• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFEKTIVITAS PROMOSI RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR. Oleh FEBY SUANDARI H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFEKTIVITAS PROMOSI RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR. Oleh FEBY SUANDARI H"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

i

Oleh

FEBY SUANDARI

H24063175

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

Dalam masa globalisasi ekonomi sekarang ini, persaingan antar perusahaan dalam industri di Kota Bogor semakin ketat. Salah satu industri yang tak luput dari kompetisi tersebut adalah industri restoran. Berbagai restoran baru di Kota Bogor mulai menunjukkan eksistensinya dalam dunia bisnis, salah satunya adalah restoran Lasagna Gulung. Lasagna Gulung harus merumuskan strategi pemasaran yang efektif agar dapat meningkatkan dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada di tengah maraknya persaingan industri restoran di Kota Bogor. Salah satu strategi pemasaran yang harus diperhatikan yaitu strategi promosi. Strategi promosi yang efektif akan membuat konsumen tertarik dan mendorong konsumen untuk memilih produk Lasagna Gulung. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi kegiatan promosi yang dilaksanakan oleh Lasagna Gulung, (2) Mengetahui respon konsumen terhadap efektivitas promosi yang dilakukan oleh Lasagna Gulung, dan (3) Merumuskan alternatif strategi promosi yang efektif bagi restoran Lasagna Gulung.

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang diperoleh dari wawancara serta informasi yang dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa data yang dikumpulkan dari perusahaan, Badan Pusat Statistik, studi pustaka, penelitian terdahulu, buku-buku, artikel, internet dan berbagai media lainnya. Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi EPIC Model dan Direct Rating Method untuk menentukan tingkat efektivitas promosi Lasagna Gulung.Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Microsoft Excel, Software SPSS version 15.0.

Kegiatan-kegiatan promosi yang selama ini telah dilaksanakan oleh restoran Lasagna Gulung, meliputi mass selling (periklanan dan publisitas), public relations, dan promosi penjualan, serta word of mouth (informasi mulut ke mulut) Sampai saat ini restoran Lasagna Gulung belum pernah melaksanakan promosi melalui personal selling serta direct marketing. Berdasarkan hasil analisis pengukuran efektivitas promosi restoran Lasagna Gulung dengan menggunakan EPIC Model dapat diketahui bahwa secara keseluruhan EPIC Rate, skor rata-rata adalah 3,40 yang berada dalam rentang skala cukup efektif, yaitu antara 2,6 sampai 3,4. Hal ini berarti promosi yang dilakukan restoran Lasagna Gulung cukup efektif saja tetapi kinerjanya belum maksimal. Berdasarkan analisis dengan Direct Rating Method nilai direct rating (g) yang diperoleh sebesar 64,98 yang berada pada rentang skala 60 sampai 80. Hal ini berarti promosi yang dilakukan restoran Lasagna Gulung cukup berhasil dilihat dari segi perhatian, pemahaman, respon kognitif, respon afektif serta sikap konsumen. Konsumen Lasagna Gulung memberikan respon positif terhadap promosi-promosi yang dilakukan oleh restoran ini. Strategi promosi yang efektif yang dapat diterapkan oleh restoran Lasagna Gulung yaitu dengan mengoptimalkan peran word of mouth yang dilakukan oleh konsumen, melakukan kegiatan periklanan yang gencar melalui media-media yang telah digunakan sebelumnya, seperti brosur, mini banner dan spanduk, pemanfaatan program publisitas secara aktif serta pemberian diskon bagi konsumen.

(3)

iii

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

FEBY SUANDARI

H24063175

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

iv

NIM : H24063175

Menyetujui

Dosen Pembimbing,

(Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS. M.Ec) NIP: 195811221985031002

Mengetahui: Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono. M. Munandar, M. Sc) NIP: 196101231986011002

(5)

v

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Februari 1989. Penulis merupakan anak bungsu dari enam bersaudara pasangan dari Damanhuri dan Endah Jubaedah (Almh).

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Ciluar 5 Bogor pada tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 05 Bogor, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Bogor dan masuk program IPA pada tahun 2005. Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan keahlian minor pada Ilmu Komunikasi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota dalam kegiatan kesenian di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lingkup Seni Sunda Gentra Kaheman dan pada tahun 2008, penulis aktif sebagai anggota dalam perkumpulan Tari Tradisional (COAST) Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh COM@ dan BEM FEM.

Pada tahun 2009, penulis menjadi pengajar kumulasi COM@ bagi mahasiswa Departemen Manajemen angkatan 44 untuk mata kuliah Manajemen Produksi dan Operasi. Pada tahun 2010, penulis mendapatkan kesempatan sebagai petugas (PCL) program Sensus Penduduk Indonesia.

(6)

vi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Persaingan antar perusahaan dalam industri di Kota Bogor yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk merumuskan strategi pemasaran yang efektif agar dapat meningkatkan pangsa pasar dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada di tengah maraknya persaingan industri restoran di Kota Bogor. Salah satu strategi pemasaran yang harus diperhatikan yaitu strategi promosi. Promosi yang dijalankan secara efektif dan dikendalikan dengan baik akan berperan secara berarti dalam mempengaruhi dan meningkatkan pembelian konsumen yang pada akhirnya akan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah penjualan serta laba perusahaan. Skripsi ini berjudul “Analisis Efektivitas Promosi Restoran Lasagna Gulung Bogor”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dalam mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna memperbaiki segala kekurangan yang ada. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan dalam meningkatkan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2010

(7)

vii

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS. M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi konsultasi serta masukan yang sangat berarti selama penelitian sampai penulisan skripsi ini kepada penulis.

2. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Farida Ratna Dewi, SE. MM, yang telah bersedia menjadi penguji sidang serta memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini ke arah lebih baik.

3. Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

4. Seluruh staf pengajar dan karyawan di Departemen Manajemen, FEM IPB. 5. Orangtua (Bapak dan Almarhumah Mimih) yang telah mencurahkan kasih

sayangnya dan tidak pernah lelah memberikan dorongan, bantuan moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya demi tercapainya cita-cita penulis.

6. Supervisor restoran Lasagna Gulung (Teh Erni), wakil supervisor (Pak Andris dan Mas Firman), serta seluruh karyawan restoran Lasagna Gulung yang telah memberi kesempatan dan bantuan serta informasi terkait objek penelitian. 7. Konsumen restoran Lasagna Gulung yang telah menyempatkan waktunya

untuk mengisi kuisioner terkait dengan skripsi ini.

8. Kakak-kakakku tersayang yang selalu mendoakan serta memberikan motivasi dan semangat selama penelitian hingga penulisan skripsi ini.

9. M. Febriozo Asyhadin yang selalu memberikan semangat, dorongan dan kasih sayangnya selama ini kepada penulis.

10. Teman-teman satu bimbingan (Esa, Dian, Dewi, Erika, Gama, Astri, Exval, Habib dan Fery) yang memberikan bantuan dan semangat serta motivasinya. 11. Puma dan Putri yang telah bersama-sama dalam suka dan duka selama 3

(8)

viii

13. Teman-teman Malva Family (Popo, Rei, Vicki) serta keluarga Karona (Hari, Ratih, Tisondo, Ucok, Oliver) yang sudah memberikan semangat baru bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu dan telah memberikan bantuannya untuk penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Tidak ada manusia yang sempurna. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada skripsi ini, maka kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kemaslahatan bagi orang lain.

