• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMORI"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEAMS

GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI

AKTIVITAS BELAJAR DAN

KEMAMPUAN MEMORI

(Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Derajat Magister Pendidikan Sains

Oleh

TARTI HARJANI

S831002062

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

i

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN TEAMS

GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI

AKTIVITAS BELAJAR DAN

KEMAMPUAN MEMORI

(Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Derajat Magister Pendidikan Sains

Oleh

TARTI HARJANI

S831002062

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Tarti Harjani

NIM : S831002062

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul: Pembelajaran Kimia dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan Teams Games Tournament Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori (Studi Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tesebut.

Surakarta, Juli 2011

Yang membuat pernyataan

(6)

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum

sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”

(Ar Ra’d: 11)

PERSEMBAHAN

Tesis ini penyusun persembahkan kepada

1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa serta dukungan selama ini

2. Keluarga tercinta, kakak dan saudara-saudaraku

(7)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillahirobbil’alamin penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul PEMBELAJARAN KIMIA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR

SHARE DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT DITINJAU DARI

AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMORI (studi Kasus

Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2

Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011). Laporan penelitian ini disusun untuk

memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister pada Program Studi

Pendidikan Sains minat utama Kimia Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penelitian ini disusun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1 Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memberikan sarana,

fasilitas dan kelancaran dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

(8)

commit to user

vii

3. Prof. Dr. H. Ashadi selaku pembimbing I yang dengan kesabarannya telah

memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan

laporan penelitian ini.

4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. selaku pembimbing II yang dengan kesabarannya

telah memberikan bimbingan ,pengarahan dan motivasi selama penyusunan

laporan penelitian ini.

5. Segenap Dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.

6. Drs.H.Yatimun selaku kepala SMA Muhammadiyah 2 Surakarta yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang pascasarjana.

7. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.

8. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Kimia Program Pascasarjana atas

kerja sama dan dorongan semangatnya sehingga dapat terselesaikan laporan

penelitian ini

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan yang

lebih baik di sisi Allah SWT.Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam penelitian

ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia

(9)

commit to user

HALAMAN MOTTO &PERSEMBAHAN ... ... v

KATA PENGANTAR... vi

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah…... 7

D. Perumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 11

A. Kajian Teori ... 11

1. Hakikat Pembelajaran... 11

2. Teori-teori belajar... 11

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS………... 18

(10)

commit to user

B. Penelitian yang Relevan………...……... 44

C. Kerangka Berpikir... 46

D. Perumusan Hipotesis…………... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 55

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 55

B. Metode Penelitian ... 55

C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel... 56

D. Variabel Penelitian... 57

E. Teknik Pengumpulan Data... 59

F. Instrumen Penelitian... 63

G. Uji Coba Instrumen... 64

H. Teknik Analisis Data... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

A. Deskripsi Data ... 76

B. Uji Prasyarat Analisis ... 92

C. Pengujian Hipotesis ... 95

D. Pembahasan Hasil Analisis ... 104

E. Keterbatasan Penelitian ... 115

BAB V KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN ... 116

(11)

commit to user

Tabel 3.5 : Rangkuman Validitas Soal angket aktivitas ... 66 Tabel 3.6 : Rangkuman Validitas Soal Tes Kemampuan Memori... 66

Tabel 3.7 : Rangkuman Validitas Soal Tes Prestasi Kognitif 67 Tabel 3.8 : Tabel 3.8. Hasil Kesimpulan Validitas Soal Angket Prestasi Afektif ... 67

Tabel 3.9 : Rangkuman Uji Reliabilitas ... 69 Tabel 3.10 : Indeks Kesukaran Tes Kemampuan Memori ... 69 Tabel 3.11 : Indeks Kesukaran Tes Prestasi Kognitif ... 70 Tabel 3.12 : Kesimpulan Daya Pembeda Soal tes kemampuan memori ... 71

Tabel 3.13 : Kesimpulan Daya Pembeda Soal tes prestasi kognitif ... 72

Tabel 4.1 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa … 77 Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas TPS ... 77

(12)

commit to user

xi

Kelas TGT ...

Tabel 4.4 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Aktivitas Belajar

Tinggi dan Rendah pada TPS …………... 79

Tabel 4.5 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Aktivitas

Belajar Tinggi dan Rendah pada TGT ……...…… 79

Tabel 4.6 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Aktvitas Belajar

Tinggi dan Rendah ... 80

Tabel 4.7 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TPS ... 80

Tabel 4.8 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TGT ... 80

Tabel 4.9 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah ... 81

Tabel 4.10 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas

Belajar Tinggi …………... 81

Tabel 4.11 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas

Belajar Rendah ... 82

Tabel 4.12 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS

danAktivitas Belajar Tinggi ... 82

Tabel 4.13 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS

danAktivitas Belajar Rendah ... 83

Tabel 4.14 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT

danAktivitas Belajar Tinggi ... 83

Tabel 4.15 : Deskripsi Data Prestasi Kognitif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT

(13)

commit to user

xii

Tabel 4.16 : Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa ….. 85 Tabel 4.17 : Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif

Kelas TPS ... 85

Tabel 4.18 : Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Afektif Kelas

TGT... 85 Tabel 4.19 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Aktivitas Belajar

Tinggi dan Rendah pada TPS ... 87 Tabel 4.20 : Deskripsi Data Prestasi Afektif pada Aktivitas

Belajar Tinggi dan Rendah pada TGT ... 87

Tabel 4.21 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Aktvitas Belajar Tinggi dan Rendah ………...….

87 Tabel 4.22 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TPS ...

88 Tabel 4.23 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TGT ... 88

Tabel 4.24 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah ... 89

Tabel 4.25 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas

Belajar Tinggi ……… 89

Tabel 4.26 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada Aktivitas

Belajar Rendah ………..…. 90

Tabel 4.27 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TPS dan

Aktivitas Belajar Tinggi ...

90 Tabel 4.28 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah pada TPS dan

Aktivitas Belajar Rendah ... 91

Tabel 4.29 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT da

nAktivitas Belajar Tinggi ... 91

Tabel 4.30 : Deskripsi Data Prestasi Afektif Kemampuan Memori Tinggi dan Rendah pada TGT dan

(14)

commit to user

xiii

Tabel 4.31 : Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar kogniti dan

Afektif Masing-masing Kelompok …………..….. 93

Tabel 4.32 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi

Belajar Ranah Kognitif ... 96 Tabel 4.33 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi

Belajar Ranah Afektif ...

