commit to user
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEAMS
GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI
AKTIVITAS BELAJAR DAN
KEMAMPUAN MEMORI
(Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Magister Pendidikan Sains
Oleh
TARTI HARJANI
S831002062
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
i
PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEAMS
GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI
AKTIVITAS BELAJAR DAN
KEMAMPUAN MEMORI
(Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Magister Pendidikan Sains
Oleh
TARTI HARJANI
S831002062
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Tarti Harjani
NIM : S831002062
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul: Pembelajaran Kimia dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan Teams Games Tournament Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori (Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, Juli 2011
Yang membuat pernyataan
commit to user
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
(Ar Ra’d: 11)
PERSEMBAHAN
Tesis ini penyusun persembahkan kepada
1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa serta dukungan selama ini
2. Keluarga tercinta, kakak dan saudara-saudaraku
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahirobbil’alamin penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul PEMBELAJARAN KIMIA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR
SHARE DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI
AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMORI (studi Kasus
Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2
Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011). Laporan penelitian ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister pada Program Studi
Pendidikan Sains minat utama Kimia Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penelitian ini disusun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1 Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memberikan sarana,
fasilitas dan kelancaran dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
commit to user
vii
3. Prof. Dr. H. Ashadi selaku pembimbing I yang dengan kesabarannya telah
memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan
laporan penelitian ini.
4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. selaku pembimbing II yang dengan kesabarannya
telah memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan
laporan penelitian ini.
5. Segenap Dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.
6. Drs.H.Yatimun selaku kepala SMA Muhammadiyah 2 Surakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang pascasarjana.
7. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.
8. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Kimia Program Pascasarjana atas
kerja sama dan dorongan semangatnya sehingga dapat terselesaikan laporan
penelitian ini
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan yang
lebih baik di sisi Allah SWT.Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam penelitian
ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia
commit to user
HALAMAN MOTTO &PERSEMBAHAN ... ... v
KATA PENGANTAR... vi
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C. Pembatasan Masalah…... 7
D. Perumusan Masalah... 7
E. Tujuan Penelitian... 8
F. Manfaat Penelitian... 9
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 11
A. Kajian Teori ... 11
1. Hakikat Pembelajaran... 11
2. Teori-teori belajar... 11
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS………... 18
commit to user
B. Penelitian yang Relevan………...……... 44
C. Kerangka Berpikir... 46
D. Perumusan Hipotesis…………... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 55
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 55
B. Metode Penelitian ... 55
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel... 56
D. Variabel Penelitian... 57
E. Teknik Pengumpulan Data... 59
F. Instrumen Penelitian... 63
G. Uji Coba Instrumen... 64
H. Teknik Analisis Data... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76
A. Deskripsi Data ... 76
B. Uji Prasyarat Analisis ... 92
C. Pengujian Hipotesis ... 95
D. Pembahasan Hasil Analisis ... 104
E. Keterbatasan Penelitian ... 115
BAB V KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN ... 116
commit to user
Tabel 3.5 : Rangkuman Validitas Soal angket aktivitas ... 66 Tabel 3.6 : Rangkuman Validitas Soal Tes Kemampuan Memori... 66
Tabel 3.7 : Rangkuman Validitas Soal Tes Prestasi Kognitif 67 Tabel 3.8 : Tabel 3.8. Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Prestasi Afektif ... 67
Tabel 3.9 : Rangkuman Uji Reliabilitas ... 69 Tabel 3.10 : Indeks Kesukaran Tes Kemampuan Memori ... 69 Tabel 3.11 : Indeks Kesukaran Tes Prestasi Kognitif ... 70 Tabel 3.12 : Kesimpulan Daya Pembeda Soal tes kemampuan memori ... 71
Tabel 3.13 : Kesimpulan Daya Pembeda Soal tes prestasi kognitif ... 72
Tabel 4.1 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa … 77 Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas TPS ... 77
commit to user
xi
Kelas TGT ...
Tabel 4.4 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Aktivitas Belajar
Tinggi dan Rendah pada TPS …………... 79
Tabel 4.5 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Aktivitas
Belajar Tinggi dan Rendah pada TGT ……...…… 79
Tabel 4.6 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Aktvitas Belajar
Tinggi dan Rendah ... 80
Tabel 4.7 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan
Memori Tinggi dan Rendah pada TPS ... 80
Tabel 4.8 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan
Memori Tinggi dan Rendah pada TGT ... 80
Tabel 4.9 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan
Memori Tinggi dan Rendah ... 81
Tabel 4.10 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas
Belajar Tinggi …………... 81
Tabel 4.11 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas
Belajar Rendah ... 82
Tabel 4.12 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS
danAktivitas Belajar Tinggi ... 82
Tabel 4.13 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS
danAktivitas Belajar Rendah ... 83
Tabel 4.14 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT
danAktivitas Belajar Tinggi ... 83
Tabel 4.15 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT
commit to user
xii
Tabel 4.16 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa ….. 85 Tabel 4.17 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif
Kelas TPS ... 85
Tabel 4.18 : Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Afektif Kelas
TGT... 85 Tabel 4.19 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Aktivitas Belajar
Tinggi dan Rendah pada TPS ... 87 Tabel 4.20 : Deskripsi Data Prestasi Afektif pada Aktivitas
Belajar Tinggi dan Rendah pada TGT ... 87
Tabel 4.21 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Aktvitas Belajar Tinggi dan Rendah ………...….
87 Tabel 4.22 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan
Memori Tinggi dan Rendah pada TPS ...
88 Tabel 4.23 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan
Memori Tinggi dan Rendah pada TGT ... 88
Tabel 4.24 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan
Memori Tinggi dan Rendah ... 89
Tabel 4.25 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas
Belajar Tinggi ……… 89
Tabel 4.26 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas
Belajar Rendah ………..…. 90
Tabel 4.27 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS dan
Aktivitas Belajar Tinggi ...
90 Tabel 4.28 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan
Memori Tinggi dan Rendah pada TPS dan
Aktivitas Belajar Rendah ... 91
Tabel 4.29 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT da
nAktivitas Belajar Tinggi ... 91
Tabel 4.30 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT dan
commit to user
xiii
Tabel 4.31 : Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar kogniti dan
Afektif Masing-masing Kelompok …………..….. 93
Tabel 4.32 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi
Belajar Ranah Kognitif ... 96 Tabel 4.33 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi
Belajar Ranah Afektif ...