Bogor, Agustus 2010

(9)

ix

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Pemasaran ... 6

2.2. Bauran Pemasaran ... 7

2.3. Bauran Promosi ... 9

2.4. Restoran ... 12

2.5. Metode Penganggaran Promosi ... 16

2.6. EPIC Model ... 18

2.7. Direct Rating Method ... 20

2.8. Hasil Penelitian Terdahulu ... 22

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 26

3.1. Kerangka Pemikiran ... 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.3. Jenis Sumber Data ... 27

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 29

3.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 30

3.5.1. Uji Validitas ... 30

3.5.2. Uji Reliabilitas ... 31

3.5.3. EPIC Model ... 32

3.5.4. Direct Rating Method ... 35

(10)

x

4.2. Bauran Pemasaran Restoran Lasagna Gulung ... 41

4.2.1. Elemen Produk ... 41

4.2.2. Tempat dan Waktu ... 43

4.2.3. Proses ... 45

4.2.4. Produktivitas dan Kualitas ... 45

4.2.5. Orang ... 46

4.2.6. Bauran Promosi ... 46

4.2.7. Bukti Fisik ... 51

4.2.8. Bauran Harga ... 51

4.3. Analisis Data Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 52

4.4. Karakteristik Responden ... 52 4.5. EPIC Model ... 57 4.5.1. Empati (Empathy) ... 57 4.5.2. Persuasi (Persuasion) ... 58 4.5.3. Dampak (Impact) ... 59 4.5.4. Komunikasi (Communication) ... 61 4.5.5. EPIC Rate ... 62

4.6 Direct Rating Method ... 63

4.6.1. Perhatian (Attention) ... 63

4.6.2. Pemahaman (Read Througness) ... 65

4.6.3. Respon Kognitif (Cognitive) ... 66

4.6.4. Respon Afektif (Affection) ... 67

4.6.5. Sikap atau Perilaku (Behaviour) ... 68

4.6.6. Nilai Total Direct Rating Method... 69

4.7. Alternatif Strategi Promosi yang Efektif bagi Restoran Lasagna Gulung ... 70

4.8. Implikasi Manajerial ... 72

KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

1. Kesimpulan ... 76

2. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(11)

xi

No. Halaman

1. Bobot nilai EPIC Model ... 34

2. Rentang skala keputusan EPIC Model ... 35

3. Bobot nilai Direct Rating Method ... 36

4. Rentang skala keputusan Direct Rating Method ... 37

5. Direct Rating ... 37

6. Faktor Empathy responden terhadap promosi restoran Lasagna Gulung .... 57

7. Hasil perhitungan skor rata-rata dimensi empati ... 57

8. Faktor Persuasion responden terhadap promosi restoran Lasagna Gulung 58 9. Hasil perhitungan skor rata-rata dimensi persuasi ... 59

10. Faktor Impact responden terhadap promosi restoran Lasagna Gulung... 60

11. Hasil perhitungan skor rata-rata dimensi dampak ... 60

12. Faktor komunikasi responden terhadap promosi restoran Lasagna Gulung 61 13. Hasil perhitungan skor rata-rata dimensi komunikasi ... 61

14. Faktor perhatian responden terhadap promosi restoran Lasagna Gulung .. 64

15. Hasil perhitungan skor rata-rata faktor perhatian ... 64

16. Faktor pemahaman responden terhadap promosi restoran Lasagna Gulung 65 17. Hasil perhitungan skor rata-rata faktor pemahaman ... 65

18. Faktor respon kognitif responden terhadap promosi restoran Lasagna Gulung ... 66

19. Hasil perhitungan skor rata-rata faktor respon kognitif ... 66

20. Faktor respon afektif responden terhadap promosi restoran Lasagna Gulung ... 67

21. Hasil perhitungan skor rata-rata faktor respon afektif ... 68

22. Faktor perilaku responden terhadap promosi restoran Lasagna Gulung ... 69

23. Hasil perhitungan skor rata-rata faktor perilaku ... 69

(12)

xii

No Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ... 28

2. Struktur organisasi restoran Lasagna Gulung ... 40

3. Jenis kelamin responden ... 53

4. Usia Responden ... 53

5. Status pernikahan responden ... 54

6. Pekerjaan responden ... 54

7. Pendidikan responden ... 55

8. Pendapatan per bulan responden ... 56

9. Sumber informasi utama ... 56

(13)

xiii

No. Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 82

2. Bauran Pemasaran Restoran Lasagna Gulung Secara Keseluruhan ... 84

3. Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 86

4. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ... 89

5. Hasil Analisis Deskriptif Karakteristik Responden ... 90

6. Hasil Persentase Analisis Tabulasi Sederhana EPIC Model ... 92

(14)

1.1. Latar Belakang

Kota Bogor memiliki lokasi sangat strategis, karena letaknya berdekatan dengan wilayah DKI Jakarta. Kota Bogor juga memiliki keunggulan karena didukung sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, fasilitas infrastruktur yang memadai serta memiliki prosedur yang mudah untuk berinvestasi. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) laju pertumbuhan ekonomi Kota Bogor tahun 2009 berada pada kisaran 6,02 persen. Capaian ini lebih baik dari laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 yang mencapai 5,98 persen1. Dalam mengembangkan perekonomian masyarakat, Kota Bogor menitikberatkan pada jasa yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada terbukti dengan beragam objek wisata dan potensi lainya yang dimiliki Kota Bogor, diantaranya objek wisata ilmiah yang bertaraf internasional, wisata alam, olah raga, budaya, cinderamata dan aneka makanan khas dan pusat-pusat perbelanjaan serta kegiatan pariwisata dan budaya dapat disaksikan di Kota Bogor.

Dalam masa globalisasi ekonomi sekarang ini, perekonomian Kota Bogor tidak lepas dari adanya persaingan antar perusahaan dalam industri. Salah satu industri yang tak luput dari kompetisi tersebut adalah industri restoran. Berbagai restoran baru di Kota Bogor mulai menunjukkan eksistensinya dalam dunia bisnis. Persaingan yang semakin ketat ini menuntut restoran-restoran di Kota Bogor untuk memiliki strategi pemasaran yang baik. Pemasaran merupakan kunci utama bagi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Pemasaran dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjual dirinya sendiri (Kotler dan Keller, 2007). Melalui pemasaran, produk perusahaan dapat diperkenalkan

1

Kondisi Perekonomian Kota Bogor Menggembirakan, LPE Capai 6,02 Persen,

http://www.kotabogor.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5441&Itemid= 1 (diakses 8 Maret 2010)

(15)

dan dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu, perusahaan harus merencanakan kegiatan dan program pemasaran yang terpadu guna menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai bagi konsumen. Salah satu cara untuk mengkomunikasikan berbagai informasi kepada konsumen adalah kegiatan promosi.

Promosi atau yang saat ini lebih dikenal dengan komunikasi pemasaran merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk menyampaikan sesuatu yang perlu diketahui dan dipahami oleh konsumennya (Amir, 2005). Pentingnya peranan promosi bagi perusahaan menuntut perusahaan untuk merumuskan strategi promosi yang efektif. Suatu perusahaan harus merumuskan strategi yang tepat dan efektif guna mendapatkan pangsa pasar yang tinggi.

Kenyataan saat ini industri restoran baik restoran konvensional maupun restoran yang menyajikan hidangan khusus merupakan salah satu industri yang berkembang sangat pesat. Saat ini mengkonsumsi makanan di restoran bukan lagi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan, namun lebih dijadikan gaya hidup. Bila dibandingkan dengan masa beberapa dekade yang lalu, bersantap sehari-hari cenderung dilakukan di rumah dimana makanan yang disajikan hasil masak sendiri. Namun saat ini kebiasaan pergi ke restoran atau ke berbagai tempat jajanan yang tersebar dimana-mana mulai semarak. Bila dulu makan malam di rumah adalah ajang untuk berkumpul keluarga, saat ini kebiasaan tersebut mulai berubah dimana para anggota keluarga berkumpul di restoran tertentu selama jangka waktu tertentu misal seminggu sekali atau sebulan sekali. Makan di restoran juga menjadi ajang untuk berkumpul, bersosialisasi sekaligus melakukan lobby-lobby bisnis. Oleh karena itu, banyak restoran yang berusaha untuk merumuskan sistem pemasaran yang tepat guna menarik perhatian para pelanggan maupun calon pelanggan.

Pasar industri restoran di Kota Bogor masih sangat potensial. Sebagai kota tujuan bagi para pecinta kuliner, Kota Bogor tidak hanya menyediakan berbagai makanan khas daerah, namun juga makanan bercita rasa internasional. Saat ini makanan bercita rasa internasional semakin diminati

(16)

oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat perkotaan. Salah satu makanan internasional yang menarik perhatian konsumen Indonesia adalah pasta. Pasta adalah makanan olahan yang digunakan pada masakan Italia, dibuat dari campuran tepung terigu, air, telur, dan garam yang membentuk adonan yang bisa dibentuk menjadi berbagai variasi ukuran dan bentuk. Pasta dijadikan berbagai hidangan setelah dimasak dengan cara direbus2. Salah satu jenis pasta yang populer di Indonesia adalah lasagna. Lasagna adalah pasta yang dipanggang di oven dan merupakan makanan tradisional Italia. Lasagna secara harfiah adalah lasagne yang berisikan daging. Lasagna dapat diisi dengan banyak isian lainnya seperti daging, sayur-sayuran, ayam, makanan laut, dan sebagainya sesuai selera. Kulit lasagna dibuat dari adonan tepung terigu yang setelah diberikan irisan, lalu dipanggang sampai matang.

