TUGAS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ANAK DAN REMAJA
Oleh Kelompok 4 :
Mesha Puspita Aswandi
Melvani Wahyuli
Nadya Frima Siswita
Nella Selvi Wanti
Nona
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AMANAH PADANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Jiwa, yang mengenai “Asuhan Keperawatan Jiwa Anak dan Remaja”.
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan baik moril maupun materil. Sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik diantaranya :
1. Dosen Pembimbing
2. Serta teman-teman yang telah memberi dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Atas segela masukan dan bimbingan yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih dan penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk masa yang akan datang serta dapat digunakan sebaik-baiknya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua.
Padang, April 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak orangtua mempunyai pengertian terbatas mengenai proses tumbuh kembang anak, sehingga sering terjadi benturan-benturan yang menimbulkan masalah-masalah kesehatan jiwa pada anak dan remaja. Penelitian baru menunjukkan bahwa paparan pestisida yang digunakan pada makanan anak-anak seperti stroberi segar, seledri bisa meningkatkan risiko Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak.
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak. Gangguan ini berdampak pada masalah mental seperti cara berpikir, bertindak dan merasa. Anak-anak yang mengalaminya akan bermasalah dengan konsentrasi dan pemusatan pikiran. Seperti memicu anak hiperaktif. Ada beberapa gangguan jiwa pada anak dan remaja yang banyak ditemukan di klinik tumbuh kembang anak dan remaja rumah sakit.
BAB I
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ANAK DAN REMAJA
A. DEFENISI
Merupakan suatu metoda sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai/mempertahankan keadaan biologi, psikologi, sosial dan spiritual yang optimal.
Kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO). Suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi intelektual berada di bawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun,
berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).
Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 – 75 atau kurang ), dan disertai keterbatasan lain seperti: berbicara dan berbahasa, keterampilan merawat diri, ADL, keterampilan social, penggunaan sarana masyarakat, kesehtan dan keamanan, akademik fungsional, bekerja dan rileks (AAMR,1992).
Banyak orangtua mempunyai pengertian terbatas mengenai proses tumbuh kembang anak, sehingga sering terjadi benturan-benturan yang menimbulkan masalah-masalah kesehatan jiwa pada anak dan remaja. Penelitian baru menunjukkan bahwa paparan pestisida yang digunakan pada makanan anak-anak seperti stroberi segar, seledri bisa meningkatkan risiko Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak.
Para ilmuwan di AS dan Kanada menemukan bahwa anak-anak dengan tingkat residu pestisida yang tinggi dalam urin mereka, rentan mengalami ADHD.
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak. Gangguan ini berdampak pada masalah mental seperti cara berpikir, bertindak dan merasa. Anak-anak yang mengalaminya akan bermasalah dengan konsentrasi dan pemusatan pikiran. Seperti memicu anak hiperaktif.
B. MASALAH-MASALAH / GANGGUAN KEJIWAAN
Pada Anak
Ketidakberdayaan Retradasi Mental
Gangguan perkembangan Gangguan perilaku Defisit perawatan diri Pada Remaja
HDR
Perilaku kekerasan Perilaku bunuh diri Menarik diri Halusinasi Waham
Defisit perawatan diri Masalah seksualitas Narkoba
C. KLASIFIKASI
Retardasi mental menurut American Psychiatric Association, 1994 , dibagi menjadi : 1) Retardasi mental ringan : tingkat IQ 50 - 55 sampai kira-kira 70.
Retardasi ringan misalnya: agak terlambat dalam belajar bahasa tapi sebagian besar dapat berbicara untuk keperluan sehari-hari, bercakap-cakap, dan diwawancarai; dapat mandiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar, dan buang air kecil) dan terampil dalam pekerjaan rumah tangga. Namun biasanya mereka mengalami kesulitan dalam pelajaran sekolah, misalnya dalam membaca dan menulis, ini sering disebabkan oleh kekurangan kronik stimulasi intelektual.
2) Retardasi mental sedang : tingkat IQ 35 – 40 sampai 50 – 55.