95 Tabel 4.34 : Hasil GLM untuk Prestasi Belajar Kognitif

ditinjau dari model Pembelajaran (TPS dan

TGT), Aktivitas Belajar dan Kemampuan Memori 96

Tabel 4.35 : Hasil GLM untuk Prestasi Belajar Afektif ditinjau dari model Pembelajaran (TPS dan TGT),

(15)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 2.1 : Alur Penempatan Peserta Turnamen ... 22 Gambar 2.2 : Diagram Klasifikasi hidrokarbon ... 34 Gambar 4.1 : Dstribusi prestasi belajar kognitif kelas TPS ….… 78

Gambar 4.2 : Dstribusi prestasi belajar kognitif kelas TGT ….... 78

Gambar 4.3 : Distribusi Prestasi Belajar Afektif kelas TPS …… 86

Gambar 4.4 : Distribusi Prestasi Belajar Afektif kelas TGT …... 86

Gambar 4.5 : Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan TGT …....

100 Gambar 4.6 : Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Aktivitas Belajar

Tinggi dan Rendah ...

101 Gambar 4.7 : Uji Lanjut Anava Kognitif Pada Kemampuan

Memori Tinggi dan Rendah ...

101 Gambar 4.8 : Uji Lanjut Anava Kognitif pada Sel Model

Pembelajaran dan Aktivitas Belajar (AB) ...

102 Gambar 4.9 : Grafik Model Pembelajaran Kooperatif (A) ... 102

Gambar 4.10 : Grafik Aktivitas Belajar (B) ... 103

Gambar 4.11 : Grafik Kemampuan Memori (C) ... 103

Gambar 4.12 : Grafik Interaksi Model Pembelajaran dengan Aktivitas Belajar ...

(16)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 : Silabus... 127

Lampiran 2 : Rencana Program Pembelajaran (RPP) TPS………. 130

Lampiran 3 : Rencana Program Pembelajaran (RPP) TGT….………... 137

Lampiran 4 : Tata cara Permainan ... 146

Lampiran 5 : LKS ... 148

Lampiran 6 : Kartu permainan TGT ... 159

Lampiran 7 : Kunci Kartu Permainan TGT ... 165

Lampiran 8 : Lembar Nilai Permainan ... 169

Lampiran 9 : Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar... 170

Lampiran 10 : Lembar Soal Angket Aktivitas Belajar ... 171

Lampiran 11 : Kisi-kisi Tes Kemampuan memori ... 176

Lampiran 12 : Lembar Soal Tes Kemampuan memori ... 177

Lampiran 13 : Kunci Tes Kemampuan memori ... 181

Lampiran 14 : Kisi-kisi Tes Prestasi Kognitif ... 184

Lampiran 15 : Lembar Soal Tes Prestasi Kognitif ... 188

Lampiran 16 : Kunci Tes Prestasi Kognitif ... 201

Lampiran 17 : Kisi- kisi Angket Prestasi Afektif ... 202

Lampiran 18 : Pedoman Penilaian Afektif ... 203

Lampiran 19 : Lembar Soal Angket Prestasi Afektif ... 204

Lampiran 20 : Uji normalitas, uji homogenitas dan uji t penentuan sampel ... 210

Lampiran 21 : Daftar Nama Siswa Kelas eksperimen I dan II ... 113

Lampiran 22 : Daftar Nama Kelompok Kelas eksperimen I dan II ... 215

Lampiran 23 : Data Induk Penelitian ... 217

Lampiran 24 : Analisis Validitas,Reliabilitas,Derajat kesukaran dan Daya Pembeda Tes Prestasi Kognitif... 220

Lampiran 25 : Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Prestasi Afektif ... 224

(17)

commit to user

xvi

Lampiran 27 : Analisis Validitas,Reliabilitas,Derajat kesukaran dan

Daya Pembeda Tes Kemampuan Memori Siswa ... 231

Lampiran 28 : Deskripsi data Prestasi Kognitif ... 234 Lampiran 29 : Distribusi Frekuensi dan Histogram Prestasi Kognitif ... 236

Lampiran 30 : Uji normalitas dan Homogenitas Prestasi Kognitif ... 239

Lampiran 31 : Anava Tiga Jalan dan Uji Lanjut Prestasi Kognitif ... 245

Lampiran 32 : Deskripsi Data Prestasi Afektif ... 251

Lampiran 33 : Distribusi Frekuensi dan Histogram Prestasi Afektif ... 253

Lampiran 34 : Uji normalitas dan Homogenitas Prestasi Afektif ... 257

Lampiran 35 : Anava Tiga Jalan Prestasi Afektif ... 263

(18)

commit to user

xvii

ABSTRAK

Tarti Harjani. S831002062, 2011 ”Pembelajaran Kimia Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan Teams Games Tournament Ditinjau Dari Aktivias Belajar dan Kemampuan Memori”( Studi

Kasus Kompetensi Hidrokarbon pada Siswa kelas X Semester 2 SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011) Tesis : Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I Prof. Dr. H. Ashadi, dan Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A.,Ph.D. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT, aktivitas belajar, kemampuan memori terhadap prestasi belajar, serta interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan aktivitas belajar, interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan kemampuan memori, interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori, interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT, aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta sebanyak tiga kelas. Sampel diambil secara cluster random sampling sejumlah dua kelas dari tiga kelas. Teknik pengumpulan data untuk kemampuan memori dan prestasi belajar ranah kognitif digunakan metode tes, metode angket untuk prestasi belajar ranah afektif dan aktivitas belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif yang diberikan dengan TGT lebih tinggi dari pada dengan TPS. Ada pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik dari pada yang beraktivitas belajar rendah. Ada pengaruh kemampuan memori terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan memori tinggi lebih baik dari pada yang berkemampuan rendah. Ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi kognitif tetapi tidak untuk afektif. Prestasi kognitif siswa yang beraktivitas belajar tinggi selalu tinggi bila diberikan TGT atau TPS. Sedangkan prestasi kognitif siswa yang beraktivitas belajar rendah akan tinggi bila dengan TGT dan rendah dengan TPS. Tidak ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT dengan kemampuan memori siswa, tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dengan kemampuan memori,tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT, aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi kognitif maupun afektif.

(19)

commit to user

xviii ABSTRACT

Tarti Harjani .S831002062, 2011 “Chemistry Learning using Cooperative Learning Model through Think Pair Share and Teams Games Tournament type overviewed from learning activities and memory capability” (A case

study on competencies of Hidrocarbon for Grade 10th students semester 2 The Muhammadiyah Senior High School 2 Surakarta, Academic Year 2010/2011) Thesis: Science education Program, Post-graduate program, Sebelas Maret University Surakarta. 1st advisor : Prof. Dr. H. Ashadi, 2nd : Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.