Kota Bogor memiliki sebuah restoran yang menyajikan menu lasagna khas Italia yaitu restoran Lasagna Gulung. Restoran Lasagna Gulung menyajikan menu lasagna gulung sebagai menu andalannya. Perkembangan industri restoran di Kota Bogor yang sangat pesat ini menyebabkan Lasagna Gulung harus siap bersaing dengan kompetitor-kompetitornya yang juga menyajikan menu lasagna ala Italia. Para kompetitor Lasagna Gulung di Kota Bogor yang juga menyajikan menu lasagna, di antaranya Pizza Hut dan Paparons Pizza. Adanya kompetitor-kompetitor tersebut dapat menjadi ancaman yang berdampak pada menurunnya pangsa pasar Lasagna Gulung. Oleh karena itu, Lasagna Gulung harus merumuskan strategi pemasaran yang efektif agar dapat meningkatkan pangsa pasar dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada di tengah maraknya persaingan industri restoran di Kota Bogor.

Salah satu strategi pemasaran yang harus diperhatikan yaitu strategi promosi. Strategi promosi yang efektif akan membuat konsumen tertarik dan mendorong konsumen untuk memilih produk Lasagna Gulung daripada produk kompetitornya. Dengan menjalankan promosi secara efektif dan dikendalikan dengan baik maka akan berperan secara berarti dalam

2

(17)

mempengaruhi dan meningkatkan pembelian konsumen yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah penjualan. Jumlah penjualan yang tinggi akan berdampak pada meningkatknya laba perusahaan. Laba merupakan salah satu tujuan utama perusahaan. Melihat kenyataan dan pertimbangan tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengetahui efektivitas bauran promosi restoran Lasagna Gulung.

1.2. Perumusan Masalah

Lasagna Gulung merupakan salah satu restoran di Kota Bogor yang menyajikan beragam menu makanan yang berasal dari Italia. Restoran ini baru didirikan pada September 2007. Lasagna Gulung merupakan salah satu unit bisnis dari tujuh unit bisnis yang dimiliki Pia Aplle Pie (PAP) Group yang diprakarsai oleh Ibu Tintin Kuraesin, Ibu Baby Ahnan, dan Ibu Susi Gunadi. Restoran ini berlokasi di Pav. Salak No. 24 Kota Bogor.

Menu andalan yang dimiliki oleh Lasagna Gulung adalah produknya yang bernama lasagna gulung. Lasagna Gulung berbeda dengan menu lasagna ala Italia seperti biasanya. Menu lasagna yang disajikan di Lasagna Gulung dibuat dalam bentuk berupa gulungan, bukan tumpukan lempengan. Selain rasanya yang lezat, lasagna yang disajikan di restoran ini merupakan resep racikan sendiri dari perusahaan dan tidak menggunakan bahan pengawet serta penyedap rasa sehingga aman untuk dikonsumsi.

Jumlah penjualan restoran Lasagna Gulung dinilai masih belum sesuai dengan penjualan yang ditargetkan. Penjualan Lasagna Gulung rata-rata pada hari kerja sebanyak 22 buah. Sedangkan, pada saat week end serta hari libur tertentu penjualan restoran Lasagna Gulung dapat melebihi jumlah penjualan pada hari kerja. Restoran Lasagna Gulung mempunyai target penjualan 60 buah setiap harinya untuk setiap jenisnya. Hal ini merupakan salah satu masalah bagi restoran Lasagna Gulung karena penjualan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan dan laba perusahaan. Jumlah penjualan yang belum optimal ini diperkirakan karena promosi yang dirasa masih kurang maksimal. Oleh karena itu, restoran Lasagna Gulung harus merumuskan serta melakukan promosi yang efektif yang dapat menarik konsumen untuk melakukan pembelian di restoran Lasagna Gulung.

(18)

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka dapat disusun permasalahan yang diteliti, yaitu:

1. Bagaimana kegiatan promosi yang dilaksanakan Lasagna Gulung dalam upaya meningkatkan pangsa pasarnya?

2. Bagaimana respon konsumen terhadap efektivitas promosi yang dilakukan oleh Lasagna Gulung?

3. Bagaimana strategi promosi yang efektif pada restoran Lasagna Gulung? 1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini, antara lain:

1. Mengidentifikasi kegiatan promosi yang dilaksanakan oleh Lasagna Gulung.

2. Mengetahui respon konsumen terhadap efektivitas promosi yang dilakukan oleh Lasagna Gulung.

3. Merumuskan alternatif strategi promosi yang efektif sebagai rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi restoran Lasagna Gulung.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat membantu memberikan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang berminat untuk melakukan penelitian mengenai promosi pemasaran.

2. Bagi Lasagna Gulung, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan rekomendasi bagi pihak-pihak yang terlibat dalam merencanakan strategi promosi Lasagna Gulung di masa yang akan datang.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai kegiatan serta strategi promosi yang dilakukan oleh Lasagna Gulung, respon konsumen terhadap efektivitas promosi yang telah dilakukan Lasagna Gulung serta merumuskan bauran promosi yang efektif pada restoran Lasagna Gulung. Penelitian dilakukan terbatas hanya pada konsumen Lasagna Gulung yang pada saat diadakan observasi langsung sedang berkunjung ke Lasagna Gulung.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemasaran

Pemasaran mencakup berbagai aktifitas yang bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen. Pemasaran merupakan fungsi kontak paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena itu pemasaran memainkan peranan penting dalam pengembangan strategi.

Definisi pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2008) adalah proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Sedangkan menurut Morissan (2007), pemasaran adalah suatu konsep yang menyangkut suatu sikap mental, suatu cara berpikir yang membimbing anda melakukan sesuatu yang tidak selalu menjual benda tetapi juga menjual gagasan-gagasan, karier, tempat (pariwisata, rumah, lokasi industri), undang-undang, jasa (pengangkutan, penerbangan, pemotongan rumput, kesehatan), hiburan (pertunjukan, pertandingan-pertandingan) dan kegiatan-kegiatan nirlaba seperti yayasan-yayasan sosial dan keagamaan.

Pemasaran didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang menjurus pada suatu transaksi pertukaran antara seorang penjual dan seorang pembeli atas dasar peralihan laba (Keegan, 2003). Menurut Peter Drucker dalam Kotler dan Keller (2007), orang dapat mengasumsikan akan selalu ada kebutuhan penjualan. Akan tetapi, tujuan pemasaran bukan untuk memperluas penjualan hingga ke mana-mana. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan dan selanjutnya menjual dirinya sendiri.

(20)

2.2. Bauran Pemasaran

Pemasaran memfasilitasi proses pertukaran dan pengembangan hubungan dengan konsumen dengan cara mengamati secara cermat kebutuhan dan keinginan konsumen yang dilanjutkan dengan mengembangkan suatu produk (product) yang memuaskan kebutuhan konsumen dan menawarkan produk tersebut pada harga (price) tertentu serta mendistribusikannya agar tersedia di tempat-tempat (place) yang menjadi pasar bagi produk bersangkutan. Untuk itu perlu dilaksanakan suatu program promosi (promotion) atau komunikasi guna menciptakan kesadaran dan ketertarikan konsumen kepada produk bersangkutan. Proses ini disebut dengan marketing mix atau bauran pemasaran (Morissan, 2007).

Menurut Kotler dan Amstrong (2008), bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. McCarthy dalam Kotler dan Keller (2007) mengklasifikasikan alat-alat pemasaran ini menjadi empat kelompok besar yang disebut “empat P”: Product (Produk), Price (Harga), Place (Tempat), dan Promotion (Promosi).

Ketika membahas strategi untuk memasarkan barang manufaktur, tenaga pemasar biasanya hanya memperhatikan hanya empat P. Tetapi sifat jasa yang melibatkan berbagai aspek keterlibatan pelanggan dalam produksi dan pentingnya faktor waktu, membutuhkan unsur strategis lainnya juga. Bauran pemasaran jasa dikemas dalam suatu model 8P oleh Lovelock dan Wright. Model 8P manajemen jasa terpadu (Lovelock dan Wright, 2005) terdiri dari:

1. Elemen produk (product), yaitu semua komponen kinerja jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan. Manajer harus memilih fitur-fitur produk inti (baik barang maupun jasa) dan beberapa elemen jasa pelengkap yang mengelilinginya, dengan merujuk manfaat yang diinginkan pelanggan dan seberapa tinggi daya saing produk tersebut.

