BIMBINGAN DAN KONSELING
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Etika Profesi
yang dibina oleh Bapak Dr. Wartono, M.Pd
Oleh Kelompok 1
1. Ardhian Bayu (110321419555) 2. Fitri Kurniawati (110321406358) 3. Risa Indah (110321419530) 4. Wahyu Sri A. (110321406355) 5. Irvany Nurita P. (120321419974) 6. Tiara Dini Santika Y. (120321419983)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 mengatakan bahwa tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dilain pihak disebutkan pula bahwa seluruh warga Negara mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjujung hukum dan pemerintahan itu dengan baik tanpa ada pengecualinya. Oleh karena itu pendidikan seharusnya dapat meberikan sumbangan yang berarti dalam mewujudkan cita-cita yang terkandung dalam pasal tersebut. Didalam undang-undang organik yang menegaskan cita-cita pendidikan seperti dikehendaki Undang-Undang Dasar 1945, yaitu UU No. 2/1989, disebutkan bahwa:
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertkwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekeeryi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri , serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
Untuk mencapai pendidikan itu, murid harus dapat berkembang secara optimal dengan kemampuan untuk berkreasi , mandiri, bertanggung jawab, dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pendidikan harus membantu bukan hanya mengembangkan kemampuan inteleknya, tetapi juga kemampuan mengatasi masalah didalam dirinya sendiri dan masalah yang ditemuinya dalam interaksinya dengan lingkungan. Jika itu tercapai maka murid nantinya akan mendapatkan kehidupan yang baik sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai warga Negara.
Manusia dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang dapat
persoalnnya sendiri. Agar mereka dapat mengenali potensi-potensi yang dimiliki, mengembangkannya secara optimal, serta menghadapi masalah yang dihadapi diperlukan bantuan atau bimbingan dari orang lain sehingga mereka dapat berbuat dengan tepat sesuai dengan potensi atau keadaan yang ada pada dirinya.
Sekolah tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar dikelas, tetapi juga dapat mengembangkan keseluruhan
kepribadian anak. Oleh karena itu, guru harus mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang efektif. Ia harus dapat membantu murid dalam mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya, sepanjang itu memungkinkan secara profesionl. Dalam usaha membantu siswa itu, guru perlu mengetahui landasan, konsep, prosedur, dan praktek bimbingan.Calon guru perlu diberi wawasan dan pemahaman tentang layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah 1. Apakah pengertian Bimbingan dan Koseling?
2. Bagaimana peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah?
3. Apakah tujuan Bimbingan di Sekolah?
4. Bagaimana Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Pembelajaran Siswa?
5. Apakah Landasan Bimbingan dan Konseling?
6. Apa saja Prinsip-Prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling di Sekolah?
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah Untuk Penulis :
1. Menambah pengetahuan tentang Bimbingan dan Konseling
2. Memberikan gambaran untuk praktik pembelajaran masa depan (saat mengajar di sekolah)
Untuk Pembaca :
BAB II PEMBAHASAN A. Bimbingan dan Konseling
Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti dari kegiatan bimbingan.Ada pula yang menyebutkan bahwa konseling merupakan salah satu layanan bimbingan.Istilah bimbingan dan konseling dapat pula digantikan dengan istilah layanan belajar.
1. Pengertian Bimbingan
Menurut Jones (1963 dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009: 61), “Guidance is the help given by one person to another in making choice and adjustments and in solving problems”. Tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri.
Sedangkan Rochman Natawidjaja (1978 dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009: 62) mengatakan bahwa:
“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.”
Selanjutnya, Bimo Walgito (1982 dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009: 62) mendapatkan rumusan bimbingan sebagai berikut.
“Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.”
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah.
a) Suatu proses yang berkesinambungan b) Suatu proses membantu individu
c) Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinha secara optimal sesuai dengan kemampuan dan potensinya
d) Kegiatan yangbertujuan utama untuk memberikan bantuan agar individu dapat memahami dirinya dan mampu menyesuaikan dengan
Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan.Namun, menurut para ahli pengertuannya tetaplah konseling karena kegiatan ini sifatnya lebih khusus daripada sekedar penyuluhan.Untuk menekankan kekhususannya itu digunakanlah istilah bimbingann dan konseling.
