu cairan yang berkisar ±

90

0

C. Sludge Tank dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26. Sludge Tank

4.

Pengeringan Minyak (Vacum Dryer)

Vacum dryer adalah alat yang berfungsi untuk mengurangi kadar air pada

minyak dengan cara penguapan hampa. Dengan adanya kevacuman pada alat ini

maka minyak akan terhisap. Didalam alat ini terdapat nozle-nozle pada bagian

(42)

dialirkan menuju Storage Tank. Bagian Vacum Dryer dapat dilihat pada Gambar

27 dibawah.

Gambar 27. Vacum Dryer

4.3.7. Tangki Penyimpan Minyak (Storage Tank)

Storage Tank adalah tangki yang berbentuk silinder yang berfungsi

sebagai tempat menyimpan Crude Palm Oil. Pada PMKS ini terdapat 2 unit

Storage Tank dengan kapasitas masing-masing yaitu 500 ton dan 1000 ton seperti

(43)

Gambar 28. Storage Tank

4.3.8. Stasiun Pendukung (Support Station)

1. Boiler

Boiler adalah suatu bejana yang terdiri dari beberapa drum dan dihubungkan

dengan pipa-pipa sebagai sirkulasi air dalam mempercepat pembentukan uap yang

diapanaskan pada dapur pembakaran. Boiler berfungsi sebagai penggerak

alternator turbin untuk menghasilkan energi listrik dan sebagai alat penghasil uap

untuk merebus TBS, pemanasan minyak, dan lain-lain. Boiler dapat dilihat pada

Gambar 29.

(44)

2. Water Treatmen Plan

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting pada pabrik pengolahan kelapa

sawit PT. Global Sawit Semesta. Air yang digunakan untuk sumber kebutuhan

pabrik adalah air sungai yang dipompakan kedalam sebuah waduk atau kolam

penampungan. Pada WTP ini terdapat bagian-bagian seperti Water Basin yang

berfungsi sebagai kolam penampungan air, Sand Filter yang berfungsi sebagai

penyaring kotoran atau pasir-pasir, Water Pump, dan Tower Water Tank. Water

Treatmen Plan dapat dilihat pada Gambar 30.

(a) Kolam penampung air

(b) Tangki penampung air

Gambar 30. Water Treatmen Plant

3. Bejana Uap Bekas atau Back Pressure Vessel (BPV)

Back Pressure Vessel (BPV) adalah bejana uap bertekanan yang digunakan

untuk pengumpulan uap bekas dari turbin uap dan mensuplai uap tersebut ke

seluruh stasiun yang memerlukan uap seperti stasiun rebusan, klarifikasi, press,

kernel dan penyimpanan. Adapun Back Pressure Vessel ini dapat dilihat pada

(45)

Gambar 31. Back Pressure Vessel

4. Laboratorium

Laboratorium merupakan tempat yang sangat penting dalam proses kegiatan

yang dilakukan pabrik PT. Global Sawit Semesta ini yang bertujuan untuk

menganalisis setiap kegiatan pengolahan sawit salah satunya yaitu Jar Test,

Losses dan Kernel Losses.

Losses merupakan cara untuk mengukur kehilangan minyak pada

masing-masing Sterilizer, memonitor kematangan buah yang masuk, kualitas dari minyak

Sterilizer, mengetahui jangka waktu pembersihan Sterilizer. Kernel Losses

merupakan cara untuk mengetahui banyaknya kehilangan kernel pada seluruh

stasiun pengolahan.

Jar test merupakan suatu percobaan yang digunakan untuk menentukan dosis

optimal dari bahan kimia yang digunakan pada proses pengolahan air bersih yang

(46)

Gambar 32. Jar Test

5. Bengkel Umum (Work Shop)

Bengkel berfungsi sebagai tempat penyediaan suku cadang peralatan pabrik,

penyimpanan alat-alat pabrik dan sebagai tempat perbaikan alat-alat pabrik yang

mengalami kerusakan. Bengkel umum dapat dilihat pada Gambar 33 dibawah ini.

(47)

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan peninjauan yang dilakukan selama

praktek lapang berlangsung pada pengolahan kelapa sawit

di PMKS

Subulussalam PT. Global Sawit Semesta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1.

Sterilizer berfungsi untuk menonaktifkan enzim-enzim lipase, melunakkan

buah, melepaskan biji dari kernel, mengurangi kadar air dengan cara

dpanaskan dengan uap bertekanan 2,8-3 kg/cm

2

.

2.