95 Tabel 4.34 : Hasil GLM untuk Prestasi Belajar Kognitif
ditinjau dari model Pembelajaran (TPS dan
TGT), Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori 96
Tabel 4.35 : Hasil GLM untuk Prestasi Belajar Afektif ditinjau dari model Pembelajaran (TPS dan TGT),
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
halaman Gambar 2.1 : Alur Penempatan Peserta Turnamen ... 22 Gambar 2.2 : Diagram Klasifikasi hidrokarbon ... 34 Gambar 4.1 : Dstribusi prestasi belajar kognitif kelas TPS ….… 78
Gambar 4.2 : Dstribusi prestasi belajar kognitif kelas TGT ….... 78
Gambar 4.3 : Distribusi Prestasi Belajar Afektif kelas TPS …… 86
Gambar 4.4 : Distribusi Prestasi Belajar Afektif kelas TGT …... 86
Gambar 4.5 : Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan TGT …....
100 Gambar 4.6 : Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Aktivitas Belajar
Tinggi dan Rendah ...
101 Gambar 4.7 : Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Kemampuan
Memori Tinggi dan Rendah ...
101 Gambar 4.8 : Uji Lanjut Anava Kognitif pada Sel Model
Pembelajaran dan Aktivitas Belajar (AB) ...
102 Gambar 4.9 : Grafik Model Pembelajaran Kooperatif (A) ... 102
Gambar 4.10 : Grafik Aktivitas Belajar (B) ... 103
Gambar 4.11 : Grafik Kemampuan Memori (C) ... 103
Gambar 4.12 : Grafik Interaksi Model Pembelajaran dengan Aktivitas Belajar ...
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 : Silabus... 127
Lampiran 2 : Rencana Program Pembelajaran (RPP) TPS………. 130
Lampiran 3 : Rencana Program Pembelajaran (RPP) TGT….………... 137
Lampiran 4 : Tata cara Permainan ... 146
Lampiran 5 : LKS ... 148
Lampiran 6 : Kartu permainan TGT ... 159
Lampiran 7 : Kunci Kartu Permainan TGT ... 165
Lampiran 8 : Lembar Nilai Permainan ... 169
Lampiran 9 : Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar... 170
Lampiran 10 : Lembar Soal Angket Aktivitas Belajar ... 171
Lampiran 11 : Kisi-kisi Tes Kemampuan memori ... 176
Lampiran 12 : Lembar Soal Tes Kemampuan memori ... 177
Lampiran 13 : Kunci Tes Kemampuan memori ... 181
Lampiran 14 : Kisi-kisi Tes Prestasi Kognitif ... 184
Lampiran 15 : Lembar Soal Tes Prestasi Kognitif ... 188
Lampiran 16 : Kunci Tes Prestasi Kognitif ... 201
Lampiran 17 : Kisi- kisi Angket Prestasi Afektif ... 202
Lampiran 18 : Pedoman Penilaian Afektif ... 203
Lampiran 19 : Lembar Soal Angket Prestasi Afektif ... 204
Lampiran 20 : Uji normalitas, uji homogenitas dan uji t penentuan sampel ... 210
Lampiran 21 : Daftar Nama Siswa Kelas eksperimen I dan II ... 113
Lampiran 22 : Daftar Nama Kelompok Kelas eksperimen I dan II ... 215
Lampiran 23 : Data Induk Penelitian ... 217
Lampiran 24 : Analisis Validitas,Reliabilitas,Derajat kesukaran dan Daya Pembeda Tes Prestasi Kognitif... 220
Lampiran 25 : Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Prestasi Afektif ... 224
commit to user
xvi
Lampiran 27 : Analisis Validitas,Reliabilitas,Derajat kesukaran dan
Daya Pembeda Tes Kemampuan Memori Siswa ... 231
Lampiran 28 : Deskripsi data Prestasi Kognitif ... 234 Lampiran 29 : Distribusi Frekuensi dan Histogram Prestasi Kognitif ... 236
Lampiran 30 : Uji normalitas dan Homogenitas Prestasi Kognitif ... 239
Lampiran 31 : Anava Tiga Jalan dan Uji Lanjut Prestasi Kognitif ... 245
Lampiran 32 : Deskripsi Data Prestasi Afektif ... 251
Lampiran 33 : Distribusi Frekuensi dan Histogram Prestasi Afektif ... 253
Lampiran 34 : Uji normalitas dan Homogenitas Prestasi Afektif ... 257
Lampiran 35 : Anava Tiga Jalan Prestasi Afektif ... 263
commit to user
xvii
ABSTRAK
Tarti Harjani. S831002062, 2011 ”Pembelajaran Kimia Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan Teams Games Tournament Ditinjau Dari Aktivias Belajar dan Kemampuan Memori”( Studi
Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011) Tesis : Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I Prof. Dr. H. Ashadi, dan Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A.,Ph.D. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT, aktivitas belajar, kemampuan memori terhadap prestasi belajar, serta interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan aktivitas belajar, interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan kemampuan memori, interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori, interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT, aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta sebanyak tiga kelas. Sampel diambil secara cluster random sampling sejumlah dua kelas dari tiga kelas. Teknik pengumpulan data untuk kemampuan memori dan prestasi belajar ranah kognitif digunakan metode tes, metode angket untuk prestasi belajar ranah afektif dan aktivitas belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif yang diberikan dengan TGT lebih tinggi dari pada dengan TPS. Ada pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada yang beraktivitas belajar rendah. Ada pengaruh kemampuan memori terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi lebih baik dari pada yang berkemampuan rendah. Ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif siswa yang beraktivitas belajar tinggi selalu tinggi bila diberikan TGT atau TPS. Sedangkan prestasi kognitif siswa yang beraktivitas belajar rendah akan tinggi bila dengan TGT dan rendah dengan TPS. Tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan kemampuan memori siswa, tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dengan kemampuan memori,tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT, aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi kognitif maupun afektif.
commit to user
xviii ABSTRACT
Tarti Harjani .S831002062, 2011 “Chemistry Learning using Cooperative Learning Model through Think Pair Share and Teams Games Tournament type overviewed from learning activities and memory capability” (A case
study on competencies of Hidrocarbon for Grade 10th students semester 2 The Muhammadiyah Senior High School 2 Surakarta, Academic Year 2010/2011) Thesis: Science education Program, Post-graduate program, Sebelas Maret University Surakarta. 1st advisor : Prof. Dr. H. Ashadi, 2nd : Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
The aims of this research were to find out: The effect of TPS dan TGT type of Cooperative learning model, learning activities, memory capability toward student’s achievement and the interaction between cooperative learning model with learning activities, the interaction between cooperative learning model with memory capability toward, the interaction between learning activities and memory capability, the interaction between cooperative learning, learning activities and memory capability toward student’s achievement.