Menurut James P Adam, yang dikutip dalam Depdikbud (1976: 19a), ”Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.”
Bimo Walgito (1982 dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009: 63) menyatakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam
memecahkan masalah kehidupannya dengan cara wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, diperoleh ciri-ciri kegiatan konseling sebagai berikut.
a) Pada umumnya dilaksanakan secara individual
b) Pada umumnya dilakukan dalam satu perjumpaan tatap muka c) Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli
d) Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.
e) Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan masalahnya dengan kemampuannya sendiri.
Kegiatan bimbingan dan konseling berbeda dengan kegiatan mengajar. Perbedaan itu antara lain.
a) Target pencapaian tujuan pada kegiatan mengajar sudah dirumuskan terlebih dahulu dan sama untuk satu kelas. Dalam bimbingan dan konseling target pencapaian bersifat individual atau kelompok.
b) Pembicaraan pada kegiatan mengajar diarahkan pada pemberian informasi dan pemecahan masalah, sedangkan pada bimbingan dan konseling
ditujukan untuk memecahkan masalah klien.
c) Dalam kegiatan mengajar siswa belum memiliki masalah terkait materi yang akan diajarkan, sedangkan dalam bimbingan dan konseling umumnya klien sedang menghadapi masalah.
Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu.Kegiatan ini melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan
memanfaarkan kemampuannya secara penuh (Mortesen dan Schemuller, 1969 dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009: 64).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan bimbingan dan konseling dirasa semakin diperlukan keberadaannya, seperti yang dikemukakan oleh Koestoer Partowisastro (1982) berikut ini.
1. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah.
2. Siswa yang usianya relatif muda sangat memerlukan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam
mengatasi berbagai macam kesulitan.
Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist dan Chamely yang dikutip oleh buku Belkin, 1981 dalam Soetjipto dan Kosasi, 2009: 65).Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru, beberapa di antaranya dalam hal.
1. Mengambangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif. 2. Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya dapat
memengaruhi proses belajar mengajar.
3. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
4. Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan. Keduanya saling menunjang dalam upaya terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif.
C. Tujuan Bimbingan di Sekolah
Layanan bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai masalah dapat dibantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Dalam
kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C dinyatakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa untuk :
2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat proses belajar-mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial. 3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani. 4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi. 5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan
pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka lulus.
6. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial-emosional di sekolah yang bersumber dari sikap siswa yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.
Di samping tujuan-tujuan tersebut, Downing (1968) juga mengemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan di sekolah sebenarnya sama dengan pendidikan terhadap diri sendiri, yaitu membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial psikologis mereka, merealisasikan keinginannya, serta mengembangkan kemampuan atau potensinya.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan adalah membantu mengatasi berbagai macam kesulitan yang dihadapi siswa sehingga terjadi proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien.
D. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kali kandas dan tidak bias terwujud, sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai pertanda bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya seperti dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut:
1. Hasil belajarnya rendah, di bawah rata-rata kelas.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya. 3. Menunjukkan sikap yang wajar: suka menetang, dusta, tidak mau
menyelesaikan tugas-tugas, dan sebagainya.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana
mengatasinya, dan ada juga yang tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu. Apabila masalahnya itu belum teratasi mereka mungkin tidak dpat belajar dengan baik, karena konsentrasinya akan terganggu.
Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan di atas, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam: 1) bimbingan belajar, 2) bimbingan sosial, dan 3) bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
1) Bimbingan Belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini antara lain meliputi:
a) Cara belajar, baik belajar secara kelompok ataupun individual. b) Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar. c) Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran.
d) Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu.
e) Cara, proses, dan prosedur tentang mengikuti pelajaran.
Di samping itu, Winkel (1978) mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain:
a) Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang.
b) Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga, dan sebagainya.
2) Bimbingan Sosial
Dalam proses belajar di kelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok. Dalam kehidupan kelompok perlu adanya
keputusan. Langsung ataupun tidak langsung suasana hubungan sosial di kelas atau di sekolah akan dapat mempengaruhi perasaan aman bagi siswa yang bersangkutan. Hal ini dapat mempengaruhi konsentrasinya dalam belajar.
Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam
memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar-mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi (1977) bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk:
a) Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai. b) Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai.
c) Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu. Di samping itu, bimbingan sosial juga dimaksudkan agar siswa dapat melakukan penyesuaian diri terhadap teman sebayanya baik di sekolah maupun di luar sekolah (Downing, 1978).
3) Bimbingan dalam Mengatasi Maslah-masalah Pribadi
Bimbingan ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Siswa yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi/dipecahkan, akan cenderung terganggu konsentrasi dalam belajar dan akhirnya prestasi belajar yang dicapainya rendah. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C tentang Pedoman
Bimbingan dan Penyuluhan dinyatakan ada beberapa masalah pribadi yang memerlukan bantuan konseling, yaitu masalah akibat konflik antara:
a) Perkembangan intelektual dengan emosionalnya. b) Bakat dengan aspirasi lingkungannya.
c) Kehendak siswa dengan orang tua atau lingkungannya. d) Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya. e) Situasi sekolah dengan situasi lingkungan.
f) Bakat dan pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan keengganan mengambil pilihan.
Masalah-masalah pribadi ini juga sering ditimbulkan oleh hubungan muda-mudi. Selanjutnya juga dikemukakan oleh Downing (1968) bahwa layanan bimbingan di sekolah sangat bermanfaat terutama dalam membantu:
b) Menstimulasi siswa agar mereka meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan belajar-mengajar.
c) Menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna. d) Meningkatkan motivasi belajar siswa.
e) Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar. E. Landasan bimbingan dan konseling
Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu didasarkan atas landasan-landasan utama atau prinsip-prinsip dasar. Hal ini berupa keyakinan-keyakinan yang pada akhirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Winkel (1991) landasan-landasan itu adalah sebagai berikut:
1) Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang
2) Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing-masing individu
3) Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing dengan yang dibimbing
4) Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak asasi (human rights) 5) Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan
bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis 6) Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu saja yang
bermasalah
7) Bimbingan merupakan suatu proses , yaitu berlangsung secara terus-menerus, berkesinambungan , berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
Prinsip-prinsip dasar atau landasan-landasan tersebut merupakan dasar filosofis dalam layanan bimbingan dan koneling. Sebagai suatu kegiatan yang bersufat professional. Dasar ini menentukan pendekatan (Approach) yang ditempuh dalam membantu klien untuk memecahkan masalahnya.
Konseling, yang selanjutnya akan diganti dengan Pedoman Bimbingan dan Konseling dalam kurikulum 1994.
1. Prinsip-Prinsip Umum
Dalam prinsip umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang mendasari semua kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip umum ini antara lain:
a) Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dann tingkah laku
individu, perlu diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet, sikap dan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya. Oleh karena itu , dalam pemberian layanan perlu dikaji kehidupan masa lalu klien, yang diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah tersebut.
b) Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dari individual yang dibimbing.
c) Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yangbersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitan-kesulitannya.
d) Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan disekolah yang bersangkutan
e) Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar sekolah
f) Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian secaar teratur untuk mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh serta persesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan
2. Prinsip-Prinsip yang Berhubungan dengan individu yang Dibimbing a) Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa. Maksudnya
bahwa pembimbing dalam memberikan layanan tidak tertuju kepada siswa tertentu saja, tetapi semua siswa perlu mendapatkan bimbingan, baik yang mempunyai masalah atau belum. Bagi siswa yang belum bermasalah, mereka perlu memperoleh bimbingan yang bersifat pencegahan
(preventive), apakah dalam bentuk pemberian informasi pendidikan, jabatan, dan / atau informasi cara belajar yang baik.