(21)

2. Tempat dan waktu (place and time), yaitu keputusan manajemen tentang kapan, di mana, dan bagaimana menyampaikan jasa kepada pelanggan. 3. Proses (process), yaitu metode pengoperasian atau serangkaian tindakan

tertentu, yang umumnya berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan. Untuk menciptakan dan menyampaikan elemen produk kepada pelanggan diperlukan desain dan implementasi dari proses yang efektif. Sebuah proses menjelaskan metode dan urutan kerja dari proses yang beroperasi.

4. Produktivitas dan kualitas.

Produktivitas adalah seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi output yang menambah nilai bagi pelanggan, sedangkan kualitas adalah sejauh mana suatu jasa memuaskan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan mereka.

5. Orang yaitu karyawan (dan kadang-kadang pelanggan lain) yang terlibat dalam proses produksi. Banyak jasa bergantung pada interaksi langsung dan pribadi antara pelanggan dan karyawan perusahaan. Sifat dari interaksi ini sangat mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa.

6. Promosi dan edukasi, yaitu semua aktivitas dan alat yang menggugah komunikasi yang dirancang untuk membangun preferensi pelanggan terhadap jasa dan penyedia jasa tertentu. Tidak satu pun program pemasaran dapat berhasil tanpa adanya program komunikasi efektif yang memberikan promosi dan pendidikan. Komponen ini memainkan tiga peran penting: menyediakan informasi dan saran yang dibutuhkan, membujuk pelanggan sasaran tentang kelebihan suatu produk, dan mendorong pelanggan untuk mengambil tindakan pada suatu waktu. 7. Bukti fisik, yaitu petunjuk visual atau berwujud lainnnya yang memberi

bukti atas kualitas jasa. Gedung, tanah, kendaraan, perabotan interior, perlengkapan anggota staf tanda-tanda, barang cetakan dan petunjuk yang terlihat lainnya yang member bukti atau kualitas jasa.

8. Harga dan biaya jasa lainnya, yaitu pengeluaran uang, waktu, dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi jasa. Harga dan

(22)

komponen biaya jasa lainnya memperlihatkan kepada manajemen berbagai biaya yang ditimbulkan pelanggan dalam memperoleh manfaat suatu jasa. 2.3. Bauran Promosi

Michael Ray dalam Morissan (2007) mendefinisikan promosi sebagai koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu gagasan. Instrumen dasar yang digunakan untuk mencapai tujuan komunikasi perusahaan disebut dengan bauran promosi atau

promotional mix.

Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya. Beberapa tugas khusus itu atau sering disebut bauran promosi (promotion mix, promotion blend, communication mix) adalah: personal selling, mass selling (terdiri atas periklanan dan publisitas), promosi penjualan, public relations (hubungan masyarakat), dan direct marketing (Tjiptono, 2008). Bauran promosi tersebut diuraikan di bawah ini.

1. Personal Selling

Personal selling merupakan suatu bentuk komunikasi langsung antara seorang penjual dengan calon pembelinya (Morissan, 2007). Dalam hal ini, penjual berupaya untuk membantu atau membujuk calon pembeli untuk membeli produk yang ditawarkan. Bila dibandingkan dengan bauran promosi yang lain, tenaga penjualan mempunyai kelebihan tersendiri. Pada tahap tertentu, biasanya pada tahap akhir konsumen hendak memutuskan, peran tenaga penjual lebih terasa. Menurut Amir (2005), dengan berbagai pengetahuan dan sarannya, tenaga penjual dapat membangun preferensi, keyakinan dan mendorong untuk bertindak (membeli).

Menurut Tjiptono (2008), personal selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk

(23)

mempertahankan suatu produk kepada calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya. Sifat-sifat personal selling antara lain:

1. Personal confrontation, yaitu adanya hubungan yang hidup, langsung, dan interaktif antara 2 orang atau lebih.

2. Cultivation, yaitu sifat yang memungkinkan berkembangnya segala macam hubungan, mulai dari sekedar hubungan jual beli sampai dengan suatu hubungan yang lebih akrab.

3. Response, yaitu situasi yang seolah-olah mengharuskan pelanggan untuk mendengar, memperhatikan, dan menanggapi. Menurut Amir (2005), pada saat tenaga penjual berhubungan dengan pembeli, biasanya ada perasaan sungkan pada pembeli untuk menolak. Tergantung bagaimana tenaga si penjual bisa memanfaatkannya sehingga transaksi bisa terjadi atau tidak.

2. Mass Selling

Mass selling merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu waktu. Ada dua bentuk utama mass selling, yaitu periklanan dan publisitas.

1. Periklanan

Tjiptono (2008) menyebutkan bahwa periklanan adalah seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan iklan. Iklan memiliki empat fungsi utama, yaitu menginformasikan khalayak mengenai seluk beluk produk (informative), mempengaruhi khalayak untuk membeli (persuading), dan menyegarkan informasi yang telah diterima khalayak (reminding), serta menciptakan suasana yang menyenangkan sewaktu khalayak menerima dan mencerna informasi (entertainment). Menurut Jefkins dalam Durianto (2003), kehidupan dunia modern saat ini sangat bergantung pada iklan.

2. Publisitas

Publisitas adalah bentuk penyajian dan penyebaran ide, barang dan jasa secara non personal, yang mana orang atau organisasi yang diuntungkan

(24)

tidak membayar untuk itu (Tjiptono, 2008). Dibandingkan dengan iklan, publisitas mempunyai kredibilitas yang lebih baik, karena pembenaran (baik langsung maupun tidak langsung) dilakukan oleh pihak lain selain pemilik iklan. Di samping itu karena pesan publisitas dimasukkan dalam berita atau artikel koran, tabloid, majalah, radio dan televisi, maka khalayak tidak memandangnya sebagai komunikasi promosi. Publisitas juga dapat memberi informasi lebih banyak dan lebih terperinci daripada iklan.

3. Promosi Penjualan

Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan/atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan (Tjiptono, 2008). Menurut Morissan (2007), promosi penjualan adalah kegiatan pemasaran yang memberikan nilai tambah atau insentif kepada tenaga penjualan, distributor, atau konsumen yang diharapkan dapat meningkatkan penjualan. Promosi penjualan secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu promosi penjualan yang berorientasi kepada konsumen dan promosi penjualan yang berorientasi kepada perdagangan. Promosi penjualan yang berorientasi kepada konsumen ditujukan kepada pengguna atau pemakai akhir suatu barang atau jasa yang mencakup pemberian kupon, pemberian sampel produk, potongan harga, undian berhadiah, kontes dan sebagainya. Sedangkan promosi penjualan yang berorientasi kepada perdagangan ditujukan kepada pihak-pihak yang menjadi perantara pemasaran (marketing intermediaries) yaitu: para pedagang pengecer (retailer), pedagang besar dan distributor.

4. Public Relations (Hubungan Masyarakat)

Tjiptono (2008) mendefinisikan public relations sebagai upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaaan tersebut. Sedangkan menurut Jefkins dalam Morissan (2007), humas adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya

(25)

dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.

5. Direct Marketing

Direct marketing adalah upaya perusahaan atau organisasi untuk berkomunikasi secara langsung dengan calon pelanggan sasaran dengan maksud untuk menimbulkan tanggapan dan atau transaksi penjualan (Morissan, 2007). Menurut Tjiptono (2008), direct marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang terukur dan atau transaksi di sembarang lokasi. Dalam direct marketing, komunikasi promosi ditujukan langsung kepada konsumen individual, dengan tujuan agar pesan-pesan tersebut ditanggapi konsumen yang bersangkutan, baik melalui telepon, pos atau dengan datang langsung ke tempat pemasar. Teknik ini berkembang sebagai respon terhadap demasifikasi (pengecilan) pasar, di mana semakin banyak ceruk pasar dengan kebutuhan serta pilihan yang sangat individual. 2.4. Restoran

Menurut Marsum (2007), restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasikan secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makan maupun minum. Restoran ada yang berada dalam suatu hotel, kantor maupun pabrik, dan banyak juga yang berdiri sendiri di luar bangunan itu. Tujuan operasi restoran adalah untuk mencari keuntungan. Selain bertujuan bisnis atau mencari untung, kepuasan para tamu pun merupakan tujuan operasi restoran yang utama.