The research used experimental method. The population was all of Grade 10th students in Muhammadiyah senior high school 2 for three class . The sample was taken using cluster random sampling technique and consisted of two class of the three class. Memory capability and cognitive student’s achievement were collected by test method, while the affective student’s achievement and student’s learning activities were collected by questioner method. ANOVA three ways with unequal cell was used to analyze the hypotheses.
Based on the results of the research can be concluded that : There was the effect of TPS dan TGT type of Cooperative learning model toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement is given by TGT is higher than that with TPS, there was the effect of the learning activities toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement of students who have a high learning activity is better than a low learning activities, there was the effect of memory capability toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement of students who have a high memory capability is better than a low memory capability, there was the interaction between cooperative learning model with learning activities model toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement of students who have a high learning activity is always high when administered TGT or TPS. While the cognitive achievement of students who have a low learning activity will be high when administered the TGT and low when administered TPS, there was not any interaction between cooperative learning model with memory capability, there was not any interaction between learning activities and memory capability, there was not any interaction between cooperative learning, learning activities and memory capability toward cognitive or affective achievement.
Keyword: TPS and TGT, Learning activities, Memory capability, Hydrocarbon, Cognitive and affective,
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah satu-satunya makhluk Tuhan yang diberikan kelebihan
berupa akal pikiran. Untuk mengolah akal pikiran itu diperlukan pola pendidikan
melalui proses belajar. Apabila akal pikiran terolah dengan baik maka manusia
bisa mengemban tugas dengan baik dari Sang Kholiq. Pengolahan akal pikiran itu
harus melalui pendidikan. Oleh karena itulah maka manusia tidak boleh berhenti
berusaha untuk mendapatkan pendidikan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional pada Bab I, pasal 1 disebutkan
bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar berarti sebelum
melakukan proses pembelajaran, harus diperhitungkan faktor-faktor pendukung
proses itu dengan baik.Faktor-faktor pendukung itu diantaranya adalah guru,
siswa , strategi pembelajaran dan materi pembelajaran. Guru mempunyai peranan
yang sangat penting. Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistim pendidikan nasional pada Bab XI pasal 39 ayat 1 disebutkan bahwa,
‘Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
commit to user
bahwa salah satu tugas tenaga kependidikan dalam hal ini guru adalah mengelola
proses pendidikan. Mengelola proses pendidikan itu meliputi merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran dan menilai hasil pembelajaran. Sebagai
perancang pembelajaran guru harus memiliki strategi dalam proses belajar
mengajar, agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam
strategi proses belajar mengajar guru harus menguasai model-model
pembelajaran. Guru harus bisa memahami karakteristik siswa dan bisa memilih
model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Sehingga
model pembelajaran tidak monoton tetapi bervariasi.
Data prestasi untuk pokok bahasan hidrokarbon selama 2 tahun terakhir di
SMA Muhammadiyah 2 Surakarta sebagai berikut: pada tahun pelajaran
2008/2009 dengan KKM 63, siswa yang mempunyai nilai lebih tinggi dari KKM
40% dan siswa yang mempunyai nilai lebih rendah dari KKM 60%. Sedangkan
pada tahun pelajaran 2009/2010 siswa yang mempunyai nilai lebih tinggi dari
KKM 45% dan siswa yang mempunyai nilai lebih rendah dari KKM 55%..
Sehingga banyak siswa yang harus mengikuti program remidial untuk dapat
mencapai KKM seperti yang telah ditetapkan oleh sekolah. Kondisi ini memang
harus diperbaiki, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi dan kondisi siswa. Dominasi metode ceramah harus dikurangi.
Model pembelajaran yang monoton akan membuat siswa bosan dan tidak
bergairah untuk belajar. Kebosanan siswa mungkin juga disebabkan karena
selama ini guru menjadi pusat pada waktu pembelajaran. Kebosanan siswa ini
berdampak prestasi belajar yang rendah. Pembelajaran yang berpusat pada siswa
commit to user
Prestasi belajar dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal dari dalam diri siswa diantaranya aktivitas belajar dan kemampuan
memori, kreativitas, motivasi, kemampuan awal dan lain-lain. Sedangkan faktor
eksternal diantaranya model pembelajaran yang digunakan, sarana prasarana dan
lain-lain. Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat
penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2010: 99) bahwa: dalam
belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak
mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar
merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir,
membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi
belajar. Siswa dikatakan belajar dengan aktif jika mereka mendominasi aktivitas
pembelajaran. Siswa secara aktif mengunakan pemikirannya, baik untuk
menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau
mengaplikasikan apa yang dipelajari.
Memori adalah sebuah sistem penyimpanan informasi pada diri
manusia yang berkaitan dengan masa lalu. Memori memiliki fungsi yang penting
bagi manusia. Pada materi hidrokarbon yang memiliki banyak konsep sangat
membutuhkan kemampuan memori yang baik. Jika kita lakukan aktivitas berpikir
maupun menalar, maka sebahagian besar kita menggunakan fakta dari memori
atau ingatan kita. Model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran
yang dapat mengaktifkan siswa. Semakin aktif siswa maka kemampuan
memorinya akan semakin tinggi. Semakin tinggi kemampuan memori siswa
commit to user
konsep yang abstrak dan kompleks. Contoh keabstrakkan pada materi
hidrokarbon adalah pada ikatan – ikatan yang terjadi antara atom-atom yang
terlibat ikatan, rantai karbon, reaksi-reaksi hidrokarbon dan lain-lain.
Sedangkan contoh kekompleksannya terletak pada penamaan senyawa
hidrokarbon. Karakteristik materi hirokarbon yang demikian sangat
memerlukan kemampuan memori yang tinggi. Siswa yang mempunyai
kemampuan memori tinggi akan lebih mudah dalam mempelajarinya.
