• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-jenis Hasil dan Nilai Ekonomi yang Berasal Dari Praktek Agroforestri di Sekitar Taman Wisata Alam Sibolangit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jenis-jenis Hasil dan Nilai Ekonomi yang Berasal Dari Praktek Agroforestri di Sekitar Taman Wisata Alam Sibolangit"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Agroforestri

Agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang merupakan

kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau

peternakan dengan tanaman kehutanan. Sistem agroforestri merupakan sistem

pengelolaan sumber daya alam yang dinamis dan berbasis ekologi, dengan

memadukan berbagai jenis pohon pada tingkat lahan pertanian maupun pada

suatu bentang lahan. Pengelolaan lahan dengan sistem agroforestri bertujuan

untuk mempertahankan lahan dan keanekaragaman produksi lahan sehingga

berpotensi memberikan manfaat sosial ekonomi dan lingkungan bagi para

pengguna lahan (Senoaji, 2012).

Agroforestri merupakan komoditas tanaman yang kompleks, yang

didominasi oleh pepohonan dan menyediakan hampir semua hasil dan fasilitas

hutan alam.Agroforestridapat dilaksanakan dalam beberapa model, antara lain

tumpang sari (cara bercocok tanam antara tanaman pokok dengan tanaman semusim), silvopasture (campuran kegiatan kehutanan, penanaman rumput dan

peternakan), silvofishery (campuran kegiatan pertanian dengan usaha perikanan di

daerah pantai), dan farmforestry (campuran kegiatan pertanian dengan kehutanan)

(Sitorus, 2008).

Pengelolaan lahan (agroforestry maupun hutan tanaman) bisa berjalan

secara optimal bila didasari oleh pengetahuan tentang jenis, sifat-sifat dan

karakteristik tempat tumbuhnya. Dari sekian banyak jenis tumbuhan yang hidup

di Indonesia, kita harus memilih jenis-jenis tertentu dari tanaman kehutanan

(2)

obat dan jenis hewan ternak untuk mengisi lahan agroforestri.Manfaat yang bisa

diambil dari pengetahuan jenis adalah agar kita bisa meramunya menjadi

komposisi yang ideal bagi lahan agroforestri sehingga fungsi pekarangan yang

kita inginkan bisa tercapai (Mahendra, 2009).

Agroforestri dikembangkan untuk memberi manfaat kepada manusia atau

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Agroforestri utamanya diharapkan dapat

membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara

berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat, dan

dapat meningkatkan daya dukung ekologi manusia, khususnya di daerah pedesaan

(Mayrowani, 2012).

Jenis Hasil Agroforestri

Jenis produk yang dihasilkan sistem agroforestri sangat beragam, yang

bisa dibagi menjadi 2 kelompok : (a) produk untuk komersial misalnya bahan

pangan, buah-buahan, hijauan makanan ternak, kayu bangunan, kayu bakar, daun,

kulit, getah, dan lain-lain, dan (b) pelayanan jasa lingkungan, misalnya konservasi

sumber daya alam (tanah, air dan keanekaragaman hayati). Pola tanam ini dapat

dilakukan dalam suatu unit lahan pada waktu bersamaan (simultan) atau pada

waktu yang berbeda/berurutan (sekuensial), melibatkan beraneka jenis tanaman

tahunan maupun musiman.Pola tanam dalam sistem agroforestri memungkinkan

terjadinya penyebaran kegiatan sepanjang tahun dan waktu panen yang

berbeda-beda, mulai dari harian, mingguan, musiman, tahunan, atau sewaktu-waktu

(Widianto dkk, 2003).

Sistem agroforestri merupakan kombinasi antara aneka jenis

(3)

agroforestri telah dilaksanakan sejak dahulu kala oleh para petani di berbagai

daerah dengan aneka macam kondisi iklim dan jenis tanah serta berbagai sistem

pengelolaan.Pengelolaan sistem agroforestri meliputi pengolahan tanah,

pemupukan, penyiangan, pemangkasan, dan pemberantasan hama/penyakit,

seringkali berbeda-beda antar lokasi dan bahkan antar petani. Sistem pengelolaan

yang berbeda-beda itu dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi biofisik (tanah

dan iklim), perbedaan ketersediaan modal dan tenaga kerja,serta perbedaan latar

belakang sosial-budaya. Oleh karena itu produksi yang dihasilkan dari sistem

agroforestri juga bermacam-macam, misalnya buah-buahan, kayu bangunan, kayu

bakar, getah, pakan, sayur-sayuran, umbi-umbian, dan biji-bijian (Widianto dkk,

2003).