Terdapat bermacam-macam definisi mengenai restoran. Menurut Wojowasito dan Poerwodarminto dalam Marsum (2007), yang dimaksud dengan design di dalam suatu restoran adalah rencana, maksud atau tujuan. Jadi restoran sebenarnya adalah suatu bisnis yang direncanakan dengan baik yang dimaksudkan dan ditujukan untuk suatu tujuan tertentu.

Tempat makan yang sudah ada memiliki banyak ragam dan dapat menjangkau hampir semua lapisan masyarakat dari masyarakat kelas bawah hingga masyarakat lapisan atas. Aneka makanan disajikan dalam berbagai

(26)

pilihan menu dengan suasana tempat yang disesuaikan pada konsep restoran. Berikut ini terdapat 22 tipe restoran (Marsum, 2007), yaitu:

1. A’la Carte Restaurant, yaitu restoran yang telah mendapatkan izin penuh untuk menjual makanan lengkap dengan banyak variasi di mana tamu bebas memilih sendiri makanan yang mereka inginkan. Tiap-tiap makanan di dalam restoran ini mempunyai harga sendiri-sendiri.

2. Table D’hote Restaurant, ialah suatu restoran yang khusus menjual menu table d’hote, yaitu satu susunan menu yang lengkap (dari hidangan pembuka sampai dengan hidangan penutup) dan tertentu dengan harga yang telah ditentukan.

3. Coffee Shop atau Brasserie, yaitu suatu restoran yang pada umumnya berhubungan dengan hotel, suatu tempat di mana tamu bisa mendapatkan makan pagi, makan siang dan makan malam secara cepat dengan harga yang cukupan. Pada umumnya sistem pelayanannya adalah dengan American Service di mana yang diutamakan adalah kecepatannya. Kadang-kadang penyajiannya dilakukan dengan cara Buffet atau prasmanan.

4. Cafetaria atau cafe, yaitu suatu restoran kecil yang mengutamakan penjualan cake (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi dan teh. Pilihan makanannya terbatas dan tidak menjual minuman yang beralkohol. 5. Canteen, yaitu restoran yang berhubungan dengan kantor, pabrik atau

sekolah, tempat di mana para pekerja dan para pelajar mendapatkan makan siang dan coffee break, yaitu acara minum kopi disertai makanan kecil untuk selingan jam kerja, jam belajar ataupun dalam acara rapat-rapat dan seminar.

6. Continental restaurant, yaitu suatu restoran yang menitikberatkan hidangan continental pilihan dengan pelayanan elaborate atau megah. Suasana santai, susunannya agak rumit, disediakan bagi tamu yang ingin makan secara santai atau rilek.

7. Carvery, yaitu suatu restoran yang sering berhubungan dengan hotel di mana para tamu dapat mengiris sendiri hidangan panggang sebanyak yang mereka inginkan dengan harga hidangan yang sudah ditetapkan.

(27)

8. Dining room, biasanya terdapat di hotel kecil, motel atau Inn, merupakan tempat yang tidak lebih ekonomis daripada tempat makan biasa. Dining Room pada dasarnya disediakan untuk para tamu yang tinggal di hotel itu, namun juga terbuka bagi para tamu dari luar.

9. Discotheque, yaitu suatu restoran yang pada prinsipnya berarti juga tempat dansa sambil menikmati alunan musik. Kadang-kadang juga menampilkan live-band. Bar adalah salah satu fasilitas utama untuk sebuah diskotik. Hidangan yang tersedia pada umumnya berupa snack. 10. Fish anf Chip Shop, yaitu suatu restoran yang banyak terdapat di Inggris,

di mana kita dapat membeli macam-macam kripik (chips) dan ikan goreng yang biasanya berupa ikan Cod, dibungkus dalam kertas dan dibawa pergi. Jadi makanannya tidak dinikmati di tempat itu.

11. Grill Room (Rotisserie), yaitu suatu restoran yang menyediakan bermacam-macam daging panggang. Pada umumnya antara restoran dengan dapur dibatasi oleh sekat dinding kaca sehingga para tamu dapat memilih sendiri potongan daging yang dikehendaki dan melihat sendiri bagaimana memasaknya. Grill Room kadang-kadang disebut juga sebagai Steak House.

12. Inn Tavern, yaitu suatu restoran dengan harga cukupan yang dikelola oleh perorangan di tepi kota. Suasananya dibuat sangat dekat dan ramah dengan tamu-tamu, sedangkan hidangannya pun lezat-lezat.

13. Night Club/Super Club, yaitu suatu restoran yang pada umumnya mulai dibuka menjelang larut malam, menyediakan makan malam bagi tamu-tamu yang ingin santai. Dekorasinya mewah, pelayanannya megah, dan band merupakan kelengkapan yang diperlukan. Para tamu dituntut berpakaian resmi dan rapi sehingga menaikkan gengsi.

14. Pizzeria, yaitu suatu restoran yang khusus menjual pizza. Kadang-kadang juga menjual spaghetti serta makanan khas Italia yang lain.

15. Pan Cake House/Creperie, yaitu suatu restoran yang khusus menjual Pan Cake serta Crepe yang diisi dengan berbagai macam manisan di dalamnya.

(28)

16. Pub, yaitu tempat hiburan umum yang mendapat izin untuk menjual bir serta minuman beralkohol lainnnya. Para tamu mendapatkan minumannya dari counter (meja panjang yang membatasi dua ruangan). Pengunjung dapat menikmatinya dengan berdiri atau duduk di meja makan. Hidangan yang tersedia berupa snack seperti pies dan sandwich. 17. Snack Bar/Cafe/Milk Bar, yaitu semacam restoran cukupan yang sifatnya

tidak resmi dengan pelayanan cepat, di mana para tamu mengumpulkan makanan mereka di atas baki yang diambil dari atas counter kemudian membawanya ke meja makan. Para tamu bebas memilih makanan yang disukainya. Makanan yang disediakan pada umumnya adalah hamburger, sausages dan sandwich.

18. Specialty Restaurant, yaitu restoran yang suasana dan dekorasi seluruhnya disesuaikan dengan tipe khas makanan yang disajikan atau temanya. Restoran-restoran semacam ini menyediakan masakan Cina, Jepang, India, Italia, dan sebagainya. Pelayanannya sedikit banyak berdasarkan tatacara negara tempat asal makanan spesial itu.

19. Terrace Restaurant, yaitu suatu restoran yang terletak di luar bangunan, namun pada umumnya masih berhubungan dengan hotel maupun restoran induk. Di negara-negara Barat pada umumnya restoran tersebut hanya buka pada musim panas saja.

20. Gourmet Restaurant, yaitu suatu restoran yang menyelenggarakan pelayanan makan dan minum untuk orang-orang yang berpengalaman luas dalam bidang rasa makanan dan minuman. Keistimewaan restoran ini ialah makanan dan minumannya yang lezat-lezat, pelayanannya mewah dan harganya cukup mahal.

21. Family Type Restaurant, yaitu suatu restoran sederhana yang menghidangkan makanan dan minuman dengan harga yang tidak mahal, terutama disediakan untuk tamu-tamu keluarga maupun rombongan. 22. Main Dining Room, yaitu suatu restoran atau ruang makan utama yang

pada umumnya terdapat di hotel-hotel besar, di mana penyajian makanannya secara resmi, pelan tapi pasti. Servisnya bisa

(29)

mempergunakan pelayanan ala Perancis atau Rusia. Tamu-tamu yang hadir pun pada umunya berpakaian resmi atau formal.

2.5. Metode Penganggaran Promosi

Anggaran promosi merupakan bagian dari anggaran pemasaran. Namun demikian, tidak ada standar yang pasti mengenai seberapa besar pengeluaran untuk promosi yang harus dialokasikan. Faktor penyebabnya adalah pengeluaran promosi itu bervariasi tergantung pada produk atau situasi pasar. Meskipun banyak kesulitan yang ditemui dalam menentukan besarnya anggaran promosi ini, berbagai metode dapat digunakan dalam penentuan besarnya pengeluaran untuk promosi. Menurut Tjiptono (2008), ada beberapa metode pengeluaran biaya promosi, yaitu:

1. Marginal Approach

Pendekatan ini memberi jalan keluar bahwa pengeluaran optimal untuk masing-masing metode promosi ditentukan dengan kondisi MR=MC (Marginal Revenue = Marginal Cost). Meskipun secara teoritis cara ini bagus, tetapi pendekatan marginal mempunyai beberapa masalah. Kalaupun kondisi MR=MC telah tercapai, kenyataan yang mungkin timbul dapat menyebabkan pendekatan ini tidak layak (feasible).

2. Breakdown Method

Metode ini terdiri atas beberapa macam, yaitu: a. Percentage-of-Sales-Approach

Dalam pendekatan ini besarnya anggaran promosi ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari penjualan (tahun lalu atau prediksi penjualan tahun depan) atau dari harga jual. Pendekatan ini sederhana, mudah dipahami, dan memberikan fleksibilitas terhadap pengeluaran total perusahaan. Hubungan antara biaya promosi, harga jual, dan laba per unit harus dipertimbangkan. Stabilitas dalam persaingan juga terbentuk apabila perusahaan-perusahaan yang bersaing menggunakan angka persentase yang sama untuk menentukan pengeluaran promosi. Metode ini memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat diterapkan pada perusahaan yang baru berdiri, karena belum memiliki data penjualan. Metode ini lebih menekankan

(30)

bahwa promosi ditentukan oleh dana yang ada, bukan pada peluang pasar, sehingga menghambat pembiayaan promosi yang agresif. b. Affordable method

Besarnya anggaran promosi dalam metode ini ditetapkan berdasarkan perkiraan manajemen mengenai kemampuan keuangan perusahaan. Dalam situasi yang benar-benar tidak pasti, penerapan metode ini barangkali paling tepat. Metode ini juga memperhitungkan bahwa pengeluaran promosi mempunyai nilai jangka panjang. Namun pendekatan ini tidak memperhitungkan pengaruh promosi terhadap penjualan. Selain itu anggaran promosi setiap tahunnya menjadi tidak menentu sehinggga menyulitkan perencanaan pemasaran jangka panjang.

c. Return-On-Investment Approach

Pengeluaran promosi dalam pendekatan ini dianggap sebagai investasi. Oleh karena itu besarnya anggaran promosi yang sesuai ditentukan dengan membandingkan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dan tingkat pengembalian yang diinginkan (desired return). Expected return dihitung dengan menggunakan present value dari tingkat pengembalian masa depan. Validitas dan kebaikan metode ini tidak dapat diragukan, namun metode ini juga mempunyai keterbatasan yaitu penentuan hasil metode promosi dari waktu ke waktu sulit dilakukan dan seberapa besar porsi expected return yang layak dari investasi promosi tidak diketahui.

d. Competitive Parity Approach

Dalam metode ini, anggaran promosi suatu perusahaan harus sesuai atau sama dengan pengeluaran promosi pesaingnya. Asumsi dalam pendekatan ini adalah:

1. Anggaran promosi berhubungan langsung dengan pangsa pasar. Dengan demikian agar pangsa pasarnya tidak berubah, maka pengeluaran promosi perusahaan harus dalam proporsi yang sama dengan pengeluaran promosi pesaingnya.

(31)

2. Pengeluaran pesaing merupakan kebijakan yang kolektif dari suatu industri.

3. Dengan mempertahankan kesamaan, maka perang promosi dapat dihindari.

Apabila mempertimbangkan sifat persaingan, pendekatan ini dapat dikatakan masuk akal. Akan tetapi ada sejumlah keterbatasan pada metode ini. Pertama, pendekatan ini mensyaratkan adanya pemahaman mengenai pandangan pesaing terhadap promosi, padahal informasi seperti itu jarang bisa diperoleh. Kedua, pesaing sewaktu-waktu bisa saja menambah anggaran promosinya sehingga tidak mungkin bagi perusahaan untuk memantau pesaing tersebut satu per satu mengenai anggaran promosinya. Ketiga, sumber daya, tujuan, dan peluang setiap perusahaan berbeda-beda. Keempat, tidak ada jaminan bahwa anggaran promosi yang sama bisa mencegah perang promosi.

3. Build-Up Method (Objective-and-Task Method)

Penentuan anggaran promosi dilakukan dengan cara menentukan tujuan-tujuan iklan, personal selling, dan sales promotion dari setiap lini produk, menentukan tugas-tugas yang harus dilakukan dan besarnya biaya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Jumlah biaya total dari tugas-tugas pencapaian tujuan tersebut merupakan biaya promosi perusahaan. Dengan metode ini manajer dapat menganalisis secara ilmiah peranan promosinya dan kontribusi promosi tersebut terhadap pencapaian tujuan pemasaran. Pengeluaran promosi juga dapat dikendalikan. Akan tetapi metode ini dikritik terlalu ilmiah dan kaku.

2.6. EPIC Model

Menurut Durianto, dkk (2003) efektivitas promosi dapat diukur dengan menggunakan EPIC Model. EPIC Model yang dikembangkan oleh perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia, AC. Nielsen, mencakup empat dimensi kritis, yaitu: empati, persuasi, dampak, dan komunikasi.

(32)

1. Dimensi Empati

Dimensi empati menginformasikan, apakah konsumen menyukai kegiatan promosi dan menggambarkan bagaimana konsumen melihat hubungan antara suatu kegiatan promosi dengan pribadi mereka. Empati merupakan keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasikan dirinya atau merasa dirinya pada keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Empati melibatkan afeksi dan kognisi konsumen di mana afeksi melibatkan perasaan, sementara kognisi melibatkan pemikiran.

2. Dimensi Persuasi

Dimensi persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu promosi untuk peningkatan atau penguatan karakter suatu merek, sehingga pemasar memperoleh pemahaman tentang dampak iklan terhadap keinginan konsumen untuk membeli serta memperoleh gambaran kemampuan suatu iklan dalam mengembangkan daya tarik suatu merek. Persuasi adalah perubahan kepercayaan, sikap, dan keinginan berperilaku yang disebabkan suatu komunikasi promosi. Menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Olson dalam Durianto, dkk (2003), proses persuasi yang akan dipakai ditentukan dengan tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk.

3. Dimensi dampak

Dimensi dampak menunjukkan apakah suatu merek dapat terlihat menonjol dibandingkan dengan merek lain pada kategori yang serupa dan apakah suatu kegiatan promosi mampu melibatkan konsumen dalam pesan yang disampaikan. Dampak (impact) yang diinginkan dari suatu kegiatan promosi adalah jumlah pengetahuan produk (product knowledge) yang dicapai konsumen melalui tingkat keterlibatan (involvement) konsumen dengan produk atau proses pemilihan.

4. Dimensi Komunikasi

Dimensi komunikasi memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan, pemahaman konsumen, serta kekuatan kesan yang ditinggalkan pesan tersebut. Dua

(33)

tahapan model komunikasi sangat dibutuhkan, khususnya demi keberhasilan penerapan strategi promosi. Tahapan pertama terjadi ketika pemasar menciptakan komunikasi promosi untuk meng-enkoding suatu makna. Tahap kedua adalah pen-dekoding-an, yaitu konsumen masuk dan memahami informasi dalam komunikasi promosi dan mengembangkan interpretasi pribadi mereka terhadap makna yang ditangkap.