Mereka lambat dalam pengembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, keterampilan merawat diri dan keterampilan motorik terlambat. Penderita juga memerlukan pengawasan seumur hidup dan program pendidikan khusus demi mengembangkan potensi mereka yang terbatas agar memperoleh beberapa keterampilan dasar.
3) Retardasi mental berat: tingkat IQ 20 – 25 sampai 35 – 40.
Keadaan mirip retardasi mental sedang tapi biasanya disertai kondisi fisik yang berat. Kebanyakan dengan hendaya motorik yang berat dan hal ini menunjukkan kerusakan perkembangan pada susunan saraf pusat.
4) Retardasi mental yang amat sangat berat : tingkat IQ di bawah 20 - 25.
Intelegensi diperkirakan kurang dari 20, yang berarti sangat terbatas kemampuannya untuk memahami atau mematuhi permintaan atau instruksi.
Sebagian besar dari mereka tidak dapat bergerak (sangat terbatas dalam gerakannya), ngompol, dan hanya mampu mengadakan komunikasi isyarat yang belum sempurna. Mereka hanya mempunyai sedikit sekali kemampuan mengurus sendiri kebutuhan dasar mereka. Mereka selalu memerlukan bantuan dan pengawasan.
5) Retardasi mental dengan keparahan yang tidak disebutkan : jika terdapat dugaan kuat adanya retardasi mental tetapi intelligence orang tersebut tidak dapat diuji dengan tes standart.
D. ETIOLOGI 1. Organik
Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/down sindrom).
Faktor prenatal : kelainan pertumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat teratogenik dan toxin, disfungsi plasenta).
Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intra kranial, asphyksia neonatorum dll).
Faktor post natal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia, malnutrisi). 2. Anorganik
Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis. Sosial kultural.
Interaksi anak kurang. Penelantaran anak. 3. Faktor Biologik
Kelainan kromosom, kelainan metabolik, gangguan post natal / gangguan perinatal 4. Faktor Psikososial
Deprivasi psikososial, misalnya : kurangnya stimulasi sosial, bahasa dan intelektual, kehidupan keluarga yang tidak harmonis, sering berganti pengasuh dan tidak adekwat. 5. Faktor – faktor lain : keturunan, pengaruh lingkungan dan kelainan mental lainnya. E. PATOFISIOLOGI
Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap. Ini terutama ditandai hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik,dan sosial.
Retardasi mental termasuk kelemahan atau ketidak mampuan kognitif yang muncul pada masa kanak – kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengn fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan disertai dengan keterbatasan – keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif : berbahasa dan berbicara, keterampilan merawat diri, keterampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab prenatal,yaitu penyakit kromosom (trisomi 21/down sindrom, sindrom Fragile-X, ganggunan sindrom (distrofi otot duchenne, neurofibromatosis (tipe1) ) dan gangguan metabolisme sejak lahir (fenilketonuria),perinatal. Penyebab perinatal yaitu yang berhubungan dengan masalah intrauterin seperti abrupti plasenta, DM, prematur, serta kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intra cranial. Postnatal yaitu mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi dan gangguan degeneratif dan demielinisdasi. Sindrom Fragile X, sindrom Down, dan sindrom alkohol fetal merupakan sepertiga individu-individu yang menderita retardasi mental. Munculnya masalah-masalah seperti paralisis serebral, defisit sensoris, gangguan psikiatrik dan kejang berhubungan dengan retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak, prognosis
jangka panjang ditentukan seberapa jauh penderita dapat berfungsi mandiri dalam masyarakat.
Penanganannya antara lain dengan mempersiapkan kemandirian, pemeriksaan ke psikiater, tes psikologi/tes intelegensi, diberi farmakoterapi, psikoterapi suportif individual, konseling keluarga, sekolah luar biasa.
F. MANIFESTASI KLINIK Gangguann kognitif
Lambatnya ketrampilan ekpresi dan resepsi bahasa Gagal melewati tahap perkembangan yang utama Lingkar kepala diatas atau dibawah normal Kemungkinan lambatnya pertumbuhan Kemungkinan tonus otot abnormal Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
Terlambatnya perkembangan motorik halus dan kasar Iritabilitas
Agresivitas
Gerakan - gerakan stereotipik
Gangguan neurologik terutama pada RM berat.
G. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIC
Uji inteligensia standar (Stanford-binet, Weschler, Bayley Scale of Infan Development).
Uji perkembangan seperti Denver II.
Pengukuran fungsi adaptif (Vineland Adaptive Behavior Scale, Woodcock-Johnson Scale of Independen Behavior, School Edition of Adaptive Behavior Scales).
H. PEMERIKSAAN
Anamnesa : riwayat kehamilan, kelahiran, keturunan, latar belakang sosiokultur. Pemeriksaan : psikiatrik, fisik, dan neurologik.
I. KOMPLIKASI Serebral palsi Ganguan kejang Gangguan kejiwaan Gangguan konsentrasi/hiperaktif Defisit komunikasi
Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan antikonvulsi, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
J. PENCEGAHAN
Pencegahan primer : usaha - usaha untuk menghilangkan / mengurangi kondisi yang dapat menimbulkan gangguan yang berhubungan dengan RM. eks: pendidikan kesehatan
K. PENATALAKSANAAN MEDIS
Obat-obatan yang diberikan biasanya yaitu :
Obat-obatan psikotropika, untuk remaja yang mempunyai perilaku membahayakan diri sendiri.
Psikostimulan untuk remaja yang mengalami gangguan konsentrasi/hiperaktif. Antidepresan.
Karbamazepin. Terapi
• farmako terapi ( obat - obatan ) • psiko terapi
• terapi perilaku • bimbingan belajar
J. MANFAAT
Manfat menggunakan proses keperawatan yaitu perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin.
Manfaat lainnya :
Meningkatkan otonomi dan percaya diri. Sebagai sarana diseminasi iptek keperawatan.
Untuk pengembangan karir melalui pola pikir penelitian. Manfaat bagi klien :
Askep yang diterima dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga terhindar dari malpraktek.
Partisipasi klien meningkat dalam keperawatan mandiri
Proses keperawatan mrpk sarana kerja sama antara perawat, klien dan keluarga. Dengan menyertakan klien dan keluarga maka pemulihan kemampuan mereka dalam mengendalikan kehidupan lebih mungkin tercapai dan mereka akan belajar bertanggung jawab terhadap prilakunya.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Defisit perawatan diri : mandi/kebersihan, berhias, toileting 2) Kerusakan komunikasi verbal
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 4) Risiko untuk keterlambatan perkembangan
L. RENCANA KEPERAWATAN a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian terutama ditujukan untuk menilai secara komprehensif mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif : kominikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana prasarana di masyarakat, pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fingsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.
1) Data Demografi
Meliputi nama, usia, tempat dan tanggal lahir anak; nama, pendidikan, alamat orang tua; serta data lain yang dianggap perlu diketahui.riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu dikaji. Selain itu, aktivitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
2) Fisik
Perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pernafasan, kardiovaskular, muskuloskeletal, dan neurologis anak dan remaja. Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku anak dan remaja. Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami anak dan remaja.
3) Status Mental
Pemeriksaan status mental bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai fungsi ego anak dan remaja. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak dan remaja dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, status mental anak dan remaja perlu dkaji setiap waktu dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak maupun remaja.