b) Harus ada criteria untuk mengatur prioritas layanan kepada siswa tertentu. Karena tidak memungkinkan bagi pembimbing untuk memberikan layanan kepada siswa secara bersamaan, dan masalah-masalah yang dialami oleh siswa juga ada yang perlu mendapatan layanan sesegera mungkin, maka untuk menentukan siswa mana yang perlu dilayani dengan segera perlu ada criteria tertentu. Criteria itu misalnya berupa hasil belajar yang mereka peroleh. Semakin rendah hasil belajar siswa , atau semakin jauh turun hasil belajarnya dibandingkan dengan hasil belajar sebelumnya, maka mereka itu perlu diprioritaskan untuk mendapatan bantuan, sebab kalau layanan
tertunda akan menimbulkan kesalahan yang lebih besar, baik yang menyangkut kemajuan belajarnya maupun keadaan emosionalnya.
c) Program bimbingan harus berpusat pada siswa. program yang disusun harus didasarkan atas kebutuhan siswa. Oleh sebab itu , sebelum penyusunan program bimbingan perlu dilakukan analisis kebutuhan siswa.
d) Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan secara serba ragam dan serba luas.
e) Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing. Dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbing tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada individu yang dibimbing. Peranan pembimbing hanya memberikan arahan-arahan serta berbagai
kemungkinannya, dan kepuusa mana yang akan diambil akan diserahkan sepenuhnya kepada individu yang dibimbing. Dengan demikian klien mempunyai tanggung jawab penuh terhadap keputusan yang diambilnya itu. f) Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat
mengalami masalah dikemudian hari ia akan dapat mengatasinya sendiri, sehingga tingkat ketergantungan individu kepada pembinbing semakin berkurang. Tujuan akhir dari kegiatan ini ialah memandirikan individu yang dibimbing (klien) dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.
3. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubung an dengan Individu yang Memberikan Bimbingan
a) Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian , pendidikan, pengalaman dan kemampuannya. Karena pekerjaan bimbingan merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian dan keterampilan-keterampilan tertentu, maka pekerjaan bimbingan itu tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Dengan demikian, orang yang akan bertugas sebagai pembimbing disekolah harus dipilih atas dasar-dasar tertentu, misalnya kepribadian, pendidikan , pengalaman dan kemampuannya, karena kualifikasi tersebut dapat mendukung keberhasilan pembimbing dalam melaksanakan tugasnya. Banyak masalah-masalah yang dalam pemecahannya diperlukan dukungan pengalaman pembimbing, keluasan wawasan maupun kemampuan lainnya. b) Konselor harus mendapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta
keahliannya melalui berbagai pelatihan penataran. Karena ilmu tentang bimbingan terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan lainnya. Agar pembimbing dapat mengikuti dan menguasai perkembangan tersebut, pembimbing hendaklah mencari / mendapatkan kesempatan untuk mengikuti beragai latihan dan penataran, sehingga potensi yang dimiliki pembimbing itu lebih berkembang lagi. Denangan demikian teknik-teknik bimbingan yang dikuasai pembimbing akan lebih kaya, dan wawasannya tentang bimbingan akan lebih luas.
c) Konselor hendaknya selalu mempergunakan informasi yang tersedia mengenai individu yang dibimbing beserta lingkungannya, sebagai bahan untuk membantu individu yang bersangkutan ke arah peyesuaian diri yang lebih baik. Untuk efektifnya pemberian bantuan kepada anak didik,
pembimbing perlu mengetahui informasi tentang anak didik serta lingkungannya. Penguasaan informasi tersebut akan memudahkan
alternatif-alternatif pemecahan masalah yang dihadapinya serta dalam
mengembangkan kemampuannya untuk melakukan penyesuaian diri secara baik.
d) Konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu yang dibimbingnya. Informasi yang diperoleh dari individu yang dibimbing itu ada yang perlu dirahasiakan. Kalau hal ini tidak dapat dilaksanakan oleh pembimbing, maka individu yang bersangkutan akan merasa malu dan akhirnya individu tersebut tidak akan percaya pada pembimbing. Sebagai akibatnya jika pada masa datang ia mengalami masalah, ia tidak akan mau menyampaikannya secara jujur kepada pembimbing. Bila klien merasa yakin bahwa rahasia pribadinya terjamin, maka ia akan mau membukakan dengan terus terang permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan demikian, pembimbing dapat memperoleh informasi yang lengkap dan jelas tentang klien, sehingga mempermudah mengetahui sumber penyebab timbulnya masalah dan mempercepat pemecahan masalah itu.
e) Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan teknik yang tepat dalam melakukan tugasnya. Karena keunikan masalah yang dialami oleh individu dan latar belakangnya maka dalam pemberian
layanan, pembimbing dituntut untuk menguasai berbagai metode dan teknik pembimbingan. Disamping itu, pembimbing juga harus menggunakan berbagai metode untuk mengatasi masalah yang dialami oleh individu, karena ada masalah yang dapat diselesaikan dengan satu teknik saja dan ada pula yang memerlukan lebih dari satu teknik atau metode.
f) Konselor hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian dalam bidang : minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk
kepentingan perkembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan. Dengan menggunakan data yang tepat maka kegiatan bimbingan akan lebih
bermakna bagi individu yang dibimbing khususnya dan pengembangan kurikulum sekolah pada umumnya.
4. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungkan dengan Organisasi dan Administrasi Bimbingan
b) Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi (cumulative record) bagi setiap individu (siswa). Hal ini sangat diperlukan untuk mencatat data pribadi individu secara sistematik yang dapat digunakan untuk membantu kemajuan individu yang bersangkutan. Dengan demikian , pembimbing dapat dengan mudah mengetahui perkembangan masalah klien dan pembimbing mempunyai data yang lengkap tentang keadaan kliennya. c) Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang
bersangkutan.karena pelaksanaan bimbingan terintegrasi dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, maka dalam penyusunan program bimbingan juga harus sesuai dengan program sekolah itu agar layanan bimbingan mempunyai sumbangan yang besar terhadap program sekolah .
d) Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik. Ini untuk menghindari penumpukan tugas-tugas dari para pembimbing. Disamping itu, juga untuk menghindari kekecewaan siswa yang merasa senang pada pembimbing tertentu, tetapi pembimbing tersebut tidak ada.
e) Bimbingan harus dilaksanakan dalam situasi individual dan dalam situasi kelompok, sesuai dengan masalah dan metode yang dipergunakan dalam memecahkan masalah itu.
f) Sekolah harus bekerjasama dengan lembaga-lembaga diluar sekolah yang menyelenggarakan layanan yang berhubungan dengan bimbingan dan penyuluhan pada umumnya.
G. Asas-Asas Bimbingan Konseling
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalm melaksanakan suatu kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan. Dalam kegiatan/layanan bimbingan dan konseling menurut prayitno (1982) ada beberapa asas yang perlu diperhatikan, yaitu : a. Asas Kerahasiaan
Asas ini mempunyai makna yang sangat penting dalam layanan
bimbingan dan konseling. Mungkin tidak terlalu berlebihan bilamana asas ini disebut asas kunci dalam pemberian layanan tersebut. Sebagaian keberhasilan layanan bimbingan banyak ditentukan oleh asas ini, sebab klien akan mau membukakan keadaan dirinya sampai dengan masalah-masalahyang sangat pribadi, apabila ia yakin bahwa konselor dapat menyimpan rahasianya. Dengan adanya keterbukaan dari klien akan memberikan kemudahan-kemudahan bagi konselor menemukan sumber penyebabtimbulnya masalah yang selanjutnya dapat mempermudah pula mencari atau mendapatkan jalan pemecahan masalah yang dihadapi oleh klien.
b. Asas Keterbukaan
Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana keterbukaan dalam membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka menyampaikan perasaan, pikiran, dan keinginannya yang diperkirakan sebagai sumber timbulnya
masalah. Klien merasa bebasmengutarakan perasaanya dan konselorpun dapat menerimanya dengan baik. Konselor juga terbuka dalam memberika tanggapan terhadap hal-hal yang dikemukakan klien. Namun demikian, tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, asas kerahasiaan akan sangat mendukung terciptanya keterbukaan klien dalam menyampaikan masalah. c. Asas Kesukarelaan
Konselor mempunyai peran utama dalam mewujudkna kesukarelaan ini. konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima klien.