The aims of this research were to find out: The effect of TPS dan TGT type of Cooperative learning model, learning activities, memory capability toward student’s achievement and the interaction between cooperative learning model with learning activities, the interaction between cooperative learning model with memory capability toward, the interaction between learning activities and memory capability, the interaction between cooperative learning, learning activities and memory capability toward student’s achievement.

The research used experimental method. The population was all of Grade 10th students in Muhammadiyah senior high school 2 for three class . The sample was taken using cluster random sampling technique and consisted of two class of the three class. Memory capability and cognitive student’s achievement were collected by test method, while the affective student’s achievement and student’s learning activities were collected by questioner method. ANOVA three ways with unequal cell was used to analyze the hypotheses.

Based on the results of the research can be concluded that : There was the effect of TPS dan TGT type of Cooperative learning model toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement is given by TGT is higher than that with TPS, there was the effect of the learning activities toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement of students who have a high learning activity is better than a low learning activities, there was the effect of memory capability toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement of students who have a high memory capability is better than a low memory capability, there was the interaction between cooperative learning model with learning activities model toward cognitive achievement but not for affective. Cognitive achievement of students who have a high learning activity is always high when administered TGT or TPS. While the cognitive achievement of students who have a low learning activity will be high when administered the TGT and low when administered TPS, there was not any interaction between cooperative learning model with memory capability, there was not any interaction between learning activities and memory capability, there was not any interaction between cooperative learning, learning activities and memory capability toward cognitive or affective achievement.

Keyword: TPS and TGT, Learning activities, Memory capability, Hydrocarbon, Cognitive and affective,

(20)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah satu-satunya makhluk Tuhan yang diberikan kelebihan

berupa akal pikiran. Untuk mengolah akal pikiran itu diperlukan pola pendidikan

melalui proses belajar. Apabila akal pikiran terolah dengan baik maka manusia

bisa mengemban tugas dengan baik dari Sang Kholiq. Pengolahan akal pikiran itu

harus melalui pendidikan. Oleh karena itulah maka manusia tidak boleh berhenti

berusaha untuk mendapatkan pendidikan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20

tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional pada Bab I, pasal 1 disebutkan

bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar berarti sebelum

melakukan proses pembelajaran, harus diperhitungkan faktor-faktor pendukung

proses itu dengan baik.Faktor-faktor pendukung itu diantaranya adalah guru,

siswa , strategi pembelajaran dan materi pembelajaran. Guru mempunyai peranan

yang sangat penting. Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

sistim pendidikan nasional pada Bab XI pasal 39 ayat 1 disebutkan bahwa,

‘Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,

pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses

(21)

commit to user

bahwa salah satu tugas tenaga kependidikan dalam hal ini guru adalah mengelola

proses pendidikan. Mengelola proses pendidikan itu meliputi merencanakan,

melaksanakan proses pembelajaran dan menilai hasil pembelajaran. Sebagai

perancang pembelajaran guru harus memiliki strategi dalam proses belajar

mengajar, agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam

strategi proses belajar mengajar guru harus menguasai model-model

pembelajaran. Guru harus bisa memahami karakteristik siswa dan bisa memilih

model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Sehingga

model pembelajaran tidak monoton tetapi bervariasi.

Data prestasi untuk pokok bahasan hidrokarbon selama 2 tahun terakhir di

SMA Muhammadiyah 2 Surakarta sebagai berikut: pada tahun pelajaran

2008/2009 dengan KKM 63, siswa yang mempunyai nilai lebih tinggi dari KKM

40% dan siswa yang mempunyai nilai lebih rendah dari KKM 60%. Sedangkan

pada tahun pelajaran 2009/2010 siswa yang mempunyai nilai lebih tinggi dari

KKM 45% dan siswa yang mempunyai nilai lebih rendah dari KKM 55%..

Sehingga banyak siswa yang harus mengikuti program remidial untuk dapat

mencapai KKM seperti yang telah ditetapkan oleh sekolah. Kondisi ini memang

harus diperbaiki, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai

dengan materi dan kondisi siswa. Dominasi metode ceramah harus dikurangi.

Model pembelajaran yang monoton akan membuat siswa bosan dan tidak

bergairah untuk belajar. Kebosanan siswa mungkin juga disebabkan karena

selama ini guru menjadi pusat pada waktu pembelajaran. Kebosanan siswa ini

berdampak prestasi belajar yang rendah. Pembelajaran yang berpusat pada siswa

(22)

commit to user

Prestasi belajar dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal dari dalam diri siswa diantaranya aktivitas belajar dan kemampuan

memori, kreativitas, motivasi, kemampuan awal dan lain-lain. Sedangkan faktor

eksternal diantaranya model pembelajaran yang digunakan, sarana prasarana dan

lain-lain. Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat

penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2010: 99) bahwa: dalam

belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak

mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar

merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti

pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir,

membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi

belajar. Siswa dikatakan belajar dengan aktif jika mereka mendominasi aktivitas

pembelajaran. Siswa secara aktif mengunakan pemikirannya, baik untuk

menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau

mengaplikasikan apa yang dipelajari.

Memori adalah sebuah sistem penyimpanan informasi pada diri

manusia yang berkaitan dengan masa lalu. Memori memiliki fungsi yang penting

bagi manusia. Pada materi hidrokarbon yang memiliki banyak konsep sangat

membutuhkan kemampuan memori yang baik. Jika kita lakukan aktivitas berpikir

maupun menalar, maka sebahagian besar kita menggunakan fakta dari memori

atau ingatan kita. Model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran

yang dapat mengaktifkan siswa. Semakin aktif siswa maka kemampuan

memorinya akan semakin tinggi. Semakin tinggi kemampuan memori siswa

(23)

commit to user

konsep yang abstrak dan kompleks. Contoh keabstrakkan pada materi

hidrokarbon adalah pada ikatan – ikatan yang terjadi antara atom-atom yang

terlibat ikatan, rantai karbon, reaksi-reaksi hidrokarbon dan lain-lain.

Sedangkan contoh kekompleksannya terletak pada penamaan senyawa

hidrokarbon. Karakteristik materi hirokarbon yang demikian sangat

memerlukan kemampuan memori yang tinggi. Siswa yang mempunyai

kemampuan memori tinggi akan lebih mudah dalam mempelajarinya.

Ada beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran

konstektual, model pembelajaran direct instruction, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran kooperatif dan lain-lain. Pada penelitian ini

digunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif

mempunyai karakter: positif interdepedence , interaction face to face, adanya tanggungjawab pribadi materi pelajaran dalam anggota kelompok, membutuhkan

keluwesan dan memelihara hubungan kerja yang efektif, serta bekerjasama dalam

memecahkan masalah. Model ini bisa digunakan untuk menyampaikan materi

hidrokarbon. Pada model pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe diantaranya

jigsaw, GI, STAD, TPS , TGT dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Teams Games Tournament (TGT).

Pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS) guru menyampaikan pelajaran pada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya

masing-masing. Guru memberikan pertanyaan pada siswa. Siswa diminta untuk

memikirkan sebuah jawaban secara mandiri, lalu berpasangan dengan

(24)

commit to user

guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati

dengan seluruh kelas.(Slavin : 2008,257). Model pembelajaran tipe ini adalah

suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mendorong siswa memiliki

kepekaan terhadap pentingnya bekerja sama. Keunggulan dari metode TPS

diantaranya adalah :Siswa tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat

menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dan

belajar dari siswa lain., Sedangkan kelemahan dari TPS (Think-Pair-Share) antara lain: Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas,

membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas, peralihan dari

seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran.

Model pembelajaran tipe TGT merupakan model pembelajaran yang

menggunakan permainan. Adanya permainan inilah maka siswa akan terpancing

motivasi belajarnya. Kelebihan metode TGT (Teams Games Tournament) : Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi, suasana belajar

nyaman, menyenangkan dan kondusif, tercipta suasana kompetisi antara kelompok

diskus. kelemahan metode TGT (Teams Games Tournament): tidak efisien waktu, sering mengakibatkan terjadinya kegaduhan sehingga mengganggu kelas lain.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran

tipe TPS dan TGT pada pokok bahasan hidrokarbon ditinjau dari aktivitas

belajar dan kemampuan memori.

B. IDENTIFIKASI MASALAH.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka ada

(25)

commit to user

1. Pengajaran kimia di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta berjalan satu arah dan

berpusat pada guru.

2. Metode ceramah masih mendominasi kegiatan belajar mengajar, padahal

berbagai metode telah dikembangkan seperti eksperiment, demontrasi,proyek

dan lain-lain.

3. Belum diterapkannya model pembelajaran yang variatif dan inovatif, padahal

berbagai model pembelajaran telah dikembangkan seperti pembelajaran

kooperatif, CTL, PBL, DI dan lain-lain.

4. Belum banyak guru yang menggunakan tipe pembelajaran kooperatif yang

variatif seperti TGT, TPS, jigsaw, NHT dan lain-lain.

5. Guru belum banyak memperhatikan faktor-faktor internal yang dimiliki siswa

seperti aktivitas belajar, kemampuan memori, kemampuan awal, kreatifitas

siswa dan lain-lain

6. Aktivitas belajar siswa bervariasi ada yang rendah sedang dan tinggi. Tapi hal

itu belum diperhatikan.

7. Kemampuan memori siswa bervariasi ada yang rendah sedang dan tinggi.

Tapi hal itu belum diperhatikan.

8. Nilai rata-rata mata pelajaran kimia khususnya materi hidrokarbon belum

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Selama ini yang selalu

diperhatikan adalah kebanyakkan adalah aspek kognitif sedangkan aspek

afektif jarang.

9. Materi kimia yang disajikan pada kelas X adalah struktur atom, Ikatan kimia,

tatanama senyawa ,perhitungan kimia, hidrokarbon belum diajarkan sesuai

(26)

commit to user

C. PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, maka agar penelitian ini bisa mencapai

sasaran dengan baik, untuk itu penulis memberi batasan masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) dan teams Games Tournament (TGT). 2. Tingkat aktivitas siswa dikatagorikan tinggi dan rendah.

3. Tingkat kemampuan memori siswa dikatagorikan tinggi dan rendah

4. Prestasi belajar siswa dibatasi pada ranah kognitif dan afektif.

5. Materi yang diteliti adalah materi hidrokarbon

D. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah , maka

masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada penggaruh model pembelajaran pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar?

2. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar?

3. Apakah ada pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar?

4. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(27)

commit to user

5. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar?

6. Apakah ada interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori

terhadap prestasi belajar siswa?

7. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar?

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui :

1. Penggaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar?

2. Pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar.

3. Pengaruh tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar

4. Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe

Teams Games Tournament (TGT) dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar.

5. Interaksi model pembelajaran kooperatf tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe

Teams Games Tournament (TGT) dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar

6. Interaksi antara aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi

(28)

commit to user

7. Interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT), aktivitas belajar dan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar.

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, khususnya bagi guru dan

siswa. Adapun manfaat itu adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap prestasi belajar ditinjau dari aktivitas belajar dan kemampuan memori

siswa.

b. Hasil penelitian bisa digunakan sebagai acuan bagi guru maupun tenaga

kependidikan dalam mengembangkan model pembelajaran sehingga

tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.

c. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peserta didik

Melalui penelitian ini diharapkan siswa mempunyai aktivitas yang tinggi,

dengan aktivitas yang tinggi maka kemampuan memori mereka akan

semakin tajam, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar .

b. Bagi guru

Memberi masukan bagi guru melakukan inovasi pada model pembelajaran

yang dipakai, sehingga kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan

(29)

commit to user

c. Bagi sekolah

Memberi sumbangan pada sekolah dalam rangka meningkatkan kemajuan

(30)

commit to user BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORI

1. Hakikat Pembelajaran

Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistim Pendidikan Nasional: ’ Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.’

Pembelajaran bisa juga diartikan sebagai berikut :

Pembelajaran adalah suatu proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Belajar dalam pengertian aktivitas dari peserta didik (pelajar) dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Pembelajaran adalah mendapatkan informasi .Pembelajaran sebagai proses mendapatkan fakta-fakta, keterampilan, dan metode-metode yang bisa dikuasai dan digunakan sesuai kebutuhan. Pembelajaran sebagai proses memahami atau mengabstraksikan makna. Pembelajaran melibatkan bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain dengan subyek permasalahan dan dengan dunia nyata. (Mark K. Smith, 2009: 30)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Pada

penelitian ini pembelajaran yang akan dilakukan adalah pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Teams Games Tournament (TGT),

2. Teori Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha secara bertahap yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh pengetahuan secara konstruktif sebagai hasil

(31)

commit to user

a. Teori Belajar Kognitif

1). Teori Belajar Piaget

Pendapat Piaget dalam Daryanto ( 2009: 12-13) mengenai perkembangan

proses belajar pada anak-anak diantara adalah anak mempunyai struktur mental

yang berbeda dengan orang dewasa jadi memerlukan pelayanan tersendiri dalam

belajar, perkembangan mental anak melalui tahap-tahap tertentu menurut suatu

urutan yang sama bagi semua anak, perkembangan itu melalui suatu urutan tertentu

dan tahap ketahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak, perkembangan

anak dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: kematangan, pengalaman, interaksi sosial,

equilibration. Ada 3 tahap perkembangan yaitu: berpikir secara intuitif ± 4 tahun, beroperasi secara kongkret ± 7 tahun, beroperasi secara formal ± 11 tahun. Dalam

perkembangan intelektual terjadi proses yang sederhana seperti melihat,

menyentuh, menyebut nama dan adaptasi dengan dunia sekitar.

Menurut Piaget dalam Ratna Willis ( 1989 : 150-151) salah satu dasar

perkembangan intelektual adalah adaptasi. Adaptasi adalah penyesuaian diri pada

lingkungan. Cara adaptasi antara organisme yang satu dengan yang lain berbeda.

Adaptasi dilakukan dengan dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam

proses asimilasi seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada

untuk menanggapi masalah yang dihadapinya dalam lingkungannya. Dalam proses

akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam

mengadakan respons terhadap tantangan lingkungannya. Sedangkan ekuilibrasi

(32)

commit to user

akomodasi. Adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan

akomodasi. Andaikata dengan proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan

adaptasi pada lingkungannya, terjadilah ketidakseimbangan. Akibat

ketidakseimbangan ini terjadilah akomodasi, dan struktur yang ada mengalami

perubahan atau struktur baru timbul.

Keterkaitan antara teori Piaget dan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Siswa SMA masuk pada tahap perkembangan operasional formal, yang berarti

kemampuan untuk berpikir abstrak sudah ada. Dengan demikian siswa SMA sudah

bisa diajak mempelajarai materi hidrokarbon yang bersifat abstrak. Siswa juga

seharusnya bisa melakukan diskusi dengan teman sebayanya ketika diberi

pembelajaran dengan model pembelajaran tipe TPS maupun TGT. Dengan model

pembelajaran tipe TPS dan TGT siswa mendapatkan informasi baru,

mengasimilasi dan mengakomodasi pengetahuan baru tersebut ketika mereka

berdiskusi dengan teman dalam kelompok maupun antar kelompok.

2). Teori Gagne

Menurut teori Gagne dalam Ratna Wilis (1989: 85-86) belajar konsep merupakan

satu bagian dari suatu hierarki dari delapan bentuk belajar. Dalam hierarki ini,

setiap tingkat belajar tergantung pada tingkat-tingkat sebelumnya. Delapan

hierarki belajar itu terdiri dari belajar tanda, belajar stimulus dan respon,

Chaining, asosiasi vebal, belajar diskriminasi, belajar konsep konkret, konsep terdifinisi, aturan dan pemecahan masalah. Dalam belajar konsep harus

(33)

commit to user

bahwa hierarki belajar adalah belajar dari materi yang sederhana menuju ke materi

yang kompleks. Menurut Gagne dalam Mark (2009 : 119-120) menunjukkan

bahwa sebuah tugas akan dipelajari dengan cara terbaik oleh rangkaian sembilan

peritiwa berikut ini: (a) menarik perhatian; (b) menginformasikan pembelajaran

sasaran yang akan dituju; (c) menstimulasi atau memanggil terlebih dahulu

informasi yang telah diperoleh; (d) memyajikan isi pembelajaran; (e) memberikan

panduan pembelajaran; (f) memberi kesempatan untuk latihan; (g) memberikan

umpan balik tentang yang benar; (h) melakukan penilaian; (i) memperluas ingatan

dan memori.

Keterkaitan antara teori Gagne dan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Untuk mempelajari konsep baru pada materi hidrokarbon diperlukan pemahaman

konsep-konsep sebelumnya. Untuk menguasai banyaknya konsep dalam materi

hidrokarbon bisa dengan model pembelajaran TPS dan TGT. Model

pembelajaran TPS dan TGT siswa dapat digunakan untuk mempelajari materi

hidrokarbon dengan baik karena pada model pembelajaran ini terdapat sembilan

peristiwa yang merupakan tahapan dalam sebuah proses pembelajaran. Sehingga

model pembelajaran tipe TPS dan TGT ini bisa digunakan untuk pembelajaran

materi hidrokarbon.

3).Teori Belajar Ausubel

Kontribusi Ausubel yang patut dipertimbangkan adalah gagasan tentang

”pengatur maju”. Menurut Ausubel dalam Mark ( 2009 : 118-119) pengatur maju

(34)

commit to user

“mendapat pegangan” terhadap informasi baru atau sebuah alat mempersiapkan

struktur kognitif pembelajar bagi pengalaman pembelajaran yang berlangsung.

Kontribusi yang lain adalah penekanan pada hakikat aktif dalam pembelajaran

resepsi sebermakna mungkin. Belajar adalah mencocokkan konsep dalam suatu

pokok bahasan ke dalam sistem yang dimilikinya untuk kemudian menjadi

milikinya dan berguna baginya. Teori Ausubel dalam Ratna Willis (1989, 111-116)

belajar bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada

konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna adalah struktur kognitif yang

ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan

pada waktu tertentu.

Keterkaitan antara teori Ausubel dan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Materi hidrokarbon adalah materi yang mengandung banyak konsep. Untuk

mengerti konsep baru, siswa harus bisa mengkaitkan konsep baru itu dengan

konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif yang sudah dimiliki

siswa. Dalam model pembelajaran TPS dan TGT menggunakan diskusi. Diskusi

inilah yang akan membuat siswa terbiasa dengan belajar bermakna. Karena dalam

diskusi siswa dituntut untuk berargumen. Oleh karena itu siswa harus bisa

mengkaitkan antara konsep baru dengan konsep-konsep yang telah dimilikinya.

b. Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut para penganut konstruktif dalam Ella (2004: 54 ) pengetahuan

dibina secara aktif oleh seseorang yang berpikir. Seseorang tidak akan menyerap

(35)

commit to user

pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan dan pengalaman yang

telah dmlikinya melalui berinteraksi sosial dengan peserta lain maupun dengan

gurunya. Driver dan Bell dalam Isjodi (2010 :34) mengemukakan prinsip-prinsip

dalam konstruktivisme dalam pembelajaran diantaranya adalah hasil pembelajaran

tergantung pada pengetahuan pelajar sebelumnya, pembelajaran adalah

pengkonstruksi konsep-konsep, pengkonstruksi konsep adalah proses aktif dalam

diri pelajar, konsep-konsep yang telah dikonstruksi akan dievaluasi yang

selanjutnya konsep tersebut akan diterima atau ditolak.

Kaitannya teori belajar konstruktivisme dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan TGT adalah

pendekatan pembelajaran yang berfokus pada kerjasama. Melalui kerjasama inilah

siswa dapat membangun suatu pengetahuan baru atau pengetahuan yang

disampaikan guru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dmlikinya.

Dengan kata lain siswa bisa mengkonstruksi konsep-konsep dengan baik karena

adanya diskusi dalam kerjasama itu.

c. Teori Belajar Sosial

Menurut Bandura dalam Ratna willis (1989, 27- 29) manusia itu tidak

didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak ”dipukul” oleh

stimulus-stimulus lngkungan. Teori belajar Bandura adalah teori belajar sosial atau

kognitif sosial serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati

dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan

perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang

(36)

commit to user

Menurut Vygotsky dalam Isjoni (2010, 39-40) pembelajaran adalah konsep

zona perkembangan proximal. Pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona

perkembangan proximal. Zona perkembangan proximal adalah tingkat

perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Zona

perkembangan proksimal adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya

dengan tingkat perkembangan potesial. Tingkat perkembangan sesungguhnya

adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri.sedangkan tingkat

perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah dibawah

bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih

mampu. Menurut Vygotsky bahwa ada hubungan langsung antara domain kognitif

dengan sosial budaya. Kualitas berpikir siswa dibangun di dalam kelas, sedangkan

aktivitas sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerjasama dengan teman sebaya

dibawah bimbingan orang dewasa yaitu guru.

Keterkaitan teori sosial dengan penelitian ini adalah model pembelajaran

yang digunakan pada penelitian ini menekankan pada kerjasama. Kerja sama

dengan teman sebaya yang lebih mampu dengan bimbingan guru membuat siswa

lebih mudah memecahkan permasalahan. Antara anggota satu dengan yang lain

akan saling membantu dalam menyelesaian masalah. Mereka saling mendukung

untuk berhasil dan bukannya untuk gagal. Keterlibatan dengan orang lain

membuka kesempatan bagi mereka untuk mengevaluasi dan memperbaiki

pemhaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan

(37)

commit to user

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)

Menurut Isjodi (2010: 42-43). Model pembelajaran kooperatif mempunyai

karakter: a positif interdepedence yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau persamaan diantara anggota kelompok dimana

keberhasilan sesorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya, b.

interaction face to face yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara, c. adanya tanggungjawab pribadi materi pelajaran dalam anggota

kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, d. membutuhkan

keluwesan yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan

kemampuan kelompok dan memelihara hubungan kerja yang efektif, e.

bekerjasama dalam memecahkan masalah. Menurut Akinbobola (2009: 1) bahwa

“cooperative learning strategy was the most effective in facilitating students' attitude towards physics” . Karena karakter mata pelajaran fisika dan kimia sama yaitu sama-sama banyak mengandung konsep. Maka dari iitu pembelajaran

kooperatif bisa juga diterapkan dalam mata pelajaran kimia. Menurut Gisbert

(2008: 481) bahwa ” using cur ricula r competence impr ovement as a contr ol, show an incr ease in self-concept as a wr iter for a ll students who were given the opportunity to act a s tutors; either in fixed or in reciprocal role tutoring. Only fixed tutees, but not reciprocal tutees, feel more satisfied with their peer tutors than with the teacher's help”. Dari pernyataan itu dapat diambil kesimpulan bahwa peranan tutor teman sebaya sangat berarti dalam

meningkatkan prestasi belajar. Adanya tutor teman sebaya ini dapat dijumpai

dalam model pembelajaran kooperatif. Ada beberapa tipe pada model

(38)

commit to user

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam pembelajaran TPS

relatif rendah dan struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal

bagi guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif. TPS merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Menurut

Slavin dalam agus sintak dari metode ini adalah: Thinking (Berpikir), Guru mengajukan pertanyaan untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi

kesempatan kepada mereka untuk memikirkan jawabannya secara perorangan.

Pairing(Berpasangan), Guru meminta kepada siswa untuk berpasang-pasangan. Pasangan siswa itu diberi kesempatan untuk berdiskusi. Sharing (berbagi), Hasil diskusi dari tiap-tiap pasangan tadi dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.

Keunggulan dari TPS ini adalah :Siswa tidak terlalu menggantungkan

guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,

menemukan informasi dan belajar dari siswa lain., mengembangkan kemampuan

dalam mengungkapkan ide atau gagasan kemudian membandingkannya dengan

orang lain, membantu siswa untuk dapat bekerjasama dengan orang lain membantu

siswa untuk lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya, meningkatkan

motivasi dan ransangan untuk berfikir, meningkatkan prestasi akademik serta

kemampuan sosialnya, optimaliasasi partisipasi siswa lebih tinggi. Sedangkan

kelemahan dari TPS antara lain: Suasana kurang rileks, Kadang siswa

mengantungkan pada teman pasangannya, anggota kelompoknya sedikit,

(39)

commit to user

perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas, peralihan dari seluruh kelas ke

kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran.

Untuk mempelajarai materi hidrokarbon yang bersifat abstrak. Untuk

mendalami materi itu siswa bisa melakukan diskusi dengan teman sebayanya

melalui model pembelajaran tipe TPS. Dalam model TPS siswa dapat menambah

kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi, belajar dari

siswa lain, mengembangkan kemampuan dalam mengungkapkan ide atau gagasan

kemudian membandingkannya dengan orang lain, membantu siswa untuk lebih

bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya serta optimalisasi partisipasi

siswa lebih tinggi. Dengan karateristik tersebut maka model TPS mampu

mengantarkan siswa pada pemahaman materi hidrokarbon dengan baik.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games-Tournaments (TGT)

Menurut Slavin (2008: 163-170). Teams Games-Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para

siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang

heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka

untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Secara

umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri

atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournament

dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim.

Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu: Penyajian kelas, pada awal

pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya

dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang

(40)

commit to user

memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan

membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game

karena skor game akan menentukan skor kelompok. Team (kelompok), kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa.Fungsi kelompok

adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih

khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan

optimal pada saat game. Game, game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan

belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana

bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan

yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan

mendapatkan skor. Menurut Fengfeng (2007: 1) ” gameplaying was more effective than drills in promoting maths performance, and cooperative gameplaying was most effective for promoting positive maths attitudes regardless of students' individual differences”. Dari kalimat diatas bahwa game lebih efektif dari pada latihan dalam meningkatkan prestasi matematika. Mata pelajaran kimia dan

matematika mempunyai persamaan karakter, dengan demikian berarti penggunaan

game bisa juga diterapkan dalam mempelajari kimia. Turnamen, biasanya turnamen diselenggarakan akhir minggu, setelah guru membuat presentasi kelas

dan kelompok-kelompok mempraktikan tugas-tugasnya. Untuk turnamen

pertama guru mengelompokkan siswa dengan kemampuan serupa yang mewakili

tiap timnya. Kompetisi ini juga memungkinkan bagi siswa dari semua level di

(41)

commit to user

terbaik. Alur penempatan peserta turnamen menurut Slavin (2008: 86) dapat

dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram Alur Penempatan Peserta Turnamen

Penghargaan kelompok (team recognise), Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,masing-masing team akan mendapat sertifikat atau

hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Penghargaan

kelompok dapat berupa hadiah, sertifikat, dan sebagainya. Kelebihan TGT

(Teams Games Tournament) : Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi, suasana belajar nyaman, menyenangkan dan kondusif, tercipta suasana

kompetisi antara kelompok diskus. kelemahan TGT: tidak efisien waktu, sering

mengakibatkan terjadinya kegaduhan sehingga mengganggu kelas lain.