Dilihat dari aspek ekonomi, penerapan sistem agroforestri memiliki masa

depan yang cerah. Sebagai sebuah sistem yang memadukan berbagai jenis

tanaman dalam suatu lahan, maka akan memungkinkan naiknya produktifitas hasil

panen. Logikanya setiap nilai tanaman memiliki nilai jual masing-masing, ketika

dalam sistem agroforestri dikombinasikan tanaman-tanaman komersial maka total

pendapatan pasca panen akan melimpah. Sebut saja dalam sistem agroforestri kita

tanam, kopi, coklat, rambutan, durian, jati, jahe dan vanili.Maka jika jumlahnya

cukup melimpah uang yang didapat pun sangat banyak.Pertimbangan untung rugi

ikut ambil bagian dalam keputusan kita.Begitu juga ketika lahan pertanian luas,

pertimbangan ekonomi ikut mendominasi keputusan kita menggaji pesanggem

(orang upahan) (Mahendra, 2009).

Diantara larikan tanaman pokok hutan danserbaguna dimanfaatkan petani

(4)

tanah, dan lain-lain). Jika tajuk tanaman pokok hutan dan serbaguna sudah saling

menaungi lahan di bawahnya, maka kegiatan tumpangsari tidak lagi dapat

dilakukan alternatif jenis tanaman lain yang dapat dikembangkan di bawah

tegakan (Sumarhani, 2015).

Menanam buah-buahan adalah usahajangka menengah yang membutuhkan

modal besar dan berisiko tinggi namun juga menjanjikan keuntungan besar.Oleh

karena itu, usaha ini harus direncanakan dengan cermat.Petani buah perlu

memilikipemahaman yang baik tentang kesesuaian tempat tumbuh serta budidaya

dan pemasaran buah agar dapat mengusahakan buah secara

menguntungkan.Mengusahakan durian atau duku pada tempat tumbuh yangsesuai

merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan usaha (Puspitojati,

2014).

Penggerek buah kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella) merupakan

hama yang sangat merugikan.Serangannya dapat merusak hampir semuahasil.

Penggerek Buah Kakao dapat menyerang buah sekecil 3 cm, tetapi umumnya

lebih menyukai yang berukuran sekitar 8 cm. Ulatnya merusak dengan cara

menggerek buah, memakan kulit buah, daging buah dan saluran ke biji. Buah

yang terserang akan lebih awal menjadi berwarna kuning, dan jika digoyang tidak

berbunyi. Biasanya lebih berat daripada yang sehat.Biji-bijinya saling melekat,

berwarna kehitaman serta ukuran biji lebih kecil (Simanjuntak, 2002).

Nilai Ekonomi Agroforestri

Sumber daya hutan sesungguhnya telah senantiasa juga mengalirkan

manfaat ekonomi langsung kepada masyarakat.Dengan kegiatan-kegiatan

(5)

langsung dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.Hasil hutan merupakan

sumberdaya ekonomi potensial yang beragam yang menghasilkan sederetan hasil

hutan serbaguna baik hasil hutan kayu dan non kayu maupun hasil-hasil hutan

yang tidak kentara (Wirakusumah, 2003).

Ciri ekonomi mata pencaharian masyarakat di pedesaan, terutama di

Negara-negara berkembang adalah keberagaman.Masyarakat desa mengandalkan

pemanfaatan langsung hasil pertanian dan hutan serta berbagai sumber pendapatan

lainnya yang dihasilkan dari penjualan hasil hutan atau dari upah bekerja

(Baharuddin dan Ira, 2009).

Secara ekonomis, agroforestri memberikan keuntungan yang cukup berarti

bagi petani, masyarakat, daerah atau negara. Keuntungan-keuntungan ini dapat

meliputi :

1. Peningkatan kesinambungan hasil-hasil pangan, pakan ternak, kayu bakar,

pupuk dan kayu pertukangan

2. Mengurangi terjadinya kegagalan total tanaman pertanian yang biasanya

terjadi pada tanaman jenis tunggal atau sistem monokultur

3. Meningkatkan jumlah pendapatan pertanian karena peningkatan

produktifitas dan kesinambungan produksi

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul sebagaimana telah

[r]

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Perpanjangan Dispensasi Pelayanan Pencatatan

Atas partisipasinya dalam penyelenggaraan Ufian Tulis Penerimaan Mahasiswa Baru ]alu:: Seleksi Mandiri (SM) Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun 2072,

14.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan

[r]

atas ambang pintu, maka sepasang kepala naga di Candi Kidal ini adalah bagian dari ragam hias Kāla-Naga , ragam hias yang belum dijumpai pada bangunan Klasik Tua di Jawa

[r]