Ada beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran
konstektual, model pembelajaran direct instruction, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran kooperatif dan lain-lain. Pada penelitian ini
digunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
mempunyai karakter: positif interdepedence , interaction face to face, adanya tanggungjawab pribadi materi pelajaran dalam anggota kelompok, membutuhkan
keluwesan dan memelihara hubungan kerja yang efektif, serta bekerjasama dalam
memecahkan masalah. Model ini bisa digunakan untuk menyampaikan materi
hidrokarbon. Pada model pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe diantaranya
jigsaw, GI, STAD, TPS , TGT dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT).
Pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS) guru menyampaikan pelajaran pada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya
masing-masing. Guru memberikan pertanyaan pada siswa. Siswa diminta untuk
memikirkan sebuah jawaban secara mandiri, lalu berpasangan dengan
commit to user
guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati
dengan seluruh kelas.(Slavin : 2008,257). Model pembelajaran tipe ini adalah
suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mendorong siswa memiliki
kepekaan terhadap pentingnya bekerja sama. Keunggulan dari metode TPS
diantaranya adalah :Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dan
belajar dari siswa lain., Sedangkan kelemahan dari TPS (Think-Pair-Share) antara lain: Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas,
membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas, peralihan dari
seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran.
Model pembelajaran tipe TGT merupakan model pembelajaran yang
menggunakan permainan. Adanya permainan inilah maka siswa akan terpancing
motivasi belajarnya. Kelebihan metode TGT (Teams Games Tournament) : Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi, suasana belajar
nyaman, menyenangkan dan kondusif, tercipta suasana kompetisi antara kelompok
diskus. kelemahan metode TGT (Teams Games Tournament): tidak efisien waktu, sering mengakibatkan terjadinya kegaduhan sehingga mengganggu kelas lain.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran
tipe TPS dan TGT pada pokok bahasan hidrokarbon ditinjau dari aktivitas
belajar dan kemampuan memori.
B. IDENTIFIKASI MASALAH.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka ada
commit to user
1. Pengajaran kimia di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta berjalan satu arah dan
berpusat pada guru.
2. Metode ceramah masih mendominasi kegiatan belajar mengajar, padahal
berbagai metode telah dikembangkan seperti eksperiment, demontrasi,proyek
dan lain-lain.
3. Belum diterapkannya model pembelajaran yang variatif dan inovatif, padahal
berbagai model pembelajaran telah dikembangkan seperti pembelajaran
kooperatif, CTL, PBL, DI dan lain-lain.
4. Belum banyak guru yang menggunakan tipe pembelajaran kooperatif yang
variatif seperti TGT, TPS, jigsaw, NHT dan lain-lain.
5. Guru belum banyak memperhatikan faktor-faktor internal yang dimiliki siswa
seperti aktivitas belajar, kemampuan memori, kemampuan awal, kreatifitas
siswa dan lain-lain
6. Aktivitas belajar siswa bervariasi ada yang rendah sedang dan tinggi. Tapi hal
itu belum diperhatikan.
7. Kemampuan memori siswa bervariasi ada yang rendah sedang dan tinggi.
Tapi hal itu belum diperhatikan.
8. Nilai rata-rata mata pelajaran kimia khususnya materi hidrokarbon belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Selama ini yang selalu
diperhatikan adalah kebanyakkan adalah aspek kognitif sedangkan aspek
afektif jarang.
9. Materi kimia yang disajikan pada kelas X adalah struktur atom, Ikatan kimia,
tatanama senyawa ,perhitungan kimia, hidrokarbon belum diajarkan sesuai
commit to user
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka agar penelitian ini bisa mencapai
sasaran dengan baik, untuk itu penulis memberi batasan masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) dan teams Games Tournament (TGT). 2. Tingkat aktivitas siswa dikatagorikan tinggi dan rendah.
3. Tingkat kemampuan memori siswa dikatagorikan tinggi dan rendah
4. Prestasi belajar siswa dibatasi pada ranah kognitif dan afektif.
5. Materi yang diteliti adalah materi hidrokarbon
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah , maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada penggaruh model pembelajaran pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar?
2. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar?
3. Apakah ada pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar?
4. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
commit to user
5. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar?
6. Apakah ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori
terhadap prestasi belajar siswa?
7. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui :
1. Penggaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar?
2. Pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar.
3. Pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar
4. Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe
Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar.
5. Interaksi model pembelajaran kooperatf tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe
Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar
6. Interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi
commit to user
7. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT), aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar.
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, khususnya bagi guru dan
siswa. Adapun manfaat itu adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar ditinjau dari aktivitas belajar dan kemampuan memori
siswa.
b. Hasil penelitian bisa digunakan sebagai acuan bagi guru maupun tenaga
kependidikan dalam mengembangkan model pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
c. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peserta didik
Melalui penelitian ini diharapkan siswa mempunyai aktivitas yang tinggi,
dengan aktivitas yang tinggi maka kemampuan memori mereka akan
semakin tajam, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar .
b. Bagi guru
Memberi masukan bagi guru melakukan inovasi pada model pembelajaran
yang dipakai, sehingga kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan
commit to user
c. Bagi sekolah
Memberi sumbangan pada sekolah dalam rangka meningkatkan kemajuan
commit to user BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI
1. Hakikat Pembelajaran
Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistim Pendidikan Nasional: ’ Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.’