Pemeriksaan atatus mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bicara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interpesonal anak dan remaja dilihat dalam hubungannya dengan anak sebayanya dan teman sebayanya, yang penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia. 4) Riwayat Personal dan Keluarga
Meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang anak dan remaja, biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti perilaku anak dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari pengkajian melalui pengalihan fokus anak maupun remaja sebagai indivdu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Untuk menegakkan diagnosa keperawatan, data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya.dalam keperawatan psikiatri dapat digunakan PND (Psychiatric Nursing Diagnosis), NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) dan DSM-III R (Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders)
b. Perencanaan
Tujuan asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak dan remaja, seperti modifikasi penyesuaian anak sekolah maupun remaja, dan perubahan lingkungan anak maupun remaja. Untuk anak dan remaja yang dirawat di unit perawatan jiwa, tujuan umumnya adalah sebagai berikut:
Memenuhi kebutuhan emosi anak, remaja dan kebutuhan untuk dihargai Mengurangi ketegangan pada anak, remaja dan kebutuhan untuk
berperilaku defensive
Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain Membantu mengembangkan identitas diri
Memberikan anak dan remaja kesempatan untuk menjalani kembali tahapan perkembangan terdahulu yang belum terselelsaikan secara tuntas
Membantu anak dan remaja berkomunikasi secara efektif
Mencegah anak dan remaja untuk tidak menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
Membantu anak maupun remaja dalammemelihara kesehatan fisiknya Meningkatkan uji coba realitas yang tepat
c. Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada anak dan kelurga dapat diterapkan, yang terdiri dari : a) Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak dan remaja untuk mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk :
Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat dikendalikan sebelumnya.
Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari Berkomunikasi dengan orang lain
Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengandiri sendiri, dunia luar, dan orang lain
Mencocokkkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas
b) Terapi Keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orangtua perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga turut meninbulkan gangguan pada anak. Oleh karena itu perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.
c) Terapi Kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas, mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan sosial anak. Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang terkendali.
d) Psikofarmakologi
Walaupun terapi obat belum sepenuhnya diterima dalm psikiatri anak dan remaja, tetap bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsif, dan ansietas) dan membantu agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi oleh dokter dan menggunakan pedoman yang tepat.
e) Terapi Individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalitis, psikoanalitis berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara anak maupun remaja dengan therapist memberikan kesempatan apda anak untuk medapatkan pengalaman mengenai hubungan positif dengan orang dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji realitas. f) Pendidikan pada Orang Tua
Pendidikan terhadap orang tua merupkan hal yang penting untuk mencegah gangguan kesehatan jiwa anak dan remaja, begitu pula untuk meningkatkan kembali penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh kembang anak, sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan usia anak dan remaja. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati antara orangtua dan anak. Teknik yang tepat dalam mengasuh anak juga diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain seperti psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan penggunaan pengobatan, juga diajarkan.
g) Terapi Lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang dialami anak dan remaja. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan terprogram, memungkinkan anak dan remaja untuk mencapai tugas terapeutik dari rencana penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Program yang berfokus pada perilaku, memungkinkan staf keperawatan untuk memberikan umpan balik terus menerus kepada anak-anak dan remaja tentang perilaku mereka sesuai jadwal kegiatan. Untuk perilaku yang baik, mereka menerima pujian, stiker atau nilai, tergantung pada tingkat perkembangannya. Sebaliknya, perilaku negatif tidak ditoleransi.
d. Evaluasi
Pada umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dan remaja dengan gangguan jiwa mempunyai program yang dirancang untuk jangka waktu tertentu. Waktu perawatan jangka pendek biasanya berkisar antara 2 sampai 4 minggu, dan direncanakan untuk diagnosa dan evaluasi, intervensi krisis, serta perencanaan yang komprehensif.
Pada umunya pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku anak maupun remaja. Apakah anak dan remaja menunjukkan kesadaran dan pengertian tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusan secara rasional? Anak dan remaja harus mulai beradaptasi dengan lingkungannya dan tidak impulsif.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
Kemampuan untukberhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa dan orang tua secara wajar
Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan proses belajar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak. Gangguan ini berdampak pada masalah mental seperti cara berpikir, bertindak dan merasa. Anak-anak yang mengalaminya akan bermasalah dengan konsentrasi dan pemusatan pikiran. Seperti memicu anak hiperaktif.
Pada umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dengan gangguan jiwa mempunyai program yang dirancang untuk jangka waktu tertentu. Waktu perawatan jangka pendek biasanya berkisar antara 2 sampai 4 minggu, dan direncanakan untuk diagnosa dan evaluasi, intervensi krisis, serta perencanaan yang komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Cecily L.Betz Linda A. Sowden. 2001. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC McCloskey J.C & Bulechek G.M. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC)