• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh ANISA TRI AFIATNI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh ANISA TRI AFIATNI NIM"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAYANAN PROGRAM PENDIDIKAN KETERAMPILAN MENJAHIT DI RUMAH PINTAR PIJOENGAN PEDUKUHAN DARAMAN DESA

SRIMARTANI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan

Oleh

ANISA TRI AFIATNI NIM 11102244018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “LAYANAN PROGRAM PENDIDIKAN KETERAMPILAN MENJAHIT DI RUMAH PINTAR PIJOENGAN PEDUKUHAN DARAMAN DESA SRIMARTANI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA” yang disusun oleh Anisa Tri Afiatni, NIM 11102244018 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 22 Maret 2017 Pembimbing

Dr. Sujarwo, M.Pd

(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa Skripsi ini benar-benar karya Saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya tulis orang lain kecuali dengan tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera di dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 21 April 2017 Yang menyatakan

Anisa Tri Afiatni NIM 11102244018

(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “LAYANAN PROGRAM PENDIDIKAN KETERAMPILAN MENJAHIT DI RUMAH PINTAR PIJOENGAN PEDUKUHAN DARAMAN DESA SRIMARTANI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA” yang disusun oleh ANISA TRI AFIATNI, NIM 11102244018 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 7 April 2017 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Dr. Sujarwo, M. Pd Ketua Penguji ... ... Dr. Entoh Tohani, M. Pd Sekretaris Penguji ... ... Prof. Dr. Suparno, M.Pd Penguji Utama ... ...

Yogyakarta, April 2017 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M. Pd.

(5)

v MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan, pasti ada kemudahan” (Terjemahan QS. An-Nashr:6)

“Kekayaan yang abadi adalah ilmu yang bermanfaat, itulah pendidikan keterampilan”

(Penulis)

“Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu, maka Allah SWT akan memudahkan baginya jalan ke Surga”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Layanan Program Pendidikan Keterampilan di Rumah Pintar Pijoengan Pedukuhan Daraman Desa Srimartani Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.” Karya ilmiah ini ku persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua tercinta, yang senantiasa memberikan Doa restu, dukungan, perhatian dan kasih sayang selama ini.

2. Keluarga besar Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

vii

LAYANAN PROGRAM PENDIDIKAN KETERAMPILAN MENJAHIT DI RUMAH PINTAR PIJOENGAN PEDUKUHAN DARAMAN DESA

SRIMARTANI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh Anisa Tri Afiatni NIM 11102244018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) perencanaan, pelaksanaan layanan program pendidikan keterampilan di Rumah Pintar Pijoengan, 2) bentuk evaluasi dan hasil dari terselenggaranya layanan program pendidikan keterampilan di Rumah Pintar Pijoengan. 3) kendala yang di hadapi Rumah Pintar Pijoengan dalam perencanaan dan pelaksanaan layanan program pendidikan keterampilan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan lokasi penelitian di Rumah Pintar Pijoengan kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul D.I Yogyakarta. Subyek penelitian ini terdiri dari ketua Rumah Pintar Pijoengan, tutor pada layanan program pendidikan keterampilan menjahit, 2 orang peserta didik yang mengikuti layanan program pendidikan keterampilan menjahit. Pengumpulan data penelitian dilakukan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, hingga penarikan simpulan dan verifikasi. Triangulasi yang digunakan untuk menjelaskan keabsahan data, yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa: 1) jenis layanan program pendidikan keterampilan yang diselenggarakan Rumah Pintar Pijoengan dapat terlaksana karena adanya antusias dan sambutan yang baik dari warga masyarakat di dusun Daraman desa Srimartani. 2) diketahui bahwa proses perencanaan layanan program pendidikan keterampilan di Rumah Pintar Pijoengan dilakukan berdasarkan identifikasi kebutuhan, penyiapan rencana dan jadwal kegiatan bimbingan/pelatihan yang dituangkan dalam acuan pelaksanaan kegiatan. Sedangkan untuk proses pelaksanaan layanan program pendidikan keterampilan dilakukan berdasarkan penyiapan sarana dan prasarana kegiatan layanan program pendidikan keterampilan, pendataan peserta didik, penentuan jadwal pelaksanaan kegiatan, hingga ujicoba atau tes pemahaman atau keterampilan peserta didik. 3) ada beberapa kendala yang dihadapi Rumah Pintar Pijoengan dalam perencanaan dan pelaksanaan layanan program pendidikan keterampilan, diantaranya kendala pendanaan, pembagian waktu pelaksanaan, kesadaran warga masyarakat, sarana dan prasarana penunjang, jumlah tutor. 4) bentuk evaluasi menggunakan instrumen yang berisikan aspek keterlibatan tutor selama pelaksanaan kegiatan, penilaian atas pencapaian pengetahuan dan pemahaman peserta didik selama mengikuti layanan program pendidikan keterampilan.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Allhamdulillahirabbil „alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kemudahan atas segala hal, sehingga skripsi yang berjudul “LAYANAN PROGRAM PENDIDIKAN KETERAMPILAN MENJAHIT DI RUMAH PINTAR PIJOENGAN PEDUKUHAN DARAMAN DESA SRIMARTANI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA” dapat penulis selesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dukungan moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendukung untuk melakukan penelitian ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan izin dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan izin dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan wawasan, ilmu, dan pengalamannya.

(9)

ix

5. Orang tuaku tercinta terima kasih atas Do‟a, kasih sayang, motivasi, dan pengorbanan untuk Saya selama ini.

6. Mahasiswa program studi Pendidikan Luar Sekolah UNY yang senantiasa membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu baik secara langsung maupun tidak langsung ikut memberikan bantuan tenaga dan pikiran sehingga terselesainya skripsi ini.

Terima kasih atas bantuan yang diberikan semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan menjadi amal baik dan imbalan pahala dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi peneliti selanjutnya dan menjadikan inspirasi bagi pembaca. Amin.

Yogyakarta, 21 April 2017 Penulis,

Anisa Tri Afiatni NIM 11102244018

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Fokus Penelitian ... 14

D. Rumusan Masalah ... 15

E. Tujuan Penelitian ... 16

(11)

xi BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori ... 18

1. Teori Peranan ... 18

2. Teori Pendidikan Keterampilan ... 23

3. Kajian tentang Rumah Pintar ... 28

B. Penelitian yang Relevan ... 43

C. Definisi Konsep ... 45

D. Kerangka Berfikir ... 47

E. Pertanyaan Penelitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 49

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

C. Subyek Penelitian... 50

D. Metode Pengumpulan Data... 52

E. Instrumen Penelitian... 55

F. Teknik Analisis Data ... 57

G. Keabsahan Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63

1. Gambaran Umum Rumah Pintar Pijoengan ... 64

2. Deskripsi Subyek Penelitian ... 72

3. Kegiatan di Rumah Pintar Pijoengan ... 73

(12)

xii

5. Jenis Layanan Program Pendidikan Keterampilan ... 80

7. Proses Perencanaan Layanan Program Pendidikan Keterampilan Menjahit di Rumah Pintar Pijoengan ... 91

8. Proses Pelaksanaan Layanan Program Pendidikan Keterampilan Menjahit di Rumah Pintar Pijoengan ... 94

9. Faktor yang Mendorong Keikutsertaan Warga Dalam Program Keterampilan di Rumah Pintar Pijoengan... 99

10. Kendala dalam Pelaksanaan Program Keterampilan Menjahit ... 100

11. Bentuk Evaluasi Pelaksanaan Keterampilan Menjahit ... 104

B. Pembahasan Penelitian ... 106

1. Kegiatan di Rumah Pintar Pijoengan ... 106

2. Jenis Layanan Program Pendidikan Keterampilan di Rumah Pintar Pijoengan ... 116

3. Metode Layanan Program Pendidikan Keterampilan Menjahit di Rumah Pintar Pijoengan ... 117

4. Perencanaan dan Pelaksanaan Layanan Program Pendidikan Keterampilan Menjahit di Rumah Pintar Pijoengan ... 118

5. Kendala yang Dihadapi Rumah Pintar Pijoengan dalam Perencanaan, Pelaksanaan Keterampilan Menjahit ... 123

6. Bentuk Evaluasi dan Hasil Pelaksanaan Layanan Program Pendidikan Keterampilan Menjahit di Rumah Pintar Pijoengan 125 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 128

B. Saran... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 132

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal

1. Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data ... 59

2. Gambar 3.2 Triangulasi Sumber ... 62

3. Gambar 3.3 Triangulasi Teknik ... 63

4. Gambar 4.1 Kegiatan Praktek Menjahit ... 90

5. Gambar 4.2 Kegiatan Uji Coba Menjahit ... 97

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 4.1. Susunan Pengurus Rumah Pintar Pijoengan ... 69

Tabel 4.2. Sarana dan Prasarana Rumah Pintar Pijoengan ... 70

Tabel 4.3. Jaringan Kerjasama Rumah Pintar Pijoengan ... 71

Tabel 4.4. Pembiayaan Rumah Pintar Pijoengan ... 71

Tabel 4.5. Jenis Kegiatan dan Layanan Program ... 72

Tabel 4.6. Prestasi Rumah Pintar Pijoengan ... 73

Tabel 4.7. Karakteristik Subyek Penelitian ... 74

Tabel 4.8. Daftar Nama Tutor Rumah Pintar Pijoengan ... 88

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran : 1 Pedoman Observasi ... 136

Lampiran : 2 Pedoman Wawancara ... 137

Lampiran : 3 Catatan Lapangan ... 144

Lampiran : 4 Hasil Transkrip Wawancara ... 149

Lampiran : 5 Dokumentasi Foto Penelitian ... 167

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sikdiknas) Pasal 1 ayat (1) telah dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan bagi individu, masyarakat, bangsa, dan negara, dengan tujuan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, demokratis, serta bertanggungjawab.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 26 ayat (2) menjelaskan bahwa pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional, ayat (5) menjelaskan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(17)

2

proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Uraian penjelasan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional (Sikdiknas) di atas, dapat dipahami bahwa layanan program pendidikan keterampilan melalui jalur pendidikan nonformal merupakan bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembangan kepribadian profesional.

Subagiono (1998:24) pendidikan keterampilan adalah suatu performasi yang ekonomis dan efektif dalam pencapaian maksud dan fungsi keterampilan sebagai suatu bekal atau modal dasar bagi tenaga kerja/seseorang untuk dapat bekerja atau melakukan pekerjaan sesuai dengan kualifikasi dan keahliannya. Maksudnya adalah untuk melayani kebutuhan pendidikan masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur dengan sistem yang luwes (pantas atau menarik), fungsional dan mengembangkan kecakapan hidup untuk belajar sepanjang hayat. Layanan program pendidikan keterampilan sebagai subsistem pendidikan nasional memiliki beberapa keunggulan, sebagaimana dikemukakan Sudjana (2004:15) bahwa salah satu tujuan program pendidikan nonformal yakni lebih berkaitan dengan kebutuhan keterampilan

(18)

3

masyarakat yang disesuaikan dengan kondisi dan kearifan lokal yang ada dilingkungan masyarakat setempat.

Hal di atas, dibuktikan dengan adanya; a) tujuan program pendidikan nonformal yang berhubungan erat dengan kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat setempat dan/atau kebutuhan lembaga tempat peserta didik itu bekerja, b) adanya hubungan erat antara isi program pendidikan nonformal dengan dunia kerja atau kegiatan usaha/keterampilan yang ada dilingkungan masyarakat, c) pengorganisasian program pendidikan nonformal dilakukan dengan memanfaatkan pengalaman belajar, baik dari peserta didik, narasumber teknis, maupun sumber-sumber belajar lainnya yang ada dilingkungan sekitar masyarakat setempat, d) program pendidikan nonformal diarahkan untuk kepentingan peserta didik, bukan mengutamakan kepentingan penyelenggara program pendidikan nonformal, e) kegiatan belajar pendidikan nonformal tidak dipisahkan dari kegiatan bekerja atau kefungsian peserta didik yang ada dilingkungan masyarakat, f) adanya kecocokan antara pendidikan nonformal dengan dunia kerja, maka program pendidikan nonformal dapat memberikan hasil umpan balik (feedback) yang relatif lebih cepat kepada peserta didiknya.

Pendidikan nonformal terdiri dari pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini (Paud), pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan fungsional, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja/pendidikan berkelanjutan, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga

(19)

4

kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis. PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan luar sekolah yang mampu member kan layanan bagi masyarakat untuk menjadi berkembang. Dalam penyelenggaraan kegiatannya perlu memperoleh dukungan dari masyarakat. Masyarakat yang memiliki kebutuhan untuk belajar bisa mengandalkan PKBM sebagai sarana belajar, sehingga perangkat yang ada di dalamnya memiliki keleluasaan dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan belajar yang bisa dilakukan dengan mendukung kegiatan kegiatan salah satunya kegiatan belajar mengajar (Iip Saripah dan Yanti Shantini, 2016: 177).

Hal ini sejalan dengan pendapat Coombs dan Ahmed (1974:8) yang menyatakan bahwa pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal, diselenggarakan secara tersendiri atau bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan khusus kepada peserta didik atau membantu mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik sesuai tujuan belajarnya.

Arti pentingnya layanan program pendidikan keterampilan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagaimana penjelasan di atas, maka sejak awal tahun 2000 pemerintah Indonesia telah menggalakkan program pendidikan keterampilan, khususnya melalui jalur pendidikan nonformal, namun secara umum sampai saat ini kualitas layanan pendidikan keterampilan yang diberikan kepada masyarakat masih belum berjalan optimal,

(20)

5

dan salah satu faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program pendidikan keterampilan yaitu kurangnya kemampuan pembelajaran pendidik sebagai penyelenggara dan minat atau kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan pelatihan keterampilan yang diadakan (Depdiknas, 2006:3).

Pendidikan nonformal sebagai bagian integral dari pembangunan pendidikan nasional, diarahkan untuk menunjang upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia yang cerdas, sehat, terampil, mandiri dan berakhlak mulia sehingga memiliki ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan. Pengembangan pendidikan nonformal (PNF) secara bertahap terus dipacu dan diperluas guna memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak mungkin dapat terlayani melalui jalur pendidikan formal (PF). Sasaran pelayanan pendidikan nonformal diprioritaskan pada warga masyarakat yang tidak pernah sekolah, putus sekolah pengangguran atau miskin dan warga masyarakat lain yang ingin belajar untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya sebagai bekal hidup. Dengan semakin meluasnya layanan program pendidikan keterampilan yang bermutu, akan memberikan kontribusi besar dalam usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Layanan program pendidikan keterampilan sebagai salah satu bagian dari pendidikan nonformal dan sistem pendidikan nasional memiliki tugas yang sama dengan pendidikan formal yakni, memberikan layanan terbaik kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan belajar, dan sasaran pendidikan nonformal untuk masyarakat semakin meluas tidak hanya sekedar berhubungan

(21)

6

dengan masyarakat miskin dan terbelakang, buta pendidikan dasar, putus sekolah pendidikan formal, dan kelompok marjinal (tertinggal/pinggiran) lainnya, akan tetapi terus meluas sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan lapangan kerja dan perubahan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan budaya masyarakat setempat. Mengingat keluasan sasaran tersebut, maka layanan program pendidikan keterampilan bagi masyarakat juga harus terus diperluas sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perkembangan masyarakat (Soelaman, 1992:37).

Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualifikasi dan kemampuan para pendidik, khususnya mengenai layanan program pendidikan keterampilan melalui jalur pendidikan nonformal terus dilakukan, akan tetapi upaya tersebut masih belum berjalan secara optimal dan belum dirasakan sepenuhnya oleh seluruh warga masyarakat, terlebih bagi masyarakat yang hidup dan tinggal di daerah-daerah terpencil. Terdapat beberapa peran masyarakat dalam layanan pendidikan keterampilan nonformal seperti peran masyarakat dalam membangun Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), sanggar-sanggar seni, pondok pesantren, padepokan, dan penyelenggara kegiatan pendidikan lainnya yang tergabung dalam program Indonesia pintar yaitu rumah pintar, mobil pintar, motor pintar dan kapal pintar yang diprakarsai oleh Ibu Ani Bambang Yudhoyono sejak Tahun 2004, dan mencermati keadaan lembaga atau organisasi masyarakat seperti program Indonesia pintar yang semakin berkembang dan meluas ke seluruh wilayah Indonesia sebagai satuan pendidikan nonformal dan membuat kajian rumah

(22)

7

pintar sebagai pemberdayaan masyarakat melalui layanan program pendidikan keterampilan menjadi salah satu target penting dalam membangun dan mengembangkan masyarakat Indonesia hingga ke wilayah terpencil (Freyani dkk, 2014:6).

Pemberdayaan masyarakat melalui layanan program pendidikan keterampilan harus dikembangkan oleh semua pihak mengingat pemberdayaan tersebut dapat dilakukan melalui berbagai sektor terutama sektor pendidikan dan ekonomi, sehingga pemberdayaan layanan program pendidikan keterampilan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk memahami dan memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya karena pendidikan keterampilan adalah suatu performasi yang ekonomis dan efektif dalam pencapaian maksud dan fungsi keterampilan sebagai suatu bekal atau modal dasar tenaga kerja/seseorang untuk dapat bekerja atau melakukan pekerjaan sesuai dengan kualifikasinya dan keahliannya.

Konsep Rumah Pintar yang digagas oleh Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono dan solidaritas istri kabinat Indonesia bersatu (SIKIB) pada tahun 2004 menjadi dasar pembentukan rumah pintar Baznas “Pijoengan” Piyungan, Bantul, Yogjakarta, yang diresmikan pada hari Rabu tanggal 12 Maret 2008 oleh ketua solidaritas istri kabinet Indonesia bersatu (SIKIB) Ibu Widodo AS dan Direktur Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Didin Hafiduddin, sebagai wadah untuk pemberdayaan masyarakat melalui berbagai kegiatan dan layanan program pendidikan keterampilan.

(23)

8

Rumah Pintar Pijoengan berada disisi timur kabupaten Bantul, tepatnya di kecamatan Piyungan, kurang lebih 7 km dari candi prambanan. Rumah Pintar Pijoengan menempati area seluas ±3000 meter persegi, mempunyai sentra indoor (baca, komputer, audiovisual, keterampilan) dan sentra outdoor (pertanian, perikanan, playground). Penerima manfaat Rumah Pintar Pijoengan bervariasi dari segala usia. Layanan kerja 7 (tujuh) hari dalam satu minggu mulai dari pukul 9.30 WIB pagi sampai 4.30 Sore, kecuali hari Minggu dan hari libur layanan dibuka lebih pagi (Pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 Sore). Sedangkan untuk layanan di luar gedung Rumah Pintar Pijoengan terdapat juga unit layanan keliling yang berupa layanan kesehatan, perpustakaan bergerak, dan pemberdayaan masyarakat.

Rumah Pintar Pijoengan merupakan wujud idealisme tokoh masyarakat di dalam memberikan layanan pendidikan nonformal bagi masyarakat di dalam pembentukan karakter dan kebribadian, khususnya di kecamatan Piyungan Bantul Yogyakarta. Hal ini sejalan dengan kemauan aparatur pemerintah di Kabupaten Bantul, karena dengan adanya Rumah Pintar Pijoengan ini tidak terlepas dari peran serta tokoh masyarakat termasuk aparat di tingkat kecamatan dan desa. Kesadaran tokoh masyarakat ternyata mampu memberikan penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya sebuah wadah kegiatan yang mampu menjembatani antara kebutuhan masyarakat dengan fasilitas dan penyelenggara, sehingga keterpaduan dan keinginan bersama tersebut melahirkan Rumah Pintar Pijoengan sebagai wadah kegiatan

(24)

9

masyarakat, khususnya dalam hal ini layanan pendidikan keterampilan bagi masyarakat Piyungan Bantul Yogyakarta.

Keberadaan Rumah Pintar Pijoengan sebagai wadah penyelenggara layanan program pendidikan keterampilan bagi masyarakat, belum berjalan secara merata dan dapat dirasakan oleh seluruh warga masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu “SH” selaku ketua sementara Rumah Pintar Pijoengan pada hari Kamis tanggal 8 September 2016, diketahui bahwa ada beberapa jenis layanan program pendidikan keterampilan yang biasa diselenggarakan Rumah Pintar Pijoengan, diantaranya; keterampilan merajut dan bordir, keterampilan menjahit, keterampilan pengelolaan limbah sampah menjadi pupuk kompos, keterampilan dalam bidang pertanian, keterampilan dalam bidang ilmu teknologi (IT) komputer dan audiovisual, serta keterampilan pengelolaan kesehatan lingkungan. Dari beberapa jenis layanan program pendidikan keterampilan di atas, di akui oleh Ibu “SH” bahwa jenis layanan program pendidikan keterampilan yang saat ini aktif di selenggarakan Rumah Pintar Pijoengan adalah jenis layanan program pendidikan keterampilan menjahit, sedangkan untuk jenis layanan pendidikan keterampilan merajut, bordir dan lainnya tidak aktif dikarenakan tidak ada peserta didiknya, sehingga program-program keterampilan tersebut tidak diselenggarakan.

Proses perencanaan pemberian layanan program pendidikan keterampilan kepada masyarakat, dalam hal ini Rumah Pintar Pijoengan berperan aktif menyusun program-program pendidikan keterampilan yang disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat setempat, dan setelah

(25)

10

program tersebut tersusun kemudian dilakukan sosialisasi sekaligus mengajak masyarakat untuk mengikuti layanan program pendidikan keterampilan yang dimaksud, sedangkan untuk proses pelaksanaannya diatur dalam jadwal kegiatan berdasarkan kesepakatan bersama antara pengelola Rumah Pintar Pijoengan dengan peserta didik atau warga yang ingin mengikuti program tersebut.

Rumah Pintar Pijoengan juga terbuka kepada masyarakat yang ingin terlibat aktif dalam proses perencanaan dan pelaksanaan layanan program-program pendidikan keterampilan, hal ini terbukti dengan adanya kerjasama yang direncanakan dan dilaksanakan Rumah Pintar Pijoengan bekerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat serta para mahasiswa yang melakukan praktek kerja nyata guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat. Sedangkan untuk proses evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan layanan program pendidikan keterampilan yang telah diselenggarakan dilakukan setelah layanan program pendidikan keterampilan selesai dilaksanakan, yakni antara satu bulan hinga tiga bulan.

Pelaksanaan layanan program pendidikan keterampilan yang diselenggarakan di Rumah Pintar Pijoengan tidak semuanya berjalan sesuai harapan. Hal ini dikarenakan beberapa kendala seperti yang di akui oleh “SH” selaku ketua sementara Rumah Pintar Pijoengan bahwa minimnya minat atau partisipasi masyarakat dalam mengikuti layanan program pendidikan keterampilan yang diselenggarakan. Misalnya layanan program pendidikan keterampilan menjahit yang ditargetkan peserta didik dari pedukuhan Daraman

(26)

11

desa Srimartani sebanyak 20 orang, kenyataannya kurang lebih hanya 10 orang warga yang mengikuti program tersebut, itupun kadang pesertanya datang dan kadang tidak datang sesuai jadwal kegiatan yang sudah ditentukan. Kurangnya minat atau partisipasi warga pedukuhan Daraman untuk mengikuti layanan program pendidikan keterampilan ini, karena masih rendahnya kesadaran atau motivasi dari warga pendukuhan Daraman untuk meningkatkan kualitas hidupnya melalui layanan program pendidikan keterampilan yang diselenggarakan oleh Rumah Pintar Pijoengan, padahal potensi layanan program pendidikan keterampilan, khususnya keterampilan menjahit sangat berguna dan bermanfaat bagi warga masyarakat di pedukuhan Daraman mengingat hampir sebagian besar warga masyarakat pedukuhan Daraman berprofesi sebagai petani, dengan adanya layanan program pendidikan keterampilan menjahit, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan warga pedukuhan Daraman dalam bidang keterampilan menjahit. Kurangnya partisipasi masyarakat ini juga di akui oleh “SH” karena masih minimnya jumlah tenaga lapangan yang dimiliki Rumah Pintar Pijoengan dalam proses sosialisasi lebih lanjut kepada masyarakat.

Uraian di atas, sejalan dengan pendapat Sudjana (2004:68) yang menyatakan bahwa masalah serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal, hal itulah yang menyebabkan rendahnya sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan khusus untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Sudjana

(27)

12

juga menambahkan bahwa ada beberapa masalah yang menyebabkan peningkatan mutu pendidikan keterampilan di Indonesia belum berjalan secara optimal; 1) akuntabilitas (tugas dan wewenang) penyelenggaraan layanan program pendidikan keterampilan kepada masyarakat masih sangat rendah, 2) penggunaan sumber daya yang tidak optimal dan rendahnya anggaran layanan program pendidikan keterampilan merupakan kendala yang serius, 3) partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan layanan program pendidikan keterampilan masih rendah, 4) ketidakmampuan penyelenggara layanan program pendidikan keterampilan dalam mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungan internalnya, khususnya lingkungan masyarakat yang sedang berkembang.

Keempat layanan program pendidikan keterampilan di atas, dapat terlaksana apabila ditunjang dengan adanya partisipasi dari semua eleman, seperti masyarakat, pemerintah, dan khususnya dalam hal ini adalah peran aktif dari lembaga penyelenggara layanan program pendidikan keterampilan nonformal bagi masyarakat sebagai penanggungjawab dalam hal perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasinya. Layanan program pendidikan keterampilan melalui jalur pendidikan nonformal dengan segala persoalannya tidak mungkin di atasi hanya oleh lembaga penyelenggara dalam melaksanakan program-progamnya, sehingga perlu mengundang berbagai pihak yaitu warga masyarakat, dan pemerintah setempat untuk berpatisipasi secara aktif dalam berbagai layanan program pendidikan keterampilan nonformal yang diadakan, dan selanjutnya partisipasi ini perlu dikelola serta dikoordinasikan lebih lanjut

(28)

13

dengan baik, agar lebih bermakna bagi proses perencanaan dan pelaksanaannya, terutama dalam peningkatan mutu layanan program pendidikan keterampilan lewat suatu wadah seperti Rumah Pintar Pijoengan.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka diperlukannya kajian khusus dalam mengungkap permasalahan terkait proses perencanaan, pelaksanaan, faktor yang mendorong keikutsertaan warga dalam mengikuti layanan program pendidikan keterampilan, kendala yang dihadapi Rumah Pintar dalam menyelenggarakan program keterampilan, hingga evaluasi yang diadakan oleh Rumah Pintar Pijoengan, khususnya dalam layanan program pendidikan keterampilan menjahit yang diberikan kepada warga masyarakat di pedukuhan Daraman desa Srimartani, sehingga judul penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Layanan Program Pendidikan Keterampilan Menjahit di Rumah Pintar Pijoengan Pedukuhan Daraman Desa Srimartani Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.”

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pihak Rumah Pintar Pijoengan belum optimal dalam menyelenggarakan layanan program pendidikan keterampilan menjahit bagi masyarakat di pedukuhan Daraman desa Srimartani.

(29)

14

2. Jumlah tenaga atau pengurus lapangan di Rumah Pintar Pijoengan masih kurang memadai dalam menunjang terlaksananya layanan program keterampilan menjahit.

3. Kurang maksimalnya sosialisasi yang dilakukan Rumah Pintar Pijoengan kepada masyarakat di pedukuhan Daraman desa Srimartani untuk mengikuti layanan program pendidikan keterampilan menjahit.

4. Rendahnya partisipasi atau motivasi masyarakat di pedukuhan Daraman desa Srimartani untuk mengikuti layanan program pendidikan keterampilan menjahit yang diselenggarakan oleh Rumah Pintar Pijoengan.

C.Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang terdapat di identifikasi masalah, agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak meluas maka peneliti memfokuskan penelitian pada (1) perencanaan layanan program pendidikan keterampilan dan pelaksanaan layanan program, (2) kendala yang dihadapi rumah oleh rumah pintar terkait layanan program pendidikan keterampilan menjahit. (3) metode yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menjahit oleh tutor, hingga proses evaluasi yang dilakukan pihak Rumah Pintar.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Layanan Program Pendidikan Keterampilan yang diselenggarakan oleh Rumah Pintar Pijoengan,

(30)

15

dan untuk mengkaji masalah tersebut maka pertanyaan penelitian yang akan dipelajari lebih lanjut adalah:

1. Bagaimana proses perencanaan dan pelaksanaan layanan program pendidikan keterampilan menjahit di Rumah Pintar Pijoengan?

2. Bagaimana bentuk evaluasi hasil layanan program pendidikan keterampilan menjahit setelah terselenggaranya program pendidikan keterampilan menjahit tersebut?

3. Kendala apa yang dihadapi Rumah Pintar Pijoengan dalam proses perencanan dan pelaksanaan layanan program pendidikan keterampilan bagi masyarakat?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini untuk:

1. Mendeskripsikan bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan layanan program pendidikan keterampilan menjahit di Rumah Pintar Pijoengan. 2. Mendeskripsikan kendala yang di hadapi Rumah Pintar Pijoengan dalam

proses perencanaan dan pelaksanaan layanan program pendidikan keterampilan menjahit.

3. Mendeskripsikan metode pengajaran yang diterapkan oleh tutor keterampilan menjahit selama proses pendidikan, serta bagaimana bentuk evaluasi atas hasil terselenggaranya layanan program pendidikan keterampilan menjahit di Rumah Pintar Pijoengan.

(31)

16 F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan gambaran untuk pengembangan Ilmu Pendidikan. Khususnya Pendidikan Luar Sekolah (PLS), melalui layanan program pendidikan keterampilan menjahit yang diselenggarakan oleh Rumah Pintar Pijoengan bagi masyarakat.

b. Dapat dijadikan sebagai referensi atau paling tidak memberikan tambahan literature bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini, di masa mendatang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pengelola Rumah Pintar Pijeongan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui proses perencanaan, pelaksanaan, metode pengajaran yang tepat, serta evaluasi atas terselenggaranya layanan program pendidikan keterampilan bagi masyarakat.

b. Bagi mahasiswa, diharapkan hasil penelitian ini berguna sebagai referensi atau informasi, terutama bagi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, dan umumnya bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS).

c. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau bacaan untuk menambah wawasan tentang Rumah Pintar dalam

(32)

17

proses perencanaan, pelaksanaan, metode pengajaran, dan evaluasi terkait terselenggaranya suatu layanan program pendidikan keterampilan di Rumah Pintar bagi masyarakat.