2.7. Direct Rating Method

Menurut Durianto, dkk (2003) Direct Rating Method merupakan salah satu alternatif metode untuk menguji efektivitas promosi pada konsumen. Direct Rating Method (DRM) memberikan beberapa alternatif kegiatan promosi kepada sekelompok konsumen dan meminta mereka untuk menentukan peringkat masing-masing kegiatan promosi tersebut. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi kekuatan suatu kegiatan promosi untuk mendapatkan perhatian, mudah tidaknya kegiatan promosi itu dipahami, kemampuan suatu kegiatan promosi untuk menggugah perasaan, dan kemampuan kegiatan promosi itu untuk mempengaruhi perilaku. Dalam DRM terdapat lima variabel yang digunakan, yaitu:

1. Perhatian (Attention)

Perhatian didefinisikan sebagai alokasi kapasitas pemrosesan untuk stimulus yang baru masuk. Kapasitas merupakan sumber daya yang terbatas, maka konsumen sangat selektif mengalokasikan perhatian mereka. Dalam hal ini, pada saat sejumlah stimulus menerima perhatian, yang lain akan diabaikan. Tugas pemasar adalah mencapai faktor yang pertama, maka pemasar harus mengerti mengenai faktor-faktor yang menentukan perhatian, yang dapat dikelompokkan dalam dua kategori utama, yaitu determinan (penentu) pribadi dan determinan stimulus. a. Determinan pribadi

Determinan pribadi merujuk pada karakteristik individu yang mempengaruhi perhatian. Secara umum, faktor-faktor ini tidak berada di bawah kendali pemasar. Keberadaan faktor-faktor tersebut harus dikenali dan dipandang sebagai kendala yang harus

(34)

diperhatikan untuk mengevaluasi strategi. Faktor-faktor tersebut di antaranya kebutuhan/motivasi, sikap, tingkat adaptasi, serta rentang perhatian.

b. Determinan stimulus

Perangkat kedua dari faktor yang mempengaruhi stimulus adalah karakteristik stimulus itu sendiri. Determinan ini menggambarkan faktor-faktor yang dapat dikendalikan, artinya dapat digunakan untuk mendapatkan dan meningkatkan perhatian. Faktor-faktor tersebut di antaranya ukuran, warna, intensitas, kontras, posisi, gerakan, kebaruan, stimulus pemikat perhatian yang dipelajari, dan juru bicara yang menarik.

2. Pemahaman

Pemahaman berkaitan dengan penafsiran suatu stimulus. Makna suatu stimulus bergantung pada bagaimana suatu stimulus dikategorikan dan diuraikan dengan pengetahuan yang sudah ada. Pemahaman dipengaruhi oleh banyak stimulus dan faktor pribadi. Orang akan lebih dahulu mempertimbangkan bagaimana faktor pribadi dapat mempengaruhi pemahaman. Faktor-faktor pribadi yang mempengaruhi pemahaman antara lain motivasi, pengetahuan, dan perangkat harapan atau persepsi. Sifat fisik aktual suatu stimulus juga memainkan peran yang besar dalam membentuk penafsiran stimulus tersebut. Pemahaman bergantung pada pengemasan prosuk dan nama merek.

3. Respon Kognitif

Penerimaan yang akan terjadi saat pemrosesan informasi sangat terkait dengan pikiran yang muncul selama tahap pemahaman yang disebut respon kognitif. Sifat respon kognitif menentukan penerimaan atas suatu klaim. Hal yang sangat penting adalah respon yang disebut argumen pendukung dan kontra argumen. Argumen pendukung adalah pikiran yang menyokong klaim. Sedangkan kontra argumen adalah pikiran yang menentang klaim dalam pesan. Penerimaan ditingkatkan saat argumen pendukung meningkat dan ketika kontra argumen membesar. Respon

(35)

kognitif memberi pelengkap yang berharga pada pengukuran sikap standar dalam mengevaluasi keefektifan komunikasi.

4. Respon Afektif

Respon afektif menggambarkan perasaan dan emosi yang dihasilkan sebuah stimulus. Keragaman respon afektif disederhanakan menjadi tiga dimensi utama, yaitu riang, negatif, dan hangat. Beberapa rekomendasi perangkat emosi utama yang lebih besar terdiri atas : rasa takut, terkejut, sedih, jijik, marah, antisipasi, riang, dan menerima. Respon afektif memiliki peran yang penting selama tahap pemrosesan informasi.

5. Sikap terhadap Promosi

Kemampuan promosi untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap suatu produk sering bergantung pada sikap konsumen terhadap promosi itu. Kegiatan promosi yang disukai atau dievaluasi secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap suatu produk. Sedangkan kegiatan promosi yang tidak disukai mungkin akan menurunkan evaluasi produk dari sisi konsumen. Sikap terhadap suatu kegiatan promosi berfungsi sebagai peramal yang signifikan atas sikap terhadap produk.

2.8. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu menjelaskan bahwa perlunya strategi promosi untuk meningkatkan penjualan dan adanya kecenderungan hubungan yang positif antara biaya promosi terhadap tingkat penjualan. Imaduddin (2005) dalam penelitian yang berjudul Analisis Efektivitas Promosi PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor mengemukakan bahwa promosi yang dilakukan oleh PT. BPRS Amanah Ummah efektif dari segi empati, persuasi, dan komunikasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai X yang dihasilkan berada dalam rentang skala efektif. Sementara dari segi dampak, promosi yang dilakukan berada dalam rentang skala cukup efektif. Nilai EPIC Rate yang dihasilkan menunjukkan bahwa promosi yang dilakukan adalah efektif. Hal ini berarti promosi yang dilakukan telah terbukti efektif dalam menjaga keberlangsungan nasabah yang dimilikinya serta meningkatkan kualitas dari nasabah tersebut.

(36)

Dari sisi respon konsumen, respon nasabah PT. BPRS Amanah Ummah terhadap promosi yang dilakukan sangatlah baik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai total direct rating yang berada dalam skala baik. Promosi yang dilakukan juga efektif terhadap respon nasabah dari segi perhatian, pembacaan, kognitif, afeksi, dan perilaku. Hal ini berarti nasabah merespon positif terhadap promosi yang dilakukan PT. BPRS Amanah Ummah. Sedangkan dari sisi penjualan, biaya promosi yang dikeluarkan mempengaruhi secara nyata besarnya jumlah dana pihak ketiga. Hal ini berarti semakin besar biaya promosi yang dilakukan, maka nasabah semakin meningkatkan kualitasnya di PT. BPRS Amanah Ummah.

Uktolseja (2006) dalam penelitian yang berjudul Analisis Keefektifan Promosi Terhadap Jumlah Penjualan Ponsel Merek XYZ oleh PT. X (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor) menyatakan bahwa kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT X terdiri dari promosi Above The Line (ATL) dan promosi Below The Line (BTL), dengan perbandingan persentase anggaran adalah 30% untuk promosi ATL dan 70% untuk promosi BTL. Bentuk promosi BTL yang paling sering dilakukan adalah kegiatan sponsorship dan mengikuti kegiatan pameran pekan raya. Dalam hal keefektifan respon konsumen dengan menggunakan EPIC Model, promosi produk ponsel merek XYZ menunjukkan tingkat yang cukup baik. Jadi konsumen menilai promosi yang dilakukan oleh PT X cukup efektif. Respon keefektifan promosi oleh konsumen tidak dapat dikatakan baik, karena dari hasil EPIC Rate terlihat bahwa konsumen tidak merespon positif terhadap promosi yang dilakukan oleh PT X dan hanya berada pada rentang cukup efektif. Selain itu, dimensi persuasi pada EPIC Model yang mencerminkan kekuatan daya tarik merek dan ketertarikan konsumen akan promosi yang dilakukan menunjukkan respon yang tidak efektif. Hal ini berdampak pada kurangnya keinginan konsumen untuk melakukan transaksi lebih lanjut dengan PT X. Promosi yang dilakukan oleh PT X mempunyai nilai yang positif dan saling mempengaruhi, artinya semakin tinggi nilai promosi yang dianggarkan maka semakin tinggi pula tingkat penjualan.

(37)

Jayanti (2009) dalam penelitian yang berjudul Analisis Efektivitas Promosi Terhadap Jumlah Penjualan Death by Chocolate & Spageti Restaurant, Bogor mengemukakan bahwa kegiatan promosi yang dilakukan oleh DBC & Spageti Restaurant terdiri dari promosi Above The Line (ATL) dan promosi Below The Line (BTL). Promosi ATL meliputi penyebaran brosur, tayangan di televisi, wawancara di radio, serta pemasangan spanduk, mini banner, dan papan reklame. Sedangkan promosi BTL meliputi menjual nasi murah dan pakaian bekas layak pakai, sumbangan, kunjungan ke rumah sakit jiwa, bonus pembelian, dan menjadi peserta Food Expo.

Hasil pengukuran efektivitas promosi dengan EPIC Model menunjukkan bahwa dimensi empati dan persuasi masuk dalam skala efektif. Sedangkan hasil pengukuran secara keseluruhan menunjukkan bahwa promosi DBC & Spageti Restaurant masuk dalam kategori promosi efektif. Pengukuran efektivitas promosi dengan Direct Rating Method (DRM) menunjukkan bahwa promosi DBC & Spageti Restaurant masuk dalam kategori promosi yang baik. Berdasarkan analisis korelasi diperoleh bahwa ada korelasi negatif yang signifikan antara biaya promosi ATL dengan jumlah penjualan dan tidak ada korelasi yang signifikan antara biaya promosi BTL dengan jumlah penjualan.