Bilamana konselor tidak siap dalam menerima kehadiran klien karena satu hal dan hal lain, seperti tidak cukupnya waktu untuk berkonsultasi yang
konsultasi itu tidak mungkin berjalan efektif. Hal ini bisa terjadi mungkin disebabkan kesan klien yang kurang baikterhadap konselornya, sehingga masalah-masalah yang dihadapi enggan disampaikan kepada konselor. d. Asas kekinian
Pemecahan msalah dalam kegiatan konselinh seharusnya berfokus pada masalah-masalah yang dialami oleh klien pada saat ini. apa yaang dirasakan dan dipikirkan pada saat konsultasi itulah yang menjadi pusat perhatian dalam mencarikan solusinya. Konselor jangan terperangkap tentang masalah yang tidak lagi menjadi masalah bagi klien. Bila hal itu terjadi, maka kegiatan layanan tidak akan memebrikan solusi bagi masalah yang dihadapi klien. Misalnya : klien mengeluh bahwa prestasi belajarnya rendah. Pembicaraan hendaknya berorientasi pada msalah-masalah yang berkaitan dengan rendahnya prestasi belajar tersebut, dan bukan hal-hal lain yang tidak ada lagi kaitannya dengan masalah tersebut.
e. Asas Kemandirian
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor. Individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan ciri-ciri pokok mampu:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya. b. Menerima diri sendiri secara positif dan dinamis.
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri. d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan itu.
e. Mewujudkan diri secara optimal sesuai dengan potensi, minat, dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
f. Asas Kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan dpat berlangsung baik, bilamana klien mau melaksanakan sendiri kegiatan yang telah dibahas dalam layanan itu. Oleh karena itu, konselor hendaknya mampu memotivasi klien untuk melaksanakn semua saran yang telah disampaikannya. Keberhasilan layanan bimbingan dan konseling tidaklah terwujud dengan sendirinya, tetapi harus diusahakan oleh klien itu sendiri.
g. Asas Kedinamisan
Arah layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Sesuai dengan sifat keunikan manusia maka konselor harus memberikan layanan seirama dengan perubahan-perubahan pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya sekadar berupa pengulangan-pengulangan yang bersifat monoton melainkan perubahan menuju [ada suatu kemajuan.
h. Asas Keterpaduan
Kepribadian klien merupakan sutu kesatuan dari berbagai macam aspek. Dalam memberikan layanan kepada klien, hendaknya selalu diperhatikan aspek-aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan atau keterpaduan. Bial tidak terwujud keterpaduan aspek-aspek ini justru akan menimbulkan masalah baru.
Di samping keterpaduan layanan yang idberikan, konselor juga harus memperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan, jangan sampai terjadi timbulnya ketidakserasian atau pertentangan dengan aspek layanan lainnya.
i. Asas Kenormatifan
j. Asas Keahlian
Layanan bimbingan dan konseling adalah profesional,oleh karena itu tidak mungkin dilaksanakan oleh orang-orang yang tidak dididik dan dilatih atau dipersiapkan untuk itu. Layanan konseling menuntut suatu ketrampilan khusus. Konselor harus benar terlatih untuk itu, sehingga layanan tersebut benar-benar profesional.
k. Asas Alih Tangan
Asas ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemberian layan yang tidak tepat. Konselor bukanlah tenaga yang serba bisa dan serba tahu, sehingga dalam memberikan layanan ia perlu membatasi diri sesuai dengan keahliannya. Bial ditemukan masalah-masalah klien yang diluar keahliannya, maka konselor hendaknya segera mengalihtangankan kepada ahli lainnya. Setiap masalah hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.
l. Asas Tut Wuri Handayani
Setelah klien mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa layanan tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya. Di luar layanan pun hendaknya makna bimbingan dan konseling tetap dapat dirasakan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara konselor dan kliennya. Klien hendaknya merasa terbantu dan merasa aman atas pemberian layanan itu. Dalam pemecahan masalah, konselor jangan dijadikan alat oleh klien tetapi klien sendirilah yang harus mengambil keputusan. Konselor sewaktu-waktu siap membantunya bila dalam pelaksanaannya, klien mengalami masalah atau benturan-benturan lagi.