(33)

18 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Deskripsi Teori

Peneliti membahas teori-teori tentang bagaimana perencanaan, pelaksanaan, metode pengajaran yang diterapkan tutor, serta bentuk evaluasi atas terlaksananya layanan

Dalam kajian pustaka ini program pendidikan keterampilan menjahit di Rumah Pintar Pijoengan bagi masyarakat pedukuhan Daraman desa Srimartani kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikaji melalui teori peranan dan teori pendidikan keterampilan. Berikut ulasan teori-teori tersebut.

1. Teori Peranan

Poerwadarminta (1995:751) peranan merupakan tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa. Berdasarkan pendapat Poerwadarminta maksud dan tindakan tersebut merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan Soerjono Soekanto (2002:221) peranan diartikan sebagai penunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses dan tepatnya adalah bahwa seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa peranan merupakan suatu aspek dinamis kedudukan atau status

(34)

19

apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia telah menjelaskan suatu peranan.

Lebih lanjut Soerjono Soekanto (2002:246) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek peranan sebagai berikut:

a. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan posisi seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Soerjono Soekanto (2002:246) ada beberapa macam peranan yang melekat pada individu-individu dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai berikut:

a. Bahwa peran-peran tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan keberlangsungannya.

b. Peranan tersebut seyogyanya dilakukan pada individu-individu yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya. Mereka harus terlebih dahulu terlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya.

c. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tidak mampu melakukan peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat.

(35)

20

d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, tidak menutup kemungkinan masyarakat tidak dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang, bahkan seringkali masyarakat terlihat terpaksa membatasi peluang-peluang tersbut.

Koetjaraningrat (1984:88) peranan adalah segala cara yang dilakukan individu-individu untuk memenuhi kewajibannya dan untuk mendapatkan hak-haknya. Peranan juga merupakan aspek dinamis dari status, dengan kata lain bahwa peranan merupakan bagian dari status dimana di dalam peranan tersebut telah ditemukan peranan yang harus dilakukan atau dimainkan oleh seseorang sesuai dengan statusnya. Dalam peranan juga dapat diramalkan tingkah laku individu yang mengikuti pola-pola yang benar berdasarkan statusnya.

Ralph Turner dalam Koentjaningrat (1984:88) melihat peranan sebagai suatu proses pengambilan peran dari sesuatu yang telah tersusun sebagai serangkaian harapan. Ralph Turner juga membagi harapan yang melekat pada peranan sebagai berikut: harapan wajib, harapan yang seharusnya, dan harapan yang kemungkinan, seseorang memainkan peranannya dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan (masyarakat) oleh karenanya peranan yang dimiliki seseorang dapat lebih dari satu peranan sehingga terkadang individu sulit membaginya dan seringkali dalam dirinya terjadi konflik peranan.

Arimbi dan Santosa (dalam Soekanto, 2002:228) peranan merupakan pelaksanaan sebuah tanggungjawab seseorang atau organisasi

(36)

21

untuk berprakarsa dalam tugas dan fungsinya yang dikemukakan dalam 5 (lima) dimensi peranan, sebagai berikut:

a. Peranan sebagai suatu kebijakan, penganut paham ini berpendapat bahwa peranan merupakan suatu kebijaksanaan yang tepat dan baik untuk dilaksanakan.

b. Peranan sebagai strategi, penganut paham ini mendalilkan bahwa peranan merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat (Public support). Pendapat ini didasarkan pada suatu paham bahwa bilamana masyarakat merasa memiliki akses terhadap pengambilan keputusan dan kepedulian masyarakat pada tiap tingkatan keputusan. c. Peranan sebagai alat komunikasi, bahwa peranan didayagunakan sebagai

instrumen atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses pengambilan keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh suatu pemikiran bahwa pemerintah dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarkat tersebut adalah masukan yang bernilai guna mewujudkan keputusan yang responsif dan responsibel.

d. Peranan sebagai alat penyelesaian senketa, peranan didayagunakan sebagai suatu cara untuk mengurangi atau meredam konflik melalui usaha pencapaian konsesus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang mendasari persepsi ini adalah bertukar pikiran dan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan (mistrust) dan kerancuan (biasess).

(37)

22

e. Peranan sebagai terapi, menurut persepsi ini, peranan dilakukan sebagai upaya “mengobati” masalah-masalah psikologis masyarakat seperti halnya perasaan ketidakberdayaan (sense of powerlessness), tidak percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting dalam masyarakat.

Ryaas Rasyid (2010:32) bahwa terdapat 3 (tiga) peranan penting untuk mengarahkan masyarakat kepada kemandirian dan membangun masyarakat agar berdayaguna demi terciptanya kemakmuran. Berikut uraian ketiga peranan tersebut:

a. Perencana yaitu menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelenggaraan suatu kegiatan melalui penerbitan peraturan-peraturan sebagai regulator yang dapat memberikan acuan dasar kepada masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur segala kegiatan.

b. Pelaksana yaitu menggerakkan partisipasi masyarakat jika terjadi kendala-kendala dalam proses pengelenggaraan suatu kegiatan untuk mendorong dan memelihara dinamika. Penyelenggara berperan memberikan bimbingan dan pengarahan secara intensif dan efektif kepada masyarakat yang dapat diwujudkan melalui tim penyuluhan maupun badan tertentu untuk memberikan pelatihan.

c. Evaluasi yaitu menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan suatu kegiatan untuk menjembatani berbagai kepentingan masyarakat dalam mengoptimalkan kegiatan yang diselenggara. Penyelenggara kegiatan sebagai perencana dan pelaksana yang bergerak dibidang

(38)

23

pendamping atau permodalan melalui pemberian bantuan modal kepada masyarakat harus juga melakukan evaluasi untuk mengukur seberapa besar kegiatan tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat, dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambatnya.

Dapat disimpulkan bahwa peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan seseorang dalam suatu peristiwa. Peranan memiliki fungsi, hak dan kewajiban yang harus dilakukan seseorang dalam kedudukannya di masyarakat. Hal ini jika dikaitkan dengan layanan program pendidikan keterampilan yang diselenggarakan Rumah Pintar Pijoengan, maka akan terlihat bagaimana peranan yang dijalankan Rumah Pintar Pijoengan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, hingga melakukan evaluasi atas terselenggaranya program pendidikan keterampilan di Rumah Pintar Pijoengan.

2. Teori Pendidikan Keterampilan

a. Pengertian Pendidikan Keterampilan

Subagiono (1998:24) pendidikan keterampilan adalah suatu performasi yang ekonomis dan efektif dalam pencapaian maksud dan fungsi keterampilan sebagai suatu bekal atau modal dasar tenaga kerja/seseorang untuk dapat bekerja atau melakukan pekerjaan sesuai dengan kualifikasi dan keahliannya. Penyelenggaraan pendidikan keterampilan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, dalam rangka

(39)

24

meningkatkan sumber daya manusia pada setiap unit kerja juga akan berhubungan dengan hakikat pendidikan keterampilannya.

Sumarsono (2009:26) pendidikan keterampilan dapat menjadi faktor penting dalam pengembangan sumber daya manusia, karena pendidikan keterampilan tidak hanya menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja seseorang. Sedangkan Yuniarsih dan Suwatno (2011:14) pendidikan keterampilan merupakan penciptaan suatu lingkungan dimana individu dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku yang spesifik berkaitan dengan keahliannya.

Berdasarkan beberapa uraian pengertian pendidikan keterampilan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan keterampilan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya.

b. Tujuan Pendidikan Keterampilan

Pendidikan keterampilan bertujuan untuk membimbing atau mengajarkan masalah pekerjaan yang bersifat praktis dalam kehidupan sehari-sehari, selain itu juga pendidikan keterampilan bertujuan memberikan arahan dan pembinaan yang bersifat basic atau mendasar guna pengembangan potensi diri peserta didik (Subagiono, 1998:35).