Untuk mempelajarai materi hidrokarbon yang bersifat abstrak. Untuk

mendalami materi itu siswa bisa melakukan diskusi dengan teman sebayanya

melalui model pembelajaran tipe TGT. Model pembelajaran tipe TGT mempunyai

A1 A2 A3 A4

TINGGI RATA-RATA RATA-RATA RENDAH

GRUP 1

B1 B2 B3 B4 TINGGI RATA RATA RENDAH

RATA RATA

C1 C2 C3 C4 TINGGI RATA RATA RENDAH

RATA RATA

(42)

commit to user

banyak kelebihan yang dapat membuat anak lebih mudah untuk mempelajari

materi hidrokarbon.

5. Aktivitas Belajar.

Menurut Sardiman (2004, 100) aktivitas belajar adalah keterkaiatan antara

dua aktivitas yang bersifat fisik dan mental dalaam kegiatan belajar.

Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut pandang

perkembangan konsepsi jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat unsur kejiwaan

seseorang subjek belajar/subjek didik, dapat diketahui bagaimana prinsip aktivitas

yang terjadi dalam belajar itu. Karena dilihat dari sudut pandang ilmu jiwa, maka

sudah barang tentu yang menjadi fokus perhatian adalah komponen manusiawi

yang melakukan aktivitas dalam belajar mengajar, yakni siswa dan guru. Menurut

Sardiman (2001:93). “Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar

jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat

penting dalam interaksi belajar mengajar”. Dalam aktivitas belajar ada beberapa

prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa

lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh

guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh

siswa.

Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2010:101) membuat suatu daftar yang

berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai

berikut : (1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; (2) Oral

activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

(43)

commit to user

activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato; (4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. (5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik,

peta, diagram; (6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

beternak;. (7) Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan;

(8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Kaitan pengambilan variabel moderator aktivitas belajar pada penelitian ini

adalah karena keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang

dilakukannya selama proses pembelajaran. Model pembelajaran pada penelitian ini

adalah kooperatif. Model pembelajaran kooperatif menekankan kerjasama dan

interaksi dengan teman sebaya. Interaksi dengan teman inilah yang akan menuntut

siswa harus aktif. Aktivitas belajar siswa akan mengakibatkan perubahan dalam

dirinya, berupa perubahan pengetahuan. Aktivitas belajar semakin tinggi maka

perubahan pengetahuan akan semakin tinggi sehingga prestasi belajar akan

semakin tinggi.

6. Kemampuan Memori

Kemampuan memori adalah kemampuan untuk menyimpan dan

memamfaatkan informasi. Pada manusia, fungsinya lebih luas lagi mencakup

perbendaharaan kata, pengetahuan bahasa, semua informasi yang telah kita

pelajari, pengalaman hidup pribadi, segala kemahiran yang telah dipelajari dari

(44)

commit to user

diklasifikasikan berdasarkan tempat menyimpan data , maka ada tiga katagori,

yaitu memori sensori, memori kerja atau memori jangka pendek,. memori jangka

panjang (Yovan 2010 : 32). Memori kerja adalah istilah umum untuk sistem yang

lebih besar dimana memori kerja adalah bagiannya. (Susan 2009:13). Semua

bentuk input sensorik berupa stimulus yang ditangkap melalui panca indra pertama

kali akan melewati jenis memori sensori.

Memori kerja adalah istilah yang digunakan para psikolog untuk

menyatakan kemampuan yang kita miliki untuk menyimpan dan memanfaatkan

informasi di dalam pikiran dalam jangka waktu singkat. Memori kerja memberikan

ruang kerja mental atau buku catatan yang digunakan untuk menyimpan informasi

penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh kegiatan yang

menggunakan memori kerja adalah "perhitungan di dalam hati". Bayangkan bahwa

kita sedang berusaha mengalikan bilangan 43 dan 67 dalam situasi di mana kita

tidak dapat menggunakan kalkulator atau mesin hitung lainnya ( pena dan kertas ).

Untuk melakukan ini, kita terlebih dahulu harus menyimpan kedua bilangan

tersebut di dalam memori kerja. Langkah berikutnya adalah menggunakan kaedah

perkalian yang telah kita pelajari untuk memprosesnya di dalam memori kerja

sehingga diperoleh suatu hasil akhir.

Banyaknya informasi yang dapat disimpan dalam memori kerja untuk jangka

waktu singkat sekalipun sangat terbatas dan bila batas dilampaui, kita akan lupa

setidaknya pada bagian yang kita ingat. Misalnya , mengalikan bilangan yang lebih

besar dari 542 dan 891, bagi kebayakan orang hal ini sangat sulit. Kesulitan ini

disebabkan karena perhitungan ini memerlukan penyimpanan informasi yang lebih

(45)

commit to user

Memori kerja sebenarnya merupakan suatu sistim komponen –komponen memori

yang saling berkaitan yang terletak dibagian-bagian otak yang berbeda. Sebagian

dari komponen ini digunakan untuk menyimpan informasi tertentu, ini sering

dinamakan memori jangka pendek. Memori jangka pendek dibagi menjadi dua

yaitu memori lisan jangka pendek dan memori visuo-spasial jangka pendek.

Memori lisan jangka pendek menyimpan memori yang dapat dinyatakan dalam

bahasa lisan, seperti bilangan, kata, dan kalimat. Bagian dari memori kerja ini

terletak di bagian samping belahan kiri otak. Memori visuo-spasial jangka pendek

dapat menyimpan bayangan, gambar dan informasi mengenai lokasi. Bagian dari

memori kerja ini terletak dibagian belahan otak kanan.Bagian terakhir dari memori

kerja adalah komponen yang mengatur perhatian dan terlibat dalam koordinasi

proses mental tingkat tinggi, yang dinamakan ‘eksekutif sentral’. Misalnya

kegiatan berhitung dalam hati akan melibatkan eksekutif sentral dan memori lisan

jangka pendek. Menentukan lokasi rumah akan melibatkan eksekutif sentral dan

memori visuo-spasial jangka pendek. Eksekutif sentral ini terletak dibagian depan

belahan otak kiri dan otak kanan. (Susan,2009 :1-12).

Memori jangka panjang dibagi menjadi dua yaitu memori deklaratif

(eksplisit) dan memori non deklaratif (implisit/prosedural). Memori

deklaratif/eksplisit adalah memori yang dimaksud seperti kebanyakan orang

dengan memori. Memori deklaratif/eksplisit disimpan di dalam korteks serebral

tepatnya di hipokampus. Memori deklaratif/eksplisit dibagi lagi menjadi dua, yaitu

memori episodik dan memori semantik. Memori episodik adalah memori tentang

pengalaman-pengalaman anda sendiri yang biasanya berhubungan dengan riwayat

(46)

commit to user

seperti perbendaharaan kata, pemahaman matematika dan segala fakta yang kita

ketahui. Proses mengingat informasi oleh otak diawali dari informasi yang

mengenai pancaindra (input sensorik) disimpan dalam memori sensori. Setelah itu

melakukan attensi dan informasi disimpan dalam memori pendek kemudian

melakukan latihan akan disimpan dalam memori panjang. (yovan , 2010:33).

Kaitannya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Model

pembelajaran pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif. Dimana

model ini menekankan pada kerja sama dan interaksi sosial. Maka model ini bisa

digunakan untuk pembelajaran kimia dengan materi hidrokarbon. Hal ini karena

pada materi hidrokarbon mengandung banyak konsep. Adanya banyak konsep ini

maka diperlukan adanya interaksi sosial dan kerja sama antara siswa satu dengan

siswa yang lain untuk memecahkan masalah. Dan materi yang mengandung

banyak konsep juga memerlukan kemampuan memori yang tinggi untuk

menguasainya. Kemampuan memori bisa diukur dengan menggunakan tes

kemampuan memori.

7. Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu

setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi

belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam

suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Dalam

proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar

mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku

yang dapat diukur dengan tes tertentu. Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah

(47)

commit to user

selama mengikuti pelajaran yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang

dilambangkan dalam bentuk nilai

Benjamin S. Bloom dalam Ella (2004: 59) mengklasifikasi hasil belajar

dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective

domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Hasil belajar dalam ranah

kognitif terdiri dari enam kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis dan evaluasi. Sedangkan ranah afektif berkenaan dengan sikap

yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

organisasi dan internalisasi. Dan yang terakhir ranah psikomotorik berkenaan

dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Hasil belajar yang

diidentifikasi dalam tulisan ini mengacu pada ranah kognitif dan ranah afektif. Hal

ini karena meteri hidrokarbon banyak mengandung konsep, sehingga ranah

psikomotor bukan sebagai acuan.

Pada ranah kognitif yang terkait dengan kemampuan mengetahui (C1) dapat

ditunjukkan melalui mengemukakan arti, memberi nama, membuat daftar,

menentukan lokasi tempat, mendeskripsikan sesuatu, menceritakan sesuatu yang

terjadi dan menguraikan sesuatu yang terjadi. Kemampuan memahami (C2)

artinya kemampuan mengerti tentang hubungan antar faktor, antar konsep, antar

prinsip, antar data, hubungan sebab akibat dan penarikan kesimpulan. Hal ini dapat

ditunjukkan dengan mengungkapkan gagasan, membedakan, membandingkan,

menginterprestasikan data, menjelaskan gagasan pokok dan menceritakan kembali

(48)

commit to user

Pada ranah kognitif, kemampuan mengaplikasikan (C3) sesuatu artinya

menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan

pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan belajar dapat

ditunjukkan melalui: menghitung, melakukan percobaan, membuat model, dan

merancang strategi penyelesaian masalah. Kemampuan menganalisis (C4) artinya

menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan penyelesaian atau gagasan serta

menunjukkan hubungan antar bagian itu. Dalam pembelajaran dapat ditunjukkan

melalui : mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan masalah, mengajukan

pertanyaan untuk memperoleh informasi, membuat grafik dan mengaji ulang.

Kemampuan sintesis (C5) artinya menggabungkan berbagai informasi menjadi satu

kesimpulan atau konsep, meramu atau merangkai berbagai gagasan menjadi

sesuatu yang baru. Dalam pembelajaran dapat ditunjukkan melalui desain,

menemukan penyelesaian atau solusi masalah, memprediksi, merancang model

produk tertentu dan menciptakan produk tertentu. Kemampuan melakukan evaluasi

(C6) artnya mempertimbangkan dan menilai benar salah, baik buruk, bermanfaat

tak bermanfaat. Dalam pembelajaran dapat ditunjukkan melalui : mempertahankan

pendapat, beradu argumentasi, menulis laporan, membahas suatu kasus dan

memilih solusi terbaik. Pada penelitian ini dalam penyusunan perangkat tes akan

digunakan jenjang C1, C2, C3, C4 yang sesuai untuk anak SMA.

Ranah afektif yang terkait dengan kemampuan menerima, merespons,

menilai, mengorganisasi dan memiliki karakter. Kemampuan menerima yaitu

kemampuan menerima fenomena (gejala atau sesuatu yang dapat disaksikan

Gambar

Gambar 2.1 Diagram  Alur Penempatan Peserta Turnamen
Tabel 2.1 Suku-suku Alkana
Tabel 3.2 Desain Faktorial
Tabel 3.3 nilai P-value Uji t Dua Pihak (2 sample t)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah ekstrak etanol rimpang lengkuas (Languas galanga (L.) Stuntz.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538

[r]

2015.. Dengan ini saya menyatakana bahwa skripsi berjudul Fluktuasi Harga Komoditas Pangan dan Dampaknya terhadap Inflasi di Provinsi Banten adalah benar karya

Efektivitas insulasi termal dapat dilihat dari konduktivitas panasnya yang rendah karena hal itu dapat mempertahankan energi termal di dalam atau di luar sistem dengan

Hasil uji mununjukkan bahwa kolom yang diperkuat wire rope saja dan kombinasi wire rope dan satu lapis wire mesh tidak memberikan banyak peningkatan kekuatan

lebih semangat dan giat dalam melaksanakan pembelajaran. 75) motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak.. dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

Dari analisis terhadap teks yang ditampilkan Solopos dapat diketahui bagaimana netralitas media dalam kampanye pilgub. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

Pengantar tugas akhir ini berjudul Perancangan Visual Branding Grup Band “Holy Spirit”. Adapun permasalahan yang dikaji adalah merancang promosi “Holy Spirit” agar lebih di