Pada stasiun perebusan yang ada di PT. Global Sawit Semesta waktu yang

digunakan dalam merebus TBS lebih singkat daripada umumnya yaitu sekitar

± 75 menit, hal ini dikarenakan adanya penusukan pada TBS oleh Spriter

yang menyebabkan adanya lubang-lubang pada TBS sebagai jalan masuk

steam kedalam daging buah.

3.

Tipe bejana rebusan yang digunakan pada PMKS Subulussalam PT. Global

Sawit Semesta ini terdapat 2 unit dengan tipe horizontal dengan kapasitas

maksimum 31,5 ton/rebusan atau setara dengan 7 lori yang berisi TBS.

4.

Suhu yang digunakan dalam proses rebusan yaitu antara 60-130

0

C dengan

menggunakan sistem 3 puncak (Triple peak)

5.

Bagian-bagian Sterilizer yaitu

Auxialary Valve, Check Valve, Exhaust,

Condensate, Safety Valve, Safety Key, Pressure Gauge, Condensate Filter,

(48)

5.2. Saran

1.

Diharapkan untuk meningkatkan keamanan para karyawan agar mengurangi

resiko kerja atau kecelakaan pada saat berkerja.

2.

Diharapkan untuk lebih memperhatikan kebersihan didalam pabrik.

3.

Sebaiknya ada penambahan unit Sterilizer untuk mempercepat proses

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, P. 2008. Kaya dengan Bertani Kelapa Sawit. Pustaka Baru Press,

Yogyakarta.

Asyari dan Daryus. 2007. Diktat Manajemen Pemeliharaan Mesin. Universitas

Darma Persada, Jakarta.

Dinas Perkebunan Dati I Provinsi Sulawesi Tenggara. 1992. Budidaya Kelapa

Sawit. Jayapura, Balai Informasi Irian Jaya.

Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti, I. Satyawibawa dan R.H. Paeru. 2012. Kelapa Sawit.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Hayati, R. 2014. Aspek keteknikan pasca panen pada pengolahan kelapa sawit

(Elaesis guineensis) menjadi Crude Palm Oil (CPO). Laporan Praktek

Lapang. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah

Kuala, Banda Aceh.

Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaesis Guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat

Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala. Pematang Siantar, Sumatera

Utara.

Maulana, A.A. 2016. Tinjauan kinerja alat perontok (Thresher) pada pengolahan

kelapa sawit. Laporan Praktek Lapang. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas

Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Muchtadi, T. R., Sugiono dan F. Ayustaningwarno. 2013. Ilmu pengetahuan

Bahan Pangan. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Pahan, I. 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syahputra, I.R. 2015. Aspek keteknikan pasca panen pengolahan kelapa sawit

(Elaesis guineensis) menjadi Crude Palm Oil (CPO). Laporan Praktek

Lapang. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah

Kuala, Banda Aceh.

Sukarno. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. PT.

Agromedia Pustaka, Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Bagan Pengolahan Sawit Menjadi CPO
Gambar 2.
Gambar 3. Alat pemanenan: (a) Dodos, (b) Egrek, (c) Gancu.
Gambar 5. Alat untuk memuat TBS kedalam truk: (a) Tojok, (b) Gancu.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil kerja yang telah dilakukan 1 orang pekerja dapat menyelesaikan 15 bibit sawit/ hari kerja sedangkan mahasiswa dapat menyelesaiak 5 pokok tanaman kelapa

PENGARUH WAKTU PEREBUSAN KELAPA SAWIT TERHADAP KEHILANGAN MINYAK (LOSSES) PADA AIR KONDENSAT PUNCAK KETIGA (HOLDING TIME) DI PT.. HARKAT

PENGARUH WAKTU PEREBUSAN KELAPA SAWIT TERHADAP KEHILANGAN MINYAK (LOSSES) PADA AIR KONDENSAT PUNCAK KETIGA (HOLDING TIME) DI PT.. HARKAT

Penggilasan/pemecahan nut kelapa sawit dengan alat dan mesin dilakukan di stasiun pengolahan nut pada stasiun kernel, Stasiun pengolahan nut merupakan ruang pengolahan

Kelapa Sawit Teknik Budi Daya, Panen, Dan Pengolahan. Budidaya

2) Taksasi panen untuk menunjukan jumlah tenaga panen sesuai ketentuan buah matang, dan untuk menentukan jumlah unit/truk yang akan mengirim Tandan Buah Segar (TBS) ke Pabrik Kelapa

Pemupukan kelapa sawit dilakukan masing – masing karyawan selama 1 hari kerja (HK) dengan frekuensi 0, 5 ha (71 pokok) per karyawan, dan hasil yang diperoleh oleh mahasiswa adalah

Sensus pokok kelapa sawit adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan sawit yang sebenarnya dalam areal atau dalam perkebunan sering di sebut