(40)

25

Ditinjau dari tujuan belajar, maka tujuan pendidikan keterampilan, yaitu memberikan arahan kepada peserta didik untuk bertanggungjawab menggapai dan memenuhi tujuan-tujuan yang sangat luas bagi pengembangan dirinya, dalam kapasitas inilah muncul pendidikan keterampilan yang bersifat pada pemenuhan kebutuhan belajar tingkat dasar (basic education) semacam pendidikan keaksaraan, pengetahuan alam, keterampilan, pengetahuan gizi dan kesehatan, sikap sosial berkeluarga dan hidup bermasyarakat, pengetahuan umum dan kewarganegaraan, serta citra diri dan nilai hidup dilingkungan masyarakat (Ishak dan Ugi, 2012:44).

Dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan keterampilan yaitu untuk memberikan kesempatan belajar bagi setiap peserta didik dalam meningkatkan kemampuan diri serta pengelolaan dan pemanfaatan sumber-sumber pontensi yang ada dilingkungan sekitarnya secara optimal.

c. Tahap-Tahap Layanan Program Pendidikan Keterampilan

Program pendidikan keterampilan penting dan bermanfaat karena tuntutan pekerjaan dan jabatan sebagai akibat dari perubahan situasi dan kondisi kerja, kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan dalam organisasi. Hasibuan (2003) proses atau tahap-tahap pendidikan keterampilan hendaknya dilakukan dengan memperhatikan: 1) Sasaran, 2) Kurikulum, 3) Sarana, 4) Peserta didik, 5) Pelatihan, 6) Pelaksanaan.

(41)

26

Setiap program pendidikan keterampilan harus terlebih dahulu ditetapkan secara jelas sasaran yang ingin dicapai agar pelaksanaan program pendidikan keterampilan dapat diarahkan ke pencapaian tujuannya. Menurut Siagian (2003:68) tahap-tahap yang perlu ditempuh dalam program pendidikan keterampilan, yaitu:

1) Penentuan Kebutuhan

Program pendidikan keterampilan diselenggarakan apabila kebutuhan itu memang ada. Penentuan kebutuhan itu harus didasarkan pada analisis yang tepat karena penyelenggaraan pendidikan keterampilan biasanya membutuhkan dana yang cukup besar.

2) Penentuan Sasaran

Berdasarkan analisis kebutuhan maka sasaran program pendidikan keterampilan ditetapkan. Sasaran yang ingin dicapai dengan bersifat teknikal akan tetapi dapat pula menyangkut keperilakuan.

3) Penetapan Isi Program

Program pendidikan keterampian harus jelas diketahui apa yang ingin dicapai sesuai dengan hasil analisis kebutuhan dan sasaran yang telah dilakukan.

4) Identifikasi Prinsip-Prinsip Belajar

Penerapan prinsip belajar yang baik maka berlangsungnya proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan cepat, pada dasarnya prinsip belajar yang layak dipertimbangkan untuk diterapkan berkisar

(42)

27

pada 5 (lima) hal, yaitu partisipasi, repetisi, relevansi, pengalihan dan umpan balik.

5) Pelaksanaan Program

Tepat tidaknya teknik mengajar yang digunakan sangat tergantung pada berbagai pertimbangan yang ingin ditonjolkan, seperti penghematan dalam pembiayaan, materi program, tersedianya fasilitas tertentu, preferensi dan kemampuan peserta, preferensi dan kemampuan pelatih dan prinsip-prinsip belajar yang hendak diterapkan.

6) Identifikasi Manfaat

Setelah program pendidikan keterampilan dilaksanakan maka dapat diidentifikasi manfaat yang diperoleh peserta didik. Misalnya peningkatan pengetahuan dan keterampilan.

7) Penilaian Pelaksanaan Program

Pelaksanaan suatu program pendidikan keterampilan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri peserta tersebut terjadi transformasi dengan peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan perilaku yang tercermin pada sikap, disiplin dan etos kerja.

Dari uraian di atas, diketahui bahwa tahap-tahap layanan program pendidikan keterampilan meliputi penentuan kebutuhan, penentuan sasaran, penetapan isi program, identifikasi prinsip-prinsip belajar, pelaksanaan program, identifikasi manfaat, dan penilaian

(43)

28

pelaksanaan program. Tahap-tahap layanan program pendidikan keterampilan tersebut dapat berfungsi untuk mengidentifikasi bagaimana perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh Rumah Pintar Pijoengan dalam memberikan layanan program pendidikan keterampilan bagi warga di pedukuhan Daraman desa Srimartani kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Kajian tentang Rumah Pintar a. Pengertian Rumah Pintar

Freyani (2014:5) Rumah Pintar merupakan “Rumah Pendidikan” untuk masyarakat yang memiliki banyak fungsi. Bagi anak-anak Rumah Pintar dapat berfungsi untuk meningkatkan minat baca, mengembangkan potensi kecerdasan dan mengenalkan teknologi melalui pembelajaran di lima sentra: 1) sentra buku, 2) sentra kriya, 3) sentra permainan, 4) sentra audio visual, dan 5) sentra komputer.

Salah satu kegiatan Indonesia Pintar adalah program Rumah Pintar. Program ini merupakan pusat pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan taraf hidup menuju masyarakat sejahtera. Rumah Pintar sebagai sarana pemberdayaan masyarakat dapat mewadahi berbagai kegiatan, di mulai dari pendidikan anak usia dini, remaja, kaum

(44)

29

perempuan, kelompok lanjut usia. Diharapkan melalui Rumah Pintar terbangun masyarakat cerdas, inovatif, kreatif, mandiri dan sejahtera.

Rintisan Rumah Pintar merupakan upaya memfasilitasi komunitas belajar masyarakat untuk menjadi Rumah Pintar sebagai satuan pendidikan nonformal sejenis, terutama di kawasan adat, tertinggal, terpencil, perbatasan, terdepan, dan terluar, dimaksudkan sebagai layanan menjangkau masyarakat yang belum terlayani. Dana rintisan Rumah Pintar merupakan bantuan biaya penataan kelembagaan dan biaya operasional penyelenggaraan rintisan Rumah Pintar sebagai satuan pendidikan nonformal.

b. Tujuan Rumah Pintar di Dirikan

Freyani (2014:10) Rintisan Rumah Pintar bertujuan untuk meningkatkan akses layanan pendidikan nonformal di daerah perbatasan, daerah terpencil, tertinggal, terdepan dan terluar, daerah yang termarjinalkan serta masyarakat yang masih belum terlayani/terbatas pelayanan pendidikan, serta memperkuat eksistensi dan akuntabilitas komunitas belajar masyarakat yang menjadi Rumah Pintar sebagai satuan pendidikan nonformal sejenis.

Freyani (2014:11) didirikannya Rumah Pintar bertujuan untuk: 1) Mengembangkan potensi kecerdasan anak yang didasarkan pada

tumbuhkembang anak.

2) Meningkatkan minat baca masyarakat. 3) Mengenalkan teknologi dan Informasi.

(45)

30

4) Mengembangkan kemampuan berwirausaha masyarakat berbasis potensi lokal.

5) Melestarikan budaya masyarakat. c. Bentuk Layanan Rumah Pintar

Menurut Freyani (2014:12) Setiap Rumah Pintar memiliki lima sentra yang mengembangkan berbagai kegiatan penuh makna dalam pengembangan pendidikan masyarakat Indonesia. Sentra-sentra tersebut adalah sebagai berikut:

1) Sentra buku berfungsi untuk

a) Meningkatkan minat baca. Sentra buku mengenalkan anak pada dunia buku dan mengajak masyarakat umum untuk membaca. b) Menambah cakrawala pengetahuan dengan membaca, anak dan

masyarakat umum bisa mengetahui berbagai hal dari berbagai bidang yang diminati.

c) Mengembangkan keterampilan kebahasaan. membaca, menulis, mengarang dan bercerita, baik pada anak, remaja maupun orang dewasa.

d) Mendukung kegiatan sentra lain. Buku-buku di sentra buku, terutama yang terkait dengan keterampilan, dapat memberikan inspirasi usaha bagi para remaja dan orang tua. Hal ini tentu dapat mendukung kegiatan di sentra kriya. Setiap sentra buku di rumah pintar memiliki kurang lebih 3.000-5.000 eksemplar buku.

(46)

31

a) Bermain dan bereksplorasi dengan alat permainan Edukatif (APE) serta alat kreatifitas. Sentra ini berisi berbagai alat permainan yang menarik bagi anak, seperti balok, puzzle, lego, boneka, mobil-mobilan, rumah-rumahan, alat masak-masakan, plastisin, dan lain sebagainya.

b) Melatih kemampuan sensorik-motorik. Di sentra permainan, anak dapat melakukan berbagai permainan yang dapat mengembangkan kemampuan sensorik-motoriknya.

c) Belajar berbagi, menghargai dan sifat positif lain. Melalui kegiatan bersama dengan teman-temannya di sentra permainan, anak belajar untuk saling berbagi, menghargai, bekerjasama dan mengembangkan sikap positif lainnya.

d) Mengoptimalkan potensi kecerdasan dengan cara menyenangkan. Melalui berbagai jenis kegiatan bermain di sentra permainan, anak mengembangkan semua potensi yang dimilikinya secara lebih optimal dalam suasana yang menyenangkan tanpa adanya tekanan. 3) Sentra panggung/Audio visual berfungsi untuk

a) Mengembangkan kemampuan bahasa. Sentra ini mengembangkan kemampuan bahasa lisan anak, dimana setelah anak-anak diberi kesempatan menonton VCD/DVD tentang ilmu pengetahuan, anak akan melihat, mendengar, terlibat aktif dan menceritakan kembali cerita yang ditonton dan didengarnya tersebut.

(47)

32

b) Memahami berbagai karakter dan nilai moral. Anak akan belajar memahami berbagai peran dan karakter dan nilai-nilai moral melalui cerita yang ditonton atau didengar dari cerita tutornya tersebut.

c) Mengembangkan potensi kreaktif dan musik anak. Sentra ini menstimulasi potensi kreaktif anak untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran mereka dengan cara bercerita, membaca puisi, menyanyi, menari dan lain sebagainya.

d) Meningkatkan rasa percaya diri, karena anak-anak terbiasa untuk mengungkapkan isi hal dan pikirannya, melalui sentra panggung/audio visual ini anak-anak kemudian dapat memiliki tingkat kepercayaan diri yang terpelihara dengan baik.

4) Sentra komputer berfungsi untuk

a) Pengenalan teknologi. Kegiatan pengenalan teknologi di sentra komputer dimulai dengan perkenalan tentang nama-nama alat atau bagian dari komputer, fungsi alat tersebut dan cara menggunakannya (monitor, CPU, mouse, keyboard).

b) Pengenalan berbagai konsep dengan cara yang menyenangkan. Sentra komputer memperkenalkan anak-anak kepada berbagai konsep warna, bentuk, ukuran, bilangan, huruf, dan sebagainya melalui permainan interaktif.

(48)

33

c) Pengembangan kemampuan visual dan motoric. Anak dapat mengembangkan kemampuan visualnya, koordinasi mata dengan tangan serta melatih otot-otot halusnya.

d) Pengembangan imajinasi dan kreaktivitas. Kegiatan di sentra komputer memungkinkan anak mengembangkan kreaktivitasnya ketika anak membuat hasil karyanya sendiri melalui komputer (gambar, grafik, tulisan).

e) Pengenalan internet sehat. Sentra komputer mengenalkan anak-anak kepada perkembangan teknologi internet yang sangat pesat, akan tetapi juga membentengi mereka dari dampak laman-laman negatif.

f) Perluasan wawasan berbagai kegiatan di Sentra Komputer mengembangkan wawasan anak-anak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komputer (IPTEK) yang sangat pesat.

5) Sentra kriya berfungsi untuk

Sentra kriya merupakan tempat pemberdayaan masyarakat, keberadaan sentra kriya dalam konsep rumah pintar merupakan syarat mutlak, karena aktivitas di sentra kriya ini dirancang untuk memberikan kecakapan hidup dan keterampilan vokasional. Sentra kriya bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan memberdayakan masyarakat berdasarkan potensi setempat baik

(49)

34

potensi alam maupun manusianya. Sehingga mampu meningkatkan ekonomi keluarga serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam jangka panjang sentra kriya akan menjadi unit usaha yang akan menopang pembiayaan Rumah Pintar sehingga Rumah Pintar dapat mandiri. Konsep pemberdayaan warga yang ingin diterapkan adalah seperti One Village One Product (OVOP) atau One Rumpin One Product (OROP). Konsep ini dimaksudkan agar setiap daerah atau rumah pintar mempunyai satu produk atau lebih dan dalam melakukan pekerjaan untuk menaikkan tingkat kehidupannya, melakukannya secara bersamasama.

Bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat di sentra kriya rumah pintar ditandai dengan; a) keberadaan program sentra kriya, b) jenis program/kegiatan yang dijalankan, c) sarana/prasarana sentra kriya, d) tenaga pelatih keterampilan, e) produk yang dihasilkan, f) pemasaran produk, dan g) kemitraan dan kerjasama. Kegiatan di sentra kriya dapat sangat beragam dan bervariasi sesuai dengan potensi lokal dan juga potensi masyarakatnya. Kriya yang dipilih tergantung kepada bahan mentah yang tersedia, talenta budaya masyarakat setempat dan kemudahan untuk pemasarannya. Kegiatan tersebut diantaranya salon, informasi dan teknologi, membuat aksesoris dari ketahanan pangan keluarga, memasak (mengolah berbagai macam bahan panganan), budidaya jamur, membuat minuman kesehatan, dan sentra budaya.

(50)

35

d. Ruang Lingkup Satuan Pendidikan Rumah Pintar

Menurut Freyani (2014:14) ruang lingkup satuan pendidikan Rumah Pintar terdiri dari:

1) Peserta didik:

Peserta didik pada Rumah Pintar di setiap sentra adalah sebagai berikut:

a) Peserta anak usia dini di sentra bermain.

b) Peserta anak usia dini dan remaja di sentra panggung dan audio visual.

c) Peserta anak usia dini sampai dewasa di sentra computer. d) Peserta anak usia dini sampai dewasa di sentra buku. e) Peserta anak remaja sampai dewasa di sentra kriya. 2) Lembaga penyelenggara

Penyelenggara Rumah Pintar adalah yayasan atau lembaga yang mempunyai legalitas, dan bukan milik perorangan.

3) Kriteria pendidik dan tenaga Kependidikan Pendidik dan tenaga kependidikan di setiap sentra rumah pintar memiliki kriteria sebagai berikut:

a) Berkelakuan baik.

b) Berpendidikan serendah-rendahnya SMA atau sederajat. c) Mampu mengoperasikan komputer untuk di sentra komputer d) Mempunyai motivas dan semangat yang tinggi.

(51)

36

f) Sarana dan prasarana yang wajib dimiliki. Sarana dan prasarana yang wajib dimiliki Rumah Pintar adalah sebagai berikut: (1) bangunan minimal 126 m2 yang meliputi ruang administrasi dan ruang untuk lima Sentra, (2) memilki alat permainan edukatif yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, (3) memiliki minimal tiga unit komputer dan satu printer, (4) memilki buku-buku bacaan minimal 3000 eksemplar, (5) memilki panggung yang dilengkapi dengan TV minimal 29 inci, DVD/VCD player, sound sistem dan media pembelajaran digital, (6) memilki perlengkapan sentra kriya sesuai dengan ketrampilan yang akan dibelajarkan.

4) Standar kompetensi lulusan dan kompetensi dasar standar kompetensi lulusan Rumah Pintar disesuaikan dengan standar kompetensi lulusan program pendidikan nonformal sesuai program layanan yang diberikan.

5) Bahan ajar, meliputi bahan ajar untuk melakukan pembelajaran di Rumah Pintar mengacu pada program layanan yang diberikan.

6) Proses pembelajaran, proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan pendekatan joyfull learning, meaningfull learning dan integrated learning. Durasi atau lamanya pembelajaran disesuaikan dengan jenis program yang dilakukan.

7) Evaluasi hasil belajar, evaluasi hasil belajar peserta didik pada setiap sentra disesuaikan dengan jenis program yang dilakukan.

(52)

37

8) Administrasi pendukung, administrasi pendukung yang ada di Rumah Pintar terdiri dari (a) dokumen administrasi lembaga, data peserta didik, keuangan lembaga, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, (b) dokumen rencana pembelajaran pada masing-masing sentra, (c) dokumen hasil belajar dan laporan program.

9) Hasil yang diharapkan dari Rumah Pintar adalah (a) meningkatnya partisipasi masyarakat dalam layanan anak usia dini, (b) meningkatnya minat baca masyarakat, (c) meningkatnya kemampuan masyarakat dalam bidang teknologi dan informasi, (d) meningkatnya kemampuan wirausaha masyarakat, (e) meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap seni budaya lokal.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa kegiatan Rumah Pintar dilakukan dalam bentuk penataan kelembagaan, peningkatan sarana dan prasarana, pembelajaran dan/atau pelatihan, serta pendampingan.

e. Peranan Masyarakat dalam Layanan Program Pendidikan Keterampilan di Rumah Pintar

Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang dalam pandangan hidup, cita-cita bangsa, sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat tersebut. Masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Peran yang telah disumbangkan dalam rangka

(53)

38

tujuan pendidikan nasional yaitu berupa ikut membantu menyelenggarakan pendidikan, membantu pengadaan tenaga, biaya, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dunia pendidikan tidak pernah terpisahkan dari kehidupan masyarakat dimana selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Apabila dunia pendidikan tidak membuka diri dengan kehidupan masyarakat, maka dunia pendidikan akan jauh tertinggal bahkan tidak dapat mengikuti perkembangan yang telah terjadi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu antara dunia pendidikan dan masyarakat harus mempunyai hubungan timbal balik (feedback) sehingga keduanya akan menghasilkan sesuatu yang dapat berguna bagi kedua pihak tersebut. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 Ayat (6) bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Penjelasan diatas dapat diketahui dengan jelas bahwa pemerintah bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan termasuk dalam pendidikan keterampilan, melainkan seluruh masyarakat yang terdiri dari perseorangan maupun kelompok. Hal tersebut dipertegas oleh Mastuhu (2003: 168) bahwa masyarakat juga merupakan kontrol mutu pendidikan

(54)

39

dan memberikan akreditasi mengenai kinerja dan mutu pendidikan yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan, melalui penilaian oleh stakeholders yang terdiri dari murid, orang tua, tokoh masyarakat, ilmuwan, agamawan, industrialis, dan para pengguna jasa pendidikan terkait.

Pengertian peran serta masyarakat dalam hal ini adalah berbagai bentuk keikutsertaan seseorang atau kelompok dalam upaya mendukung penyelenggaraan program pendidikan keterampilan yang berintegrasi dengan lembaga rumah pintar. Keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan sangat penting artinya bagi peningkatan dan kemajuan pendidikan nasional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan Nasional Bab XI Pasal 2 dan 3 menjelaskan bahwa dengan tujuan mendayagunakan kemampuan yang ada pada masyarakat bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, peran serta masyarakat berfungsi untuk ikut memelihara, menumbuhkan, meningkatkan dan mengembangkan pendidikan nasional.

Penjelasan mengenai fungsi peran serta masyarakat juga terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 187 yang menyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan berfungsi memperbaiki akses, mutu, daya saing, relevansi, tata kelola, dan akuntabilitas pengelolaan dan penyelenggaraan

(55)

40

pendidikan. Peran serta masyarakat dalam pendidikan dapat terwujud dalam berbagai bentuk sesuai dengan kondisi kultur masyarakat itu sendiri. Menurut Fasli Jalal (2002: 202), peran serta masyarakat berarti pembuat keputusan menyarankan masyarakat terlibat dalam bentuk saran, pendapat, barang, ketrampilan, bahan, dan jasa.

Secara terperinci bentuk-bentuk peran serta masyarakat dalam pendidikan termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan Nasional Bab III Pasal 4 yaitu:

1) Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan; 2) Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan; 3) Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli;

4) Pengadaan dan/atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan;

5) Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa sumbangan dan sejenisnya;

6) Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah; 7) Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan

pendidikan;

8) Pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja;

9) Pemberian bantuan manajemen penyelenggaraan satuan pendidikan; 10) Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan

(56)

41

11) Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan; dan keikutsertaan dalam program pendidikan dan/atau penelitian.

Menurut Freyani (2014:16) bentuk-bentuk peran serta masyarakat dalam pendidikan dijelaskan lebih ringkas dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 188 Ayat 2 yang menyebutkan bentuk peran serta masyarakat yaitu:

1) Penyediaan sumber daya pendidikan; 2) Penyelenggaraan satuan pendidikan; 3) Penggunaan hasil pendidikan;

4) Pengawasan penyelenggaraan pendidikan; 5) Pengawasan pengelolaan pendidikan;

6) Pemberian pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada pemangku kepentingan pendidikan pada umumnya; dan/atau pemberian bantuan atau fasilitas kepada satuan pendidikan dan/atau penyelenggara satuan pendidikan dalam menjalankan fungsinya. Secara ringkas bentuk-bentuk peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam bidang pendidikan yaitu 1) peran serta dalam bentuk dana, 2) peran serta dalam bentuk tenaga, 3) peran serta dalam bentuk barang, dan 4) peran serta dalam bentuk sumbangan pemikiran.

Uraian di atas dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam pendidikan tidak hanya terbatas pada pembiayaan, pendanaan fisik maupun

Gambar

Gambar 3.1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif  Sumber: Miles dan Huberman (dalam M
Gambar 3.2. Triangulasi Sumber
Gambar 3.3. Triangulasi Teknik
Tabel 4.1. Susunan Pengurus Rumah Pintar Pijoengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan ini bergerak dalam proses pengolahan biji plastik sebagai bahan baku utama untuk menjadi produk karunggoni plastik.. Perusahaan ini sempat mengalami

Dari sini, dapat diketahui bahwa sesuatu yang dinamis dari penafsiran bukan terletak pada makna literal teks, melainkan pada pemaknaan terhadap signifi kansi (pesan utama)

Facilities to be provided for the distribution of LNG for power plants in the Riau Islands are three facilities located in the receiving terminal in Bintan Island,

Berdasarkan analisis penulis terhadap penetapan pengangkatan anak pada Pengadilan Negeri Makassar, maka diperoleh hasil antara lain: (1) Permohonan pengangkatan anak

Realisasi anggaran PSTNT pada tahun 2017 melalui kegiatan Pengembangan Sains dan Teknologi Nuklir Terapan dan Revitalisasi Reaktor Riset sebesar 95,17% dari target dan

Penelitian tentang analisa produktivitas tenaga kerja pada proyek pembangunan rumah di Kabupaten Sumenep yang dilakukan oleh Mohamad Harun tidak ada kaitannya dengan penelitian

Judul menarik jadi ga pernah kita ada judul panjang kalo pun terpaksa panjang kita pakai sub judul yang pendek dan kecil kita paling pakai itu menentukan judul ya kalo judul kita

1) Mengetahui besar volume dari struktur gedung kuliah 5 lantai dengan system daktail penuh di wilayah gempa 3. 2) Rencana Anggaran Biaya (RAB) struktur Gedung Kuliah 5