H. Orientasi layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling hendaknya menekankan pada : (a) orientasi individual, (b) orientasi perkemangan siswa, dan (3) orientasi permasalahan yang dihadapi siswa.
1. Orientasi individual
dapat memberikan andil terjadinya perbedaan individu. Tylor (1956) juga menyatakan bahwa kelas sosial keluarga dapat menimbulkan terjadinya perbedaan individu.
Perbedaan latar belakang kehidupan individu dapat mempengaruhinya dalam cara berpikir, cara berperasaan dan cara menganalisis masalah. Dalam layanan bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.
2. Orientasi perkembangan
Dalam setiap tahap usia perkembangan individu hendaknya mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangannya. Setiap tahap atau periode perkembangan mempunyai tuas-tugas perkembangan sendiri-sendiri yang sudah harus dicapai pada akhir tahap masa perkembangannya itu. Pencapaian tugas perkembangan di suatu tahap perkembangan akan mempengaruhi perkembangan berikutnya (Ratna Asmara Pane, 1988). Sebagai contoh dapat dikemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst yang dikutip oleh Hurlock (1980) antara lain :
a) Mampu mengadakan hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan.
b) Dapat berperan sosial yang sesuai, baik perannya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan.
c) Menerima keadaan fisik serta dapat memenfaatkan kondisi fisiknya dengan baik.
d) Mampu menerima tanggung jawab sosial dan bertingkah laku sesuai dengan tanggung jawab sosial.
e) Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau orang dewasa lainnya.
f) Menyiapkan diri terhadap karir dan ekonomi.
g) Menyiapkan diri terhadap perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
h) Memperoleh nilai-nilai sistem etis sebagai pedoman dalam bertingkah laku serta dapat mengembangkan suatu ideologi.
3. Orientasi masalah
masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh klien. Hai ini disebut dengan asas kekinian (Prayitno, 1985). Artinya pembahasan masalah difokuskan pada masalah yang saat ini (saat berkonsultasi) dirasakan oleh klien. Kadang-kadang konselor terperangkap dalam hal-hal yang sebenarnya tidak dirasakan sebagai masalah oleh klien yang bersangkutan. Akibatnya, masalah yang sebenarnya justru tidak teratasi atau bahkan timbul masalah baru. Konselor dapat saja membahas hal-hal lain asal masih ada kaitannya dengan masalah yang dihadapi klien.
I. Kode Etik Bimbingan dan Konseling
Landasan Kode Etik Konselor adalah (a) Pancasila, mengingat bahwa profesi konseling merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara yang bertanggung jawab. (b) tuntutan profesi, mengacu kepada kebutuhan dan kebahagiaan klien sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Dari sudut pandang profesi bantuan (helping profession) pelayanan konseling diabdikan bagi peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan dengan cara menfasilitasi perkembangan individu atau kelompok individu sesuai dengan dengan kekuatan, kemampuan potensial dan aktual serta peluang-peluang yang dimilikinya, dan membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta kendala yang dihadapi dalam perkembangan dirinya.
Sebagai pekerjaan profesional, maka cara kerjanya diatur dalam kode etik yang jelas. Kode etik adalah kode moral yang menjadi landasan kerja bagi pekerja profesional. Etik merupakan standar tingkah laku standar seseorang, atau
Rumusan Kode Etik Bimbingan dan Konseling yang dirumuskan oleh Ikatan Petugs Bimbingan Indonesia, yang dikutip oleh Syahril dan Riska Ahmad (1986),yaitu:
a) Pembimbing/Konselor menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan klien.
b) Pembimbing/komselor menempatkan kepentingan klien di atas kepentingan pribadi pembimbing/konselor sendiri.
c) Pembimbing /konselor tidak membedakan klien atas dasar suku,warna kulit,kepercayaan atau status sosial ekonominya.
d) Pembimbing/konselor apat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti kekurangan-kekurangannya dan prasangka-prasangka yang ada pada dirinya yang dapat mengakibatkan rendahna mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan klien.
e) Pembimbing/konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat-sifat rendah hati, sederhana, sabar, tertib, dan percaya pada paham hidup sehat.
f) Pembimbing/konselor terbuka terhadap saran atau pandangan yang diberikan padanya, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling.
g) Pembimbing/konselor memiliki sifat tanggung jawab, naik terhadap lembaga dan orang-orang yang dilayani maupun terhadap profesinya. h) Pembimbing/konselor menguahakan mutu kerjanya setinggi mungkin.