Pembelajaran bisa juga diartikan sebagai berikut :
Pembelajaran adalah suatu proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Belajar dalam pengertian aktivitas dari peserta didik (pelajar) dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Pembelajaran adalah mendapatkan informasi .Pembelajaran sebagai proses mendapatkan fakta-fakta, keterampilan, dan metode-metode yang bisa dikuasai dan digunakan sesuai kebutuhan. Pembelajaran sebagai proses memahami atau mengabstraksikan makna. Pembelajaran melibatkan bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain dengan subyek permasalahan dan dengan dunia nyata. (Mark K. Smith, 2009: 30)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Pada
penelitian ini pembelajaran yang akan dilakukan adalah pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT),
2. Teori Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha secara bertahap yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh pengetahuan secara konstruktif sebagai hasil
commit to user
a. Teori Belajar Kognitif
1). Teori Belajar Piaget
Pendapat Piaget dalam Daryanto ( 2009: 12-13) mengenai perkembangan
proses belajar pada anak-anak diantara adalah anak mempunyai struktur mental
yang berbeda dengan orang dewasa jadi memerlukan pelayanan tersendiri dalam
belajar, perkembangan mental anak melalui tahap-tahap tertentu menurut suatu
urutan yang sama bagi semua anak, perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu
dan tahap ketahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak, perkembangan
anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: kematangan, pengalaman, interaksi sosial,
equilibration. Ada 3 tahap perkembangan yaitu: berpikir secara intuitif ± 4 tahun, beroperasi secara kongkret ± 7 tahun, beroperasi secara formal ± 11 tahun. Dalam
perkembangan intelektual terjadi proses yang sederhana seperti melihat,
menyentuh, menyebut nama dan adaptasi dengan dunia sekitar.
Menurut Piaget dalam Ratna Willis ( 1989 : 150-151) salah satu dasar
perkembangan intelektual adalah adaptasi. Adaptasi adalah penyesuaian diri pada
lingkungan. Cara adaptasi antara organisme yang satu dengan yang lain berbeda.
Adaptasi dilakukan dengan dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam
proses asimilasi seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada
untuk menanggapi masalah yang dihadapinya dalam lingkungannya. Dalam proses
akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam
mengadakan respons terhadap tantangan lingkungannya. Sedangkan ekuilibrasi
commit to user
akomodasi. Adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Andaikata dengan proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan
adaptasi pada lingkungannya, terjadilah ketidakseimbangan. Akibat
ketidakseimbangan ini terjadilah akomodasi, dan struktur yang ada mengalami
perubahan atau struktur baru timbul.
Keterkaitan antara teori Piaget dan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Siswa SMA masuk pada tahap perkembangan operasional formal, yang berarti
kemampuan untuk berpikir abstrak sudah ada. Dengan demikian siswa SMA sudah
bisa diajak mempelajarai materi hidrokarbon yang bersifat abstrak. Siswa juga
seharusnya bisa melakukan diskusi dengan teman sebayanya ketika diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran tipe TPS maupun TGT. Dengan model
pembelajaran tipe TPS dan TGT siswa mendapatkan informasi baru,
mengasimilasi dan mengakomodasi pengetahuan baru tersebut ketika mereka
berdiskusi dengan teman dalam kelompok maupun antar kelompok.
2). Teori Gagne
Menurut teori Gagne dalam Ratna Wilis (1989: 85-86) belajar konsep merupakan
satu bagian dari suatu hierarki dari delapan bentuk belajar. Dalam hierarki ini,
setiap tingkat belajar tergantung pada tingkat-tingkat sebelumnya. Delapan
hierarki belajar itu terdiri dari belajar tanda, belajar stimulus dan respon,
Chaining, asosiasi vebal, belajar diskriminasi, belajar konsep konkret, konsep terdifinisi, aturan dan pemecahan masalah. Dalam belajar konsep harus
commit to user
bahwa hierarki belajar adalah belajar dari materi yang sederhana menuju ke materi
yang kompleks. Menurut Gagne dalam Mark (2009 : 119-120) menunjukkan
bahwa sebuah tugas akan dipelajari dengan cara terbaik oleh rangkaian sembilan
peritiwa berikut ini: (a) menarik perhatian; (b) menginformasikan pembelajaran
sasaran yang akan dituju; (c) menstimulasi atau memanggil terlebih dahulu
informasi yang telah diperoleh; (d) memyajikan isi pembelajaran; (e) memberikan
panduan pembelajaran; (f) memberi kesempatan untuk latihan; (g) memberikan
umpan balik tentang yang benar; (h) melakukan penilaian; (i) memperluas ingatan
dan memori.
Keterkaitan antara teori Gagne dan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Untuk mempelajari konsep baru pada materi hidrokarbon diperlukan pemahaman
konsep-konsep sebelumnya. Untuk menguasai banyaknya konsep dalam materi
hidrokarbon bisa dengan model pembelajaran TPS dan TGT. Model
pembelajaran TPS dan TGT siswa dapat digunakan untuk mempelajari materi
hidrokarbon dengan baik karena pada model pembelajaran ini terdapat sembilan
peristiwa yang merupakan tahapan dalam sebuah proses pembelajaran. Sehingga
model pembelajaran tipe TPS dan TGT ini bisa digunakan untuk pembelajaran
materi hidrokarbon.
3).Teori Belajar Ausubel
Kontribusi Ausubel yang patut dipertimbangkan adalah gagasan tentang
”pengatur maju”. Menurut Ausubel dalam Mark ( 2009 : 118-119) pengatur maju
commit to user
“mendapat pegangan” terhadap informasi baru atau sebuah alat mempersiapkan
struktur kognitif pembelajar bagi pengalaman pembelajaran yang berlangsung.
Kontribusi yang lain adalah penekanan pada hakikat aktif dalam pembelajaran
resepsi sebermakna mungkin. Belajar adalah mencocokkan konsep dalam suatu
pokok bahasan ke dalam sistem yang dimilikinya untuk kemudian menjadi
milikinya dan berguna baginya. Teori Ausubel dalam Ratna Willis (1989, 111-116)
belajar bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna adalah struktur kognitif yang
ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan
pada waktu tertentu.
Keterkaitan antara teori Ausubel dan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Materi hidrokarbon adalah materi yang mengandung banyak konsep. Untuk
mengerti konsep baru, siswa harus bisa mengkaitkan konsep baru itu dengan
konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif yang sudah dimiliki
siswa. Dalam model pembelajaran TPS dan TGT menggunakan diskusi. Diskusi
inilah yang akan membuat siswa terbiasa dengan belajar bermakna. Karena dalam
diskusi siswa dituntut untuk berargumen. Oleh karena itu siswa harus bisa
mengkaitkan antara konsep baru dengan konsep-konsep yang telah dimilikinya.
b. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut para penganut konstruktif dalam Ella (2004: 54 ) pengetahuan
dibina secara aktif oleh seseorang yang berpikir. Seseorang tidak akan menyerap
commit to user
pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan dan pengalaman yang
telah dmlikinya melalui berinteraksi sosial dengan peserta lain maupun dengan
gurunya. Driver dan Bell dalam Isjodi (2010 :34) mengemukakan prinsip-prinsip
dalam konstruktivisme dalam pembelajaran diantaranya adalah hasil pembelajaran
tergantung pada pengetahuan pelajar sebelumnya, pembelajaran adalah
pengkonstruksi konsep-konsep, pengkonstruksi konsep adalah proses aktif dalam
diri pelajar, konsep-konsep yang telah dikonstruksi akan dievaluasi yang
selanjutnya konsep tersebut akan diterima atau ditolak.
Kaitannya teori belajar konstruktivisme dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada kerjasama. Melalui kerjasama inilah
siswa dapat membangun suatu pengetahuan baru atau pengetahuan yang
disampaikan guru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dmlikinya.
Dengan kata lain siswa bisa mengkonstruksi konsep-konsep dengan baik karena
adanya diskusi dalam kerjasama itu.
c. Teori Belajar Sosial
Menurut Bandura dalam Ratna willis (1989, 27- 29) manusia itu tidak
didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak ”dipukul” oleh
stimulus-stimulus lngkungan. Teori belajar Bandura adalah teori belajar sosial atau
kognitif sosial serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati
dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan
perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang
commit to user
Menurut Vygotsky dalam Isjoni (2010, 39-40) pembelajaran adalah konsep
zona perkembangan proximal. Pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona
perkembangan proximal. Zona perkembangan proximal adalah tingkat
perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Zona
perkembangan proksimal adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya
dengan tingkat perkembangan potesial. Tingkat perkembangan sesungguhnya
adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri.sedangkan tingkat
perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah dibawah
bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih
mampu. Menurut Vygotsky bahwa ada hubungan langsung antara domain kognitif
dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam kelas, sedangkan
aktivitas sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerjasama dengan teman sebaya
dibawah bimbingan orang dewasa yaitu guru.
Keterkaitan teori sosial dengan penelitian ini adalah model pembelajaran
yang digunakan pada penelitian ini menekankan pada kerjasama. Kerja sama
dengan teman sebaya yang lebih mampu dengan bimbingan guru membuat siswa
lebih mudah memecahkan permasalahan. Antara anggota satu dengan yang lain
akan saling membantu dalam menyelesaian masalah. Mereka saling mendukung
untuk berhasil dan bukannya untuk gagal. Keterlibatan dengan orang lain
membuka kesempatan bagi mereka untuk mengevaluasi dan memperbaiki
pemhaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan
commit to user
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)
Menurut Isjodi (2010: 42-43). Model pembelajaran kooperatif mempunyai
karakter: a positif interdepedence yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau persamaan diantara anggota kelompok dimana
keberhasilan sesorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya, b.
interaction face to face yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara, c. adanya tanggungjawab pribadi materi pelajaran dalam anggota
kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, d. membutuhkan
keluwesan yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan
kemampuan kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif, e.
bekerjasama dalam memecahkan masalah. Menurut Akinbobola (2009: 1) bahwa
“cooperative learning strategy was the most effective in facilitating students' attitude towards physics” . Karena karakter mata pelajaran fisika dan kimia sama yaitu sama-sama banyak mengandung konsep. Maka dari iitu pembelajaran
kooperatif bisa juga diterapkan dalam mata pelajaran kimia. Menurut Gisbert
(2008: 481) bahwa ” using cur ricula r competence impr ovement as a contr ol, show an incr ease in self-concept as a wr iter for a ll students who were given the opportunity to act a s tutors; either in fixed or in reciprocal role tutoring. Only fixed tutees, but not reciprocal tutees, feel more satisfied with their peer tutors than with the teacher's help”. Dari pernyataan itu dapat diambil kesimpulan bahwa peranan tutor teman sebaya sangat berarti dalam
meningkatkan prestasi belajar. Adanya tutor teman sebaya ini dapat dijumpai
dalam model pembelajaran kooperatif. Ada beberapa tipe pada model
commit to user
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam pembelajaran TPS
relatif rendah dan struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal
bagi guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. TPS merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Menurut
Slavin dalam agus sintak dari metode ini adalah: Thinking (Berpikir), Guru mengajukan pertanyaan untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi
kesempatan kepada mereka untuk memikirkan jawabannya secara perorangan.
Pairing(Berpasangan), Guru meminta kepada siswa untuk berpasang-pasangan. Pasangan siswa itu diberi kesempatan untuk berdiskusi. Sharing (berbagi), Hasil diskusi dari tiap-tiap pasangan tadi dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.
Keunggulan dari TPS ini adalah :Siswa tidak terlalu menggantungkan
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,
menemukan informasi dan belajar dari siswa lain., mengembangkan kemampuan
dalam mengungkapkan ide atau gagasan kemudian membandingkannya dengan
orang lain, membantu siswa untuk dapat bekerjasama dengan orang lain membantu
siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya, meningkatkan
motivasi dan ransangan untuk berfikir, meningkatkan prestasi akademik serta
kemampuan sosialnya, optimaliasasi partisipasi siswa lebih tinggi. Sedangkan
kelemahan dari TPS antara lain: Suasana kurang rileks, Kadang siswa
mengantungkan pada teman pasangannya, anggota kelompoknya sedikit,
commit to user
perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas, peralihan dari seluruh kelas ke
kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran.
Untuk mempelajarai materi hidrokarbon yang bersifat abstrak. Untuk
mendalami materi itu siswa bisa melakukan diskusi dengan teman sebayanya
melalui model pembelajaran tipe TPS. Dalam model TPS siswa dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi, belajar dari
siswa lain, mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan ide atau gagasan
kemudian membandingkannya dengan orang lain, membantu siswa untuk lebih
bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya serta optimalisasi partisipasi
siswa lebih tinggi. Dengan karateristik tersebut maka model TPS mampu
mengantarkan siswa pada pemahaman materi hidrokarbon dengan baik.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games-Tournaments (TGT)
Menurut Slavin (2008: 163-170). Teams Games-Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para
siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang
heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka
untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Secara
umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri
atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournament
dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim.
Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu: Penyajian kelas, pada awal
pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang
commit to user
memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan
membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game
karena skor game akan menentukan skor kelompok. Team (kelompok), kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa.Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih
khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan
optimal pada saat game. Game, game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan
belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana
bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan
yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapatkan skor. Menurut Fengfeng (2007: 1) ” gameplaying was more effective than drills in promoting maths performance, and cooperative gameplaying was most effective for promoting positive maths attitudes regardless of students' individual differences”. Dari kalimat diatas bahwa game lebih efektif dari pada latihan dalam meningkatkan prestasi matematika. Mata pelajaran kimia dan
matematika mempunyai persamaan karakter, dengan demikian berarti penggunaan
game bisa juga diterapkan dalam mempelajari kimia. Turnamen, biasanya turnamen diselenggarakan akhir minggu, setelah guru membuat presentasi kelas
dan kelompok-kelompok mempraktikan tugas-tugasnya. Untuk turnamen
pertama guru mengelompokkan siswa dengan kemampuan serupa yang mewakili
tiap timnya. Kompetisi ini juga memungkinkan bagi siswa dari semua level di
commit to user
terbaik. Alur penempatan peserta turnamen menurut Slavin (2008: 86) dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Diagram Alur Penempatan Peserta Turnamen
Penghargaan kelompok (team recognise), Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,masing-masing team akan mendapat sertifikat atau
hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Penghargaan
kelompok dapat berupa hadiah, sertifikat, dan sebagainya. Kelebihan TGT
(Teams Games Tournament) : Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi, suasana belajar nyaman, menyenangkan dan kondusif, tercipta suasana
kompetisi antara kelompok diskus. kelemahan TGT: tidak efisien waktu, sering
mengakibatkan terjadinya kegaduhan sehingga mengganggu kelas lain.
Untuk mempelajarai materi hidrokarbon yang bersifat abstrak. Untuk
mendalami materi itu siswa bisa melakukan diskusi dengan teman sebayanya
melalui model pembelajaran tipe TGT. Model pembelajaran tipe TGT mempunyai
A1 A2 A3 A4
TINGGI RATA-RATA RATA-RATA RENDAH
GRUP 1
B1 B2 B3 B4 TINGGI RATA RATA RENDAH
RATA RATA
C1 C2 C3 C4 TINGGI RATA RATA RENDAH
RATA RATA
commit to user
banyak kelebihan yang dapat membuat anak lebih mudah untuk mempelajari
materi hidrokarbon.
5. Aktivitas Belajar.
Menurut Sardiman (2004, 100) aktivitas belajar adalah keterkaiatan antara
dua aktivitas yang bersifat fisik dan mental dalaam kegiatan belajar.
Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut pandang
perkembangan konsepsi jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat unsur kejiwaan
seseorang subjek belajar/subjek didik, dapat diketahui bagaimana prinsip aktivitas
yang terjadi dalam belajar itu. Karena dilihat dari sudut pandang ilmu jiwa, maka
sudah barang tentu yang menjadi fokus perhatian adalah komponen manusiawi
yang melakukan aktivitas dalam belajar mengajar, yakni siswa dan guru. Menurut
Sardiman (2001:93). “Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar
jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat
penting dalam interaksi belajar mengajar”. Dalam aktivitas belajar ada beberapa
prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa
lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh
guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh
siswa.
Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2010:101) membuat suatu daftar yang
berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai
berikut : (1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; (2) Oral
activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
commit to user
activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato; (4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. (5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik,
peta, diagram; (6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak;. (7) Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan;
(8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Kaitan pengambilan variabel moderator aktivitas belajar pada penelitian ini
adalah karena keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang
dilakukannya selama proses pembelajaran. Model pembelajaran pada penelitian ini
adalah kooperatif. Model pembelajaran kooperatif menekankan kerjasama dan
interaksi dengan teman sebaya. Interaksi dengan teman inilah yang akan menuntut
siswa harus aktif. Aktivitas belajar siswa akan mengakibatkan perubahan dalam
dirinya, berupa perubahan pengetahuan. Aktivitas belajar semakin tinggi maka
perubahan pengetahuan akan semakin tinggi sehingga prestasi belajar akan
semakin tinggi.
6. Kemampuan Memori
Kemampuan memori adalah kemampuan untuk menyimpan dan
memamfaatkan informasi. Pada manusia, fungsinya lebih luas lagi mencakup
perbendaharaan kata, pengetahuan bahasa, semua informasi yang telah kita
pelajari, pengalaman hidup pribadi, segala kemahiran yang telah dipelajari dari
commit to user
diklasifikasikan berdasarkan tempat menyimpan data , maka ada tiga katagori,
yaitu memori sensori, memori kerja atau memori jangka pendek,. memori jangka
panjang (Yovan 2010 : 32). Memori kerja adalah istilah umum untuk sistem yang
lebih besar dimana memori kerja adalah bagiannya. (Susan 2009:13). Semua
bentuk input sensorik berupa stimulus yang ditangkap melalui panca indra pertama
kali akan melewati jenis memori sensori.
Memori kerja adalah istilah yang digunakan para psikolog untuk
menyatakan kemampuan yang kita miliki untuk menyimpan dan memanfaatkan
informasi di dalam pikiran dalam jangka waktu singkat. Memori kerja memberikan
ruang kerja mental atau buku catatan yang digunakan untuk menyimpan informasi
penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh kegiatan yang
menggunakan memori kerja adalah "perhitungan di dalam hati". Bayangkan bahwa
kita sedang berusaha mengalikan bilangan 43 dan 67 dalam situasi di mana kita
tidak dapat menggunakan kalkulator atau mesin hitung lainnya ( pena dan kertas ).
Untuk melakukan ini, kita terlebih dahulu harus menyimpan kedua bilangan
tersebut di dalam memori kerja. Langkah berikutnya adalah menggunakan kaedah
perkalian yang telah kita pelajari untuk memprosesnya di dalam memori kerja
sehingga diperoleh suatu hasil akhir.
Banyaknya informasi yang dapat disimpan dalam memori kerja untuk jangka
waktu singkat sekalipun sangat terbatas dan bila batas dilampaui, kita akan lupa
setidaknya pada bagian yang kita ingat. Misalnya , mengalikan bilangan yang lebih
besar dari 542 dan 891, bagi kebayakan orang hal ini sangat sulit. Kesulitan ini
disebabkan karena perhitungan ini memerlukan penyimpanan informasi yang lebih
commit to user
Memori kerja sebenarnya merupakan suatu sistim komponen –komponen memori
yang saling berkaitan yang terletak dibagian-bagian otak yang berbeda. Sebagian
dari komponen ini digunakan untuk menyimpan informasi tertentu, ini sering
dinamakan memori jangka pendek. Memori jangka pendek dibagi menjadi dua
yaitu memori lisan jangka pendek dan memori visuo-spasial jangka pendek.
Memori lisan jangka pendek menyimpan memori yang dapat dinyatakan dalam
bahasa lisan, seperti bilangan, kata, dan kalimat. Bagian dari memori kerja ini
terletak di bagian samping belahan kiri otak. Memori visuo-spasial jangka pendek
dapat menyimpan bayangan, gambar dan informasi mengenai lokasi. Bagian dari
memori kerja ini terletak dibagian belahan otak kanan.Bagian terakhir dari memori
kerja adalah komponen yang mengatur perhatian dan terlibat dalam koordinasi
proses mental tingkat tinggi, yang dinamakan ‘eksekutif sentral’. Misalnya
kegiatan berhitung dalam hati akan melibatkan eksekutif sentral dan memori lisan
jangka pendek. Menentukan lokasi rumah akan melibatkan eksekutif sentral dan
memori visuo-spasial jangka pendek. Eksekutif sentral ini terletak dibagian depan
belahan otak kiri dan otak kanan. (Susan,2009 :1-12).
Memori jangka panjang dibagi menjadi dua yaitu memori deklaratif
(eksplisit) dan memori non deklaratif (implisit/prosedural). Memori
deklaratif/eksplisit adalah memori yang dimaksud seperti kebanyakan orang
dengan memori. Memori deklaratif/eksplisit disimpan di dalam korteks serebral
tepatnya di hipokampus. Memori deklaratif/eksplisit dibagi lagi menjadi dua, yaitu
memori episodik dan memori semantik. Memori episodik adalah memori tentang
pengalaman-pengalaman anda sendiri yang biasanya berhubungan dengan riwayat
commit to user
seperti perbendaharaan kata, pemahaman matematika dan segala fakta yang kita
ketahui. Proses mengingat informasi oleh otak diawali dari informasi yang
mengenai pancaindra (input sensorik) disimpan dalam memori sensori. Setelah itu
melakukan attensi dan informasi disimpan dalam memori pendek kemudian
melakukan latihan akan disimpan dalam memori panjang. (yovan , 2010:33).
Kaitannya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Model
pembelajaran pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif. Dimana
model ini menekankan pada kerja sama dan interaksi sosial. Maka model ini bisa
digunakan untuk pembelajaran kimia dengan materi hidrokarbon. Hal ini karena
pada materi hidrokarbon mengandung banyak konsep. Adanya banyak konsep ini
maka diperlukan adanya interaksi sosial dan kerja sama antara siswa satu dengan
siswa yang lain untuk memecahkan masalah. Dan materi yang mengandung
banyak konsep juga memerlukan kemampuan memori yang tinggi untuk
menguasainya. Kemampuan memori bisa diukur dengan menggunakan tes
kemampuan memori.
7. Prestasi Belajar
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu
setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi
belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam
suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Dalam
proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar
mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku
yang dapat diukur dengan tes tertentu. Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah
commit to user
selama mengikuti pelajaran yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang
dilambangkan dalam bentuk nilai
Benjamin S. Bloom dalam Ella (2004: 59) mengklasifikasi hasil belajar
dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective
domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Hasil belajar dalam ranah
kognitif terdiri dari enam kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi. Sedangkan ranah afektif berkenaan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi dan internalisasi. Dan yang terakhir ranah psikomotorik berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Hasil belajar yang
diidentifikasi dalam tulisan ini mengacu pada ranah kognitif dan ranah afektif. Hal
ini karena meteri hidrokarbon banyak mengandung konsep, sehingga ranah
psikomotor bukan sebagai acuan.
Pada ranah kognitif yang terkait dengan kemampuan mengetahui (C1) dapat
ditunjukkan melalui mengemukakan arti, memberi nama, membuat daftar,
menentukan lokasi tempat, mendeskripsikan sesuatu, menceritakan sesuatu yang
terjadi dan menguraikan sesuatu yang terjadi. Kemampuan memahami (C2)
artinya kemampuan mengerti tentang hubungan antar faktor, antar konsep, antar
prinsip, antar data, hubungan sebab akibat dan penarikan kesimpulan. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan mengungkapkan gagasan, membedakan, membandingkan,
menginterprestasikan data, menjelaskan gagasan pokok dan menceritakan kembali
commit to user
Pada ranah kognitif, kemampuan mengaplikasikan (C3) sesuatu artinya
menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan belajar dapat
ditunjukkan melalui: menghitung, melakukan percobaan, membuat model, dan
merancang strategi penyelesaian masalah. Kemampuan menganalisis (C4) artinya
menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan penyelesaian atau gagasan serta
menunjukkan hubungan antar bagian itu. Dalam pembelajaran dapat ditunjukkan
melalui : mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan masalah, mengajukan
pertanyaan untuk memperoleh informasi, membuat grafik dan mengaji ulang.
Kemampuan sintesis (C5) artinya menggabungkan berbagai informasi menjadi satu
kesimpulan atau konsep, meramu atau merangkai berbagai gagasan menjadi
sesuatu yang baru. Dalam pembelajaran dapat ditunjukkan melalui desain,
menemukan penyelesaian atau solusi masalah, memprediksi, merancang model
produk tertentu dan menciptakan produk tertentu. Kemampuan melakukan evaluasi
(C6) artnya mempertimbangkan dan menilai benar salah, baik buruk, bermanfaat
tak bermanfaat. Dalam pembelajaran dapat ditunjukkan melalui : mempertahankan
pendapat, beradu argumentasi, menulis laporan, membahas suatu kasus dan
memilih solusi terbaik. Pada penelitian ini dalam penyusunan perangkat tes akan
digunakan jenjang C1, C2, C3, C4 yang sesuai untuk anak SMA.
Ranah afektif yang terkait dengan kemampuan menerima, merespons,
menilai, mengorganisasi dan memiliki karakter. Kemampuan menerima yaitu
kemampuan menerima fenomena (gejala atau sesuatu yang dapat disaksikan