Andrijansyah (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektivitas Promosi Produk Pembiayaan Syariah Sepeda Motor PT BPRS Al Salaam Amal Salman (Studi Kasus BPRS Al Salaam Cabang Depok) mengemukakan bahwa bentuk-bentuk promosi produk pembiayaan syariah sepeda motor yang dilakukan BPRS Al Salaam Cabang Depok mengacu pada bauran promosi yaitu periklanan (pemasangan billboard, spanduk, iklan di koran dan penyebaran brosur serta Buletin Jumat Al Salaam), penjualan personal (penawaran langsung dan house to house selling serta penawaran ke instansi-instansi), promosi penjualan (pemberian diskon dan merchandise), publisitas dan hubungan masyarakat (publisitas di media massa, program Al Salaam Peduli, mensponsori kegiatan, customer gathering, dan grand launching), pemasaran langsung (surat penawaran dan situs perusahaan) dan Word of Mouth (penyebaran informasi ke karyawan dan nasabah). Media

(38)

promosi yang menjadi sumber informasi utama bagi nasabah adalah promosi media cetak dan bentuk promosi yang paling utama bagi nasabah adalah brosur. Melalui EPIC Model dapat diketahui bahwa EPIC rate yang dihasilkan berada dalam rentang skala efektif. Melalui metode Direct Rating Method dapat diketahui bahwa respon nasabah terhadap promosi produk pembiayaan syariah sepeda motor BPRS Al Salaam dapat dikatakan baik karena berada dalam skala baik.

Penelitian kali ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imaduddin (2005), Uktolseja (2006), Jayanti (2009) dan Andrijansyah (2009) yaitu membahas mengenai efektivitas promosi yang dilakukan oleh suatu perusahaan dengan menggunakan analisis EPIC Model dan Direct Rating Method. Namun, terdapat perbedaan yaitu promosi yang dibahas dalam penelitian ini difokuskan pada elemen dari promotion mix yang terdiri dari personal selling, mass selling, promosi penjualan, public relations, dan direct marketing. Peneliti tidak membatasi pembahasan mengenai promosi perusahaan ke dalam promosi Above the Line dan Below The Line seperti yang dilakukan oleh Uktolseja (2006) dan Jayanti (2009). Selanjutnya, apabila dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang melakukan penarikan contoh dengan metode purposive sampling, penelitian kali ini sedikit berbeda yaitu menggunakan penarikan contoh non peluang dengan metode convenience sampling. Selain itu, penelitian ini memberikan rekomendasi strategi promosi yang efektif bagi restoran Lasagna Gulung.

(39)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Usaha restoran saat ini dinilai sebagai bisnis yang berprospek tinggi. Perkembangan usaha restoran di Kota Bogor telah menimbulkan persaingan dalam industri kuliner ini menjadi semakin ketat. Berbagai restoran baru muncul dengan menu-menu khusus bagi para konsumen. Lasagna Gulung merupakan salah satu perusahaan di Kota Bogor yang bergerak di bidang usaha kuliner dengan lasagna gulung sebagai menu andalannya.

Penelitian ini menganalisis efektivitas promosi terhadap jumlah penjualan Lasagna Gulung. Peneliti mencoba merumuskan sebuah kerangka pemikiran mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan selama penelitian. Di dalam kerangka pemikiran, penelitian ini didasari oleh persaingan usaha restoran di Kota Bogor yang semakin ketat. Lasagna Gulung merupakan salah satu restoran di Kota Bogor yang harus siap dalam menghadapi persaingan ini. Persaingan yang semakin ketat ini menuntut restoran Lasagna Gulung untuk memiliki strategi pemasaran yang baik. Salah satu strategi pemasaran yang harus diperhatikan adalah promosi.

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran (Tjiptono, 2008). Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka konsumen tidak akan pernah membelinya. Promosi berkaitan erat dengan masalah-masalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian komunikasi persuasif dengan pelanggan. Kegiatan promosi dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan pelanggan, menambah pelanggan baru, serta memberikan informasi tentang produk yang dihasilkan. Promosi memiliki peran yang sangat penting bagi restoran Lasagna Gulung sehingga menuntut restoran ini untuk melaksanakan strategi promosi yang efektif guna mendapatkan pangsa pasar yang tinggi. Oleh karena itu, perlu diukur efektivitas promosi yang dilakukan oleh Lasagna Gulung. Pengukuran efektivitas promosi dilakukan dengan melihat

(40)

respon konsumen terhadap berbagai promosi yang telah dilakukan Lasagna Gulung. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lasagna Gulung yang terletak di Pav. Salak No. 24 Bogor. Adapun penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yakni sejak bulan Maret sampai dengan Mei 2010.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perseorangan langsung dari objeknya (Suliyanto, 2005). Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara kepada pihak Lasagna Gulung khususnya yang terlibat dalam kegiatan promosi Lasagna Gulung serta informasi yang dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner disebarkan pada konsumen Lasagna Gulung yang berusia 18-40 tahun ke atas. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diajukan kepada sejumlah responden oleh peneliti untuk mengetahui respon responden mengenai efektivitas promosi Lasagna Gulung. Kuesioner penelitian dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 1. Pengambilan data primer dilakukan mulai bulan April hingga Mei 2010 yang dilakukan di Lasagna Gulung.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Suliyanto, 2005). Data sekunder ini digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi serta teori-teori yang berhubungan dan mendukung permasalahan yang dibahas, sehingga peneliti dapat memahami masalah secara lebih mendalam. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa data Badan Pusat Statistik, studi pustaka, penelitian terdahulu, buku-buku, artikel, internet dan berbagai media lainnya.

(41)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Restoran Lasagna Gulung

Bogor

Persaingan usaha restoran di Kota Bogor yang semakin ketat

Strategi pemasaran restoran Lasagna Gulung

Promosi

Mengukur efektivitas promosi restoran Lasagna

Gulung

Respon konsumen restoran Lasagna Gulung

Direct Rating Method (DRM) EPIC Model

Hasil analisis efektivitas promosi terhadap jumlah penjualan restoran Lasagna

Gulung

Rekomendasi bagi restoran Lasagna Gulung Strategi promosi yang efektif

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Restoran Lasagna Gulung
Tabel 4. Rentang skala keputusan Direct Rating Method
Gambar 2. Struktur organisasi restoran Lasagna Gulung Pemilik Restoran Lasagna Gulung Supervisor Wakil Supervisor Divisi kasir Divisi Bar Divisi Umum Divisi Gudang  Divisi  Dapur  Produksi Divisi Waiters   Divisi  Dapur  Karyawan
Gambar  7  menunjukkan  bahwa  sebanyak  36%  pengunjung  restoran  Lasagna  Gulung  memiliki  pekerjaan  sebagai  pegawai  swasta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji statistik yaitu uji t dapat dijelaskan bahwa Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Kompetensi pegawai pada Balai Laboratorium Kesehatan Papua dengan

Dengan kata lain seseorang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang lebih atau besar terhadap suatu aktivitas tersebut. Minat dan perhatian

Jika anda tertarik untuk membudidayakan tanaman buah berwarna merah ini, anda tidak perlu khawatir karena pada kesempatan kali ini JualBenihMurah.com akan memberikan ulasan

Berdasarkan pembahasan di atas maka penelitian ini telah menjawab hipotesis tindakan yang ada bahwa penggunaan model SiMaYang pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

Sejalan dengan kebijakan Badan Litbang Pertanian untuk meningkatkan komunikasi ilmu pengetahuan dan teknologi, promosi dan komersialisasi hasil-hasil penelitian tanaman hias

Sales Strategy Strategi Lonjakkan

Dalam hal Marine Inspector pada Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok kurang maksimal dalam melaksanakan fungsi pemeriksaan kapal, dipengaruhi oleh beberapa faktor di

Rapat PHMJ bersama Kordinator Sektor akan dilaksanakan pada hari Kamis, 13 November 2014 pukul 19:00. Mengundang Kordinator Sektor Galatia s/d Na- saret untuk hadir bersama