Dalam hal ini dia perlu mnguasai keterampilan dan menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar ilmiah.
i) Pembimbing/konselor menguasai pengetahuan dasar yang memadai tentang hakikat dan tingkah laku orang , serta tentang teknik dan prosedur laanan bimbingan guna memberikan layanan dengan sebaik-baiknya. j) Seluruh catatan tentang diri klien merupakan informasi yang bersifat
rahasia, dan pembikbing menjaga kerahasiaan ini. Data ini hanya dapat disampaikan kepada orang yang berwenang menafsirkan dan
k) Sesuatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas ang berwenang menggunakan dan menafsirkn hasilnya.
l) Testing psikologi baru boleh diberikan dalam penanganan kasus dan keperluan lain yang membutuhkan data tentang sifat atau diri kepribadian seperti taraf intelegensi, minat, bakat, dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri pribadi seseorang.
m) Data hasil tes psikologi harus diintegrasikan dengan informasi lainnya yang diperoleh dari sumber lain, serta harus diperlakukan setaraf dengan informasi lainnya itu.
n) Konselor memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan digunakannya tes psikologi dan hubungannya dengan masalah yang dihadapi klien.
o) Hasil tes psikologi harus diberitahukan kepada klien dengan disertai alasan-alasan tentang kegiatannya dan hasil tersebut dapat diberitahukan pada pihak lain, sejauh pihak yang diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan pada diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan pada klien dan tidak merugikan klien sendiri.
a. Pelanggaran kepercayaan
b. Melampaui tingkat kompetensi profesional seseorang c. Kelalaian dalam praktik
d. Mengklaim keahlian yang tidak dimiliki e. Memaksakan nilai-nilai konselor kepada klien f. Membuat klien bergantung
g. Melakukan aktivitas seksual dengan klien
h. Konflik kepentingan, seperti hubungan ganda yaitu peran konselor bercampur dengan hubungan lainnya, baik hubungan pribadi atau hubungan profesional (Moleski & Kiselica,2005)
i. Persetujuan finansial yang kurang jelas, seperti mengenakan bayaran tambahan
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
1. Bimbingan dan Koseling proses pemberianbantuankepadaindividu yang dilakukansecaraberkesinambungan,
supayaindividutersebutdapatmemahamidirinyasehinggaiasanggupmengara hkandiridandapatbertindakwajarsesuaidengantuntutandankeadaankeluarga sertamasyarakat.
2. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah ialah mengambangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif, pengaruh keadaan emosional, dan sikap yang lebih positif .
3. Tujuan Bimbingan di Sekolah ialah Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik , kesehatan jasmani, kelanjutan studi, perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan, dan masalah sosia.
4. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Pembelajaran Siswa ialah menciptakan suasana sosial yang menyenangkan, menstimulasi siswa meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan belajar-mengajar,
menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, meningkatkan motivasi belajar siswa, menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar.
5. Landasan Bimbingan dan Konseling ialah memperhatikan perkembangan siswa ,berkisar pada dunia subjektif , kesepakatan antara pembimbing dengan yang dibimbing, dan pengakuan individu yang dibimbing. 6. Prinsip-Prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling di Sekolah ialah
berhubungan dengan sikap dann tingkah laku individu dan pemahaman karakteristik individual dari individual yang dibimbing.
7. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling ialah kerahasiaan, keterbukaan , kesukarelaan dll.
8. Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling ialah individu, perkembangan dan masalah.
9. Kode Etik Bimbingan dan Konseling ialah berlandaskan pancasila dan tuntutan profesi.
1. Sebaiknya perlu penambahan referensi yang lebih banyak untuk memantapkan teori dan konsep tentang bimbingan dan konseling
Daftar Pustaka Mariyana, Rita. Etika Profesi Guru.